Proposal terapi bermain siap edit.docx

28
PROPOSAL SATUAN ACARA BERMAIN “PUZZLE” PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD DR. AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI OLEH : KELOMPOK II ANDAM DEWI, S.Kep FADLY ILHAMY, S.Kep LIGA PURNAMA SARI, S.Kep MEGA YULIANTI, S.Kep NELLI ISBIANI, S.Kep NORA PUTRI NOPITA, S.Kep NOVITA, S.Kep SRI EMIL DARMIZA, S.Kep VINNY ARIESTA PISHESA, S.Kep YENGGI FERMADI, S.Kep YOLANDA FITRIA WIRMAN, S.Kep PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

Transcript of Proposal terapi bermain siap edit.docx

Page 1: Proposal terapi bermain siap edit.docx

PROPOSAL

SATUAN ACARA BERMAIN “PUZZLE” PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD DR. AHMAD MOCHTAR

BUKITTINGGI

OLEH : KELOMPOK II

ANDAM DEWI, S.KepFADLY ILHAMY, S.Kep

LIGA PURNAMA SARI, S.KepMEGA YULIANTI, S.Kep

NELLI ISBIANI, S.KepNORA PUTRI NOPITA, S.Kep

NOVITA, S.KepSRI EMIL DARMIZA, S.Kep

VINNY ARIESTA PISHESA, S.KepYENGGI FERMADI, S.Kep

YOLANDA FITRIA WIRMAN, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Proposal terapi bermain siap edit.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan individu yang berbeda dalam suatu rentang perubahan

dari bayi sampai remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang di mulai dari bayi 0-1 tahun, toddler 1-3 tahun, prasekolah 3-6

tahun, sekolah 6-12 tahun dan 12-18 tahun adalah remaja (Hidayat, 2005).

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini,

yaitu 0-5 tahun. Masa ini sering di sebut juga sebagai fase “Golden Age”. Golden

age merupakan masa yang paling penting untuk memperhatikan tumbuh kembang

anak secara cermat agar sedini mungkin terdeteksi apabila terjadi kelainan

pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelainan yang bersifat permanen

dapat di cegah (Narendra,2003).

Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering

menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan

atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya

perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat

tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan

berbagai reaksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,

tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan

yang diberikan (Narendra,2003).

Pada usia toddler anak merasa takut bila mengalami perlukaan, karena ia

menganggap bahwa tindakan dan prosedur yang dilakukan di rumah sakit

semuanya dapat mengancam integritas tubuhnya. Anak masuk rumah sakit akan

bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal dan dependensi. Maka sulit bagi anak

untuk percaya bahwa mengukur suhu, mengukur tekanan darah, mendengarkan

Page 3: Proposal terapi bermain siap edit.docx

suara napas dan prosedur lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan. Jika hal ini

berlanjut maka tindakan keperawatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga

masalah anak tidak teratasi (Narendra,2003).

Pemeriksaan anak yang beragam jenisnya juga merupakan penyebab stress

bagi anak, orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk dilakukan

pemeriksaan. Dalam hal ini rumah sakit juga memfasilitasi dan berupaya ke arah

positif sehingga anak merasa nyaman, dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah

sakit, begitu juga orang tua atau pengasuh yang mendampingi anak. Upaya yang

dilakukan adalah meminimalkan pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu

melakukan kegiatan “Terapi Bermain”.

Manfaat “Terapi Bermain” dalam penanganan anak yang dirawat di rumah

sakit maka akan memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan

lewat permainan, anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit

sehingga tidak merasa terisolir, anak mudah diajak bekerja sama dengan metode

pendekatan proses keperawatan di rumah sakit. Salah satu terapi bermain yang

dapat mengurangi dampak negatif dari hospitalisasi adalah terapi bermain “puzzle”

Karena pentingnya manfaat “Terapi Bermain” dalam penanganan anak sakit dan

perawat harus mampu melaksanakan hal ini maka rencana penerapan terapi

bermain terhadap anak yang dirawat di ruang 7A rumah sakit saiful Anwar Malang

perlu segera dilaksanakan. Salah satu cara agar dapat mengembangkan kreativitas

anak adalah melalui beberapa kegiatan kreatif dan menyenangkan yaitu bermain

puzzle.

Berdasarkan fenomena diatas, maka peraktikan merasa tertarik untuk

melakukan kegiatan terapi aktifitas bermain tentang terapi bermain puzzle terhadap

anak Usia sekolah di Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar Malang.

Page 4: Proposal terapi bermain siap edit.docx

B. TUJUAN TERAPI AKTIFITAS BERMAIN

1. Tujuan umum

Anak akan merasa aman dan mau mengikuti program penyembuhan yang

ada dirumah Sakit

2. Tujuan khusus

a. Menerapkan sarana permainan terapi bermain puzzle yang tepat sehingga

anak dan orang tua secara pro aktif dapat menerima program penyembuhan

yang ada di Rumah Sakit.

b. menerapkan tempat yang tepat untuk bermain di Sekolah, sehingga anak

tidak merasa takut dengan lingkungannya.

c. menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga anak

tidak kehilangan waktu bermain.

d. menerapkan sosialisasi yang tepat sehingga anak butuh terhadap program

terapi bermain di Rumah Sakit dan tidak merasa terisolir.

e. Mrningkatkan kreatifitas anak dalam mengembangkan potensi yang ada pada

anak dalam bermain puzzle.

f. Meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya.

Page 5: Proposal terapi bermain siap edit.docx

BAB II

KONSEP TEORI

A. KONSEP DASAR TERAPI BERMAIN

a) Definisi Konsep Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,

menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan, dan berperilaku dewasa

(Hidayat, 2005). Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak

dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena

hospitalisasi (Wong, 2009).

b) Fungsi Bermain Pada Anak

1) Membantu perkembangan sensorik dan motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motoris merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan

penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi

yang diterima anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran,

stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.

2) Membantu perkembangan kognitif

Bermain dapat membuat anak mencoba melakukan komunikasi dengan

orang lain dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan seperti

dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu

belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang

digunakan dalam permainan.

Page 6: Proposal terapi bermain siap edit.docx

3) Meningkatkan sosialisasi pada anak

Pada anak pra sekolah, anak mulai menyadari akan keberadaan teman

sebaya sehingga anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan

orang lain.

4) Meningkatkan kreativitas

Anak dapat belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan

mampu memodifikasi objek yang digunakan.

5) Meningkatkan kesadaran diri anak terhadap orang lain dan lingkungan

Bermain dapat memberikan kemampuan pada anak untuk

mengeksplorasi tubuhnya dan menjadikan anak sadar bahwa dirinya

merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar

mengatur perilaku, dan membandingkan perilakunya dengan orang lain.

6) Memiliki nilai terapeutik

Bermain dapat menjadikan anak merasa senang dan nyaman, dan

menghibur anak, sehingga dapat mengurangi stres dan ketegangan yang

dirasakan anak.

7) Memberikan nilai moral pada anak

Bermain dapat memberikan nilai moral pada anak jika anak sudah

mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah, ketika

berinteraksi dengan temannya, dan di dalam permainan juga terdapat aturan-

aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.

c) Macam-macam Permainan

Menurut Hidayat (2005), sifat bermain pada anak ada dua, yaitu:

1) Aktif

Jika anak selalu berperan aktif dalam permainan, selalu memberika

rangsangan, dan melaksanakannya.

Page 7: Proposal terapi bermain siap edit.docx

2) Pasif

Jika anak hanya memberikan respon pasif terhadap permainan,

sedangkan orang lain dan lingkungan memberikan rspon secara aktif.

Berdasarkan kedua sifat diatas, maka macam-macam permainan:

1) Bermain afektif-sosial

Menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dnegan

orang lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain berperan aktif dan anak

hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan memberikan kesenangan

dan kepuasan anak.

2) Bermain bersenang-senang

Memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga

anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat

dari bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak,

seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.

3) Bermain keterampilan

Bermain ini dengan mengunakan objek yang dapat melatih kemampuan

keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil

dalam berbagai hal. Sifat dalam permainan ini adalah bersifat aktif dimana

anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu, seperti

bermain bongkar pasang gambar, latihan memakai baju, dan lain-lain.

4) Bermain dramatik

Permainan ini dapat dilakukan jika anak sudah mampu berkomunikasi

dan mengenal kehidupan sosial. Sifat dari bermain ini adalah anak dituntut

aktif dalam memerankan sesuatu, seperti berpura-pura berperan sebagai

orang dewasa, seperti ibu, guru, dan lain-lain.

Page 8: Proposal terapi bermain siap edit.docx

5) Bermain menyelidiki

Sifat permainan ini adalah dengan memberikan stimulasi pada anak,

sehingga dapat menambah kecerdasan anak. Permainan ini dilakukan dengan

memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu

atau memeriksa alat permainan, seperti mengocok untuk mengetahui isinya.

6) Bermain konstruksi

Permainan ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar

menjadi sebuah konstruksi yang benar, seperti permainan menyusun balok.

Sifat dari permainan ini adalah aktif, dimana anak-anak selalu ingin

menyelesaikan tugas yang ada dalam permainan, sehingga dapat

membangun kecerdasan anak.

7) Permainan

Permainan ini dapat dilakukan sendiri atau bersama temannya dengan

menggunakan beberapa peraturan, seperti permainan ular tangga. Sifatnya

aktif, anak memberikan respon kepada temannya sesuai jenis permainan dan

berfungsi untuk memberikan kesenangan dan mengembangkan emosi anak.

8) Bermain onlooker

Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan anak lain

yang sedang bermain, tetapi tidak berusaha untuk bermain. Sifat dari

bermain ini adalah pasif, tetapi anak akan mempunyai kesenangan dan

kepuasan sendiri untuk melihatnya.

9) Bermain soliter/mandiri

Bermain yang dilakukan secara mandiri, sendiri, hanya terpusat pada

permainannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Sifatnya aktif, tetapi

stimulasi tambahan kurang, tetapi dapat membantu menciptakan

kemandirian pada anak.

Page 9: Proposal terapi bermain siap edit.docx

10) Bermain paralel

Bermain sendiri di tengah anak lain yang sedang bermain, tetapi tidak

ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat bermain ini adalah anak aktif sendiri,

tetapi masih dalam satu kelompok dengan harapan kemampuan anak dalam

menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok terlatih dengan baik.

11) Bermain asosiatif

Bermain bersama tanpa terikat aturan yang ada. Bermain ini

akanmenumbuhkan kreativitas anak karena terdapat stimulasi dari anak lain,

tetapi belum dilatih dalam mengikuti peraturan dalam kelompok.

12) Bermain kooperatif

Bermain bersama dengan aturan yang jelas, sehingga terdapat perasaan

dalam kebersamaan, sehingga terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut.

Sifat permainan ini adalah aktif, anak akan selalu menumbuhkan

kreativitasnya dan akan melatih anak untuk mengikuti peraturan dalam

kelompok.

d) Prinsip dalam Aktivitas Bermain

Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan

kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui

permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga

untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan

gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan

maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:

1) Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit

kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.

Page 10: Proposal terapi bermain siap edit.docx

2) Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga

stimulus yang diberikan dapat optimal.

3) Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan

usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

4) Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,

halaman, bahkan di tempat tidur.

5) Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak

akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam

menggunakan alat permainan tersebut.

6) Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan

sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan.

e) Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak

dalam bermain yaitu:

1) Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan

tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya

permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

2) Status kesehatan anak

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti

anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.

3) Jenis kelamin anak

Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak

perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan

kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk

membantu anak mengenal identitas diri.

Page 11: Proposal terapi bermain siap edit.docx

4) Lingkungan yang mendukung

Menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain.

5) Alat dan jenis permainan yang cocok

Harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.

f) Fungsi Bermain di Rumah Sakit

Menurut Wong (2009), ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang

anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:

1) Memfasilitasi situasi yang tidak familiar

2) Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol

3) Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan

4) Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh

5) Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan

peralatan dan prosedur medis

6) Memberi peralihan dan relaksasi

7) Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing

8) Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan

perasaan

9) Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang

positif terhadap orang lain

10) Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat

11) Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik

g) Prinsip Permainan Pada Anak di Rumah Sakit

1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang

dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih

permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak

Page 12: Proposal terapi bermain siap edit.docx

bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di

ruangan rawat.

2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana

3) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak

4) Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama

5) Melibatkan orang tua

h) Keuntungan Bermain Pada Anak di Rumah Sakit

1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.

Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada

anak.

3) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang

pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan

pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri.

4) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak

untuk mempunyai tingkah laku yang positif

B. KONSEP DASAR PUZZLE

1) Pengertian Puzzle

Puzzle merupakan suatu masalah atau misteri yang harus diselesaikan

dengan kretivitas. Sebelum mengerjakan puzzle, anak harus mengetahu lebih

dulu bentuk awal puzzle, setelah dirombak, ia akan menggunakan ingatannya

untuk menyusun puzzle sesuai dengan bentuk awalnya. Bermain puzzle tidak

membutuhkan energi yang besar, sehingga dapat dilakukan pada anak yang

berada di rumah sakit.

Page 13: Proposal terapi bermain siap edit.docx

Ada berbagai tipe puzzle, seperti Maze yang merupakan tipe puzzle tour,

puzzle gambar, puzzle konstruksi, puzzle balok (batang), puzzle lantai, puzzle

angka, puzzle transport, puzzle logika, puzzle mekanik, dan lain-lain.

2) Manfaat Puzzle

a) Mengasah otak

Puzzle dapat digunakan untuk merangsang pikiran kreatif anak, karena

anak harus mencocokkan bagian-bagian kecil menjadi bentuk yang utuh.

b) Melatih koordinasi mata dan tangan

Puzzle dapat melatih koordinasi mata dan tangan, karena anak harus

mencocokkan keping-keping puzzle menjadi suatu gambar. Permainan ini

membantu anak mengenal bentuk.

c) Melatih nalar

Memadukan atau memasangkan bentuk puzzle akan membantu anak

secara aktif mengembangkan kemampuan pembuatan kesimpulan,

memahami logika sebab akibat, dan gagasan bahwa objek yang utuh semula

berasal dari bagian-bagian yang kecil.

d) Melatih kesabaran

Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan tantangan.

e) Pengetahuan

Dari puzzle, anak dapat belajar tentang warna dan bentuk yang ada.

Anak juga dapat belajar tentang konsep dasar bentuk dan warna, binatang,

alam sekitar, alfabet, buah, dan lain-lain, tetapi anak tetap harus didampingi

ibu atau orang lain.

Page 14: Proposal terapi bermain siap edit.docx

C. KONSEP DASAR ANAK

1. Pengertian

Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun. Anak dipandang sebagai

individu yang unik yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang.

Anak bukanlah miniatur orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada

dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik

(Supartini, 2004).

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) anak adalah

individu yang berusia 0-21 tahun.

2. Kategori anak

Menurut Soetjiningsih (1995) membagi kategori anak sebagai

berikut:

a. Masa bayi atau infant: usia 0-1 tahun

Merupakan masa penyesuaian terhadap kehidupan baru diluar rahim ibu

sehingga bayi dituntut untuk dapat mempertahankan diri dengan

lingkungannya sangat berbeda dengan sewaktu dalam rahim

b. Masa usia toddler: usia 1-3 tahun

Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak masih

sangat cepat, pada usia 1 tahun lingkar kepala ± 47 cm, sedangkan berat

otak bayi baru lahir 25% berat otak dewasa, pada usia 2 tahun sudah 75%

berat otak dewasa.

c. Masa pra sekolah: usia 3-6 tahun

Pada masa prasekolah ini mulai dapat dikenal potensi bakat dan minat

anak meskipun belum nyata benar. Pada saat inilah sudah dapat dimulai

stimulasi oleh lingkungan keluarga agar potensi bakat dan tumbuh

kembangnya berkembang seoptimal mungkin.

Page 15: Proposal terapi bermain siap edit.docx

d. Masa sekolah: usia 6-12 tahun

Awal masa sekolah merupakan pertumbuhan fisik yang relatif mantap dan

stabil, yang kemudian akan berakhir dengan suatu percepatan tumbuh

sekitar umur 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak laki-

laki.

e. Masa remaja atau adolesent: usia 12-18 tahun

Masa remaja merupakan suatu periode transisi perubahan fisik dan

psikologi seorang anak menjadi dewasa. Masa ini ditandai oleh adanya

kematangan fungsi seksual (pubertas) dan tercapainya bentuk tubuh dewasa

yang terjadi karena kematangan fungsi endokrin.

Page 16: Proposal terapi bermain siap edit.docx

BAB III

PROGRAM TERAPI BERMAIN

PADA USIA SEKOLAH

Topik : Terapi Bermain Pada Anak Usia Sekolah

Sasaran : Anak Usia Sekolah

Tempat : Area Bermain Ruang Rawat Inap Anak

Hari/ tgl :

Waktu : 45 menit

Jenis : Puzzle

A. Waktu dan Tempat

a. Perencanaan tempat dan waktu

Tempat : Area Bermain Ruang Rawat Inap Anak

Waktu :

Jam :

B. Metode

1. Merangkai potongan-potongan gambar

2. Observasi

C. Krtiteria Peserta

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah peserta yang memenuhi kriteria

1. Anak yang tidak berpenyakit menular

2. Anak yang berusia sekolah

3. Anak yang mau melakukan terapi bermain puzzle

4. Anak yang di rawat di ruang rawat inap anak

Page 17: Proposal terapi bermain siap edit.docx

D. Media / Alat

Puzzle

E. Pengorganisasian

1. Leader :

2. Co Leader :

3. Observer :

F. Pembagian Tugas

1. Leader, bertugas :

a) Memimpin dan mengorganisasikan jalannya terapi mulai dari pembukaan

sampai selesai

b) Mengarahkan permainan

c) Memandu proses permainan

2. Co leader, bertugas

a) Membantu leader dalam memandu proses permainan

b) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai

c) Mengarahkan permainan

d) Memandu proses permainan

3. Fasilitator, bertugas :

a) Memfasilitasi anak untuk bermain

b) Membimbing anak bermain

c) Memperhatikan respon anak saat bermain

d) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya

4. Observer, bertugas :

a) Mengawasi jalannya permainan

b) Mencatat proses permainan di sesuaikan dengan rencana

Page 18: Proposal terapi bermain siap edit.docx

c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain

d) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan moderator

G. Kegiatan Terapi Bermain

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN

1 Persiapan 5 menit 1. Menyiapkan tempat / ruangan2. Menyiapkan puzzle.3. Menyiapkan peserta

2 Orientasi 10 menit 1. Salam terapeutik (salam dari terapis kepada anak) 2. Evaluasi atau validasi

(Menanyakan perasaan anak saat ini)3. Kontrak

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatanb) Terapis menjelaskan aturan mainnya: Jika ada anak

yang ingin meninggalkan ruangan harus minta izin kepada terapis

3 Tahap Kerja 20 menit 1. Anak diberikan kebebasan dalam memilih gambar puzzle sesuai selera.

2. Anak diberi kesempatan menyusun rangkaian puzzle.3. Memberikan bantuan atau arahan jika diperlukan.

4. Terminasi 5 menit 1. Terapis menanyakan perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anak3. Terapis memotivasi anak untuk bermain puzzel agar

selalu merasa senang dan gembira meskipun berada di lingkungan Sekolah

4. Kontrak Kegiatan yang akan datang5. Terapis membuat kontrak untuk terapi bermain puzzel

yang akan datang6. Menyepakati waktu dan tempat

5 Evaluasi 5 menit Mengevaluasi kemampuan anak sesuai dengan tujuan terapi bermain puzzle

Page 19: Proposal terapi bermain siap edit.docx

H. Antisipasi masalah

Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti anak tiba-tiba

menolak atau tidak mau mengikuti kegiatan maka perawat akan menganjurkan

kepada orang tua anak untuk membujuk dan mau mendampingi anak pada saat

dilakukan terapi bermain puzzle.

I. Evaluasi

1. Anak dapat merangkai puzzle dengan sabar dan tekun

2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.

3. Anak merasa senang.

4. Anak tidak takut lagi dengan lingkungan sekitarnya