Teori Komunikasi Kelompok Teori-teori Tentang Interaksi Simbolis, Dramatisme, Dan Narasi Kelompok 2...
-
Upload
alexander-august -
Category
Documents
-
view
178 -
download
12
Transcript of Teori Komunikasi Kelompok Teori-teori Tentang Interaksi Simbolis, Dramatisme, Dan Narasi Kelompok 2...
Tugas Terstruktur Kelompok 2 (Ganjil)
Mata Kuliah Teori Komunikasi
Anggota: Adisti Sarah Utami (F1C012081)
Pingky Marsella Effendie (F1C012045)
Ragil Yusasi Septiana (F1C012028)
Yuliastrin Inayah (F1C012037)
Rizka Diah Ayuningtyas (F1C012085)
Della Ayutyas Anizar (F1C012013)
Feby Triasih Setyadi (F1C012047)
Anisa Andamdewi (F1C012073)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN ILMU KOMUNIKASI
PURWOKERTO2013
TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI SIMBOLIS, DRAMATISME, DAN NARASI
Bagi para intelektual dalam tradisi interaksional, komunikasi dalam arti secara pasti
merupakan fenomena sosial. Menurut mereka, arti tercipta dan terpelihara karena adanya
interaksi dalam kelompok sosial. Interaksi membentuk, menjaga dan mengubah kaidah-
kaidah tertentu berbagai peranan, norma, aturan, maupun arti-dalam sebuah kelompok sosial
atau kebudayaan dan kaidah-kaidah tersebut pada gilirannya akan melahirkan kebudayaan itu
sendiri.
INTERAKSIONISME SIMBOLIS
Interaksionisme simbolis mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi
dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer memisahkan tujuh hal mendasar yg
bersifat teoritis dan metodologis dari interaksionisme simbolis, antara lain:
1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman.
2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang.
3. Seluruh struktur dan intuisi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-
orang.
4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa
lampau saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri dari suatu percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah
terjadi antara seseorang dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses
interaksi.
Interaksionisme sering dikelompokan ke dalam dua aliran (school) yaitu Chicago
school yang dimotori oleh Herbert Blumer dan Iowa school yg dipimpin oleh Manford Kuhn
dan Carl Couch. Chicago school bertujuan untuk berempati dengan subyek yang diteliti,
memasuki ruang lingkup pengalamannya, dan berusaha mengerti nilai orang tersebut dengan
menghindari pendekatan-pendekatan kuantitatif dan ilmiah dalam mempelajari tingkah laku
manusia. Mereka lebih memfokuskan diri pada sejarah kehidupan, autobiografi, studi kasus,
catatan-catatan pribadi, surat-surat dan berbagai wawancara yang bersifat umum. Tradisi
Chicago menganggap orang-orang itu kreatif, inofatif dan bebas untuk mendefinisikan segala
situasi dengan berbagai cara yang tidak terduga.
Sedangkan Iowa school menggunakan pendekatan yg lebih ilmiah dalam mempelajari
interaksi. Kuhn mengakui adanya proses dalam alam tingkah laku, ia menyatakan bahwa
pendekatan struktural obyektif lebih efektif daripada metode “lemah” yang digunakan oleh
Blumer.
The Chicago School (Aliran Chicago)
Inti dari Chicago school merupakan hasil karya dari George Herbert Mead. Tiga
konsep kardinal dalam teori Mead adalah masyarakat, pribadi dan pikiran yang merupakan
aspek-aspek yang berbeda dari proses umum yang sama, yaitu Social Act (Tindakan Sosial).
Tindakan sosial adalah konsep dasar yang merupakan tulang punggung dari hampir seluruh
proses psikologis dan sosial lainnya. Tindakan dimulai dengan adanya dorongan hati, mereka
melibatkan persepsi dan pemberian arti, pelatihan mental, pertimbangan alternatif lainnya dan
perwujudan.
Sebuah tindakan sosial melibatkan suatu hubungan tiga bagian: gerakan awal dari
sesosok individu, reaksi terhadap gerakan tersebut oleh pihak lain, dan hasil tindakan tersebut
—artinya, yang dirasakan atau yang dibayangkan oleh kedua pihak.
Blumer mencatat bahwa di dalam sebuah masyarakat maju, porsi terbesar dari aksi
kelompok mengandung pola-pola stabil yang terjadi berulang kali yang umum dan baku bagi
para pesertanya. Karena adanya pengulangan pola-pola tersebut dengan kestabilan masing-
masing artinya, para intelektual telah cenderung untuk memperlakukan mereka sebagai
struktur, dan merupkan asal mereka dalam interaksi.
Bahkan di dalam pola-pola kelompok yang kerap terjadi berulang kali sekalipun tidak
ditemukan adanya hal yang bersifat permanen. Setiap kasus harus dimulai dari awal dengan
aksi yang bersifat individu.
Masyarakat atau kehidupan kelompok adalah gabungan tingkah laku kooperatif
sebagai bagian dari anggota masyarakat. Kerjasama antar umat manusia membutuhkan
adanya saling pengetian terhadap maksud dan tujuan masing-masing pihak. Kerjasama
merupakan hal pokok dari komunikasi interpersonal. Gagasan saling menanggapi yang
ditunjang oleh penggunaan bahasa menjadikan interaksionisme sembolis sebuah pendekatan
vital bagi teori komunikasi.
Manusia menggunakan simbol-simbol dalam komunikasi mereka. Simbol tersebut
diinterpretasikan oleh penerimanya, yang kemudian membuat arti yang dihubungkan dengan
kehidupan sosial. Hal yang khusus dari pandangan interaksionisme terhadap arti adalah
penekanannya pada interpretasi yang dilakukan secara sadar. Sebuah obyek memiliki arti
penting bagi seseorang pada saat orang tersebut berpikir tentang atau menginterpretasikan
obyek tersebut.
Jelasnya, simbol-simbol harus memiliki arti yang dapat dibagi antara masyarakat agar
keberadaannya dapat di akui. Mead menyebutkan suatu gerakan tubuh dengan arti yang dapat
dibagi sebagai sebuah significant symbol (simbol yang signifikan. Karena adanya
kemampuan untuk melafalkan simbol-simbol, kita secara harfiah dapat mendengarkan diri
kita sendiri dan kemudian menanggapinya seperti halnya orang-orang lain menanggapi kita.
Menurut mead , komunikasi adalah ekspresi dari perasaan dimana manusia
mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri dan kemampuan tersebut
memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi
tindakan manusia dalam interaksi sosial .Munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah
tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang.
Hubungan saling mempengaruhi antara responsi terhadap orang lain dan responsi
terhadap diri sendiri adalah sebuah konsep penting dalam teori mead. Teori ini menyatakan
bahwa suatu individu dapat bertindak terhadap dirinya sendiri seperti halnya Ia bertindak
pada orang lain. Cara utama seseorang dapat melihat dirinya sendiri adalah sebagaimana
orang lain melihatnya (role taking .
Kemudian Generalized other adalah suatu peran yang merupakan hasil penyatuan
yang daripadanya seseorang dapat melihat dirinya sendiri. Yang di lihat oleh orang lain pada
kita tidak lain merupakan persepsi individual kita sendiri.
Pribadi memiliki dua segi yang masing masing tampil sebagai fungsi yang esensial
dalam kehidupan seseorang. I adalah bagian yang bersifat implusif sedangkan me adalah
bagian yang merupakan generalized other.
Ide yang terakhir yang merupakan bagian terakhir dari teori mead adalah pikiran.
Pikiran dapat didefinisikan sebagai proses interaksi dengan diri sendiri .”berpikir” melibatkan
unsur keraguan pada saat seseorang melakukan Interpretasi terhadap situasi. Pemikiran sering
timbul saat seseorang sedang mengalami masalah dimana . Karena seseorang memiliki
simbol simbol signifikan yang memungkinkannya menyebut konsep konsepnya , orang
tersebut dapat menguh stimuli semata menjadi obyek nyata. Bagi Bluner , obyek terdiri dari
tiga tipe 1.. Fisikal(benda benda) 2.sosial (orang orang ) 3. Abstrak (ide ide). Suatu obyek
dapat memiliki arti yang berbeda bagi masing masing Individu.
THE LOWA SCHOOL (ALIRAN LOWA)
Yang pertama adalah memperjelas konsep pribadi menjadi bentuk kongkrit. Yang
kedua adalah memungkinkan tercapainya hal pertama adalah penggunaan riset kuantitatif.
Menurut khun dasar dari segala tindakan adalah Interaksi simbolis. Bagi khun
pemberian nama pada suatu obyek merupakan hal yang penting karena pemberian nama
adalah suatu cara menyampaikan arti obyek tersebut. Khun juga menekankan pentingnya
penggunaan bahasa di dalam berpikir dan berkomunikasi.
Seperti halnya mead , khun juga membahas pentingnya berbagai obyek dalam dunia
pengambil tindakan. Obyek tersebut dapat berupa apa saja.
Konsep kedua yang penting bagi khun adalah plan of action sebuah pola perilaku total
terhadap obyek tertentu.Attitudes atau pernyataan verbal yang menunjukan nilai nilai yang
akan menbjadi tujuan sutu tindakan mengarahkan rencana tersebut.
Konsep ketiga yang penting bagi khun adalah orientational other( orang lain yang
berinteraksi) yaitu orang orang yang berpengaruh dalam kehidupan sesosok Individu . Orang
orang tersebut memiliki empat kualitas , yang pertama adalah orang-orang tempat individu
tersebut mengikatkan diri secara emosional dan psikologis. Kedua, mereka adalah orang-
orang yang melengkapi individu dengan perbendaharaan kata umum, konsep sentral dan
berbagai kategori. Ketiga , mereka memberikan individu tersebut pemisahan dasar antara
pribadi dan orang lain termasuk perbedaan peran seseorang . Keempat , komunikasi
komunikasi diantara para orientatitonal other secara terus menerus mempertahankan konsep
diri individu tersebut.
Konsep Terpenting khun adalah Pribadi .Metode khun ini memadai untuk menyelediki
tingkah laku berdasarkan proses yang merupakan elemen penting dalam Interaksi.
DRAMATISME DAN NARASI
Dramatisme dan narasi adalah dua aliran yanng sesuai dengan pandangan kaum
interaksionisme yang berhubungan erat satu sama lain. Dramatisme mengacu pada hal-hal
yang berhubungan dengan metaforateatrikal sedangkan narasi terkenal dengan penggunaan
urutan cerita.
Sebuah pendekatan komunikasi yang makin popular saat ini adalah padigmanarasi.
Teorinarasi memfokuskan pada cara seseorang untuk menyusun suatu realita dengan
bercerita. Dalam bab ini kita akan melihat 2 teori tentang narasi. Pertama, teori konvergensi
(Ernest Bormann), dan kedua, teorinarasi Walter Fisher, yang menitikberatkan pada fungsi
cerita dalam berbagai bentuk komunikasi.
Dramatisme Versi Burke
Menurut Burke, ia melihat suatu tindakan sebagai sebuah konsep dasar dari
dramatisme. Aksiter diri dari tingkah laku yang disengaja dan mempunyai maksud gerakan
adalah perilaku yang mengandung makna dan tidak bertujuan.
Bahasa, menurut pandangan Burke, sesuai diisi secara emosional. Tidak ada kata yang
benar-benar netral. Sebagai akibatnya, sikap penilaian, dan perasaan anda selalu tercermin
dalam bahasa yang anda gunakan.
Seluruh pertimbangan yang menarik dari karya burke adalah konsepnya tentang
perasaan bersalah (guilt). Kata perasaan bersalah adalah sebutan penuh arti bagi burke untuk
seluruh perasaan tegang dalam diri seseorang.
Tiga sumber yang berhubungan dengan Guilt :
1. Negatif
2. Prinsip kesempurnaan
3. Prinsip hirearki
Burke menggunakan beberapa kata yang bersinonim yaitu :
1. Konsubstansialitas
2. Identifikasi
Identifikasi tersebut dibagi menjadi 3 macam yang saling bertumpang tindih dalam
masyarakat diantaranya adalah :
1. Identifikasi materi
2. Identifikasi idealis
3. Identifikasi formal
Burke menyebutkan suatu metode yang sederhana dalam menganalisa berbagai peristiwa
yang disebut dramatistic pentad. Yang terdiri dari lima unsur :
1. Tindakan
2. Tempat kejadian
3. Agen
4. Agensi
5. Maksud
PENDEKATAN SOSIAL GOFFMAN
Goffman menganalisa tingkah laku manusia dengan sebuah metafora yang teatrikal
Narasi, menurut Fisher merupakan segala kejadian verbal maupun nonverbal yang
memiliki sederet peristiwa yang diberi arti oleh pendengarnya. Paradigma narasi
menggambarkan apa yang orang lakukan ketika mereka berkomunikasi, ia tidak mendikte apa
yang mereka harus lakukan seperti apa yang terjadi pada argumen-argumen tradisional pada
acara-acara debat.
Ini tidak berarti bahwa seluruh cerita itu efektif. Dua kriteria yang digunakan dalam
menilai kualitas suatu cerita, adalah keutuhan dan ketepatan. Keutuhan menunjukkan tingkat
masuk akalnya suatu cerita, suatu derajat dimana ia memiliki arti. Keutuhan diukur dari
struktur dan pengorganisasian cerita itu.
Anda dapat mengetahui perbedaan antara cerita yang baik dan yang membingungkan.
Anda dapat mengatakan bahwa cerita tersebut masuk akal, dibuat dengan rapi dari cara anda
memberi perhatian dan menghargai seni penyampaiannya. Tetapi, keutuhan saja tidak cukup.
Sebuah cerita yang dibawakan dengan baik masih bisa gagal dalam membuat orang
terpancing. Ia harus pula memiliki ketepatan.
Ketepatan adalah kebenaran atau kejujuran dari sebuah cerita. Sebuah cerita
mengandung ketepatan bila ia dianggap benar oleh para pendengar. Sebuah cerita dengan
ketepatan menampilkan sebuah “logika dari alasan-alasan yang tepat” atau sekumpulan nilai
yang dianggap sebagai alasan-alasan yang tepat oleh para pendengar.
Fisher menggunakan buku Jonathan Shell yang berjudul The Fate of the Earth sebagai
contoh. Buku tentang pembuatan senjata nuklir tersebut dibaca secara luas pada awal periode
1980-an, yang dinilai oleh Fisher sangat disegani karena buku tersebut memenuhi standar-
standar keutuhan dan ketepatan. Dengan kata lain, ia merupakan suatu cerita yang dibawakan
dengan baik yang terdengar benar bagi kebanyakan orang. Buku tesebut mencakup
sekumpulan nilai yang terlihat sangat relevan dengan sejarah dunia.
Karena sifatnya yang universal, narasi semakin meluas dan menguat. Tidak seperti
argumentasi tradisional, narasi merupakan sebuah bentuk yang merata bagi semua orang.
Publik secara umum akan cenderung untuk mengevaluasi argumentasi-argumentasi dari
berbagai jenis dalam bentuk cerita, menjadi lebih efektif dalam menarik pengikut-
pengikutnya, dibandingkan dengan kriteria logis tradisional. Hal ini terjadi karena dalam hal
pemunculannya terhadap seluruh aspek, termasuk alasan, emosi, sensai, emosi, imajinasi, dan
nilai, narasi menangkap lebih dekat pengalaman banyak orang. Disamping itu, kemampuan
naratif adalah pengetahuan budaya yang tidak harus dipelajari dikelas-kelas logika dan
sekolah-sekolah hukum. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa narasi menciptakan sebuah
identifikasi diantara orang-orang dan tampil ke khalayak umum secara tidak langsung dan
tidak disadari.
Karena alasan-alasan tersebut, narasi memiliki posisi yang kuat dalam argumentasi
moral publik. Sebuah argumentasi publik berkenaan dengan pertanyaanpertanyaan dasar
tentang baik dan buruk, kehidupan dan kematian, ide-ide tentang sosok individu, dan
bagaiman menjalani kehidupan. Ia ditujukkan bagi seluruh lapisan masyarakat. Fisher
berpendapat bahwa dalam argumentasi moral publik, aturan-aturan dari narasi yang baik akan
mengalahkan aturan-aturan argumentasi tradisional. Pada saat argumentasi seorang ahli diadu
dengan narasi umum, kepandaian berbicara para ahli tersebut akan kalah karena tidak
mengandung keutuhan dan ketepatan yang diharapkan oleh publik.
KOMENTAR DAN PEMBAHASAN
Realita dari sebuah kebudayaan didefinisikan berdasarkan pengertian-pengertiannya,
yang muncul dari interaksi dari kelomok kelompok sosial. Pengertian-pengertian yang
diberikan individu untuk berbagi kata dan simbol, objek, cerita, dan peran. Ditentukan oleh
pengguna simbol tersebut untuk mendefinisikan objek-objek dan orang-orang dalam berbagai
situasi komunikasi aktual. Aksi, dengan demikian dapat dikatakan sebagai sebuah produk
pengertian yang muncul dari interaksi.
Ketika orang-orang berinteraksi dengan masyarakat, mereka tampil dengan berbagai
cara yang membuat kehidupan sosial lebih terlihat seperti sebuah drama. Mereka berinteraksi
dalam berbagai adegan, membuat beragam presentasi, mewaki8li berbagai karakter, dan
membawakan beragam cerita. Aktivitasaktivitas komunikasi tersebut menci[patakan,
mempertahankan, dan mengubah alam realita dalam suatu kelompok atau budaya.
Walaupun berbagai keberatan telah ditunjukkan kepada interaksionisme simbolis,
secara umum mereka terbagi menjadi kritik utama. Pertama, interaksionisme simbolis
dikatakan tidak bersifat empiris. Kedua, variabel-variabel yang digunakannya dianggap
terlalu membatasi. Ketiga, ia menggunakan konsep-konsep yang tidak nyata dan tidak
konsisten.
Kritik penting pertama terhadap interaksionisme simbolis mendatangkan implikasi-
implikasi. Kritik ini mempertanyakan ketepatan dari interaksionisme simbolis pada sebuah
pemahaman yang kebih lengkap tentang perliaku sehari-hari. Dengan sendirinya, para
kritikus meyakini bahwa hal ini lebih bersifat filsafat sosial ketimbang teori.
Kritikan penting yang kedua adalah bahwa inetraksionisme mungkin telah
mengabaikan atau meremehkan variaebl-variabel penjelas yang penting. Para kritikus
mengatakan ia meninggalkan emosi-emosi individu pada satu sisi dan organisasi
kemasyarakatan pada sisi lainnya. Untuk mencakup sebanyak mungkin kehidpan sosial
seperti yang diyakini, interaksionisme harus mempertimbangkan struktur-struktur sosial
sebagaimana halnya perasaan-perasaan individu. Pernyataan kegagalan interaksionisme
simbolis untuk berhubungan dengan organisasi sosial merupakan sebuah hirauan penting.
Kritikan umum yang ketiga tentang interaksionisme simbolis adalah bahwa konsep-
konsepnya tidak digunakkan secara konsisten. Sebagai akibatnya, konsep-konsep seperti I,
Me, Self, Role, dan lain lain menjadi kabur. Interaksionisme simbolis lebih merupakan
kerangka umum dan sebagaimana telah kita lihat, ia mempunyai berbagai versi. Oleh sebab
itu, meskipun ini merupakan sebuah kritikan yang valid untuk interaksionisme awal, ia bukan
merupakan gambaran yang sesuai untuk gerakan tersebut sekarang ini.
Pertanyaan yang mengusik interaksionisme dewasa ini adalah bagaimana orang bisa
bertindak sesuai dengan sasaran-sasaran pribadi dengan ketat dipengaruhi oleh pengertian-
pengertian yang sudah dibentuk oleh sejarah interaksi. Tanggapan kritis terhadap
daramatisme dan narasi telah diperbanyak dan dijiwai. Pada dasarnya, ia masih tetap
merupakan sebuah “kelompok kepentingan” atau koalisi berbgaia teori yang sama-sama
memiliki metafora ketimbang suatu kumpulan istilah teoritis atau prinsipprinsip tertentu.
Paradigma narasi sudah sangat bermanfaat. Fungsi dari cerita-cerita tersebut dalam
berkomunikasi dan persuasi karenanya merupakan suatu bidang studi yang penting.
Paradigma naratif telah dikritik dengan cara yang tidak jauh berbeda. Robert Rowland,
misalnya telah menyatakan bahwa walaupun narasi adalah sebuah dimensi komunikasi yang
kuat, ia tidak dapat digunakan untuk mencirikan seluruh komunikasi. Fisher menjawab
bahwa idenya tentang narasi tersebut benarbenra mendasari seluruh komunikasi dan terutama
penting dalam persuasi. Bagi Fisher, narasi lebih merupakan sebuah dimensi daripada sebuah
tipe komunikasi.
Definisi seseorang terhadap situasi dapat di bagi menjadi potongan-potongan dan
kerangka-kerangka. Sebuah potongan merupakan suatu urutan aktifitas sedangkan sebuah
kerangka adalah sebuah pola pengaturan yang di gunakan untuk mendifinisikan potongan-
potongan tersebut.
Analisis menganai kerangka berisi pengujian cara-cara pengaturan pengalam bagi individu.
Kerangka tersebut di bagi menjadi dua contoh; Sebuah kerangka dasar alami adalah peristiwa
alam tidak terduga yang harus diatasi oleh individu tersebut sedangkan kerangka dasar sosial
dilihat sebagai hal yang terkontrol, diarahkan oleh semacam intelegensi. Kedua kerangka
tersebutsaling berhubungan satu sama lain karena peritiwa sosial yang terjadi pasti
berhubungan dengan kerangka dasar yang alami . kerangka dasar dapat di katakan sebagai
model yang kita gunakan untuk memahamipengalaman kita . seuah kerangka dasar primer
sebuah unti kerangka dasar seperti makan, berbicara dn berpakaian . namun kerangka dasar
primer bisa berubah menjadi kerangka dasar skunder contohnya adalah pertnjukan teater
yang berawal dari kerangka dasar primer yang berubah menjadi kerangka dasar skunder .
Dengan pendekatan teoritis umum sebagai dasar, kita melihat pada pemikiran
“goffman” tentang komunikasi. Aktivas komunikasi dipandang dalam konteks analisis
kerangka. Sebuah perjumapaan muka tejadi ketika seseorang terlibat dalam interaksi yang
terfokus. Orang-orang dalam perjumpaan muka memiliki fokus perhatian tunggal dan sebuah
aktivitas timal balik. Orang-orang dalam perjumpaan muka bergantian menghadirkan drama.
Pengungkapan cerita hanyalah sebatas membuat pendengar merasa terkesan dengan
menggunakan pnggambaran yang dramatis. Seperti yang terbukti pada lingkungan
masyarakat apa yang di lakukan seoorang pembicara bukan bertujuan menydiakan informasi
melainkan menghadirkan drama kepada si penonton . untuk meralisasikan vadilitas goffman
tentang penampilan diri sebagai suatu dramatisasi, anda harus memikirkan berbagai situasi
dimana anda memproyeksikan citra-citra tertentu di mata publik . contohnya kerpribadin
yang anda tampilkan didepan seorang dosen tentu akan berbeda dengan keprobadian yang
anda tampilkan di sebuah pesta . dalam upaya mendefinisikan sebuah situasi sesorng akan
melewati dua tahapan proses, pertama mendapatkan proses kedua memberikan informasi
tentang dirinya sendiri. Penampilan diri pada pokoknya adalah suatu manajemen kesan.
Sebuah situasi menarik yang membutuhkan penampilan diri yang khusus adalah suatu
keadaan dimana seseoang di perslahkan atas suatu hal. Pembenaraan dalam hal membela diri
adalah termaksud permohonan kepada otoritas yang lebuh tinggi. Karena seluruh partisipan
memiliki citra tertentu, sekali citra tersebut ditetapkan maka akan ada tekanan moral untuk
mempertahankan .
Teori pemusatan bormann
Teori pemusatan bormnn seringkali di sebut analisis tema-fantasi didasarkan pada
peneltian robert bales terhadap komunikasi diantara kelompok kecil. Pada situasi yang tegang
sebuah kelompok kecil akan sering mennjadi dramatis dan berbagai cerita atau tema-tema
fantasi. Ernest bormann menarapkan ide-ide tersebut ke dalam tindakan masyarakat yang
lebih besar. Tema-tema fantasi merupakan bagian dari drama yang lebih besar yang
merupakan cerita-cerita yang lebih panjang dan lebih rumit yang di seu dengan visi-visi
retoris. Sebuah visi tetoris pada intinya merupakan tinjauan tentang bagaimana suatu keadaan
telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi.tema-tema fantasi dan bahkan visi retoris terdiri
dari orang-oang dramatis, alur cerita, adegan, dan adegan-adegan yang mendukung karakter-
karakter tersebut bisa berupa para pahlawan, para penjahat dan pendukung lain. Alur cerita
adalah aksi ataupengmbangan dari cerita itu sendiri . adegannya adalah kumpulanyang terdiri
dar lokasi, propertidan lingkungan pergaulan sosio-kultural. Sedangkan agen pendukung
merupakan sumber-sumber yang mensyahkan cerita tersebut. Visi-visi terotis tidak pernah di
sampaikan dalam bentuk lengkap, melainkan diutarakan dalam bentuk bagian-bagian kecil
dengan cara membagi tema fantasi yang diasosiakan. Pada kenyataannya tema fantasi sering
di ucapkan dalam sebuah kelompok tertentu, sehingga para anggotanya tidak perlu lagi
menceritakan kesleuruhan episode . inilah salah satu penyebab humor di kalangan sendiri .
tema-tema fantasi yang berkembang pada titik familiaritas tersebut adalah yang di kenal
sebagai tipe-tipe fantasi( situasi yang di ucapakan berulang-ulang dalam sebuah kelompok).
Tema-tema fantasi merupakan ramuan penting dalam persuasi. Para pembicara umum
dalam pidato, artikel, buku, film dan media lainnya sering mengetuk tema-tema fantasi pra-
dominan dari para pembaca atau pendengar. Seoerti film banyak seali di tonton oleh pemirsa
televisi dan kelihatannya cukup efektif dalam menggunakan visi retoris yang di bagikan
kepada pemirsa tersebut. Foss dan littlejohn percaya bahwa struktur mendalam dari visi
tersebut adalah hal yang bersifat ironis, yang terutama terdiri dari hal yang bersifat
ketidakkonsistenan, baik secara pemerhati yang objektif maupun partisipan.
Teori narasi fisher
Fisher menyakini bahwa rasionalitas manusia dalam berbagai bentuknya secara
essensial berdasarkan pada narasi. Sebagai akibatnya komunikai dalam segala bentuj dapat di
pahami sebagai narasi. Secara tradisonal narasi telah di oandnag sebagai hal yang berbeda
dari argumentasi . argumentasi di anggap sebagai sessutau hal yang rasionalsedangkan cerita
di anggap sebagai sesuatu yang tdak rasional. Isher menyakini bahwa narasi juga melibatkan
rasionalitas, narasi dapat mengikutsertakan rasionalitas tradisional. Tetapi melibatkan
rasionalitas lain yang kurang di kenaladalah sebagai sesuau yang berlebihan . dalam narasi
tidak ada bentuk tulisan yang lebih istimewa satu sama lain, sebab masing-masing memiliki
argumentatif. Persuasif terjadi ketika seseorang melihat sebuah alasan bagusuntuk
menggunakan sebuah pandnagan yang di benarkan. Alsana-alasan bagus tersebut dapat di
tunujukan dala bentuk pemberian alasan secara tradisonal atau dengan cara lain. Dalam
aradigma narasi, nilai-nilai positif nerupakan alasan yang bagus untuk menerima suatu klaim
tanpa memandang bentuk ekspresi yang di gunakan.