Terapi Implosif Dan Pembanjiran

2
Terapi implosif dan pembanjiran Teknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik terdiri atas stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik ini terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran berbeda dengan teknik desentisisasi sitematik dalam arti teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengomdisian balik maupun tingkatan kecemasan. Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut ‘’terapi implosif’’. Seperti halnya dengan desentisisasi sistematik, terapi implosive berasumsi bahwa tingkah laku neurotic melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Stampfl (1975) mencatat beberapa contoh bagaimana terpi implosive berlangsung . Ia melukiskan seorang klien yang mengalami kecendrungan-kecendrungan obsesif kepada kebersihan. Klien mencucitangannya lebih dari seratus kali sehari dan memiliki ketakutan yang berlebihan kepada kuman. Stampfl (1975) juga mencatat sejumlah study yang membuktikan kemajuran terapi implosive dalam menangani para pasien gangguan jiwa yang dirumahsakitkan, para pasien neurotik, para pasien pskiotik, dan orang-orang yang menderita fobia-fobia.

description

asal

Transcript of Terapi Implosif Dan Pembanjiran

Terapi implosif dan pembanjiranTeknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik terdiri atas stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik ini terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran berbeda dengan teknik desentisisasi sitematik dalam arti teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengomdisian balik maupun tingkatan kecemasan.Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut terapi implosif. Seperti halnya dengan desentisisasi sistematik, terapi implosive berasumsi bahwa tingkah laku neurotic melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan.Stampfl (1975) mencatat beberapa contoh bagaimana terpi implosive berlangsung . Ia melukiskan seorang klien yang mengalami kecendrungan-kecendrungan obsesif kepada kebersihan. Klien mencucitangannya lebih dari seratus kali sehari dan memiliki ketakutan yang berlebihan kepada kuman.Stampfl (1975) juga mencatat sejumlah study yang membuktikan kemajuran terapi implosive dalam menangani para pasien gangguan jiwa yang dirumahsakitkan, para pasien neurotik, para pasien pskiotik, dan orang-orang yang menderita fobia-fobia.Tingkah laku mengaskan diri pertama-tama dipraktekan dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan agar tingkah laku menegaskan diri itu dipraktekan dalam kehidupan nyata.Latihan AsertifShaffer dan Galinsky (1974) menerangkan bagaimana kelompok-kelompok latihan asertif atau latihan ekspresif di bentuk dan berfungsi. Kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh anggota memiliki latar blakang yang sama, dan session terapi berlangsung selama dua jam. Terapis bergerak sebagai penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih, pemneri kekuatan, dan sebagai model peran. Dalam diskusi-diskusi kelompok terapis bertibdak sebagai seorag ahli memberikan bimbingan dalam situasi-situasi permainan peran dan memberikan umpan balik kepada para anggota diskusi.Terapi kelompok latihan asertif pada dasrnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam stuasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekan, melaui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu-individu diharap mampu mengtasi ketakmemadainya dan belajr bagai mana mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukn reaksi-reaksi terbuka itu.