Teori Kepribadian Freud Word Kel.1
-
Upload
hospitalisasi -
Category
Documents
-
view
35 -
download
2
Transcript of Teori Kepribadian Freud Word Kel.1
LaporanTugasKelompok
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Oleh :
SelviaNazarWati Novi Mulyana
Maulidiana Sahibul Izar
Rosmawarni Rauzana Safitri
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pujisyukurkepada Allah SWT karenahidayah-Nyadankekuatan-Nyasertakeridhaan-
Nyatelahmelindungidanmemberikankesempatankepad
akamisehinggadapatmenyelesaikanmakalah tentang Teori psikoanalisis Sigmud Freud.
Tentunyasaatmengevaluasikumpulan data yang kamilakukansecarakontinyu,
terdapatsukamaupunduka.Olehkarenaitu, kami berharapsemogamakalah
kinidapatbermanfaatsebagaiinformasidanpengetahuan
yangakhirnyadapatditerapkandalamkehidupan.Padakesempatanini pula, kami
sampaikanterimakasihkepadasemuapihak, terutamakepadateman-teman yangtelahmembantu,
mengarahkan, dan memberi saran sehingga makalah ini bisa selesai.
Namundemikian, kami menyadaribahwamakalahinibelumlahsempurna.Olehkarenaitu,
kami mengharapkankritikmaupun saran yang
sekiranyadapatdigunakansebagaimasukanuntukperbaikanselanjutnya.Akhir kata,
semogasegalaupaya yang telahdilakukandapatmemajukanpendidikan di negarakita.
Banda Aceh,30 Okt 2014
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
a. LatarBelakang..............................................................................
b. Tujuan..........................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Teori psikoanalisis Sigmud Freud..........................................
a. Biografi Sigmud Freud....................................................
b. Tingkat-tingkat Kehidupan Mental....................................
c. Pembagian Jiwa..............................................................
d. Dinamika Kepribadian.....................................................
e. Mekanisme Pertahanan Ego.............................................
f. Tahapan Perkembangan...................................................
BAB III : PENUTUP..........................................................................................15
a. Kesimpulan..................................................................................
b. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
BAB Is
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada
taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa
dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit
dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk
tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi,
bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah
berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah
menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas
dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang
dirinya sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi
tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang
manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan
bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita
tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan
ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah
kemanusiaan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmud Freud (1856-1939) pada akhir abad ke-
19 dan awal abad ke-20 di Vienna, tempat Freud menghabiskan sebagian besar hidupnya.
Sigmund Freud lahir pada 6 maret 1856 di Freiberg, Moravia, sekarang bagian dari Republik
Cekoslowakia. Freud adalah putra sulung dari pasangan Jacob dan Amalie Nathanson Freud,
meskipun ayahnya memiliki dua putra lain, Emanuel dan Philip dari pernikahan sebelumnya
(Feist,2008).
Pada 1885, dia menerima tawaran dari univercity of Vienna untuk belajar diluar negeri,
dan dia memutuskan untuk belajar di paris dibawah bimbingan neurolog Perancis, Jean-Martin
Charcot, mempelajari teori hipnotis untuk merawat histeria (Feist,2008).
Sigmud Freud mengembangkan ide dan penjelasan awal tentang perilaku manusia dari
pengalamannya meneliti beberapa klien, semua wanita yang memperlihatkan perilaku seperti
gangguan pemglihatan dan wicara, ketidakmampuan untuk makan, dan paralisis ekstermitas
(Videbeck,2008).
Gejala ini tidak memiliki dasar fisiologi atau penyebab dan dengan demikian dianggap
perilaku neurotik atau histeris. Setelah lama meneliti wanita tersebut, Freud menyimpulkan
bahwa banyak masalah timbul akibat trauma masa kanak-kanak atau gagal menyelesaikan
tugas perkembangan psikoseksuel. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan
yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari konflik. Teori psikoanalisis mendukung
gagasan bahwa semua perilaku manusia ada penyebabnya dan dapat dijelaskan (teori
deterministik). Freud yakin bahwa banyak perilaku manusia dimotivasi oleh impuls dan naluri
seksual yang direpresi (Videbeck,2008).
B. TINGKAT-TINGKAT KEHIDUPAN MENTAL
Kepribadian manusia diyakini berfungsi pada tiga tingkat kesadaran : conscious,
preconcious, dan unconcious (Gabbard, 2000). Conscious adalah persepsi, pikiran, dan emosi
yang ada pada kesadaran individu, seperti sadar akan perasaan bahagia atau berpikir tentang
seseorang yang dicintai. Pikiran dan emosi preconscious berada diluar kesadaran individu pada
saat itu, tetapi dapat diingat kembali dengan sedikit upaya, misalnya individu dewasa
mengingat apa yang dia lakukan, pikirkan, atau rasakan saat masih kanak-kanak. Unconscious
alam pikiran dan perasaan yang memotivasi walaupun ia tiak menyadarinya sama sekali. Hal
ini mencakup sebagian besar mekanisme pertahanan dan beberapa dorongan naluri atau
motivasi. Menurut teori Freud, memori tentang peristiwa trauma yang terlalau menyedihkan
untuk diingat individu, direpresi ke keadaan unconscious (Videbeck, 2008; 55).
Freud yakin bahwa banyak hal yang kita lakukan dan katakan dimotivasi oleh alam
bawah sadar (di bawah tingkat conscious), pikiran atau perasaan yang ada pada tingkat
kesadaran preconscious atau unconscious. “salah bicara Freudian” merupakan istilah yang
biasa digunakan untuk menggambarkan salah bicara, misalnya berkata, “kamu kelihatan
gemuk hari ini” kepada teman yang kelebihan berat badan, padahal anda ingin mengatakan
“kamu terlihat menggemaskan hari ini”. Freud yakin “salah bicara“ ini bukan kejadian yang
tidak disengaja atau kebetulan, tetapi merupakan indikasi perasaan atau pikiran alam bawah
sadar yang tanpa sengaja mucul dalam percakapan sehari-hari (Videbeck, 2008; 55).
C. PEMBAGIAN JIWA
1) Id
Id merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan naluri dasar atau
bawaan seperti perilaku mencari kesenangan, agresi, dan impuls seksual. Id mencari
kesenangan instan menyebabkan perilaku impulsif dan tidak terpikirkan serta tidak
mematuhi aturan atau konvensi sosial (Corey, 2005).
Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asliatau pertama,
yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yangtujuannya adalah untuk
membebaskan seseorang dari ketegangan ataumengurangi jumlah ketegangan
sehinga menjadi lebih sedikit danuntuk menekannya sehingga sedapat mungkin
menjadi tetap.
Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan
sedangkanpertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.Id tidak
diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidakmemiliki nilai etika ataupun
akhlak. Id hanya didorong oleh satupertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi
keinginan nalurinya,sesuai dengan prinsip kesenangan.
Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalammemenuhi
kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbulyaitu melalui reflek seperti
berkedip dan melalui proses primer sepertimembayangkan makanan pada saat lapar.
Sudah pasti denganmembayangkan saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi
melainkanhanya membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar
tidakterjadi konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapatmerealisasikan
imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalahego.
2) Ego
Ego merupakan kekuatan pengimbang atau penengah anatara Id dan
superego. Ego dianggap menunjukkan perilaku dewasa dan adaptif yang
memungkinkan individu berhasil menjalankan fungsinya di dunia. Ansietas diyakini
timbul akibat upaya ego menyeimbangkan naluri implusif Id dengan aturan ketat
superego (Corey, 2005).
Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontroldan
memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungandengan dunia luar untuk
kepentingan seluruh kepribadian yangkeperluannya luas. Jika ego melakukan faal
pelaksanaannya denganbijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan.
Kalau egomengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada
id,kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalandan
kesadarannya pun tidak teratur.
Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan salingmempengaruhi
lingkungan garis perkembangan idividu yangditetapkan oleh keturunan dan
dibimbing oleh proses-prosespertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap
orang memilikipotensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan
akalnya.Sehingga dapat dikatakan bahwaa kebanyakaan ego bekerja di
bidangkesadaran, terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungiindividu
dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan iddan superego.
3) Superego
Superego merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan konsep moral
dan etis, nilai, serta harapan sosial dan orang tua. Oleh karena itu, superego secara
langsung berlawanan dengan Id(Corey, 2005).
Superego dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yanglebih tinggi
maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasidengan adat tradisi
kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagaipenguasa dari dalam dirinya
kemudian mengambil tindakan seranganterhadap ego. Setiap kali ego mengandung
pikiran untuk memusuhiatau membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar.
Oleh karenaitu ego merupakan agen dari penghidupan superego dengan
jalanberusaha untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang samadengan
keinginan mati yang semula dalam id. Itulah sebabnya makasuperego dikatakan
menjadi agen dari naluri-naluri kematian.
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
D. DINAMIKA KEPRIBADIAN
1) Dorongan-dorongan (Drives)
Freud menggunakan kata berbahasa Jerman “Trieb” untuk menyebut
dorongan atau stimulus dalam diri seseorang. Dorongan-dorongan inni beroperasi
sebagai daya motivasi yang konstan. Menurut Freud(1933/1964), beragam dorongan
dapat dikelompokkan menjadi dua kubu utama; seks atau eros, dan agresi, distraksi
atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id namun mereka tunduk pada
pengontrolan ego. Setiap dorongan dasar dicirikan oleh sebuah impetus, sebuah
sumber, sebuah tujuan dan sebuah objek. Impetus sebuah dorongan adalah jumlah
kekuatan yang digunakan;
a. Sumber sebuah dorongan adalah wilayah tubuh dalam kondisi senang atau tegang
b. Tujuan sebuah dorongan adalah pencarian kesenangan dengan menghilangkan
ketidaknyamanan atau mengurangi tegangan
c. Objek sebuah dorongan adalah pribadi atau sesuatu yang berfungsi sebagai cara,
yang melaluinya tujuan daoat dicapai.
2) Seks
Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak
terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Freud percaya bahwa seluruh badan
manusia tertanami oleh libido. Selain genital, mulut dan anus juga sanggup
menghasilkan kesenangan seksual, dan ketiganya oleh freud disebut Zona Erogen.
Dua dorongan yang saling- berjalinan adalah sadisme dan masokhisme.
Sadisme adalah kebutuhan atau kesenangan seksual yang melibatkan rasa sakit atau
sikap merendahkan pasangan bercintanya. Mesokhidisme adalah juga merupakan
kebutuhan umum, namun dia menjadi tindak pelecehan atau kekerasan ketika eros
menjadi nyaman dengan dorongan-dorongan destruktif tersebut. Para masokhis
mengalami kesenangan seksual dari menderita rasa sakit dan tidak merendahkan
yang dilakukan entah oleh diri sendiri atau orang lain.
3) Agresi
Sebagian merupak hasil dari pengalaman-pengalaman tidak bahagia selama
perang dunia I, dan sebagian merupakan konsekuensi dari kematian sophie putri
tercintanya, freud (1920/1955a) menulis beyond the pleasure principle, sebuah buku
yang mengangkata agresi setingkat dengan dorongan seksual. Sma seprti dorongan
seksual agresi juga fleksibel dan dapat mengambil beberapa bentuk tindakan seperi
menggoda, menggosip, sarkasme, tidak merendahkan umur dan menikmati penderitaan
orang lain. Dorongan agresif juga mnjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang
yang sudah di bangun manusia untuk mengendalikan agresi.
Disepanjang masa hidup kita infus hidup dan mati secara konstan berperang satu
sama lain untuk bisa meraih dominasi. Namun di waktu yang bersamaan, keduanya
harus tunduk kepada prinsip realitas ego yang merepresentasikan klaim-klaim dunia
luar. Tuntutan-tuntutan dunia riil ini mencegah kita dari pemenuhan seks maupun agresi
secara langsung, lugas dan tanpa penyaringan. Karenanya, tuntutan-tuntutan dunia riil
sering kali menciptakan kecemasan sehingga kita berusaha menggelamkan hasrat-hasrat
seksual dan agresif ini ke alam bawah sadar.
4) Kecemasan (anxiety)
Freud (1933/1964) menekankan bahwa ini adalh kondisi yang tidak
menyenagkan bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya. Hanya ego yang dapat
mendeteksi atau merasakan setiap jenis kecemasan sedangkan id, super ego dan dunia
eksternal masin-masing terlibat hanya di salah satu dari tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan neurotis
Kekawatiran mengenai bahaya yang tidak di ketahui, perasaan seperti ini berda
dalam ego namun berakar dari implus-implus id.
b. Kecemasan moralistis berasal dari konflik antara ego dan superego kecemasan
moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika anak percaya bahwa
menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara moral
c. Kecemasan realistis sangat dekat dengan rasa takut, yaitu sebagi perasaan tidak tentu
yang tidak menyenangkan terhadap bahaya yang bisa saja terjadi.
Ketiga jenis kecemasan ini jarang terjadi berdiri sendiri-sendiri, mereka sering
kali muncul sebagi kombinasi seperti ketika rasa takut kepada air. Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu
sedang mendekat.
E. MEKANISME PERTAHANAN EGO
1) Kompensasi; Prestasi berlebihan di satu area untuk menutupi kurangan yang
dirasakan atu nyta di area lain.
a. Kompleks napoleon: pria biasa yang menjadi kasar.
b. Perawat yang mengalami harga diri rendah bekrja dua sift agar penyelia
menyukainya.
2) Konvensi; Ekspresi konflik emosional dalam bentuk gejala fisik, biasanya bersifat
sensorimotor
a. Seorang remaja yangdi larang menonton filem X tergoda untuk menonton
bersama teman dan ia mengalami kebutaan serta tidak peduli dengan
kebutaannya.
3) Penyangkalan (denial); Kegagalan mengakui kondisi yang tidak dapat di terima:
kegagalan mengakui realitas situasi atau bagai mna individu membuat maslah
terus berlanjut
a. Penderita diabetes mengkonsumsi permen coklat.
b. Melakukan pemborosan ketika uang tidak banyak.
c. Menunggu tiga hari sebelum mencari bantuan untuk mengatasi abdomen berat.
4) Pengalihan (displacement); Pengungkapan perasaan yang kuat kepada individu
yang kurng mengancam bukan pada individu yang menimbulkan perasaan
tersebut
a. Individu yang marah ke pada bosnya memarahi suami atau istrinya.
b. Seorang anak yang dignggu oleh anak nakal di sekolah memperlakukan
adiknya dengan kasar.
5) Disosiasi; Menghadapi konflik emosional melalui perubahan kesadaran atau
identitas untuk sementara
a. amnesia yang mencegah individu menggingat kembali kecelakaan mobil
kemaren.
b. Individu dewasa tidak ingat penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak.
6) Fiksasi; Imobilisasi bagian kepribadian yang terjadi akibat ketidak berhasilan
menyelesaikan tugas pada suatu tahap perkembangan
a. Tidak pernah belajar untuk menunuda kesenangan.
b. Tidak memiliki kesadarn yang jelas terhadap identitas sebagai individu dewasa.
7) Identifikasi; Menurut tindakan dan opini orang lain yang sangat berpengaruh
sambil mencari identitas atau bercita-cita mencapai tujuan pribadi, sosial atau
pekerjaan.
a. Mahasiswa keperawatan menjadi perawat keperawatan kritis karena
pembimbing yang ia kagumi dan merupakan spesialis dibidang ini.
8) Introjeksi; Menerima siakap keyakinan dan nilai orang lain seperti miliknya
sendiri
a. Individu yang tidak menyukai senjata menjadi gemar berburu sama seperti
teman baiknya.
9) Proeksi; Menyalahkan tanpa sadar kecenderungan atau pikiran yang tidak dapat di
terima pada objek eksterna
a. Pria yang berpikir tentang hubungan seksual sesama jenis, tetapi tidak pernah
melakukannya, memukul pria gay.
b. Individu yang memiliki bnayak prasangka dengan keras menganggap orang
lain sebagai orang fanatik.
10) Rasionalisasi; Menoleransi perilaku diri sendiri untuk menghindari rasa bersalah,
tanggung jawab, konflik ansietas, atau kehilangan kehormatan diri
a. Mahasiswa menyalahkan dosen atas kegagalannya.
b. Pria berkata ia memukul istrinya karena tidak patuh.
11) Formasi reaksi; Berperilaku sebaliknya dari apa yang dipikirkan atau di rasakan
individu
a. Wanita yang tidak pernah ingin memiliki anak menjadi ibu yang hebat.
b. Individu yang menganggap rendah bosnya berkata pada semua orang bahwa
bos’a hebat.
F. TAHAP PERKEMBANGAN
1) Fase oral (lahir sampai 18 bulan)
a. Tempat utama ketegangan dan kepuasan dalah mulut, bibir dan lidah, mencakup
aktivitas menggigit dan mengisap.
b. Id ada pada saat lahir.
c. Ego berkembang secara bertahap dari struktur rudimenter yang ada pada saat
lahir.
2) Anal (18-36 bulan)
a. Anus dan area sekitarnya merupakan sumber utama perhatian.
b. Mengusai kontrol sfingter volunter (toilet training).
3) Falik/oedipal (3-5 tahun)
a. Fokus perhatian pada genital, stimulasi dan kenikmatan.
b. Penis adalah organ yang menjadi perhatian pada kedua jenis kelamin.
c. Masturbasi umum terjadi.
d. Keinginan untuk memiliki penis (penis envy) terlihat pada anak perempuan,
odipus komplek ( ingin menikahi orang tua jenis kelaminnya berbeda dan
menjauh dari orang tua yang jenis kelaminnya sama ) terlihat pada anak laki-laki
dan perempuan.
4. Latensi (5-11 atau 13 tahun)
a. Odipus komplek berakhir.
b. Dorongan seksual disalurkan dalam aktivitas yang diterima masyarakat, seperti
tugas sekolah dan olahraga.
c. Pembentukan superego.
5. Genital (11-13 tahun)
a. Tahap akhir perkembangan psikoseksual.
b. Dimulai dengan pubertas dan kemampuan biologis untuk orgasme, mencakup
kemampuan untuk keintiman yang sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Freud mengidentifikasitigatingkatandalamkehidupanmental :alamtidaksadar,
alambawahsadardankesadaran.
2) Pengalamanawalmasakecil yang menyebabkankadarkecemasan yang
tinggibiasanyaditekandalamketidaksadaran, yang akanmempengaruhiperilaku,
emosidansikapseseorangselamabertahun-tahun.
3) Freud juga mengidentifikasi pembagian jiwa ke dalam tiga bagian yang pertama
id, ego dan super ego.
4) Gambarankesadaranadalahhal-hal yang disadaridalamwaktuapapun.
B. Saran
Sebagai perawat atau pun tenaga kesehatan di masayrakat sudah seharusnya
kita menguasai tentang teori-teori kepribadian dari berbagai orientasi dan
pendekatan.
Materi dalam makalah ini diharapkan dapat mengantarkan para perawat ataupun
pembaca untuk menguasai landasan keilmuan dalam menjalankan praktek
keperawatannya dengan menguasai teori-teori kepribadian atau dalam menjalankan
tugas-tugas profesionalnya.
Dengan menguasai teori-teori kepribadian, diharapkan para perawat nantinya
dapat bekerja dengan cara yang lebih efektif dan efisien , serta menghindari
terjadinya ketidakefektifan bekerja dengan cara-cara yang tidak ilmiah dan tidak
disertai dengan dasar keilmuan.