Terapi Spiritual

42
PERAWAT DALAM PENERAPAN THERAPI PSIKORELIGIUS UNTUK MENURUNKAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI RAWAT INAP BANGAU RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG 2012 Oleh Mery Fanada,SPd,SKM,M.Kes Widyaiswara Muda Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan ABSTRAK Terapi psikoreligius atau terapi religius adalah sebuah terapi dengan pe ndekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh pasien. contoh terapi ini adalah terapi shalat dan zikir. Pada tahun 1984 WHO memasukan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikolo gis dan psikososial. Seiring dengan itu terapi-terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dime nsi spiritual keagamaan, sebagai bagian dari terapi modalitas khususnya untuk keperawatan ji wa. Berdasarkan penelitian Larson oleh Dadang Hawari meyebutkan bahwa terapi Religius Shalat dan Zikir dalam penurunan tingkat stres pasien Halusinasi di ruang Bangau Rumah Sakit Erladi Bahar Pale mbang. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan kualitatif, pengumpul an data dengan menggunakan wawancara mendalam, dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 di Ruang Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan. Hasil penelitian informan dengan wawancara mendalam dan Observasi menujuk an bahwa untuk pelaksanaan Terapi Religius Shalat dan Zikir ini belum berjalan se cara optimal. Hal ini dikarnakan masih terdapat kendala-kendala yang ditemukan. Hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat ruangan diharapkan mampu mengingatkan kualitas sumber daya manusia dibidang kesehatan jiwa, terutama pemahaman tentang Terapi Religius Shalat dan Zikir dalam hubungannya dengan penurunan tingkat stress pasien Halusinasi Kata kunci : Terapi Psikoreligius Shalat dan Zikir. Halusinasasi Pendengaran,stres ABSTRACT Spiritual or religious therapy is a therapeutic approach to the beliefs held by patients. Examples of this therapy is the therapeutic prayer and remembrance. In 1984 the WHO include the spiritual dimension of religion is as important as the physical, psychological and psychosocial. Along with that, the therapeutic are performed began using religious spiritual spiritual dimension, as part of a therapeutic modality, especially for nursing soul. Based on research by dadang hawari larson mentioned that the religious prayer and remembrance therapy can lower stress levels of psychiatric patients. This study aims to determine the provision of religious therapy prayer and remembrance in decreased stress levels in the patient’s hallucinations paradise Ernaldi Bahar hospital Palembang. This was a descriptive qualitative approach, collecting data by using in depth interview, and observation. The research was conducted in july 2012 in room paradise Hospital Ernaldi Bahar Palembang. The results of informants with in-depth interview and observations showed that for the implementation of prayer and remembrance religious therapy is not running optimally. This is because there are constraints that are found.

Transcript of Terapi Spiritual

Page 1: Terapi Spiritual

PERAWAT  DALAM  PENERAPAN  THERAPI PSIKORELIGIUSUNTUK MENURUNKAN TINGKAT STRESS PADA PASIENHALUSINASI PENDENGARAN DI RAWAT INAP BANGAU

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHARPALEMBANG 2012

OlehMery Fanada,SPd,SKM,M.Kes

Widyaiswara MudaBadan Diklat Provinsi Sumatera Selatan

ABSTRAKTerapi  psikoreligius  atau  terapi  religius  adalah  sebuah  terapi  dengan  pendekatan  terhadap

kepercayaan yang dianut oleh pasien. contoh terapi ini adalah terapi shalat dan zikir. Pada tahun 1984WHO memasukan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis danpsikososial. Seiring dengan itu terapi-terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dimensi spiritualkeagamaan,  sebagai  bagian  dari  terapi  modalitas  khususnya  untuk  keperawatan  jiwa.  Berdasarkanpenelitian  Larson  oleh  Dadang  Hawari  meyebutkan  bahwa  terapi  Religius  Shalat  dan  Zikir  dalampenurunan tingkat stres pasien Halusinasi di ruang Bangau Rumah Sakit Erladi Bahar Palembang.

Penelitian  ini  bersifat  deskriftif  dengan  pendekatan  kualitatif,  pengumpulan  data  denganmenggunakan wawancara mendalam, dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 diRuang Bangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan.

Hasil  penelitian  informan  dengan  wawancara  mendalam  dan  Observasi  menujukan  bahwauntuk  pelaksanaan  Terapi  Religius   Shalat   dan   Zikir   ini   belum  berjalan  secara   optimal.   Hal   inidikarnakan masih terdapat kendala-kendala yang ditemukan.

Hasil  penelitian   ini  diharapkan  bagi  perawat   ruangan  diharapkan   mampu   mengingatkankualitas sumber daya manusia dibidang kesehatan jiwa, terutama pemahaman tentang Terapi ReligiusShalat dan Zikir dalam hubungannya dengan penurunan tingkat stress pasien HalusinasiKata kunci : Terapi Psikoreligius Shalat dan Zikir. Halusinasasi

Pendengaran,stresABSTRACT

Spiritual  or  religious  therapy  is  a  therapeutic  approach  to  the  beliefs  held  by  patients.Examples  of  this  therapy  is  the  therapeutic  prayer  and  remembrance.  In  1984  the  WHO  include thespiritual dimension of religion is as important as the physical, psychological and psychosocial. Alongwith that, the therapeutic are performed began using religious spiritual spiritual dimension, as part ofa  therapeutic  modality,  especially  for  nursing  soul.  Based  on  research  by  dadang  hawari  larsonmentioned  that  the religious prayer  and  remembrance  therapy  can  lower  stress  levels  of  psychiatricpatients. This study aims to determine the provision of religious therapy prayer and remembrance indecreased stress levels in the patient’s hallucinations paradise Ernaldi Bahar hospital Palembang.

This was a descriptive qualitative approach, collecting data by using in depth interview, andobservation.  The  research  was  conducted  in  july  2012  in  room  paradise  Hospital  Ernaldi  BaharPalembang.

The  results  of  informants  with  in-depth  interview  and  observations  showed  that  for  theimplementation of prayer and remembrance religious therapy is not running optimally. This is becausethere are constraints that are found.

The results of this study is expected to nurse the room is expected to improve the quality ofhuman resources in the field of mental health, especially an understanding of therapy religious prayerand remembrance in conjunction with a reduction in stress levels of patient hallucinations.

Key word :  Psikoreligius's therapy Pray and Recitation. Halusinasasi is Hearing,stress

1. Pendahuluan1.1  Latar Belakang

Kesehatan  Jiwa  adalah  bagian  in

Page 2: Terapi Spiritual

ternaldari upaya kesehatan yang bertujuanmenciptakan   p   erkembangan   jiwa   yang   sehatsecra optimal baik intelektual maupunemosional   (Kusumawati   &   Hartono,   2011   ).Menurut Yosep (2007), Masalah kesehatan jiwamempunyai lingkup yang sangat luas dankompleks serta saling berhubungan satu denganlainnya. Apabila individu tidak mampumempertahankan keseimbangan ataumempertahankan kondisi mental yang sejahtera,maka individu tersebut akan mengalamigangguan, dan apabila gangguan tersebut secarapsikologis  maka  akan  mengakibatkan  individumengalami gangguan jiwa.

Dalam masyarakat umum skizofreniatedapat 0,2 – 0.8 % dan retardasi mental 1 – 3 %WHO  melaporkan  bahwa  5  –  15  %  dari  anakanak  antara  3  –  15  tahun  mengalami  gangguanjiwa yang persistent dan mengganggu hubungansosial.  Bila  kira  –  kira  40  %  penduduk  negarakita  ialah  anak  –  anak  di  bawah  15  tahun  (dinegara  yang  sudah berkembang  kira  –  kira  25%),   dapat   digambarkan   besarnya   masalah   (ambil  5  %  dari  40%  dari  katakan  saja  120  jutapenduduk,  maka  di  negara  kita  terdapat  kira  –kira   2.400.000   orang   anak   yang   mengalamigangguan jiwa). Pada skizofrenia terdapat 90 %gejalanya   halusinasi,   halusinasi   timbul   tanpapenurunan   kesadaran   dan   hal   ini   merupakansuatu  gejala  yang  hampir  tidak  dijumpai  padakeadaan lain (Maramis, 2005).

Berdasarkan   data   yang   diambil   darihasil rekapitulasi   Rekam medik di Rumah SakitErnaldi   Bahar   Jiwa   Daerah   Propinsi   SumatraSelatan   pada   tahun   2009   jumlah   keseluruhanpasien  jiwa  adalah  sebanyak  4313  pasien  dan413  pasien  yang  mengalami  halusinasi.  Tahun2010 jumlah pasien gangguan jiwa 4858 pasien,yang   mengalami   halusinasi   667.   tahun   2011jumlah pasien jiwa 4885 pasien, yangmengalami halusinasi 752 pasien.

Skizofrenia yang mempunyai gejalautama penurunan persepsi sensori yaituHalusinasi. Halusinasi merupakan hilangnyakemampuan manusia dalam membedakanrangsangan   internal   (pikiran)   dan   rangsangan

eksternal  (dunia  luar).  Klien  memberi  persepsiatau   pendapat   tentang   lingkungan   tanpa   adaobjek   atau   rangsangan   yang   nyata.   Sebagaicontoh    klien    mengatakan    mendengar    suarapadahal           tidak           ada           orang           yangberbicara.(Kusumawati & Hartono, 2011).

Bagi        mereka     yang        mengalamiHalusinasi  juga  tidak  luput  dari  masalah  stresyang dapat muncul dalam kehidupan nya sehari-hari. Salah satu jenis stresor yang dapat munculadalah      stresor      sosial      dimana      stres      dankecemasan      akan      meningkat      bila      terjadipenurunan  stabilitas.  Stress  merupakan  sebagaireaksi   fisik,   mental,   dan   kimiawi   dari   tubuhterhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan.Membingungkan,            membahayakan            danmerisaukan  seseorang  (  Grenberg,  1984  dalamYosep, 2007).

Kondisi  untuk  menimalisi  komplikasiatau    dampak    dari    Halusinasi    membutuhkanperan  perawat  yang  optimal  dan  cermat  untukmelakukan   pendekatan   dan    membantu   klienuntuk  memecahkan  masalah  yang  dihadapinyadengan     memberikan    penatalaksaan         untukmengatasi      Halusinasi.      Penatalaksaan      yangdiberikan  antra  lain  meliputi  farmakoligis  dannonfarmakologis.    Penatalaksaan    farmakologisantara    lain   dengan    memberikan    obat-obatanantipsikotik.            Adapun            penatalaksanaannonfarmakologis  dari  halusinasi  dapat  meliputipemberian     terapi-terapi   antara     lain     terapimodalitas. (Direja, 2011)

Terapi  Modalitas  adalah  terapi  dalamkeperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkanpotensi  yang  dimiliki  pasien  sebagai  titik  tolakterapi  atau  penyembuhan.  Ada    beberapa  jenisterapi  modalitas,  antara  lain:  terapi  individual,terapi     lingkungan     (milliu   therapi),     terapibiologis   atau   terapi   somatik,   terapi   kognitif,terapi  keluarga,  terapi  prilaku,  terapi  bermain  (Yosep, 2007 )

Pada   tahun   1984   WHO   memasukandimensi   spiritual   keagamaan   sama   petingnyadengan dimensi fisik, psikologis dan psikososial.Seiring  dengan  itu  terapi-terapi  yang  dilakukanpun     mulai     mengunakan     dimensi     spiritualkeagamaan,      sebagai      bagian      dari      terapimodalitas. Terapi yang demikian disebut denganterapi   holistik   artinya   terapi   yang   melibatkan

fisik, psikologis, psikososial

danspritual.(Yosep, 2007).

Salah satu bentuk Terapi Spiritual atauTerapi Religius ini antara lain Terapi Shalat dan

Page 3: Terapi Spiritual

Zikir.  Dalam  Terapi  Shalat  ini  semua  gerakan,sikap dan prilaku dalam Shalat dapatmelemaskan   otot   yang   kaku,   mengendorkantegangan sistem syaraf, menata danmenkonstruksi persendian tubuh, sehinggamampu   mengurangi   dampak   positif   terhadapkesehatan  kesehatan  syaraf  dan  tubuh  jika  zikiryang  dilafalkan   sacara   baik   dan  benar   sesuaiaturan dalam ilmu tajwid dan dipahami artis dandihayati maknanya disertai dengan kesungguhan(Wibisono, 1985 dalam Yosep, 2007 ).

Terapi religius pada kasus-kasusgangguan jiwa ternyata membawa manfaat.Angka   rawat   inap   pada   klien   gangguan   jiwaskizofrenia  yang  mengikuti  kegiatan  keagamaalebih  rendah  bila  dibandingkan  dengan  merekayang   tidak   mengetahuinya.   (Chu   dan   Klein,1985 dalam Yosep, 2007)

Dari  fenomena  diatas  peneliti  tertarikuntuk mengkaji dan membuktikan secara ilmiahtentang bagaimana penerapan therapipsikoreligius  dalam menurunkan  tingkat  stresspasien halusinasi oleh perawat di ruang Bangaudi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.

1.2. Rumusan MasalahMelihat fenomena latar belakang

diatas,   maka   rumusan   masalah   penelitian   iniadalah   belum   diketahuinya   penerapan   therapipsikoreligius  terhadap  penurunan  tingkat  strespasien Halusinasi oleh perawat di ruang Bangaudi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.1.3. Pertanyaan Penelitian

Dari permasalahan tersebut diatas makatimbul suatu pertanyaan penelitian yaitu ʻʼBagaimana penerapan therapi psikoreligiusdalam penurunan   tingkat   stres   oleh   perawatpasien halusinasi oleh perawat di ruang Bangau?1.4. Tujuan Penelitian1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan informasi yangmendalam  tetang  bagaimana  penerapan  therapipsikoreligius  terhadap  penurunan  tingkat  strespasien halusinasi oleh perawat di Ruang Bangaudi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun2012.1.4.2 Tujuan khusus

1.   Untuk      mendapatkan    informasimendalam     mengenai     penerapanTerapi Shalat.

2.   Untuk      mendapatkan      informasimendalam penerapan Terapi Zikir

3.   Untuk      mendapatkan      informasimendalam    tentang    tingkat    strespasien           Halusinasi           setelahmengikuti Terapi Shalat

4.   Untuk      mendapatkan      informasimendalam    tentang    tingkat    strespasien           Halusinasi           setelahmengikuti Terapi Zikir

2. Tinjauan Pustaka

2.1.       Konsep Dasar kesehatan Jiwa2.1.1.    Definisi kesehatan  Jiwa

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun1966,  tentang  Kesehatan  jiwa,  kesehatan  jiwaadalah    suatu    kondisi     yang    memungkinkanperkembangan  fisik,  intelektual  dan  emosionalyang optimal dari  seseorang  dan perkembanganitu  berjalan  selaras  dengan  keadaan  orang  lain.Makna   kesehatan   jiwa   mempunyai   sifat-sifatyang    harmonis    (serasi)    dan    memperhatikansemua  segi-segi  dalam  kehidupan  manusia  dandalam      hubungannya      dengan      orang      lain.(kusumawati,   2011),   sedangkan   menurut   whokesehatan   jiwa   adalah   berbagai   karakteristikpositif   yang   menggambarkan   keselarasan   dankeseimbangan    kejiwaan    yang    mencerminkankedewasaan kepribadiannya. Direja, (2011)Seseorang  yang  “sehat  jiwa”  mempunyai  ciri-ciri sebagai berikut:1.   Merasa senang terhadap dirinya serta

1.   Mampu menghadapi situasi.2.   Mampu  mengatasi  kekecewaan  dalam

hidup.3.   Puas dengan kehidupannya sehari-hari.4.   Mempunyai harga diri yang wajar.5.   Menilai  dirinya   secara   realistis,   tidak

berlebihan           dan           tidak           pulamerendahkan.

2.   Merasa nyaman berhubungan dengan oranglain serta

1.   Mampu mencintai orang lain2.   Mempunyai    hubungan    pribadi    yang

tetap3.   Dapat  menghargai  pendapat  orang  lain

yang berbeda

4.   Merasa bagian dari suatu kelompok5.   Tidak "mengakali"  orang lain  dan j

ugatidak membiarkan orang

lain

Page 4: Terapi Spiritual

"mengakali" dirinya3.   Mampu memenuhi tuntutan hidup serta

1.   Menetapkan tujuan hidup yang realistis2.   Mampu mengambil keputusan3.   Mampu menerima tanggung jawab4.   Mampu merancang masa depan5.   Dapat  menerima  ide  dan  pengalaman

baru6.   Puas dengan pekerjaannya

2.1.2 PerawatPasien dengan gangguan jiwa perlu

bantuan   tenaga   kesehatan   yang   khusus   yangdapat   mengatasi   masalah   kesehatan   jiwanya.Tenaga kesehatan tersebut adalah seorangperawat.2.1.2.1. Definisi Perawat

Perawat adalah seseorangtelah menyelesaikan programpendidikan keperawatan, berwenangdinegara bersangkutan untukmemberikan pelayanan, danbertanggung  jawab  dalam  peningkatankesehatan,   pencegahan   penyakit   sertapelayanan terhadap pasien.(Internasional Council of Nursing,1965)

Menurut   Undang-undang   RI.No.23  tahun  1992  menyatakan  bahwaperawat adalah seseorang yangmemiliki kemampuan serta ketrampilandan mempunyai kewenanganmelakukan tindakan keperawatanberdasarkan ilmu yang dimilikinya,yang diperoleh melalui pendidikanperawatan.

2.1.2.2 Peran PerawatPeran  Perawat   menurut  CHS

(Consorsium Hight Science) 1989(dalam Nurhasanah, 2010) adalahtingkah laku yang diharapkan olehseseorang   terhadap   orang   lain   dalamsuatu sistem, antara lain:1.   Pemberi asuhan keperawatan.2.   Pembela pasien.3.   Pendidik tenaga perawat dan

masyarakat.

4.   Koordinator       dalam       pelayananpasien.

5.   Kolaborator  dalam  membina  kerjasama    dengan    profesi    lain    dansejawat.

6.   Konsultan    atau    penasehat    padatenaga kerja dan pasien.

7.   Pembaharu     sistem,     metodologi,dan sikap.

Peran         perawat         menurutLokakarya Nasional tahun 1983 adalah:1.   Pelaksana pelayanan keperawatan.2.   Pengelola   pelayanan   keperawatandan institusi Pendidikan.

3.   Pendidik dalam keperawatan.4.   Peneliti           dan           pengembangkeperawatan.

2.1.2.3 Fungsi PerawatFungsi  adalah  pekerjaan  yang

harus     dilaksanakan     sesuai     denganperanannya.Tujuh fungsi perawat menurut Phaneuf(1972) antara lain:1.   Melaksanakan      instruksi      dokter

(fungsi dependen).2.   Observasi     gejala     dan     respons

pasien  yang  berhubungan  denganpenyakit dan penyebabnya.

3.   Memantau  pasien,  menyusun,  danmemperbaiki  rencana  keperawatansecara   terus-menerus   berdasarkanpada     kondisi     dan     kemampuanpasien.

4.   Mencatat dan melaporkan keadaanpasien.

5.   Melaksanakan prosedur dan teknikkeperawatan.

6.   Supervisi  semua  pihak  yang  ikutterlibat dalam perawatan pasien.

7.   Memberikan       pengarahan       danpenyuluhan    untuk    meningkatkankesehatan      fisik      dan       mental.(Nurhasanah, 2010).

2.2 Konsep Dasar Halusinasi2.2.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi  adalah  suatu  persepsi  yangsalah   tanpa   dijumpai   adanya   rangsangan   dariluar.  Walaupun  tampak  sesuatu  yang  “khayal”,halusinasi   sebenarnya   merupakan   bagian   dari

kehidupan  mental  penderita  yang  “  tereps

esi”.Halusinasi dapat terjadi karena

dasar-dasarorganic  fungsional,  psikotik  maupun  hister

Page 5: Terapi Spiritual

ik.(Yosep, 2007)

Halusinasi  adalah  sensasi  panca  indratanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,mendengar, membau dan ada rasa kecapmeskipun tidak ada suatu rangsang  yang tertujupada kelima indra tersebut ( Damaiyanti, 2008 )

Halusinasi adalah hilangnyakemampuan manusia dalam membedakanrangsangan  internal  (  pikiran  )  dan  rangsanganeksternal (dunia luar).Klien memberikanpersepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpaada  objek  atau  rangsangan  yang  nyata.  Sebagaicontoh klien mengatakan mendengar suarapadahal tidak ada orang yang berbicara(Kusumawati  dan Hartono  2011).2.2.2 Penyebab Halusinasi

Menurut Yosep (2007) penyebabhalusinasi   ada   faktor   predisposisi   dan   faktorpresipitasi :a. Faktor predisposisi

a.   Genetikb.   Neurobiologyc.   Neurotransmitterd.   Abnormal perkembangan sarafe.   Psikologis

b. Faktor presipitasia. Proses pengolahan informasi yang

berlebihanb.   Mekanisme   penghantaran  listrik   yang

abnormalc. Adanya gejala pemicu.

2.2.5. Tahapan HalusinasiMenurut   Direja (2011) Halusinasi

melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :1.Fase 1 (Non-psikotik)

Pada tahap ini, halusinasi mampumemberikan   rasa   nyaman   pada   klien,   tingkstorientasi  sedang.  secara  umum  pada  tahap  inihalusinasi  merupakan  hal  yang  menyenangkanbagi kliena. Karakteristik : Mengalami kecemasan,

kesepian, rasa bersalah, danketakutan,Mencoba   berfokus   pada   pikiranyang dapat menghilangkan kecemasan,Pikiran dan pengalaman sensorik masih adadalam control kesadarn

b.   Perilaku   yang   muncul   :   Tersenyum   atautertawa   sendiri,   Menggerakan   bibir   tanpasuara, pergerakan mata yang cepat, Responsverbal lambat, diam, dan berkonsentrasi

2. Fase II (Non-psikotik)Pada  tahap  ini  biasanya   klien  bersikap

menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasanberat.  secara  umum  halusinasi  yang  ada  dapatmenyebabkan antipasti.a.       Karakteristik       :       Pengalaman       sensori

menakutkan   atau   merasa   dilecehkan   olehpengalam tersebut, Mulai merasa kehilangancontrol, Menarik diri dari orang lain

b.  Perilaku  yang  muncul  :  Terjadi   peningkatandenyut   jantung,   pernapasan,   dan   tekanandarah,      Perhatian      terhadap      lingkunganmenurun,  konsentrasi  terhadap  pengalamansensori        pun        menurun,        Kehilangankemampuan    dalam    membedakan    antarahalusinasi dan realita.

3. Fase III (Psikotik)Klien   biasanya   tidak   dapat   mengontrol

dirinya   sendiri,   tingkat   kecemasan   berat,   danhalusinasi tidak dapat ditolak lagia. Karakteristik : Klien menyerah dan menerima

pengalaman      sensorinya,      Isi      halusinasimenjadi   atraktif,   Klien   menjadi   kesepianbila pengalaman sensori berakhir

b.   Perilaku   yang   muncul   :    Klien   menurutiperintah     halusinasi,     Sulit     berhubungandengan    orang    lain,    Perhatian    terhadaplingkungan     sedikit     atau     sesaat,     Tidakmampu    mengikuti    perintah    yang    nyata,Klien tampak tremor dan berkeringat

a.   Fase IV ( Psikotik )Klien   sudah     sangat      dikuasai      oleh

halusinasi dan biasanya klien terlihat panikPrilaku yang muncul : Resiko tinggi mencederai,Agitasi   /   kataton,   Tidak   mampu   meresponsrangsangan yang ada.2.2.6.     Data   penting   yang   perlu   didapat   saatpengkajian

1.    Jenis HalusinasiBerikut           adalah           jenis-jenishalusinasi,  data  objektif  dan  datasubjetifnya.data      objektif      dapatdikaji  dengan  cara  mengobservasiperilaku   pasien,   sedangkan   datasubjektif     dapat     dikaji     denganmelakukan         cara         wawancaradengan pasien

2.   Isi HalusinasiData  tentang  isi  halu

sinasi  dapatdiketahui dari

hasil

Page 6: Terapi Spiritual

pengkajiantentang jenis halusinasi

3. Waktu, Frekuensi, dan situasi yangmenyebabkan munculnyahalusinasi.Perawat perlu juga perlu mengkajiwaktu, frekuensi, dan situasimunculnya halusinasi yangdialami   pasien.hal   ini   dilakukanuntuk menentukan intervensikhusus pada waktu terjadinyahalusinasi, menghindari situasiyang menyebabkan munculnyahalusinas.   sehingga   pasien   tidaklarut dengan halusinasinya. denganmengetahui frekuensi terjadinyahalusinasi dapat direncanakanfrekuensi tindakan untukmencegah terjadinya halusinasi.(Damaiyanti, 2011)

2.2.7 Tindakan keperawatan pasien denganhalusinasiAda   5   tindakan   keperawatan   pasien   denganhalusinasi menurut Damaiyanti, (2011)

1. Membina hubungan saling percayaperawat-kliena.Sapa   klien   dengan   ramah   baik

verbal maupun non verbalb. Perkenalkan diri dengan sopanc.   Tanyakan  nama   lengkap   klien

dengan nama panggilan yangdisukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuane. Jujur dan menepati janji

2. Klien dapat mengenali halusinasia.   Adakan kontak yang sering dansingkat secara lengkapb. Bantu klien mengenal

halusinasinyac.   Jika   menemukan   klien   yang

sedang halusinasi,   tanyakanapakah ada suara yangdidengar

d.   Jika klien menjawab ada,lanjutkan apa yang dikatakan

e.   Katakan bahwa perawatpercaya klien mendengarsuara itu, namun perawatswndiri  tidak  mendengharny  (

dengan  anda  bersahabat  tanpamenuduh / menghakimi )

f.    Katakan bahwa klien lain jugaada seperti klien

g.     Katakan  bahwa  perawat  akanmembantu klien

3.      Klien            dapat             mengontrolhalusinasinyaa.   Identifikasi  bersama  klien  cara

tindakan  yang  dilakukan  jikaterjadi     halusinasi     (     Tidur,marah,   menyibukan  diri,   danlain-lain)

b.  Diskusikan  manfaat  cara  yangdilakukan            klien,            jikabermanfaat beri  pujian

c.    Diskusikan    cara    baru    untukmemutus         /          mengontroltimbulnya halusinasi

d.     Bantu     klien     memilih     danmelatih      cara      memutuskanhalusinasi secara bertahap

e.        Beri        kesempatan        untukmelakukan    cara    yang    telahdilatih. Evaluasi hasil dan beripujian jika berhasil

f.  Anjurkan  klien  mengikuti terapiaktivitas    kelompok    orientasirealita,stimulus persepsi.

4.      Klien       dapat       dukungan       darikeluarga         dalam         mengontrolhalusinasi.a.  Anjurkan  klien  untuk  memberi

tahu    keluarga    keluarga    jikamengalami halusinasi

b.    Diskusikan    dengan    keluarga,gejala  halusinasi  yang  dialamiklien,       cara       yang       dapatdilakukan  klien  dan  keluargauntuk  memutuskan  halusinasi,caramerawat     anggota     yanghalusinasi         dirumah         berikegiatan        jangan        biarkansendiri.

5.      Klien  memanfaatkan  obat  denganbaika.    Diskusikan    dngan   klien    dan

keluarga         tentang         dosis,frekuensi, dan manfaat obat

b.   Anjurkan   klien   minta   s

endiriobat pada perawat

danmerasakan manfaatnya

c.   Anjurkan   klien   bicara   dengan

Page 7: Terapi Spiritual

dokter tentang manfaat danefek samping obat yangdirasakan

d. Diskusikan akibat berhenti obat-obatan tanpa konsultasi.

a.   Perasaan negativistikb.   Kemampuan   berkonsentrasi menurun

tajamc.   Perasaan takut yang tidak dapat

dijelaskan, tidak mengerti mengapa.5. Stress Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebihmendalam dari tahapan IV diatas yaitu :a.   Keletihan yang  mendalamb.   Untuk pekerjaan-pekerjaan yang

sederhana saja terasa kurang mampuc.   Gangguan sistem pencernaan lebih

sering,   sukar   buang   air   besar,   atausebaliknya feses cair dan seringkebelakang

d.   Perasaan  takut  yang  semakin  menjadi,mirip panik

6. Stress Tingkat VITahapan   ini   merupakan   tahapan   puncakyang merupak keadaan gawat darurat. Tidakjarang  penderita  dalam  tahapan  ini  dibawake  ICCU  .  gejala-gejala  pada  tahapan  inicukup mengerikan diantaranya :a.   Debar jantung terasa amat keras, hal ini

disebabkan zat adrenalin yangdikeluarkan, karena stress tersebutcukup tinggi dalam peredaran darah.

b.   Nafas sesak, megap-megapc.   Badan  gemetar,  badan  dingin  keringat

bercucurand.   Tenaga untuk hal-hal yang ringan

sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan ataucollaps.Bilamana   diperhatikan   maka   tahapan

stress  diatas  menunjukan  manifestasi  dibidangpisik dan psikis. Dibidang fisik berupakelelahan,   sedangkan   dibidang   psikis   berupakecemasan   dan   depresi.   Hal   ini   dikarenakanpenyediaan   energi   fisik   maupun   mental   yangmengalami  defisit  terus  menerus.  Sering  buangair  kecil  dan  sukar  tidur   merupakan  pertandadari depresi.

2.3.3. Cara Mengelola StressSebenarnya   stress   akan   lebih   mudah

dimanage   jika   lebih   awal   menyadari   gejala-gejalanya.  Beberapa  tipe  praktis  berikut  dapatdilakukan saat stress melanda.

a.    Saat       ketegangan       melanda       jiwa,mandilah     dengan     air     hangat     agarsyaraf-syaraf berelaksasi.

b.   Perbanyaklah     zikir,     sebab     denganberzikir    kita    mengingat    allah,    danhanya  dengan  mengingat  allah-lah  hatimenjadi tenang.

c.    Bacalah    al-quran    dan    renungkanlahmaknanya,   inshaalah   hati   akan   lekasterobati,   sebab   al-quran   adalah   obathati yang mujarab

d.   Perbanyaklah      doa      kepada      allah.Amalkanlah     doa     penghilang     stressdengan  keyakinan  penuh  bahwa  allahakan menghilangkan stress.

e.    Berolahragalah.    Selain    secara    fisikmenyehatkan,      olahraga      dapat      merefresh jiwa saat bertemu dengan oranglain diluar rutinitas hidup. Dengan katalain    olahraga    dapat    menjadi    sranauntuk  memenuhi  kebutuhan  psikologissebagai mahluk sosial.

f.    Kurangilah      mengkonsumsi    kafein,karena    zat    ini    dapat    meningkatkanintensitas    tekanan    darah    dan    dapatmenimbulkan kegelisahan.

g.   Istirahat  yang  cukup  pada  malam  hari,sesuaikan dengan kebutuhan tidur.

h.   Lakukanlah       refreshing,       meskipunhanya    sekedar    jalan-jalan    cara    iniefektif untuk mengurangi kejenuhan,

i.    Bercandalah      dan      bercengkramalahdengan orang-orang tercinta.

2.4 Terapi Modalitas2.4.1 Definisi Terapi Modalitas

Terapi  modalitas  adalah  terapi  utamadalam  keperawatan  jiwa.  Terapi  ini  diberikandalam   upaya   mengubah   perilaku   pasien   danperilaku    yang    maladaptif    menjadi    perilakuadaptif.    (Kusumawati    dan    Hartono,    2011).Terapi   modalitas   keperawatan   jiwa   dilakukanuntuk  memperbaiki  dan  mempertahankan  sikapklien  agar  mampu  bertahap  dan  bersosialisasidengan  lingkungan  masyarakat  sekitar  denganharapan   klien   dapat   terus   bekerja   dan   tetap

berhubungan dengan

keluarga, teman,

dansistem   pendukung   yang   ada   

Page 8: Terapi Spiritual

ketika   menjalaniterapi. (Nasir et.all, 2011)

Menurut Direja, (2011) terapimodalitas   bertujuan   agar   pola   perilaku   ataukeperibadian  seperti  keterampilan  koping,  gayakomunikasi dan tingkat harga diri secarabertahap  dapat  berkembang.  Mengingat  bahwaklien dengan gangguan jiwa membutuhkanpengawasan yang ketat dan lingkungan suffortifyang aman. Beberapa terapi keperawatandidasarkan ilmu dan seni keperawatan jiwa.2.4.2  Jenis Jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapimodalitas,menurut Dahlia, (2009) antara lain:

a. Terapi individualTerapi individual adalah

penanganan   klien   gangguan jiwadengan pendekatan hubunganindividual antara seorang terapisdengan seorang klien. Suatuhubungan yang terstruktur yangterjalin   antara   perawat   dan   klienuntuk mengubah perilaku klien.

b. Terapi LingkunganTerapi lingkungan adalah

bentuk terapi yaitu menatalingkungan   agar   terjadi   perubahanperilaku   pada   klien   dari   perilakumaladaptive menjadi perilakuadaptif. Perawat menggunakansemua lingkungan rumah sakitdalam   arti terapeutik. Bentuknyaadalah   memberi   kesempatan   klienuntuk tumbuh dan berubah perilakudengan memfokuskan pada nilaiterapeutik   dalam aktivitas daninteraksi.

c. Terapi BiologisPenerapan terapi biologis atau

terapi somatik didasarkan padamodel   medical  di  mana  gangguanjiwa   dipandang   sebagai   penyakit.Ini  berbeda  dengan  model   konsepyang  lain  yang  memandang  bahwagangguan jiwa murni adalahgangguan  pada  jiwa  semata,  tidakmempertimbangkan adanyakelaianan patofisiologis. Tekananmodel   medical   adalah   pengkajian

spesifik       dan       pengelompokkasngejala dalam sindroma spesifik.

d. Terapi KognitifTerapi kognitif adalah strategi

memodifikasi  keyakinan  dan  sikapyang   mempengaruhi   perasaan   danperilaku       klien.       Proses       yangditerapkan         adalah         membantumempertimbangkan     stressor     dankemudian        dilanjutkan        denganmengidentifikasi   pola   berfikir   dankeyakinan yang tidak akurat tentangstressor tersebut. Gangguan perilakuterjadi  akibat  klien  mengalami  polakeyakinan  dan  berfikir   yang  tidakakurat.      Untuk      itu      salah      satumemodifikasi        perilaku        adalahdengan  mengubah  pola  berfikir  dankeyakinan    tersebut.    Fokus    auhanadalah      membantu      klien      untukreevaluasi  ide,  nilai  yang  diyakini,harapan-harapan,    dan      kemudiandilanjutkan        dengan        menyusunperubahan kognitif

e. Terapi KeluargaTerapi  keluarga  adalah  terapi

yang     diberikan     kepada     seluruhanggota      keluarga      sebagai      unitpenanganan (treatment unit). Tujuanterapi keluarga adalah agar keluargamampu    melaksanakan    fungsinya.Untuk itu sasaran utama terapi jenisini adalah keluarga yang mengalamidisfungsi

f. Terapi kelompokTerapi        kelompok        adalah

bentuk   terapi   kepada   klien   yangdibentuk    dalam    kelompok,    suatupendekatan    perubahan      perilakumelalui    media    kelompok.    Dalamterapi             kelompok             perawatberinteraksi     dengan     sekelompokklien     secara     teratur.     Tujuannyaadalah meningkatkan kesadaran diriklien,       meningkatkan       hubunganinterpersonal,         dan         mengubahperilaku maladaptive

g. Terapi perilakuAnggapan    dasar    dari    terapi

perilaku   adalah   kenyataan   bahwaperilaku      timbul      akibat      proses

pembelajaran.   Perilaku   sehat  

 olehkarenanya dapat

dipelajaridisubstitusi dari perilaku yang t

Page 9: Terapi Spiritual

idaksehat. Teknik dasar yang digunakandalam  terapi  jenis  ini  adalah:  Rolemodel, Kondisioning operan,Sensitisasi  sistematis,  Pengendaliandiri, Terapi aversi atau relekskondisi

h. Terapi bermainTerapi bermain diterapkan

karena  ada  anggapan  dasar  bahwaanak-anak akan dapatberkomunikasi  dengan  baik  melaluipermainan dari pada denganekspresi verbal.   Dengan   bermainperawat dapat mengkaji tingkatperkembangan, status emosionalanak,  hipotesa  diagnostiknya,  sertamelakukan intervensi untukmengatasi masalah anak tersebut

i. Terapi psikoreligius/spritualterapi psikoreligius/ spritual

adalah terapi yang biasanya melaluipendekatan keagamaan.

2.4.3 Terapi PsikoreligiusMenurut Wicaksana, (2012) Untuk

terapi spiritual gangguan mental bisa dibagi duagolongan besar saja, yaitu nonpsikotik   danpsikotik.  Untuk  non  psikotik  banyak  jenisnya,seperti gangguan cemas, gangguan somatoform,depresi,  gangguan  kepribadian,  dll.  Sedangkangangguan psikotik adalah : Skizofrenia (5  tipe),Gangguan Afektif Berat dengan gejala psikotik (Bipolar manik dan Depresi Berat), Skizoafektif,Psikosis   Polimorfik   Akut,   Gangguan   WahamMenetap,   Psikosis   Non   Organik   lainnya   danGangguan Psikotik Organik.

a. Ciri gangguan psikotikEgo yang collaps atau disfungsi,

penalaran runtuh, adanya waham (pikiranterdistorsi), halusinasi (pendengaran, visual,penciuman,  tactil)  ,  gangguan  asosiasi  pikiran(inkoherensi), tingkah laku kacau atau katatonik,gangguan  daya  nilai  realitas,  da  tidak  adanyakesesuaian  antara  pikiran  dengan  perasaan  dantindakan.

Karena hal itu semua maka padapsikotik,  penderita  tidak  mampu  mengarahkankemauannya   secara   sadar,   tidak mempunyai

tilikan             diri,             dan             tidak             bisamempertanggungjawabkan               perbuatannya.Pemberian terapi spiritual akan diinterpretasikansecara   salah   karena   gejala-gejala   itu   semuaberpengaruh      kuat      pada      proses    pikirnya.Misalnya,    akan    timbul    rasa    bersalah    atauberdosa  dan  tidak  berguna,  yang  berlanjut  keusaha   bunuh   diri.   Atau   munculnya   kembaliwaham  paranoid  karena  merasa  mau  ”dijejali”ide-ide   agama   oleh   musuh-musuhnya   secaraterencana

b.   Kriteria      terapi      psikoreligius    padapasien jiwa1. Bila dengan pengobatan antipsikotik

selama      2-4    mg,      gejala-gejalawaham,  halusinasi,  inkoherensi  dantingkah  laku  kacau  (gaduh  gelisah)sudah mereda.

2.   Ego   dan   penalaran   sudah   mulaiberfungsi          kembali          sehinggainterpretasi  terhadap  ide-ide  sudahtepat.

3.   Status   mental   tidak   rentan/rapuhatau emosi sudah stabil

4.    Bila    perlu    dengan    skor    BriefPsychiatric    Rating   Scale   (BPRS)yang sudah minimal.

Variasi    pasien    psikotik    yang    siapmenerima  terapi  spiritual,    sepeerti:  skizofreniatak  terinci  (F20.3)  yang  sudah  membaik,  sudahlebih    6    bulan    tidak    ditengok    atau    diambilkeluarganya, pasien masuk dengan gejala samarskizofrenia residual, pasif apatis, keluarga hanyatidak  mau  merawatnya  di  rumah  dengan  alasanapapun,    pasien    psikotik    yang    waham    danhalusinasinya  sudah  reda,  tapi  masih  impulsifdan  cenderung  lari  pulang,  pasien  depresi  beratdengan     gejala     psikotik     yang     waham     danhalusinasinya  sudah  reda  meski  harus  hati-hatikarena   terapi   spiritual   bisa   menyulut   wahambersalah dan berdosanya, psikosis polimorf akut(E23.0)  yang  dalam  3-5  hari  sudah  reda  gaduhgelisah  dan  halusinasinya,  tapi  keluarga  belumberani mengambil. Wicaksana, (2012)

Pada     konfrensi     yang     diadakan     dicanbera pada tahun 1980, dengan tema  Role  OfReligion  In  The  Prevetion  Of  Drug  Addiction.Pada       kelompok-kelompok     yang       terkenanarkotik,alkohol,   dan   zat   adiktif   (NAZA)   itusejak  dini  komitmen  agama  nya  lemah.  Hal  inidibandingkan    penelitian    dengan    orang    kuat

komitmen   agamanya.   Kesimpulannya   re

maja-remaja  yang  sejak  dini  komitmen  agama  nyalemah  memiliki  resiko  terkena  (NAZA)  e

Page 10: Terapi Spiritual

mpatkali lebih besar dibandingkan anak-anak remajayang sejak dini komitmen agamanya kuat. Inilahsalah  satu  contoh  peranan  agama  karna  agamaitu membawa ketenangan.

Contoh tentang peranan peranan agamayang  lain  adalah  di  sejumlah  rumah  sakit  jiwaada  uji  perbandingan  terapi   yang  di  terapkankepada para penderita penyakit jiwa skizofrenia,yakni antara cara konvensional (dengan obat dansebagainya) dan dengan cara pendekatankeagamaan, hasilnya hasilnya kelompokskizofrenia   yang   terapinya   ditambah   degngankeagamaan   waktu  perawatannya   lebih  pendekdan gejala-gejala nya lebih cepat hilang.

Salah satu bentuk Terapi Spiritual atauTerapi Religius ini antara lain Terapi Shalat danZikir.  Dalam  Terapi  Shalat  ini  semua  gerakan,sikap dan prilaku dalam Shalat dapatmelemaskan   otot   yang   kaku,   mengendorkantegangan system syaraf, menata danmenkonstruksi persendian tubuh, sehinggamampu   mengurangi   dampak   positif   terhadapkesehatan  kesehatan  syaraf  dan  tubuh  jika  zikiryang  dilafalkan   sacara   baik   dan  benar   sesuaiaturan dalam ilmu tajwid dan dipahami artis dandihayati maknanya disertai dengan kesungguhan(Wibisono, 1985 dalam Yosep, 2007 ).2.4.3.1   Terapi Shalat Dan Dzikir PadaKesehatan Jiwa

a. ShalatShalat  merupakan  ibadah  utama  dalam

islam bahkan dalam rukun islam nabiMuhammad  menyebutkan  sebagai  yang  keduasetelah   kalimat   syahadat   (syahadatain).   NabiMuhammad  pernah  berwasiat,  islam  dibangundengan  lima  pilar,  bersaksi  tiada  tuhan  selainallah dan Muhammad adalah utusan allah,menegakan  Shalat,  membayar  zakat,  berhaji  keka’bah dan berpuasa dibulan ramadhan “(Hr.Bukhari dan Muslim).

Shalat juga mengandung dimensispiritual,.  kita  dapat  hidup  hanya  dengan  jasad,tetapi   tanpa   ruh,   niscaya   kurang   sempurna.Setelah memenuhi syarat dan rukun sholat makatelah sah Shalat kita. Namun, jika Shalatdidirikan  tanpa  menghayati  makna  bacaan  dangerakan   dengan   khusyuk   niscaya   kita   belummendapatkan hakikat shoalat itu sendiri. Betapa

pentingnya  kekhusyukan  sholat  sehingga  allahberfirman    ”    dan     memohonlah    pertolongan(kepada   allah)   dengan   sabar   dan   Shalat,   dansesungguhnya   Shalat   itu   sangat   berat   kecualibagi mereka yang khusyuk (Qs.Al-Baqarah)

Menurut        M.        Thobroni,        (2011)melakukan    Shalat    lima    waktu    sehari    dapatdipandang sebagai  bentuk praktis dari olahraga.Keseluruhan    gerakan    dalam    sholat    bersifattenang,  berulang-ulang,  dan  melibatkan  semuaotot      persendian     sehingga      dapat      menjagakeseimbangan  energi.  Hal  tersebut  disebabkanoleh pembakaran kalori dengan teratur.

Menurut M.  Thobroni, (2011) Gerakanshalat  mempunyai  manfaat  bagi  kesehatan  jiwaadalah sebagai berikut :

1.    Ketika takhbiratul ikhram,Kita  berdiri  tegak  mengangkat  kedua

tangan   sejajar   telinga   lalu   melipatnya   depanperut   dan   dada   bagian   bawah.   Gerakan   inimelancarkan   aliran   darah,   getah   bening   dankekuatan  otot  lengan.  Posisi  jantung  dibawahotak,    memungkinkan    darah    mengalir    lancarkeseluruh  tubuh,   Kala   kita   bediri  tubuh  akanterasa  ringan  karena  berat  tubuh  tertumpu  padakedua    kaki,    sedangkan    otot-otot    punggungsebelah  atas  dan  bawah  dalam  keadaan  kendur.Punggung      dalam      keadaan      lurus      denganpandangan  terpusat  pada  tempat  sujud.  Pikiranberada   dalam  keadaan   terkendali.   Pusat   otak,atas  dan  bawah,  menyatu  membentuk  kesatuantujuan.

2.  RukukRukuk  merupakan  satu  metode  untuk

menguatkan otot-otot pada persendian kaki yangdapat   meringankan   tegangan   pada   lutut.   Saatrukuk,  seseorang  meregangkan  otot  punggungsebelah  bawah,  otot  paha,  dan  otot  betis  secarapenuh. Tekanan akan terjadi pada otot lambung,perut  dan  ginjal  sehingga  darah  akan  terpompake   atas   tubuh.   Secara   spiritual,   Rukuk   dapatmembentuk  seseorang  untuk  tidak  hidup  dalamkesombongan,  merendahkan  dan  menundukkandiri,  dan  senatiasa  berusaha  dalam  memperluashati    dan    memperbarui    Kekhusyukan    sholat,merasakan      dirinya    hina      dan      merasakankemuliaan allah.

3. i’tidalI’tidal   adalah    variasi   postur   setelah

rukuk  dan  sebelum  sujud.  Kala  kita  melakukangerakan    berdiri    bungkuk    lalu    berdiri    sujud

merupakan latihan pencernaan yang

baik.Dengan melakukan gerakan itu

organpencernaan didalam perut  mengalami pemij

Page 11: Terapi Spiritual

atandan   pelonggaran   secara   bergantian.   Hal inimemberikan dampak tertentu,  yakni pencernaanmenjadi   lebih   lancar.   Postur   tubuh   kembalitegak  sehingga  memberika  tekanan  pada  alirandarah   untuk   bergerak   keatas.   Hal   ini   dapatmembuat tubuh mengalami relaksasi danmelepaskan  ketegangan. Hal  serupa juga terjadiketika  berdiri  setelah  sujud.  Dengan  relaksasidari ketegangan, dapat menyehatkan danmenenangkan fikiran dari segala bebanpersoalan, tetapi juga memiliki kesempatanuntuk merumuskan jalan keluar, sertamerancang   rencana-rencana   masa   depan   yanglebih matang.

4. SujudGerakan sujud diyakini dapat

membawa  kedamaian,  keselarasan,  kesesuaian,ketenangan  dan  kebahagiaan.  Ketika  seseorangmelakukan   sujud,   badan   dari   belakang   ratakedepan, kedua telapak tangan ditempelkanpada  lantai/tanah,  dan  kaki  ditekuk,  Nabi  sawpernah bersabda,  “jangan  kau  usap  kerikil  yangmenempel   dimukamu   karena   hal   itu   menjadimutiara disurga kelak” Wasiat tersebut memberimakna  bahwa  betapa  secara  kesehatan,  wajah(muka)   yang   terkena   kerikil   dalam   keadaansujud  dapat  menjadi  sumber  pijat  refleksi  yangberufungsi   melancarkan   peredaran   darah   danmengendurkan  saraf-saraf  dibagian  wajah.  Jikasaraf-saraf muka kendur dan peredaran darahnyaakan   menjadi   lancar,   Dengan   demikian,   saatsujud  diyakini  bukan  saja  menetralisisr  potensipusing  dan  beban  pikiran,  tetapi  juga  denganperedaran darah yang lancar dapat menyebabkanpikiran menjadi cerah dan cerdas. Denganasupan  darah  yang  cukup,  otak  menjadi  lebihbergairah  untuk  mencerna  berbagai  persoalaandan dapat bekerja secara baik.

5. Duduk iftirosyDuduk iftirosy (tahiyat awal) dan

tawaruk  (tahiyat  akhir)  juga  dipandang  menjadiproses pada pangkal paha yang terhubungdengan saraf. Ketika duduk, biasanya kitamenekukkan  jari-jari  kaki  kanan.  Gerakan  inidapat  menjadi pijat refleksi  terhadap  saraf-sarafkaki  dan  memperlancar  peredaran  darah  hinggake  saraf  kepala.  Dengan  duduk  tahiyat,  tubuhakan mengalami relaksasi dan merangsang otot-

otot  pangkal  paha  sehingga  dapat  mengurangirasa  nyeri  dan  sakit  pada  pangkal  paha.  Ketikakita      mengalami      relaksasi,      semua      aliranperedaran  darah  lancar  dan  jiwa  kita  menjaditenang.  Kita  diharapakan  dapat  berfikir  denganjernih  dalam  menghadapi  situasi  apapun.  Kitatidak     mulah     tertekan,   tegang,     dan     panikmeskipun didera beragam persoalan

6. SalamGerakan   diatas   semakin   lengkap   jika

diahiri    dengan    salam,     yakni    dengan    caramemutar  kepala  kekanan  dan  kekiri.    memutarkepala   kekanan   dan   kekiri   diyakini   menjadiproses      relaksasi      mujarab      untuk    semakinmeregangkan    ketegangan    otot    sekitar    lehersehingga aliran peredaran darah menjadi lancar.Denga    cara    itu    kepala    menjadi    tersa    lebihringan,fresh,   dan   mudah   mencerna   apa   yangsedang   difikirkan.   Kita   dapat   menjadi   lebihfokus     terhadap     apa     yang     menjadi     bahanpemikiran kita, menjadi lebih hening, dan jernihdalam     memandang     setiap     persoalan.     Adaketenangan   dan   keheningan   yang   ditanamkandalam gerakan tersebut. M. Thobroni, (2011)

b. DzikirDzikir     dan     bacaan     dalam     shalat

membuat     hati     seseorang     menjadi     tenang.Keadaan tenang dan rileks  mempengaruhi  kerjasistem  syaraf  dan  endokrin.  Pada  orang  yangstress     dan     tegang,   corteks     adrenal   akanterangsang   untuk   mensekresi   cortisol   secaraberlebihan       sehingga       terjadi       peningkatanmetabolisme   tubuh   secara   mendadak,   apabilahal      ini      berlangsung      lama      maka      akanmenurunkan  sistem  immunitas  tubuh.   Denganbacaan      do’a      dan      berdzikir      orang      akanmenyerahkan segala permasalahan kepada allah,sehingga    beban    stress    yang    di    himpitnyamengalami penurunan. Yosep, (2007)2.4.3.2 Manfaat Terapi Psikoreligius Pada KlienJiwa

Manfaat  komitmen  agama  tidak  hanyadalam    penyakit    fisik,    tetapi    juga    dibidangkesehatan  jiwa.  Dua  studi  epidemologik  yangluas  telah  dilakukan  terhadap  penduduk.  Untukmengetahui   sejauh   mana   penduduk   menderitapsychological     distress.     Dari     studi     tersebutdiproleh kesimpulan bahwa makin religius makamaakin    terhindar    kalian    dari    stress    Linaen(1970)     dalam     Yosep,      (2007).     Kemudiandikemukakan lebih  mendalam  komitmen agama

seorang telah menujukan taraf

kesehatanjiwanya.

Terapi   keagamaan   (intervensi   religi)

Page 12: Terapi Spiritual

pada  kasus-kasus  gangguan  jiwa  ternyata  jugamembawa  manfaat.  Misalnya  angka  rawat  inappada  klien  skizofrenia  yang  mengikuti  kegiatankeagamaan lebih rendah bila dibandingkandengan  merka  yang  tidak  mengikutinya,  (Chudan Klien, 1985 dalam Yosep, 2007).

Kegiatan keagamaan/ibadah/shalat,menurunkan  gejala  psikiatrik,  Riset  yaang  lainmenyebutkan  bahwa  menurunnya  kunjungan  ketempat ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diridi  USA  ,Kesimpulan  dari  berbagai  riset  bahwareligiusitas  mampuh  mencegah  dan  melindungidari penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaanmeningkatkan proses adaptasi danpenyembuhan.   (Mahoney   et.all,   1985   dalamYosep, 2007).

Menurut  Darajat,  (1983)  dalam  Yosep,(2007)  ,  perasaan  berdosa  merupakan  faktor  –faktor  penyebab  gangguan  jiwa  yang  berkaitandengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal  inidi akibatkan karena seseorang merasa dosa yangtidak bisa terlepas dari perasaan tersebutkemudian menghukum dirinya. Bentukpsikosomatik   tersebut   dapat   berupa   matanyamenjadi  tidak  dapat  melihat,  lidahnya  menjadibisu, atau menjadi lumpuh.

Kekosongan  spritual  ,kerohanian,  danrasa keagamaan yang sering menimbulkanpermasalahan masalah psikososial dibidangkesehatan  jiwa  para  pakar  berpendapat  bahwauntuk memahami manusia seutuhnya baik dalamkeadaan   sehat   maupun   sakit,   pendekatannya

harus   selalu   mempertimbangkan   nilaiyang   dianut   pada   diri   pasien.   Setiaptindakan         korektif         dibuat         danmeminimalkan       resiko       terulangnyakeluhan      atau      ketidakpuasan      padapasien   lainnya.    Interaksi   profesionalselalu      memperhatikan      asas      etikaterhadap pasien, yaitu:a.   Berbuat       hal-hal     yang       baik

(beneficence)     terhadap     manusiakhususnya  pasien,  staf  klinis  dannonklinis,          masyarakat          danpelanggan secara umum.

b.   Tidak       menimbulkan       kerugian(nonmaleficence)                 terahadapmanusia.

c.   Menghormati manusia (respect forperson) menghormati hak otonomi,martabat, kerahasian, berlaku jujur,terbuka, empati.

d.   Berlaku      adil    (justice)    dalammemberikan layanan.

3.   Output/outcome adalah hasil pelayanankesehatan atau pelayanan keperawatan,yaitu   berupa   perubahan   yang   terjadipada konsumen termasuk kepuasan darikonsumen.     Tanpa     mengukur     hasilkinerja  rumah  sakit/keperawatan  tidakdapat    diketahui    apakah    input    danprocess  yang  baik  telah  menghasilkanoutput yang baik pula (Aziz.2007).

Bagan 2.1Kerangka Teoritis

tidak lagi memandang manusia sebagai mahklukbiopsikososial, tetapi sebagai makhluk

Input Proses Output

biopsikososiospritual.2.5. Pengukuran Mutu Pelayanan

Menurut Aziz (2007) , mutu pelayanandapat diukur dengan menggunakan tiga variabel,yaitu input, proses, dan output/outcome.

1.   Input  adalah  segala  sumber  daya  yangdiperlukan untuk melaksanakankegiatan   seperti   tenaga,   dana,   obat,fasilitas peralatan, teknologi,organisasi, dan informasi.

2.   Proses adalah interaksi profesionalantara pemberi pelayanan dengankonsumen (pasien dan masyarakat).Setiap tindakan medis/keperawatan

Bagan 2.1 : A. Aziz hidayat

3. Kerangka Pikir dan Definisi Istilah

3.1.       Kerangka KonsepBerdasarkan tinjauan kepustakaan yang

telah dikemukakan sebelumnya maka yang akanditeliti   adalah   penerapan   therapi   psikoreligiusdalam  menurunkan  tingkat  stress  pada  pasienhalusinasi  oleh  perawat  di  rawat  inap  Bangaurumah    sakit    Dr.    Ernaldi    Bahar    Palembang.Kerangka     pikir     ini     dalam     menetapkannyamenggunakan  pendekatan    teori  sistem  diambildari Aziz,  (2007) yang terdiri  dari input, proses

dan   output.Dari   uraian   diatas   maka   ker

angkapikir yang diajukan dalam penelitian ini denganmodifikasi pada teori adalah terlihat pada bagan.

Gambar 3.1

Page 13: Terapi Spiritual

Kerangka Pikir

4. Metode Penelitian

4.1.  Desain penelitianPenelitian    ini    menggunakan    desain

studi         kualitatif         dengan         menggunakanpendekatan pengamatan dan diskusi yang cermatdan   mendalam   untuk   mendapatkan   informasi

Input- Dokter

- Obat-obatan- Fasilitas

lain

Proses

Penerapantherapispritual

a. Shalatb.Dzikir

Out put- Pasien

halusinasidapatmengontrolstressdengantherapispritual.

mengenai  penerapan  terapi  psikoreligius    padapasien    halusinasi    oleh    perawat    di    ruanganBangau Rumah Sakit Ernaldi Bahar palembang.

4.2.  Lokasi Dan Waktu PenelitianPenelitian      dilaksanakan      di      ruang

bangau   Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang,penelitian  akan  dilaksanakan  pada    bulan  Aprildan Mei 2012.

Keterangan:: Area yang diteliti

4.3.  Sumber InformasiInformasi   yang   ingin   diperoleh   dari

informan    adalah    perawat    di    ruang    bangau

3.2. Definisi Istilah1. Halusinasi : adalah persepsi sensorik

tentang suatu objek, gambaran danpikiran  yang  sering  terjadi  tanpa  adanyaransangan   yang   dapat   meliputi   semuasistem penginderaan(pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan,pengecapan / rasa.

2. Terapi  Psikoreligius  /  Spiritual  :  adalahsebuah terapi dengan pendekatanterhadap   kepercayaan   yang   dianut   olehklien dan lebih cendrung untukmenyentuh satu sisi spiritual manusia.

3. Terapi  Shalat  :  adalah  terapi  doa  berupagerakan-gerakan yang   bertujuan   untukmendekatkan diri kepada Allah.

4. Therapi Dzikir : adalah terapi yangmengunakan media dzikir mengingatAllah yang bertujuan untuk menenangkanhati dan memfokuskan fikiran.

5. Stres : adalah reaksi/respons tubuhterhadap stresor psikososial (tekananmental/beban kehidupan)

Rumah      Sakit      Ernaldi      Bahar      palembang,informan    utama    adalah    perawat    di    ruangBangau.Adapun  sumber  informasi  dalam  penelitian  iniadalah terdiri atas:4.3.1.    Kepala ruangan di ruang Bangau4.3.2.    Perawat Di ruang Bangau Rumah Sakit

Ernaldi Bahar Palembang

Adapun kriteria informan :1.   Kepala ruangan dan perawat di ruangan

Bangau   Rumah   Sakit   Ernaldi   Baharprovinsi Sumatera Selatan.

2.   Berperan   dalam   memberikan   asuhankeperawatan pada pasien halusinasi.

3.   Karateristik individu:a)   Pendidikan   minimal   D-III   &   S1

keperawatanb)     Berpengalaman minimal 1 tahun di

ruang   inap   bangau   Rumah   SakitErnaldi Bahar

4.   Memahami     tentang     konsep     terapireligius

5.    Bersedia menjadi informan

Adapun informasi yang ingin diperoleh dari informasi dapat dilihat pada tabel.Tabel 4.1

Informasi yang ingin diperoleh dari informan

No Informasi Informasi Yang Diinginkan1.

2.

Kepala ruangan

Perawat di ruang inap

bangau RS. Dr. ErnaldiBahar Palembang

1.     Pandangan kepala ruangan terhadap terapi psikoreligius .2.  Penerapan terapi psikoeligius di ruangan inap bangau.3.     Pengawasan  terhadap  penerapan  terapi  psikoreligius  di

ruangan bangau.

1.     Pengetahuan   perawat   tentang   pengertian,   tujuan   dan

fungsi terapi spritual.2.     Tahap-tahap terapi spritual:

- Shalat- Dzikir

No. SumberInformasi

MetodePengumpulan

Data

Jumlah

WawancaraMendalam

1.

2.

Kepalaruangan

Perawat       di

ruang      inapbangau

1

5

1

5

Total Informan 6

Page 14: Terapi Spiritual

4.5.  Pengolahan  Data  dan  Jenis  Keabsahan4.4.  Cara Pengumpulan Data

Informasi dikumpulkan denganmenggunakan   wawancara   mendalam   (indepthinterview) dan observasi. Wawancara mendalammerupakan  suatu  cara  mengumpulkan  data  atauinformasi,  dengan  cara  langsung  bertatap  mukadengan  informan.dengan  maksud  mendapatkangambaran   lengkap   dengan   topik   yang   diteliti(Sugiyono, 2009). Informasi dikumpulkandengan menggunakan teknik wawancaramendalam. Agar informasi dapat terkumpuldengan lengkap, terinci dan jelas maka jalannyadiskusi direkam dengan menggunakan taperecorder dan dicatat oleh seorang asisten penelitiyang  membantu  penelitian  dan  pencatatan  padawaktu wawancara

Tabel 4.2Informasi yang dikumpulkan menurut sumber,

metode,jumlah kegiatan dan jumlah informasi

InformasiInformasi     yang     didapatkan     adalah

informasi    primer,    karena    peneliti    langsungmemperoleh  data  dari  sumber  informasi  yaituKepala  ruangan  dan  Perawat  di  ruang  BangauRS.    Dr.    Ernaldi    Bahar    Provinsi    SumateraSelatan.

Untuk    pengolahan    data    dari    hasilwawancara mendalam dilakukan:

1.   Mengumpulkan catatan2.   Menyusun atau membuat transkrip3.   Interpretasi data.

Untuk  menjamin  keabsahan  informasidalam  penelitian  ini  dilakukan  uji  validasi  datayaitu dengan:

1.   Triangulasi sumberAdalah untuk  menguji kredibilitas datayang di lakukan dengan cara mengecekdata  yang  di  peroleh  melalui  beberapasumber.a.   Cross-check  (pengoreksian  ulang)

antara informasi yang berbeda darihasil sumber lain.

b.   Informasi     yang     berbeda,     yaituinformasi   dari   perawat   di   ruangbangau RS Dr.Ernaldi Bahar.

2.   Triangulasi     Metode,     yaitu     denganmembandingkan         informasi         yangdiperoleh       dari       hasil       wawancaramendalam

4.6. Teknik Analisis DataInformasi      segera      dianalisis      tanpa

menunggu     semua     informan     diwawancarai.

Informasi  yang  diperoleh  dengan  mencatat  dandirekam dengan tape recorder, kemudian dibuattranskrip indepth dan matrik setelahdikumpulkan sesuai dengan pertanyaan dantujuan   penelitian.   Informasi dianalisa   secaramanual yang disusun untuk menemukanalternatif pemecahan masalah.

5. Hasil Penelitian

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ErnaldiBahar Palembang

5.1.1 Sejarah SingkatSejarah   Rumah   Sakit   Ernaldi   

BaharProvinsi  Sumatera  Selatan  diawali  tahun  1923yaitu Rumah Sakit yang dibangun oleh Belandadi  Palembang  yang  letaknya  di  jalan  KeranggoWiro Sentiko yang sekarang

Kodam IISriwijaya.   Rumah   Sakit   ini   dipindahkan  lagipada   Tahun   1942   di   daerah   Suka   Bangun,berdasarkan  SK  Menkes  No.  4287  / Pal  / Peg  /1958  dan  diresmikan  pada  tepatnya  tanggal  18Agustus  1958  menjadi  Rumah  Sakit  Jiwa  SukaBangun.  Tahun  1978  tepatnya  tanggal  1  

Page 15: Terapi Spiritual

April,berlaku SK Menkes tentang susunan Organisasidan tata kerja Rumah Sakit Jiwa PusatPalembang.   Tahun   2001   tepatnya   tanggal   22Juni  2001,  diundangkan  peraturan  daerah  danRumah Sakit Jiwa diserahkan ke daerah ProvinsiSumatera  Selatan,  namun  pada  tanggal  24  Mei2006  nama  Rumah  Sakit  Jiwa  diganti  menjadiRumah  Sakit  Ernaldi  Bahar  Provinsi  SumateraSelatan hingga sekarang.

5.1.2Visi, Misi, Tujuan, Moito, dan Nilai5.2. Visi dan Misi Rumah Sakit.5.2.1. Visi

Terwujutnya   Rumah Sakit ErnaldiBahar sebagian pusat pelayanan rujukankesehatan   yang   prima   dan   pusat   pendidikankesehatan   jiwa   yang   terkemuka   di   sumateraselatan.5.2.2. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yangkomprehensif sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.

2. Melaksanakan  pembinaan  kesehatanjiwa masyarakat.

3.   Meningkatkan mutu sumber dayamanusia, sarana dan prasarana.

4.   Memfasilitasi   pendidikan   kesehatanjiwa yang dinamis.

5.3.3. TujuanMenciptakan      masyarakat      SumateraSelatan   yang     sehat,     mandiri     danproduktif secara mental dan fisik.

5.3.4.    MottoRamahlah satu langkah, satu senyumanKreatiflah     satu     langkah,   satu     idelangsung action

5.3.5. NilaiKebersamaan,               Peduli,               danKepercayaan.

5.2     Gambaran Unit Rawat Inap BangauUnit  Rawat  Inap  Bangau  adalah  ruang

rawat   inap   kelas   tiga   juga   merupakan   ruangyang  menjalankan program pemerintah provinsidan   pemerintah   kota       yaitu   jamsoskes   danjamkesmas.

Ruang    bangau    terdiri    dari    6    jenisruangan    yaitu   ruang   kepala   ruangan,   ruangperawat,   ruang   istirahat,   ruang   tidur,   toilet,ruang   makan  pasien,  ruang  bebas,  teras. Tolietbangau  dipisahkan  antara  perawat  dan  pasien,jumlah  tempat  tidur  33  bed  disertai  laken  tanpabantal dan  selimut, ruang  makan  pasien bangaudicampur dengan ruang makan pasien merpati.Jumlah     pasien     sampai     bulan     april     2012berjumlah  61  pasien,  jumlah  pegawai  di  ruangbangau  berjumlah  12  pegawai.  Terdiri  dari  1kepala    ruangan    dan    11    perawat    pelaksana.dengan   rincian   kualifikasi   pendidikan   sebagaiberikut :

1.   Sarjana Keperawatan    : 3 Orang2.   D III keperawatan        : 7 Orang3.   D III Kebidanan           : 1 Orang4.   SPK                           : 1 Orang

5.3     Karakteristik InformanInformasi dalam wawancara mendalam

yang    dilakukan    observasi    sebagai    informanberumur 25-54 tahun dengan pendidikan rendahD    III    dan    tertinggi    SI    Keperawatan    Ners.Pekerjaan  sehari-hari  informan  adalah  sebagaiKepala Ruangan bangau dan perawat pelaksana,dan   yang   dilakukan   observasi   adalah   pasienhalusinasi   berumur   20-45   tahun   Untuk   lebihjelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.2Karakteristik Informan  kunci dan informan

dalam Wawancara Mendalam dan Observasi

Menurut Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

No.

Inisial

Umur(Thn)

Pendidikan

Jabatan

1 H 49 S1 Kepala ruangan2 EK 32 SI Perawat

pelaksana3 E 32 SI Perawat

pelaksana4 A 29 D III Perawat

Pelaksana

Page 16: Terapi Spiritual

5.4   Pemberian Terapi Religius oleh Perawatuntuk Menurunkan Tingkat StresPasien Halusinasi Pendengaran

5.4.1 Hasil Wawancara Mendalam tentangpemberian Terapi Shalat dan TerapiDzikir

5.4.1.1Pengetahuan   informan   tentang   jumlahpasien Halusinasi di ruangan bangau.Berdasarkan hasil wawancaramendalam   dengan   informan,   diperolehketerangan dari informan mengenaijumlah pasien Halusinasi sebagai berikut:

"........  kalountuksekarangkalokriteria  pasien  halusinasi  itu  6  orangdenganmasalah utama pasien adalahhalusinasi tersebut.... ( E K )

" .......  emm...oiya   kalo   untuk   pasienhalusinasi ini ada 8 orang dekya...( E )

" ....... kalo jumlah pasien halusinasi diruangan e...ada 8 untuk saat ini .....(A)

Berdasarkan petikan wawancara di atas,ketiga  informan  menjawab  pertanyaan  penelitidan memberikan informasi tentang jumlahpasien  Halusinasi  di  ruang  bangau.  Dari  semuaketiga informasi  dari informan tersebut berbedadalam menyebutkan jumlah pasien Halusinasi diruangan.   Informan   EK"   menyebutkan   bahwajumlah pasien Halusinasi adalah 6 orang,sedangkan informan "E" dan informan 'A"menyebutkan jumlah pasien Halusinasi adalah 8

orang.    Hal    ini    dikarenakan    saat    dilakukanwawancara   dengan   ketiga   informan   tersebutdilakukan   dalam   waktu   yang   berbeda   jadwalshift mereka.

5.4.1.2    Pengetahuan informan tentangpelaksanaan Terapi Religius Shalat danDzikir

Berdasarkan           hasil           wawancaramendalam        dengan        informan,        diperolehketerangan  tentang  pelaksanaan  Terapi  ReligiusShalat dan Dzikir sebagai berikut:

"...........   kita      sih    ada      dong....kalodengan    pasien    jiwa    tiap    hari    adajadwal    terapi    bagi    pasien    tersebut.Kalo     hari     Senin     dan     hari     Rabukemudian                                   hariKamis  itu  bentuknya  terapi  kerja  tiaphari   Kamis   itu   ada   Terapi   Religiuskemudian    untuk    hari    Selasa    ,    hariJumat  itu  terapi  gerak  dan  hari  Sabtuitu  terapi  musik  bagi  pasien  yang  adadi rumah sakit ini .......  (EK)

"....untuk  pemberian     Terapi   ReligiusShalat     dan     Dzikir        ini     ada  ya...dilakukan  oleh  pihak  rehab  di  ruangTerapi    Religius    Hasana..tetapi    kalountuk     pelaksanaan     shalat     bersamabiasanya  dilakukan  oleh  pasien  sendirisecara  berjamaah  di  ruang  TAK  danReligius yang ada di ruangan ini . (E)

".....ada. Terapi Religius bisa dilakukandi  RS  ini  setiap  hari  Kamis....pasien-pasien  itu dilakukan  Terapi Religius  dimushola         yang              ada              diErba .....  (A)

Berdasarkan petikan wawancara di atasketiga  informan  menjawab  pertanyaan  penelitidan     memberikan     informasi     bahwa     TerapiReligius    sudah    diberikan    di    Rumah    SakitErnaldi   Bahar   dan   ruang   rawat   inap.   Tetapiketiga    informan    tidak    menyebutkan    dengandetail   pelaksanaan   dari   masing-masing   terapiyaitu   Terapi   Shalat   dan   Dzikir.   Dari   semuainformasi     dari     ketiga     informan     memilikikesimpulan  jawaban   yang  sama   bahwa   untukpelaksanaan  Terapi  Religius  Shalat  dan  Dzikir

ini memang dilaksanakan di Rumah

SakitErnaldi Bahar ini tetapi dalam

hal ini,pengetahuan   ketiga   informan   tentang   Te

Page 17: Terapi Spiritual

rapiShalat dan Dzikir masih terbatas, belum optimal.5.4.1.3 Pengetahuan   informan   untuk   kriteria

pasien   yang   akan   mengikuti   TerapiReligius Shalat dan ZikirBerdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan informan, diperolehketerangan dari informan mengenai kriteriapasien   yang   akan   mengikuti   Terapi   Religiussebagai berikut: kriteria pasien yang akanmengikuti Terapi Religius Shalat dan Dzikir inisesuai dan tergolong cukup optimal.

5.4.1.4 Pengetahuan informan untukKewenangan  dalam  Pemberian  TerapiReligius Shalat dan DzikirBerdasarkan hasil wawancara hasil

wawancara mendalam dengan informan,diperoleh   keterangan   dari   informan   mengenaipihak-pihak  yang  berwenang  dalam  pemberianTerapi  Religius  Shalat  dan  Dzikir  ini  sebagaiberikut:

" ........... kalountukkewenanganmelakukan  terapi  religius  itu  ,  secaraprotap  itu  kewenangan  berdasar  padae... petugas atau perawat yang dimanatuh..e...  di  rehabilitasi  tapi..e..perawatjuga ada pelajaran ataupunmahasiswa ada bidang ilmu untukmelakukan   terapi   religius   ini   tetapiuntuk rumah sakit ini untuk saatsekarang,   protap   dan   e..kewenanganitu ada di rehabilitasi untuk melakukanterapi religius tersebut .......  ( E )

" ........... di  keperawatan  kan  TAK  kitasudah  ditentukan  tapi format TAK nyauntuk keperawatan untuk terapi musik,religius  shalat  dan  dzikir  itu  belum.,kalo  untuk  pemberian  terapi  religius,perawat tidak berwenang hanyasebagai observer dilakukan oleh orangrehab ... emm....untuk   kewenangan   ituada direhab karena untuk dikeperawatan format Terapi Religius inibelum ada untuk perawat eemm masihdalam proses .......    ( E )

"...........  kalo   kewenangan     itu   untukterapi    religius  perawat    di    ruanganberkoordinasi     dengan     dokter,     jadisetiap    pasien    yang    akan    dilakukantindakan     terapi     religius     biasanyabiasanya sudah harus tau pasien manayang    sudah    bisa    dilakukan    terapireligius, jadi perawat yang tau kondisipasien    yang    bisa    dilakukan    terapireligius  atau  tidak  diantar  ke  musholananti    orang    rehab    yang    menerimadisana.. ......  ( A )

Berdasarkan   informasi   di   atas   dapatdiketahui    bahwa    ketiga    informan    menjawabpertanyaan  dari  peneliti  dengan  jawaban  yangberbeda  tetapi  pada   intinya   sama,   yaitu   yanglebih   memiliki   kewenangan   dalam   pemberianTerapi  Religius  ini  adalah   pihak  Rehabilitasi.Jadi dari keterangan di atas tentang pengetahuaninforman  tentang  pihak  yang  berwenang  dalampemberian Terapi Religius Shalat dan Dzikir initergolong     baik.     Karena     keempat     informanmengetahui dan  dapat  menyebutkan pihak  yangmemiliki    kewenangan       dalam       pemberianKegiatan  Terapi  Religius  Shalat  dan  Dzikir  inisesuai dengan kebijakan di Rumah Sakit ErnaldiBahar.

5.4.1.5     Pengetahuan       Pengaturan       JadwalPemberian Terapi Religius Shalat dan Dzikir

Berdasarkan    hasil    wawancara    Hasilwawancara    mendalam       dengan       informan,diperoleh   keterangan   dari   informan   mengenaipengetahuan  jadwal  pemberian  Terapi  ReligiusSalat dan Zikir adalah sebagai berikut:

" ..........  kita sich ada donk kalo denganpasien jiwa tiap hari ada jadwal terapibagi  pasien  tersebut.  Kalo  hari  Senindan  hari  Rabu  kemudian  hari  Kamisitu   bentuknya   terapi   kerja   tiap   hariKamis      itu      ada      terapi      Religiuskemudian   untuk   hari   Selasa   ,   hariJumat  itu  terapi  gerak  dan  hari  Sabtuitu  terapi  musik  bagi  pasien  yang  adadi rumah sakit ini .......  (EK)" .......  kalo waktu rehab itu antara jam8-9  pagi  hari  Kamis  di  ruang  terapireligius   dan   alatnya   sudah   tersediaoleh       rehab       pengaturan       jadwalbiasanya    hari    Kamis    pagi    jam    8

persiapan sampai jam 1

0 pagi di ruangTerapi Religius Hasana 

dibimbing olehorang-orang  rehab  

Page 18: Terapi Spiritual

juga  berkolaborasidengan   perawat   dan   dokter   Perawatmengantar pasien dan obsevasipasien” . ( E )

"....kalo di ruangan ada tempatsholatnya  kami  sediakan  juga  sajadah..kalodi  lingkungan   Erba  ini  ada  musholajadi   tiap   hari   pasien   bisa   sholat   ditempat   yang   disediakan   terus   untukterapi   pasien   setiap   hari   Kamis   dimusholla RS bersama pasienlain...(A )

Berdasarkan   informasi   di   atas   dapatdiketahui bahwa ketiga informan mampumenjawab   pertanyaan  peneliti.   Pada   informan"EK", “E”, dan "A" dapat menyimpulkan bahwauntuk pengaturan jadwal pemberian TerapiReligius  ini  adalah  setiap  hari  Kamis  dimulaidengan   persiapan   jam   8   pagi   dilakukan   dimusolla/ruang.  Terapi  Religius  yang  dipimpinoleh tim dari  unit  Rehabilitasi. Sedangkan padaketerangan   dari   informan   'A"   menambahkanketerangan   bahwa   untuk   pelaksanaan   TerapiShalat   dan   Dzikir   ini   juga   bisa   dilakukan   diruangan Bangau sendiri. Yang dimaksudruangan  ini  adalah  ruangan  TAK  dan  Religiusyang  terdapat  di  ruang  Bangau.  Dalam  hal  iniketerangan  para  informan  tergolong  bervariasitetapi tergolong baik karena dari semuaketerangan informan sesuai dengan jadwalpengaturan   Terapi   Religius   di   Rumah   SakitErnaldi Bahar Palembang.

5.4.1.6 Tahapan dan Proses Kerja dariPemberian Terapi Religius Salat dan Zikir

Berdasarkan hasil wawancaramendalam dengan informan, diperolehketerangan dari informan mengenai tahapan danproses   kerja   dari   pemberian   Terapi   ReligiusShalat dan Dzikir adalah sebagai berikut :a.  Terapi Salat

" ...........  kalountukperawatuntukmelakukan   terapi   religius   ini   cumadari sekedar pengetahuan, daripangalaman  kan  kami  belum  pernahmelakukan

di  ruangan  tapi  menurut  pengetahuankami   untuk   terapi   itu   pastilah   kitayang pertama lakukan persiapan untukpasien-pasien  yang  melakukan  terapireligius,seperti       kontrak          waktudulu...e..dikatakan      terapi      jam      9,sebelumnyakita kontrak waktu dulu kemudian kitaorientasikan   dimana   akan   dilakukanterapi   kemudian   pada   kerjanya   kitaarahkan  untuk  menuju  tempat  terapireligius...memang   disini   ada   tempattersendiri       untuk    terapi       religius..e..kemudian   setelah   terapi   religiuskita evaluasi pasien tersebut apa yangdidapat,apa     yang     direspon     pasientersebut       terhadap       terapi       yangdiberikanoleh    yang    memberikan    terapi    lalukelihatan    nanti    perubahan    setelahdilakukan terapi religius tersebut...( EK )

" ............  untuk tahapan ini kan ada 4,tahap  persiapan,  orientasi,  kerja  danterminasi.   Tahap   persiapan   perawatatau      pihak      rehab      memilih      danmenyiapkan pasien-pasien yang mana,yang  seperti apa  yang  akan  mengikutiterapi     ni,     disiapkan     tempat     jugasarana        dan        prasarana        untukmendukung    kegiatan    ini,    misalnyamukena     bagi     perempuan,     sarung,sajadah,peci  untuk  pasien  yang  laki-laki...terus       tahap       orientasi       kitalakukan   informed   consent   dan   kitacatat  kita  nilai  juga  keadaan  pasiensebelum            mengikuti        kegiatanini..lalu    tahap    kerja    kita    kerjakanbersama-sama   misalnya   Shalat   danDzikir.Sebelumnya   kita   kasih   contohgerakan  Shalat  yang  benar  itu  sepertiapa,  kita  lihat  apakah  pasien  mampumengikuti       gerakan       Shalat       kitatadi. ..emm,,, terus tahap terakhir yaitutahap terminasi ya...kita observasi kitatanyakan   pada   pasien   tentang   apayang  ia  rasakan  setelah  ikut  kegiatanini.  Untuk  prosesnya  setau  saya  dariee....proses     kerja     dari     pemberianterapi ini baik yang di rehab atopun di

ruangan  sama  saja,  gerakan-

gerakanshalatitulah   yang   diperhatikan   bagaimana

Page 19: Terapi Spiritual

niat  dan  doanya  sebelumnya  diawaliwudhu dulu dan lain-lain,ceramahkadang   juga   diberikan   oleh   dokter

Salat.       Sedangkan       pada       informan       'A"menyebutkan    bahwa    ia    mengatakan    kurangmengetahui   mengetahui   tentang  Terapi  Shalatdan Dzikir. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa    pengetahuan    ketiga    informan    dalamTerapi Shalat dan Dzikir ini belum optimal.

kalo untuk di reha. ” ( E )5.4.1.7   Kendala-kendala   yang  dihadapi  dalam

" ...........  ntarduludekye??kaloshalat dan dzikir aku tak tau makmanolah  ye?  kurang  tau?  tapi  untuk  terapishalat   dan   dzikir   disediakan   waktumisalnya   untuk   shalat   jam   berapa,disediakan   waktu.,   kalo   untuk   dzikirgak ngerti dek soal tata  caranya...tapimungkin bersamaan denganshalat...aku tak tau?.”(A)

b. Terapi Zikir

" .....proses kerja dari terapizikir...emmm...  sepertinyasamaseperti proses pada terapi salatdari persiapan sampai terminasiya... ( E K )

" .....sepengetahuan  saya  kayaknyasama   seperti   proses   dan   tahapanpada tercapi salattadi..emm..ya..karena zikir inidilakukan oleh pasien setelahsalat kan?..... (E)

".. ..kalo untuk dzikir gak ngerti deksoal tata caranya...tapi mungkinbersamaan  dengan  shalat...aku  taktau? .......  (A)

Berdasarkan   informasi   di   atas   dapatdiketahui bahwa ketiga informan dapatmenjawab  tentang  proses  kerja  dari  pemberianTerapi Religius dengan informasi yang berbeda-beda. Pada informan "EK" dan "E"menyebutkan tentang poses dan tahapanpelaksanaan pemberian Terapi Religius ini yangdimulai dari tahap persiapan hingga tahapterminasi tetapi kedua informan inimenyebutkan tentang proses  kerja dari kegiatanTerapi  Zikir  sama  seperti  proses  pada  Terapi

proses Terapi Religius Shalat dan DzikirBerdasarkan    hasil    wawancara    Hasil

wawancara       mendalam       dengan       informan,diperoleh   keterangan   dari   informan   mengenaiKendala-kendala   yang   dihadapi   dalam   prosespemberian   Terapi   Religius   Shalat   dan   Dzikiradalah sebagai berikut:

" .............   Di ruangan kalo sampai saatini    belum    dilakukan    dalam    terapireligius   karena   kita   juga   melakukankegiatan      tersebut    mungkin      belummendukung dari sarana dan prasaranadalam  terapi  religius  itu  kendala  yangpaling  utama  disini  adalah  SDM  nyakarena      anggapan      manajemen      diRS  yang  melakukan  terapi  religius  inimesti  ada  orang  yang  memang  orangyang   khusus   untuk   melakukan   terapiini..e...dalam   hal   ini   apalagi   religiusbiasanya             orang-orang         yangberhubungan            dengan            hal-halkeagamaan                                                 jadidisini   kendala   untuk   memilih   orang-orang  tersebut  kita  kan  kekurangan  ..tapi  intinya   kita   sebagai  perawat  itubisa  melakukan  terapi  religius  sesuaidengan      agama      dan      kepercayaanmereka masing-masing .......  ( E K )

“.......... kendalanya         palingan         yaketerbatasan      waktu      juga      jumlahperawat   ruangan   untuk   memberikanterapi    ini    di    ruangan,    dalam    artimengajarkanshalat,      dzikir,      sebab      ini      dalamwewenang pihak rehabilitasi .......     (E)

" .......... emm...kalo    untuk    terapi    initidak  ada  ya  karena  sudah  ada  saranadanprasarana, mencukupi jadi ya..e... tidakada... ( A )

Berdasarkan   informasi   di   atas   

dapatdiketahui  bahwa  dalam  menyebutkan  kendala-kendala  yang  dihadapi  dalam  pemberian  

Page 20: Terapi Spiritual

TerapiReligius  ini  ketiga  informan  mampu  menjawabpertanyaan   dari   peneliti   dan   ketiga   informanmemberikan  informasi  dengan  informasi  yangberbeda.   Pada   informasi   yang   diperoleh   dariinforman  "EK"  dan  "E"  dapat  diketahui  masihada kendala-kendala yang dihadapi dalam prosespelaksanaan   Terapi   Religius   seperti   kendalayang  berasal  dari  SDM   nya   itu  sendiri   yaituketerbatasan waktu,tenaga juga anggapanRumah  Sakit  sendiri  bahwa  hanya  orang-orangtertentu yang bisa melakukan tindakan ini.Sedangkan   pada   informan   'EK"   menyebutkanbahwa tidak terdapat kendala-kendala yangberarti karena sudah tersedia sarana danprasarana yang sudah mencukupi.5.4.2 Tingkat stres pasien sebelum dan sesudahmengikuti Terapi Shalat

Berdasarkan hasil wawancaramendalam dengan informan, diperolehketerangan   dari   informan   mengenai   pengaruhTerapi  Shalat  terhadap  perubahan  tingkat  strespasien adalah sebagai berikut:

"   ........  padapasien   halusinasi   untukterapi   religius   ada   perubahan   yaitusaya   temui   kalo   hari   Kamis   setelahpulang  dari  melakukan  terapi  religiustersebut  kita  tanyakan  pada  pasiennyabagaimana  perasaan  setelah mengikutiterapi,   ada   ceramah,   dzikir   biasanyayang   dilakukan   petugas   rehabilitasi,mereka mengatakan enak dan kelihatanlebih tenang dan beranggapano..mungkin  ini  bias  kalo  begini  terushalusinasi saya bisa hilang..jadisignifikan perubahan setelah dilakukanterapi ini....mereka jadi lebih giatmelakukan  kegiatan  salat  di  ruanganini.......  (EK)

"   ........  emm..lebihtenang   ..lebih   adaindikasi untuk pulang manfaat  adadonk,  yang  jelas pulang  dari terapi  inipasien tampak lebih tenang,gitu..ceria, tingkah laku terkendaliuntuk  pasien  halusinasi  khususnya  yahalusinasinya  itu  berkurang  dia  sudahmulai  tenang..begitu  juga  untuk  pasienyang shalat di ruangan  . . . . .  ( E )

"......untuk       salat,           ada           sichperubahannya          biasanya          pasiencenderung lebih tenang kooperatif bisamengontrol emosi........  (A)

Berdasarkan   informasi   di   atas   dapatdiketahui   bahwa   ketiga   informan   mengetahuidan   mampu   menyebutkan   tentang   perubahanyang   tampak   pada   pasien   setelah   diberikantindakan   Terapi   Shalat   ini.   Ketiga   informanmenyebutkan  bahwa  setelah  dilakukan  kegiatanTerapi  Shalat  ini  keadaan  pasien  menjadi  lebihbaik,  tenang  dan  tidak  ada  indikasi  stres  berat.Pengetahuan    informan    dalam    hal    ini    bisadikatakan cukup baik karena sesuai dengan hasilchek list observation.5.4.3    Tingkat stres pasien sebelum dan sesudahmengikuti Terapi Zikir

Berdasarkan           hasil           wawancaramendalam        dengan        informan,        diperolehketerangan   dari   informan   mengenai   pengaruhTerapi  Zikir   terhadap   perubahan  tingkat   strespasien adalah sebagai berikut:

".............   emm....untuk      dzikir      sayarasa  sama  saja  efeknya  seperti  salat,membawa   ketenangan,   pikiran   lebihkonsentrasi,    tingkat    stress    menurunkarena  beban  kita  semakin  berkurangjika   kita   berzikir   ini   kan   sama   sajahalnya        seperti        mengingat        danmengadukan   masalah   kita   ke   Allahtapi        sepertinya        pasien        jarangmelakukan  zikir  yang  seperti  zikrullahitu,                                                       palinganmereka  berdoa  untuk  keluarga,  orangtua, tapi kalo bimbingan zikir di rehabsaya   juga   kurang   tau..mungkin   jugadilaksanakan kali ya .......  (EK)

".....kalu     untuk     dzikir     sepertinyalebih      kepada      doa      untuk   pasiensendiri..setau  saya  mereka  juga  dzikirdengan     dzikrullah     jika     dibimbingkhusus  oleh  dokter  dan  orang   rehabgitu....dampaknya         sama         sepertisalat,pasien lebih tenang" .....( E )

".....setelah      berdzikir      dan      sholatmisalnya   kalo   dia   marah   kan   biasberdoa. Pokoknya ada pengaruhnya kearah lebih baik, lebih positif. ....( A )

Berdasarkan   informasi   di   atas   

dapatdiketahui   bahwa   ketiga   informan   mengetahuidan   mampu   menyebutkan   tentang   perub

Page 21: Terapi Spiritual

ahanyang   tampak   pada   pasien   setelah   diberikantindakan Terapi Zikir ini. Namun hal inimerupakan   perkiraan   informan   saja.   Hal   inidapat   dikatakan  bahwa   pengetahuan  informanmasih  kurang  terhadap  pemberian  Terapi  Zikirini unruk   mengurangi   tingkat   stres   pasienHalusinasi.

5.5 Pandangan  Kepala  Ruangan  TerhadapPemberian Terapi Religius terhadapPasien Halusinasi

5.5.1 Proses pelaksanaan Terapi ReligiusBerdasarkan hasil wawancara

mendalam dengan key informan diperolehketerangan  tentang  Proses  pelaksanaan  TerapiReligius oleh key   informan adalah sebagaiberikut:

"......e..untuk terapi psikoreligius sudahada  waktu  yang  ditetapkan  pada  hariJumat yang menyelenggarakan timkerja  dari  unit  rehabilitasi  emm...hariJumat ato hari apa saya lupa lagi, hariKamis   ya?jadi   selain   terapi   aktifitasolahraga   dan   kerja   ada   juga   terapipsikoreligius  yang  dilakukan  oleh  unittim rehabilitasi di rumahibadah...karena   SOP   belum   tersediauntuk perawat .....  (H)

Dari   keterangan   yang   diperoleh   dariinforman  kunci  di  atas  dapat  diketahui  bahwauntuk proses pelaksanaan Terapi Religius Shalatdan Dzikir ini dilakukan setiap hari Kamis yangdilakukan oleh Tim Unit Rehabilitasi dandilakukan   di   rumah   ibadah.   Yang   dimaksuddengan rumah ibadah disini adalah ruang TerapiReligius Hasana yang bentuk bangunannyamirip dengan musolla. Informasi dari keyinforman ini sesuai dengan hasil informasi yangdiperoleh dari informasi informan.

5.5.2 Pandangan Kepala   Ruangan   dalampemberian   Terapi   Religius   Shalat   danDzikir

Berdasarkan hasil wawancaramendalam dengan key informan diperolehketerangan tentang pandangan pemberian Terapi

Religius  Shalat  dan  Dzikir  oleh  key  informanadalah sebagai berikut:

".......       penting     juga..mengingat   inisalah     satu     rangkaian     dari     terapinonfarmasi,    non     farmakologi    yangdilakukan oleh perawat, kesimpulannyae..penting   sangat      dianjurkan   tetapiterbentur oleh beberapa hal.......   (H)

Dari        hasil        petikan        wawancaramendalam  dengan  key  informan  di  atas  dapatdiketahui      bahwa      Kepala      Ruangan      padaprinsipnya  menyetujui  adanya  Terapi  Religiustetapi masih terbentur oleh beberapa hal. KepalaRuangan  tidak   menyebutkan   tentang  apa   sajabeberapa   hal   yang   menjadi   kendala   tersebut.Kepala   juga   tidak   menjelaskan   secara   detailtentang    Terapi    Shalat    dan    Dzikir.    Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuanKepala Ruangan terhadap Terapi Religius Shalatdan Dzikir masih kurang.

5.5.3   Dukungan     Kepala      Ruangan     dalampemberian   Terapi   Religius   Shalat   danDzikir

Berdasarkan           hasil           wawancaramendalam    dengan    key    informan    diperolehketerangan   tentang   bentuk   dukungan   KepalaRuangan dalam pemberian Terapi Religius yaitusebagai berikut:

".........  saya       sangat          mendukungmahasiswa   selain      untuk   melakukanTAK.. saya  lihat dulu  proposalnya  jikaada yang kurang saya perbaiki.

Dari  hasil  petikan  wawancara  di  atasdapat  diketahui  bahwa  Kepala  Ruangan  sangatmendukung  mahasiswa  khususnya  yang  sedangpraktik di Rumah Sakit Ernaldi Bahar ini untukmelakukan  kegiatan  pemberian  Terapi  Religiusdengan   cara   memperbaiki   proposal   penelitiandari     mahasiswa  jika  masih  ada  yang  kurang.Tetapi   Kepala Ruangan tidak menyebutkan dantidak       menjelaskan       tentang       dukungannyaterhadap  pemberian  Terapi  Religius  Shalat  danDzikir oleh perawat.

5.5.4    Jenis  Pengawasan  yang  Dilakukan  olehKepala Ruangan dalam Pemberian TerapiReligius Shalat dan Dzikir

Berdasarkan   hasil   wawancara   

dengankey informan diperoleh keterangan tentang jenispengawasan yang dilakukan oleh

KepalaRuangan dalam pemberian Terapi Religius y

Page 22: Terapi Spiritual

aitusebagai berikut :

"  ...........   emm...disini  saya  melakukanpengawasan dari perencanaan apasaja yang dilakukan contohnyapersyaratan  pasiennya  ,  pasien  sepertiapa saja yang boleh ikut...

Berdasarkan  hasil  petikan   wawancaradengan   Kepala   Ruangan   di   atas   dapat   kitaketahui bahwa Kepala Ruangan sangatmendukung   program   Terapi   Religius   ini   diRumah Sakit Ernaldi Bahar khususnya di RuangBangau. Kepala Ruangan melakukanpengawasan  lebih  kepada  pasien  yang  sepertiapa yang bisa ikut dalam kegiatan TerapiReligius Shalat dan Dzikir ini.

5.6 Hasil Observasi PasienBerdasarkan   hasil   observasi   terhadap

pasien   Halusinasi   di   Ruang   bangau,   penelitimemilih 3 orang pasien dengan kriteriaHalusinasi. Ketiga pasien   tersebut berinisial“A”,  “D”,  dan “J”.  Saat peneliti  memilih ketigapasien tersebut peneliti mengamati tentang data-data  obyektif  dan  subyektif  dari  ketiga  pasientersebut   yang   mengindikasikan   bahwa   ketigapasien   tersebut   sedang   mengalami   Halusinasidan stres.5.6.1   Hasil observasi pasien "A"a.   Hasil observasi pengaruh Terapi Shalat

untuk menurunkan tingkat stres pasien "A"Dari  hasil  observasi  pada  pasien  "A",

untuk Terapi Shalat peneliti mendapatkaninformasi   bahwa   sebelum   pasien   melakukanShalat,   pasien   mengatakan   bahwa   ia   sedanggelisah,   tidak   tenang.   Pasien   tampak   seringmelamun, tidak tenang dan kadang sepertiberbicara sendiri, merasa takut. Kemudiansetelah dilakukan informed consent denganpasien,   pasien   menyetujui   untuk   ikut   dalamkegiatan  Shalat  berjamaah  di  ruangan  Bangaudan pasien yang berangkutan menjadi imamnya.Setelah  dilakukan  kegiatan  Shalat  berjamaah  diruangan bangau, pasien mengatakan bahwaperasaannya  sekarang  sudah  tenang,  tidak  takutlagi dan merasa senang. Pasien juga mengatakanbahwa ia juga berdoa tetapi lebih khusus

ditujukan   untuk   orang   tua   serta   keluarga   dirumah.b.   Hasil observasi pengaruh Terapi Zikir untuk

menurunkan tingkat stres pasien "A"Sedangkan untuk Terapi Dzikir, pasien

mengatakan     bahwa     ia     kurang     mengetahuitentang Terapi Dzikir La Illaha Illalloh dan danAstaghfrullahaladzim.   Hal   ini   tampak   ketikaobservasi,   pasien   lebih   banyak   berdoa   yanglebih      ditujukan      untuk      orang      tua      dankeluarganya.         Dengan         demikian         dapatdisimpulkan      bahwa      pasien      “A”      mampumengikuti   kegiatan   Shalat   dengan   baik   danbenar   meskipun   pengetahuan   pasien   tentangbacaan Dzikir La ilaha Ilalloh masih terbatas.

5.6.2   Hasil observasi pasien "D"a.   Hasil    observasi    pengaruh    Terapi    Shalat

untuk menurunkan tingkat stres pasien "D"Pada   pasien   "D”   sebelum   dilakukan

kegiatan       Shalat       berjamaah       di       ruanganmengatakan  bahwa  ia  sedang  bingung,  gelisah.Pasien tampak selalu melamun, seperti berbicarasendiri dan lebih suka menyendiri, tatapan matapasien  kosong  dan  pasien  bersikap  apatis  atauacuh     tak     acuh     terhadap     orang-orang   disekelilingnya.     Kemudian     setelah   dilakukaninformed      consent      dengan      pasien,      pasienmenyetujui   untuk   ikut   dalam   kegiatan   Shalatberjamaah  di  ruangan  bangau.  Dalam  kegiatanini pasien tampak mengikuti kegiatan Shalat inidengan  gerakan  yang  lancar  dan  benar.  Setelahmengikuti kegiatan Shalat berjamaah di ruanganbangau, peneliti  mengobservasi keadaan pasien.Pasien  tampak  lebih  tenang,   dan  rileks  tetapipasien berbicara hanya beberapa kata saja.b.   Hasil observasi pengaruh Terapi Zikir untuk

menurunkan tingkat stress pasien "D"Saat   peneliti   bertanya   kepada   pasien

tentang   Terapi   Dzikir   apakah   pasien   seringberdoa  dan  berdzikir  pasien  menjawab  pernahdan  doa  yang  sering  dibaca  adalah  doa  untukorang   tua.   Dengan   demikian   dapat   diketahuibahwa   pengetahuan   pasien   tentang   Dzikir   Lailaha  Illalloh  dan  Astaghfirullahaladzim  masihterbatas.

5.6.3   Hasil observasi pasien "J"a.   Hasil    observasi    pengaruh    Terapi    Shalat

untuk menurunkan tingkat stres pasien "J"

Sedangkan   pada   pasien   "J"   seb

elumdilakukan kegiatan Shalat berjamaah   pasienmengatakan  bahwa  ia  merasa  tidak  tenang,  danpasien  tampak  gelisah.  Pasien  juga  

Page 23: Terapi Spiritual

mengatakanbahwa ia tidak mau mengikuti Shalat di musolladan lebih  memilih shalat  sendirian di kamarnyaatau  shalat  berjamaah  di  ruang  terapi  Religiusdan TAK yang terletak di dalam ruangan bangaukarena  ia  beranggapan  ia  akan  kerasukan  jikashalat  di  musolla  karena  itu  ia  perlu  di  ruqyah.Dari perkataan pasien ini dapat diketahui bahwapasien sedang dalam Halusinasi dan stres.Setelah dilakukan informed consent denganpasien, pasien bersedia untuk   mengikutikegiatan   Shalat   berjamaah   di   ruangan.   SaatShalat, pasien mampu mengikuti kegiatan Shalatdengan   gerakan   yang   baik   dan  benar.   Pasientampak lebih khusyuk dan berdoa. SetelahShalat, pasien ditanya tentang perasaannyasetelah   mengikuti   kegiatan   Terapi   Shalat   ini,pasien  menjawab  bahwa  perasaannya  sekarangsudah   jauh   lebih   tenang   dan   rileks,   pasientampak  kelihatan  lebih  senang  dan  tenang,  danapa yang dibicarakannya sesuai dengankenyataan.b.   Hasil observasi pengaruh Terapi Zikir untuk

menurunkan tingkat stres pasien "J"Untuk Terapi Zikir, pasien "J"

mengatakan bahwa ia sering berdoa untuk orangtua,   diri  sendiri.   Sebelumnya   pasien  "J"   jugamengatakan  bahwa  jika  terlalu  lama  dan  terlalukhusuk  berdikir  dengan  dzikrullah,  pasien  akanmerasa dirinya banyak didatangi setan danpasien  tampak  gelisah.  Pasien  jarang  berdzikirdengan dzikrullah dengan alasan seperti di atas.Dengan demikian   dapat disimpulkan bahwapengetahuan  pasien  "J"  terhadap  Terapi  Dzikirmasih kurang optimal.

6. PEMBAHASANDalam   bab   ini   akan   dibahas   secara

berurutan  dimulai   dari  keterbatasan  penelitianyang  ada  dalam  penelitian  tinjauan  pelaksananpemberian   Terapi   Religius   Shalat   dan   Dzikiroleh   perawat   untuk   menurunkan   tingkat   strespada   pasien   Halusinasi   di   Ruang   Bangau   diRumah Sakit   Ernaldi Bahar Palembang,kemudian  dilanjutkan  dengan  pembahasan  padaproses, yaitu tinjauan tentang prosespelaksanaan  pemberian  Terapi  Religius  Shalatdan Zikir tersebut.

6.1 Keterbatasan PenelitianPenelitian    ini    menggunakan    metode

kualitatif   dengan   maksud   untuk   memperolehinformasi  yang  mendalam  mengenai  pemberianTerapi     Religius     Shalat     dan     Dzikir     untukmengurangi tingkat stres pada pasien Halusinasi.

Pengumpulan  informasi  penelitian  inidilakukan       dengan       wawancara       mendalam(indepth      interview)      dengan      menggunakanfasilitas    voice    recorder    di    hp    sebagai    alatperekam  serta  catatan  lapangan  dan  observasisehingga  faktor  situasi,  kondisi  dan  lingkungantempat melakukan wawancara mendalam sangatberpengaruh terhadap informasi yang di perolehdari    informan   dalam   wawancara    mendalam.Keterbatasan    penelitian    ini    adalah    subjektifpeneliti      dalam      menginterprestasikan      yangdiperoleh     dengan     teknik     wawancara     danobservasi   sehingga   hasil   penelitian   ini   sangattergantung   pada   pemahaman   dan   penafsiranpeneliti.  Hal  tersebut  akan  sangat  berpengaruhterhadap   informasi   yang   dikumpulkan.   Selainitu,  terbentur  dengan  jadwal  dinas  perawat  danpasien   Halusinasi   di   Ruang   Bangau   ini   jugamenjadi kendala dalam memilih informan.

6.2    Pembahasan     Pelaksanaan     PemberianTerapi   Religius   Shalat   dan   Zikir   olehPerawat    untuk    menurunkan    tingkatstres pasien Halusinasi di Ruang Bangaudi      Rumah      Sakit      Ernaldi      BaharPalembang

6.2.1   Karakteristik Informan dan Key InformanPeserta   wawancara   mendalam   dalam

penelitian  ini  adalah  4  orang  informan  dan  1orang    key    informan.    Informan     merupakanperawat associate Ruang Bangau. Usia informanberkisar  antara  27-32  tahun.  Informan  memilikitingkat  pendidikan  D  III  dan  SI  KeperawatanNers  dengan  masa  kerja  5-10  tahun  di  RumahSakit  Ernaldi Bahar ini.

Key    informan    dalam    penelitian    inimerupakan         orang         yang         berkompeten,'bertanggung   jawab   serta   dapat   memberikaninformasi     yang     dibutuhkan     oleh     peneliti.Adapun  key  informan  tersebut  adalah  KepalaRuangan  Bangau  Rumah  Sakit  Ernaldi  BaharProvinsi Sumatera Selatan. Key informan sudahbekerja selama 21 tahun di Rumah Sakit Ernaldi

Bahar  ini.  Usia  key  informan  adalah  49  t

ahundengan pendidikan terakhirnya SI.

6.3 Pembahasan Hasil PenelitianDalam penelitian ini peneliti memb

ahas

Page 24: Terapi Spiritual

tentang  pemberian  Terapi  Religius  Shalat  danZikir  oleh  perawat  untuk  menurunkan  tingkatstres pada pasien Halusinasi di Ruang Bangau diRumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.6.3.1 Pelaksanaan  pemberian  Terapi  Shalat  diRuang Bangau

Berdasarkan hasil wawancaramendalam dengan ketiga informan dandidukung   oleh   informasi   dari   key   informan,peneliti mendapatkan informasi tentangpelaksanaan Terapi Shalat. Terapi Shalatmerupakan salah satu bagian dari TerapiReligius   yang   mana   menurut   informasi   dariketiga  informan  perawat.  Terapi  Religius  sudahdilaksanakan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar danhal  ini  merupakan  salah  satu  kewenangan  yangdimiliki  oleh  pihak  unit  Rehabilitasi  karena  didalam keperawatan belum terdapat SOP tentangTerapi Religius Shalat ini. Dalam   kegiatanTerapi Shalat  ini, perawat  sebagai  observer  danpihak  yang  menyeleksi  pasien  mana  saja  yangboleh  diikutkan  dalam  kegiatan  Terapi  Shalatini, berkolaborasi dengan Tim Unit Rehabilitasidan   Tim   Dokter.   Menurut   keterangan   yangdidapatkan dari hasil wawancara mendalamdengan   perawat,   untuk   kegiatan   Terapi   Salatdilaksanakan  seminggu  sekali  pada  hari  Kamispagi dimulai dengan persiapan pada jam 8 pagi.Kegiatan ini dilakukan di Ruang Terapi ReligiusHasana dibawah bimbingan Tim UnitRehabilitasi dan Dokter sebagai pengisikegiatan. Kegiatan yang dimaksud dapat berupaShalat dan Dzikir, mengaji,dan pemberianceramah-ceramah keagamaan.

Hal  ini  sesuai  dengan  konsep  Hendrapada   tahun   2006   yang   menyebutkan   bahwaTerapi   spiritual   adalah   sebuah   terapi   denganpendekatan  terhadap  kepercayaan  yang  dianutoleh klien, pendekatan ini dilakukan olehseorang pemuka agama dengan caramemberikan pencerahan,  kegiatan ini dilakukanminimal 1 kali seminggu untuk semua klien dansetiap  hari  untuk  pasien.  Terapi  spiritual  lebihcenderung untuk menyentuh satu sisispiritualitas manusia, mengaktifkan titik godspotdan  mengembalikan  klien  ke  sebuah  kesadaran

dari  mana dia berasal,  alasan  mengapa  manusiadiciptakan,   tugas-tugas   yang   harus   dilakukanmanusia   di   dunia,   beberapa   hal   yang   pantasdilakukan  didunia  dan  hal-hal  yang  tak  pantasdilakukan  di  dunia.  Adapun  bentuk  dari  terapispiritual ini antara lain terapi shalat dan dzikir.

Selain itu berdasarkan hasil wawancaramendalam      dengan      key      infoman      tentangdukungannya yang diberikan dalam pelaksanaanTerapi  Shalat,  dengan  demikian  maka  penulisdapat  menyimpulkan  bahwa  kebijakan  tentangpelaksanaan kegiatan Terapi Religius di RumahSakit Ernaldi Bahar, khususnya Terapi Shalat inisudah cukup bagus.

Untuk  kriteria pasien  mana  yang bolehikut   dalam   kegiatan   Terapi  Shalat   ini   adalahsemua  pasien  tidak  hanya  diperuntukkan  bagipasien   Halusinasi   saja   dengan   syarat   pasientersebut  dalam  keadaan  stres  yang  tidak  terlaluberat    dan    tidak    ada    resiko    pasien    untukmengamuk. Hal ini sesuai dengan hasil chek listobservation     pada     perawat     bahwa     sebelumdiadakan   kegiatan   ini,   perawat   memilih   danmenyeleksi  terlebih  dahulu  pasien-pasien  manasaja yang boleh ikut dalam kegiatan ini. Dengandemikian peneliti berasumsi bahwa pengetahuanperawat   untuk  kriteria   pemilihan  pasien   yangboleh   mengikuti   Terapi   Shalat   sudah   cukupoptimal.

Dari      hasil      wawancara      mendalamdengan      informan      perawat,      peneliti      jugamendapatkan  informasi  bahwa  selain  kegiatanTerapi Shalat dilakukan di ruang Terapi ReligiusHasana     yang     dibimbing     oleh     Tim     UnitRehabilitasi  dan  Dokter,  di  ruangan  TAK  danreligius  yang  terdapat  di  ruang  Bangau  sendirijuga sering dilakukan kegiatan shalat berjamaahbagi  pasien.   Berdasarkan  pengamatan  penelitisaat     melakukan     Shalat     Magrib     berjamaahdengan pasien Halusinasi yang terdapat di ruangBangau  ini,  kegiatan  Shalat  berjamaah  ini  atasdasar     inisiatif     pasien     sendiri     dan     kurangmelibatkan    perawat    di    dalamnya.    Hal    inimenurut    keterangan   dari    informan    dan    keyinforman,  masih  terdapat  kendala-kendala  bagiperawat untuk melakukan kegiatan Terapi Shalatdan  Dzikir  ini  untuk  pasien.   Kendala-kendalatersebut   antara   lain   berupa   anggapan   pihakRumah   Sakit   bahwa   hanya   orang-orang   ataupihak-pihak  tertentu  saja  yang  bisa  melakukankegiatan   ini   karena   berhubungan   dengan   sisi

spiritualitas  manusia,  juga  keterbatasan  te

nagaperawat  dan  keterbatasan  waktu  yang  dimilikioleh  perawat  untuk  melakukan  kegiatan  T

Page 25: Terapi Spiritual

erapiShalat ini, serta dikarenakan di dalamkeperawatan belum ada format SOP untukpelaksanaan   Terapi   Shalat   bagi   pasien   olehperawat.   Meskipun   menurut   keterangan   salahsatu   informan   yaitu   informan   'A"   sarana   danprasarana untuk kegiatan Shalat ini sepertisajadah,   sarung,   peci   dan   juga   tempat   untukShalat  sudah  tersedia  namun  dalam  praktiknyamasih   menemukan   beberapa   kendala   sepertiyang sudah disebutkan di atas.

Untuk   tahapan   dan   proses   kerja   daripemberian Terapi Shalat ini, key informan dan 2orang   informan   menyebutkan   tentang   tahap-tahap pelaksanaan Terapi Religius yang dimulaidari tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kenadan  tahap  terminasi.Akan  tetapi  informan  tidakmenyebutkan   secara   mendetail   tentang   prosesdari  Terapi  Shalat  itu  sendiri.  Sedangkan  padainforman   '’A"   mengatakan   bahwa   ia   kurangmengetahui   tentang   proses dari   pelaksanaanTerapi yang dimaksud. Dengan demikianpeneliti berasumsi bahwa dalam   hal inipengetahuan informan dan key informan tentangTerapi Shalat masih belum optimal.

6.3.2 Pelaksanaan  pemberian  Terapi  Zikir  diRuang Bangau

Berdasarkan hasil wawancaramendalam dengan ketiga informan dandidukung   oleh   informasi   dari   key   informan,peneliti  kurang  mendapatkan  informasi  tentangpelaksanaan  Terapi  Dzikir.  Menurut  informan,sama halnya seperti Terapi Shalat, Terapi Dzikirini   juga   termasuk   dalam  1   rangkaian   denganterapi Shalat  yang  merupakan  salah  satu bagiandari   Terapi   Religius.   Menurut   informasi   dariketiga  informan  perawat  Terapi  Religius  sudahdilaksanakan di Rumah Sakit Ernladi Bahar danhal  ini  merupakan  salah  satu  kewenangan  yangdimiliki  oleh  pihak  unit  Rehabilitasi  karena  didalam keperawatan belum terdapat SOP tentangTerapi Religius ini. Untuk Terapi Dzikirbiasanya dilakukan  mengiringi setelah diadakankegiatan   Shalat.   Sama   halnya   dengan   TerapiShalat, dalam kegiatan Terapi Dzikir inimengikuti Terapi Shalat, perawat sebagaiobserver   dan   pihak   yang   menyeleksi   pasienmana  saja  yang boleh diikutkan dalam kegiatan

Terapi   Dzikir   ini,   berkolaborasi   dengan   TimUnit    Rehabilitasi    dan    Tim    Dokter.    Dalamkegiatan  Terapi  Dzikir  ini  menurut  keteranganyang      didapatkan      dari      hasil      wawancaramendalam      dengan      perawat,      dilaksanakanseminggu  sekali  pada  hari  Kamis  pagi  dimulaidengan persiapan pada jam 8 pagi. Kegiatan inidilakukan   di   Ruang   Terapi   Religius   Hasanadibawah  bimbingan  Tim  Unit  Rehabilitasi  danDokter  sebagai pengisi kegiatan. Kegiatan  yangdimaksud    dapat    berupa    Shalat    dan    Dzikir,mengaji,dan     pemberian        ceramah-ceramahkeagamaan.       Isi       acara       bervariasi       setiapminggunya.

6.3.3  Tingkat  stres  pasien  Halusinasi  sebelumdan setelah mendapatkan Terapi Salat

Berdasarkan           hasil           wawancaramendalam  dengan  informan  dan  key  informanjuga  dapat  diketahui  bahwa  terdapat  pengaruhTerapi  Shalat  terhadap  penurunan  tingkat  strespasien.  Hal  ini  sesuai  dengan  keterangan  dariinforman   dan   key   informan   Bahwa   terdapatdampak   yang   positif   dari   pemberian   TerapiShalat ini untuk menurunkan tingkat stres pasienseperti    sesudah    dilakukan    Shalat,    informanmelihat bahwa pasien  tampak  lebih  tenang, danrileks,  tidak  ada  lagi  resiko  mengamuk  ataupunmarah-marah.    Hal    ini    sesuai    dengan    hasilobservasi  peneliti  terhadap  pasien  sebelum  dansesudah    mengikuti    kegiatan    Terapi    Shalat.Sebelum    dilakukan    Terapi    Shalat,     penelitimendapatkan   gambaran   tingkat   stres   dari   3orang pasien observasi Halusinasi. Ketiga pasientersebut      tampak      lebih      suka      menyendiri,melamun,   marah   sering   tidak   terkendali   danbahkan  pasien  tampak  seperti  berbicara  sendiridan  marah  kepada  diri  mereka  sendiri.  Pasienberasumsi    bahwa    ketiga    pasien    ini    sedangmengalami  Halusinasi  dan  stres  sedang,  sebabpasien  masih  bisa  orientasi  waktu,  tempat  danorang.  Setelah  dilakukan  Terapi  Shalat  Magribberjamaah   di   ruang   TAK   dan   Religius   yangterdapat     di     ruang     Bangau,     ketiga     pasienobservasi     tersebut     tampak     stresnya     mulaiberkurang menjadi stres tingkat rendah, ditandaidengan   ekspresi   wajah   pasien   yang   tampaktenang  ,   mau   tersenyum,   orientasi  bagus  danbisa   di   ajak   berbicara   dengan   baik-baik   dankooperatif, bersedia mengikuti saran perawat.

Dengan   demikian,   penulis   bera

sumsibahwa   dengan   diberikannya   Terapi   ReligiusShalat, dapat ikut membantu

menurunkantingkat stres pada pasien Halusinasi.

Page 26: Terapi Spiritual

Hal  ini  sesuai  dengan  konsep  Hendrapada   tahun   2011   yang   menyebutkan   tentangteori   dari   Dadang   Hawari,   seorang   psikiateryang mengembangkan psikoterapi holistik,berpendapat bahwa shalat menimbulkanketenangan. Di samping itu doa jugamenimbulkan   rasa   percaya   diri   dan   optimis(harapan  kesembuhan).  Ini  merupakan  dua  halyang   amat   esensial   bagi   penyembuhan,   suatupenyakit,  di  samping  obat-obatan  dan  tindakanmedis.   Dipandang   dari   sudut   kesehatan   jiwa,shalat dan dzikir mengandung unsurpsikoterapetik yang mendalam. Psikoreligiusterapi  ini  tidak  kalah  pentingnya  dibandingkanpsikoterapi   psikiatrik   karena   ia   mengandungkekuatan spiritual kerohanian yangmembangkitkan rasa percaya diri dan rasaoptimisme  (harapan  kesembuhan).  Dua  hal  ini,yaitu rasa percaya diri dan optimisme,merupakan   dua   hal   yang   amat   esensial   bagipenyembuhan  suatu  penyakit  di  samping  obat-obatan   dan   tindakan   medis   yang   diberikan.(Hawari 1998:8)

Dan   juga   menurut   penelitian   AlvanGoldstien   shalat bisa disebut sebagai ritualmeditasi. Dengan melakukan dengan ritualmeditasi maka dapat mengembalikan otakmemproduksi zat endorphin. Zat endorphindalam otak manusia yaitu zat yang memberikanefek  menenangkan,  yang  disebut  endogegoniusmorphin. Drs. Subandi, MA menjelaskan bahwakelenjar endorfina dan enkafalina yangdihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyatamempunyai efek yang mirip dengan opiat(candu) yang memiliki fungsi kenikmatan,sehingga di sebut opiat endogen. Makaseseorang  yang  sengaja  memasukan  zat  morfinke  dalam  tubuh  maka  kelenjar  endorphin  akanberhenti   secara   otomatis.   Dan   para   penggunanarkoba apabila melakukan penghentianmorphin dari luar secara tiba-tiba,   akanmengalami sakau (ketagihan yang menyiksa dangelisah) karena otak tidak lagi memproduksi zatendhorphin  yang  secara  alami.  Sehingga  sholatyang  benar  atau  melakukan  dzikir-dzikir  yangbanyak   memberikan   dampak   efek   ketenangan

mengurangi     kecemasan     dan     tingkat     stressmenurun.

Hal  ini  juga  sesuai  dengan  penelitianLarson    dkk    (1982)    dalam    Dadang    Hawari(2001)  melaksanakan  penelitian  tentang  terapispiritual   khususnya   terapi   Solat   untuk   pasienskizofrenia   di   RSJ.   Mereka   membandingkankeberhasilan  terapi  pada  dua  kelompok  pasienSkizofrenia. Kelompok pertama mendapat terapikonvensional   (psikofarma)   dan   lain-lain   tapitidak   mendapat   Terapi  Spiritual   (keagamaan).Kelompok  kedua  mendapat  terapi  konvensionaldan   lain-lain   dan   mendapat   Terapi   Spiritual.Kedua  kelompok  tersebut  dirawat  di  RSJ  yangsama.    Hasil    penelitian   ini    cukup    bermaknabahwa :

(1)     gejala       klinis       gangguan       jiwaSkizofrenia  lebih  cepat  hilang  padakelompok    kedua    yang    mendapatTerapi Spiritual / Psikoreligius.

(2)     pada     kelompok     kedua     lamanyaperawatan   lebih   pendek   daripadakelompok pertama.

(3)     pada  kelompok  kedua,  tingkat  streslebih       cepat       teratasi       daripadakelompok pertama.

(4)     pada  kelompok  kedua  kemampuanadaptasi    lebih      cepat      daripadakelompok pertama.

Terapi  Religius  yang  dimaksud  dalampenelitian  ini  adalah  kegiatan  ritual  keagamaanseperti  sembahyang,  berdoa,  memanjatkan  puji-pujian   pada   Tuhan,   ceramah   keagamaan   dankajian    kitab    suci.    Shalat    yang    ikhlas    dankhusyuk   dibuktikan   secara   kuantitatif   melaluisekresi    hormon    kortisol    dengan    parameterkondisi   tubuh.   Pada   kondisi   normal,   jumlahkortisol   pada   pagi   hari   normalnya   antara   38nmol-690   nmol/liter.   Sedangkan   pada   malamhari    atau    setelah    pukul    24.00,    jumlah    inimeningkat  menjadi  69  nmol  -  345  nmol/liter.Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, dapatdiindikasikan bahwa orang tersebut tidak ikhlaskarena      merasa      tertekan.      Demikian      jugasebaliknya.  Orang  dalam  keadaan  depresi,  stresatau punya beban psikologis yang berat biasanyarentan   sekali   terhadap   penyakit   kanker   daninfeksi.  Dengan  melakukan  shalat  secara  rutindan     disertai     perasaan     ihklas     serta     tidakterpaksa,seseorang  akan  memiliki  respon  imunyang   baik   serta   besar   kemungkinan   terhindar

dari penyakit infeksi dan kanker

bahkanpenyakit  kejiwaan.  Secara   medis,  shalat   yangdemikian menyebabkan seseorang

Page 27: Terapi Spiritual

memilikiketahanan tubuh yang baik.

Dengan demikian penelitimenyimpulkan bahwa untuk pelaksanaan TerapiSolat di ruangan Bangau terhadap pasienHalusinasi   khususnya,   bisa   dikatakan   cukupoptimal. Hal ini dikarenakan terdapat sarana danprasarana yang memadai untuk dilakukankegiatan Terapi Shalat tersebut yaitu tersedianyaalat-alat shalat seperti sajadah, sarung, peci, jugatersedianya tempat untuk kegiatan tersebut.6.3.4 Tingkat Stres pasien Halusinasi sebelumdan sesudah mengikuti Terapi Zikir

Berdasarkan hasil wawancaramendalam  dengan  informan  dan  key  informanserta   hasil   observasi   pasien,   peneliti   kurangmendapatkan   informasi   tentang   tingkat   strespasien Halusinasi setelah mengikuti Terapi Zikirkarena   kurangnya   pengetahuan   informan   dankey  informan  serta  pasien  untuk  Terapi  Zikirkhususnya dzikrullah. Namun  berdasarkan hasilobservasi  yang dilakukan  kepada pasien  setelahmereka melakukan Shalat, pasien jugamemanjatkan doa setelah mereka Shalat. Ketikaditanyakan kepada pasien tentang  doa apa yangmereka   panjatkan,   mereka   menjawab   bahwamereka  berdoa  untuk  orang  tua  dan  keluarga.Mereka   mengatakan   jarang   berdzikir   karenakurangnya pengetahuan mereka dalam halDzikrullah ini.

Hal   ini   tidak   sesuai   dengan   konsepyang dikemukakan oleh Hendra tentangpenelitian yang diberikan oleh dr. ArmanYurisaldi Saleh yang mengungkapkan fenomenaini   melalui   pendekatan   ilmiah   neuro   science.Beliau adalah seorang spesialis syaraf sekaligusseorang   klinisi yang   sering menangani danmenerima   konsultasi  penyakit-penyakit  syaraf.Berdasarkan pengalaman empiris, didukungpengamatan langsung terhadap pasien dandisertai  studi  literatur  yang  serius,  dr.  Yurisaldiakhirnya sampai pada kesimpulan adanyahubungan yang erat antara pelafalan huruf(makharijul huruf) pada bacaan zikir Laa ilaahaillalloh dan Astaghfirullah dengan tampilanklinis  (kondisi  fisik  dan  psikis)  seseorang  yangmembacanya   (hal  50).   Zikir   yang   berdampakpositif  terhadap  kesehatan  syaraf  dan  tubuh  initentu  saja  adalah  zikir  yang  dilafalkan  secara

baik  dan  benar  sesuai  aturan  dalam ilmu  tajwiddan    dipahami    arti    dan    dihayati    maknanyadisertai  dengan  kesungguhan.  Dari  kajian  ilmutajwid  (ilmu  yang  mempelajari  cara  membacaal-qur'an), penulis ini mengetahui bahwa kalimatzikir    Laa    ilaaha    illalloh    dan    Astaghfirullahmengandung   dampak   yang   luar   biasa.   DalamLaa   ilaaha   illalloh   terdapat   huruf   jahr   yangdiulang sebanyak tujuh (7) kali, yaitu huruf lam;dan dalam astaghfiiullah terdapat huruf ghain, radan  dua  buah  lam.  Dari  kedua  kalimat  zikir  itumaka ada empat huruf jahr yang harus dilafalkanseara  keras/jelas.  Hasilnya  adalah  bahwa  udarayang  keluar  dari  paru-paru  melalui  mulut  akanlebih banyak dibandingkan dengan bacaan padakalimat zikir yang lain, seperti Subhanalloh (duahuruf  jahr),  Allohu  akbar  (tiga  huruf  jahr)  danAlhamdulillah (dua huruf jahr). (Hendra,201 l)

Ditinjau  secara  medis-klinis,  jika  kitamelafalkan  kalimat  zikir  Laa  ilaaha  illalloh  danAstaghfirulloh  secara  benar  sesuai  ilmu  tajwidberarti           kita            sedang            mengeluarkankarbondioksida     leboh     banyak     saat     udaradiembuskan keluar  mulut, dibandingkan denganjika      kita      membaca      kalimat      zikir      yangmengandung  lebih  sedikit  huruf  jahr.  Kalimatzikir   yang   lain   tetap   bermanfaat   memberikandampak  ketenangan.  Dampak  sehatnya,  ketikaseseorang   melalukan   zikir   secara   intens   dankhusyuk    seraya    memahami    dan    menghayatiartinya,  pembuluh  darah  di  otak  akan  membuataliran      karbondioksida      yang      keluar      daripernafasan     menjadi     lebih     banyak.   Kadarkarbondioksida    di    otak    pun    akan    menurundengan  teratur.  Sehingga  tubuhpun  akan  segeramenampilkan   kemampuan   reflek   kompensasi,rileks.         Rangkaian         proses         pengeluarankarbondioksida    yang    merupakan    oksidan/gasbuangan  metabolit  dan  proses  neurosis  tersebutternyata  mempunyai  efek  positif  bagi  pembacazikir.

Sedangkan     berdasarkan     data     yangdidapat   pada   hasil   observasi,   kegiatan   TerapiZikir    ini    kurang    bisa    dilaksanakan    secaraoptimal      di      ruangan     Bangau     dikarenakanbeberapa    hal    terutama    tentang    keterbatasanpengetahuan   perawat   juga   pasien   tentang   artidan     manfaat     dzikir     Laa     Ilahaillalloh     danAstaghfirullah    ini.    Juga    dikarenakan    belumterdapat   sarana   dan   prasarana   yang   memadaiuntuk   melakukan   kegiatan   ini   seperti   tasbih,

untuk berdzikir, juga belum

tersedianyafasilitator di ruangan Bangau

unutukmembimbing  pasien  melakukan  Terapi  Dz

Page 28: Terapi Spiritual

ikirini.   Juga   belum   diketahui   perubahan   tingkatstress pasien Halusinasi sesudah mengikutukegiatan Terapi Zikir ini.

Meskipun  demikian  berdasarkan  hasilwawancara   mendalam   dengan   informan   jugahasil  observasi  terhadap  pasien Halusinasi  yangmelakukan kegiatan Shalat, mereka mengatakanbahwa untuk zikir ini juga dilakukan tetapi lebihspesifik   ke   doa   kepada   orang   tua,   keluarga,bukan dzikir Dzikrullah.

Dengan   demikian   peneliti   berasumsibahwa   untuk   pelaksanaan   Terapi   Dzikir   inimasih  belum  maksimal  dilakukan  untuk  pasienyang terdapat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar inijuga  belum  diketahui  tentang  pengaruh  TerapiZikir  terhadap  perubahan  tingkat  stres   pasienHalusinasi.

7. Kesimpulan dan Saran

7.1  Kesimpulan7.1.1  Pelaksanaan  pemberian  Terapi  Shalat  diRuang Bangau

Dari hasil wawancara mendalamdengan   ketiga   informan   serta   hasil   chek   listobservation terhadap perawat dan pasiendidapatkan kesimpulan bahwa untukpelaksanaan   Terapi   Religius   Shalat   ini   masihdalam kewenangan pihak Unit Rehabilitasi yangterdapat   di   Rumah   Sakit   Ernaldi   Bahar   ini.Namun, selain dilakukan di Ruang TerapiReligius oleh pihak Rehabilitasi, kegiatan Shalatjuga   dilaksanakan   di   Ruang   Bangau   sendirisecara   berjamaah   atas   inisiatif   perawat   danpasien sendiri. Secara umum pelaksanaanpemberian Terapi Shalat ini sudah biasdikatakan cukup baik dilakukan di RuangBangau   dan   pasien   pun   bias   menerima   danmengikuti kegiatan ini sesuai dengan contoh danprosedur   yang   telah   diberikan   oleh   perawat,tetapi kegiatan Terapi Shalat ini dalampelaksanaannya juga mengalami beberapakendala yang berasal dari perawat yaituketerbatasan  waktu  perawat  untuk  memberikanTerapi Shalat ini secara teratur terkaitterbenturnya dengan jadwal dinas perawat.Meskipun demikian kegiatan Shalat ini

mendapatkan   dukungan   dari   Kepala   Ruanganserta perawat yang ada di Ruang Bangau.

Sehingga      dalam      hal      ini      dapatdisimpulkan   bahwa   Terapi   Shalat   ini   sudahdilakukan    cukup    baik    di    ruangan    Bangauterutama dilakukan dari pihak pasien.7.1.2      Pelaksanaan  pemberian  Terapi  Zikir  diRuang Bangau

Dari      hasil      wawancara      mendalamdengan   ketiga   informan   serta   hasil   chek   listobservation     terhadap     perawat     dan     pasiendidapatkan         kesimpulan         bahwa         untukpelaksanaan    Terapi    Zikir    ini    masih    kurangoptimal    dalam    pelaksanaannya    di    ruanganBangau untuk pasien Halusinasi khususnya. Halini  dikarenakan  belum  tersedianya  sarana  danprasarana    yang    mencukupi    untuk    dilakukankegiatan  tersebut  seperti  tasbih,  juga  fasilitatorsebagai   pembimbing   pasien   untuk   melakukankegiatan  Zikir  Dzikrullah.  Dan  hal  yang  palingutama   adalah   keterbatasan   pengetahuan   dariinforman    juga    pasien    tentang    Zikrullah    inikarena     memang     belum     terdapat     kebijakankhusus   dari   Rumah   Sakit   Ernaldi   Bahar   inidalam  hal  pemberian  terapi  zikir  Zikkrullah  iniuntuk perawat dan pasien.

Akan    tetapi    meskipun    terapi    ZikirDzikrullah           kurang           optimal           dalampelaksanaannya,    ketiga    pasien    tetap    berdoasetelah  melakukan  Shalat.  Doa  tersebut  antaralain  menurut  keterangan  informan  juga  pasienadalah  doa  minta  ampun,  doa  untuk  keluargadan   orang   tua   agar   mereka   segera   diberikankesembuhan.      Menurut      mereka,      meskipunmereka  jarang  melakukan  Zikir,  mereka  tetapberdoa karena menurut mereka doa sama halnyadengan Zikir Zikrullah.

Sehingga    dengan      demikian      dapatdisimpulkan  bahwa  dalam pelaksaan  pemberianTerapi Zikir ini masih kurang optimal dilakukanoleh perawat di Ruangan Bangau .

7.1.3  Tingkat  Stres  pasien  Halusinasi  sebelumdan  sesudah  mengikuti  kegiatan  TerapiShalat

Sesuai     dengan     pelaksanaan     TerapiShalat    yang    dilakukan    di    ruangan,    penelitimendapatkan   gambaran   tentang   tingkat   strespasien      Halusinasi      sebelum      dan      sesudahmengikuti  kegiatan  ini.  Dalam  hal  ini  tingkat

stress yang dimaksudkan adalah

berupagambaran perilaku pasien.

Sebelum dilakukan kegiatanShalat

berjamaah di ruangan, secara  umum didapatkan

Page 29: Terapi Spiritual

gambaran perilaku ketiga pasien observasi.Ketiga   pasien   tampak   gelisah,   tidak   tenang,mudah  tersinggung  dan  mudah  marah.  Ketigapasien  lebih  suka  beraut  menyendiri  di  dalamkamarnya   dan   tampak   sering   melamun   danekspresi   wajah   tampak   sedih.   Sesudah   ketigapasien tersebut di ajak melakukan Shalatberjamaah  di  ruangan  bersama  dengan  pasienyang lainnya, mereka mampu mengikutikegiatan Shalat dengan baik dan benar, dan jugatampak khusyuk dalam Shalatnya. SesudahShalat   ketiga   pasien   tersebut   mengemukakantentang  perasaannya  yaitu  lebih  tenang,  emosilebih   bisa   terkendali,   tidak   gelisah   lagi.Dataobyektif yang didapatkan pasien tampak senang,lebih   bisa   bersosialisasi   dengan   pasien   yanglainnya dan mulai bisa mengikuti aktifitassehari-hari.

Sehingga dalam hal ini penelitimenyimpulkan bahwa dengan melakukankegiatan   Shalat   dapat   membantu   menurunkantingkat stres pada pasien Halusinasi.

7.1.4  Tingkat  stres  pasien  Halusinasi  sebelumdan  sesudah  mengikuti  kegiatan  TerapiZikir

Peneliti kurang mendapatkan datauntuk  terapi  Zikir  ini,  namun  menurut  sebagianinformasi  yang didapatkan dari pasien, sebelummereka berdoa perasaan mereka gelisah,ditandai  dengan  ekspresi  wajah  pasien  tampakkebingungan juga tidak tenang. Sesudah berdoa,didapatkan  data  subyektif  pasien  yaitu  pasienmengatakan bahwa setelah berdoa perasaanmereka menjadi jauh lebih tenang, data obyektifpasien  juga  menunjukkan  pasien  tampak  lebihrileks dan tenang.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwaTerapi   Zikir   ini   belum   dilakukan   di   ruanganBangau karena belum ada kebijakan khusus juga

sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatanini.   Namun   berdasarkan   keterangan   informanjuga  pasien,  mereka  berpendapat  bahwa  TerapiZikir   dapat   mengurangi   tingkat   stress   pasienHalusinasi.

Dengan   demikian   dapat   disimpulkanbahwa  dalam  pemberian  Terapi  Zikir  ini  masihkurang  optimal  dilakukan  di  Ruangan  Bangaukarena masih banyak terdapat kendala-kendala.

7.2      Saran7.2.1   Bagi Pihak Rumah Sakit

Diharapkan    dari    pihak    rumah    sakitErnaldi      Bahar      Palembang      untuk      dapatmemberikan      penyuluhan      langsung      kepadapasien tentang Terapi Religius khususnya Shalatdan   Zikir.   Sehingga   akan   tercipta   kesehatanyang  holistik  atau  meneyeluruh  untuk  pasien  diRumah    Sakit      Ernaldi      Bahar      ini.      Jugaketerbatasan sarana dan prasarana dalam TerapiReligius  Shalat  dan  Zikir  ini  hendaknya  lebihdiperhatikan lagi.

7.2.2     PerawatDiharapkan   perawat    mendominankan

peranannya     sebagai     pemberi     asuhan     danpendidik     bagi     pasien     dengan   memberikanasuhan    keperawatan    yang    holistik    meliputibio,sosio,psiko   dan   spiritual   sehingga   hal   inidapat   membantu   pasien   merasa   nyaman   danmengurangi  lamanya  waktu  rawat  inap  pasien.Perawat    juga    meningkatkan    pengetahuannyatentang   Terapi   Religius   Shalat   dan   Zikir   iniuntuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien .

7.2.3     Bagi Peneliti SelanjutnyaDiharapkan   bagi   peneliti   lain   untuk

dapat      meneruskan      penelitian      ini      tentangpemberian Terapi Religius Salat dan Zikir untukmenurunkan       tingkat       stres       pada       pasienHalusinasi.