Terapi Bermain Fix

12
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI AKTIVITAS BERMAIN ULAR TANGGA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RS RK. CHARITAS PALEMBANG A. PENDAHULUAN Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dapat mengalamai berbagai kejadian yang menunjukan pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stress. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri (Nursalam, 2003). Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga perawatan di rumah sakit menjadi kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas. Sering kali hospitalisasi dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga

description

j k

Transcript of Terapi Bermain Fix

Page 1: Terapi Bermain Fix

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN ULAR TANGGA PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH DI RS RK. CHARITAS PALEMBANG

A. PENDAHULUAN

Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang

berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama

proses tersebut, anak dapat mengalamai berbagai kejadian yang menunjukan

pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stress. Hospitalisasi

merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak maupun keluarganya,

terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali,

perlukaan tubuh dan rasa nyeri (Nursalam, 2003).

Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh

anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Pada

umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,

kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Pada masa prasekolah reaksi anak

terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis

perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga perawatan di

rumah sakit menjadi kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas. Sering kali

hospitalisasi dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan

malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau

bekerja sama dengan perawat (Jovan, 2007).

Reaksi anak pra sekolah ketika mengalami perawatan di rumah sakit

adalah dengan menunjukkan reaksi perilaku seperti protes, putus asa dan regresi.

Hal ini bisa dibuktikan dengan anak tampak tidak aktif, sedih, tidak tertarik pada

lingkungan, tidak komunikatif, mundurke perilaku sebelumnya (misalnya :

menghisap ibu jari, mengompol dan lain-lain) dan juga perilaku regresi seperti :

ketergantungan, menarik diri dan ansietas (Wong, 2003).

Sikap regresi merupakan fenomena yang umum terjadi pada anak yang

menjalani rawat inap. Sikap regresi pada kasus yang lebih ringan muncul dalam

bentuk menangis, bersandar pada ibu dan menghisap jari serta pada yang agak

lebih berat anak bisa menolak makan. Kemungkinan lain adalah terjadinya

ketergantungan seperti keinginan untuk terus diperhatikan dan tidak dapat tidur.

Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu

Page 2: Terapi Bermain Fix

permasalahan yang menimbulkan trauma baik bagi anak maupun orang tua

sehingga meimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada

kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

(Halstroom & Elander, 1997, Brewis, 1995 & Brennam,1994 dalam Supartini,

2004).

Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stress bagi anak dan orang

tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat,

alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan

sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan

itu sendiri. Perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua

menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya dirumah

sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam.

Untuk itu berkaitan dengan upaya mengatasi masalah yang timbul baik

pada anak maupun orang tua selama anaknya dalam perawatan di rumah sakit,

untuk mengurangi ketakutan anak yang harus mengalami rawat inap di rumah

sakit dapat dilakukan beberapa cara salah satunya adalah dengan terapi bermain.

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya

harus berlandaskan pada asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi

bagi anak.

Menurut Supartini (2004), terapi bermain merupakan terapi pada anak

yang menjalani hospitalisasi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami berbagai perasaan tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas

dan nyeri. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan

stress yang dialaminya karena denganmelakukan permainan, anak akan dapat

mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui

kesenangannya melakukan permainan. Bermain tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan anak, karena bermain sangat diperlukan untuk perkembangan anak.

Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap

anak yang dikenal dengan sebutan Terapi Bermain (Tedjasaputra, 2008). Karena

pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang

sangat tidak menyenangkan seperti cemas.

Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi

perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Anak usia pra

sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari

Page 3: Terapi Bermain Fix

pada usia Toddler. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya anak usia

prasekolah sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif.

Permainan adalah satu dari aspek yang paling penting dalam kehidupan

seorang anak, dan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

menghadapi dan mengatasi stress. Permainan adalah “pekerjaan” anak, dan

dalam lingkup rumah sakit, permainan akan memberikan peluang untuk

meningkatkan ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa

marah dan benci. Menggambar, mewarnai, bermain ular tangga smbil menebak

warna, gambar dan berhitung sebagai salah satu permainan yang memberikan

kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai

permainan penyembuh).

Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara menggambar,

mewarnai, bermain ular tangga smbil menebak warna, gambar dan berhitung,ini

berarti menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa

menggunakan kata-kata (Suparto, 2003). Dengan menggambar, mewarnai,

bermain ular tangga smbil menebak warna, gambar dan berhitung juga dapat

memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah

sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan

perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih

menjalani perawatan di rumah sakit.

Anak usia prasekolah sedang senang-senangnya mengembangkan daya

imajinasinya. Ditambah dengan keterampilan verbalnya yang semakin baik,

jadilah anak yang mampu menceritakan pikiran-pikiran yang ada di kepalanya.

Berimajinasi atau mengeluarkan ide-ide adalah bagian dari tugas perkembangan

di usia prasekolah, hal ini menunjukkan kecerdasan si anak. Karena itulah

apapun ide anak orang tua tak boleh melecehkannya.

Berdasarkan pembahasan diatas maka kelompok berinisiatif untuk

melakukan terapi aktivitas bermain ular tangga sambil menebak gambar , warna

dan berhitung pada anak usia prasekolah guna mengatasi hospitalisasi pada anak

serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan pemainan, diharapkan pada anak

dapat  mengembangkan motorik kasar, motorik halus, kreativitas dan

Page 4: Terapi Bermain Fix

kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap stress

karena penyakit dan di rawat di rumah sakit. Serta  dapat meningkatkan

optimis pada dirinya untuk sembuh agar pengobatan dapat berjalan dengan

baik.

2. Tujuan khusus

a. Bisa berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan perawat

b. Dapat mengembangkan sosial , motorik halus, bahasa, dan motorik

kasar.

c. Dapat mengenal warna, gambar, berhitung

d. Dapat mengenal jenis – jenis warna, gambar dan angka

C. MANFAAT

1. Meningkatkan daya kreatifitas

2. Meningkatkan kemampuan dalam mengenal warna, gambar, angka

3. Meningkatkan rasa percaya diri anak

4. Mengurangi reaksi hospitalisasi

D. RENCANA KEGIATAN

1. Jenis permainan

Permaian “ Ular Tangga “

2. Karakteristik bermain

Seorang anak dapat berperan individu dalam sebuah permainan dan

beradaptasi dengan sterss yang dialami dan lingkungan. Selain itu

diharapkan pada anak dapat mengasah daya kreatifitas kesabaran antara

sesama melalui permainan ular tangga.

3. Karakteristik peserta

anak-anak usia pra-sekolah (4-6 thn) yang dirawat di ruang perawatan

anak (Theresia I), berjumlah 4 atau 5 anak dengan kriteria :

a. Tidak bedrest total

b. Tidak kejang

c. Tidak panas/bebas demam

d. Kooperatif

e. Bersedia mengikuti permainan/terapi

Page 5: Terapi Bermain Fix

4. Waktu dan tempat pelaksanaan

Hari / Tanggal : Rabu / 30 April 2013

Tempat : Ruang bermain paviliyun Theresia Rs. Rk Charitas

Palembang

Waktu : pukul 09.00 WIB

5. Metode

Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu di dalam

kelompok, dimana sejumlah anak prasekolah dikumpulkan dalam satu

permainan ular tangga terdiri dari 4-5 orang. Namun di dalam permainan

ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk

perlombaan. Demonstrasi, praktik, Tanya jawab.

6. Media

a. Karpet ular tangga

b. Dadu besar

c. Topi dan identitasnya

d. Musik

7. Struktur organisasi dan uraian tugas

a. Leader : Margaritha Veni Novitasari

- Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain ular

tangga

- Memimpin jalannya terapi bermain ular tangga

- Membuka dan menutup kegiatan terapi bermain ular tangga

b. Co. Leader : Wahyudi

- Menjelaskan pelaksanaan terapi bermain ular tangga

- Mendemonstrasikan aturan dan cara bermain

dalam terapi bermain ular tangga

- Membantu leader dalam kegiatan terapi bermain ular tangga

a. Fasilitator : Maria Sabatini, Siska Okta Rina, Ria Kristin

Anggraini, Medi Budi Utomo

- Mempersiapkan alat dan tempat terapi bermain ular tangga

- Mendampingi setiap peserta dalam terapi bermain ular tangga

Page 6: Terapi Bermain Fix

- Memfasilitasi para peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi

ular tangga.

c. Dokumentasi / Observer : Yuli Toga Torop

- Mengobservasi, mencatat jalannya terapi bermain ular tangga,

- Mendokumentasikan kegiatan terapi bermain ular tangga yang

sedang dilaksanakan

8. Seting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Co. leader

: Fasilitator

: Peserta

: observer / Domentasi

9. Materi

Materi terlampir

KARPET

ULAR TANGGA

Page 7: Terapi Bermain Fix

10. Strategi pelaksanaan

No Kegiatan Respon Waktu

1 Tahap persiapan ( pra interaksi )

1. Menyiapkan ruangan

2. Menyiapkan alat –alat

3. Menyiapkan anak dan

keluarga

Ruangan, alat-alat, anak

dan keluarga

5 menit

2 Tahap Orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan permaina apa

yang akan di mainkan

4. Menjelaskan manfaat dan

tujuan permainan kepada

orang tua

Anak dan

keluarga

menjawab

salam

Anak saling

berkenalan

Anak dan

keluarga

meperhatika

n terapis

10 menit

3 Tahap Kerja

1. Menjelaskan arutan main

a) Untuk menentukan yang

perta maju dalam

permainan, setiap anak

akan diberi kesempatan 1

kali untuk melempar dadu,

siapa nilai dadu yang

paling besar muncul maka

dia yang pertama mulai

permainan

b) Setiap anak di beri

kesempatan melempar

dadu sebanyak 5 kali

selama permainan.

c) Bila setiap anak telah

melempar dadu masing –

Anak dan

keluarga

memperhatikan

dan dapat

mengikuti

dengan baik

aturan yang

telah di tetapkan

Anak

melakukan

kegiatan

permainan ular

tangga yang

diberikan oleh

terapis

Anak

menyebutkan

15 menit

Page 8: Terapi Bermain Fix

masing 5 kali maka

permainan usai

2. Bila stop pada gambar

tangga naik, bila stop pada

gambar ular stop

3. Diharapkan anak

menyebutkan warna atau ,

angka dimana peserta stop

4. Mengevaluasi respon anak

warna, angka

Anak dan

keluarga

kooperatif

3 Tahap terminasi

1. Menyimpulkan dan

mengucapkan salam

Anak dan

keluarga tampak

senang

Anak dan

keluarga

menjawab

salam

5 menit