Terapi Malaria

17
Terapi Malaria 1. Jenis-Jenis Obat Antimalaria Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaiannya mudah, harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, mudah diperoleh, efek samping ringan dan toksisitas rendah. Aktivitas antimalaria biasanya hanya terbatas pada satu atau dua stadium saja dari seluruh daur hidup parasit sehingga cukup sulit untuk memperoleh obat antimalaria yang ideal tersebut. Berdasarkan tempat dan cara kerja, obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu : 1.1 Tissue Schizontocide (Skizontosida Jaringan) 1.1.1 Proguanil, dan pirimetamin Obat ini bekerja pada stadium pre eritrositik di jaringan hepar, sehingga dapat mencegah terjadinya siklus eritrositik. 1.1.2 Primakuin Obat ini mempunyai efek yang kuat untuk membunuh bentuk-bentuk parasit di jaringan (hepatosit) termasukhipnozoit, oleh karena itu juga dipakai untuk mencegah kekambuhan pada P.vivax dan P. Ovale. 1, 2 Obat ini tidak diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi G-6PD. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan (mual, muntah dan sakit perut), gangguan sistem hemopoietik (anemia, leukopenia, dan methemoglobinemia). Sampai saat ini belum ada cara dan penelitian untuk mengetahuiPlasmodium resisten terhadap primakuin. 1 1.2 Blood Schizontocide (Skizontosida Darah) Obat ini paling banyak digunakan untuk malaria, obat ini bekerja pada stadium eritrositik, tidak hanya pada skizon tetapi juga stadium aseksual yang lain seperti bentuk cincin, trofozoit stadium lanjut. Contoh obat ini yaitu : 1.2.1 Klorokuin Penggunaannya cukup luas karena efektif, murah dan aman, hanya saja kasus resistensi terhadap klorokuin telah dilaporkan terjadi hampir diseluruh dunia, khususnya di Asia tenggara termasuk Indonesia. Bahkan di Thailand, resistensi terhadap klorokuin telah mencapai 100%, sehingga tidak efektif lagi. 1,2 Efek samping klorokuin yang pernah dilaporkan yaitu pusing, vertigo, pandangan kabur, mual, muntah, sakit perut, dan

Transcript of Terapi Malaria

Page 1: Terapi Malaria

Terapi Malaria

1. Jenis-Jenis Obat Antimalaria

Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium

parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaiannya mudah, harganya

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, mudah diperoleh, efek samping ringan dan

toksisitas rendah. Aktivitas antimalaria biasanya hanya terbatas pada satu atau dua stadium

saja dari seluruh daur hidup parasit sehingga cukup sulit untuk memperoleh obat antimalaria

yang ideal tersebut. Berdasarkan tempat dan cara kerja, obat antimalaria dapat dibagi menjadi

beberapa golongan yaitu :

1.1 Tissue Schizontocide (Skizontosida Jaringan)

1.1.1 Proguanil, dan pirimetamin

Obat ini bekerja pada stadium pre eritrositik di jaringan hepar, sehingga dapat mencegah

terjadinya siklus eritrositik.

1.1.2 Primakuin

Obat ini mempunyai efek yang kuat untuk membunuh bentuk-bentuk parasit di jaringan

(hepatosit) termasukhipnozoit, oleh karena itu juga dipakai untuk mencegah kekambuhan

pada P.vivax dan P. Ovale.1, 2 Obat ini tidak diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita

defisiensi G-6PD. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan

(mual, muntah dan sakit perut), gangguan sistem hemopoietik (anemia, leukopenia, dan

methemoglobinemia). Sampai saat ini belum ada cara dan penelitian untuk

mengetahuiPlasmodium resisten terhadap primakuin.1

1.2 Blood Schizontocide (Skizontosida Darah)

Obat ini paling banyak digunakan untuk malaria, obat ini bekerja pada stadium eritrositik,

tidak hanya pada skizon tetapi juga stadium aseksual yang lain seperti bentuk

cincin, trofozoit stadium lanjut. Contoh obat ini yaitu :

1.2.1 Klorokuin

Penggunaannya cukup luas karena efektif, murah dan aman, hanya saja kasus resistensi

terhadap klorokuin telah dilaporkan terjadi hampir diseluruh dunia, khususnya di Asia

tenggara termasuk Indonesia. Bahkan di Thailand, resistensi terhadap klorokuin telah

mencapai 100%, sehingga tidak efektif lagi.1,2

Efek samping klorokuin yang pernah dilaporkan yaitu pusing, vertigo, pandangan kabur,

mual, muntah, sakit perut, dan pruritus. Keracunan dapat terjadi pada anak-anak karena

kecelakaan (tertelan) dan pada orang dewasa pada percobaan bunuh diri, gangguan yang

terjadi dapat merupakan gangguan neurologis (kelemahan otot, pusing, kejang-kejang, dll),

saluran pencernaan (mual, muntah, dan diare), saluran nafas (nafas pendek dan dangkal,

pernafasan lumpuh), kardiovaskular (hipotensi, blokade atrioventrikular, aritmia dan jantung

lumpuh).1

1.2.2 Sulfadoksin-Pirimetamin

Mulai dipakai sebagai obat alternatif sejak tahun 1990 dengan angka kesembuhan 90%.

Tetapi timbulnya resistensi terhadap pirimetamin dan kombinasinya telah dilaporkan sejak

Page 2: Terapi Malaria

tahun 1975 dan ada kecenderungan meningkat. Di Thailand, pemakaian fansidar sudah

dihentikan, dan sejak tahun 1985 digunakan obat kombinasi lain yaitu MSP (Meflokuin-

Sulfadoksin-Pirimetamin).1,2

Obat ini tidak diberikan untuk bayi. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu timbul

bercak kulit kemerahan disertai rasa gatal, dan sindroma steven jhonson.1

1.2.3 Kuinin atau kina

Obat ini masih merupakan obat yang efektif bagi malaria, meskipun sempat bergeser

penggunaannya oleh pemakaian klorokuin. Sejak meningkatnya angka resistensi terhadap

klorokuin hampir diseluruh bagian dunia, maka seja tahun 1960 kuinin mulai

dipertimbangkan lagi penggunaannya dan ternyata masih tetap unggul sampai sekarang.

Kombinasi kuinin dengan tetrasiklin dipakai sebagai terapi standard

terhadap P.falciparumyang resisten bahkan dapat meningkatkan angka kesembuhan dari 75%

menjadi lebih dari 95%.1,2 Pada pengobatan kina parenteral dapat terjadi hipoglikemia, dan

efek samping lain yang sering dilaporkan yaitu pusing, tinnitus, dan mual.1

1.2.4 Kuinidin

Kuinidin adalah obat jantung yang diperkenalkan sebagai pengganti kuinin. Efek antimalaria

kuinidin lebih kuat dibandingkan dengan kuinin untuk malaria falsiparum. Berdasarkan

penelitian di Bangkok Hospital for Tropical Disease pada tahun 1982, angka kesembuhan

kuinidin untuk malaria bisa mencapai 100%. Walaupun demikian penggunaan kuinin tidak

terlampau luas karena efek sampingnya terhadap sistem kardiovaskular.1,2

1.2.5 Meflokuin

Obat ini mulai diperkenalkan tahun 1980-an. Dengan dosis 15mg/kgBB dosis tunggal oral

tingkat kesembuhannya mencapai 95%. Tetap pada tahun 1982 telah ada laporan timbulnya

resistensi terhadap obat ini. Kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin (MSP) telah dicoba

untuk mengatasi keadaan ini. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan upaya antisipasi

timbulnya resistensi terhadap berbagai macam obat.1,2 Efek samping yang pernah dilaporkan

yaitu gangguan neuropsikiatri (cemas, halusinasi, sulit tidur, psikosis, ensefalopati, dan

kejang-kejang), pusing, mual, muntah, sakit perut, diare, dan gangguan kardiovaskular

(bradikardia dan sinus aritmia).1

1.3 Gametocide (Gametosit)

Primakuin adalah contoh obat yang membunuh stadium seksual gametosit dalam darah

manusia terutama terhadap P. falciparum.1,2

1.4 Sporontosida (Sporontocide)

Primakuin, proguanil, dan pirimetamin dikenal sebagai obat yang dapat menghambat

pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk. Bila diberikan kepada Gametocyte carrier akan

mencegah terjadinya penularan.1,2

1.5 Anti Relaps

Primakuin digunakan untuk mencegah relaps/rekurensi pada infeksi P. Vivax dan P.

Ovale, biasanya diberikan setelah pemberian obat skozontosida darah.1,2

1.6 Obat-obat antimalaria baru

1.6.1 Halofantrin

Page 3: Terapi Malaria

Obat baru untuk stadium aseksual pada malaria falsiparum yang resisten terhadap berbagai

macam obat (multidrug resistance). Obat ini tidak mempunyai efek terhadap stadium

hipnozoit maupun gametosit.1,2 obat ini tidak diberikan pada anak dengan berat badan kurang

dari 10 kg, ibu hamil dan menyusui. Obat ini dapat membentuk kompleks dengan

feriprotoporfirin IX yang terbentuk waktu plasmodium mencerna hemoglobin, sehingga

kompleks yang terbentuk bersifat toksik dan dapat mematikan schizont. Efek samping yang

pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan (mual, sakit perut, dan diare), pruritus,

bercak merah pada kulit, disritmia ventrikuler, kejang-kejang, dan hemolisis intravaskuler.1

1.6.2 Derivat Artemisin (Artesunat, Artemeter, dan Dihidroartemisinin)

1.6.2.1 Artesunat

Merupakan obat dari golongan sequiterpenelactone, hasil ekstraksi tumbuhan dari China

yaitu Qing-Hao-Su.Obat ini sangat efektif terhadap stadium aseksual P. falciparum yang

resisten terhadap berbagai macam obat, juga P.vivax. Obat ini juga mengurangi parasit 95%

dalam 24 jam, tetapi tidak dapat membunuh hipnozoit dan hanya sedikit berpengaruh

terhadap gametosit. Pemberian harus dilakukan dengan dosis awal yang lebih tinggi dari

dosis berikutnya.1,2

1.6.2.2 Artemeter

Dari hasil uji pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi di daerah resisten klorokuin

(Irian Jaya), artemeter 450mg/5 ahri per oral menunjukkkan efikasi yang baik dan aman.

Demikian pula hasil uji coba pengobatan malaria berat atau dengan komplikasi di daerah

yang resisten multidrug (Kalimatan Timur) menunjukkan hasil yang cukup baik dan

aman. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran cerna, demam, dan

retikulositemia.1

1.6.2.3 Dihidroartemisin

Obat ini belum pernah di uji coba di indonesia. Di Cina, uji pengobatan malaria dengan dosis

248 mg/3 hari, 360 mg/ 5 hari, dan 480 mg/ 7 hari menunjukkan efikasi yang baik pada

kelompok yang diobati dengan dosis 360 mg/5 hari dan 480 mg/7 hari. Efek samping yang

pernah ditimbulkan yaitu bercak merah di kulit dan retikulositemia.1

1.6.3 Atovakon

Obat ini bekerja sebagai skizontocid, namun obat ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda

dengan obat antimalaria skizontocid lainnya, sehingga diperkirakan tidak terjadi resistensi

silang dengan obat-bat tersebut. Atovakon bekerja dengan mengganggu pembentukan asam

nukleat parasit. Pada penelitian in-vitro ditemukan ada interaksi antagonis dengan obat

antimalaria golongan kuinolon (klorokuin, kina, meflokuin), halofantrin, dan artesunik acid;

sedangkan dengan tetrasiklin, dan proguanil berinteraksi sinergistik. Apabila obat ini

digunakan tanpa kombinasi ternyata kurang efektif karena lebih dari 30% akan berkembang

menjadi kasus rekrudesen.1

2. Terapi Antimalaria Pada Anak

2.1 Pengobatan Berdasarkan Pemeriksaan Mikroskopis

2.1.1 Pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi

Page 4: Terapi Malaria

Bila pada pemeriksaan sediaan darah ditemukan P. falciparum maka obat pilihan yang

digunakan adalah :

Tabel 2 Pengobatan Lini Pertama : Artesunate + Amodiakuin + Primakuin

Hari Obat tablet Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur

0-2 Bulan 2-11

Bulan

1-4

Tahun

5-9

Tahun

10-14

Tahun

15

Tahun

1 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin )* )* ¾ 1 ½ 2 2-3

2 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

3 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Komposisi obat :

# Artesunate : 50 mg/ tablet

# Amodiakuin : 200 mg tablet = 153 mg amodiakuin base/tablet

# )* semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia 1 tahun) diberikan tablet pimakuin. (1

tablet berisi 25 mg garam/ tablet setara 15 mg basa) dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral,

dosis tunggal pada hari 1

# Artesunate 4mg/kgBB dosis tunggal /hari/oral diberikan pada hari 1,2,3 ditambah

amodiakuin 30 mg basa/kgBB/hari/oral selama 3 hari dengan pembagian dosis 10 mg

basa/kgBB/hari/oral pada hari 1, 2, dan 3.4,5

Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti

tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Pengobatan Lini Kedua : Kina + Tetrasiklin/Doksisiklin + Primakuin

Hari

 

Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-14

tahun

> 15

tahun

1 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x  1½ 3 x 2

Tetrasklin/

Doksisiklin

- - - - - 4 x 1/ 1x

Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2 – 3

2 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2

Tetrasklin/

Doksisiklin

- - - - - 4 x 1/ 1x 1

Keterangan:

# *) Kina: Pemberian kina pada anak usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan

(ditimbang berat badannya). Dosis kina: 30 mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).

Page 5: Terapi Malaria

# Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun

# Dosis doksisiklin untuk anak usia 8 – 14 tahun: 2 mg/kg BB/hari

# Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin

# Dosis Tetrasiklin: 25-50 mg/ kgBB/4 dosis/hari atau 4 x 1(250 mg) selama 7 hari;

tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.

# Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1 tahun.

# Dosis primakuin: 0,75 mg/kgbb, dosis tunggal.4,5,6

2.1.2 Pengobatan malaria vivax/ovale

Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan P. vivax/ovale, diberikan pengobatan sesuai

tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Lini Pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale

Hari

 

Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-14

tahun

> 15

tahun

1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ 1/2 ¾ 1

2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H 4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :

# Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kg bb, hari III = 5 mg/kg bb

# Primakuin : 0,25 mg/kg bb /hari, selama 14 hari.3,4

Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti

tabel 5 berikut.

Tabel 5. Lini pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale Resisten Klorokuin

Hari

 

Jenis Obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-14

tahun

> 15

tahun

1-7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2

1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Dosis berdasarkan berat badan :

# Kina 30 mg/Kgbb/hari (dibagi 3 dosis)

# Primakuin 0,25 mg/kgbb.3,4

Page 6: Terapi Malaria

Kriteria penggunaan pengobatan kasus malaria P. vivax/ ovale kambuh (relaps).Pemberian

obat ini berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Penderita sudah menyelesaikan pengobatan klorokuin dan primakuin

2. Pada waktu periksa ulang hari 14-28 penderita kambuh/ penderita tetap demam atau gejala

klinik tidak membaik yang disertai parasitemia aseksual. Penderita tidak demam atau tanpa

gejala klinis lainnya tetapi ditemukan parasitemia aseksual.4

Tabel 6. Pengobatan Malaria P. Vivax/ Ovale yang Kambuh (Relaps)

Lama Pemberian

(minggu)

Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok

umur

    0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-14

tahun

>15

tahun

8-12 )* Kina )* )* 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2

8-12 )* Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

*) Pemberian klorokuin dan primakuin 1 kali setiap minggu, lama pengobatan minimal 8

minggu.

**) Dosis primakuin 0,75 mg/kgBB.4

2.2 Pengobatan Berdasarkan Pemeriksaan Klinis

Pengobatan malaria klinik dilakukan di daerah yang belum memungkinkan untuk

pemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskop maupun dengan RDT. Pengobatan malaria

klinis terdiri dari 2 regimen pengobatan yaitu lini pertama yang menggunakan klorokuin

dengan primakuin dan pengobatan lini kedua yang menggunakan kina dan primakuin tablet.

Tabel 7. Pengobatan Lini Pertama Malaria Klinis

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur

    0-1

bulan

2-11 bulan 1-4

tahun

5-9

tahun

10-14

tahun

>15

tahun

I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

  Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

II Klorokuin ¼          

III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2

Keterangan :

# Bila Berat badan < 50 kg, diberikan 3 tablet klorokuin, bila > 50 kg diberikan 4 tablet

klorokuin

Page 7: Terapi Malaria

# Bila perkiraan badan < 5o kg diberikan 2 tablet primakuin bila > 50 kg diberikan 3 tablet.4

Tabel 8. Pengobatan Lini Pertama Malaria Berdasarkan Berat Badan

Obat H1 H2 H3

Klorokuin basa 10 mg/kgBB 10 mg/kgbb 5 mg/kgbb

Primakuin 0,75 mg/kgBB -  

Keterangan :

# Pemberian dosis obat untuk bayi harus berdasarkan berat badan

# Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi G6PD

# Satu tablet klorokuin mengandung 250 mg klorokuin garam setara dengan 150 mg

klorokuin biasa

# Satu tablet primakuin mengandung 15 mg primakuin basa.4

Tabel 9 Pengobatan Lini Kedua Malaria Klinis

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur

0 – 1

bulan

2 – 11

bulan

1 – 4

tahun

5 – 9

tahun

10 – 14

tahun

> 15

tahun

I – 7 Kina )* )* 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 2

H 1 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3

Keterangan :

# Dosis untuk bayi 0-11 bulan harus berdasarkan berat badannya

# Satu tablet kina sulfat mengandung 200 mg kina garam

# Dosis berdasarkan berat badan kina 30mg/kgBB/hari (dibagi 3 dosis)

# Primakuin 0,75 mg/kgBB dosis tunggal.4

2.3 Pengobatan Malaria Berat

2.3.1 Lini pertama

Artemether injeksi diberikan secara intramuskuler, selama 5 hari.

Setiap ampul Artemether berisi 80 mg/ml.

Dosis dan cara pemberian Artemether:

Dosis anak tergantung berat badan yaitu:

Hari Pertama : 3,2 mg/KgBB/hari

Hari II- V : 1,6 mg/KgBB/hari

2.3.2 Lini kedua

Page 8: Terapi Malaria

Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kgbb) diencerkan

dengan 5-10 cc dekstrosa 5% atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang

setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.

Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan

intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan

dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.4

DAFTAR PUSTAKA

1.                  Tjitra, Emiliana. 2000. Obat Anti Malaria. Dalam Harijanto, P.N. Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis Klinis, & Penanganan. Jakarta : EGC. Hal 194-214

2.                  Sardjono, T.W. 2004. Diktat Parasitologi: Malaria, Mekanisme Terjadinya

Penyakit dan Pedoman Penanganannya. Malang: Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran UNIBRAW. Hal : 28-33

3.                  Depkes RI. 2004. Penggunaan Artemisinin Untuk Atasi Malaria Di Daerah

yang Resisten Klorokuin(online) http://www.depkes.go.id, diakses 2 februari 2008

4.                  Depkes RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.2006. Petunjuk

Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan

5.                  Basuki, P.S, Darmowandowo. 2006. Malaria. PDT Bag/ SMF Ilmu

Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya (online),

(http://www.pediatrik.com, diakses 2 februari 2008

6.                  Pusponegoro, H.D, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal 119-124

 

A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)

1. Posisi telentang

2. Permukaan rata

3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt,

chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan

ketiganya dikenal dengan triple air way manuver.

4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )

1. Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan.

Page 9: Terapi Malaria

2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan

nafas

3. Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2

kali secara lambat

4. Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada

Tindakan pada sumbatan jalan nafas :

1. Manuver helmich (hentakan pada perut)

2. Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn

3. Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar

C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )

1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit

kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar

2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari

dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1

1. Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan

perbandingan 3:1 atau 5:1

2. RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2

3. RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1

a. Pengertian ANC

Antenatal Care ( ANC ) adalah pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. ( Manuaba, 2006 )

b. Tujuan ANC

Menurut Saifuddin. A.B, tujuan asuhan antenatal meliputi:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

Page 10: Terapi Malaria

3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya

dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

c. Kebijakan Dasar ANC

1) Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.

Yaitu :

a) Satu kali pada triwulan pertama

b) Satu kali pada triwulan kedua

c) Dua kali pada triwulan ketiga

d. Standar Pelayanan ANC

Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal yaitu sebagai berikut :

1) Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk

memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong

ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis

dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

Page 11: Terapi Malaria

berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan

iminusasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan

kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

3) Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk

memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan

serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua

kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali

tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta

merujuknya.

6) Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya

pada trimesterketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman

serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan

transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan.

DepKes RI. 2000).

Page 12: Terapi Malaria

Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan / asuhan standar minimal ”7 T” adalah sebagai

berikut :

1) Timbang berat badan

2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri

4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap.

5) Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

6) Tes terhadap penyakit menular seksual

7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Page 13: Terapi Malaria

 

Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan

profesional, dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.

Info penting pada kunjungan ANC Trimester III ( antara usia kehamilan 28-36 minggu atau

lebih )

Sama seperti di atas, eklampsia ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada

kehamilan ganda dan pendeteksian detak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rumah sakit ( Saifuddin, A.B, 2002 ). Dan Pada trimester III untuk

pemberian vitamin wajib yanhg selalu di beikan setiap kunjungan ANC adalah Pemberian

tablet zat besi dan kalsium untuk penambah darah dan kalsium untuk penguatan tulang janin,

( Sarwono , 2006)

 

Page 14: Terapi Malaria
Page 15: Terapi Malaria