Terapi Bermain Mono

26
TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RUANG MELATI RSUD R.A. KARTINI JEPARA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Anak DI SUSUN OLEH : FERDIANSYAH SIROTUJANI 010111a032 FERRY AGUSMAN 010111a033 KURNIANSYAH BAKTIAR 010111a045

description

bermain

Transcript of Terapi Bermain Mono

Page 1: Terapi Bermain Mono

TERAPI BERMAIN

PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI RUANG MELATI RSUD R.A. KARTINI JEPARA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Anak

DI SUSUN OLEH :

FERDIANSYAH SIROTUJANI 010111a032

FERRY AGUSMAN 010111a033

KURNIANSYAH BAKTIAR 010111a045

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

2011

Page 2: Terapi Bermain Mono

LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil program terapi bermain Stase Keperawatan Anak dengan judul

“Rencana Program Terapi Bermain Pada Anak Usia Sekolah” ini telah diperiksa

dan disetujui oleh Pembimbing klinik di ruang Melati RSUD R.A. Kartini Jepara

untuk dilaksanakan.

Jepara, 22 Nopember 2013

Mengetahui

Pembimbing klinik ruangan

(Sumarni S.Kep.,)

Page 3: Terapi Bermain Mono

RENCANA PROGRAM TERAPI BERMAIN

ANAK USIA SEKOLAH

DI RUANG MELATI RSUD R.A. KARTINI JEPARA

Topik : Terapi bermain untuk anak usia sekolah di ruang Melati RSUD

R.A. Kartini Jepara

Sub Topik :

a. Permainan Monopoli pada anak usia sekolah dalam

meningkatkan rasa tanggung jawab antara para pemain.

b. Permainan ini melatih kognitif anak sehingga dapat

meningkatkan perasaan berprestasi pada anak usia sekolah

Tempat : Di ruang Melati RSUD R.A. Kartini Jepara

Waktu : 15 menit

A. TUJUAN

1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)

Setelah diajak bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh

kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui

pengalaman bermain, dan beradaptasi efektif terhadap stressor

2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

Setelah diajak bermain selam 15 menit anak diharapkan:

a. Dapat melatih kemampuan kognitif anak agar lebih terarah

b.Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya, serta

perawat.

c. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui proses

permainan monopoli.

d.Dapat mengurangi kejenuhan dampak hospitalisasi dengan melakukan

terapi bermain ini.

Page 4: Terapi Bermain Mono

B. PERENCANAAN

1. Jenis Program Bermain

Bermain monopoli pada anak usia sekolah untuk mengembangkan

kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, terutama untuk

melatih kemampuan kognitifnya.

2. Karakteristik Permainan

a. Melatih sosialisasi dan komunikasi anak

b.Melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak

3. Karateristik Peserta

a. Anak usia sekolah (6-12 tahun)

b. Jumlah peserta min 2 anak dan dapat didampingi orang tua

c. Keadaan umum sehat

4. Sasaran

a. Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

b.Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

c. Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

5. Metode

Social Play Games with Rules

6. Alat – alat yang digunakan (Media)

Monopoli set

7. Setting tempat

Ruangan tenang, suhu dan cahaya cukup

8. Pengorganisasian

a. Leader : Kurniansyah Baktiar

Page 5: Terapi Bermain Mono

Tugas : Memimpin jalannya acara (permainan)

b.Coleader : Ferdiansyah Sirotujani

Tugas : Membantu tugas Leader

c. Fasilitator : Ferry Agusman

Tugas : Membantu dan memperlancar jalannya acara (permainan)

C. STRATEGI PELAKSANAAN

Tahap Kegiatan Bermain Kegiatan Anak Metode

Pra

interaksi

Mempersiapkan diri

perawat, kelengkapan

alat yang akan

digunakan dan ruangan

yang akan dipakai

Kontrak waktu

dengan klien

didampingi orang

tua klien

Pembukaan

(3 menit)

a. P

erkenalan dengan

anak

b. M

enjelaskan maksud,

tujuan dan kontrak

waktu (pada orang

tua)

a. Diharapkan klien

tersenyum

b. Diharapkan klien dan

orang tua

memperhatikan

instruksi leader

Ceramah

Kegiatan

(7 menit)

a. K

edua Anak diajak

bermain monopoli

bersama perawat

b. M

emberikan pujian

atas keberhasilan

anak dalam

a. Diharapkan anak

aktif mengikuti

permainan

b. Diharapkan anak

senang dan tertawa

gembira.

Role play

Role play

Page 6: Terapi Bermain Mono

melakukan

permainannya

c. M

elanjutkan

permainan monopoli

d. M

emberikan pujian

atas keberhasilan

anak dan

memberikan pujian.

c. Diharapkan anak

tetap semangat

dalam mengikuti

jalanan permainan

d. Diharapkan anak

tersenyum dan

senang.

Role play

Penutup

(3 menit)

Memberikan reward

pada anak atas hasil

karyanya

Diharapkan anak

tertawa karena gembira

diajak bermain

Ceramah

D. EVALUASI YANG DIHARAPKAN

1. Struktur

a. Persiapan media yang akan digunakan

b. Persiapan tempat yang akan digunakan

c. Persiapan peserta yang mengikuti program terapi bermain

d. Kontrak waktu

2. Proses

a. Selama proses bermain ANAK USIA SEKOLAH tahun mengikuti

program terapi bermain dengan baik.

b. Selama proses bermain anak sekolah tahun mau bekerja sama

dengan perawat.

c. Selama proses bermain perawat mendampingi anak.

Page 7: Terapi Bermain Mono

3. Hasil

Untuk ANAK USIA SEKOLAH:

a. Anak dapat melatih kemampuan kognitif agar lebih terarah

b.Anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya,

serta perawat.

c. Anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui proses

permainan monopoli.

d.Anak dapat mengurangi kejenuhan dampak hospitalisasi dengan

melakukan terapi bermain ini.

Page 8: Terapi Bermain Mono

TERAPI BERMAIN

BERMAIN DI RUANG BERMAIN

A. LATAR BELAKANG

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak

secara optimal. Sekarang ini, banyak sekali di jual bermacam-macam alat

permainan. Apabila orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya,

alat permainan yang di belinya tidak dapat berfungsi secara efektif.

Alat permaina pada anak hendaknya di sesuaikan dengan jenis kelamian dan

usia anak sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.

Pada masa anak-anak, kebutuhan bermain tidak bisa dipisahkan dari dunianya

dan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk dapat tumbuh kembang

secara optimal. Selain itu, dengan aktivitas bermain anak juga akan

memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar

pada anak untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan, kemandirian,

kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, dll.

B. MANFAAT

Melanjutkan tumbang anak

Anak mampu mengembangkan kreativitasnya

Anak mampu beradaptasi dgn lingkungan

Mengilangkan konflik internal dalam diri anak

Meningkatkan koping yang efektif terhadap lingkungan

Page 9: Terapi Bermain Mono

C. PRINSIP BERMAIN

Perlu ekstra energi

Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak dapat memerlukan

nutrisi yang memadai asupan (intake) yang kurang dapat menurunkan

daerah anak.

Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus

yang di berikan dapat optimal selain itu anak akan mempunyai kesempatan

untuk mengenal alat-alat permainan.

Alat permainan

Alat permainan yang di gunakan harus sesuai dengan usian dan tahap

perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini

sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar.

Ruang untuk bermain

Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila

memungkinkan, dimana ruangan tersebut juga dapat menjadi tempat untuk

menyimpan mainan

Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri meniru teman-temannya

atau di beri tahu oleh orang tuanya. Cara yang terakhir adalah yang

terbaik, karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya

dengan menggunakan alat permainan tersebut

Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan teman, bias teman sebaya, atau orang

tuanya ada saat-saat tertentu anak bermain sendiri agar dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri

Page 10: Terapi Bermain Mono

KONSEP TERAPI BERMAIN

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya

proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).

Tujuan

Usia 6 - 12 tahun

Merangsang daya imajinasi (bersandiwara)

Menumbuhkan sportivitas

Mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas

Mengembangkan koordinasi motorik

Mengontrol emosi, sosialisasi / bergaul

Melatif keterampilan fisik, intelektual, fantasi serta terlibat dengan

kelompok

TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN

A. Jean Piaget (1962)

Menurut Piaget ada 4 tahapan bermain pada anak yaitu :

1. Sensory Motor Play (+/- ¾ bulan-1,5 tahun)

Page 11: Terapi Bermain Mono

Pada tahapan ini, kegiatan anak mulai lebih terkoordinasi dan ia mulai

belajar dari pengalaman bermainnya.

2. Symbolic atau Make Believe Play (+/- 2-7 tahun)

Merupakan ciri periode operasional yang ditandai dengan bermain

khayal (pura-pura). Pada tahapan ini, anak sudah mulai dapat

menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda

lain.

3. Social Play Games with Rules (+/- 8-11 tahun)

Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang banyak diwarnai nalar

dan logika yang bersifat objektif dalam bermain. Kegiatan anak lebih

banyak dikendalikan oleh aturan permainan.

4. Games with rules and Sports (11 tahun ke atas)

Aturan pada olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini

anak senang melakukan kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk

mencapai prestasi sebaik-baiknya. Pada tahap ini, bukan hanya rasa

senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada suatu hasil akhir tertentu

seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.

B. Hurlock (1981)

Menurut Hurlock ada 4 tahapan bermain pada anak, yaitu :

1. Tahap Penjelajahan (Exploratory stage)

Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain,

mencoba menjangkau atau meraih benda dikelilingannya, lalu

mengamatinya.

2. Tahap Mainan (Toy stage)

Mencapai puncak pada usia 5-6 tahun. Pada tahap ini anak-anak

berpikir bahwa benda mainannya dapat berbicara, makan,merasa sakit

dan sebagainya.

3. Tahap Bermain ( Play Stage)

Terjadi pada saat anak mulai masuk Sekolah Dasar. Anak bermain

dengan alat permainan, yang lama kelamaan berkembang menjadi

Page 12: Terapi Bermain Mono

games, olahraga dan bentuk permainan lain yang juga dilakukan orang

dewasa.

4. Tahap Melamun (Daydream Stage)

Diawali saat anak mendekati masa pubertas. Pada tahap ini anak banyak menghabiskan waktu untuk melamun atau berkhayal.

Tugas perkembangan anak usia sekolah (6 samapai 12 tahun)

Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren.

Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah

secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari

lingkungannya. Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat

menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak

sudah dapat berpikir konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta

menyadari kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum

mendalam, selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal

masa remaja.

Contoh : Anak sudah bisa mencoba dalam menyelesaikan masalah yang kecil,

misalnya apabila mainannya hilang mereka akan mencoba mencari dan akan

bertanya pada siapapun.

Jenis Dan Syarat Permainan Yang Tepat anak usia sekolah (6 samapai 12

tahun)

Kemampuan social anak usia ini meningkat. Mereka lebih mampu

bekerjasama dengan temannya. jadi permainan pada usia ini tidak hanya

bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan fisik dan intelektual tetapi dapat

mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerjasama

dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima

dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain pada usia ini adalah

mengembangkan kemampuan untuk bersaing secara sehat.

Page 13: Terapi Bermain Mono

Karakteristik permainan untuk anak usia ini dibedakan menurut jenis

kelaminnya. Anak laki-laki diberikan mainnan jenis mekanik (mobil-mobilan)

yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi. Anak

perempuan diberikan permainnan yang dapat menstimulasi perasaan, pemikiran,

dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat

untuk memasak, boneka.

A. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk

memperoleh kesenangan atau kesenangan. Bermain merupakan cerminan

kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain merupakan

media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan

berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,

melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta

suara (Wong, 2000).

Menurut Champhell (1995) bermain sama dengan bekerja pada orang

dewasa dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta

merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak

dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain

sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stress anak,

media yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi dengan

lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal

dunia sekitar kehidupannya, dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan

mental serta social anak.

B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK

Fungsi utama pada bermain adalah merangsang perkembangan sensoris

motoris, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan

Page 14: Terapi Bermain Mono

kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain

sebagai terapi.

Dalam perkembangan kognitif aktivitas bermain bagi anak berfungsi

untuk belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenai objek

dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak, dapat

meningkatkan kemampuan bahasa dan dapat mengatasi masalah dan

menolong anak membandingankan fantasi dan realitas. Bermain juga

berfungsi untuk menciptakan dan meningkatkan kreativitas anak. Melalui

bermain untuk menjadi kreatif, anak mencoba ide - ide baru dalam bermain.

Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru, maka anak akan mencoba pada

situai yang lain.

Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi

anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam

hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai - nilai moral dan

etik. Anak belajar yang benar dan yang salah serta bertanggung jawab atas

kehendaknya.

Bermain berfungsi juga sebagai alat untuk memupuk kesadaran diri

anak karena dengan bermain anak akan sadar tentang kemampuan, kelemahan

dan tingkah lakunya. Perkembanggan moral diperoleh dari guru dan orangtua

serta orang sekitarnya. Anak akan menunjukkan tingkah laku yang dapat

diterima oleh temannya.

Salah satu bentuk permainan adalah menggunakan simbol - simbol.

Penggunaan simbol - simbol ini mulai muncul pada anak umur satu tahun

karena anak mulai ikut dalam kegiatan keluarga seperti makan, minum

bersama. Pada anak pra sekolah penggunaan simbol ini lebih dominan, karena

anak mulai berfantasi dan belajar dari model keluarga, misalnya peran guru,

ibu dan perawat.

Menurut H. Hetzer ( Jerman ), macam - macam permainan pada anak

dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : permainan fungsi ( dengan

gerakan gerakan tubuh, anggota badan), permainan konstruktif ( mobil -

mobilan dari tanah, kuda - kudaan dari pelepah pisang,dll ), permainan reseptif

Page 15: Terapi Bermain Mono

( mis, sambil mendengar cerita atau melihat gambar, anak berfantasi dan

menerima kesan - kesan yang membuat jiwanya sendiri aktif), permainan

peranan ( anak memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkan,

contoh bermain sebagai dokter ), permainan sukses ( yang diutamakan adalah

prestasi sehinggga diperlukan keberanian, ketangkasan, kekuatan,dll. Contoh

meniti jembatan, meloncati parit, memanjat pohon ). Berikut ini akan

diuraikan beberapa hal menentukan jenis permainan sesuai usia anak.

C. TUJUAN BERMAIN

Beberapa tujuan yang diperoleh seorang anak melalui bermain adalah:

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada

saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

2. Menggekpresikan perasaannya, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya.

Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya secara verbal.

Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikannya.

3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya,

untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat

melakukan permainannya, anak juga akan dihadapkan pada masalah

dalam konteks permainananya, semakin lama ia bermain dan semakin

tertantnag untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

4. Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang

tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaiminya di rumah

sakit secara efektif. Permainana adalah media yang efektif untuk

beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut,

nyeri dan marah.

D. Jenis permainan anak usia sekolah

Definisi

Page 16: Terapi Bermain Mono

Monopoli adalah salah satu permaianan papan yang paling terkenal di

dunia. Tujuan permaianan ini untuk menguasai semua petak di atas papan

melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran property dalam sistem ekonomi

yang disederhanakan.

Setiap pemaian melemparkan dadu secara bergiliran untuk

memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki

oleh pemain lain, ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila

petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa

yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.

Manfaat

Permainan monopoli memiliki manfaat yang baik terutama bagi

perkembangan anak. Daya kreativitas anak dapat terlatih dengan

memunculkan ide sesuai dengan konteks yang ada. Selain itu anak dapat

langsung belajar menghitung karena permainan ini sarat dengan ilmu ekonomi

sederhana. Monopoli dapat menjadi salah satu permainan yang efektif, dan

mampu mengusir rasa jenuh anak.

Peralatan

Untuk memainkan monopoli dibutuhkan peralatan sebagai berikut:

1. Bidak-bidak untuk mewakili pemain

2. Dua buah dadu bersisi enam

3. Kartu hak milik untuk setiap property. Kartu ini diberikan kepada

pemain yang membeli property itu. Diatas kartu tertera harga property,

harga sewa, harga gadai, harga rumah dan hotel.

4. Papan permainan dengan petak-petak:

a) 22 tempat, dibagi menjadi 8 kelompok berwarna dengan masing-

masing 2 atau 3 tempat. Seorang pemain harus menguasai 1

kelompok warna sebelum ia boleh membeli rumah atau hotel

Page 17: Terapi Bermain Mono

b) 4 stasiun kereta. Pemain memperoleh sewa lebih tinggi bila ia

memiliki lebih dari 1 stasiun. Tapi diatas stsiun tidak boleh

dibangun rumah atau hotel.

c) 2 perusahaan yaitu perusahaan listrik dan perusahaan air. Pemain

memperoleh sewa lebih tinggi bila ia memiliki keduanya. Rumah

dan hotel tidak boleh dibangun diatas perusahaan.

d) Petak-petak dana umum dan kesempatan. Pemain yang mendarat

diatas petak ini harus mengambil 1 kartu dan menjalankan

perintah diatasnya.

5. Uang-uangan monopoli

6. Miniatur rumah dan hotel

7. Kartu-kartu dana umum dan kesempatan

Cara Bermain

1. Siapkan papan permainan, bidak, dadu, uang dan kartu monopoli

2. Bagi uang monopoli sesuai dengan ketentuan permainan

3. Tempatkan kartu dana umum dan kesempatan dikotak yang telah

disediakan

4. Tempatkan bidak pemain dikotak start

5. Kocok pemain pertama, kedua, ketiga dan seterusnya

6. Lempar dadu dan langkahkan bidak sesuai dengan angka dadu yang

didapatkan. Lakukan secara bergantian.

7. Pemain dapat membeli petak sesuai dengan harga yang tertera pada

papan

8. Pemain yang bidaknya menginjak petak pemain lain harus membayar

pajak atau harga sewa sesuai dengan harga yang ditentukan

Page 18: Terapi Bermain Mono

DAFTAR PUSTAKA

Nelson, 1999. Ilmu Kesehatan Anak. EGC, Jakarta.

Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta.

Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC