Teori Dasar & Pengolahan Data Sirip

22
III. Alat dan Instalasi 1. Saluran udara 2. Unit mesin Pendingin : a. Kompresor b. Kondensor c. Katup Ekspansi d. Evaporator 3. Unit pemanas IV. Prosedur Pemgujian 1. Pengukuran kecepatan udara a. Catat tekanan, temperatur, dan kelembapan udara ruang b. Hidupkan blower pada unit saluran udara s / d maksimum c. Pengukuran pada penampang saluran udara dengan velometer d. Pengukuran dari bukaan 10 % s / d 100 % 2. Pengukuran temperatur udara a. Semua saklar listrik harus pada posisi OFF b. Semua alat ukur harus berfungsi sebagaimana mestinya

description

Konversi Energi

Transcript of Teori Dasar & Pengolahan Data Sirip

III

III. Alat dan Instalasi

1. Saluran udara

2. Unit mesin Pendingin :

a. Kompresor

b. Kondensor

c. Katup Ekspansi

d. Evaporator

3. Unit pemanas

IV.Prosedur Pemgujian

1. Pengukuran kecepatan udara

a. Catat tekanan, temperatur, dan kelembapan udara ruang

b. Hidupkan blower pada unit saluran udara s/d maksimum

c. Pengukuran pada penampang saluran udara dengan velometer

d. Pengukuran dari bukaan 10 % s/d 100 %

2. Pengukuran temperatur udara

a. Semua saklar listrik harus pada posisi OFF

b. Semua alat ukur harus berfungsi sebagaimana mestinya

c. Sebelum memasukkan refrigran ke dalam unit mesin pendingin alat ukur tekanan menunjukan nol

d. Katup pada system pemipaan unit-unit mesin pendingin harus terus terbuka penuh

Langkah pengukuran temperatur :

a. Sakelar utama diubah posisi ON

b. Blower dihidupkan sampai kecepatan maksimum

c. Kipas kondenseor dihidupkan sampai kecepatan maksimum

d. Saklar kompresor dihidupkan

e. Unit pendingin divakumkan dengan pompa vakum

f. Setelah divakum, R 22 dimasukkan. Batas maksimum refrigran pada tekanan 300 psi

g. Saklar sirip pemanas dihidupkan

h. Unit mesin pendingin dibiarkan hingga seimbang

i. Setelah itu dapat dilakukan pengambilan data

j. Data yang diambil :

i. Temperatur bola kering dan bola basah pada sisi keluar dan masuk evaporator

ii. Temperatur bola kering dan basah pada sisi masuk dan keluar sirip

k. Pengujian dilakukan beberapa kali

l. Pengujian dilakukan untuk variasi bukaan 10 % s/d 100 %

VI. Pengolahan Data

Kondisi II dengan Sprayer

Bukaan 30 %

Massa Jenis Udara

Ketinggian Manometer

dl1 = 2 (h1 = 2 x 0.1 = 0.2 cm

L1 = dl1 sin 45 = 0.13 cm

dl2 = 2 (h2 = 2 x 0.1 = 0.2 cm

L2 = dl2 sin 45 = 0.13 cm

Beda Tekanan

(P = ( (minyak - (udara ) g x L

(ud eva =

(P1 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.13 x 10-2 ) = 10.19 Pa

(ud heat =

(P2 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.13 x 10-2 ) = 10.19 Pa

Kecepatan Udara :

(P1 = (P2

V2 = V3 = 4.07

Laju Aliran Massa Udara

A = 30 cm x 15 cm = 450 cm2 = 0.045 m2

= 1.139 x 0.045 x 1.64

= 0.08

= 1.261 x 0.045 x 4.07 = 0.23

= 1.183 x 0.045 x 4.07 = 0.22

Laju Aliran Massa Udara Total

Laju Aliran Massa Udara Kering

Laju Aliran Massa Uap Air

= 0.53 - 0.52

= 10.10-2 kg/s

= 1.74 x 10-3 kg/s

= 5 x 10-3 kg/sKalor Yang Dilepas Udara ke Evaporator

Q eva = ( h1 h2 )

= 0.23 ( 81 - 13 )

= 15.64 KW

Kalor Yang Diserao Udara Dari Heater

QH = ( h3 - h4 )

= 0.22 (45 - 13 )

= 7.04 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dilepas Ke Evaporator

QL eva = ( h3 hA )

= 0.23 ( 81 - 29 )

= 11.96 KW

QS eva = ( hB - h2 )

= 0.23 ( 29 13 )

= 3. 68 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dari Heater

QL H = ( h3 - hA )

= 2.75 ( 45 - 35 )

= 2.2 KW

QS H = ( hA - h2 )

= 0.22 ( 35 13 )

= 4.84 KW

Bukaan 40 %

Massa Jenis Udara

Ketinggian Manometer

dl1 = 2 (h1 = 2 x 0.1 = 0.2 cm

L1 = dl1 sin 45 = 0.13 cm

dl2 = 2 (h2 = 2 x 0.16 = 0.32 cm

L2 = dl2 sin 45 = 0.21 cm

Beda Tekanan

(P = ( (minyak - (udara ) g x L

(ud eva =

(P1 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.13 x 10-2 ) = 10.19 Pa

(ud heat =

(P2 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.21 x 10-2 ) = 16.46 Pa

Kecepatan Udara

Laju Aliran Massa Udara

A = 30 cm x 15 cm = 450 cm2 = 0.045 m2

= 1.14 x 0.045 x 1.96

= 1.01

= 1.261 x 0.045 x 4.09 = 2.28

= 1.18 x 0.045 x 5.17 = 0.75

Laju Aliran Massa Udara Total

Laju Aliran Massa Udara Kering

Laju Aliran Massa Uap Air

= 2.01 - 1.97

= 40.10-3 kg/s

= 10 x 10-3 kg/s

= 20 x 10-3 kg/sKalor Yang Dilepas Udara ke Evaporator

Q eva = ( h1 h2 )

= 0.28 ( 81 - 20.5 )

= 137.63 KW

Kalor Yang Diserao Udara Dari Heater

QH = ( h3 - h4 )

= 2.75 (48 - 20.5 )

= 75.63 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dilepas Ke Evaporator

QL eva = ( h3 hA )

= 2.28 ( 81 - 32 )

= 11.72 KW

QS eva = ( hB - h2 )

= 2.28 ( 32 20.5 )

= 26.22 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dari Heater

QL H = ( h3 - hA )

= 2.75 ( 48 - 39 )

= 24.75 KW

QS H = ( hA - h2 )

= 2.75 ( 39 20.5 )

= 50.88 KW

Bukaan 50 %

Massa Jenis Udara

Ketinggian Manometer

dl1 = 2 (h1 = 2 x 0.2 = 0.4 cm

L1 = dl1 sin 45 = 0.26 cm

dl2 = 2 (h2 = 2 x 0.2 = 0.4 cm

L2 = dl2 sin 45 = 0.26 cm

Beda Tekanan

(P = ( (minyak - (udara ) g x L

(ud eva =

(P1 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.26 x 10-2 ) = 20.37 Pa

(ud heat =

(P2 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.26 x 10-2 ) = 20.37 Pa

Kecepatan Udara

P1 = P2 ; V2 = V3

Laju Aliran Massa Udara

A = 30 cm x 15 cm = 450 cm2 = 0.045 m2

= 1.14 x 0.045 x 2.26

= 0.12

= 1.25 x 0.045 x 5.76 = 0.32

= 1.18 x 0.045 x 5.76 = 0.31

Laju Aliran Massa Udara Total

Laju Aliran Massa Udara Kering

Laju Aliran Massa Uap Air

= 0.25 - 0.24

= 10.10-3 kg/s

= 2 x 10-3 kg/s

= 3 x 10-3 kg/sKalor Yang Dilepas Udara ke Evaporator

Q eva = ( h1 h2 )

= 0.32 ( 81 - 20.5 )

= 19.36 KW

Kalor Yang Diserap Udara Dari Heater

QH = ( h3 - h4 )

= 0.31 (51 - 20.5 )

= 9.46 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dilepas Ke Evaporator

QL eva = ( h3 hA )

= 0.32 ( 81 - 33 )

= 15.36 KW

QS eva = ( hB - h2 )

= 0.32 ( 33 20.5 )

= 4 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dari Heater

QL H = ( h3 - hA )

= 0.31 ( 51 - 40 )

= 3.41 KW

QS H = ( hA - h2 )

= 0.31 ( 40 20.5 )

= 6.05 KW

Bukaan 60 %

Massa Jenis Udara

Ketinggian Manometer

dl1 = 2 (h1 = 2 x 0.2 = 0.4 cm

L1 = dl1 sin 45 = 0.26 cm

dl2 = 2 (h2 = 2 x 0.2 = 0.4 cm

L2 = dl2 sin 45 = 0.26 cm

Beda Tekanan

(P = ( (minyak - (udara ) g x L

(ud eva =

(P1 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.26 x 10-2 ) = 20.37 Pa

(ud heat =

(P2 = ( 800 1.23 ) x 9.81 x ( 0.26 x 10-2 ) = 20.37 Pa

Kecepatan Udara :

P1 = P2 ; V2 = V3

Laju Aliran Massa Udara

A = 30 cm x 15 cm = 450 cm2 = 0.045 m2

= 1.14 x 0.045 x 2.74

= 0.14

= 1.23 x 0.045 x 5.76 = 0.32

= 2 x 0.045 x 5.76 = 0.52

Laju Aliran Massa Udara Total

Laju Aliran Massa Udara Kering

Laju Aliran Massa Uap Air

= 0.19 - 0.186

= 4.10-3 kg/s

= 1 x 10-3 kg/s

= 3 x 10-3 kg/sKalor Yang Dilepas Udara ke Evaporator

Q eva = ( h1 h2 )

= 0.32 ( 81 - 27 )

= 17.28 KW

Kalor Yang Diserap Udara Dari Heater

QH = ( h3 - h4 )

= 0.52 (57.5 - 27 )

= 15.86 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dilepas Ke Evaporator

QL eva = ( h3 hA )

= 0.32 ( 81 - 35.5 )

= 14.56 KW

QS eva = ( hB - h2 )

= 0.32 ( 35.5 27 )

= 2.72 KW

Kalor Laten Dan Kalor Sensibel Udara Dari Heater

QL H = ( h3 - hA )

= 0.52 ( 57.5 - 42 )

= 8.06 KW

QS H = ( hA - h2 )

= 0.52 ( 42 27 )

= 7.8 KW

VIITugas Akhir

1. Berapa kecepatan aliran udara maksimum yang terjadi di dalam saluran udara

Jawab : Pada pengolahan data

2. Hitung laju perpindahan kalor yang terjadi pada evaporator untuk setiap bukaan tutup blower

Jawab : Pada pengolahan data

3. Hitung besar laju perpindahan kalor yang terjadi pada sirip pemanas untuk setiap bukaan blower

Jawab : Pada pengolahan data

4. Hitung besar kalor laten dan kalor sensible yang diserap oleh evaporator Jawab : Pada pengolahan data

5. Hitung besar kalor laten dan kalor sensible yang diserap oleh sirip pemanas

Jawab : Pada pengolahan data

6. Gambarkan proses pendinginan pada diagram psikometrik

Jawab : Pada pengolahan data

7. Gambarkan proses pemanasan pada diagram psikometrik

Jawab : Pada pengolahan data

VIIIAnalisa

1. Pada semua bukaan terjadi pendinginan dengan penurunan kelembaban kecuali pada bukaan 10% yang disebabkan oleh :

Pada kondisi 2 menggunakan sprayer

Kelembaban di kota Bandung telah tinggi sehingga udara yang masuk ke sisi masuk sudah tinggi.

2. Proses pendinginan pada bukaan 10% kecil sedangkan bukaan 20% dan 30% besar, lalu dari bukaan 40% sampai 100% kecil kembali. Hal ini disebabkan karena jika udara mengalir melewati suatu permukaan basah akan terjadi perpidahan kalor sensible dan kalor laten secara bersamaan.

3. Proses pemanasan pada bukaan 10% kecil, lalu pada bukaan 20% mulai besar kembali hingga bukaan 30 %, kemudian pada bukaan 40 % sampai 100 % turun kembali. Hal ini disebabkan karena pada percobaan udara dianggap sebagai gas ideal sebab suhunya cukup tinggi dibandingkan suhu jenuhnya dan uap air dianggap gas ideal, karena tekanannya cukup rendah dibandingkan tekanan jenuhnya.

Daftar Pustaka

Catatan Kuliah Teknik Pengkondisian Udara, Dr. Ari Darmawan P, Ir., Bandung _1019233003.unknown

_1019234974.unknown

_1019235726.unknown

_1019236754.unknown

_1019237208.unknown

_1019237523.unknown

_1019237682.unknown

_1019237719.unknown

_1019237775.unknown

_1019237800.unknown

_1019237685.unknown

_1019237593.unknown

_1019237439.unknown

_1019237486.unknown

_1019237422.unknown

_1019237010.unknown

_1019237061.unknown

_1019237123.unknown

_1019237030.unknown

_1019236790.unknown

_1019236970.unknown

_1019236627.unknown

_1019236658.unknown

_1019236664.unknown

_1019236684.unknown

_1019236634.unknown

_1019235769.unknown

_1019236443.unknown

_1019236456.unknown

_1019235387.unknown

_1019235470.unknown

_1019235525.unknown

_1019235645.unknown

_1019235468.unknown

_1019234998.unknown

_1019235212.unknown

_1019233660.unknown

_1019234957.unknown

_1019234241.unknown

_1019234360.unknown

_1019233976.unknown

_1019233480.unknown

_1019233553.unknown

_1019233152.unknown

_1019232698.unknown

_1019232725.unknown

_1019231813.unknown

_1019232298.unknown

_1019232323.unknown

_1019232120.unknown

_1019232267.unknown

_1019231902.unknown

_1019230461.unknown

_1019230493.unknown

_1019231536.unknown

_1019230326.unknown