Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

9
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617 161 Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI PERTUMBUHAN VEGETATIF PURWOCENG PADA BUDIDAYA MENGGUNAKAN IRIGASI TETES DAN NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN BAHAN BAKU OBAT KHAS DAERAH Eni Sumarni 1 , Loekas Soesanto 1 , Noor Farid 2 , Hanif Nasiatul Baroroh 2 1 Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman 2 Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman arny0565gmail.com ABSTRAK Purwoceng sampai saat ini hanya dapat ditemukan di habitat yang terbatas, yaitu di di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwoceng menjadi salah satu bahan baku obat asli dari Indonesia yang memiliki khasiat seperti ginseng. Senyawa yang terkandung pada purwoceng banyak digunakan dalam industri obat modern. Produksi purwoceng dipengaruhi oleh iklim mikro lingkungan tumbuhnya dan umur purwoceng dipanen. Produksi herba tanaman purwoceng semakin tinggi untuk tanaman purwoceng yang dipanen pada umur yang lebih tua/panjang. Produksi purwoceng pada lingkungan liar menghadapi tantangan, yaitu adanya komoditas yang dapat dipanen setahun 3 kali seperti kentang dan komoditas sayuran lain yang dapat dipanen lebih pendek. Komoditas tersebut lebih dipilih oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain itu iklim ekstrem yang melanda lokasi penanaman di lingkungan terbuka dapat merusak produksi tanaman purwoceng. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian produksi tanaman purwoceng dalam lingkungan terkontrol untuk menjaga keberadaan purwoceng sebagai tanaman khas daerah dan membantu ketersediaan bahan baku obat Produksi tanaman di dalam lingkungan terkendali telah dilakukan dengan penanaman di dalam greenhouse. Teknik budidaya yang digunakan untuk penanaman di dalam greenhouse adalah teknik hidroponik. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan purwoceng dengan irigasi drip dan NFT dalam rangka mendapatkan informasi pertumbuhan purwoceng. Purwoceng dapat ditanam di dalam greenhouse dengan menerapkan teknik budidaya hidroponik (tanpa tanah). Teknik irigasi tetes sesuai untuk pertumbuhan tanaman purwoceng dikihat dari hasil pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan sistem NFT. Perlu kajian lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa dalam tanaman purwoceng dari aplikasi teknik hidroponik tersebut. Kata Kunci: dieng, greenhouse, hidroponik, irigasi tetes, NFT, purwoceng ABSTRACT Purwoceng until now can only be found in limited habitats, namely in the Dieng plateau, Central Java. Purwoceng is one of the original medicinal raw materials from Indonesia which has properties like ginseng. The compounds contained in purwoceng are widely used in the modern drug industry. Purwoceng production is influenced by the microclimate of the growing environment and the age of the purwoceng harvested. Purwoceng herb production is increasingly high for purwoceng plants that are harvested at older / longer ages. Purwoceng production in wild environments faces challenges, namely the existence of commodities that can be harvested 3 times

Transcript of Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Page 1: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

161

“Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan)

POTENSI PERTUMBUHAN VEGETATIF PURWOCENG PADA BUDIDAYA

MENGGUNAKAN IRIGASI TETES DAN NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN BAHAN BAKU OBAT KHAS DAERAH

Eni Sumarni1, Loekas Soesanto

1, Noor Farid

2, Hanif Nasiatul Baroroh

2

1Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman 2Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman

arny0565gmail.com

ABSTRAK

Purwoceng sampai saat ini hanya dapat ditemukan di habitat yang terbatas, yaitu di di kawasan

dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwoceng menjadi salah satu bahan baku obat asli dari

Indonesia yang memiliki khasiat seperti ginseng. Senyawa yang terkandung pada purwoceng

banyak digunakan dalam industri obat modern. Produksi purwoceng dipengaruhi oleh iklim mikro

lingkungan tumbuhnya dan umur purwoceng dipanen. Produksi herba tanaman purwoceng semakin

tinggi untuk tanaman purwoceng yang dipanen pada umur yang lebih tua/panjang. Produksi

purwoceng pada lingkungan liar menghadapi tantangan, yaitu adanya komoditas yang dapat

dipanen setahun 3 kali seperti kentang dan komoditas sayuran lain yang dapat dipanen lebih

pendek. Komoditas tersebut lebih dipilih oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain itu iklim

ekstrem yang melanda lokasi penanaman di lingkungan terbuka dapat merusak produksi tanaman

purwoceng. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian produksi tanaman purwoceng dalam lingkungan

terkontrol untuk menjaga keberadaan purwoceng sebagai tanaman khas daerah dan membantu

ketersediaan bahan baku obat Produksi tanaman di dalam lingkungan terkendali telah dilakukan

dengan penanaman di dalam greenhouse. Teknik budidaya yang digunakan untuk penanaman di

dalam greenhouse adalah teknik hidroponik. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan

purwoceng dengan irigasi drip dan NFT dalam rangka mendapatkan informasi pertumbuhan

purwoceng. Purwoceng dapat ditanam di dalam greenhouse dengan menerapkan teknik budidaya

hidroponik (tanpa tanah). Teknik irigasi tetes sesuai untuk pertumbuhan tanaman purwoceng

dikihat dari hasil pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan

sistem NFT. Perlu kajian lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa dalam tanaman purwoceng

dari aplikasi teknik hidroponik tersebut.

Kata Kunci: dieng, greenhouse, hidroponik, irigasi tetes, NFT, purwoceng

ABSTRACT

Purwoceng until now can only be found in limited habitats, namely in the Dieng plateau, Central

Java. Purwoceng is one of the original medicinal raw materials from Indonesia which has

properties like ginseng. The compounds contained in purwoceng are widely used in the modern

drug industry. Purwoceng production is influenced by the microclimate of the growing

environment and the age of the purwoceng harvested. Purwoceng herb production is increasingly

high for purwoceng plants that are harvested at older / longer ages. Purwoceng production in wild

environments faces challenges, namely the existence of commodities that can be harvested 3 times

Page 2: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

162

a year such as potatoes and other vegetable commodities that can be harvested shorter. These

commodities are preferred by the community to be cultivated. Besides that, the extreme climate

that engulfs the planting location in an open environment can damage the production of purwoceng

plants. Therefore, it is necessary to study the production of purwoceng plants in a controlled

environment to maintain the presence of purwoceng as a typical plant area and help the availability

of medicinal raw materials. Plant production in a controlled environment has been carried out by

planting in a greenhouse. Cultivation techniques used for planting in greenhouses are hydroponic

techniques. The purpose of this study was to compare purwoceng with drip irrigation and NFT in

order to obtain information on purwoceng growth. Purwoceng can be planted in a greenhouse by

applying hydroponic cultivation techniques (without soil). Drip irrigation technique is suitable for

the growth of purwoceng plants, it is seen from the results of plant height growth and a higher

number of branches than the NFT system. Further studies are needed to determine the content of

compounds in purwoceng plants from the application of hydroponic techniques.

Keywords: dieng, greenhouse, hydroponic, drip iirrigation, nft, purwoceng

PENDAHULUAN

Purwoceng sampai saat ini hanya dapat ditemukan di habitat yang terbatas, yaitu di

di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Purwoceng merupakan tanaman obat yang

berumur tahunan, sehingga tidak banyak masyarakat yang membudidayakanya sebagai

penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Budidaya tanaman purwoceng

oleh masyarakat setempat masih dilakukan secara konvensional dan liar dihabitat alamnya.

Berdasarkan hasil penelitian, purwoceng menjadi salah satu bahan baku obat asli dari

Indonesia yang memiliki khasiat seperti ginseng (Balitro 2000; Anwar, 2001). Purwoceng

pada bagian akar dapat digunakan sebagai anti diuretik, sebagai afrodisiak dengan

kandungan senyawa turunan sterol, saponin dan alkaloida. Senyawa yang terkandung pada

purwoceng banyak digunakan dalam industri obat moderen sebagai obat analgesik, anti

fungi, anti bakteri (Suzery et al., 2004; Herniani dan Rostiana, 2004; Sugiastuti dan

Rahmawati, 2006; Widowati dan Faridah, 2006).

Produksi purwoceng dipengaruhi oleh iklim mikro lingkungan tumbuhnya dan umur

purwoceng dipanen. Produksi herba tanaman purwoceng semakin tinggi untuk tanaman

purwoceng yang dipanen pada umur yang lebih tua/panjang. Kandungan metabolit

sekunder tanaman purwoceng berdasarkan hasil penelitian meningkat pada masa generatif

dan bergantung pada spesies tanaman (Herbert, 1998). Produksi purwoceng pada

lingkungan liar menghadapi tantangan, yaitu adanya komoditas yang dapat dipanen

setahun 3 kali seperti kentang dan komoditas sayuran lain yang dapat dipanen lebih

pendek. Komoditas tersebut lebih dipilih oleh masyarakat untuk dibudidayakan. Selain itu

iklim ekstrem yang melanda lokasi penanaman di lingkungan terbuka dapat merusak

Page 3: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

163

produksi tanaman purwoceng. Dataran tinggi Dieng pada kondisi suhu yang sangat dingin

dan panas, serta munculnya salju yang dapat merusak tanaman purwoceng. Oleh karena itu

perlu dilakukan kajian produksi tanaman purwoceng dalam lingkungan terkontrol untuk

menjaga keberadaan purwoceng sebagai tanaman khas daerah dan membantu ketersediaan

bahan baku obat.

Produksi tanaman di dalam lingkungan terkendali telah dilakukan dengan penanaman

di dalam greenhouse. Teknik budidaya yang digunakan untuk penanaman di dalam

greenhouse adalah teknik hidroponik. Tanaman hidroponik mudah dalam pemeliharaan,

bersih, terlindung dari hujan dan angin, hama penyakit lebih mudah untuk dikendalikan

(Hartus, 2008). Teknik pemberian air dan nutrisi yang sesuai untuk mememnuhi kebutuhan

air dan nutrisi tanaman purwoceng diperlukan dalam rangka pertumbuhan yang optimal.

Teknik pemberian air dan nutrisi untuk hidroponik dengan media tanam adalah teknologi

irigasi tetes. Irigasi tetes bekerja mendistribusikan air yang mengandung nutrisi ke akar

tanaman dengan meneteskan nutrisi sampai ke bagian sekitar tanaman. Teknologi irigasi

tetes efesien, dan hemat tenaga kerja (Kasiran, 2006). Teknologi irigasi tetes telah banyak

digunakan untuk produksi tomat (Setiyaninrum et.al., 2014), kembang kol (Yanto et.al.,

2014), Sawi (Simangunsong et.al., 2013). Teknologi irigasi tetes dapat menjadi kajian

untuk penanaman purwoceng di dalam greenhouse.

Teknik hidroponik yang juga sedang banyak dikembangkan yaitu teknik pemberian

nutrisi secara sirkulasi pada talang-talang dengan kemiringan 1-5%. Teknik hidroponik

tersebut dikenal dengan nama nutrient film technique (NFT). Pada teknik NFT, akar

tanaman berada pada lapisan tipis air yang berisi nutrisi. Nutrisi diberikan secara

tersirkulasi. Hidroponik teknik NFT saat ini banyak diaplikasikan untuk produksi selada,

sawi, bayam, kangkung (Eprianda et.al., 2017). Teknik NFT juga sudah digunakan untuk

penanaman purwoceng. Teknik NFT memberikan kemudahan untuk pengontrolan tanaman

purwoceng berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Pertumbuhan tanaman Purwoceng

rata-rata sampai umur 50 HST (Hari Setelah Tanam) mencapai 7-9 cm. Umur puurwoceng

50 HST jumlah cabang mencapai 2-4 cabang. Namun purwoceng yang ditanam dengan

NFT masih banyak yang merngalami kelayuan. (Sumarni et.al., 2017a,b). Oleh karena itu

perlu dilakukan kajian perbandingan purwoceng menggunakan irigasi tetes dan NFT.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan purwoceng dengan irigasi drip dan NFT

dalam rangka mendapatkan informasi pertumbuhan purwoceng.

Page 4: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

164

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2018. Lokasi penelitian pada

ketinggian 2000 m dpl di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan

penanaman purwoceng di dalam greenhouse. Teknik hidroponik yang digunakan : 1.

Hidroponik dengan irigasi tetes, dan 2. Hidroponik sistem NFT. Skema irigasi drip dan

NFT disajikan pada Gambar 1 dan 2. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah

pertumbuhan vegetatif tanaman purwoceng meliputi tinggi tanaman dan jumlah cabang.

Data dianalisis dengan menggunakan grafik untuk melihat perbandingan hasil.

Gambar 1. Skema irigasi drip untuk penanaman purwoceng

Gambar 2. Teknik hidroponik NFT untuk penanaman p

HASIL DAN PEMBAHASAN

Iklim Mikro di sekitar Greenhouse Penanaman Purwoceng

Suhu udara rata-rata di dalam greenhouse selama penanaman menunjukkan lebih

tinggi dibandingkan di luar greenhouse. Pada pukul 7.00 suhu udara di dalam greenhouse

mencapai 9 °C, pukul 13.00 mencapai 23 °C dan pukul 20.00 mencapai 13 °C. Suhu udara

di luar greenhouse pada pukul 7.00 menunjukkan 8 °C, pukul 13.00 mencapai 20°C dan

pukul 20.00 mencapai 11 °C (Gambar 3).

Page 5: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

165

Gambar 3. Suhu udara di dalam dan di luar greenhouse penanaman purwoceng

Tanaman purwoceng dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata 15-26 °C dan

kelembaban udara 60-70 % (Raharjo, 2003). Kelembaban udara selama penanaman

purwoceng berkisar antara 77-80 % (Gambar 4).

Gambar 4. Kelembaban udara di dalam dan di luar greenhouse penanaman purwoceng

Pertumbuhan Tanaman Purwoceng

Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman purwoceng terdapat perbedaan dari teknik hidroponik yang

digunakan. Tinggi tanaman dari 20 HST (Hari Setelah Tanam) sampai 40 HST

menunjukkan bahwa teknik irigasi tetes memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang

lebih baik dibandingkan teknik NFT. Tanaman purwoceng yang diberikan irigasi drip pada

40 HST mencapai rata-rata 7 cm sedangkan pada sistem NFT 3,3 cm (Gambar 5).

Page 6: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

166

Gambar 5. Pertumbuhan tinggi tanaman pada irigasi tetes dan NFT

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa irigasi tetes lebih sesuai untuk penanaman

purwoceng dibandingkan NFT. Hal ini diduga tanaman purwoceng sensitif terhadap air,

sehingga lebih sesuai teknik pemberian nutrisi secara tetes dibandingkan sirkulasi, dimana

akar terendam dalam air dalam waktu beberap menit.

Jumlah Cabang

Perkembangan jumlah cabang tanaman purwoceng dapat dilihat pada Gambar 6.

Jumlah cabang pada teknik irigasi tetes menunjukkan lebih tinggi dibandingkan pada

sistem NFT. Jumlah cabang rata-rata pada teknik irigasi tetes mencapai 3 tangkai sampai

40 HST, sedangkan pada NFT 1 tangkai.

Gambar 6. Pererkembangan tangkai tanaman purwoceng pada irigasi tetes dan NFT

Page 7: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

167

Teknik irigasi tetes memberikan penyiraman nutrisi yang lebih sesuai untuk produksi

tanaman purwoceng di dalam greenhouse. Penampilan tanaman pada sistem hidroponik

tersebut dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Penampilan tanaman purwoceng pada irigasi tetes

Gambar 8 . Penampilan tanaman purwoceng pada sistem NFT

KESIMPULAN

Purwoceng dapat ditanam di dalam greenhouse dengan menerpkan teknik budidaya

hidroponik (tanpa tanah). Teknik irigasi tetes sesuai untuk pertumbuhan tanaman

purwoceng dikihat dari hasil pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih

tinggi dibandingkan sistem NFT. Perlu kajian lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa

dalam tanaman purwoceng dari aplikasi teknik hidroponik tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada ristekdikti yang telah memberikan dana tahun 2018 dengan no

penugasan No: Kept.1639/UN23.14/PM.01.00/2018 sehingga penelitian ini dapat

dilakukan.

Page 8: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

168

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N.S. 2001. Manfaat obat tradisional sebagai afrodisiak serta dampak positifnya

untuk menjaga stamina. Makalah pada Seminar Setengah Hari ‖Menguak Manfaat

Herbal bagi Vitalitas Seksual ‖. Jakarta,13 Oktober 2001. 8p.

Balittro. 2000. Penggalian pemanfaatan dan karakterisasi mutu tumbuhan obat potensial

dan langka. Laporan Penelitian Balittro. 47p.

Eprianda, D., F. E. Prasmatiwi, A. Suryani. 2017. Efesiensi produksi dan analisis risiko

budidaya selada keriting hijau dan selada Romaine hidroponik NFT (Nutrient Film

Technique) di PT XYZ, Propinsi Jawa Barat. JIIA, VOLUME 5 No. 3: 242-249.

Herbert, R.B. 1998. The biosynthesis of secondary metabolites. Second Edition, Chapman

and Hall, London, New York, 23 hal.

Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar

Swadaya. Jakarta.

Hernani dan O. Rostiana. 2004. Analisis kimia akar purwoceng (Pimpinella pruatjan).

Prosiding Fasilitasi Forum Kerjasama Pengembangan Biofarmaka. Ditjen

Hortikultura, Deptan. p. 212-225.

Kasiran. 2006. Teknologi irigasi Tetes ―Ro Drip‖ untuk budidaya tanaman sayuran di

lahan kering dataran rendah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 8 (1) : 26-

30

Rahardjo, M. 2003. Purwoceng tanaman obat afrodisiak yang langka, Warta Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Industri, Puslitbangbun. 9(2):4-7.

Simangunsong, F.T., S. A. Rohanah, dan E. Susanto. 2013. Aanalisis efesiensi irigasi tetes

dan kebutuhan air tanaman sawi (Brassica juncea) pada tanah inceptisol.

J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 1: 83-89.

Setyaningrum, D.A., A. Tusi, S. Triyono. 2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada

tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Teknik Pertanian

LampungVol.3, No. 2: 127-140.

Sumarni, E. L. Soesanto, N. Farid, H.N. Baroroh. 2017a. Pertumbuhan dan Perkembangan

Tanaman Purwoceng pada Budidaya Secara Hidroponik NFT. Jurnal Litbang

Provinsi Jawa Tengah, Volume 146 15 Nomor 2 – Desember 2017

Sumarni, E., N. Farid, L. Soesanto. 2017b.A Study of Suitability of Purwoceng Medicinal

Plant on the Hydroponic System with Drip Irrigation for Preventing Extinction.

Prosiding. Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian. Banda Aceh. ISSN

2615-2045.

Sugiastuti, S. dan H. Rahmawati. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa organik fraksi

semipolar herba purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar

Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor. pp.255-261.

Page 9: Tema: 3 (Pangan, Gizi dan Kesehatan) POTENSI …

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VIII” 14-15 November 2018 Purwokerto No. ISBN: 978-602-1643-617

169

Suzery, M., B. Cahyono, Ngadiwiyana, dan H. Nurhanawati. 2004. Senyawa stigmasterol

dari Pimpinella alpina Molk. (Purwoceng). Suplemen. 39(1): 39-41.

Widowati, D. dan Faridah. 2006. Isolasi dan identifikasi senyawa kimia dalam fraksi non-

polar dari tanaman purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Prosiding Seminar

Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor. pp.255-261.

Yanto, H., A. Tusi, dan S. Triyono. 2014. Aplikasi sistem irigasi pada tanaman kembang

kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) dalam greenhouse.

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154.