Terapi Short Bowel Syndrome
-
Upload
novia-chrisnawati -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
Transcript of Terapi Short Bowel Syndrome
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
1/8
Terapi Short Bowel Syndrome
Perbedaan utama antara pasien yeyunum-kolon dan yeyunostomy adalah bahwa pada pasien
yeyunostomy kehilangan lebih banyak garam dan air dari stomanya, umumnya penderita juga
menderita hipomagnesemia tapi penderita tidak mengalami fermentasi bakterial yang signifikan
pada lumen usus. Permasalahan-permasalahan yang lain adalah sama, seperti defisiensi B12,
gangguan penyerapan obat, dan batu empedu.
Kekurangan garam dan air
Pasien dengan yeyunostomy mempunyai output stoma dalam jumlah besar, dimana akan menjadi
lebih banyak apabila makan ataupun minum. Setiap liter dari cairan yeyunostomy terdiri atas 100
mmol/l garam natrium.
Hasil pembuangan dari yeyunostomy atau ileostomy mengandung sedikit magnesium (sekitar
15mmol/l), keseimbangan magnesium seringkali bukanlah masalah dan baru akan nampak jika
tersisa kurang dari 50 cm yeyunum. Konsentrasi magnesium yang rendah dalam darah biasanya
disebabkan oleh penipisan jumlah natrium dengan hiperaldosteronisme sekunder dan lebih
banyak kehilangan magnesium dari pembuangan urine. Hipokalemia dapat juga terjadi karena
hipomagnesemia,dimana menyebabkan disfungsi dari banyak sistem transportasi dengan
magnesium dan meningkatkan pengeluaran magnesium dari ginjal, hipokalemia ini resisten
terhadap terapi magnesium tetapi merespon dengan penggantian magnesium.
Manajemen output yeyunostomy dan ileostomy
Mengetahui panjang usus yang tersisa sangat membantu dalam memprediksi hasil akhir maupun
dalam memilih jenis nutrisi pendukung. Penelitian dengan kontras (enema) mungkin akan
membantu. Pemeriksaan dari output (warna, konsistensi, volume selama 24 jam) dapat
memberikan indikasi jenis dari stoma. Prinsipnya sama dengan menejemen pembuangan dalam
jumlah banyak pada ileostomy.
Menyingkirkan penyebab dari jumlah output yang besar
Stoma dapat memproduksi output dalam jumlah besar jika didapatkan sepsis intraabdominal,
sumbatan usus, radang usus (misalnya pada infeksi clostridium atau salmonella), penyakit yang
sebelumnya dialami usus yang tersisa, seperti penyakit Crohns, penghentian obat yang
mendadak (steroid atau opiat), atau pemberian prokinetik seperti metoclopramide .
Terapi pada yeyunostomy dengan output besar
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
2/8
Jika didapatkan kekurangan air dan garam serta rasa haus yang parah, seringkali menjaga
keseimbangan garam dan air diperlukan, yaitu dengan memberikan normal saline intravena 2-4
liter per hari, menjaga agar penderita tidak makan ataupun minum, dimana akan memperlihatkan
bahwa jumlah output dipengaruhi oleh intake lewat mulut. Setelah 2-3 hari pemberian saline
intravena secara bertahap dikurangi, dengan pengurangan jumlah makanan dan cairan yang
masuk lewat oral kembali diberikan. Perawatan yang baik harus diberikan untuk tidak
mengkonsumsi cairan dalam jumlah besar, dimana akan menyebabkan edema (sebagian
disebabkan oleh jumlah aldosteron yang tinggi dalam sirkulasi). Tujuan dari terapi ini adalah
untuk menjaga kadar air, berat tubuh, dan volume urine harian setidaknya 800 ml dengan
konsentrasi natrium lebih dari 20 mmol/l.
Untuk mengoreksi hipokalemia pada penderita dengan jumlah output yang tinggi pada stoma,
kekurangan air dan natrium harus dikoreksi terlebih dahulu, dan magnesium serum dijaga agar
berada dalam batas normal. Penambahan suplemen magnesium jarang diperlukan.
Batasi konsumsi cairan oral. Kesalahan yang sering terjadi pada pasien adalah dorongan untuk
minum cairan hipotonis untuk memuaskan rasa haus mereka, namun hal ini menyebabkan
hilangnya jumlah natrium lewat stoma. Cairan hipertonis, yang mengandung sorbitol atau
glukosa, dapat juga menyebabkan hilangnya jumlah air dan natrium lewat stoma. Terapi untuk
yeyunostomy dengan output yang besar dimulai dengan mengurangi jumlah keseluruhan cairan
hipotonis oral (teh, kopi, air, jus buah, alkohol, atau cairan garam yang diencerkan) dan juga
cairan hipertonis seperti cola himgga kurang dari 500 ml per hari. Untuk memenuhi kebutuhan
cairan harian, pasien disarankan untuk mengkonsumsi cairan pengganti saline-glukosa 0,9%.
Banyak penderita di rumah dengan jumlah output yang tinggi secara marginal (1-1,5 liter) akan
terbantu dengan kombinasi restriksi cairan oral dan penambahan garam pada dietnya.
Penderita yang lain disarankan untuk mengkonsumsi cairan ataupun makanan pada waktu
tertentu (tidak mengkonsumsi air selama 90 menit sebelum dan setelah makanan), meskipun
demikian belum ada buktibahwa hal ini akan mengurangi jumlah output stoma atau
meningkatkan absorbsivmakro maupun mikronutrien.
Minum cairan saline-glukosa. Penderita dengan otput stoma kurang dari 1200 ml per hari dapat
mempertahankan keseimbangan garam natrium dengan penambahan garam pada batas
palatabilitas pada table dan makanan. Apabila pengeluaran dari stoma 1200-2000 ml, atau lebih,
memungkinkan untuk penderita mempertahankan keseimbangan natrium dengan mengkonsumsi
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
3/8
cairan saline-glukosa atau kapsul garam. Pada cuaca yang panas, karena air dan natrium hilang
dalam keringat, penderita dengan stoma akan mengalami masalah dehidrasi.
Karena konsentrasi natrium pada sisa pembuangan yeyunostomi relative konstan pada kisaran 90
mmol/l dan didapatkan absorbsi natrium dan gula pada yeyunum, penderita disarankan untuk
mengkonsumsi cairan saline-glukosa dengan konsentrasi natrium sekurang-kurangnya 90 mmol/l
per hari. Cairan untuk penderita kolera yang dikeluarkan oleh WHO mempunya konsentrasi
natrium 90 mmol/l biasa dipergunakan. Konsentrasi natrium pada cairan ini lebih tinggi
disbanding yang dipergunakan untuk penanganan diare karena infeksi lain. Alternatif cairan yang
lain meliputi penggantian natrium bikarbonas dengan natrium sitrat untuk mendapatkan lebih
banyak absorbsi energy. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi cairan ini sebanyak 1 liter atau
lebih dalam jumlah kecil setiap harinya. Untuk memperbaiki palatabilitas cairan dapat
didinginkan atau diberi rasa dengan jus buah.
Kapsul natrium klorida (500 mg) efektif jika diberikan dalam jumlah besar selama 14 hari tapi
dapat menyebabkan pasien merasa sakit bahkan muntah. Jika makanan enteral diberikan, garam
perlu ditambahkan untuk memenuhi jumlah garam pada makanan 100 mmol/l sambil menjaga
osmolalitasnya mendekati 300 mosmol/kg.
Terapi dengan obat-obatan. Jika pengurangan cairan via oral dan pemberian cairan saline
untuk diminum tidak adekuat, obat-obatan mungkin diperlukan. Karena pengeluaran usus
terutama limbah yang dikeluarkan setelah makan, sangat penting memberikan obat-obatan
sebelum makan. Obat dipergunakan untuk mengurangi output yeyunostomy guna mengurangi
motilitas usus dan sekresinya.
Obat-obatan anti-motilitas
Loperamide dan kodein mengurangi motilitas usus dan keduanya mengurangi output natrium dan
air dari ileostomy sekitar 20-30%. Loperamide lebih disarankan daripada obat-obatan jenis
opiate karena bukan sedative, adiktif, dan tidak menyebabkan malabsorbsi lemak.
Loperamide 4 mg per oral diberikan 4 kali per hari lebih efektif dalam mengurangi jumlah dan
natrium yang terkandung dalam cairan ileostomy daripada kodein 60 mg diberikan 4 kali sehari
namun efek keduanya bila digabungkan akan lebih baik. Loperamide bekerja pada sirkulasi
enterohepatik, dimana seringkali terganggu pada pasien dengan short bowel syndrome, dan
transit pada usus halus sangat cepat. Loperamide dosis tinggi, misalnya 12-24 mg dalam satu
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
4/8
waktu mungkin diperlukan. Lomotil kadang-kadang dipergunakan, namun efek anti-kolinergik
seperti mulut kering akan menjadi suatu masalah tersendiri.
Jika kedua obat ini atau tablet/kapsul tidak berubah dalam feses atau output stomal, obat-obatan
dapat dihancurkan dan dicampur dengan air atau campurkan dalam makanan.
Obat anti-sekretori
Obat-obatan yang mengurangi sekresi asam lambung seperti H2 blocker atau proton pump
inhibitor atau analog somatostatin seringkali digunakan. Cimetidine (400 mg per oral atau
intravena 4 kali sehari), ranitidine (300 mg per oral 2 kali sehari), dan omeprazole (40 mg per
oral sekali sehari atau intravena dua kali sehari) mengurangi output yeyunostomy, terutama pada
penderita dengan output sekresi bersih dan umumnya pada pasien dengan output lebih dari 2000
ml per hari. Omeprazole siap diabsorbsi di duodenum dan usus halus bagian atas, namun jika
yeyunum yang tersisa kurang dari 50 cm, mungkinperlu diberikan secara intravena. Obat-obatan
ini, yang menghambat sekresi asam lambung, dimana efektif sebagai ocretide (50 mg subcutan
dua kali sehari) untuk mengurangi volume output stoma. Obat-obatan ini tidak merubah absorbsi
dari karbohidrat, lemak, nitrogen, atau ikatan divalent dan tidak mengurangi output yeyunostomy
cukup banyak untuk mengurangi keparahan dari IF (yaitu mencegah kebutuhan untuk cairan
parenteral dan penggantian elektrolit).
Pada orang dewasa, ocretide mengurangi diare pada ileostomy dan output yeyunostomy dalam
jumlah besar. Pengurangan terbesar pada output intestinal adalah dengan jumlah bersih sekresi
pengeluaran, dan volume dari suplemen parenteral yang dibutuhkan dapat dikurangi.
Pengurangan pada output natrium setara dengan output intestinal, dimana keseimbangan
magnesium tidak berubah. Penyerapan energy total dan nitrogen tidak berubah secara signifikan,
sedangkan penyerapan lemak tidak dapat berubah atau berkurang. Efek dari ocretide adalah
mempertahankannya dalam jangka panjang. Mineralokortikoid (sebagai contoh, 2 mg
fludokortison oral atau 2 mg d-aldosterone intravena) atau hidrokortisone akan mengrangi output
stoma pada pasien dengan ileum yang dipertahankan.
Terapi intravena. Beberapa pasien tidak dapat mempertahankan konsentrasi cairan dalam tubuh
diatas rata-rata sehigga pemberian saline intravena maupun subcutan mungkin diperlukan.
Setengah hingga satu liter saline dapat diberikan secara subcutan (dengan 4 mmol magnesium
sulfat) hanya jika dibutuhkan 1-3 kali seminggudan secara intravena jika frekuensinya lebih
sering. Jalur intravena tampaknya menjadi saluran jangka panjang dengan line central dimana
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
5/8
pemberian nutrisi parenteral jika kurang gizi menjadi suatu masalah. Setidaknya 4-12 mmol
magnesium sulfat ditambahkan pada kantong saline.
Hipomagnesemia
Rehidrasi untuk memperbaiki sekunder hiperaldosteronisme adalah hal yang terpenting untuk
dilakukan pertama kali. Sebagian besar garam magnesium diserap dengan buruk dan mungkin
memperburuk diare/output stoma. Magnesium oxide umumnya diberikan dan terdiri dari lebih
banyak elemen magnesium dibandingkan dengan garam, dimana tidak larut dalam air maupun
alkohol, tetapi larut dalam asam yang diencerkan. Didalam perut ini akan diubah menjadi
magnesium klorida. Hal ini diberikan dalam bentuk kapsul gelatin 4 mmol magnesium oxide
(160 mg MgO) dari total 12-24 mmol per hari. Magnesium oxide biasanya diberikan pada malam
hari ketika transit intestinal diasumsikan sebagai yang terlama dan bahkan lebih banyak waktu
untuk absorbs. Jika pemberian suplemen magnesium per oral tidak dapat menormalkan level
magnesium, pemberian 1-alpha hydroxyl-cholecalciferol ditingkatkan dosisnya secara bertahap
(setiap 2-4 minggu) dari 0,25-9,00ug sehari mungkin memperbaiki keseimbangan magnesium
dan secara teratur memonitorserum kalsium diperlukan untuk menghindari hiperkalsemia.
Kadang-kadang magnesium diberikan secara intravena atau subkutaneus, biasanya dengan
saline.
Kurang Gizi:Malnutrisi protein dan energy
Pasien dengan yeyunostomy menyerap proporsi yang konstan dari nitrogen, energy, dan lemak
dari diet mereka. Meningkatkan lemak pada diet akan meningkatkan densitas energy,
mempertahankan osmolalitas diet tetap rendah, meningkatkan palatabilitas,dan menyediakan
asam lemak esensial. Hal ini einingkatkan ekskresi lemak tapi tidak selalu meningkatkan output
stoma ataupun membuat output berbahaya. Tidak ada keuntungan yang diberikan diet dari
molekul sederhana seperti elemen diet, yang mana menyebabkan makanan menjadi hiperosmolar
dan biasanya terdiri dari sedikit natrium, jadi stoma kehilangan lebih banyak air dan natrium.
Karena rata-rata kehilangan natrium adalah 100 mmol/l per hari, dalam setiap diet akan
diperlukan tambahan natrium klorida.
Penderita membutuhkan diet tinggi kalori (karbohidrat dan lemak) dimana osmolalitasnya tetap
rendah dengan menggunakan molekul yang besar(polisakarida, protein, dan triglicerida) dan
penambahan garam pada makanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan natrium sampai
90-120 mmol/l dan osmolalitas sekitar 300 mosmol/kg.
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
6/8
Masalah Sosial
Limbah dari stoma usus halus berbeda dengan yang berasal dari colostomy tidak berbau namun
mengandung jumlah air yang banyak sehingga menimbulkan kesulitan dalam pengosongan
kantong dan menimbulkan rasa malu pada penderita apabila terjadi kebocoran.
Terapi Alternatif
Growth Factor
Empat studi control terrandomisasi menunjukkan bahwa dengan penggunaan growth hormone
untuk menstimulasi pertumbuhan mukosa. Padaketiga studi tidak menunjukkan adanya
peningkatan absorbs yang signifikan, namun studi yang lain menunjukkan sedikit perbaikan pada
absorbsi nutrisi. Karena plasma level dari GLP-2, yang merangsang vili-vili untuk tumbuh,
kadarnya rendah pada pasien dengan yeyunostomy, GLP-2 diberikan secara subcutaneous akan
menghasilkan sedikit perbaikan pada penyerapan nutrisi.Analog GLP-2 yang resisten pada
degradasi menunjukkan menunjukkan lebih banyak efek yang mendukung dalam meningkatkan
penyerapan air dalam usus.
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan selain transplantasi telah dilakukan untuk memperlambat transit usus atau
meningkatkan area permukaan untuk penyerapan. Hasil yang baik telah dilaporkan dari
pengembalian 10 cm segmen usus halus.
Transplantasi UsusSaat ini transplantasi telah menjadi standard operasi untuk stadium akhir dari penyakit liver,
ginjal, jantung, dan paru-paru. Transplantasi usus dimungkinkan untuk penderita dengan IF dan
lebih dari 1200 operasi telah dilakukan di seluruh dunia. Pada banyak kasus pasien mungkin
membutuhkan liver-small bowel graftatau multiviceral graftterasuk organ lain seperti lambung
dan pancreas. Tidak seperti pada gagal ginjal, dimana transplantasi lebih dipilih untuk terapi
jangka panjang, transplspon dengan baik terapi parantasi usus belum dapatdirekomendasikan
sebagai terapi alternatif untuk pasien yang merespon dengan baik terapi parenteral. Hal ini
disebabkan oleh hasil yang baik dari terapi parenteral dan kemungkinan perubahan posisi dari
tranplantasi usus. Usus adalah organ yang sukar untuk dilakukan ransplantasi karena
imunogenisitasnya, populasi yang besar dari sel imun donor tampak selama pencangkokan, dan
usus adalah organ yangtidak steril. Penolakan yang terjadi menyebabkan kegagalan barierdan
translokasi bacterial sehingga sepsis dapat terjadi pada saat diperlukan peningkatan imunosupresi
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
7/8
dan kondisi pasien akan dengan cepat memburuk saat dipertimbangkan pemindahan
transplantasi. Tranplantasi yang lebih canggih telah membuat transplantasi usus menjadi
prosedur yang lebih dapat diterima. Perkembangan regimen immunocompromisedyang berbasis
tacrolimuspada tahun 1990an dua kali lebih banyak daripada jumlah yang bertahan mengikuti
transplantasi usus dibandingkan dengan yang menggunakan ciclosporin pada decade terakhir ini.
Peningkatan hasil pada penyakit limfoproliferatif dari imunosupresi non spesifik yang berat telah
memimpin menuju perbaikan dari regimen imunosupresi selama lebih dari 5 tahun, dengan
keuntungan lebih jauh pada pasien dengan penggunaan terapi induksi anti-limfosit. Lebih jauh
lagi ketika hal ini dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir , awalnya hanya pasien yang sangat
sakit yang dilakukan transplantasi dengan perkiraan hasil yang buruk, pasien yang teridentifikasi
biasanya mendapatkan keuntungan dari transplantasi dan penawaran operasi pada stadium awal
dari penyakit untuk menghasilkan survival yang lebih baik.Transplantasi usus akhir-akhir ini
dihubungkan dengan kurang lebih 80% penderita yang bertahan selama 1 tahun dan mendekati
50% yang bertahan selama 5 tahun, dengan sebagian besar penderita yang bertahan ini bebas dari
nutrisi parenteral. Penelitian mengindikasikan suatu peningkatan yang bermakna pada kualitas
hidup setelah transplantasi, dimana telah diketahui lebih baik daripada pasien dengan terapi
dengan nutrisi parenteral jangka panjang dengan segala komplikasinya, dan menyeimbangkan
pada pasien dengan IF yangtidak mengalami komplikasi. Perbandingan langsung pada hasil dari
transplantasi usus dengan angka ketahanan hidup pada pendrita yang dirawat dirumah dengan
terapi parenteral jangka panjang tidak valid, karena tranplantasi belakangan ini hanya
dipertimbangkan untuk pasien tertentu yang berespon buruk terhadap pemberian nutrisi
intravena. Lebih jelas lagi, penderita dengan IF mengerucutkan grup yang heterogen dan hanya
dikelompokkan untuk mengidetifikasi penderita dengan perburukan angka ketahanan saat
menerima terapi nutrisi parenteral jangka panjang. Sebagian besar dengan risiko hasil yang
buruk pada pemberian nutrisi parenteral termasuk pasien dengan sisa usus halus yang sangat
pendek (kurangdari 50 cm), pada penderita dengan end jejunostomy, dan pasien dengan kelainan
motilitas.
Sebagian besar kematian dari penderita dengan terapi parenteral disebabkan oleh penyakit lain
yang menyertai dan dengan beberapa perkecualian (sebagai contoh, transplantasi hati dan usus
halus dengan infark mesenterika yang disebabkan kelainan trombotik bawaan), kematian dapat
dicegah dengan transplantasi dikarenakan oleh komplikasi jangka panjang pemberian nutrisi
-
7/27/2019 Terapi Short Bowel Syndrome
8/8
parenteral jangka panjang. Singkatnya, kurangnya aksesuntuk pemberian nutrisi intravena jangka
panjang merupakan indikasi untuk dilakukan transplantasi usus, namun perlu diingat bahwa
akses intravena yang adekuat tetap diperlukan untuk mendukung keberhasilan operasi. Namun,
pasien mungkin perlu menunggu dipertimbangkannya ketersediaan organ donor untuk jangka
waktu yang panjang.