teori kb suntik

download teori kb suntik

of 8

description

kesehatan

Transcript of teori kb suntik

BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)2.1.1 Pengertian

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. Selain itu, menurut Manuaba (2010), keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:

a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran. Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.2.1.2 TujuanTujuan menggunakan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kelahiran, mengendalikan jumlah anak, dan untuk kesehatan reproduksi wanita. Serta mencapai keluarga yang sejahtera. Tujuan umum dari keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2008).

Menurut Imbarwati (2009) kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Menurut WHO (2009), tujuan KB untuk menunda atau mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (pasangan usia subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah kehamilannya karena umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya sehingga mempunyai kegagalan tinggi. Penggunaan IUD (Intra Uterine Device) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral.

2.1.3 Strategi Pelaksanaan KBTerbagi dalam 2 strategi, yaitu:

1. Strategi dasar

a. Meneguhkan kembali program di daerah

b. Menjamin kesinambungan program

2. Strategi operasional

a. Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional

b. Peningkatan kualitas program dan program prioritas

c. Penggalangan dan pemantapan komitmen

d. Dukungan regulasi dan kebijakane. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayananCiri-ciri kontrasepsi yang dianjurkan:

1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak

2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program

3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20-35 tahun merupakan usia yang baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

1. Efektivitas cukup tinggi

2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.

4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.2.1.4 Macam-macam Metode KontrasepsiMetode KB menurut Handayani (2010:57) terbagi menjadi dua yaitu:1. Metode AlamiahMetode alamiah terbagi dua yaitu tanpa alat dan dengan alat. Metode alamiah tanpa alat terdiri dari:

a. Metode Kalenderb. Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)c. Metode Lendir Cervicd. Metode Sympto Thermale. Metode Amenore Laktasif. Metode Coitus Interruptus (Senggama Terputus)Sedangkan metode alamiah dengan alat antara lain:a. Kondomb. Spermiside c. Diafragma d. Kap Serviks2. Metode non alamiah terdiri dari metode hormonal dan nonhormonal yaitu:a. Metode Hormonal terdiri dari: (1) Pil(2) Suntik(3) Implantb. Metode non hormonal terdiri dari: (1) IUD(2) MOW (3) MOP2.2 KB Suntik 3 Bulan2.2.1 Pengertian

Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormone ini ada yg terdiri atas 1 hormon, & ada pula yg terdiri atas dua hormone sebagai contoh jenis suntikan yang terdiri 1 hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, DMPA (depot medroksiprogesterone asetat), Depo Geston & Noristerat. Sedangkan yang terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan Mesygna.

KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversible, dan belum bersedia untuk sterilisasi. Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidakmengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depotmedroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap12 minggu (Varney, 2007).

2.2.2 Mekanisme Kerja

Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004) :

a. Primer (Mencegah ovulasi)

Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormone eksogen tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal danartofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.

b. Sekunder

1) Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa

2) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi

3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii

2.2.3 EfektifitasDMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2011). Kegagalan yang terjadipada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang padajadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harusbenar-benar intragluteal (Baziad, 2008).

2.2.4 Kelebihan

Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2011):a. Sangat efektif.

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

e. Tidak mempengaruhi ASI.

f. Sedikit efek samping.

g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause.

i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.2.2.5 Keterbatasan

Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2011) :a. Sering ditemukan ganguan haid.

b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

c. pemakaian.

d. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.

e. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

f. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B dan virus HIV.

g. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum2.2.6 Indikasi

Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2011) :a. Wanita usia reproduktif.

b. Wanita yang telah memiliki anak.

c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f. Setelah abortus dan keguguran.

g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.

h. Masalah gangguan pembekuan darah.

i. Menggunakan obatepilepsydantuberculosis.

2.2.7 Kontraindikasi

Menurut BKKBN (2011), kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :a. Hamil atau dicurigai hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.

e. Penderitadiabetes mellitusdisertai komplikasi.2.2.8 Waktu Mulai Menggunakan

Menurut Saifuddin (2010), waktu mulai menggunakan kontrasepsi DMPA yaitu:

a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.

b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.

e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

2.2.9 Cara Penggunaan

Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2010) :a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular(IM) dalam daerah pantat (sepertiga antero lateral antara SIAS dan Os. Cocygeus). Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.

b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahietil/ isopropyl alcohol60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik

c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya2.2.10 Efek Samping

Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2008) :a. Mengalami gangguan haid sepertiamenore, spooting, menorarghia, metrorarghia.

b. Penambahan berat badan.

c. Mual.

d. Kunang-kunang.

e. Sakit kepala.

f. Penurunan libido.

g. Vagina kering.12