teori mordenisasi
-
Upload
camb-faidinz -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of teori mordenisasi
-
7/22/2019 teori mordenisasi
1/5
Minggu, 23 Desember 2012
Teori Modernisasi Dan Ketergantungan
I. Kemunculan
Kemunculan teori pembangunan dipengaruhi oleh adanya fenomena kemiskinan di banyak
negara dunia ketiga terutama setelah Perang Dunia II. Permasalahan ini didekati melaluiperspektif yang berbeda, yaitu
1. Teori modernisasi yang menjelaskan bahwa kemiskinan terutama disebabkan oleh faktor-
faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam negeri negara yang bersangkutan; dan
2. Teori dependensi atau teori struktural yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor
eksternal sebagai penyebab kemiskinan. Kemiskinan dilihat terutama sebagai akibatbekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan negara yang bersangkutan gagal
melakukan pembangunannya.
II. Teori Modernisasi
a. Ciri Umum
Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut modern dan apa yang disebuttradisional. Yang modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja
yang efisien, dsb. Masyarakat modern dianggap sebagai ciri dari masyarakat di negara-negara
industri maju. Sebaliknya yang tradisional merupakan masyarakat yang belum maju, ditandai
oleh cara berpikir yang irrasional serta cara kerja yang tidak effisien. Ini merupakan cirimasyarakat pedesaan yang didasarkan pada usaha pertanian di negara-negara miskin.
Teori modernisasi didasarkan pada faktor-faktor non material sebagai penyebab kemiskinan,
khususnya dunia ide atau alam pikiran. Faktor-faktor ini menjelma dalam alam psikologiindividu, atau nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi orientasi penduduk dalam memberikan
arah kepada tingkah-lakunya. Faktor-faktor non material atau dunia ide ini dianggap sebagai
faktor yang mandiri, yang bisa dipengaruhi secara langsung melalui hubungan dunia ide dengandunia ide yang lain. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu cara yang sangat penting
untuk mengubah psikologi seseorang atau nilai-nilai budaya sebuah masyarakat. Dalam
perkembangannya, memang ada teori yang juga menekankan aspek kondisi material, seperti
misalnya teori Hoselitz (yang menekankan pembentukan lembaga-lembaga yang menunjang
proses modernisasi), atau Inkeles dan Smith (yang menekankan lingkungan kerja sebagai carauntuk menciptakan manusia modern). Teori-teori seperti ini memang merupakan teori peralihan
ke Teori Struktural, meskipun persoalan yang dibahas berlainan.Teori modernisasi biasanya bersifat a-historis. Hukum-hukumnya sering dianggap berlaku secara
universal. Dia dapat diberlakukan tanpa memperhatikan faktor waktu ataupun faktor tempat.
Misalnya tentang prisnsip rasionalitas atau effisiensi. Ada kecenderungan dari teori-teori ini
untuk beranggapan bahwa teori ini dapat diberlakukan kapan saja dan dimana saja. Konteksmasyarakat dan perkembangan masyarakat tersebut sepanjang sejarah kurang mendapat
-
7/22/2019 teori mordenisasi
2/5
perhatian. Ada anggapan bahwa masyarakat bergerak secara garis lurus atau unilinear, dari
sesuatu yang irrasional menjadi rasional. Misalnya, dari masyarakat tradsional menjadi
masyarakat modern. Gejala ini dianggap sebagai suatu yang universal, yang berlaku dimasyarakat manapun, pada segala waktu. Masyarakat yang belum modern adalah masyarakat
yang terbelakang, sesuai dengan perkembangan dalam garis lurus tersebut. Pada saatnya
masyarakat ini akan menjadi modern seperti yang dialami oleh negara-negara Eropa.Dengan demikian, faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pembangunan harus dicari didalam negara-negara itu sendiri, bukan diluar. Misalnya, kurangnya pendidikan pada pada
sebagian besar penduduknya, adanya nilai-nilai lokal yang kurang menghargai kekayaan
material, dan sebagainya. Faktor-faktor ini adalah faktor internal.
b. Aliran dan Tokoh-nya:
1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan
modal untuk investasi. Teori jenis ini biasanya dikembangkan oleh ekonom, misalnya
Evsey Domar dan Roy Harold yang lebih dikenal dengan teori Harold-Domar;
2.
Teori yang menekankan aspek-aspek psikologi individu. Teori McClelland dengankonsep n-Achnya dapat dianggap mewakili aliran ini. Bagi McClelland, mendorong
proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi.Cara pembentukannya adalah melalui pendidikan individual, ketika mereka ini masihanak-anak di lingkungan keluarga mereka. Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk
dalam jumlah yang banyak, proses pembangunan dalam masyarakat tersebut akan
menjadi kenyataan.3. Teori yang menkankan nilai-nilai budaya. Teori Weber tentang peran agama dalam
pembentukan kapitalisme merupakan sumber dari aliran teori ini. Nilai-nilai masyarakat,
antara lain dari yang melalui agama, mempunyai peran menentukan dalam
mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakatdapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, proses
pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana.
4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung
proses pembangunan, sebelum lepas landas dimulai. Teori Rostow (yang lebihmenkankan proses lepas landas) dan Hoselitz adalah tokoh dari teori ini. Berbeda dengan
Weber yang menekankan pada nilai-nilai, Hoselitz menekankan lembaga-lembaga yang
kongkret. Lembaga-lembaga politik dan sosial ini diperlukan untuk menghimpun modalyang besar, serta memasok tenaga teknis, tenaga wiraswasta dan teknologi.
5. Teori yang lebih menekankan lingkungan material, dalam hal ini lingkungan pekerjaan,
sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun.
Inkeles dan Smith adalah tokoh teori ini. Berbeda dengan McClelland yang menekankanpendidikan dalam arti "manipulasi" mental dari si anak didik, Inkeles dan Smith
berpendapat bahwa perubahan dicapai dengan secara langsung memberikan pengalaman
kerja. Di sini bukan "manipulasi" mental yang dipakai sebagai instrumen pengubah,tetapi pengalaman kerja yang dialami secara nyata oleh si buruh yang mengubah sikap
dan tingkah lakunya. Tetapi menang Inkeles dan Smith juga menyatakan bahwa
pendidikan adalah cara yang paling effektif untuk membentuk manusia modern.
-
7/22/2019 teori mordenisasi
3/5
III. Teori Dependensi (Ketergantungan)
a. Dasar Teori
Teori dependensi menolak premis dan asumsi-asumsi yang diajukan oleh teori modernisasi.
Teori dependensi dilandasi oleh strukturalisme yang beranggapan bahwa kemiskinan yangterdapat di negara-negara Dunia Ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi pertanianadalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat
(Raul Prebisch: Negara Pusat) melakukan eksploitasi terhadap yang lemah (negara-negara
Pinggiran). Maka, surplus dari negara-negara Dunia Ketiga (negara pinggiran) beralih kenegara-negara industri maju (negara Pusat).
Teori struktural sendiri berpangkal pada filsafat materialisme Marx, namun sekaligus teori
ketergantungan membantah tesis Marx yang menyatakan bahwa kapitalisme akan menjadi cara
produksi tunggal, dan menciptakan proses maupun struktur masyarakat yang sama disemuanegara yang ada didunia ini. Prebisch yang pemikirannya dilanjutkan oleh Baran, berpendapat
bahwa kapitalisme yang berkembang di negara-negara yang menjadi morban imperialisme, tidak
sama dengan perkembangan kapitalisme dari negara-negara kapitalisme yang menyentuhnya.Kapitalisme di negara-negara pinggiran merupakan kapitalisme yang sakit, yang sulit
berkembang dan memiliki dinamika yang berlainan. Oleh karena itu, perlu dipelajari secara
terpisah sebagai sesuatu yang unik, jika hanya menerapkan konsep-konsep dan teori-teori yang
berlaku di negara-negara kapitalis pusat, tidak akan pernah diperoleh pemahaman yang benartentang dinamika dan proses kapitalisme pinggiran.
b. Ciri Pokok:
1. Yang menjadi hambatan dari pembangunan bukanlah ketiadaan modal, melainkanpembagian kerja internasional yang terjadi. Dengan demikian, faktor-faktor yangmenyebabkan keterbelakangan merupakan faktor eksternal;
2. Pembagian kerja internasional ini diuraikan menjadi hubungan antara dua kawasan, yakni
pusat dan pinggiran. Terjadi pengalihan surplus dari negara pinggiran ke pusat.
3. Akibat pengalihan surplus ini, negara-negara pinggiran kehilangan sumber utamanyayang dibutuhkan untuk membangun negerinya. Surplus ini dipindahkan ke negara-negara
pusat. Maka, pembangunan dan keterbelakangan merupakan dua aspek dari sebuah
proses global yang sama. Proses global ini adalah proses kapitalisme dunia. Dikawasanyang satu, proses itu melahirkan pembangunan, dikawasan lainnya keterbelakangan.
4. Sebagai terapinya, Teori ketergantungan menganjurkan pemutusan hubungan dengan
kapitalisme dunia, dan mulai mengarahkan dirinya pada pembangunan yang mandiri.
Untuk ini, dibutuhkan sebuah perubahan politik yang revolusioner, yang bisa melakukanperubahan politik yang radikal. Setelah faktor eksternal ini disingkirkan, diperkirakan
pembangunan akan terjadi melalui proses alamiah yang memang ada di dalam
masyarakat negara pinggiran
-
7/22/2019 teori mordenisasi
4/5
Istilah modernisasi muncul diawali oleh perspektif kalangan penentang marxisme, hal inididasari oleh tradisi sosiologis yang dibangun dan melibatkan reinterpretasi, kesadaran, dan
perhatian dari sosiologi klasik maupun displin ilmu lainnya. Perspektif semacam ini diterapkandalam memandang modernisasi di dunia ketiga. Awal mula teori modernisasi dapat dikaji pada
masa lalu ketika gagasan evolusi pertama kali digunakan dengan mengacu kepada ruang lingkup
kemasyarakatan. Evolusi atau perubahan sosial dianggap sebagai sebuah kelaziman dan sebuahhal yang penting pada masa itu. Namun dengan komposisi masyarakat yang beragam meski polaperubahan yang terjadi tidak berubah, akhirnya tiap masyarakat akan menempati posisi-posisi
yang berbeda pada skala evolusioner.
Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19 di Eropa dianggap sebagai sebuah media
perubahan sosial yang revolusioner. Selanjutnya, muncul sebuah kekhawatiran baru akan
dampak yang dihasilkan dari perubahan revolusioner ini. Durkheim melihatnya sebagai sebuahperubahan tata sosial masyarakat, dari solidaritas mekanik kemudian menjadi solidaritas organik.
Hal-hal tersebut menjadi tema dominan dalam kajian perubahan teori evolusionis menjadi teori
modernisasi. Teori tersebut diformulasikan pada masa perang dunia kedua ketika terjadi
perubahan politik dan sosio-ekonomi dengan begitu cepat.
Evolusionisme terkait dengan pengaruhnya terhadap teori modernisasi ditentang kuat oleh kaumdifusionis. Kaum difusionis melihat bahwa evolusionisme tidak cukup menjelaskan perubahan
sosial yang terjadi. Para difusionis fokus kepada transmisi kebudayaan yang berlangsung
sepanjang waktu, dan menguji transfer kebudyaan tersebut melalui interaksi sosial, hal-hal
tersebut tidak dapat dijelaskan oleh para penganut terori evolusionis. Namun pada akhirnyakedua teori tersebut acapkali sama-sama mengarah kepada spekulasi. Generalisasi didalamnya
membuat difusionis didiskreditkan. Ciri-ciri kebudayaan yang terisolasi, dipisahkan dari konteks
sosialnya, dilepas dari signifikansinya dalam rentetan kehidupan sosial yang berkelanjutanmenjadi komponen-komponen penjelasan yang sangat aneh dalam difusionis
Namun, dengan berbagai permasalahnyya difusionis tetap menajdi komponen penting dalamperkembangan ilmu sosial di Amerika utara, termasuk bagi para evolusionis. Para evolusionis
tidak menuntut bahwa setiap kelompok sosial harus melalui setiap tingkatan. Diluar
eksklusifitasnya, dalam kaitannya dengan teori fungsionalismes-struktural parson, makaevolusionisme dan difusionisme dianggap sebagai sebuah alternatif dalam teorinya. Selanjutnya
teori evolusionis dan difusionis tidak hanya bersaing satu sama lain, namun juga dengan
fungsionalisme struktural. Malinowski mengembangkan fungsionalisme struktural sebagai
sebuah pendekatan yang spesifik dan mampu menjelaskan konsep kebutuhan dasar individu kekebutuhan turunan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan
sepenuhnya. Pengembangan fungsionalisme struktural Malinowski memberikan pengaruh besar
bagi Tallcott Parsons. Parsons mwlihat bahwa klasifikasi Malinowski tersebut dapat
diberlakukan sebagai klasifikasi utama imperative fungsional beberapa sistem sosial ataubeberapa sistem tindakan, hal tersebut selanjutnya diwujudkan dalam fungsionalisme struktural
Parsonian.
Poin empat program pengembangan dalam pengukuhan Presiden Truman dilihat sebagai
pengaruh dari iklim politik perang dingin semata. Banyak pihak yang khawatir bahwa empat
program tersebut akan gagal, mereka melihat bahwa faktor-faktor internal bersifat lebih krusial
-
7/22/2019 teori mordenisasi
5/5
dalam menentukan apakah perkembangan akan terjadi. Perluasan pada faktor internal, ekonomi,
sosial atau budaya, merupakan karakteristik kebanyakan teori modernisasi. Marion Levy (1952)
melihat bahwa masyarakat berkembang menunjukkan rasionalitas, universalisme, dankekhususan fungsional, yang mana semuanya diperlukan untuk kegunaan teknologi modern
secara efisien. Selanjutnya Hoselitz melihat bahwa peran ekonomi di negara-negara terbelakang
menjadi partikularistik, tersebar secara fungsional, askriptif dan berorientasi pada diri sendiri(Hoselitz, 1960 h. 29-42). Hoselitz menilai bahwa aspek ekonomi, sosial dan budaya salingberhubungan, dan antarhubungan dan pola kausal tersebut berbeda-beda untuk masyarakat
berdasar pada periode di mana perkembangan terjadi. Namun Hoselitz juga dikritik terkait
kenaifannya mengaplikasikan varabel pola, peran minor yang ia berikan pada kolonialisme dankekuatan militer, dan tekanannya pada kaum elit.
Terkait dengan negara dunia ketiga, Whilst Riggs melihat bahwa struktur politik danadministratif mungkin juga diaplikasikan pada bidang kehidupan sosial lainnya. Meskipun
mendapat pengaruh dari Parsons, namun Riggs tidak sejauh Levy dan Hoselitz dalam mengkaji
konflik maupun kotradiksi dalam penerpan pola administrasi umum dan pemerintahan Barat
pada masyarakat tradisional. Hal ini memebuat perspektifnya dianggap relevan dalam mengkritikteori modernisasi sekalipun ia sendiri juga dianggap sebagai tokoh teori modernisasi.
Dalam kajiaanya mengenai proses modernisasi di Timur Tengah, Daniel Lerner
menggambarkannya sebagai dunia di mana modernisasi merupakan sebuah proses global, hal
yang sama yang terjadi di seluruh dunia dan modernitas hadir melalui perubahan tidak hanya
dalam institusi tetapi juga orang-perorangan. Lerner mengklasifikasikan responden individudalam kuesionernya sebagai tradisional, transisional atau modern. Ia melihat kesulitan dalam
proses modernisasi terdapat pada masa transisional, diperlukan penyesuaian antara nilai-nilai
tradisinola dan modern dalam masa ini. Interview yang dilakukan oleh Inkeles dan Smith dienam negara terbelakang selama sepuluyh tahun menemukan faktafakta dari sindrom
Modernitas secara keseluruhan yang sangat terkait dengan paham rasionaliotas barat. Inkels
dan Smith sendiri sangat dipengaruhi oleh weberian. Weber melihat hal yang paling penting,
tetapi bukan satu-satunya penjelasan tentang kapitalisme, adalah perbedaan dalam sikap antaratradisionalis dan kapitalis baru.
Terkait dengan modernisasi, Smelser menekankan bahwa proses tersebut tidak akan terjadi
secara simultan, dan perubahan akan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam
kaitannya dengan dunia ketiga dapat dilihat bahwa perbedaan bangsa selalu bersifat penting, dan
peristiwa peristiwa dramatis, misalnya perang dan bencana alam, dapat mempengaruhi polaperkembangan. Rostow menampilkan teori,yang ia klaim dinamis, tidak hanya berhubungan
dengan faktor ekonomi tetapi juga dengan keputusan sosial dan kebijakan pemerintah. Seperti
teori modernisasi lainnya, ia menggabungkan pemikiran difusi dalam tulisannya tentang
perkembangan. Seperti Marion Levy, ia menyatakan proses modernisasi tak dapat dihindarkan,ia melihat bahwa dalam teori, masyarakat dapat memilih untuk menghentikan perkembangan
tetapi pada pelaksanannya semangat perubahan dapat dipertahankan oleh peningkatan populasi
dan daya tarik standar hidup modern.
About these ads
Share this:
http://en.wordpress.com/about-these-ads/http://en.wordpress.com/about-these-ads/http://en.wordpress.com/about-these-ads/