Teori Herpes Simpleks

17
BAB I PENDAHULUAN Herpes Simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas daerah yang eritem, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan. Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap. Penyakit herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki karakteristik bergerak dari satu saraf kecil ke saraf kecil dengan cara merayap. Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai di kumpulan saraf. Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang pria maupun wanita yang frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer adalah virus herpes simpleks ( V.H.S ) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan 1

description

herpes simpleks

Transcript of Teori Herpes Simpleks

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes Simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas

daerah yang eritem, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat

sambungan mukokutan. Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap.

Penyakit herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki

karakteristik bergerak dari satu saraf kecil ke saraf kecil dengan cara merayap.

Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai di kumpulan saraf.

Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang pria maupun wanita yang

frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer adalah virus herpes simpleks ( V.H.S )

tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya

terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas

seksual. (Adhi Juanda, 2007)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Herpes Simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas

daerah yang eritem, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat

sambungan mukokutan. Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap.

Penyakit herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki

karakteristik bergerak dari satu saraf kecil ke saraf kecil dengan cara merayap.

Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai di kumpulan saraf.

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks ( virus herpes

hominis ) tipe I atau tipe II yang di tandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di

atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan maupun

rekurens. (Adhi Juanda, 2007)

2.2 ETIOLOGI

Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis

yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik

pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi.

2

HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV tipe II

dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah

genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral kemungkinan disebabkan oleh kontak

seksual dengan cara oral-genital (Habif, 2004).

Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%,

urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal 30%.

Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-

90%,herpetic whitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal 70%.

2.3 EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang pria maupun wanita yang

frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer adalah virus herpes simpleks ( V.H.S )

tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya

terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas

seksual. (Adhi Juanda, 2007)

2.4 PATOFISIOLOGI  

HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan

mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di luar

lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung

kecil kemungkinannya terjadi. HSV memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam

3

sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. Pada infeksi aktif primer, virus

menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel

pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya.

Pada infeksi aktif  primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe

regional dan menyebabkan limfa denopati

Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi

tetapi tidakd apat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul

fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi

daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam

ganglion radiks dorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau

gejala pada manusia.

Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya : mengenai

jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang

melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar

dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004).

Bisa juga mengenai para pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang

melakukan kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh anggota

tim (Sterry, 2006).

4

2.5 GEJALA KLINIS

Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat.

1. Infeksi primer

2. Fase laten

3. Infeksi rekurens

INFEKSI PRIMER

Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah

mulut dan hidung pada anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan , misalnya

kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigit jari

(herpetic whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensifalitis. Infeksi primer

oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah,

terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes menginitis dan infeksi

neonatus.

Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual

seperti oro-genital, sehingga hespes yang terdapat di daerah genital kadang – kadang

disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat

disebabkan oleh VHS tipe II.

5

Infeksi primer berlangsung lebih berat, kira – kira 3 minggu dan sering

disertai gejaga sistematik, misalnya demam,malese, dan anoreksia dan dan dapat

ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit

yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian mdenjadi seropulen,

dapat menjadi krusta kadang – kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya

sembuh tanpa silatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang – kadang dapat

timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambran yang tidak jelas. Pada wanita

ada laporan yang menyatakan bahwa 80 % infeksi VHS pada genitalia eksterna

disertai infeksi pada service.

FASE LATEN

Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat

ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

INFEKSI REKURENS

Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dapat keadaan tidak aktif,

denga mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan

gejala klinis. Mekanisme ini dapat berupa trauma fisik,trauma psikis, dan dapat pula

timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.

6

Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan

berlangsung kira – kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gelaja promodal local

sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat

timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat di sekitarnya (non

loco). (Adhi Juanda, 2007)

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan

tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan dengan perwarnaan

giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Herpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan

impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus molle

dan ulkus mikstum , maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma

venereum.

2.8 PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal,

artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas.

Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/cream yang

menggunakan preparat idoksuridin ( stoxil, virugent. Viruguent P ) dengan cara

7

aplikasi,yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang

dipakai secara topikal tampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah.

Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus. Klinis hanya

bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.

Pengobatan oral berupa preparat asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih

baik, penyakit berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang.

Dosisnya 5x200 mg sehari selama lima hari. Pengobatan parenteral dengan

asiklovir terutama ditujukan pada penyakit yang lebih berat atau jika timbul

komplikasi pada alat dalam. (Adhi Juanda, 2007)

Pengobatan bersifat simtomatis. (Siregar, 2005)

Jika vesikel pecah:

1. Kompres dengan sol. Kalium-permanganas 1/5000

2. Obat-obat antiseptic seperti povidon yodium

3. Idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA

4. Alkohol 70% untuk m engeringkan dan desinfeksi

Sistemik: dapat dicoba dengan Asiclovir 5x400 mg/ hari selama 5-10 hari

Pada pasien imunokompeten:

1. Lesi inisial: Asiclovir 5x200 mg selama 5-10 hari

2. Infeksi rekurens asiklovir: 5x200 mg selama 5 hari atau 2x400 mg/hari

Pada pasien dengan tanggap imun lemah (immunocompromised):

8

1. Herpes mukokutan primer: Asiclovir 5x200 mg/hari selama 10 hari

2. Herpes imunokutan rekuren: Asiclovir 5x400 mg selama 5-7 hari

2.9 PROGNOSIS

Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut secara

psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan cepat

memberikan prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih

singkat dan rekurens lebih panjang.

Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakit-penyakit

dengan tumor di system retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang

lama atau fisik yang sangat lemah, mmenyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke

alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan

meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. (Adhi Juanda, 2007)

9

BAB IIIKESIMPULAN

Herpes Simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas

daerah yang eritem, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat

sambungan mukokutan. Infeksi akut ini disebabkan oleh virus herpes simpleks ( virus

herpes hominis ) tipe I atau tipe II yang di tandai oleh adanya vesikel yang

berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan

maupun rekurens. Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat, yaitu : Infeksi

primer, Fase laten, Infeksi rekurens.

10

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. 2002. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar

Prof. Dr. Marwali Harahap. 2000. Ilmu Pnyakit Kulit. Penrbit Hipokrates. Jakarta

Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda. 2007. Ilmu Pnyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Prof. Dr. R.S. Siregar, Sp.KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

11