TENGGARA PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAU BAU SUL …

146
i PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA THE INFLUENCE PATIENTS’ BEHAVIOUR ON THE USE OF HEALTH SERVICE IN OUTPATIENT UNIT OF PUBLIC HOSPITAL OF BAUBAU CITY SOUTHEAST SULAWESI EKY ENDRIANA AMIRUDDIN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of TENGGARA PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAU BAU SUL …

i

PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP PEMANFAATAN

PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT JALAN

PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAUBAU SULAWESI

TENGGARA

THE INFLUENCE PATIENTS’ BEHAVIOUR ON THE USE OF HEALTH

SERVICE IN OUTPATIENT UNIT OF PUBLIC HOSPITAL OF BAUBAU

CITY SOUTHEAST SULAWESI

EKY ENDRIANA AMIRUDDIN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

ii

PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI

RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT UMUM KOTA

BAUBAU SULAWESI TENGGARA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

EKY ENDRIANA AMIRUDDIN

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eky Endriana Amiruddin

Nomor Mahasiswa : P1802211002

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

hasil karya orang lain.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

tesis ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Mei 2013

Yang Menyatakan

EKY ENDRIANA AMIRUDDIN

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunian kesehatan dan kekuatan, sehingga penulis dapat

merampungkan tesis dengan judul “Perilaku Pasien Terhadap

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan pada

Rumah Sakit Umum Kota Baubau Sulawesi Tenggara Tahun 2013”.

Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak

mengalami hambatan serta kesulitan baik dari keterbatasan literatur

maupun keterbatasan kemampuan berpikir, oleh karena itu dengan

rampungnya tesis ini yang merupakan pra syarat penyelesaian studi

pada program studi Kesehatan Masyarakat dengan Konsentrasi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Hasanuddin

Makassar, pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada : Prof. Dr. Hj. Asiah Hamzah, Dra, MA sebagai

ketua komisi penasehat dan Dr. Mappeaty Nyorong, MPH sebagai

anggota komisi penasehat atas bantuan dan bimbingannya yang telah

diberikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mursalim selaku Direktur Pascasarjana, Bapak

Dr. dr. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

2. Bapak Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH selaku ketua Konsentrasi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

3. Seluruh Guru Besar, Dosen dan staf Program Pascasarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

khususnya jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS, Bapak Prof. Dr. H. Indar, SH,

MPH, dan Bapak Dr. Jamil Thalib selaku penguji yang telah

memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan tesis ini.

vi

5. Kepala Rumah Sakit Umum Kota Baubau beserta staf yang telah

memberikan izin dan bantuan kepada penulis sehingga dapat

melakukan penelitian ini.

6. Staf Dinas Kesehatan kota Baubau yang telah memberikan saran

dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis ini.

Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada Orang Tuaku tercinta Ir. Amiruddin dan

Sudiana S.Pi, serta adikku tersayang Esa Penilta Amiruddin S.Pd dan

Ela Welati atas doa, semangat dukungan moril dan materil kepada

penulis selama menempuh pendidikan, serta semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyelesaian tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, hanya kepada ALLAH SWT kita serahkan segala amal

ibadah kita, penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna penulis

berharap kritikan dan saran dari pembaca, semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi pembangunan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Amin

Makassar, Mei 2013

Penulis

vii

ABSTRAK

EKY ENDRIANA AMIRUDDIN. Pengaruh Perilaku Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Pada Rumah Sakit Umum Kota Baubau Tahun 2013. (dibimbing oleh Asiah Hamzah dan Mappeaty Nyorong).

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perilaku pasien terhadap pemanfaatan pelayanan di instalasi rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau.

Jenis penelitian ini adalahkuantitatifdengan pendekatan survei analitik melaluirancangan kajian potong lintang(cross sectional study). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dan sampelnya adalah keseluruhan populasi, yakni sebanyak seratus orang responden. Data analisis dengan chi-squaredan regresi logostik berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan, kepercayaan masyarakat, fasilitas yang dimiliki rumah sakit, dan perilaku petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau.

Kata Kunci: pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku petugas kesehatan, pemanfaatan pelayanan kesehatan.

viii

ABSTRACT

EKY ENDRIANA AMIRUDDIN. The Influence Patients’ Behaviour on

the Use of Health Service in Outpatient Unit of Public Hospital of

Baubau City, Southeast Sulawesi (supervised by Asiah Hamzah and

Mappeaty Nyorong).

The aim of the research is to find out the influence of patient’s

behavior on service use in Outpatient Unit of Public Hospital of Baubau

City.

The research was a quantitative study with analytic survey

approach using cross sectional design. The populations were all

outpatients and the samples were all populations consisting of 100

respondents. The data were analyzed using chi square and multiple

logistic regression analyzes.

The results ofthe research indicate that knowledge, trust, facilities,

and health officials’ behavior have influence on the use of health service

outpatient unit of Baubau city.

Key words: knowledge, trust, facilities, health officials’ behavior, service

use.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… . ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… . iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ………………………………….… . iv

PRAKATA ……………………………………………………………….. . v

ABSTRAK ........................................................................................ viii

ABSTRACT ……………………………………………………………… . ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. .. x

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 9

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..…… 9

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ………………………. 11

B. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan …………………………. 21

C. Perilaku Kesehatan …………………………………………….. 24

D. Tinjauan Tentang Pengetahuan ………………………………. 30

E. Tinjauan Tentang Kepercayaan ………………………………. 36

F. Tinjauan Tentang Fasilitas …………………………………….. 38

G. Tinjauan Tentang Perilaku Petugas Kesehatan …………….. 39

H. Kerangka Teori ………………………………………….………. 44

I. Kerangka Pikir …………………………………………….......... 46

J. Kerangka Konsep ……………………………………….………. 47

x

K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif …………………… 48

L. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 51

M. Sintesa Penelitian ……………………………………………… 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………………………………………………. 57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………. 57

C. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………... 58

D. Sumber Data …………………………………………………… 59

E. Pengolahan Data ………………………………………........... 60

F. Analisis Data ………………………………………………....... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………………………………………………… 62

B. Pembahasan …………………………………………………… 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………......... 99

B. Saran ……………………………………………………………. 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Responden Menurut Umur di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Kota Baubau ................................................................... 67

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien

Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 67

3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ........................ 68

4. Distribusi Responden Berdasarkan status pekerjaan Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 69

5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 70

6. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ......................... 70

7. Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau ........... 71

8. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Petugas

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 72

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 73

10. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 74

11. Hubungan Kepercayaan Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 75

xii

12. Hubungan Fasilitas Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan DiInstalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau ....................................................................................... 76

13. Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan Dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Umum Kota Baubau .................................................................. 78

14. Hasil Analisis Regresi Logistik Bivariat Variabel Perilaku Pasien

Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Di

Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Baubau ............................... 79

15. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor yang Mempengaruhi

Pemanfaaan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum

Kota Baubau .............................................................................. 81

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Penelitian

2. Hasil Analisis Data

3. Kuesioner

4. Surat Izin Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit sebagai institusi kesehatan, bertanggung jawab

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi penderita yang datang

berobat di rumah sakit terutama ditujukan untuk penyembuhan bagi

penderita yang sakit dan sebagai salah satu bagian dari pelayanan

kesehatan secara keseluruhan. Rumah sakit mempunyai peranan

sebagai pusat pelayanan kesehatan lanjutan dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melalui pelayanan medik

dan pelayanan keperawatan serta pelayanan penunjang pelayanan non

medik lainnya.

Posisi strategis kota Baubau sebagai penghubung kawasan

timur dan barat menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah memerankan

fungsi pelayanan kesehatan rujukan bagi daerah di sekitarnya meliputi:

Buton, Wakatobi, Buton Utara, Muna, dan Bombana. Rumah Sakit

Umum Daerah kota Baubau memiliki tipe C dengan demikian segala

2

aktivitas yang dilakukan rumah sakit memiliki ruang lingkup sesuai

karakteristik type yang dimilikinya.

Permasalahan yang muncul dalam pemanfaatan pelayanan

rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau adalah kecendurungan

menurunnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan

rumah sakit umum kota Baubau. Berdasarkan data jumlah kunjungan

pasien rawat jalan dapat dilihat bahwa kunjungan pasien Rumah Sakit

Umum Kota Bau-Bau mengalami penurunan tahun 2007 sebanyak

37.883 pasien, 2008 sebanyak 41.271, tahun 2009 sebanyak 24.968,

tahun 2010 sebanyak 22.350, tahun 2011 sebanyak 25.189. Kunjungan

pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Kota Bau-Bau mengalami

penurunan yang sangat signifikan sekitar 40%. (lampiran 1)

Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan, dan juga yang dapat mempengaruhi kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan salah satunya tingkat pengetahuan

masyarakat yang rendah. Proses pengambilan keputusan yang rumit

karena kurangnya pengetahuan berdampak pada keputusan pasien

untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pasien yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan adalah berpendidikan

SMA, rendahnya pendidikan pasien dapat menyebabkan pengetahuan

pasien berkurang terhadap pengobatan penyakitnya untuk mencari

sumber pelayanan kesehatan, kurangnya informasi yang diperoleh

3

tentang penyakit pasien dapat menyebabkan status kesehatan

menurun, dan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang terjadi

masyarakat sering sulit terdeteksi, bahkan kadang-kadang masyarakat

sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Sehingga

dengan kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan menurunnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua

atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Dalam model pengambilan

keputusan semua aspek pengaruh kognisi dilibatkan dalam

pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti,

kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan

pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di

lingkungan.

Menurut Cohen Bryant (1984), secara umum permintaan

pelayanan meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pedidikan. Hasil

penelitian Hendrartini (1995), menunjukkan bahwa terdapat korelasi

yang positif dan bermakna antara tingkat pendidikan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di RS Sardjito dan RS

Bethesda, yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di

RS.

Permasalahan lain yang ditemukan dirumah sakit umum kota

Baubau dimana berdasarkan data jumlah kunjungan pasien rawat jalan

4

rumah sakit kota Baubau dari tahun 2007 sampai 2011 mengalami

jumlah kunjungan yang berfluktuatif. Dimana pada tahun 2007 jumlah

kunjungan pasien rawat jalan 37. 883, di tahun 2008 meningkat menjadi

41.271 namun jumlah kunjungan tersebut menurun drastis di tahun

2009 yaitu 24.968, lalu kemudian turun lagi menjadi 22.350 di tahun

2010. Sementara di tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi

25.189. hal ini menunjukan kepercayaan masyarakat dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUD kota Baubau mengalami

masalah. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa tidak konsistennya

jumlah kunjungan rawat jalan di kota Baubau disebabkan oleh faktor

kepercayaan.

Menurut Ramsey dan Sohi kepercayaan merupakan elemen

penting yang berpengaruh pada kualitas suatu hubungan. Kepercayaan

konsumen terhadap penyedia jasa akan meningkatkan nilai hubungan

yang terjalin dengan penyedia jasa. Berdasarkan penelitian Erny Siska

Sarifah Matondang (2012) yang menyatakan secara statistik variabel

kepercayaan masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan rumah

sakit umum Swadana, dengan demikian semakin tinggi kepercayaan

pasien terhadap pelayanan rumah sakit makan akan semakin tinggi

kepercayaan pasien untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Ketersediaan fasilitas juga mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan rawat jalan di rumah sakit umum kota Baubau, berdasarkan

hasil wawancara dengan pasien dan kepala bidang pelayanan “pasien

5

mengatakan bahwa ketersediaan obat di rumah sakit masih kurang”.

Sehingga mereka selalu dirujuk beli obat di apotik dokter, hal ini sejalan

dengan yang dikatakan kepala bidang pelayanan bahwa pihak rumah

sakit selalu mengalami kekurangan obat.

Berdasarkan laporan kegiatan farmasi pengadaan obat di

rumah sakit umum kota Baubau sejak tahun 2005 jika dilihat dari

pengadaan jumlah item obat yang direncanakan pada triwulan 1

sebanyak 752 item obat yang terdiri dari obat generik 376 item obat,

obat non generik formularium 232 item obat dan obat non generik 144

item obat, sedangkan jumlah item obat yang tersedia di rumah sakit

pada triwulan pertama yaitu obat Generik sebanyak 606 item obat yang

terdiri dari obat generik 345 item obat, 148 obat non generik

formularium, dan obat non generik 116 item obat. Sedangkan pada

tahun 2011 triwulan pertama jumlah item obat 771 dan jumlah item obat

yang tersedia 316. (lampiran 2)

Data dasar menjelaskan bahwa setiap tahun obat yang

direncanakan tidak sepenuhnya di penuhi sehingga obat yang tersedia

di Apotik selalu mengalami kekurangan. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Siswanto (Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes) bahwa kemajuan

intervensi di bidang pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi penyakit

(ilmu kedokteran) tidak akan mampu meningkatkan status kesehatan

masyarakat secara adil (equal) bila tidak dibarengi dengan pengelolaan

6

sistem kesehatan yang tepat, yaitu dengan memaksimalkan manfaat

untuk kepentingan masyarakat banyak.

Sejalan dengan hal itu penelitian yang di lakukan oleh Ifmaily

(2006) bahwa responden menilai ketersediaan obat di IFRS Ibnu Sina

Padang tidak lengkap sebanyak 66 orang (66%), sehingga menurunkan

minat beli ulang terhadap layanan farmasi pasien unit rawat jalan di

instalasi farmasi rsi. ibnu sina–yarsi.

Disisi lain terdapat masalah pada alat-alat kesehatan. Peralatan

ditemukan bahwa alat-alat kesehatan masih jauh dari standar

pelayanan minimal pada RSUD kota Baubau. Hasil pengukuran pada

kelengkapan peralatan pada sarana pelayanan rawat jalan seperti

Poliklinik Umum dengan kelengkapan peralatan 25% dengan SPM

100%, poli anak 21,05%, poli bedah 13,64%, poli gig dan mulut

11,19%, poli internis 23,33%, poli kandungan 56,25%, poli mata

30,77%, poli THT 12,50%, IGD 25,71%, ICU 61,90%, Bangsal anak

32%, Bangsal perinatologi 41,67%, Bangsal kandungan 18,18%,

Bangsal Internis 37,50%, Bangsal Bedah 36,36%, Kamar bersalin

36,26%, Laboratorium 85,54%, Farmasi 75%, Gizi 25,45%, Radiologi

29,17%. Jenis pelayanan Rehabilitasi medis 7,14%, keterapian fisik

5,44%. Berdasarkan data dasar di atas diketahui rata-rata kelengkapan

peralatan 33,23%. Angka tersebut masih sangat jauh dari kondisi ideal

jumlah peralatan yang dibutuhkan RSUD kota Baubau sehingga dapat

memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. (lampiran 3)

7

Hasil penelitian yang dilakukan Cresti Ratnasari (2012) tentang

hubungan ketersediaan fasilitas, terhadap pemilihan tempat pemberi

pelayanan kesehatan pada peserta askes mengatakan bahwa

banyaknya responden yang mengatakan Puskesmas telah memiliki

fasilitas yang baik dan memilih Puskesmas sebagai tempat pelayanan

kesehatan dikarenakan Puskesmas telah ditunjang oleh adanya

sarana-prasarana yang lengkap, sehingga dengan berkunjung ke

Puskesmas semua pelayanan kesehatan dasar peserta dapat

terpenuhi.

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal kepuasan pasien

hanya 60 % dari prognosis rumah sakit yaitu ≥ 90%. Artinya pasien

kurang puas terhadap pelayanan kesehatan. (lampiran 4). Pasien

mengeluhkan tentang perilaku petugas kesehatan yang selalu tidak

ramah dalam pelayanan dan lambannya penanganan obat, petugas

kesehatan yang tidak disiplin waktu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika puspita (2009) bahwa

ketetapan waktu yang diberikan dokter dalam memberikan pelayanan

kurang baik sebanyak 41.8% sehingga pasien merasa tidak puas

terhadap kualitas rumah sakit. Mereka menyatakan bahwa waktu

pelayanan dan pemeriksaan oleh dokter khususnya dokter spesialis

tidak tepat waktu karena tidak sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Dalam melakukan kunjungan pada pasien rawat inap sering

tidak sesuai dengan jadwal dan terrburu-buru sementara untuk pasien

8

rawat jalan, dokter sering telat menangani pasien sehingga pasien

harus antri dan menunggu berjam-jam. Apabila proses yang tidak baik

ini terus berlanjut pada pelayanan berikutnya, maka dapat dipastikan

rumah sakit akan kehilangan pelanggan atau pasiennya.

Rumah sakit umum kota Baubau perlu mengetahui perilaku

pasien di kota Baubau dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, agar

mereka tidak berpindah ke penyedia jasa kesehatan lainnya.

Berdasarkan data SPM rumah sakit kepuasan pasien yang berobat di

rumah sakit hanya mencapai 60%. (lampiran 4)

Berdasarkan data tersebut diatas merupakan hal penting yang

berpengaruh pada perilaku pasien dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan RSUD kota Baubau sangat relevan

untuk diteliti.

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?

2. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?

3. Apakah fasilitas berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun 2013?

4. Apakah perilaku petugas kesehatan berpengaruh terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan kota Baubau tahun

2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh perilaku pasien terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan Rumah Sakit Umum

kota Baubau Sultra 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit.

b. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit.

10

c. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit.

d. Untuk mengetahui pengaruh perilaku petugas kesehatan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pemerintah,

rumah sakit stakeholder di Baubau Sultra untuk perencanaan,

pengembangan manajemen pemasaran.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam penelitian pemanfaatan Instalasi Rawat Jalan dalam

pelayanan pasien dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan, mengaplikasikan

keilmuan, menambah keilmuan berfikir melalui penulisan ilmiah dan

penerapan teori-teori selama menempuh pendidikan di Magister

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan

kesehatan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan. Perubahan perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal

dan internal rumah sakit menyebabkan manajer rumah sakit harus

mengubah paradigma atau cara pandang bahwa rumah sakit sekarang

ini berkembang menjadi suatu industri jasa yang tidak bisa

meninggalkan aspek komersial disamping peran sosialnya.

Meningkatnya teknologi kedokteran dengan komponen-

komponen lainnya memaksa manajer rumah sakit harus berpikir dan

berusaha secara sosial ekonomi dalam mengelola rumah sakitnya.

Pengelolaan rumah sakit yang padat karya dan padat teknologi meliputi

pengelolaan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,

pelayanan intensif, farmasi, gizi, administrasi keuangan, rekam medis

dll.

Pelayanan kesehatan pasien rawat jalan kini merupakan salah

satu pelayanan yang menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh

dunia. Hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat mencari upaya

pelayanan pengobatan yang praktis sekali datang dan pada hari itu

12

pula memperoleh pelayanan yang lengkap (one day care). Oleh sebab

itu para manajemen rumah sakit menyadari bahwa menetapkan sebuah

posisi yang kuat dalam pasar rawat jalan adalah penting demi

kelangsungan hidup organisasi rumah sakit. Di dalam masa peralihan

ini menempatkan manajer rawat jalan sebagai bagian essensial dari

keseluruhan bisnis pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan

demikian, para manajer rawat jalan harus mampu mendeferensiasikan

harapan dan kebutuhan pelanggan agar dapat merebut hati para

pelanggannya.

Salah satu cara utama mendiferensiasikan jasa kesehatan

adalah memberikan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi atau

melebihi harapan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang

diberikan. Setelah menerima jasa pelayanan kesehatan maka pasien

akan membandingkan jasa yang diterima dengan yang diharapkan, jika

mendapatkan jasa sesuai bahkan lebih dari yang diharapkan mereka

akan menggunakan lagi tapi bila tidak sesuai dengan yang diharapkan

maka pasien tidak akan berminat memanfaatkan lagi.

2. Bentuk Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Milton Roemer & Friedman yang dikutip oleh

Aditama,T.Y.,(2002) menyatakan bahwa rumah sakit seharusnya

mempunyai lima fungsi, yakni : (1) Harus ada pelayanan rawat inap

dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya, (2) Rumah sakit harus

memilki pelayanan rawat jalan, (3) Rumah sakit mempunyai tugas

13

untuk pendidikan dan latihan, (4) Rumah sakit melakukan penelitian di

bidang kedokteran dan kesehatan, (5) Rumah sakit mempunyai tugas

dan tanggung jawab untuk program penyakit dan penyuluhan

kesehatan bagi populasi di sekitarnya.

Berdasarkan temuan Achmad Hardiman (2003), sistem

pelayanan kesehatan di Indonesia belum baik. Rumah sakit belum

mampu menjamin mutu pelayanan kesehatan, misalnya dokter sering

terlambat datang, pasien harus menunggu lama untuk mendapat

pelayanan, belum menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum ada

kontinuitas pelayanan, belum bisa menjamin waktu penyerahan obat

serta belum mampu membuat sistem peresepan on line lewat

komputer. Masih banyak rumah sakit yang belum consumer oriented,

belum memberikan kemudahan akses pelayanan bagi pasien.

Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas

dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin

pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya

memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap

pasien melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser

karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya tekhnologi kedokteran,

peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan

kesehatan di rumah sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan

(kuratif) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya

dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan

14

(promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran

pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien,

tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.

Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat

sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu,

pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan

yang paripurna (komprehensif dan holistik) (Muninjaya, 2004).

Pelayanan rumah sakit di Indonesia saat ini sudah bersifat

padat modal, padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi

persaingan global. Dalam hal rujukan medik, rumah sakit juga di

andalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk

pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman

sangat erat kaitannya dengan klasifikasi rumah sakit.

Ada empat jenis rumah sakit berdasarkan klasifikasi perumah

sakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C dan D. Kelas rumah sakit yang

lebih tinggi A mengayomi kelas rumah sakit yang lebih rendah dan

mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman

dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan

kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti

bantuan tekhnologi, bantuan sarana dan oprasionalnya) dan rujukan

medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif).

15

3. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai

kriteria, yakni :

a. Kepemilikan

Kepemilikan ini mencakup kepemilikan pemerintah pusat,

pemerintah daerah, militer, dan BUMN;

b. Jenis pelayanan

Jenis pelayanan meliputi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus;

c. Lama tinggal

Lamanya tinggal di rumah sakit terdiri dari : rumah sakit perawatan

jangka pendek, yakni kurang dari 30 hari, dan rumah sakit perawatan

jangka panjang yakni lebih dari 30 hari;

d. Kapasitas tempat

Kapasitas tempat tidur ini rumah sakit dikelompokan berdasarkan

jumlah tempat tidurnya, yakni kurang dari 50 tempat tidur, 50-99

tempat tidur, 209-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, dan 500

tempat tidur atau lebih;

e. Afiliasi pendidikan

Pengelompokan berdasarkan afiliasi pendidikan meliputi: rumah sakit

pendidikan dan rumah sakit non pendidikan;

16

f. Status akreditasi

Pengelompokan ini rumah sakit didasarkan status terakreditasi,

meliputi rumah sakit terakreditasi dan rumah sakit belum

terakreditasi.

Klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, meliputi :

a. Rumah Sakit Umum Kalas A adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas.

Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai

tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut

pula rumah sakit pusat.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis

terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap Ibu

Kota Provinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit

Kabupaten. Rumah Sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A

juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini

ada empat macam pelayanan spesialis ini disediakan yakni

pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan

anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan

rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap Ibu Kota Kabupaten

yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.

17

d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit yang bersifat

transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit

kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah

memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.

Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D ini

juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari Puskesmas.

e. Rumah Sakit Umum Kelas E adalah rumah sakit khusus

(special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam

pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit kelas

E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit

kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung,

rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya yang seperti ini.

Klasifikasi rumah sakit umum swasta, mengacu pada Surat

Keputusan Menteri Kesehatan R.I.Nomor : 806b/Menkes/SK/XII/1987,

yaitu :

a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberi pelayanan medik

bersifat umum;

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberi pelayanan medik

bersifat umum dan spesialis dalam 4 cabang;

c. Rumah Sakit Umum Utama, memberi pelayanan medik bersifat

umum spesialis dan sub spesialis.

18

Dalam Dainur (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi

kunjungan antara lain :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadikan

kunjungan bagi masyarakat sebagai suatu hal yang wajib demi

kesehatan keluarga dan diri sendiri.

b. Memberikan perhatian kepada setiap pengunjung, biasanya makin

banyak pengunjung maka makin kurang perhatian petugas

kesehatan kepada seseorang.

c. Memberi penghargaan atau puji-pujian kepada pengunjung yang

rajin datang dan menuruti nasehat-nasehat petugas kesehatan.

d. Menghindari mencela atau menyalahkan pengunjung apabila ada

hal-hal yang mungkin kurang kita ingin dari perilaku mereka dalam

menjaga kesehatannya.

Banyak faktor yang berperan dalam kunjungan ke rumah sakit.

Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang

berasal dari rumah sakit yaitu : masalah tenaga, sikap petugas,

program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak rumah sakit, sumber

daya yang tersedia dan faktor yang berasal dari masyarakat yaitu :

pendidikan, pengetahuan, pendapatan, budaya, jarak dan waktu.

19

4. Rawat Jalan

Rawat jalan adalah pelayanan pengobatan di fasilitas

pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut baik didalam gedung dan diluar gedung.

Azwar (1998) Pelayanan rawat jalan adalah salah satu bentuk

dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan

perawatan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan

untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap.

Dibandingkan dengan perawatan rawat inap. Pelayanan rawat

jalan nampaknya jauh lebih berkembang. Banyak faktor yang

menyebabkan berkembangnya pelayanan rawat jalan, antara lain

adalah :

a. Sarana prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan

pelayanan rawat jalan jauh lebihmurah dan sederhana, dan karena

itu lebih banyak didirikan.

b. Kebijakan pemerintah yang untuk mengendalikan biaya kesehatan

mendorong dikembangkannya berbagai sarana rawat jalan.

c. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat,

yang tidak lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit

saja, tetapi juga untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang umumnya dapat dilayani oleh sarana rawat jalan saja.

20

d. Kemajuan ilmu dan tehnologi kedokteran yang telah dapat

melakukan berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan

pelayanan rawat inap.

e. Utilisasi rumah sakit yang makin terbatas dan karenanya untuk

meningkatkan pendapatan, kecuali lebih mengembangkan

pelayanan rawat jalan yang ada di rumah sakit juga terpaksa

mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar rumah

sakit.

a. Desain dan ukuran poliklinik yaitu sebagai berikut:

1) Persyaratan lokasi

Lokasi harus mudah diakses. suasana penerimaan dengan yang

diterima harus nyamandan tidak menimbulkan kesan menakutkan.

2) Letaknya Berdekatan dengan jalan utama, penunjang medis,

apotik, laboratorium sertalokasi mudah dijangkau dari bagian

administrasi maupun rekam medis.

3) Ukuran poliklinik 4m (p) x 3m (l) 3m(t).

b. Kebutuhan pelayanan poliklinik antara lain :

1) Poli Umum

2) Empat poliklinik spesialis dasar yakni penyakit dalam, anak,

bedah dan kebidanan.

3) Poliklinik pelengkap sesuai kebutuhan antara lain mata, THT, gigi

dan mulut, Syaraf, jiwa, rehabilitasi medis.

21

c. Pelayanan non medik antara lain :

1) Loket pendaftaran dan pembayaran.

2) Kamar Kecil

3) Ruang tunggu

Semuanya ruangan tersebut harus mempunyai sistem

ventilasi yang baik, atau dilengkapi dengan AC, Aliran listrik dan air

tersedia cukup.mempunyai koridor yang terpisah antara petugas

dengan pasien.

B. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati

penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun

masyarakat.

Ada 4 syarat pokok pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi

agar dapat dikatakan sebagai pelayanan kesehatan yang baik, yaitu:

1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayaan

kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta

keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang

dibutuhkan.

22

2. Dapat diterima dan wajar, artinya pelayanan kesehatan masyarakat

tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

masyarakat.

3. Mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud disini

terutama dari sudut lokasi.

4. Mudah dijangkau, pengertian keterjangkauan disini terutama dari

sudut biaya.

5. Bermutu, pengertian mutu disini adalah yang menunjuk pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang

disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di

pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik

serta standard yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan

kesehatan adalah :

1. Sosial budaya

2. Faktor konsumen (persepsi sakit, mobilitas, kecacatan,

sosiodemografi: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan,

pekerjaan, dan faktor sosio-psikologi: persepsi terhadap penyakit,

kepercayaan dan agama)

3. Organisasi dan proses pelayanan kesehatan (kemampuan institusi

menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan, perilaku provider, keragaman pelayanan, peralatan dan

teknologi canggih).

23

Keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan

merupakan kombinasi dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang

dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan kesehatan, konsumen

sering tergantung kepada informasi yang disediakan oleh institusi

pelayanan kesehatan ditambah dengan preferensinya. Faktor-faktor

lain yang berpengaruh antara lain adalah pendapatan, harga, lokasi

dan mutu pelayanan.

Kebutuhan terjadi secara bertahap (hirarkis), mulai dari

kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan

akan rasa keamanan dan perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih

sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Teori ini dikenal dengan “Five Hierarchy of need” dari Maslow

(Tjiptoherijanto dkk, 1994).

Menurut Bradshaw dalam Tjiptoherijanto (1994), mengatakan

bahwa pada prakteknya ada empat definisi yang berbeda mengenai

need atau kebutuhan yang lazimnya digunakan oleh peneliti dan

pengambil kebijakan, yaitu :

1. Kebutuhan normative (normative need), terjadi manakala kebutuhan

yang timbul pada individu umumnya dipengaruhi faktor nilai,

lingkungan sosial, dan hukum.

2. Kebutuhan yang dirasakan (felt need), terjadi manakala masyarakat

menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan

24

persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga

dengan jelas akan berbeda dengan orang lain.

3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), yaitu “felt need”

yang berubah menjadi permintaan. “Expressed need” ini biasa

disebut dengan demand atau permintaan yang efektif.

4. Kebutuhan comparative need, yaitu kebutuhan yang dalam

pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya

atau antara daerah yang satu dengan yang lainnya.

C. Perilaku Kesehatan

Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari

dorongan yang ada dalamdiri manusia dan dorongan ini merupakan

salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri

manusia dan dengan adanya dorongan tersebut menimbulkan

seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang

mengarah pada tujuan.

Perilaku kesehatan yaitu suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan.

Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku

kesehatan terkait dengan :

25

1. Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari

penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan.

3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb membuat perbedaan di antara tiga tipe

yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :

1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu

yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau

mendektesinya dalam tahap asimptomatik.

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu

yang merasa sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan

untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan

mendapatkan kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan

diri mereka sendiri sakit, hal ini mencakup mendapatkan pengobatan

dari ahli terapi yang tepat.

Perilaku konsumen seperti didefinisikan oleh Schiffman dan

Kanuk dalam Prasetijo (2005), merupakan proses yang dilalui oleh

seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan

bisa memenuhi kebutuhannya. Proses ini terdiri dari beberapa tahap,

yaitu :

26

1. Tahap perolehan (acquisition) : mencari (searching) dan membeli

(purchasing).

2. Tahap konsumsi (consumtion) : menggunakan (using) dan

mengevalusi (evaluating).

3. Tahap tindakan pasca beli (disposition).

Pengetahuan tentang perilaku konsumen dapat dipakai untuk

menciptakan cara memuaskan kebutuhan mereka dan menciptakan

pendekatan yang baik untuk berkomunikasi dan mempengaruhi mereka

(Prasetijo, 2005).

Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

dua faktor, yakni faktor perilaku (behavoiur causes) dan faktor diluar

perilaku (non behaviour), selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposis factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban

dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

27

Teori-Teori Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor,

baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dari berbagai

determinan perilaku manusia, banyak ahli telah merumuskan teori-

teori atau model-model terbentuknya perilaku.

A. Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977)

Teori ABC atau lebih dikenal dengan model ABC ini

mengungkapakan bahwa perilaku adalah merupakan suatu

proses dan sekaligus hasil interaksi antara: Antencedent

Behavior Consequences .

a. Antencedent

Antencedent adalah suatu pemicu (trigger) yang

menyebabkan seseorang berperilaku, yakni kejadian-kejadian

dilingkungan kita. Antencedent ini dapat berupa alamiah

(hujan, angin, cuaca, dan sebagainya), dan buatan manusia

atau “man made” (interaksi dan komunikasi dengan orang

lain).

b. Behavior

Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antencedent” atau

pemicu tersebut yang berasal dari lingkungan.

28

c. Concequences

Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan

tersebut (konsekuensi). Bentuk konsekuensi:

1) Positif (menerima), berarti akan mengulang perilaku atau

tindakan tersebut.

2) Negatif (menolak), berarti akan tidak mengulang perilaku

tersebut (berhenti)

B. Teori “Reation Action”

Teori ini dikembangkan oleh Feshbein dan Ajzen (1980), maka

juga teori “Fesbein – Ajzen” menekankan pentingnya peranan

dari “intention” atau niat sebagai alasan atau faktor penentu

perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh:

a. Sikap

Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan

yang diambil.

b. Norma Subjektif

Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah

menyetujui atau tidak menyetujui tentang tindakan yang akan

diambil tersebut.

c. Pengendalian Perilaku:

Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari

perilaku yang akan diambilnya

29

Teori “Preced-Proceed” (1991)

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis

sejak tahun 1990.Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku

(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour

causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang

dirangkum dalam akronim PRECEDE: Predisposing, Enabling, dan

Reinforcing causes in Educational Diagnosis and Evaluation.

Precede ini adalah merupakan arahan dalam menganalisis atau

diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi

) kesehatan. Precede adalah merupakan fase diagnosis masalah.

Sedangkan PROCEED: policy, regulatory, organizational

construct in Educational and Environmantal Development, dan

Evaluasi Pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila Proceed

merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah

merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi

Kesehatan.

Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai

dan sebagainya.

30

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

D. Tinjauan Tentang Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan itu

berasal dari kata tahu yang berarti: mengerti sesudah (melihat,

mengalami). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung,

maupun dari pengalaman orang lain yang sampai kepadanya. Selain

itu, dapat juga melalui media komunikasi, seperti: radio, televisi,

majalah, atau surat kabar. (Poerwadarminta, 1976)

Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh pasien

dari pengalamannya dan pengalaman orang lain, yaitu pengetahuan

tentang produk rumah sakit (poliklinik umum, bedah, kandungan, mata,

dll.) Pengetahuan manfaat yaitu dengan berobat dirumah sakit umum

dan ditangani oleh dokter spesialis status kesehatan masyarakat

meningkat yaitu menjadi baik, pengetahuan tentang resiko berobat

bahwa selama pengobatan pasien tidak mengalami keluhan terhadap

pengobatan dokter dan resiko keuangan dimana pasien dapat

31

menjangkau harga yang diberikan rumah sakit. Menurut Notoatmojo

(2005) pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Dengan sendirinya,

pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

obyek.

Pengalaman pribadi adalah Pengalaman yang terjadi secara

tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam

pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang

terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara

bertahap diserap kedalam individu dan memengaruhi terbentuknya

sikap.

Pengalaman orang lain yaitu dalam pembentukan sikap

pengaruh orang lain sangat berperan. Misalnya dalam kehidupan

masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang

diberikan oleh tokoh masyarakatnya.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni melalui indera

penglihatan, penciuman, rasa, raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. (Notoatmojo, 2003)

32

Pengetahuan mencakup ingatan yang pernah dipelajari dan

disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip-

prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan

dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk

mengingat atau mengenal kembali.

Tingkat pengetahuan, menurut Notoatmojo (2003), yang

mengutip dari Bloom tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif,

meliputi :

2. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall). Sesuatu spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehensive)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang

telah dipelajari.

33

3. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

4. Sintesis (syntesis)

Menunjukan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

5. Evaluasi (Evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan

kriteria yang sudah ada.

Menurut Dharmmesta dkk. (2000) keputusan konsumen dalam

memilih dan meminta jasa pelayanan dipengaruhi oleh pengalaman

sebelumnya. Konsumen yang terpuaskan akan membuat rekomendasi

positif kepada konsumen yang lain, dan konsumen yang tidak

terpuaskan akan kembali keseleksi awal serta konsumen yang kecewa

akan membuat rekomendasi negatif terhadap konsumen lain.

Konsumen perlu mengetahui tentang karakteristik suatu

produk, apabila konsumen kurang mengetahui informasi tentang

karakteristik suatu produk bisa salah dalam pengambilan keputusan

membeli. Pelaku usaha yang berpengalaman akan memberikan

34

informasi, pendidikan dan pemahaman kepada setiap calon pembeli

khususnya dan kepada masyarkat umumnya.

Kegiatan komunikasi perusahaan dan kegiatan promosi harus

harus secara konsisten dilakukan. Berikut ini di jelaskan pengetahuan

produk, pengetahuan manfaat, dan pengetahuan resiko.

1) Pengetahuan Produk

Sebuah produk tidak berbeda dengan manusia yang

mempunyai sifat-sifat tertentu yang biasa di sebut dengan karakter.

Dalam kehidupan sehari-hari bila kita berbicara tentang sebuah

kendaraan, maka para pengguna mengetahui bahwa mobil merek

tertentu kurang memiliki kekuatan di jalan tanjakan, akan tetapi dapat

melaju dengan kecepatan tinggi di jalan yang datar. Demikian

dengan rumah sakit, bahwa rumah sakit memiliki produk seperti

poliklinik yang lengkap, penyakit yang ditangani oleh dokter spesialis,

fasilitas yang lengkap.

2) Pengetahuan Manfaat

Setiap konsumen perlu mengetahui dan memahami tentang

manfaat yang melekat pada setiap produk yang di beli. Dengan

mengetahui dan memahami akan manfaat yang melekat pada

produk, konsumen akan membuat pertimbangan yang matang

sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli.

Contoh manfaat Ekonomis, manfaat ekonomis biasanya dikaitkan

dengan nilai yang melekat pada suatu produk yang dibeli pada saat

35

itu untuk masa yang akan datang. Apabila nilai jual kembali barang

tersebut tidak terlalu jatuh atau bahkan mempunyai nilai yang

semakin mahal, maka konsumen akan mengambil keputusan untuk

membeli. Sebaliknya apabila barang yang akan dibeli tersebut dari

informasi yang diperoleh akan mengalami penurunan nilai yang

relatif rendah, maka konsumen akan berpaling untuk membeli produk

yang lain. Inilah yang disebut dengan pertimbangan nilai ekonomis.

3) Pengetahuan Tentang Risiko

- Risiko keuangan, berkaitan dengan rasa kekhawatiran akan

menghadapi kesulitan dalam hal dana. Membeli produk barang

dengan cara kredit jangka panjang menimbulkan bayangan risiko

kesulitan keuangan, dalam bentuk perasaan khawatir tidak

mampu membayar angsuran kredit.

- Risiko tentang fungsional, berkaitan dengan dampak negatif yang

akan timbul apabila konsumen mengetahui dan memahami

bahwa produk yang akan dibeli tersebut mengandung sejumlah

keburukan, apabila dibeli dan dikonsumsi, sebagai contoh,

konsumen akan mengubah atau mengurangi makan jeroan sapi

dan atau jeroan kambing, apabila mengetahui bahwa kedua

makanan tersebut merupakan penyebab kadar adam urat atau

kadar kolesterol yang tinggi.

36

E. Tinjauan Tentang Kepercayaan

Percaya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata: -- kpd

ceritanya; -- akan kabar itu; menganggap atau yakin bahwa seseorang

itu jujur (tidak jahat dsb), yakin benar atau memastikan akan

kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa akan

dapat memenuhi harapannya.

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berprilaku tertentu adalah karena adanya alasan pokok, yaitu :

pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan

penilaian-penilaian seseorang terhadap objek sarana pelayanan

kesehatan (Sudarmo, 2008).

Keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas pembeliannya

akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku.

Menurut Miller (1997) keputusan untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan merupakan proses yang mencari dan memanfaatkan

pelayanan kesehatan oleh seseorang. Keputusan tersebut merupakan

proses yang melibatkan keputusan individual dan sosial yang

dipengaruhi oleh profesionalisme kesehatan.

Menurut Ramsey dan Sohi dalam Sunanti (2007), kepercayaan

merupakan elemen penting yang berpengaruh pada kualitas suatu

37

hubungan. Kepercayaan konsumen terhadap penyedia jasa akan

meningkatkan nilai hubungan yang terjalin dengan penyedia jasa.

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di

bidang pelayanan kesehatan yang setiap harinya berhubungan dengan

pasien. Oleh karena itu sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi

kebutuhan yang diperlukan oleh pasien sehingga dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan memberikan pelayanan kepada

masyarakat sekitar. Sebaliknya rumah sakit memberikan pelayanan

yang baik sehingga mendapatkan upah/ jasa. Penting bagi manajemen

rumah sakit untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dan

bahkan meningkatkannya menjadi lebih baik.

Sunanti (2007) kepercayaan merupakan elemen penting yang

berpengaruh pada kualitas suatu hubungan. Kepercayaan konsumen

terhadap penyedia jasa akan meningkatkan nilai hubungan yang terjalin

dengan penyedia jasa.

Penelitian Ariawan (2001) menyimpulkan bahwa rumah sakit

yang mampu menghargai pasiennya akan dapat meningkatkan

kepercayaan pasien yang dilayaninya. Keterpaksaan yang dirasakan

pasien akan berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pasien.

Menurut Morgan dan Hunt dalam Ariawan (2001) aspek

kepercayaan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan

tingkat keyakinan pasien terhadap kemampuan pihak rumah sakit untuk

memenuhi harapan-harapan pasien atau sejauh mana pasien percaya

38

terhadap keahlian yang dimiliki pihak rumah sakit. Hal tersebut dapat

ditunjukkan dengan keyakinan pasien terhadap kredibilitas rumah sakit,

jaminan pelayanan serta niat baik dari pihak rumah sakit.

F. Tinjauan Tentang Fasilitas

Menurut Zakiah Daradjat, fasilitas adalah segala sesuatu yang

dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka

mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Suryo Subroto, fasilitas

adalah segala sesuatu yangdapat memudahkan dan memperlancar

pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.

Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas Suhaisimi Arikonto

berpendapat, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat memudahkan, memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Dari

berbagai pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa fasilitas

merupakan segala sesuatu yang mempermudah pasien dalam

memperoleh manfaat dari jasa yang diberikan rumah sakit. Apabila

fasilitas jasa tersedia dengan baik dan memadai maka pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit dapat optimal. Pasien juga akan merasa

terlayani dengan baik sehingga dengan dengan ketersediaan fasilitas

yang baik dapat menimbulkan tingkat pemanfaatan pelayanan

kesehatan menjadi tinggi.

Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat

tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan

39

mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian

dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.

(Permenkes RI, 2010).

Menurut Azwar (1999), bila seseorang akan memasuki bidang

pelayanan kesehatan yang pertama akan dilihatnya ialah sarananya.

Sarana itu dapat berbentuk material, seperti gedung dan alat, tetapi

dapat juga berbentuk manusia seperti, tenaga dan perawat, seperti :

1. Sarana pelayanan rawat jalan yaitu poliklinik umum, poliklinik penyakit

dalam, poliklinik penyakit anak, poliklinik penyakit bedah, poliklinik

kandungan, poliklinik mata, poliklinik gigi, poliklinik tht, instalasi

radiologi, instalasi rehabilitasi medik, instalasi laboratorium, instalasi

gizi, instalasi farmasi.

2. Sarana pelayanan rawat inap yaitu : ruang perawatan penyakit dalam,

ruang perawatan bedah, ruang perawatan anak, ruang perawatan

obstertik, ruang isolasi, ruang perawatan peritnatologi, ruang perawatan

ICU.

G. Tinjauan Tentang Perilaku Petugas Kesehatan

Daniel Goleman (1995), dalam bukunya Emotional

Intellegence: Why it can matter more than IQ, menyatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi

kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa seseorang. Agar EI seseorang dapat tercapai

40

dengan optimal, maka Daniel Goleman membagi EI dalam 5 (lima)

tahapan bidang kompetensi yang harus dikuasai seseorang. Bidang

kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya

sendiri serta memahami hubungan antara emosi, pikiran dan

tindakan,

2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang

harus dapat mengatur perasaannya agar perasaannya tersebut

dapat terungkap dengan baik dan benar,

3. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir

positif,

4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain

(empati),

5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain

Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk

keterampilan yang sangat mendukung keberhasilan seorang Tenaga

Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

Menurut Arief Rachman (2006), makna nilai-nilai moral dan Etika

bagi Profesional Kesehatan, menyatakan bahwa untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang

Tenaga Kesehatan harus mempunyai 7 (tujuh) kompetensi andalan,

yaitu: Manajemen diri sendiri, Keinginan untuk berprestasi,

41

Keterampilan hubungan antar manusia, Keterampilan melayani,

Keterampilan Teknis Profesionalisme, Keterampilan manajerial,

Mempunyai wawasan berpikir global. Ada juga beberapa faktor yang

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan

pelayanan publik, antara lain: Pekerjaan (work itself), Pengakuan

(recognition), Prestasi (achievement), Tanggung jawab (responsibility),

Gaji (salary), Status, Fasilitas, Pengembangan (advancement).

Pengembangan yang dimaksud diatas merupakan pengembangan

watak dari seseorang yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel,

keterbukaan, ketegasan, berencana, percaya diri, toleransi, disiplin,

berani ambil resiko, punya orientasi masa depan dalam menyelesaikan

tugasnya dan bertaqwa.

Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di

Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Klinik-Klinik pelayanan kesehatan,

tentang buruknya praktek pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan

kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang tidak

mengerjakan yang seharusnya mereka kerjakan, serta bukan isapan

jempol juga adanya tenaga kesehatan yang mengerjakan sesuatu yang

seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya. Makin banyaknya

pengaduan para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat

awam/berpendidikan/kalangan tenaga kesehatan sendiri, terhadap

kualitas pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan.

42

Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional,

seyogyanya selalu menerapkan ETIKA dalam sebagian besar aktifitas

sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa

disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam

kehidupan bermasyarakat kelompok manusia. Etika yang berlaku

dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied ethics)

yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya

membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu

yang terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk

suatu tatanan yang dinamakan kode etik profesi.

Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali

kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam

menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik

profesinya. Karena etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan

yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan, sanksi yang

diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya.

Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan

yang berkualitas atau pelayanan kesehatan yang prima terhadap

masyarakat, seperti halnya pemberian pelayanan publik lainnya,

dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan profesional bagi seluruh

SDM-nya. Sikap tersebut seharusnya dimulai dari jajaran yang paling

atas, tingkat pimpinan yang tertinggi.

43

Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas

kebutuhan masyarakat atas pelayanan kesehatan yang baik dan benar,

terlepas dari besar kecilnya organisasi/institusi yang ada, sangat

membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku

sebagai berikut: Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur

hidup, Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar

sesuai dengan profesi dan kompetensinya, Hargai keluhan pelanggan

dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah, Perlakukan setiap

pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus.

Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata

pelanggan memandang kepuasan yang didapat, paham, mengerti, dan

mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas

sesuai dengan Etika dan Hukum yang berlaku, Tetapkan sasaran-

sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan.

44

H. Kerangka Teori

Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan

tersebut, yakni bahavioural factors (faktor perilaku), dan non behavioural

factors atau faktor non perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa

faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Seorang

mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu

akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya.

Anaknya akan memperoleh imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan

sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut

mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang

dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas,

posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan

sampah, tempat olah raga, makanan yang bergizi dan sebagainya.

Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan

keluarganya untuk menggunakan air besih, buang besar di WC, makan

makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi apabila keluarga

45

tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka

dengan terpaksa, buang air besar di kali/kebun, menggunakan air kali

untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain. Yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Sumber: Ilmu Perilaku Kesehatan, Notoatmodjo: 2010 dan Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Notoatmodjo: 2005.

46

I. Kerangka Pikir

PREDISPOSISI (PREDISPOSING)

PENDUKUNG (ENABLING)

PENDORONG/PENGUAT (REINFORCING)

Sumber: Notoatmodjo: 2010

PENGETAHUAN

Indikator:

- Pengetahuan produk - Pengetahuan manfaat - Pengetahuan resiko

Sumber: Mulyadi, perilaku konsumen: 156-174

KEPERCAYAAN

Indikator:

- Persepsi

- Pengalaman

Sumber: Nugroho, Perilaku konsumen: 155

FASILITAS

Indikator:

- Ketersediaan sarana dan prasarana

- Ketersediaan obat

- Ketersediaan alat-alat kesehatan

- Keadaan lingkungan fisik

Sumber: Notoatmojo, Promosi Kesehatan & ilmu perilaku:

178

PERILAKU PETUGAS KESEHATAN

Indikator:

- Ketepatan waktu pelayanan

- Kenyamanan dalam pelayanan

- Kesopanan dan keramahan dalam memberikan

pelayanan

Sumber: Supriyanto, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan:

149

PEMANFAATAN PELAYANAN

RUMAH SAKIT DI INSTALASI

RAWAT JALAN

- Diperiksa Oleh Dokter

Spesialis

- Waktu tunggu di rawat

jalan kurang dari 60 menit

- Pasien merasa puas

47

J. Kerangka Konsep

Keterangan:

Varibel Independen =

Variabel dependen =

PENGETAHUAN

KEPERCAYAAN

FASILITAS

PERILAKU PETUGAS

KESEHATAN

PEMANFAATAN

PELAYANAN RUMAH

SAKIT DI INSTALASI

RAWAT JALAN

48

K. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan

yang dimiliki pasien bardasarkan status pendidikan dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan di intstalasi rawat jalan rumah sakit umum kota

Baubau. Pengetahuan diukur dengan skala likert dimana jawaban

sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

Kriteria Objektif:

Cukup : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total skor

pertanyaan

Kurang : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total skor

pertanyaan

2. Kepercayaan

Tingkat kepercayaan yang dimiliki pasien terhadap pelayanan

rumah sakit di instalasi rawat jalan, seperti kepercayaan sembuh dari

penyakitnya, kepercayaan akan keselamatan pasien dari risiko

bertambah parah suatu penyakit. kepercayaan diukur dengan skala

Likert dimana jawaban sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2,

sangat tidak setuju = 1.

Kriteria Objektif:

Percaya : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari

total skor pertanyaan

49

Kurang Percaya : jika responden memperoleh skor <62,5% dari

total skor pertanyaan.

3. Fasilitas

Fasilitas adalah gambaran keadaan dan ketersediaan obat,

ketersediaan alat-alat kesehatan, keadaan lingkungan fisik yaitu

tesedianya AC, WC, tempat pembuangan sampah. Fasilitas diukur

dengan skala Likert dengan menggunakan 4 kategori yaitu dimana

jawaban Sangat Baik diberi skor 4, Baik = 3, Tidak Baik = 2, Sangat

Tidak Baik =1

Kriteria Objektif:

Cukup : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total

skor pertanyaan

Tidak Cukup : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total

skor pertanyaan

4. Perilaku Petugas Kesehatan

Gambaran pasien terhadap perilaku petugas kesehatan

berdasarkan pengalaman seperti kenyamanan dalam pelayanan,

ketepatan waktu pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam

memberikan pelayanan. Perilaku Petugas Kesehatan diukur dengan

skala Likert dengan menggunakan 4 kategori yaitu dimana jawaban

Sangat Baik diberi skor 4, Baik =3, Tidak Baik = 2, jawaban Sangat

Tidak Baik 1.

Kriteria Objektif:

50

Baik : jika responden memperoleh skor ≥ 62,5% dari total

skor pertanyaan

Tidak Baik : jika responden memperoleh skor < 62,5% dari total

skor pertanyaan

5. Pemanfatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah perilaku pasien

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan

kesehatan diukur melalui Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Baubau yang meliputi: 1) waktu tunggu di rawat

jalan kurang dari 60 menit 2) Dokter Spesialis di poliklinik rawat jalan, 3)

Kepuasan Pasien.

Kriteria Objektif:

Memanfaatkan Pelayanan : jika semua prosedur sesuai standar

pemanfaatan Standar Pelayanan

Minimal rumah sakit

Tidak Memanfaatkan Pelayanan : jika semua prosedur tidak sesuai

standar Standar Pelayanan

Minimal rumah sakit

51

L. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit

b. Tidak ada pengaruh antara kepercayaan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit

c. Tidak ada pengaruh antara fasilitas terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit

d. Tidak ada pengaruh antara perilaku petugas kesehatan terhadap

pelayanan kesehatan rumah sakit

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rumah sakit.

b. Ada pengaruh antara kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan rumah sakit.

c. Ada pengaruh antara fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan rumah sakit.

d. Ada pengaruh antara perilaku petugas kesehatan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit.

52

M. Sintesa Penelitian

NO PENELITI

(TAHUN)

KARAKTERISTIK

HASIL SUBYEK

METODE

DESAIN

VARIABEL

INDEPENDEN

VARIABEL

DEPENDEN

1. Saad Abdullah Al-

Ghanim

1428 H

Outpatient

Clinics

Descriptive

statistis and

binary logistic

Income

Health status

Education

Gender

Insurance

Health facility

Specialist

doctor

Utlisation

Kingdom of

Saudi Arabia

Specialist doctor

statistically significant in

identifying the variables

which influence

the utilisation of both

public PHC centres and

private outpatient clinics.

2. S. Sharmila and

Jayasree

Krishnan

2013

250

outpatients

from two

hospitals in

the chennai

City

Survey Physical

Environment

The waiting

area was

pleasant

The

examination

or consultation

room was

pleasant

Attractiveness

Pleasantness

and

cleanliness

Patient

Satisfaction

The correlations were

significant between the

Independent

environmental ranking

and “The waiting area

was pleasant” (r = 0.617,

P <.01) and “The

examinationor

consultation room was

pleasant” (r = 0.528, P

<.01). There was also a

positive correlation

between those 2 patient-

reported measures (r =

0.456, P <.01). These

positive correlations

indicate overall

consistency between

perceptions of the

patients in the practices

and independent

observers.

53

3. Barlin Adam

2008

Analisis

Pemanfaatan

Pelayanan

Kesehatan Suku

Bajo Di

Kabupaten

Kolaka Sulawesi

Tenggara Tahun

2008

Seluruh

masyarakat

suku bajo

Cross Sectional Akses

ekonomi

sikap

psikologi

fasilitas

sosial

budaya

akses

geografis

keputusan

pasien untuk

memanfaatkan

pelayanan

kesehatan di

bajo

Faktor akses gografis dan

dan kelengkapan fasilitas

memiliki hubungan

terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

Sedangkan fakor

psikologi, sikap, sosial

budaya tidak memiliki

pengaruh terhadap

pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

4. Andi Hasnah

2008

Pengambilan

keputusan ibu

pasca persalinan

dalam memilih

pelayanan

kesehatan di

kabupaten Sidrap

Seluruh

orang yang

memiliki

hubungan

langsung

dengan

penentuan

keputusan

pemilihan

pelayanan

kesehatan

Penelitian

kualitatif dengan

teknik studi

kasus

faktor social,

budaya,

kepercayaan

Pengambilan

keputusan ibu

pasca

persalinan

Keputusan ibu atau

keluarga pada pencarian

perawatan/pengobatan

pasca persalinan di

wilayah kerja puskesmas

Maritengngae adalah

lebih menggunakan jasa

dukun artinya masih

dipengaruhi oleh faktor

social budaya serta

kepercayaan yang ada

diwilayah kerja

puskesmas tersebut

5. Binar Aji dan

Shrimarty

Rhukmini Devy

2006

Faktor

predisposing,

enabling dan

Reinforcing pada

pasien di

pengobatan

Alternatif

Radiesthesi

Pasien

yang

berobat di

pengobatan

alternatif

radiesthesi

medik

Cross sectional karakteristik

responden

(status

berobat,

tempat

tinggal,

umur, jenis

kelamin,

agama.

Predisposing

factors

(pengetahuan,

Pemanfaatan

pelayanan

pengobatan

alternatif

radiesthesi

Predisposng factor pada

responden di pengobatan

alternatif medik adalah

pengetahuan yang cukup

baik, kepercayaan pada

pengobatan alternatif

radiesthasi medik yang

akan mendorong mereka

untuk sembuh dan

persepsi tentang

keamanan pengobatan

alternatif raddiesthesi

54

Medik Metode

Romo H.

Loogman Di

Purworejo Jawa

Tengah

kepercayaan,

persepsi)

Enabling

Factors (

keterjangkaua

n fisik, biaya,

kondisi ruang

praktek

Reinforcing

faactors

medik, konsep sehat dan

sakit dan pengalaman

orang lain yang pernah.

Enabling factor pada

responden di pengobatan

alternatif radiesthesi

medik adalah kemudahan

akses, biaya pengobatan

dinilai murahserta kondisi

ruang praktik dan fasilitas

penunjang yang baik.

Reinforcing factor pada

responden di pengobatan

alternatif radiesthesi

medik adalah sikap staf

pengobatan dan

radiestest yang ramah

dan cekatan dalam

melayani pasien serta

adanya kelompok

referensi yaitu sumber

informasi yang mayoritas

adalah keluarga.

6. Yenni Alfiati,

Triyani Marwati

2010, Solikhah

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pemanfaatan

Pelayanan poli

obsgyn di rsud

banjarnegara

2010

77

responden.

Penelitian cross

sectional

1. Informasi

Keberadaan

2. Mutu

Pelayanan

Kesehatan

3. Fasilitas

Kesehatan

Pemanfaatan

Pelayanan Poli

Obsgyn di

RSUD

Banjarnegara.

1) Ada hubungan yang

bermakna antara

informasi RSUD

Banjarnegara dengan

pemanfaatan

pelayanan poli obsgyn

di RSUD Banjarnegara

dengan kategori ya

sebesar 49 (64%)

responden dan dengan

kategori tidak 28 (36%)

responden.

2) Ada hubungan yang

bermakna antara mutu

55

pelayanan kesehatan

dengan pemanfaatan

pelayanan poli obsgyn

di RSUD Banjarnegara

dengan kategori baik

48 (62%) responden

dan dengan kategori

buruk 29 (38%)

responden.

3) Ada hubungan yang

bermakna antara

fasilitas kesehatan

dengan pemanfaatan

pelayanan poli obsgyn

di RSUD Banjarnegara

dengan kategori baik

45 (58%) responden

dan dengan kategori

buruk 32 (42%)

responden.

7. Irma Nurianti

2012.

Pengaruh Faktor

Predisposisi,

Pendukung Dan

Kebutuhan

terhadap

Pemanfaatan

Penolong

Persalinan pada

Ibu Bersalin di

wilayah kerja

Puskesmas binjai

serbangan

Kabupaten

asahan

157 orang. penelitian survei

dengan

pendekatan

explanatory

research yang

bertujuan untuk

menjelaskan

pengaruh Faktor

Prediposisi,

Faktor

Pendukung, dan

Faktor

Kebutuhan

terhadap

Pemanfaatan

Penolong

Persalinan pada

1. pengetahuan

2. sosial budaya

3. sarana

pelayanan

kesehatan

pemanfaatan

penolong

persalinan.

Hasil bahwa pengetahuan

(p= 0,009), sosial budaya

(p = 0,016), dan

kebutuhan akan sarana

pelayanan kesehatan (p =

0,001) berpengaruh

signifikan terhadap

pemanfaatan penolong

persalinan. Kebutuhan

akan sarana pelayanan

kesehatan adalah sub

variable yang paling

berpengaruh terhadap

pemanfaatan penolong

persalinan di wilayah

kerja puskesmas Binjai

Serbangan

56

Ibu bersalin di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Binjai

Serbangan

Kabupaten

Asahan

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

survey analitik, dengan desain cross sectional study, yakni suatu

penelitian yang bertujuan untuk melihat suatu hubungan pada waktu yang

sama antara variabel-variabel independen dan variabel dependen, dengan

mengukur hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan pasien di Instalasi rawat Jalan RSUD Bau-Bau Provinsi

Sulawesi Tenggara. Studi dilakukan untuk menganalisis hubungan

variabel independen (pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku

petugas kesehatan) dengan variabel dependen (pemanfaatan pelayanan

Rumah Sakit).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Baubau Provinsi

Sulawesi Tenggara di Instalasi Rawat jalan, pengumpulan data pada

bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013, dengan pertimbangan di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara

merupakan tempat yang strategis untuk memanfaatkan pelayanan rawat

jalan.

58

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki

karakteristik sama, seperti kelompok individu di masyarakat yang

mempunyai umur, seks, pekerjaan, status sosial yang sama, atau

obyek lain yang mempunyai karakteristik sama seperi golongan darah

A, AB, dan O. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Baubau.

2. Sampel

Sampel adalah merupakan sebagian kecil dari populasi atau

obyek yang memiliki karakteristik sama. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu

mengambil responden dengan cara memeperhatikan kriteria yang telah

ditetapkan. Adapun kriterianya sebagai berikut:

a. Telah mendapatkan pelayanan rawat jalan,

b. Dapat berkomunikasi dengan baik, jika tidak misalnya pasien anak,

maka penggantinya adalah pengantarnya (orang tua atau

kerabatnya).

c. Bersedia atau setuju diwawancaraai atau mengisi kuesioner.

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang

dimana jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus besar sampel

menurut rumus slovin (Prasetyo dan Jannah, 2012:137), yaitu sebagai

berikut :

59

( )

( )

( )

( )

= 99 Dibulatkan 100

n = Jumlah Sampel

N = Besar Populasi (jumlah kunjungan pasien selama tahun 2011)

e = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%)

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :

1. Data Primer

Data ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

responden yang menggunakan jasa layanan rumah sakit di lokasi

penelitian.

2. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari laporan atau dokemen tertulis lainnya

yang tersedia yang menyediakan data relevan dengan topik

60

penelitian, seperti profil rumah sakit, jurnal penelitian dan lain

sebagainya.

E. Pengolahan Data

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah

melalui prosedur sebagai berikut:

a. Pengolahan secara manual dengan melakukan:

1. Editing atau memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan

kelengkapan data yang diisi oleh responden.

2. Coding atau memberi kode nomor jawaban yang diisi oleh

responden yang ada dalam daftar pertanyaan. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan proses dengan bantuan computer (SPSS for

windows versi 20,0) data tabulasi data/entry data.

b. Pengolahan dengan komputer berdasarkan model analisis dengan

menggunakan program SPSS for MS Windows untuk melakukan:

1. Tabulating

Menyusun data–data ke dalam tabel yang sesuai dengan

analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis.

c. Setelah data ditabulasi, maka pengolahan dilakukan dengan

komputer program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi disertai penjelasan serta tabel pengaruh. Tahap ini

merupakan tahap kegiatan membersihkan data yang telah

terkumpul, baik cara pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi dari

setiap jawaban yang terdapat pada kuesioner. Data kemudian

61

disajikan dalam bentuk tabel univariat, bivariat, dan multivariat yang

disertai penjelasannya dalam bentuk narasi.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan

dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya

dalam bentuk tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara variabel independen yaitu variabel dependen. Dalam

analis ini dilakukan pengujian statistic dengan menggunakan Chi

square. Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis. Hipotesis

penelitian yang akan diuji adalah HO dan tingkat kemaknaan yang

dipilih adalah a = 0,05 teknik statistic yang akan digunakan untuk

menguji adalah uji chi square Analysis

3. Multivariat

Berdasarkan tujuan penelitian, maka tekhnik analisis data yang

digunakan adalah uji regresi logistik yang dimaksudkan untuk

mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh terhadap

variabel dependen.

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kota Baubau

1. Latar Belakang Sejarah

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau yang terletak

ditengah-tengah kota Baubau didirikan pada zaman Pemerintah

Belanda. Berdasarkan peraturan daerah nomor 12 tahun 2000, Rumah

Sakit Umum Daerah kota Baubau ditingkatkan statusnya dari Rumah

Sakit type D menjadi rumah sakit type C.

Posisi strategis kota Baubau membuat pusat rujukan pelayanan

kesehatan bagi tempat daerah tersebut bertumpuh pada RSUD untuk

daerah kota Baubau.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan/pemulihan yang dilakukan

secara serasi terpadu dengan upaya peningkatan dan peningkatan

serta fungsi rujukan.

b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

Sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan penunjang Medis dan Non Medis

63

c. Pelayanan Asuhan Keperawatan

d. Pelayanan Rujukan

e. Pendidikan dan Pelatihan

f. Penelitian dan Pengembangan

g. Pelayanan Administrasi Umum dan Keuangan

3. Visi, Misi, Motto, dan Dasar Pelaksanaan Kerja Rumah Sakit

a. Visi

Menjadikan rumah sakit umum kota Baubau sebagai rumah sakit

yang berkualitas dengan mewujudkan pelayanan prima yang

profesional sesuai kemampuan SDM serta IPTEK di Kota Baubau

sebagai pusat rujukan di wilayah kepulauan dan sekitarnya.

b. Misi

1) Menyelenggarakan relokasi rumah sakit yang representatif untuk

mewujudkan pelayanan prima

2) Menyempurnakan pengorganisasian yanng lebih terarah dan

spesifik

3) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang handal sebagai

ujung tombak pelayanan yang lebih profesonal

4) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan secara bertahap

hingga tercapai standar pelayanan minimal pada tahun 2013

5) Mempersiapkan rumah sakit sebagai badan pelayanan umum dan

sebagai pusat rujukan kedua di Sultra dengan meningkatkan

status dari tipe-C ke –B non pendidikan.

64

c. Motto (5 S) yaitu:Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun

d. Tujuan

1) Melaksanakan lebih banyak dengan menambah dan memperbaiki

sarana dan prasarana bagi pelayanan kesehatan yang memadai

2) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan

sesuai kebutuhan sehingga tersedia aparat yang profesional.

3) Melaksanakan pengembangan fisik penunjang sarana pelayanan

kesehatan.

4. Keadaan Geografis dan Demografi

Rumah sakit umum daerah kota Baubau berlokasi di jalan

Drs.H. Laode Manarfa No.20 Baubau, dengan luas tanah 6000m2 dan

luas bangunan 2017,10 m2, dengan lokasi yang sangat strategis dan

dikelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya

sehingga sangat potensial untuk pengembangan di masa mendatang.

RSUD kota Baubau merupakan rumah sakit rujukan bagi

fasilitas kesehatan yang menjadi milik Pemerintah kota Baubau untuk

itu keadaan geografis dan demografi RSUD kota Baubau digambarkan

dari keadaan geografis dan demografi RSUD kota.

Secara Administratif kota Baubau adalah ibukota dari kota

Baubau yang dibagi dalam 7 kecamatan dan 43 kelurahan dengan luas

wilayah kota Baubau 221 km2.

65

5. Keadaan Pelayanan Kesehatan

RSUD kota Baubau merupakan rumah sakit type C dengan

jumlah 101 TT dan ditunjang oleh 7 (tujuh) dokter spesialis, fasilitas

pelayanan kesehatan RSUD kota Baubau terdiri dari sarana pelayanan

rawat jalan, rawat inap, dan penunjang medik. Sarana pelayanan rawat

jalan melayani 7 poliklinik dan 5 penunjang medis.

a. Rawat Jalan

Sarana pelayanan rawat jalan melayani 7 poliklinik dan 5 penunjang

medis terdiri dari:

1) Poliklinik

Poliklinik Umum, Poliklinik penyakit dalam, Poliklinik Penyakit

Anak, Poliklinik Penyakit Bedah, Poliklinik Kandungan, Poliklinik

Mata, Poliklinik Gigi

2) Instalasi Penunjang Medik

Instalasi Radiologi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi

Laboratorium, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi

66

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah sakit umum Kota Baubau.

Pengumpulan data dirumah sakit ini baik primer maupun sekunder

dilaksanakan selama 5 (lima) pekan terhitung mulai tanggal 10 Maret

sampai dengan 20 April 2013 terhadap pasien di Instalasi Rawat Jalan

Kota Baubau dan bagian yang terkait dengan penelitian ini.

Total sampel dalam penelitian ini yaitu 100 orang yang telah

memenuhi kriteria inklusi (bersedia menjadi responden). Penarikan

sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu mengambil

responden dengan cara memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian berupa data telah diolah menjadi informasi

sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dideskripsikan dalam bentuk

tabel dan penjelasan.

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program

SPSS for windows versi 20,0 yang dibedakan atas analisis univariat,

bivariat dan multivariat (uji regresi logistik).Adapun hasil penelitian yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Umur

Kelompok umur responden dibagi atas lima kelompok.

Gambaran distribusi responden menurut kelompok umur

ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut:

67

Tabel 1: Distribusi Responden Menurut Umur di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Kota Baubau

Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah

(n) Persen %

<20 10 10.0

21-30 37 37.0

31-40 20 20.0

41-50 18 18.0

> 50 15 15.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui mayoritas responden

yang memanfaatkan layanan instalasi rawat jalan rumah sakit

umum kota Baubau berada pada kelompok umur 21-30 tahun

yaitu 37%, sedangkan persentase terkecil terdapat pada

kelompok umur <20 tahun yaitu sebanyak 10 responden (10%).

2) Jenis Kelamin

Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

Jenis Kelamin N Persen (%)

Laki-Laki 45 45,0

Perempuan 55 55,0

Total 100 100,0

Sumber: Data Primer, 2013

68

Tabel 2 menunjukan bahwa responden lebih banyak

berjenis kelamin perempuan yaitu 55 orang (55,0%). Hal ini

berarti, pasien instalasi rawat jalan rumah sakit umum kota

Baubau adalah domain perempuan.

3) Pendidikan Responden

Pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang terakhir

diselesaikan oleh responden/pasien rawat jalan RSU kota

Baubau. Tingkat pendidikan dibagi dalam 4 kelompok yakni tidak

sekolah, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, Perguruan Tinggi.

Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

Tingkat Pendidikan Jumlah Persen %

Tidak Sekolah 8 8.0

SD 10 10.0

SMP sederajat 5 5.0

SMA/SMK/ sederajat 42 42.0

Perguruan Tinggi 35 35.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 3 menunjukan bahwa latar belakang pendidikan

responden pada penelitian ini SMA sederajat yaitu 42 (42.0%).

4) Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden adalah status pekerjaan yang

terakhir oleh responden/pasien rawat jalan RSU kota Baubau.

69

Status pekerjaan dibagi dalam 4 kelompok yakni Pegawai Negeri

Sipil (PNS), Wiraswasta, Ibu Rumah Tangga, Tidak Bekerja.

Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan status pekerjaan Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

No. Pekerjaan Jumlah Persen %

1. PNS 26 26.0

2. Wiraswasta 25 25.0

3. Ibu Rumah Tangga 29 29.0

4. Tidak Bekerja 20 20.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 4 menunjukan bahwa umumnya responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga 29 orang (29.0%) dan terendah tidak

bekerja 20 orang (20%).

b. Variabel Penelitian

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah pengetahuan yang dimiliki pasien

bardasarkan status pendidikan dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan di intstalasi rawat jalan rumah sakit umum kota

Baubau. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka

diperoleh gambaran umum pengetahuan pasien terkait

pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kota

Baubau Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

70

Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

No. Pengetahuan N Persentase

1.

2.

Cukup

Kurang

76

24

76.0

24.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 5 diperoleh bahwa responden yang mempunyai

pengetahuan yang cukup terhadap pemanfaatan pelayanan

sebanyak 76 responden atau (76.0%). Sedangkan yang memiliki

pengetahuan yang kurang mengenai pemanfaatan pelayanan

adalah 24 responden (24.0%).

2) Kepercayaan

Kepercayaan adalah kepercayaan pasien berdasarkan

pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan di instalasi rawat

jalan rumah sakit.

Distribusi responden menurut kepercayaan terhadap

pemanfaatan pelayanan instalasi rawat jalan rumah sakit dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6: Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

No. Kepercayaan N (Jumlah) Persentase

1

2

Percaya 67 67.0

Kurang Percaya 33 33.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

71

Tabel 6 diperoleh bahwa responden yang mempunyai

kepercayaan yang baik “percaya” terhadap pemanfaatan

pelayanan rawat jalan ada 67 responden atau (67.0%).

Sedangkan yang memiliki kepercayaan yang kurang mengenai

pemanfaatan pelayanan adalah 33 responden atau sebesar

(33.0%).

3) Fasilitas

Fasilitas adalah fasilitas atau kelengkapan rumah sakit di

instalasi rawat jalan seperti alat-alat kesehatan, sarana

prasarana, ketersediaan obat, keadaan lingkungan fisik.

Distribusi responden menurut fasilitas pelayanan

kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7: Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

No. Fasilitas n (jumlah) Persentase

1

2

Cukup 66 66.0

Tidak Cukup 34 34.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 7 menunjukan bahwa responden yang menganggap

fasilitas layanan kesehatan cukup sebanyak 66 responden atau

(66.0%). Sedangkan yang menganggap fasilitas layanan

kesehatan tidak cukup adalah 34 responden atau sebesar

(34.0%).

72

4) Perilaku Petugas Kesehatan

Perilaku petugas kesehatan adalah perilaku pelayanan

petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap

pasien.

Distribusi responden menurut perilaku petugas pelayanan

kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8: Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Baubau

No. Perilaku n (jumlah) Persentase

1

2

Baik 75 75.0

Tidak Baik 25 25.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 8 menunjukan bahwa responden menganggap

perilaku petugas kesehatan baik sebanyak 75 atau (75.0%).

Sedangkan yang menganggap perilaku petugas kesehatan tidak

baik adalah 25 responden atau (25.0%).

5) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah tingkat atau

perilaku pasien dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

rumah sakit.

Distribusi responden menurut pemanfaatan pelayanan

kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

73

Tabel 9: Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota

Baubau

No. Pemanfaatan Layanan n (jumlah) Persentase

1

2

Memanfaatkan 70 70.0

Tidak Memanfaatkan 30 30.0

Total 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 9 menunjukan bahwa responden dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit sebanyak 70

atau (70.0%). Sedangkan yang tidak memanfaatkan adalah 30

responden atau sebanyak (30.0%).

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan

Gambaran hubungan pengetahuan responden terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah

sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :

74

Tabel 10: Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

No Pengetahuan

Pemanfaatan Pelayanan

Jumlah

P= 0.007

Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan

N % N % N %

1

2

Cukup 59 77.6 17 22.4 76 100.0

Kurang 11 45.8 13 54.2 24 100.0

Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Pada Tabel 10 tentang pengetahuan terhadap pemanfaatan

pelayanan dikategorikan menjadi dua yaitu cukup dan kurang.

Pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang tidak baik artinya masyarakat tidak

memanfaatkan pelayanan rumah sakit. Hasil penelitian di rumah

sakit kota Baubau sebanyak 59 responden (77.6%) yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan karena memiliki pengetahuan

yang cukup dari pada yang tidak ingin memanfaatkan pelayanan

kesehatan 22.4%, sedangkan 11 responden (45,8%) memanfaatkan

pelayanan kesehatan sedikit karena memiliki pengetahuan yang

kurang dan lebih tinggi untuk tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan 54.2%.

Berdasarkan tabel 9 diperoleh nilap p = 0,007 pada α = 0,05.

Karena nilai p (0,007) < 0,05 yang artinya bahwa terdapat hubungan

75

yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

b. Hubungan Kepercayaan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan

Gambaran hubungan kepercayaan responden terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah

sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 11: Hubungan Kepercayaan Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

No Kepercayaan

Pemanfaatan Pelayanan

Jumlah

P=

0.000

Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan

N % N % n %

1

2

Percaya 57 85.1 10 14.9 67 100.0

Kurang

Percaya 13 39.4 20 60.6 33 100.0

Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Pada Tabel 11 tentang kepercayaan terhadap pemanfaatan

pelayanan dikategorikan menjadi dua yaitu percaya dan kurang

percaya. Kepercayaan yang kurang dapat menyebabkan

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak baik artinya

masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit.

Hasil penelitian di rumah sakit Baubau sebanyak 57

responden (85.1%) yang memiliki tingkat kepercayaan yang

76

“percaya” dan memanfaatkan pelayanan kesehatan dari pada yang

tidak memanfaatkan sebanyak 14.9% responden. Sedangkan

responden yang memiliki kepercayaan kurang terhadap rumah sakit

lebih banyak ditemukan pada pasien yang tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan yaitu 60.6% dari pada yang memanfaatkan

pelayanan kesehatan rumah sakit 39.4%.

Berdasarkan tabel 10 diperoleh nilai p = 0,000 pada α = 0,05.

Karena nilap p = (0.000) < 0,05 artinya bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara kepercayaan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

c. Hubungan Fasilitas dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Gambaran hubungan Fasilitas dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah sakit umum kota

Baubau 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 12: Hubungan Fasilitas Dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

No. Fasilitas

Pemanfaatan Pelayanan

Jumlah

P =

0.004

Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan

N % N % N %

1

2

Cukup 53 80.3 13 19.7 66 100.0

Tidak Cukup 17 50.0 17 50.6 34 100.0

Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

77

Pada Tabel 12 tentang fasilitas kesehatan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi dua yaitu

cukup dan tidak cukup. Fasilitas yang tidak cukup dapat

menyebabkan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak baik

artinya masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan rumah sakit.

Hasil penelitian di rumah sakit umum kota Baubau yaitu

responden yang menganggap fasilitas pelayanan kesehatan cukup

dan memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak (80.3%) dan

yang tidak memanfaatkan 19.7%. Sedangkan yang menganggap

fasilitas tidak lcukup tetapi memanfaatkan pelayanan kesehatan

50.0%, sama dengan yang tidak memanfaatkan sebesar 50.6%.

Berdasarkan tabel 11 diperoleh p = 0,004 pada α = 0,05.

Karena nilai p (0,004) < 0,05 yang artinya bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

d. Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan

Gambaran hubungan perilaku petugas kesehatan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan rumah

sakit umum kota Baubau 2013 adalah sebagai berikut :

78

Tabel 13: Hubungan Perilaku Petugas Kesehatan Dengan

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat

Jalan Rumah Sakit

No.

Perilaku

Petugas

Kesehatan

Pemanfaatan Pelayanan

Jumlah

P =

0.000

Memanfaatkan Tidak

Memanfaatkan

N % N % N %

1

2

Baik 60 80.0 15 20.0 75 100.0

Tidak Baik 10 40.0 15 60.6 25 100.0

Total 70 70.0 30 30.0 100 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Pada Tabel 13 tentang Perilaku Petugas Kesehatan

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi

dua yaitu baik dan tidak baik. Perilaku Petugas Kesehatan yang tidak

baik dapat menyebabkan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang

tidak baik artinya masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan rumah

sakit.

Hasil penelitian di rumah sakit umum kota Baubau

responden menganggap perilaku petugas kesehatan baik kemudian

memanfaatkan pelayanan lebih besar sebanyak 60 responden

(80.0%) daripada yang tidak memanfaatkan (20.0%), sedangkan

yang menganggap perilaku petugas tidak baik dan memanfaatan

pelayanan kesehatan sedikit yaitu 40.0% dan banyak yang tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu 60.6%.

79

Berdasarkan tabel 12 diperoleh nilai p = 0,000 pada α = 0,05.

Karena nilai p (0,000) <0,05 artinya bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

e. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Regresi Logistik Bivariat)

Pada tahap sebelumnya telah diketahui bahwa semua

variabel perilaku pasien berhubungan dengan variabel pemanfaatan

pelayanan kesehatan, sehingga keempat variabel perilaku pasien

tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis regresi

logistik bivariat, analisis regresi logistik bivariat dilakukan untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen (dalam hal ini menguji hipotesis 1-4).

Tabel 14: Hasil Analisis Regresi Logistik Bivariat Variabel Perilaku

Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan Di Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Baubau

Variabel B S.E Wald Df Sig. Exp(B)

Pengetahuan 1,411 ,494 8,177 1 ,004 4,102

Fasilitas 1,405 ,462 9,253 1 ,002 4,077

Kepercayaan 2,171 ,494 19,284 1 ,000 8,769

Perilaku 1,792 ,500 12,842 1 ,000 ,167

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 14dapat dilihat bahwa seluruh variabel

independen pada penelitian ini mempunyai p<0.05, sehingga dapat

80

disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen secara

parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

1) Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan (p = ,004, Exp.B = 4,102)

2) Ada pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan (p = ,002, Exp.B = 4,077 )

3) Ada pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan (p = ,000, Exp.B = 8,769 )

4) Ada pengaruh perilaku petugas terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan (p = ,000 Exp.B =,167 )

Dari data tersebut juga diketahui bahwa seluruh variabel

perilaku pasien memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan analisis

multivariat secara bersama-sama.

3. Analisis Multivariat (Regresi Logistik Berganda)

Pengaruh antara perilaku pasien terhadap pemanfaatan

pelayanan dapat dilihat melalui analisis dengan menggunakan uji

regresi logistik. Dengan uji regresi logistik berganda diharapkan dapat

diperoleh model regresi yang baik, yang mampu menjelaskan pengaruh

perilaku pasien (pengetahuan, kepercayaan, fasilitas, perilaku petugas

kesehatan) terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Analisis multivariat dilakukan pada variabel yang berpengaruh

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Uji regresi logistik

81

berganda bertujuan untuk mencari faktor yang paling dominan

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah

sakit Baubau.

Tabel 15: Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor Yang

Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di

Rumah Sakit

Variabel B Nilai p Exp (B)

Step 3 Fasilitas Layanan -1.106 0.031 0.331

Kepercayaan -1.999 0.000 0.135

Constant 1.000

Overall Percentage 77.0

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan hasil uji statistik multivariat seperti tersaji pada

tabel 15, terdapat dua variabel yang memiliki nilai p < 0.05, yaitu

variabel fasilitas Layanan (p=0.031) dan Kepercayaan (0.000), yang

berarti secara statistik hanya kedua variabel tersebut yang memiliki

pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen.

Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi

besar/kecilnya, tinggi/rendahnya pengaruh faktor yang ada dalam

hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan hasil

akhirnya 77.0%. Dari beberapa tahapan yang dilalui dalam model

backward yang mengeluarkan satu persatu variabel dinilai kurang

memberi pengaruh mulai dari pengaruh terkecil. Jadi dari hasil regresi

logistik tersebut di atas yang diperoleh dari tahapan terakhir (step 3)

82

dapat disimpulkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan dengan

nilai sebesar 0.331 kali lebih besar dari variabel lain.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengolahan data yang telah

dilakukan, maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan gambaran

tentang perilaku pasien serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan dirumah sakit umum kota Baubau.

1. Karakteristik Umum Responden

Penelitian dilakukan dengan mengukur beberapa karakteristik

responden antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

pekerjaan. Dari hasil penelitian digambarkan bahwa kelompok umur

yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan

adalah kelompok umur 21-30 tahun yaitu 37%, sedangkan persentase

terkecil terdapat pada kelompok umur <20 tahun yaitu sebanyak 10

responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat kota Baubau

yang berusia produktif yang banyak memanfaatkan pelayanan

kesehatan rawat jalan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden berpendidikan di SMU yaitu 42 responden

(42%), sedangkan persentase terkecil yaitu SMP yaitu 5 responden

(5%). Pendidikan pasien mempengaruhi pengetahuan pasien atau

83

kemauan pasien untuk mencari informasi. Menurut Notoatmojo bahwa

pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar untuk

melaksanakan tindakan. Teori Notoadmojo (2003) yang menyatakan

pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan dan perkembangan kearah lebih dewasa. Makin tinggi

tingkat pendidikan sesorang maka akan mudah menemukan informasi,

makin banyak informasi makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

oleh orang tersebut.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan diketahui bahwa sebagian

besar responden Tidak bekerja yaitu 29 (29%), sedangkan persentase

terkecil yaitu responden yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga 20

responden (20%). Pekerjaan pasien mempengaruhi pendapatan

pasien, sehingga mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan

untuk memanfaatkan pelayanan yang sesuai dengan kemampuannya,

hasil ini menunjukan bahwa bahwa sebagian besar responden

termasuk dalam golongan sosial ekonomi menengah ke bawah, dimana

kelompok dengan ekonomi menengah ke bawah mempunyai perilaku

untuk berobat sendiri dan menggunakan pengobatan tradisional. Para

ahli Holt dan Edwin mengkaji perilaku pengobatan sendiri yang

dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan obat dari warung-

warung dan toko obat yang tentunya akan menyebabkan kurang

dimanfaatkannya pelayanan kesehatan (dokter), karena pengobatan

sendiri dipandang lebih menghemat biaya, waktu, ikut berperan dalam

84

mengambil keputusan dan meringankan beban pemerintah dalam

keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat.

2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penelitian ini adalah

tingkat pemanfaatan pelayanan pada masyarakat kota Baubau yaitu

memanfaatkan atau tidak memanfaatkan. Pelanggan yang persepsi

baik terhadap rumah sakit akan memanfaatkan pelayanan kesehatan,

dan sebaliknya pelanggan yang persepsi terhadap rumah sakit tidak

baik maka tidak memanfaatkan pelayanan rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang

memanfaatkan pelayanan di rumah sakit umum kota Baubau memiliki

persentase yang lebih besar yaitu 70 orang (70%), pasien yang

memanfaatkan pelayanan rumah sakit sebagian besar menyatakan

bahwa mereka memanfaatkan pelayanan rumah sakit karena adanya

dokter spesialis, karena pasien bisa tahu dengan tepat dan puas

karena telah ditangani dokter spesialis mengenai penyakit yang

diderita.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dari 100 pasien rawat

jalan, 30 (30%) orang diantaranya menyatakan tidak memanfaatkan

pelayanan kesehatan di rumah sakit umum kota Baubau. Hal ini

disebabkan oleh lamanya waktu pelayanan dimulai dari menunggu

dokter yang datang sekitar jam 9 lewat, sampai pada pelayanan waktu

tunggu di apotik. Dokter jarang datang tepat waktu sehingga mereka

85

menunggu sekitar 2-3 jam. Menurut responden mereka lebih berobat ke

puskesmas dimana pelayanannya lebih cepat, dokter yang datang tepat

waktu dan waktu dalam pengambilan obat cepat.

Responden juga mengatakan bahwa mereka tidak

memanfaatkan pelayanan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau

karena merasa tidak mendapat perbedaan penanganan dari petugas

rawat jalan. Petugas selalu memberi perhatian lebih kepada pasien

pengguna askes seperti melayani dengan ramah dan prosesnya di

percepat jika dalam proses antrian di loket administrasi pasien askes

juga selalu di dahulukan, sedangkan pengguna jamkesmas selalu

dikesampingkan. Merasa petugas memberikan pelayanannya berbeda

mereka lebih memilih berobat ketempat dokter praktek atau puskesmas

atau lebih memilih berobat sendiri.

Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan menurut

Aswar (1996) adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para

pemakai jasa pelayanan kesehatan terhadap kesehatan sedemikian

rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa pelayanan kesehatan

tersebut tetap terpelihara. Bertitik tolak dari hakekat dasar ini, maka

pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi

kebutuhan dan tuntutan setiap konsumen (pasien) yang terkait dengan

timbulnya rasa puas terhadap pelayanan kesehatan.

Dengan adanya pasien 30 (30%) pasien dalam penelitian yang

termasuk dalam kategori tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan,

86

menguatkan data bahwa terjadi penurunan kunjungan pasien rawat

jalan di rumah sakit umum kota Baubau. Oleh karena itu, rumah sakit

perlu memperbaiki pelayanan rawat jalan sehingga pasien dapat

memanfaatkan pelayanan rawat jalan dirumah sakit umum kota

Baubau.

3. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat

Jalan

Pasien yang tidak memanfaatkan pelayanan karena kurangnya

pemahaman pasien tentang produk pelayanan rawat jalan rumah sakit,

sehingga ketika sakit mereka tidak tahu tempat penanganan yang tepat

terhadap penyakitnya, kemudian pasien melakukan pengobatan sendiri,

kurangnya pengetahuan tentang berobat dirumah sakit lebih baik dari

pada berobat sendiri berdampak pada rendahnya pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan dan lamanya waktu pelayanan

menambah kurangnya keinginan pasien untuk memanfaatkan

pelayanan. Hal ini dipengaruhi oleh mayoritas pasien berpendidikan

SMA. Rendahnya pendidikan responden dapat mempengaruhi perilaku

pasien dalam pencarian/penyembuhan penyakit.

Adapun pasien yang tergolong kurang pengetahuannya dan

tidak memanfaatkan pelayanan karena jika mereka sakit hanya

melakukan pengobatan sendiri atau pengobatan tradisional sehingga

ketika mereka ke rumah sakit harus di rawat inap. Hasil Wawancara

dengan beberapa pasien bahwa jika mereka sakit lebih menggunakan

87

pengobatan sendiri bahkan membiarkannya karena menganggap akan

sembuh sendiri sehingga mereka terkesan membiarkan penyakitnya,

nanti ketika sakitnya parah dan harus mendapat perawatan ketika itu

kemudian menggunakan pelayanan rumah sakit yaitu rawat inap.Hal ini

terlihat pasien rawat inap yang semakin meningkat, berdasarkan data

rawat inap terjadi peningkatan pada instalasi rawat inap sebesar 3.64%.

(lampiran 5)

Hasil cross sectional tabel 10, pasien yang walaupun

pengetahuannya kurang namun memanfaatkan pelayanan rawat jalan

rumah sakit sebanyak 45.8% karena berdasarkan wawancara dengan

responden mengatakan bahwa pasien merasa frustasi pada

penyakitnya. Pasien sudah mencoba berbagai macam pengobatan dari

tradisional sampai verbal dan bahkan ke dukun, dan kemudian

menggunakan pengobatan modern sebagai pilihan alternatif terakhir

yang dapat menyembuhkan dengan biaya terjangkau. Pendidikan

pasien yang hanya pada tingkatan SMA dan tidak bekerja didukung

oleh kurangnya promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, produk dari

rumah sakit menyebabkan pengetahuan pasien menjadi kurang.

Menurut penelitian Prihardjo (2005), rendahnya pemanfaatan

pelayanan kesehatan puskesmas dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

seseorang.

Sebaliknya hasil cross sectional tabel 10, pasien yang

pengetahuannya cukup dan tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan

88

rumah sakit sebanyak 22,4%. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pasien yang pengetahuannya cukup dan tidak memanfaatkan karena

kemampuan mendiagnosa dokter di luar lebih baik, kalau dokter di

Rumah Sakit Umum selalu merujuk harus di operasi sementara jika ke

dokter di luar RSU kota Baubau mengatakan penyakit ini dapat diobati

walaupun tanpa harus dioperasi, dan juga pasien takut penyakitnya

bertambah parah dan memilih berobat ke rumah sakit lain.

Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh antara pengetahuan

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah sakit umum kota

Baubau (p=0,007). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara

pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Devi (2012) dengan judul penelitian hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap wisatawan terhadap pemanfaatan klinik wisata

bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

4. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat

Jalan

Kepercayaan adalah tingkat kepercayaan yang dimiliki pasien

terhadap pelayanan rumah sakit di Instalasi rawat jalan, seperti

kepercayaan sembuh dari penyakitnya, kepercayaan akan keselamatan

pasien dari risiko bertambah parah suatu penyakit.

89

Berdasarkan hasil wawancara pasien rawat jalan merasa aman

dan yakin terhadap pelayanan yang dimiliki rumah sakit umum kota

Baubau bahwa penyakitnya cepat sembuh, dengan beberapa pasien,

diketahui bahwa pasien percaya terhadap pelayanan rumah sakit

karena dalam pelayanan proses administrasi mereka dilayani dengan

baik, dalam ruang perawatan berobat dengan ramah para perawat

memberikan informasi tentang kesehatannya, pasien percaya bahwa

dengan ditangani oleh dokter spesialis maka status kesehatannya

menjadi meningkat atau cepat sembuh.

Adapun pasien kepercayaannya tergolong kurang berdasarkan

hasil wawancara disebabkan oleh bahwa pasien ketika pasien dirujuk

ketempat lain, dokter ditempat rujukan mengatakan bahwa kesalahan

dalam mendiagnosa dan pemberian obat yang tidak tepat dengan

penyakitnya. Sehingga pasien menjadi tidak percaya. Dampak dari

masalah ini bahwa terjadi penurunan kunjungan atau pemanfaatan

pelayanan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau. Dimana pada

tahun 2007 jumlah kunjungan pasien rawat jalan 37.883, di tahun 2008

meningkat menjadi 41.271 namun jumlah kunjungan tersebut menurun

drastis di tahun 2009 yaitu 24.968, lalu kemudian turun lagi menjadi

22.350 di tahun 2010. Sementara di tahun 2011 mengalami

peningkatan menjadi 25.189. Hal ini menunjukan kepercayaan

masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUD kota

90

Baubau mengalami masalah, tidak konsistennya jumlah kunjungan

rawat jalan di kota Baubau disebabkan oleh faktor kepercayaan.

Demikian juga Morgan dan Hunt (1994) menyatakan bahwa

tingginya kepercayaan akan dapat berpengaruh terhadap menurunnya

kemungkinan untuk melakukan perpindahan terhadap penyedia jasa

kesehatan lainnya.

Hasil cross sectional tabel 11, pasien yang kepercayaannya

kurang tetapi memanfaatkan pelayanan rawat jalan rumah sakit

sebanyak 39.4% berdasarkan hasil wawancara karena pasien sudah

pasrah terhadap penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, jika dibiarkan

penyakitnya selalu menyiksa dengan rasa sakit yang di derita.

Walaupun kepercayaanya kurang pasien tetap memanfaatkan dengan

tujuan rasa sakit yang di derita dapat dihilangkan walaupun tidak

sembuh.

Hasil coss sectional tabel 11, Terdapat juga pasien yang

kepercayaannya cukup namun tidak memanfaatkan pelayanan

sebanyak 14,9%. Dari hasil wawancara dengan pasien bahwa para

dokter dirumah sakit umum kota Baubau mempunyai klinik pribadi dan

membuka praktek dokter dan mempunyai apotik sendiri. Para dokter

selalu datang terlambat di atas jam 9 disimpulkan bahwa dokter

mengurus pasiennya di klinik dan di kantor prakteknya kemudian

datang ke rumah sakit, penilaian pasien yang percaya dan tidak

memanfaatkan karena pasien berpikir “apakah mereka di periksa

91

dengan baik?”, dan ketika proses pengambilan obat sangat lama,

karena petugas di apotik bekerja sambil cerita.

Hasil uji statistik diperoleh ada pengaruh antara kepercayaan

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan

rumah sakit umum kota Baubau (p = 0,00). Hal ini berarti ada pengaruh

yang signifikan antara kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan.

Judarwanto (2007) menganalisis, bahwa kepercayaan pasien

terhadap dokter adalah kunci utama keberhasilan penanganan suatu

penyakit. Saat ini masyarakat kita kurang percaya terhadap mutu

pelayanan rumah sakit di Indonesia. Mereka yang berpenghasilan

menengah keatas lebih memilih menjalankan pengobatan di luar

negeri.

5. Pengaruh Fasilitas Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan

Fasilitas adalah fasilitas atau kelengkapan rumah sakit di

instalasi rawat jalan seperti alat-alat kesehatan, sarana prasarana,

ketersediaan obat, fasilitas fisik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien bahwa sebagian

besar pasien rawat jalan mengatakan fasilitas yang disediakan oleh

rumah sakit berdasarkan pengetahuan pasien adalah cukup. Persepsi

pasien bahwa alat yang berada di ruangan tempat mereka berobat

sudah lengkap dan ketika mereka di rujuk untuk melakukan tes

92

laboratorium tercipta pengetahuan pasien yang mengatakan alat

kesehatan yang ada dirumah sakit sudah lengkap.

Meskipun secara keseluruhan penilaian responden mengenai

fasilitas dirumah sakit umum kota Baubau cukup, namun ada 24 (24%)

responden yang menilai tidak cukup terkait variabel fasilitas. Sejalan

dengan hal ini didukung oleh data dari rumah sakit yang menyatakan

bahwa peralatan di Poli Umum hanya mencapai 25% dari 100%

berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit kota Baubau. Poli

Anak 21.05%. Poli gigi dan mulut 11,19% (lampiran 3). Berdasarkan

hasil wawancara dengan responden mengatakan peralatan yang

didalam ruangan sama yang ada dengan di puskesmas seperti

stetoskop, tensimeter, timbangan tempat tidur, kursi, lemari. Kemudian

“pasien mengatakan kalau hanya peralatan yang sama dengan

puskesmas kenapa ke rumah sakit lebih baik ke puskesmas kan

obatnya juga gratis”.

Pasien juga merasa tidak nyaman. Berdasarkan wawancara

dengan beberapa pasien bahwa fasilitas di ruang tunggu perawatan.

WC yang digunakan adalah WC rawat jalan gabung dengan WC rawat

inap. Dan tidak terdapatnya pendingin (AC) di ruangan tunggu maupun

di ruang perawatan sehingga pasien merasa kepanasan.

Kurangnya ketersediaan obat juga dikeluhkan pasien. Jika obat

yang di ambil melalui rumah sakit gratis karena menggunakan Jaminan

(Askes, Jamkesmas dan jaminan kesehatan lainnya). Sementara ketika

93

mereka berobat sang dokter selalu menuliskan resep tersendiri untuk di

beli di apotik dokter. Hal ini sangat memberatkan pasien, karena biaya

harga obat jika beli di apotik dokter sangat mahal.

Pasien juga mengeluhkan tentang sarana yang berada di ruang

tunggu apotik. Mereka merasa tidak nyaman karena apotik

bersinggungan langsung dengan jalan umum, sehingga pasien merasa

tidak nyaman (suasana yang ribut akibat kendaraan). Kursi yang

disediakan hanya 2 kursi panjang, sehingga sebagian pasien berdiri

dan merasa lelah ketika harus mengambil obat.

Hasil cross sectional tabel 12, Pasien yang mengatakan

fasilitasnya cukup namun tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan

rumah sakit sebanyak 19.7% karena berdasarkan hasil wawancara

pasien mengatakan bahwa tidak mempercayai kemampuan dan

kualitas dokter.

Hasil cross sectional tabel 12, Pasien yang mengatakan

fasilitasnya kurang cukup namun memanfaatkan pelayanan rawat jalan

sebanyak 50.0% karena walaupun peralatannya tidak cukup pasien

bersedia menggunakan alat yang seadanya saja dari pada tidak ada

sama sekali. Pasien ingin segera sembuh walaupun fasilitasnya tidak

lengkap tetapi obat yang diberikan diharapkan dapat mengurangi rasa

sakit.

Hasil uji statisitik diperoleh ada pengaruh antara fasilitas

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (p= 004). Hal ini berarti

94

ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil yang dikemukakan oleh

Yenni Alfiati, Triyani Marwati, Solikhah (2010) dengan judul penelitian

“faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan poli obsgyn

di rsud Banjarnegara ”hasil penelitian menunjukan ada huhungan

secara statistik antara fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan

pelayanan poli Obsgyn.

Irma Nurianti (2012) dengan hasil penelitian yaitu kebutuhan

akan sarana pelayanan kesehatan (p = 0,001) berpengaruh signifikan

terhadap pemanfaatan penolong persalinan. Kebutuhan akan sarana

pelayanan kesehatan adalah sub variabel yang paling berpengaruh

terhadap pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas

Binjai Serbangan.

6. Pengaruh Perilaku Petugas Kesehatan Terhadap Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalan

Sikap dan perilaku petugas kesehatan merupakan salah satu

faktor penting dalam perilaku kesehatan. Perilaku petugas kesehatan

yaitu penilaian atau pandangan masyarakat tentang tanggapan atau

reaksi petugas yang terwujud dengan sikap atau perbuatannya

terhadap pasien menyangkut keramahan, perhatian dan kesopanan.

Pasien rawat jalan menilai petugas pelayanan kesehatan selalu

ramah, sopan dalam melayani pasien. Petugas diruang perawatan

95

selalu memberikan perhatian ketika mereka bercerita tentang

penyakitnya dan sopan terhadap pasien, dalam pelayanan administrasi

petugas kesehatan memberikan pelayanan yang cepat, merespon

dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Menurut

pasien petugas pelayanan selalu sabar dalam menghadapi pasien yang

komplain terhadap dokter yang selalu datang terlambat.

Meskipun secara keseluruhan penilaian responden mengenai

perilaku petugas kesehatan di rumah sakit umum kota Baubau baik,

namun ada 25 (25%) atau 15 responden yang menilai kurang baik

perilaku petugas kesehatan. Perilaku manusia berbeda-beda ada yang

baik dan ada yang buruk. Begitu pula pada pelayanan kesehatan

petugas yang berperilaku baik akan melayani pasien dengan baik dan

sopan dalam bertutur kata, sebaliknya petugas yang berperilaku buruk

akan memberikan pelayanan yang buruk seperti suka marah, kasar

dalam berbicara, tidak memberikan respon yang baik ketika bertanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien bahwa ada 2 orang

petugas yang ketika mereka memanfaatkan pelayanan dan bertemu

dengan petugas tersebut maka selalu memberikan pelayanan yang

tidak baik. Disimpulkan bahwa pasien yang mengatakan perilaku

petugas tidak baik karena ketika pasien berobat mendapat pelayanan

dari petugas yang berperilaku tidak baik tersebut.

Pasien yang mengatakan perilaku petugas rumah sakit tidak

baik namun memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 40.0%

96

karena pasien ingin sembuh, berdasarkan hasil wawancara pasien

mentolerir jika petugas kesehatan tidak baik, sabar jika pelayanan yang

diberikan tidak baik, pasien hanya ingin sembuh dengan memanfaatkan

kartu jamkesmas yang memberikan pengobatan gratis.

Adapula pasien yang mengatakan perilaku petugas kesehatan

baik namun tidak memanfaaatkan pelayanan kesehatan sebanyak

20.0% karena pasien merasa jengkel banyak waktu yang harus di

buang, pasien datang pagi jam 8 sementara dokternya datang di atas

jam 9. Sedangkan petugas pelayanan di apotik pasien menilai perilaku

petugas kesehatan tersebut tidak baik. Pelayanan yang diberikan tidak

baik, seperti kurang ramah, petugas selalu memberikan wajah yang

tidak ramah ketika mereka bertanya tentang fungsi obat. juga lambat

dalam penanganan obat, Menurut pasien mereka bekerja sambil cerita,

sehingga pelayanan obat menjadi lamban.

Hasil uji statisitik diperoleh ada pengaruh antara perilaku

petugas kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=

004). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara kepercayaan

terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan psikososial orang yang sedang sakit atau

keluarga dari orang yang sakit adalah dalam kondisi ketidakenakan:

rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, pasien sangat memerlukan bantuan bukan saja

pengobatan, tetapi juga bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan

97

petunjuk-petunjuk dari para petugas rumah sakit berkaitan dengan

masalah atau penyakit yang mereka alami (Notoatmojo, 2005).

Husein (2008), Dirjen Pelayanan Medis Departemen Kesehatan

mengatakan ada tiga faktor yang menentukan rumah sakit diminati

pasien yaitu; pelayanan, teknologi dan sumber daya manusia.

7. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji statistik multivariat terdapat dua variabel

yang memiliki nilai p < 0,05 yaitu fasilitas layanan (p=0.031, Exp

B=0.331) dan Kepercayaan (p=0.0000, Exp B=0.135) yang berarti

secara statistik kedua variabel tersebut memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Sedangkan variabel yang

tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen adalah pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil uji statstik multivariat, maka diperoleh model

pengaruh secara simultan yang sesuai yaitu:

a. Pengaruh fasilitas pelayanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan

besar pengaruh sebesar 0.031.

b. Pengaruh kepercayaan pasien terhadap pihak rumah sakit

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan

besar pengaruh sebesar 0.000.

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa responden

memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui fasilitas layanan yang

98

paling berpengaruh dengan nilai 0.331 kali lebih besar dari variabel lain.

Artinya masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit

karena fasilitas yang lengkap tetapi yang disediakan oleh rumah sakit

masih jauh dengan harapan pasien maka mereka beralih ke penyedia

jasa kesehatan lainnya. Dari hasil penelitian ini berarti pihak rumah

sakit umum kota Baubau yaitu manajemen rumah sakit, dokter, perawat

dan petugas kesehatan penting untuk meningkatkan secara bersama-

sama dimensi kepercayaan masyarakat dan fasilitas layanan agar

dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota

Baubau (p=0.007, p < 0.05.

2. Ada pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota

Baubau (p=0.000, p < 0.05.

3. Ada pengaruh fasilitas terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di

Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota Baubau. (p=0.004,

p < 0.05).

4. Ada pengaruh perilaku petugas kesehatan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan di Instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum

Kota Baubau. (p=0.000, p < 0.05).

5. Hasil analisis regresi logistik multivariat antara variabel independen

dengan dependen, dapat disimpulkan bahwa variabel fasilitas layanan

(p=0.004, p < 0.05) paling berpengaruh terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan rumah sakit umum kota Baubau.

100

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah

dirumuskan, maka dikemukakan beberapa saran atau rekomendasi

sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit umum kota Baubau

agar menerapkan disiplin waktu yang lebih ketat, dengan memberikan

sanksi kepada pegawainya yang sering terlambat.

2. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menyediakan

obat yang lengkap, sehingga pasien tidak membeli obat diapotik luar

rumah sakit yang harganya mahal.

3. Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit mengupayakan

pengadaan sarana dan fasilitas yang belum tersedia serta

meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

4. Diharapkan pihak rumah sakit memperbaiki pelayanan dan

meningkatkan kinerja petugas rumah sakit terutama di apotik.

101

DAFTAR PUSTAKA

A. Chio`, A. Montuschi, and S.(2008) Cammarosano. ALS patients and caregivers communication preferences and information seeking behaviour. Eur J Neurol. 2008, 15 (1): 55-60.

Abdul Basir. 2006. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ulang Konsumen Menggunakan Pelayanan Rawat Jalan Di Klinik “Aba Medica“ Jepara. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.

Achmad Chusairi. Health Seeking Behavior Para Pasien Poli Perawatan Paliatif Studi Eksploratif terhadap Lima Pasien Poli Perawatan Paliatif RSUD dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Afni Rianti, Kodrat Wibowo, Ferry Hadiyanto. 2011. Kemampuan dan Kemauan Membayar Pasien terhadap Pelayanan Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang.

Albert B. Chandler, behavioral standards in patient care. 1997 University of Kentucky

Anna Dixon, Ruth Robertson, John Appleby, Peter Burge, Nancy Devlin Helen Magee, PATIEN CHOICE, How patients choose and how providers respond. ISBN: 978 1 85717 596 7. 2010.

B. Leisen, and M.R. Hyman. Antecedents and consequences of trust in a service provider: The case of primary care physicians. J Bus Res. 2004, 57: 990-999.

B. Lo, and L. Parham. The effects of health information technology on the physician-patient relationship. J Law Med Ethics. 2010, Spring: 17-26.

Badran Al-Omar,, Saad Al-Ghanim,, 1428 H, The Utilization of Hospital Resources: A survey Study of Some Saudi Hospitals in Riyadh City

Bridget Ann Sweeney, 2008, THE ECOLOGY OF THE PATIENT

experience: Physical environments, patient-staff interactions, staff Behaviors, and quality of care. of Cornell University.

Budiman Chandra. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Buku

Kedokteran. Jakarta.

Ellya Niken, Prastiwi, Dian Ayubi. 2007. Hubungan Kepuasan Pasien Bayar dengan Minat Kunjungan Ulang di Puskesmas Wisma Jaya Kota Bekasi 2007.

102

Carrie Johnson. 2009. Bad Blood: Doctor-Nurse Behavior Problems Impact Patient Care.

Cheryl Wold. 2008. Health Indicators A Review of Reports Currently in Use.

Christopher j. Armitage, Mark Conne, Paul Norman. 1999. Di€ erential e€ ects of mood on information processing: evidence from the theories of reasoned action and planned behaviour. European Journal of Social Psychology Eur. J. Soc. Psychol. 29, 419±433 (1999)

Department of health social services and public safety. Improving the Patient & Client experience,2008.

Ery Rustiyanto. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk Pengambilan Keputusan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Fais Satrianegara, Sitti Saleha. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.

Franklin Becker, PhD; Stephanie Douglass, MS “The Ecology of the Patient Visit PhysicalAttractiveness, Waiting Times, and Perceived Quality of Care”, J Ambulatory Care Manage 2008 Vol.31, No. 2, pp. 128–141.

Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, eds. 2008. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (4th ed). San Francisco: jossey-bass

Gustav Tingho G. 2009. Individual responsibility for what? A conceptual framework for exploring the suitability of private financing in a publicly funded health-care system. Center for Medical Technology Assessment, Department of Medical and Health Sciences, Linko¨ ping University, Linko¨ ping, Sweden

Ifmaily. 2006. Analisis Pengaruh Persepsi Layanan Farmasi Pasien Unit Rawat Jalan Terhadap Minat Beli Obat Ulang di Instalasi Farmasi rsi. Ibnu Sina – Yarsi Padang Tahun 2006. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2006.

J.F. Ha, D.S. Anat, and N. Longnecker. Doctor-patient communication: A review. Ochsner J. 2010, 10 (1): 38-43.

James, Roger, Paul. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Tangerang.

Joseph Theodore Young. 2004. health in the developing world: health status and healthcare utilization in matlab, bangladesh

103

Kotler, Philip. 2010. Kotler on Marketing. Karisma. Tangerang. Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Karen glanz, Barbara k. Rimer k. Viswanath. 2008. health behavior and health education. Foreword by C. Tracy Orleans

L.L. Berry, J.T. Parish, R. Janakiraman, L. Ogburn-Russell, G.R. Couchman, W.L. Rayburn, et al. Patients’ commitment to their primary physician and why it matters. Ann Fam Med. 2008, 6: 6-13.

Lisa M. Vaughn, Farrah Jacquez, Raymond C. Baker. 2009. Cultural

Health Attributions, Beliefs, and Practices: Effects on Healthcare and Medical Education. The Open Medical Education Journal.

Marissa Seligman, PharmD, CCMEP Chief, Clinical & Regulatory Affairs

and Compliance Officer SVP, Pri-Med Institute, 2008, Commitment to CME That Matters to Patient Care: Perspectives on Primary Care Education and Commercial Support

Melanie A Wakefi eld, Barbara Loken, Robert C Hornik. 2010. Use of mass media campaigns to change health behaviour. Lancet 2010

Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung.

Myfanwy Morgan, The Doctor–Patient Relationship. Chapter 4.

Noel T. Brewer and Barbara K. Rimer. 2008. Perspectives on Health Behavior Theories That Focus on Individuals. published in Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice, 4th Edition (2008).

Nugroho j Setiadi. 2010. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.

Painter JE, Borba CP, Hynes M, Mays D, Glanz K. 2008. The use of theory in health behavior research from 2000 to 2005: a systematic review. Ann. Behavior

Philip h. Brown, caroline theoharides, 2009, health-seeking behavior and hospital choice in china’s new cooperative medical system.

Philip Kotler, Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.

Rajinder Singh “Patients perception towards government hospitals in Haryana”, VSRD-TNTJ, Vol. I

(4), 2010, 198-206. Ratih Hurriyati. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung.

104

Ravishankar Jayadevappa, Sumedha Chhatre, 2011, Patient Centered Care - A Conceptual Model and Review of the State of

the Art, The Open Health Services and Policy Journal, 2011, 4, 15-25.

Retno Purwastuti, C. 2005. Analisis Faktor-faktor Pelayanan Farmasi yang Memprediksi Keputusan Beli Obat Ulang dengan Pendekatan Persepsi Pasien Klinik Umum di Unit Rawat Jalan RS Telogorejo Semarang, (Tesis), Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

S. Sharmila Jayasree Krishnan. 2013. The impact of Physical Environment of Hospitals in Patient Satisfaction. Sathyabama University

Sendy Komarudin. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Memanfaatkan Pelayanan Rumah Sakit Umum Happy Land Medical Centre Yogyakarta. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007.

Sallis JF, Owen N, Fisher EB. 2008. Ecological models of health behavior. In Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice (4th ed), ed. K Glanz, B Rimer, K Viswanath, pp. 464-85. San Francisco: Jossey-Bass

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Kota Baubau . 2011. Kota Baubau

Supriyanto, Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Andi. Yogyakarta.

Vigdis Abrahamsen Grøndahl, 2012, Patients’ perceptions of actual care conditions and patient satisfaction with care quality in hospital. Dissertation Karlstad University Studies.

Weinstein, N. D. 2007. Misleading Tests of Health Behavior Theories.‖ Annals of Behavioral Medicine.

Yauminnisa Hapsari. 2006. Analisis Persepsi Pasien Tentang Poliklinik Umum Terhadap Keputusan Pemanfaatan Ulangnya Di Rs Pantiwilasa "Citarum" Semarang. Tesis. Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Yadi Purwanto, Moordiningsih. 2005. Dinamika Perilaku Pengambilan Keputusan Perawat dan Tenaga Paramedis dalam Kondisi Gawat Darurat.

Yella Dumpapa, Angelheart Joy, Grace, E.C. 2010. Hubungan Lokasi, Biaya, Personil, dan Informasi Rumah Sakit Dengan Keputusan

105

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan RSUD

Kota Baubau 2007-2011

TAHUN PASIEN

2007 37.883

2008 41.271

2009 24.968

2010 22.350

2011 25.189

Sumber: RSUD kota Baubau 2011

106

Lampiran 2

Tabel Kegiatan Farmasi Pengadaan Obat

Kode Rumah Sakit : 7401016

Nama Rumah Sakit : RSUD Kota BauBau

NO TAHUN GOLONGAN OBAT JUMLAH ITEM OBAT

JUMLAH ITEM OBAT YANG TERSEDIA DI RS

JUMLAH ITEM OBAT FORMULARIUM TERSEDIA DI RS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 44

1. 2005 Obat Generik 376 368 365 362 345 338 336 342 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

232 228 234 230 148 140 118 126 0 0 0 0

Obat non Generik 144 138 130 138 116 124 123 132 0 0 0 0

TOTAL 752 734 792 730 609 604 577 600 0 0 0 0

2. 2006 Obat Generik 374 368 369 375 333 326 346 334 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

130 228 228 232 120 130 144 136 0 0 0 0

Obat non Generik 236 131 132 113 140 124 95 88 0 0 0 0

TOTAL 748 727 729 720 593 580 585 558 0 0 0 0

3. 2007 Obat Generik 376 380 380 406 340 341 341 348 0 0 0 0

Obat non Generik 237 238 238 240 130 135 135 140 0 0 0 0

107

Formularium

Obat non Generik 115 116 116 122 90 95 95 101 0 0 0 0

TOTAL 734 734 805 728 571 571 622 560 0 0 0 0

4. 2008 Obat Generik 380 380 411 376 341 341 350 340 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

238 238 260 237 135 135 152 130 0 0 0 0

Obat non Generik 116 116 134 115 95 95 120 90 0 0 0 0

TOTAL 734 734 805 728 571 571 622 560 0 0 0 0

5. 2009 Obat Generik 200 167 157 471 172 100 95 287 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

25 4 4 12 4 4 4 12 0 0 0 0

Obat non Generik 99 89 94 282 79 40 49 130 0 0 0 0

TOTAL 324 260 255 765 255 144 148 429 0 0 0 0

6. 2010 Obat Generik 471 474 474 504 265 241 235 225 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

12 12 12 12 12 12 12 12 0 0 0 0

Obat non Generik 282 285 285 255 112 93 87 69 0 0 0 0

TOTAL 765 771 771 771 389 346 334 306 0 0 0 0

7. 2011 Obat Generik 504 504 519 519 227 272 275 292 0 0 0 0

Obat non Generik Formularium

12 12 12 12 12 12 12 12 0 0 0 0

Obat non Generik 255 255 255 255 77 75 72 87 0 0 0 0

TOTAL 771 771 786 786 316 359 359 391 0 0 0 0

Sumber: RSUDKota Baubau

108

Lampiran 3

Tabel 3 Peralatan Di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Kota Baubau

NO JENIS PELAYANAN

KELENGKAPAN PERALATAN

STANDAR

PROGNOSIS

RSU TAHUN

2012

1 Poli Umum 100% 25%

2 Poli Anak 100% 21.05%

3 Poli bedah 100% 13,64%

4 Poli gigi dan mulut 100% 11,19%

5 Poli internis 100% 23,33%

6 Poli kandungan 100% 56,25%

7 Poli Mata 100% 30,77%

8 Poli THT 100% 12,50%

9 IGD 100% 25,71%

10 OK 100% 37,84%

11 ICU 100% 61,90%

12 Bangsal anak 100% 32%

13 Bangsal perinatologi 100% 41,67%

14 Bangsal Kandungan 100% 18,18%

15 Bangsal Internis 100% 37,50%

16 Bangsal bedah 100% 36,36%

17 Kamar bersalin 100% 36,26%

18 Laboratorium 100% 85,54%

19 Farmasi 100% 75%

20 Gizi 100% 25,45%

21 Radiologi 100% 29,17%

22 Rehabilitasi medis 100% 7,14%

23 Keterapian fisik 100% 5,44%

24 Kamar Jenazah 100% Belum ada

25 Laundry 100% 45,45%

26 Pemeliharaan Sarana 100% 33,33%

27 Pengolahan limbah cair 100% 33,33%

Sumber: RSUD kota Baubau

109

Lampiran 4

Tabel 4 Pencapaian SPM Pelayanan Rawat Jalan

RSUD Kota Baubau

NO INDIKATOR

PENCAPAIAN RAWAT JALAN

STANDAR PROGNOSIS 2012

1 Dokter pemberi pelayanan di

Poliklinik spesialis 100% 100%

2 Waktu tunggu dirawat jalan ≤ 60 menit 60 – 120 menit

3 Kepuasan pelanggan pada

rawat jalan ≥ 90% 60 %

Sumber: RSUD kota Baubau

110

Lampiran 5

Tabel 5 Jumlah Pasien Rawat Inap Menurut Tempat Perawatan

RSUD Kota Baubau

NO UNIT PELAYANAN 2008 2009 2010 2011 KET

1. Perawatan penyakit dalam 1.137 1.248 1.025 1.371 Naik

9.76%

2. Perawatan parinatal 538 545 536 647 Naik

3.21%

3. Perawatan Genekologi 763 757 887 1.027 0.73%

4. Perawatan bedah 711 803 915 1.070 Naik

12.93%

5. Perawatan anak 824 738 695 580 Turun

10.43%

6. Perawatan ICU 233 258 288 345 Naik

10.72%

JUMLAH 4.196 4.349 4.346 5.040 Naik

3.64%

Sumber: RSUD kota Baubau

111

Lampiran 6

Tabel 6 Kunjungan Pelayanan Rawat Jalan RSUD Kota Baubau

Tahun 2007 – 2011

Tahun

Umum Askes Jamsostek Jamkesmas

Bahteram

as

Jasa

raharja

Jumlah

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

2007 10870 28.69 21701 57.28 - - 5312 14.02 - - - - 37.883

2008 12980 32 22470 55 - - 5821 14.10 - - - - 41.271

2009 8570 34.3 12463 0.02 48 0,1 3861 15.4 26 0.1 - - 24.968

2010 9583 43 6712 30 173 0.77 5745 25.70 125 0.55 12 0.05 22.350

2011 9032 35.86 8780 34.86 103 0.41 6950 27.59 284 1.13 40 0.16 25.189

Sumber: Bagian Rekam Medis RSUD Kota Baubau Tahun 2011

112

PENGARUH PERILAKU PASIEN TERHADAP PEMANFAATAN

PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT JALAN PADA RUMAH SAKIT

UMUM KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Responden :

Tanggal Pengisian : ....................2013

Kuesioner penelitian ini ditujukan bagi anda pasien rawat jalan yang

berperan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit umum

kota BauBau. Harap saudara mengisi sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Terima Kasih atas partisipasi anda.

Bagian A

No. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden

2. Umur ………. Tahun

3. Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

4. Pendidikan

Terakhir

1. Tidak sekolah

2. SD

3. SMP/ sederajat

4. SMA/ sederajat

5. PT (Diploma, S1, S2, S3)

5. Pekerjaan

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Wiraswasta

3. Ibu Rumah Tangga

4. Tidak bekerja

113

Bagian B

Mohon dijawab pertanyaan dalam kuesioner dengan memberi tanda

checlist (√) pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai, yaitu :

4 : Sangat Setuju

3 : Setuju

2 : Tidak Setuju

1 : Sangat Tidak Setuju

114

KUESIONER: PENGETAHUAN

I. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan

pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

No PERTANYAAN

JAWABAN

Sangat Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

1. Anda mengetahui bahwa pelayanan rumah sakit ini sangat baik dan lengkap.

2.

Anda mengetahui bahwa layanan rawat jalan di rumah sakit ini melayani jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya.

3.

Anda mengetahui bahwa pasien jamkesmas atau jaminan kesehatan lainnya dapat dilayani pada seluruh poliklinik yang ada di rawat jalan

4. Anda mengetahui bahwa pelayanan di rumah sakit ini lebih baik dari rumah sakit lain.

5. Anda mengetahui bahwa biaya pengobatan di rumah sakit ini terjangkau dari pada rumah sakit lain.

6. Anda mengetahui bahwa biaya tes laboratorium di rumah sakit ini lebih terjangkau dari pada rumah sakit lain.

7.

Anda mengetahui bahwa belum ada pasien yang mengeluh setelah berobat di rumah sakit ini.

8. Anda mengetahui bahwa dengan berobat di rumah sakit maka penyakit anda cepat sembuh.

9. Anda mengetahui bahwa berobat di rumah sakit ini ditangani oleh dokter spesialis.

10. Anda mengetahui bahwa pasien umum tidak harus membeli obat di apotik rumah sakit

115

KUESIONER: KEPERCAYAAN

II. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai

dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

No PERTANYAAN

JAWABAN

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1. Anda berobat disini karena percaya setelah mendapat informasi dari orang lain bahwa pelayanannya baik.

2. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena anda meyakini pelayanan RS ini lebih baik dari pada rumah sakit lain.

3. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena meyakini biaya pengobatan lebih terjangkau dibandingkan rumah sakit lain.

4. Anda memilih berobat dirumah sakit ini karena belum ada keluhan pasien lain yang pernah berobat disini.

5. Anda memilih berobat dirumah sakit karena meyakini berobat dirumah sakit lebih baik dari pada pengobatan tradisional/dukun.

6. Anda memilih berobat disini karena percaya biaya tes laboratorium lebih murah dibandingkan dengan rumah sakit lain

7. Anda memilih berobat disini karena meyakini dapat cepat sembuh.

8. Anda memilih berobat disini karena percaya obat di apotik murah dan terjangkau.

9. Anda memilih berobat di RS ini kerena percaya bahwa di tangani oleh dokter spesialis penyakit cepat sembuh.

10.

Anda memilih berobat di Rumah Sakit ini karena percaya pada rekomendasi dari rekomendasi dari keluarga anda bahwa perilaku pelayanan petugas baik.

11. Anda memilih berobat di Rumah Sakit ini karena rekomendasi dari orang lain yang menyatakan bahwa pelayanan petugas rawat jalan baik.

12. Anda memilih berobat di RS ini karena informasi dari kerabat/keluarga yang menyatakan bahwa berobat di sini cepat sembuh.

116

KUESIONER: FASILITAS

III. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai

dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

No Pertanyaan

JAWABAN

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1.

Loket antrian dirumah sakit ini sudah menggunakan alat yang canggih (sarana komputer yang lengkap)

2. Tersedia WC/toilet di ruang tunggu rawat

jalan

3. Alat-alat kesehatan yang dibutuhkan

untuk penyakit anda tersedia

4. Obat yang tersedia di apotik sangat

lengkap

5. Tersedia AC (air Conditioner) di ruang

tunggu.

6. Tersedia tempat pembuangan sampah.

7. Tersedia tempat parkir

8. Tersedia tempat duduk yang cukup dan

layak di ruang tunggu

9. Tersedia ruangan informasi bagi pasien

10. Tersedia kantin di rumah sakit

117

KUESIONER: PERILAKU PETUGAS KESEHATAN

IV. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai

dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

No

PERTANYAAN

JAWABAN

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1. Pelayanan petugas loket rawat jalan dirumah sakit

ini sangat cepat

2. Pelayanan Petugas loket rawat jalan sangat ramah

saat melayani anda

3. Pelayanan Petugas loket sangat sopan melayani

anda

4. Petugas di loket selalu memberikan respon yang

baik ketika anda bertanya

5. Petugas diloket sangat bertanggung jawab

terhadap tugasnya

6. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat

anda diperiksa sangat ramah

7. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat

anda diperiksa sangat sopan

8. Pelayanan petugas diruang perawatan tempat

anda diperiksa selalu membeikan respon yang baik ketika anda bertanya.

9. Pelayanan petugas diruang perawatan sangat

bertanggung jawab terhadap tugasnya

10. Pelayanan petugas di apotik sangat sopan

11. Pelayanan petugas di apotik sangat ramah saat

melayani anda

12. Pelayanan petugas di apotik selalu memberikan

respon yang baik ketika anda bertanya.

13. Pelayanan petugas diapotik sangat bertanggung

jawab terhadap tugasnya

14. Pelayanan obat di apotik rumah sakit ini sangat

cepat

118

KUESIONER: PEMANFAATAN PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT

JALAN RUMAH SAKIT UMUM KOTA BAUBAU

V. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai

dengan pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

No PERTANYAAN

JAWABAN

Sangat

Setuju Setuju

Tidak

Setuju

Sangat

Tidak Setuju

1. Anda berobat di rawat jalan di

tangani oleh dokter spesialis

2.

Waktu tunggu dari saat mendaftar

sampai dilayani oleh dokter cepat

yaitu kurang dari 1 jam

3.

Anda sangat puas dengan

pelayanan kesehatan di Instalasi

rawat jalan

119

WAWANCARA

Plih Salah Satu Jawaban.( Baik/Kurang)

1. Alasan Sikap Tidak Baik/ Baik Petugas Kesehatan

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

................................................

2. Alasan Lama Waktu Berobat/ Cepat Berobat

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

................................................

3. Alasan Tidak Puas/Puas Terhadap Pelayanan Rumah Sakit

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

................................................

4. AlasanPercaya / Tidak Percaya Terhadap Pelayanan Rumah Sakit

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

................................................

120

HASIL ANALISIS DATA

Frekuensi Karakteristik

Sex

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1.00 45 45.0 45.0 45.0

2.00 55 55.0 55.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1.00 8 8.0 8.0 8.0

2.00 10 10.0 10.0 18.0

3.00 5 5.0 5.0 23.0

4.00 42 42.0 42.0 65.0

5.00 35 35.0 35.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1.00 26 26.0 26.0 26.0

2.00 25 25.0 25.0 51.0

3.00 20 20.0 20.0 71.0

4.00 29 29.0 29.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

121

Frequencies Variabel

V_Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 76 76.0 76.0 76.0

TidakBaik 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

V_Fasilitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 66 66.0 66.0 66.0

TidakBaik 34 34.0 34.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

V_Kepercayaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 67 67.0 67.0 67.0

TidakBaik 33 33.0 33.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

V_Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 75 75.0 75.0 75.0

TidakBaik 25 25.0 25.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

122

V_Pemanfaatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 70 70.0 70.0 70.0

TidakBaik 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

V_Pengetahuan * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

V_Fasilitas * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

V_Kepercayaan * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

V_Perilaku * V_Pemanfaatan 100 100.0% 0 0.0% 100 100.0%

V_Pengetahuan * V_Pemanfaatan

Crosstab

V_Pemanfaatan Total

Baik TidakBaik

V_Pengetahuan

Baik Count 59 17 76

% within V_Pengetahuan 77.6% 22.4% 100.0%

TidakBaik Count 11 13 24

% within V_Pengetahuan 45.8% 54.2% 100.0%

Total Count 70 30 100

% within V_Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%

123

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.782a 1 .003

Continuity Correctionb 7.333 1 .007

Likelihood Ratio 8.276 1 .004

Fisher's Exact Test .005 .004

Linear-by-Linear Association 8.695 1 .003

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.

b. Computed only for a 2x2 table

V_Fasilitas * V_Pemanfaatan

Crosstab

V_Pemanfaatan Total

Baik TidakBaik

V_Fasilitas

Baik Count 53 13 66

% within V_Fasilitas 80.3% 19.7% 100.0%

TidakBaik Count 17 17 34

% within V_Fasilitas 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 70 30 100

% within V_Fasilitas 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.812a 1 .002

Continuity Correctionb 8.422 1 .004

Likelihood Ratio 9.544 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear

Association 9.714 1 .002

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.20.

b. Computed only for a 2x2 table

124

V_Kepercayaan * V_Pemanfaatan

Crosstab

V_Pemanfaatan Total

Baik TidakBaik

V_Kepercayaan

Baik Count 57 10 67

% within V_Kepercayaan 85.1% 14.9% 100.0%

TidakBaik Count 13 20 33

% within V_Kepercayaan 39.4% 60.6% 100.0%

Total Count 70 30 100

% within V_Kepercayaan 70.0% 30.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 21.970a 1 .000

Continuity Correctionb 19.849 1 .000

Likelihood Ratio 21.452 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 21.751 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.90.

b. Computed only for a 2x2 table

V_Perilaku * V_Pemanfaatan

Crosstab

V_Pemanfaatan Total

Baik TidakBaik

V_Perilaku

Baik Count 60 15 75

% within V_Perilaku 80.0% 20.0% 100.0%

TidakBaik Count 10 15 25

% within V_Perilaku 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 70 30 100

% within V_Perilaku 70.0% 30.0% 100.0%

125

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.286a 1 .000

Continuity Correctionb 12.444 1 .000

Likelihood Ratio 13.462 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.143 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Logistic Parsial Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 8,276 1 ,004

Block 8,276 1 ,004

Model 8,276 1 ,004

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerk

e R

Square

1 113,897a ,079 ,113

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than ,001.

126

Classification Tablea

Observed Predicted

V_Pemanfaatan

Percentage

Correct Baik TidakBaik

Step 1 V_Pemanfaatan Baik 59 11 84,3

TidakBaik 17 13 43,3

Overall Percentage 72,0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a V_Pengetahuan(1) 1,411 ,494 8,177 1 ,004 4,102

Constant -1,244 ,275 20,434 1 ,000 ,288

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 9,544 1 ,002

Block 9,544 1 ,002

Model 9,544 1 ,002

127

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 112,629a ,091 ,129

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

V_Pemanfaatan

Percentage

Correct Baik TidakBaik

Step 1 V_Pemanfaatan Baik 53 17 75,7

TidakBaik 13 17 56,7

Overall Percentage 70,0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a V_Fasilitas 1,405 ,462 9,253 1 ,002 4,077

Constant -2,811 ,708 15,774 1 ,000 ,060

a. Variable(s) entered on step 1: V_Fasilitas.

128

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 21,452 1 ,000

Block 21,452 1 ,000

Model 21,452 1 ,000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke

R Square

1 100,721a ,193 ,274

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

V_Pemanfaatan

Percentage

Correct Baik TidakBaik

Step 1 V_Pemanfaatan Baik 57 13 81,4

TidakBaik 10 20 66,7

Overall Percentage 77,0

a. The cut value is ,500

129

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a V_Kepercayaan(1) 2,171 ,494 19,284 1 ,000 8,769

Constant -1,740 ,343 25,771 1 ,000 ,175

a. Variable(s) entered on step 1: V_Kepercayaan. Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 13,462 1 ,000

Block 13,462 1 ,000

Model 13,462 1 ,000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 108,711a ,126 ,179

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter

estimates changed by less than ,001.

130

Classification Tablea

Observed Predicted

V_Pemanfaatan

Percentage

Correct Baik TidakBaik

Step 1 V_Pemanfaatan Baik 60 10 85,7

TidakBaik 15 15 50,0

Overall Percentage 75,0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

S.E. Wald df Sig. Exp(B)

,500 12,842 1 ,000 ,167

,408 ,986 1 ,321 1,500

131

Logistic Regression Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 28.194 4 .000

Block 28.194 4 .000

Model 28.194 4 .000

Step 2a

Step -.066 1 .798

Block 28.129 3 .000

Model 28.129 3 .000

Step 3a

Step -2.030 1 .154

Block 26.099 2 .000

Model 26.099 2 .000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-

squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke

R Square

1 93.978a .246 .348

2 94.044a .245 .348

3 96.074a .230 .326

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

132

Classification Tablea

Observed Predicted

V_Pemanfaatan Percentage

Correct Baik TidakBaik

Step 1 V_Pemanfaatan

Baik 64 6 91.4

TidakBaik 13 17 56.7

Overall Percentage 81.0

Step 2 V_Pemanfaatan

Baik 64 6 91.4

TidakBaik 13 17 56.7

Overall Percentage 81.0

Step 3 V_Pemanfaatan

Baik 65 5 92.9

TidakBaik 18 12 40.0

Overall Percentage 77.0

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a

V_Pengetahuan(1) -.173 .674 .066 1 .797 .841

V_Fasilitas(1) -.928 .576 2.598 1 .107 .395

V_Kepercayaan(1) -1.606 .627 6.567 1 .010 .201

V_Perilaku(1) -.896 .611 2.151 1 .142 .408

Constant 1.423 .603 5.571 1 .018 4.151

Step 2a

V_Fasilitas(1) -.987 .527 3.508 1 .061 .373

V_Kepercayaan(1) -1.683 .552 9.279 1 .002 .186

V_Perilaku(1) -.864 .598 2.088 1 .148 .422

Constant 1.359 .547 6.169 1 .013 3.893

Step 3a

V_Fasilitas(1) -1.106 .513 4.645 1 .031 .331

V_Kepercayaan(1) -1.999 .509 15.417 1 .000 .135

Constant 1.000 .463 4.661 1 .031 2.717

a. Variable(s) entered on step 1: V_Pengetahuan, V_Fasilitas, V_Kepercayaan, V_Perilaku.

133

Model if Term Removed

Variable Model Log

Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood

df Sig. of the

Change

Step 1

V_Pengetahuan -47.022 .066 1 .798

V_Fasilitas -48.269 2.561 1 .110

V_Kepercayaan -50.331 6.685 1 .010

V_Perilaku -48.036 2.094 1 .148

Step 2

V_Fasilitas -48.754 3.464 1 .063

V_Kepercayaan -51.716 9.388 1 .002

V_Perilaku -48.037 2.030 1 .154

Step 3 V_Fasilitas -50.360 4.647 1 .031

V_Kepercayaan -56.314 16.555 1 .000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Variables V_Pengetahuan(1) .066 1 .797

Overall Statistics .066 1 .797

Variables V_Pengetahuan(1) .002 1 .966

V_Perilaku(1) 2.126 1 .145

Overall Statistics 2.198 2 .333

a. Variable(s) removed on step 2: V_Pengetahuan.

b. Variable(s) removed on step 3: V_Perilaku.