TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU...

116
TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM" SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) SAIFUDIN YUHRI 1103062 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU...

Page 1: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM

BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM"

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

SAIFUDIN YUHRI

1103062

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

ii

Page 3: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

iii

SKRIPSI

TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM

BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM"

Disusun oleh

SAIFUDIN YUHRI

1103062

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal: 21 Juni 2010

dan dinyatakan telah lulus memenuhi sarat

Page 4: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga

pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

daftar pustaka

Semarang, 05 Juni 2010

SAIFUDIN YUHRI

NIM: 1103062

Page 5: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

v

MOTTO

������� ���� �� ��� ����������� ��������� ������)���� : (

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya (QS. at-Tiin: 4) (Depag, 1986:

1076).

Page 6: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

vi

PERSEMBAHAN

� Untuk kedua orang Tuaku, terutama Bapakku yang dengan tabah mengasuh

penulis mulai kecil sampai dewasa dan mencurahkan jiwa raganya. Dan

dengan kesabarannya membesarkan, mendidik penulis hingga seperti sekarang

ini, serta do'anya yang tak putus-putus sehingga penulis dapat melanjutkan

studi sampai ke perguruan tinggi dan semoga beliau tetap diberi kesehatan,

umur panjang dan selamat dunia dan akhirat. Jiwaku tertunduk malu tatkala

aku harus kembali ke pangkuanmu. Aku merasa apa yang kuperoleh belum

seberapa bila dibandingkan dengan pengorbananmu selama ini, sehingga aku

tak mampu untuk menatap sinar mata yang penuh bangga. Meski perjalananku

belum berakhir sampai disini, namun aku tetap akan memberikan yang terbaik

untuk orang terkasihku. Sembah sujudku selalu pada ayah dan bunda.

� Adikku telah memotivasi dalam studi khususnya dalam menyelesaikan skripsi

ini .

� Teman-temanku trimakasih semua untuk bantuanya, karena kalian jugalah

saya bisa selesaikan skripsi ini .

Penulis

Page 7: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

vii

ABSTRAKSI

Manusia merupakan objek kajian yang selalu menarik untuk

dibicarakan. Pembicaraan dan penelitian tentang manusia, sejak zaman klasik

hingga sekarang ini belum mengenal kata "berhenti". Ketertarikan para ahli

untuk meneliti manusia, karena manusia adalah makhluk Allah yang memiliki

keunggulan ketimbang makhluk lain. Yang menjadi rumusan masalah yaitu

bagaimana konsep insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut

Islam"? Bagaimana hubungan insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam" dengan dakwah?

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan

pendekatan kepustakaan (library research). Data primernya ialah buku

"Konsepsi Manusia Menurut Islam" karya M. Dawam Rahardjo sedangkan

data sekunder yaitu sejumlah kepustakaan yang relevan dengan skripsi ini

namun sifatnya hanya pendukung, seperti: a). buku-buku, majalah, dll. Teknik

pengumpulan datanya peneliti menggunakan teknik dokumentasi atau studi

dokumenter. Analisis data menggunakan analisis isi (content analysis) yaitu

sebuah proses penafsiran terhadap isi pesan secara keseluruhan baik secara

tersirat maupun tersurat. Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang

kurang jelas. Sedangkan yang dimaksud tersurat yaitu apa yang tercantum

dalam teks sudah jelas.

Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa konsep insan kamil dalam

Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" yaitu manusia yang sempurna dari

segi pengembangan potensi intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat,

fitrah dan lainnya yang bersifat batin lainnya, dan bukan pada manusia dari

dimensi jasad/fisiknya. Pembinaan kesempurnaan basyariah bukan menjadi

bidang garapan tasawuf, tetapi menjadi garapan fikih. insân kamîl akan lebih

terbina lagi jika lebih ditekankan pada segi insaniyahnya, atau segi potensi

intelektual, rohaniah dan lainnya itu. Insân kamîl juga berarti manusia yang

sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal

dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara

benar menurut akhlak Islami. Manusia yang selamat rohaniah itulah yang

diharapkan dari manusia insân kamîl. Manusia yang demikian inilah yang

akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat. Adapun hubungan insan kamil

dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" dengan dakwah yaitu

dakwah sangat erat kaitannya dengan konsep insan kamil karena dakwah pada

hakikatnya mengandung ajakan kepada manusia dan objeknya adalah

manusia. Ajakan tersebut bertujuan agar rohani manusia menjadi sempurna

yaitu berisi iman dan taqwa. Melalui iman dan taqwa ini maka manusia bisa

menghampiri predikat insan kamil. Dakwah yang berisi ajakan pada manusia

bisa berisi masalah akidah, syari'ah dan akhlak. Ketiga komponen sendi-sendi

Islam itu manakala diamalkan oleh mad'u niscaya bisa menghampiri predikat

insan kamil. Satu contoh jika mad'u mencontoh perilaku Rasulullah SAW

maka bisa dikatakan bahwa mad'u itu menjadi insan kamil.

Page 8: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas

taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

Skripsi yang berjudul “TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL

DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT ISLAM"” ini, disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S.1)

Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. M. Zain Yusuf, MM. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Bapak Drs. H. Fachrur Rozi, M.Ag selaku Dosen pembimbing I dan Bapak

H.M. Alfandi, M.Ag selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap Bapak, Ibu tenaga edukatif dan administratif Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memperlancar proses pembuatan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Penulis

Page 9: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

ABSTRAKSI................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR.................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................1

1.2. Perumusan Masalah......................................................................4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................5

1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................5

1.5. Metoda Penelitian .......................................................................9

1.6. Sistematika Penulisan...................................................................13

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN INSÂN KAMÎL

2.1.Dakwah ....................................................................... 15

2.1.1. Pengertian Dakwah ............................................................ 15

2.1.2. Tujuan Dakwah .................................................................. 16

2.1.3. Unsur-Unsur Dakwah......................................................... 19

2.2.Insân Kamîl ....................................................................... 31

2.2.1. Pengertian Insân Kamîl ..................................................... 31

2.2.2. Syarat-Syarat Menjadi Insân kamîl .................................... 43

2.2.3. Karakteristik Insân kamîl ................................................... 47

2.2.4. Insân Kamîl menjadi Tujuan Dakwah................................ 50

Page 10: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

x

BAB III:INSÂN KAMÎL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA

MENURUT ISLAM"

3.1.Biografi Dawam Rahardjo, Pendidikan dan Karya-karyanya ...... 53

3.2.Konsepsi Manusia Menurut Islam................................................ 53

3.2.1. Insân kamîl ............................................................... 57

3.2.2. Antara Kebebasan dan Keterpaksaan Manusia .................. 71

3.2.3. Insân kamîl : Citra Sufistik................................................7 4

BAB IV: ANALISIS INSÂN KAMÎL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA

MENURUT ISLAM" DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

4.1. Konsep Insân kamîl dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam " ................................................................ 80

4.2. Relevansi Konsep Insân kamîl dalam Buku "Konsepsi

Manusia Menurut Islam" dengan dakwah .................................. 89

BAB V : PENUTUP

5.1.Kesimpulan ....................................................................... 102

5.2.Saran-Saran ....................................................................... 103

5.3.Penutup ....................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan objek kajian yang selalu menarik untuk

dibicarakan. Pembicaraan dan penelitian tentang manusia, sejak zaman klasik

hingga sekarang ini belum mengenal kata "berhenti". Ketertarikan para ahli

untuk meneliti manusia, karena manusia adalah makhluk Allah yang memiliki

keunggulan ketimbang makhluk lain (Solihin, 2003: 99). Kesempurnaan

manusia dari sisi penciptaannya telah dilegitimasi dalam beberapa ayat Al-

Quran, misalnya:

������� ���� �� ��� ����������� ��������� ������)���� : (

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya (QS. at-Tiin: 4) (Depag, 1986:

1076).

�"���#��$ %&�� ���%'���� �� ()* �+ �&,�� %-�.�/���( %&%��"0��$ ��1����)234� :56(

Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya

dan telah meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka

tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS. al-Hijr:

29) (Depag, 1986: 393).

��7�������( ��7�*�%38� ��9�:�9���;��)<:=�� :>(

Artinya: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan

ketakwaannya (QS. Asy-Syam: 8) (Depag, 1986: 1064).

Kesempurnaan dan keunggulan manusia itulah yang membuatnya

begitu unik untuk dibicarakan, baik dalam perspektif sosiologi, antropologi,

Page 12: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

2

filsafat, psikologi maupun tasawuf. Salah satu pembicaraan tentang manusia

dalam perspektif tasawuf yang sampai sekarang masih banyak diminati oleh

para pengkaji tasawuf adalah pemikiran tentang insan kamil (manusia

sempurna). Pemikiran ini pernah dikemukakan oleh Al-Jilli (Solihin, 2003:

100).

Problematika masyarakat sekarang ini bukan saja menyangkut

masalah materi, tetapi juga menyangkut masalah-masalah psikologis. Hal ini

disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat maka semakin

bertambah intensitas dan eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan

disintegrasi sosial masyarakat (Ahyadi, 1991: 177). Kondisi ini telah

mengakibatkan makin sulitnya manusia untuk menjadi insan kamil. Atas

dasar itu manusia merasakan pentingnya siraman dakwah.

Itulah sebabnya, Umary (1980: 52) merumuskan bahwa dakwah

adalah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi

larangan agar memperoleh kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan

datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11) menyatakan, dakwah adalah

usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, memperbaiki

kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan ketidak

wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti

memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas

yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),

rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran

Page 13: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

3

agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri,

bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6).

Berdasarkan keterangan tersebut, dalam buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam" ada uraian atau kajian yang berisi tentang insan kamil. Dalam

buku itu terdapat berbagai pendapat tentang insan kamil, di antaranya menurut

Effendi (Rahardjo (ed), 1987: 24) bahwa Nabi Muhammad Saw adalah contoh

yang luhur tentang insan kamil. Sejalan dengan itu menurut Bahtiar (Rahardjo

(ed), 1987: 45) manusia merupakan obyek yang selalu menarik untuk

dibicarakan. Bukan saja ia menjadi pokok permasalahan, tetapi segala

peristiwa besar yang terjadi di dunia ini selalu berkaitan dengan manusia.

Dalam buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" dirumuskan bahwa

insan kamil adalah orang mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan,

wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan (Rahardjo (ed), 1987: 25). Buku

"Konsepsi Manusia Menurut Islam" berisi pesan dakwah bahwa inti ajaran

Islam yang paling utama adalah akhlak. Manakala akhlaknya baik maka di

situlah seseorang dapat menemukan dirinya sebagai insan kamil. Editor buku

ini adalah Dawam Rahardjo yang telah menghimpun berbagai tulisan sehingga

buku ini menarik untuk dikaji karena di dalamnya mengupas persoalan tentang

insan kamil yang ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pembahasan dimulai

dari persoalan Adam, Khudi dan insan kamil. Dalam bagian selanjutnya

diungkapkan tentang sekitar filsafat jiwa dan manusia dari Ibu Sina, manusia

serba dimensi, realitas manusia, manusia dalam perspektif humanisme agama

pandangan Ali Shari'ati, insan kamil citra sufistik al-Jilli.

Page 14: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

4

Dalam buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" dikemukakan adanya

dua cara untuk memperoleh insan kamil yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat

mahmudah (terpuji) dan mengosongkan diri atau membuang dari sifat-sifat

mazmumah (tercela). Dalam buku itu dijelaskan manusia yang akalnya

berfungsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik,

seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan essensinya dan merasa wajib

melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. Manusia

yang demikianlah yang dapat mendekati tingkat Insan kamil. Dengan

demikian Insan kamil akalnya dapat mengenali perbuatan yang baik dan

perbuatan buruk karena hal itu telah terkandung pada essensi perbuatan

tersebut (Rahardjo (ed), 1987: 43).

Uraian di atas mendorong peneliti mengangkat tema ini dengan judul:

Telaah Dakwah tentang Insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut

Islam"

1.2. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah

sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana konsep insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam"?

1.2.2. Bagaimana hubungan insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam" dengan dakwah?

Page 15: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mendeskripsikan konsep insan kamil dalam Buku "Konsepsi

Manusia Menurut Islam"

1.3.2. Untuk menjelaskan hubungan insan kamil dalam Buku "Konsepsi

Manusia Menurut Islam" dengan dakwah

Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi:

1. Secara teoritis, yaitu untuk memperkaya kepustakaan Ilmu Dakwah

khususnya dakwah dengan media buku, dan sebagai bahan studi banding

oleh peneliti lainnya.

2. Secara praktis yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

dan masukan bagi umat Islam.

1.4. Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan disebutkan beberapa penelitian sebelumnya yang

ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Semua itu untuk

menunjukkan bahwa masalah yang akan diteliti bukanlah sama sekali belum

pernah ditulis, diteliti atau disinggung orang sebelumnya. Kegunaannya

adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi keilmuan dalam skripsi

yang ditulis dan apakah hanya merupakan bentuk pengulangan. Oleh karena

itu tidak layak apa yang ditulis dalam skripsi itu sudah pernah ditulis oleh

orang lain. Atas dasar itu jumlah penelitian terdahulu yang dihadirkan minimal

Page 16: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

6

tiga buah penelitian, dan dalam hubungannya dengan penelitian ini, maka

disebutkan sebagai berikut:

Penelitian Sugi Hartono (2006) Fakultas Dakwah Jurusan BPI) dengan

judul: Insan kamil Menurut Murtadha Muthahhari dalam Hubungannya

dengan Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan dan Konseling Islam).

Hubungan konsep insan kamil Murtadha Muthahhari dengan kesehatan mental

ditinjau dari Bimbingan Konseling Islam dapat dijelaskan dengan kenyataan

bahwa konsep insan kamil yang ditawarkan Murtadha Muthahhari bertujuan

untuk melahirkan manusia yang sehat jasmani dan rohani agar dapat mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Konsep insan kamil Murtadha Muthahhari sejalan dengan tujuan

bimbingan dan konseling Islam yaitu membantu individu mewujudkan dirinya

sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Selain dari itu, konsep Murtadha Muthahhari relevan dengan fungsi

bimbingan dan konseling Islam yang bersifat preventif, kuratif atau korektif,

preservative, dan developmental atau pengembangan.

Skripsi yang berjudul: Konsep Insan kamil Menurut Murtadha

Muthahhari dan Relevansinya dalam Tujuan Pendidikan Islam disusun Afif

Farida (2005) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI). Insan kamil dalam konsep

Murthadha Muthahhari, ia mulai dengan merumuskan bahwa insan kamil

adalah manusia seutuhnya baik dalam perspektif jasmani maupun rohani,

dimana seluruh potensi insaninya memiliki keseimbangan dan harmonisasi

antara nilai-nilai yang membangun dirinya. Menurutnya insan kamil dapat

Page 17: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

7

dikaji melalui Al-Qur’an dan Hadits serta berbagai pendapat para ulama yang

memiliki otoritas di bidangnya.

Kehadiran Insan kamil dalam kehidupan umat manusia, terlebih dalam

dunia pendidikan Islam sangat diharapkan dan mendapatkan posisi yang

sangat penting. Begitu penting kehadirannya sehingga pendidikan Islam

berupaya keras untuk merealisasikan dan melahirkan Insan kamil ke dunia ini.

Untuk merealisasikan terbentuknya Insan kamil tidaklah semudah ucapan,

karena proses pembentukannya memerlukan waktu yang panjang dan

dilakukan secara bertahap. Membentuk Insan kamil tidak bisa hanya terjadi

secara alami, tanpa suatu upaya keras. Upaya untuk menjadikan dan

membentuk Insan kamil, dalam kerangka iman dan taqwa, maka pendidikan

sebagai proses menginternalisasikan dalam pribadi anak didik, bertumpu pada

kemampuan atau kapasitas belajar dalam tiap pribadi anak didik.

Relevansi antara Insan kamil dengan tujuan pendidikan Islam sangat

erat, keduanya tidak dapat dipisahkan. Kedekatan hubungan Insan kamil

dengan pendidikan Islam sebenarnya disebabkan karena keduanya mempunyai

hubungan timbal balik yang saling mengikat. Insan kamil merupakan final

aim, pancaran akhir dan cita-cita ideal yang diproyeksikan dan diharapkan

pendidikan Islam, sementara pendidikan Islam merupakan salah satu tujuan

dan misi yang diemban yang hendak direalisasikan Insan kamil dalam aktifitas

hidupnya. Antara Insan kamil dengan pendidikan Islam mempunyai beban

tanggung jawab yang senantiasa bergulir sepanjang zaman. Keduanya

mempunyai tanggung jawab untuk saling mengoptimalkan etos kerja masing-

Page 18: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

8

masing. Optimalisasi peran dan tugas serta tanggung jawab keduanya sangat

menentukan terhadap keberhasilan cita-cita yang diemban dan yang

diharapkan.

Skripsi yang berjudul: Konsep Ahmad Tafsir tentang Pendidikan Islam

sebagai Usaha Membentuk Insan kamil disusun Ahmad Sobirin (2007)

Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI). Menurut Ahmad Tafsir bahwa manusia

sempurna itu adalah yang memiliki paling tidak tiga ciri utama yaitu 1)

jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan; 2) akalnya cerdas serta

pandai; 3) hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah. Menurut Ahmad

Tafsir bahwa orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat,

terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta

penegakan ajaran Islam. Dilihat dari sudut ini maka Islam mengidealkan

Muslim yang sehat serta kuat jasmaninya.

Dalam penegakan ajaran Islam, terutama pada masa penyiarannya

dalam sejarah, tidak jarang ditemukan rintangan yang pada akhirnya

memerlukan kekuatan dan kesehatan fisik (jasmani). Kadang-kadang kekuatan

dan kesehatan itu diperlukan untuk berperang menegakkan ajaran Islam.

Ternyata sampai sekarang pun tantangan fisik seperti dalam sejarah tersebut

sering juga muncul. Oleh karena itu, sekarang pun Muslim harus sehat dan

kuat fisiknya.

Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti

ajaran Islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental berkaitan erat

dengan kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka kesehatan

Page 19: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

9

jasmani pun penting pula. Karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan

dengan pembelaan Islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan

jasmani (agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin Islam. Pendidikan

itu langsung dihubungkan dengan pembelaan Islam, yaitu berupa latihan

memanah, berenang, menggunakan senjata, menunggang kuda, lari cepat (Al-

Syaibani, 1979:503). Pentingnya kekuatan dan kesehatan fisik itu juga

mempunyai dalil-dalil naqli.

Perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan yang sekarang

yaitu penelitian yang sudah ada belum mengkaji Insan kamil dalam Buku

"Konsepsi Manusia Menurut Islam". Sedangkan penelitian yang hendak

penulis lakukakan saat ini hendak menelaah tentang konsepsi manusia

menurut Islam dalam konteksnya dengan insan kamil.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif yakni

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,

1997: 3). Dalam meneliti data tidak diwujudkan dalam bentuk angka,

namun data-data tersebut diperoleh dengan penjelasan dan berbagai

uraian yang berbentuk tulisan.

Page 20: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

10

Penelitian tentang Telaah Dakwah Insan kamil dalam Buku

"Konsepsi Manusia Menurut Islam" adalah library research yaitu

penelitian kepustakaan.

1.5.2. Definisi Konseptual

Menurut Shaliba sebagaimana dikutip Nata (2003: 257) bahwa

kata insân menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan

untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam konteksnya

dengan judul skripsi ini bahwa yang dimaksud dengan konsepsi manusia

menurut Islam dalam buku yang berjudul "Konsepsi Manusia Menurut

Islam" yaitu konsep yang menjelaskan tentang siapakah manusia itu, apa

unsur-unsur yang terdapat dalam diri manusia dan bagaimana manusia

bisa memperoleh keseimbangan jiwanya serta cara apa saja yang dapat

ditempuh manusia untuk memperoleh sebutan insan kamil.

Dengan demikian yang dimaksud Telaah Dakwah Insan kamil

dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" yaitu himbauan dan

nasihat dari buku yang berjudul: "Konsepsi Manusia Menurut Islam"

yang ditujukan kepada umat Islam untuk melakukan apa yang diajarkan

agama agar hidup menjadi insan kamil. Dengan kata lain bahwa secara

konseptual "Konsepsi Manusia Menurut Islam" yaitu merupakan salah

satu bentuk tanggapan para cendekiawan muslim terhadap beragam

perkembangan sosial yang meliputi masalah akidah, tasawuf,

perkembangan ajaran Islam, reformasi, sampai manajemen waktu yang

dikemas dalam corak keislaman.

Page 21: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

11

1.5.3. Sumber Data

a. Data primer yaitu buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" karya M.

Dawam Rahardjo

b. Data sekunder yaitu sejumlah kepustakaan yang relevan dengan

skripsi ini namun sifatnya hanya pendukung, seperti: a). buku-buku; b)

jurnal-jurnal penelitian; c) surat kabar, majalah dan lain-lain.

1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suryabrata, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat

pengambil data atau alat pengukurnya (Suryabrata, 1998: 84). Berpijak

dari keterangan tersebut, maka dalam pengumpulan data dilakukan

melalui studi dokumentasi.

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi atau studi dokumenter

yang menurut Arikunto (1990: 206) yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Yang dimaksud

dokumentasi dalam tulisan ini yaitu sejumlah data yang terdiri dari data

primer dan sekunder

1.5.5. Teknik Analisis Data

Adapun Analisis data adalah proses menyusun data agar data

tersebut dapat ditafsirkan (Kahmad, 2000: 102). Dalam menganalisa data,

penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis) yaitu sebuah proses

penafsiran terhadap isi pesan secara keseluruhan (Ratna : 48-49) baik

secara tersirat maupun tersurat. Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks

Page 22: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

12

yang kurang jelas. Sedangkan yang dimaksud tersurat yaitu apa yang

tercantum dalam teks sudah jelas.

Menurut Ricoeur dikutip oleh Sumaryono (1999: 111), ada tiga

langkah pemahaman dalam rangka pemahaman bahasa , yaitu;

a Pemahaman dari simbol ke simbol. Dalam tahapan ini, peneliti akan

melakukan pemahaman terhadap simbol yang ada dalam teks buku.

b Pemberian makna oleh simbol dengan melalui penggalian yang cermat

akan makna. Dalam tahapan ke dua ini, peneliti memberikan makna

dengan mengacu pada simbol-simbol yang telah didapatkan dalam

tahapan sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

pencarian referensi dari berbagai sumber yang melatarbelakangi

pemunculan simbol tersebut.

c Langkah filosofi dengan menggunakan simbol sebagai titik tolak.

Dalam tahapan ke tiga ini, peneliti akan mencari apa yang diinginkan

oleh simbol yang telah termaknai tersebut.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk dapat dipahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini, maka

skripsi ini disusun dalam lima bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang

satu sama lain saling melengkapi. Untuk itu, disusun sistematika sedemikian

rupa sehingga dapat tergambar kemana arah dan tujuan dari tulisan ini.

Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari

keseluruhan pola berpikir dan dituangkan dalam konteks yang jelas serta

padat. Atas dasar itu deskripsi skripsi diawali dengan latar belakang masalah

Page 23: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

13

yang terangkum di dalamnya tentang apa yang menjadi alasan memilih judul,

dan bagaimana pokok permasalahannya. Dengan penggambaran secara sekilas

sudah dapat ditangkap substansi tulisan ini. Selanjutnya untuk lebih

memperjelas maka dikemukakan pula tujuan penelitian yang mengacu pada

perumusan masalah. Penjelasan ini akan mengungkap seberapa jauh

signifikansi tulisan ini. Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan

penjiplakan maka dibentangkan pula berbagai hasil penelitian terdahulu yang

dituangkan dalam tinjauan pustaka. Demikian pula kerangka teoritik

diungkapkan sesuai dengan substansi tulisan. Metode penulisan diungkap apa

adanya dengan harapan dapat diketahui apa yang menjadi sumber data, teknik

pengumpulan data dan analisis data. Pengembangannya kemudian tampak

dalam sistematika penulisan.

Bab kedua memuat tinjauan umum tentang dakwah yang meliputi

tentang pengertian dakwah, tujuan dakwah, unsur-unsur dakwah (subjek

dakwah, objek dakwah, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah)

Bab ketiga berisi telaah dakwah insan kamil dalam buku "Konsepsi

Manusia Menurut Islam" yang meliputi biografi M. Dawam Rahardjo,

pendidikan dan karya-karyanya (latar belakang M. Dawam Rahardjo,

pendidikan, karya-karyanya), telaah dakwah M. Dawam Rahardjo tentang

konsepsi manusia menurut Islam.

Bab keempat berisi analisis yang meliputi pertama, konsep insan kamil

dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam"; kedua, relevansi konsep

insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" dengan dakwah

Page 24: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

14

Bab kelima merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran-saran

yang layak dikemukakan.

Page 25: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DAKWAH DAN INSÂN KAMÎL

2.1. Dakwah

2.1.1. Pengertian Dakwah

Dalam pengertian keagamaan, dakwah memasukkan aktifitas tablîgh

(penyiaran), tatbîq (penerapan/pengamalan) dan tandhîm (pengelolaan)

(Sulthon, 2003: 15). Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk

masdar (infinitif) dari kata kerja da'â ( د�� ) yad'û (���� ) di mana kata

dakwah ini sekarang sudah umum dipakai oleh pemakai bahasa Indonesia,

sehingga menambah perbendaharaan bahasa Indonesia (Munsyi, 1981: 11).

Kata da'wah (د��ة ) secara harfiyah bisa diterjemahkan menjadi:

"seruan, ajakan, panggilan, undangan, pembelaan, permohonan (do'a) (Pimay,

2005: 13). Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi

dakwah, antara lain: Ya'qub (1973: 9), dakwah adalah mengajak umat manusia

dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya.

Menurut Anshari (1993: 11), dakwah adalah semua aktifitas manusia muslim

di dalam berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan

ketentuan Allah SWT dengan disertai kesadaran dan tanggung jawab baik

terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan terhadap Allah SWT.

Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses

yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk

mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara

Page 26: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

16

bertahap menuju perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah

adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-

unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999: 25). Oleh

karena itu Abu Zahrah menegaskan bahwa dakwah Islamiah itu diawali

dengan amar ma'rû‘f dan nâhî‘ munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain

lagi mengenai makna amar ma'rû‘f kecuali mengesakan Allah secara

sempurna, yakni mengesakan pada zat dan sifatNya (Zahrah, 1994: 32). Lebih

jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani

(teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia

beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk

mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada

dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan

terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan

cara tertentu (Achmad, 1983: 2).

Keaneka ragaman pendapat para ahli seperti tersebut di atas meskipun

terdapat kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan namun bila dikaji dan

disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan secara ikhlas

untuk meluruskan umat manusia menuju pada jalan yang benar. Untuk

dakwah diupayakan dapat berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi mad'u.

2.1.2. Tujuan Dakwah

Menurut Arifin (2000: 4) tujuan program kegiatan dakwah dan

penerangan agama tidak lain adalah untuk menumbuhkan pengertian,

kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh

Page 27: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

17

aparat dakwah atau penerang agama. Pandangan lain dari A. Hasjmy (1984:

18) tujuan dakwah Islamiyah yaitu membentangkan jalan Allah di atas bumi

agar dilalui umat manusia. Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah

Ahmad menyinggung tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara

merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan

sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi

kehidupan (Ahmad, 1991: 2).

Barmawie Umary 198455) merumuskan tujuan dakwah adalah

memenuhi perintah Allah Swt dan melanjutkan tersiarnya syari'at Islam secara

merata. Dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku

manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas

iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri

tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.

Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa amanah suci

berupa menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia. Dan akhlak yang

dimaksudkan ini tidak lain adalah al-Qur'an itu sendiri sebab hanya kepada al-

Qur'an-lah setiap pribadi muslim itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan

dakwah secara luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam

kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran

tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran tersebut

(Tasmara, 1997: 47).

Secara umum tujuan dakwah dalam al-Qur'an adalah:

1. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.

Page 28: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

18

Allah berfirman:

������������ �� � �������� ���� ���������� �������� �!�"�������#�$% �&�'(����)*��+... )��./0�:23(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan

seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu

yang memberi kehidupan kepada kamu ...". (QS. al Anfal: 24)

(Depag RI,1978: 264 ).

2. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.

���)�� ��.�5�"� ���)�6������ �� (��� 78/���) ...9�/ ::(

Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada

iman) agar Engkau mengampuni mereka ... (QS Nuh: 7)

(Depag RI,1978: 978).

3. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

&;�$ <��=�>?0� �&$�� �@����� ��=/�+ �� A �B��>���.�� �<��"���� ���C��#���6% �&�'(���� �������� ������+ ������ �A �D��E�+ F�� ������ �G� ���+ �B�+ �H��$�+ �� �/� �I�J ���K�L�A ���#��

<M�$)G����NO( Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka,

bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu,

dan di antara golongan-golongan Yahudi Jang bersekutu ada

yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya

aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak

mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Hanya kepada-Nya

aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS.

ar Ra'd: 36) (Depag RI,1978: 375).

4. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah.

Page 29: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

19

��$ &�8G�� �&8$ ����� �;A ��#���P�� ��$�� �@����� ��#���>���+ Q'(���� R�>��/ �A S�P�� S;���� ��� �� ��T ���J���.�"�6 ����� �&�8G�� ��� �J�+ �B�+ S�U���� S����$�� ���C����A�

������ ���C����G�6 ��$ �V���W� ���)...XY�W�� :2N(

Artinya: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami

wahyukan kepadamu dan apa Jang telah Kami wasiatkan

kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan

janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi

orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka

kepadanya..." (QS Asy Syura: 13) (Depag RI,1978: 786).

5. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.

Z��[�"�U*$ Z\���P S��� ���C����G�"�� �@�/���)B�#$]^�::N( Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke jalan

yang lurus. (QS. al-Mukminun: 73) (Depag RI,1978: 534).

6. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke

dalam lubuk hati masyarakat.

�@����� �_��=/�+ ��� �G�L�A �(��� H���% �&�� �@�/*G�̀ �� ���������� �@8A�Y S��� �a����� �V���W� ��� �&$ �&�/����6 )b`[�� :c:(

Artinya: Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari

(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu

diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan)

Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-

orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. al-Qashshas: 87)

(Depag RI,1978: 612).

2.1.3. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah segala aspek yang ada sangkut pautnya

dengan proses pelaksanaan dakwah, dan sekaligus menyangkut tentang

kelangsungannya (Anshari, 1993: 103). Unsur-unsur tersebut adalah da'i

Page 30: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

20

(pelaku dakwah), mad'u (obyek dakwah), materi dakwah/maddah, wasîlah

(media dakwah), tharîqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

2.1.3.1. Subjek Dakwah

Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah, yaitu

orang yang berusaha mengubah situasi kepada situasi yang sesuai

dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt, baik secara individu maupun

berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus sebagai pemberi

informasi dan pembawa missi (Anshari, 1993: 105). Menurut Helmy

(1973: 47) subjek dakwah adalah orang yang melaksanakan tugas-

tugas dakwah, orang itu disebut da'i, atau mubaligh.

Sehubungan dengan hal tersebut terdapat pengertian para

pakar dalam bidang dakwah, yaitu:

1. Hasjmy, juru dakwah adalah para penasihat, para pemimpin dan

pemberi periingatan, yang memberi nasihat dengan baik, yang

mengarang dan berkhutbah, yang memusatkan kegiatan jiwa

raganya dalam wa'ad dan wa’id (berita pahala dan berita siksa)

dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk

melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia

(Hasymi, 1984: 186).

2. M. Natsir, pembawa dakwah merupakan orang yang

memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu

memilih jalan yang membawa pada keuntungan (Natsir, tth:

119).

Page 31: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

21

Dalam kegiatan dakwah peranan da'i sangatlah esensial,

sebab tanpa da'i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud

dalam kehidupan masyarakat. "Biar bagaimanapun baiknya ideologi

Islam yang harus disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai

ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada

manusia yang menyebarkannya" (Ya'qub, 1981: 37).

Da'i merupakan orang yang melakukan dakwah, yaitu orang

yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun berbentuk

kelompok (organisasi). Sekaligus sebagai pemberi informasi dan

missi. Pada prinsipnya setiap muslim atau muslimat berkewajiban

berdakwah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Jadi mustinya

setiap muslim itu hendaknya pula menjadi da’i karena sudah menjadi

kewajiban baginya.

2.1.3.2. Objek Dakwah

Objek dakwah adalah manusia yang menjadi audiens yang

akan diajak ke dalam Islam secara kaffah (Muriah, 2000: 32).

Menurut Pimay (2006: 29) objek dakwah adalah manusia yang

menjadi sasaran dakwah. Mereka adalah orang-orang yang telah

memiliki atau setidak-tidaknya telah tersentuh oleh kebudayaan asli

atau kebudayaan selain Islam. karena itu, objek dakwah senantiasa

berubah karena perubahan aspek sosial kultural, sehingga objek

Page 32: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

22

dakwah ini akan senantiasa mendapat perhatian dan tanggapan

khusus bagi pelaksanaan dakwah

Berdasarkan keterangan tersebut dapat juga dikatakan bahwa

unsur dakwah yang kedua adalah mad'u, yaitu manusia yang menjadi

sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai

individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama

Islam maupun tidak; atau dengan kata lain manusia secara

keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba' 28:

�$�� ��� d��#�� ���e���+ �&����� R���'�/�� R�fW�A d��#�g� Rh(T��� �(�� �D��#�����Y�+ � �B�� ���L��)i � :jc(

Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan

sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia

tiada mengetahui. (QS. Saba: 28) (Depag RI,1978: 683).

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah

bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama Islam;

sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah

bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mad'u

dakwah daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua

lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah; padahal

sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain

sebagai kawan berpikir tentang keimanan, syari'ah, dan akhlak

kemudian untuk diupayakan dihayati dan diamalkan bersama-sama.

Page 33: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

23

2.1.3.3. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah pesan yang disampaikan oleh da’i

kepada mad’u yang mengandung kebenaran dan kebaikan bagi

manusia yang bersumber al-Qur'an dan Hadis. Oleh karena itu

membahas maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu

sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas, bisa dijadikan

sebagai maddah dakwah Islam (Ali Aziz, 2004: 194)

Materi dakwah, tidak lain adalah al-Islam yang bersumber

dari al-Qur'an dan hadis sebagai sumber utama yang meliputi akidah,

syari'ah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang

diperoleh darinya (Wardi Bachtiar, 1997: 33). Maddah atau materi

dakwah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga masalah pokok, yaitu

sebagai berikut (M.Daud Ali, 2000: 133-135, Asmuni Syukir, 1983:

60-63):

a. Masalah akidah

Akidah secara etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut

demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau

gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah

iman atau keyakinan. Karena itu akidah Islam ditautkan dengan

rukun iman yang menjadi azas seluruh ajaran Islam.

b. Masalah syari’ah

Syari’at dalam Islam erat hubunganya dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah

Page 34: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

24

guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan

mengatur pergaulan hidup manusia dengan manusia. Syari’ah

dibagi menjadi dua bidang, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah

adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan, sedangkan

muamalah adalah ketetapan Allah yang berlangsung dengan

kehidupan sosial manusia. Seperti hukum warisan, rumah tangga,

jual beli, kepemimpinan dan amal-amal lainnya.

c. Masalah akhlak

Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang secara

etimologi berati budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Akhlak bisa berarti positif dan bisa pula negatif. Yang termasuk

positif adalah akhlak yang sifatnya benar, amanah, sabar, dan sifat

baik lainnya. Sedangkan yang negatif adalah akhlak yang sifatnya

buruk, seperti sombong, dendam, dengki dan khianat.

Akhlak tidak hanya berhubungan dengan Sang Khalik

namun juga dengan makhluk hidup seperti dengan manusia,

hewan dan tumbuhan. Akhlak terhadap manusia contohnya akhlak

dengan Rasulullah, orang tua, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan

masyarakat. (M.Daud Ali, 1997: 357).

Akhlak terhadap Rasulullah antara lain

1. Mencintai Rasul secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.

2. Menjadikan Rasul sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan

kehidupan

Page 35: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

25

3. Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang

dilarang

Akhlak terhadap orang tua antara lain :

1. Mencintai mereka melebihi cinta pada kerabat lainnya

2. Merendahkan diri kepada keduannya

3. Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat

4. Berbuat baik kepada Bapak Ibu

5. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka

Akhlak terhadap diri sendiri antara lain :

1. Memelihara kesucian diri

2. Menutup aurat

3. Jujur dalam perkataan dan perbuatan

4. Ikhlas

5. Sabar

6. Rendah diri

7. Malu melakukan perbuatan jahat.

Akhlak terhadap keluarga antara lain:

1. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan

keluarga

2. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak

3. Berbakti kepada Ibu Bapak

4. Memelihara hubungan silaturahmi

Akhlak terhadap tetangga antara lain :

Page 36: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

26

1. Saling menjunjung

2. Saling bantu diwaktu senang dan susah

3. Saling memberi

4. Saling menghormati

5. Menghindari pertengkaran dan permusuhan

Akhlak terhadap masyarakat antara lain :

1. Memuliakan tamu

2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat,

3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa

4. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik

dan mencegah diri sendiri dan orang lain berbuat jahat/mungkar.

5. Memberi fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan

kehidupannya.

6. Bermusywarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.

7. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang

diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita.

8. Dan menepati janji.

Akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain :

1. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup

2. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama flora dan fauna

3. Sayang pada sesama makhluk.

Page 37: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

27

2.1.3.4. Media Dakwah

Arti media bila ditinjau dari asal katanya (etimologi), berasal

dari bahasa Latin yaitu "median", yang berarti alat perantara.

Sedangkan kata media merupakan jamak daripada kata median

tersebut. Pengertian media menurut istilah adalah segala sesuatu

yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah, yaitu segala

sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

dakwah yang telah ditentukan (Syukir, 1983: 163).

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah

dapat menggunakan berbagai wasilah. Ya'qub membagi wasilah

dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio

visual, dan akhlak:

1. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat

berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan

sebagainya.

2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat

(korespondensi) spanduk, flash-card, dan sebagainya.

3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra

pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film,

slide, ohap, internet, dan sebagainya.

Page 38: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

28

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan

ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad'u

(Ya'qub, 1973: 42-43).

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah

yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat

menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan

efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman

ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

Media (terutama media massa) telah meningkatkan

intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dilakukan umat

manusia begitu luas sebelum adanya media massa seperti pers, radio,

televisi, internet dan sebagainya. Bahkan dapat dikatakan alat-alat

tersebut telah melekat tak terpisahkan dengan kehidupan manusia di

abad ini.

2.1.3.5. Metode Dakwah

Hal yang sangat erat kaitannya dengan metode wasilah

adalah metode (thariqah) dakwah. Kalau wasilah adalah alat-alat

yang dipakai untuk mengoperkan atau menyampaikan ajaran Islam

maka thariqah adalah metode yang digunakan dalam dakwah.

Menurut Daradjat (2004: 5) metode adalah cara untuk

mencapai suatu tujuan. Menurut Arifin (2003: 65) dalam bukunya

yang berjudul: Ilmu Pendidikan Islam, menyatakan: metode berasal

dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui", dan

Page 39: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

29

"hodos" berarti "jalan atau cara". Dengan demikian asal kata

"metode" berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu

tujuan. Munsyi (1982: 29) mengartikan metode sebagai cara untuk

menyampaikan sesuatu. Sedangkan dalam metodologi pengajaran

ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah "Suatu cara yang

sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah".

Menurut Pius Partanto (1994: 461) metode adalah cara yang

sistematis dan teratur untuk pelaksanaan suatu atau cara kerja.

Dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk

menyampaikan materi dakwah atau biasa diartikan metode dakwah

adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da'i untuk

menyampaikan materi dakwah yaitu al-Islam atau serentetan

kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu dalam komunikasi, metode dakwah ini lebih

dikenal sebagai approach, yaitu cara-cara yang dilakukan oleh

seorang da'i atau komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu

atas dasar hikmah dan kasih sayang (Tasmara, 1997: 43). Dengan

kata lain, pendekatan dakwah harus bertumpu pada satu pandangan

human oriented menetapkan penghargaan yang mulia pada diri

manusia. Hal tersebut didasari karena Islam sebagai agama salam

yang menebarkan rasa damai menempatkan manusia pada prioritas

utama, artinya penghargaan manusia itu tidaklah dibeda-bedakan

menurut ras, suku, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang tersirat

Page 40: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

30

dalam QS. al-Isra' 70; "Kami telah muliakan Bani Adam (manusia)

dan Kami bawa mereka itu di daratan dan di lautan. Kami juga

memberikan kepada mereka dan segala rezeki yang baik-baik.

Mereka juga Kami lebihkan kedudukannya dari seluruh makhluk

yang lain" (Depag RI,1978: 435).

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru

dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam

menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting

peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat

metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima

pesan. Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam

memilih dalam memakai metode sangat mempengaruhi kelancaran

dan keberhasilan dakwah. Ketika membahas tentang metode dakwah

pada umumnya merujuk pada surah an-Nahl (QS.16:125)

7"(��A ��)�����k�� h�#�U���� h�l���� ����� h� �����A �@8A�Y I� �� S�� �a��� ;�����+ ��;�C�� ��� �� &�� (I�m &� A �������+ ���C �@�A�Y (B� �&�U�>�+ �7C ��

�&�G�"�)� ���A)I#�� :2jn(

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk (Depag RI,1978: 421).

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: a) hikmah b)

mau'izah al-hasanah c) mujadalah billati hiya ahsan.

Page 41: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

31

Apabila unsur-unsur dakwah dikaitkan dengan insan kamil

maka insan kamil masuk dalam materi dakwah, khususnya materi

akhlak. Karena akhlak mengajarkan tentang bagaimana cara manusia

berhubungan dengan Allah SWT, berhubungan manusia dengan

sesama manusia, berhubungan antara manusia dengan alam.

Hubungan tersebut dimaksudkan untuk membentuk manusia

seutuhnya baik jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan

pengertian insan kamil yaitu manusia yang mampu mendayagunakan

seluruh potensi rohaniahnya secara optimal.

2.2. Insân Kamîl

2.2.1. Pengertian Insân Kamîl

Insân kamîl berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: insân dan

kamîl. Secara harfiah, insân berarti manusia, dan kamîl berarti yang sempurna.

Dengan demikian, insân kamîl berarti manusia yang sempurna (Yunus, 1990:

51). Menurut Shaliba sebagaimana dikutip Nata (2003: 257) bahwa kata insân

menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia

dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa Arab kata insân mengacu

kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan lainnya.

Selanjutnya kata insân digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang

menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung

mengarah pada hakikat manusia. Kata insân juga digunakan untuk

menunjukkan pada arti terkumpulnya seluruh potensi intelektual, rohani dan

Page 42: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

32

fisik yang ada pada manusia, seperti hidup, sifat kehewanan, berkata-kata dan

lainnya.

Adapun kata kamîl dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna,

dan digunakan untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal

itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti

ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainnya. Selanjutnya kata insân dijumpai di

dalam al-Qur'an dan dibedakan dengan istilah basyâr dan al-nâs. Kata insân

jamaknya kata al-nâs. Kata insân mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal

dari kata anâsa yang mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin.

Yang kedua berasal dari kata nâsiya yang artinya lupa. Yang ketiga berasal

dari kata al- ûns yang artinya jinak, lawan dari kata buas. Dengan bertumpu

pada asal kata anâsa, maka insân mengandung arti melihat, mengetahui dan

meminta izin, dan semua arti ini berkaitan dengan kemampuan manusia dalam

bidang penalaran, sehingga dapat menerima pengajaran (Nata, 2003: 258).

Sedikitnya ada tiga kelompok istilah yang digunakan Al-Qur’an dalam

menjelaskan manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis. Pertama,

kelompok kata al-basyâr, kedua, kelompok kata al-îns, al-insân , al-nâs, dan

al-unâs, dan ketiga kata bani adam. Masing-masing istilah ini memiliki intens

makna yang beragam dalam menjelaskan manusia. Perbedaan itu dapat dilihat

dari konteks-konteks ayat yang menggunakan istilah-istilah tersebut

(Baharuddin, 2004: 64).

Selanjutnya dengan bertumpu pada akar kata nâsiya, insân

mengandung arti lupa, dan menunjukkan adanya kaitan dengan kesadaran diri.

Page 43: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

33

Manusia lupa terhadap sesuatu karena ia kehilangan kesadaran terhadap hal

tersebut. Orang yang lupa dalam agama dapat dimaafkan, karena hal yang

demikian termasuk sifat insâniyah. Sedangkan kata insân jika dilihat dari

asalnya al-uns, atau anisa yang artinya jinak, mengandung arti bahwa manusia

sebagai makhluk yang dapat hidup berdampingan dan dapat dipelihara, jinak.

Dilihat dari sudut bahasa, kata insân yang berasal dari kata al-uns, an-

nisa, nasiya dan anasa maka dapatlah dikatakan bahwa kata insân menunjuk

pada suatu pengertian yang ada kaitannya dengan sikap yang lahir dari adanya

kesadaran penalaran. Selain itu sebagai insân manusia pada dasarnya jinak,

dapat menyesuaikan dengan realitas hidup dan lingkungan yang ada. Manusia

mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk menyesuaikan diri

dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial,

maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan

sebagai makhluk yang berbudi, ia tidak liar, baik secara sosial maupun secara

alamiah (Nata, 2003: 259).

Kata insân dalam al-Qur' an disebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat,

dan digunakan untuk menyatakan manusia dalam lapangan kegiatan yang

amat luas. Asy'ari menyebutkan ada beberapa cara atau metode yang dapat

ditempuh untuk memahami hakikat manusia, dan cara atau metode itu antara

lain, yang pertama, ialah melalui pendekatan bahasa. Yang kedua, melalui

cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan cara

keberadaan makhluk yang lainnya. Ketiga, melalui karya yang dihasilkannya

(Asy’ari, 2002: 214). Pertama, untuk menyatakan bahwa manusia menerima

Page 44: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

34

pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya (QS.96:1-5). Kedua,

manusia mempunyai musuh yang nyata, yaitu setan (QS.12:5). Ketiga,

manusia memikul amanat dari Tuhan. (QS.33:72). Keempat, manusia harus

menggunakan waktu dengan baik (QS.105:1-3). Kelima manusia hanya akan

mendapatkan bagian dari apa yang telah dikerjakannya (QS.53:39). Keenam,

manusia mempunyai keterikatan dengan moral atau sopan santun. (QS.29:8)

(Asy’ari, 2002: 216).

Berdasarkan petunjuk ayat-ayat tersebut manusia digunakan al-Qur'an

untuk menunjukkan sebagai makhluk yang dapat belajar, mempunyai musuh

(setan), dapat menggunakan waktu, dapat memikul amanat, punya keterkaitan

dengan moral, dapat beternak (QS.28:23), menguasai lautan (QS.2:124), dapat

mengolah biji besi dan logam (QS.57:25), melakukan perubahan sosial

(QS.3:140), memimpin (QS.2:124), menguasai ruang angkasa (QS.55:33),

beribadah (QS.2:21), akan dihidupkan di akhirat (QS.17:71).

Semua kegiatan yang disebutkan al-Qur'an di atas, dikaitkan dengan

penggunaan kata insân di dalamnya, menunjukkan bahwa semua kegiatan itu

pada dasarnya adalah kegiatan yang disadari dan berkaitan dengan kapasitas

akalnya dan aktualitas dalam kehidupan konkret, yaitu perencanaan, tindakan

dan akibat-akibat atau perolehan-perolehan yang ditimbulkannya (Asy’ari,

2002: 30).

Berdasarkan keterangan tersebut istilah insân ternyata menunjukkan

kepada makhluk yang dapat melakukan berbagai kegiatan karena memiliki

berbagai potensi baik yang bersifat fisik, moral, mental maupun intelektual.

Page 45: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

35

Manusia yang dapat mewujudkan perbuatan-perbuatan tersebut itulah yang

selanjutnya disebut Insân kamîl. Kata insân lebih mengacu kepada manusia

yang dapat melakukan berbagai kegiatan yang bersifat moral, intelektual,

sosial dan rohaniah. Dan unsur insaniyah inilah yang selanjutnya disebut

sebagai makhluk yang memiliki intuisi, sifat lahut, dan sifat ini pula yang

dapat baqa dan bersatu secara rohaniah dengan Tuhan dalam tasawuf,

sebagaimana telah diuraikan di atas.

Manusia dalam pengertian basyâr tergantung sepenuhnya pada alam,

pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan

dan diminumnya. Selanjutnya di dalam al-Qur'an kata basyâr disebut

sebanyak 36 kali, dan digunakan untuk menggambarkan dimensi fisik manusia

seperti kulit tubuh manusia (QS.74:27), suka makan, minum dan berjalan-

jalan (QS.23:23), suka berhubungan seksual (QS.19:20), menunjukkan pada

proses penciptaannya dari tanah (QS.38:71-76), dan menerima kematian

(QS.21:34-35) (Asy’ari, 2002: 19-20).

Selanjutnya istilah al-nâs digunakan al-Qur'an untuk menyatakan

adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai

kegiatan untuk mengembangkan kehidupannya, seperti kegiatan bidang

peternakan, penggunaan logam besi, penguasaan laut, melakukan perubahan

sosial dan kepemimpinan (Asy’ari, 2002: 27).

Berdasarkan keterangan tersebut kita melihat bahwa Islam dengan

sumber ajarannya al-Qur'an telah memotret manusia dalam sosoknya yang

benar-benar utuh dan menyeluruh. Seluruh sisi dan aspek dari kehidupan

Page 46: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

36

manusia dipotret dengan cara yang amat akurat, dan barangkali tidak ada kitab

lain di dunia ini yang mampu memotret manusia yang utuh itu, selain al-

Qur'an. Apa yang dikemukakan al-Qur'an ini jelas sangat membantu untuk

menjelaskan konsep insân kamîl. Dan apa yang dikemukakan al-Qur' an itu

menunjukkan bahwa Insân kamîl lebih mengacu kepada manusia yang

sempurna dari segi rohaniah, intelektual, intuisi, sosial, dan aktivitas

kemanusiaannya. Untuk mencapai tingkat yang demikian itu, tasawuf

sebagaimana telah diuraikan di atas jelas sangat membantu.

Sebutan Insân kamîl agaknya dimunculkan pertama kali oleh Ibnu

Arabi (w.1240/638 H), pendiri paham wahdat al-wujud (kesatuan wujud). la

mengikuti paham al-Halla`j, yang menyatakan bahwa makhluk pertama yang

diciptakan Tuhan adalah Nur Muhammad atau Ruh Muhammad; Nur atau Ruh

Muhammad inilah yang selanjutnya disebut juga oleh Ibnu Arabi dengan

sejumlah nama, seperti Hakikat Muhammadiyah, Akal Pertama, Hakikat

insaniyah dan insân kamîl. Dengan demikian Ibnu Arabi telah mengacukan

sebutan insân kamîl bukan saja kepada manusia tertentu dari turunan Adam,"

tapi juga kepada Nur Muhammad (bersifat imateri, ciptaan pertama dari

Tuhan. Insân kamîl dengan pengertian yang mengacu kepada ciptaan pertama

itu, diuraikan lebih luas oleh Abdul Karim al-Jili dalam bukunya, al-Insân al-

Kamîl fi Ma'rifat al-Awakhir wa al-Awal, dan para pengikut paham kesatuan

wujud lainnya. Dalam pandangan Ali, bahwa istilah insân kamîl, seperti telah

dijelaskan, muncul dalam literatur Islam pada abad ke-7H/13 M dan

Page 47: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

37

dipergunakan pertama sekali oleh Ibn Arabi. Kemudian istilah itu segera

menyebar melalui pengikut-pengikut Ibn Arab (Ali, 1997: 111).

Insân kamîl yang mengacu kepada makhluk pertama, merupakan

hakikat yang menghimpun segala hakikat dari keanekaragaman yang terdapat

dalam alam empiris. la juga merupakan wadah tajalli, pancaran, atau

manifestasi segenap nama dan sifat yang memancar dari Wujud Mutlak

(Tuhan). Sebagai makhluk pertama, Insân kamîl merupakan Akal Pertama

atau Wujud Ilmi, yang memancar dari Wujud Mutlak. la merupakan sumber

segala ilmu. la sumber ilmu bagi para nabi atau rasul, para sufi, atau para

wali. Penyebutan para nabi atau rasul, para sufi, atau para wali dengan sebutan

insân kamîl, tidak lain adalah karena merekalah orang-orang yang merasakan

sungguh-sungguh kehadiran insân kamîl (makhluk pertama itu) dalam jiwa

mereka, dan menerima limpahan ilmu darinya. Mereka tidak mungkin

menerima kehadiran atau pancaran insân kamîl itu, bila hati atau jiwa mereka

tidak suci.

Manusia-manusia turunan Adam, yang termasuk kategori Insân kamîl,

merupakan wadah yang paling sempurna dalam dunia empiris, untuk

menerima tajalli (penampakan secara tidak langsung segenap sifat dan nama

Tuhan). Dengan kata lain merekalah yang mampu dengan sempurna

mencerminkan atau membayangkan keberadaan Tuhan dengan segala nama

dan sifat-Nya. Manusia lain yang bukan Insân kamîl, binatang, tumbuh-

tumbuhan, dan benda-benda empiris lainnya, kendati juga berfungsi sebagai

wadah tajalli Tuhan, tidaklah dapat dengan sempurna mencerminkan atau

Page 48: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

38

membayangkan keberadaan Tuhan dengan segala nama dan sifat-Nya. Insya

Allah (insya' Allah) mengandung arti jika Allah menghendaki. Kata ini

dianjurkan untuk diucapkan oleh seseorang apabila ia menghadapi urusan atau

mengikat suatu perjanjian dengan orang lain yang akan dipenuhi atau ditepati

besok atau pada jangka waktu kemudian yang telah ditetapkan. Mengucapkan

kata tersebut pada hakikatnya merupakan pendidikan mental bagi seorang

muslim untuk selalu berada dalam kesadaran ketuhanan. Bahwa apa yang

telah direncanakan oleh manusia dan apa yang akan dia lakukan besok,

tidaklah dapat dipastikan akan berlaku sepenuhnya. Mungkin akan ada

halangan dan rintangan yang tidak diperhitungkan sebelumnya yang membuat

urusan dan perjanjian itu menjadi gagal.

Kedalaman dimensi esoterik di kalangan kaum sufi, melahirkan konsep

insân kamîl (the perfect man). Yang dimaksud dengan insân kamîl ialah suatu

tema yang berhubungan dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap

mutlak, Tuhan. Yang Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu,

yakni yang baik dan yang sempurna. Sifat sempurna inilah yang patut ditiru

oleh manusia. Seseorang yang makin memiripkan diri kepada sifat sempurna

dari Yang Mutlak tersebut, makin sempurnalah dirinya (Rahardjo, 1987: 110).

Berbicara tentang insân kamîl tidak bisa melepaskan diri dari Ibn

Arabi, dan berbicara tentang konsep Ibn Arabi tidak bisa terlepas dari konsep

wahdatul wujudnya. Filsafat ibn Arabi tentang manusia dikenal dengan

konsep al-Insân al-Kamîl (manusia sempurna). Ia disimbolisasikan oleh

Adam, yang diciptakan oleh Allah dalam citra-Nya sebagai khalifah di muka

Page 49: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

39

bumi. Ciri utama antropologinya adalah antroposentrisme yang dibangun di

atas ontologi. Dia menggunakan tema dan motif yang sudah lazim dalam

sufisme awal. Tentu saja, antroposentrisme itu sendiri sama sekali bukan

sesuatu yang baru, baik dalam tradisi Islam maupun dalam tradisi Yudeo-

Kristen (Takeshita, 2005: 11).

Dalam teorinya ini, insân kamîl adalah duplikasi Tuhan (nuskhah al-

Haqq), yaitu Nur Muhammad yang merupakan "tempat penjelmaan" (tajalli)

asma', dan dzat Allah yang paling menyeluruh, yang dipandang sebagai

khalifah-Nya di muka bumi. Hakikat Nur Muhammad sesungguhnya

mempunyai dua dimensi hubungan; yang pertama adalah dimensi kealaman

sebagai asas pertama bagi penciptaan alam, dan yang kedua dimensi

kemanusiaan yaitu sebagai hakikat manusia. Dari dimensi kealaman maka

hakikat Muhammad mengandung pula kenyataan yang diciptakan oleh Allah

SWT. lewat proses Kun. Proses penjadian lewat Kun ini tidak mengandung

makna pencapaian-tujuan dari tujuan diciptakannya kenyataan-kenyataan yang

ada. Sebab, kenyataan-kenyataan tersebut masih merupakan tempat

penampakan (tajalli) diri yang masih kabur. la belum cukup dapat

memantulkan Asma dan Dzat Allah SWT. yang ditajallikan atasnya. Melalui

dimensi kemanusiaan maka hakikat Muhammad merupakan insân kamîl yang

dalam dirinya terkandung himpun- an realitas. Pada tahap inilah penampakan

Asma Dzat Tuhan menjadi sempurna (Syukur, 2002: 70-71).

Manusia Sempurna adalah suatu miniatur Realitas (Tuhan dan Alam).

Dalam tubuhnya terdapat kesamaan-kesamaan yang ditarik di antara

Page 50: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

40

mikrokosmos dan makrokosmos. Essensi dari Manusia Sempurna adalah suatu

ragam dari Ruh universal. Tubuhnya merupakan ragam dari tubuh universal.

Manusia Sempurna adalah Sebab dari Alam. Dengan cinta yang

mendalam dari Yang Esa untuk dikenal dan menjadi kenyataan, maka Tuhan

mewahyukan diri-Nya dalam bentuk Dunia Fenomena. Sebagai landasan

kaum sufi, khususnya Ibn Arabi ialah hadits Qudsi (sebagaimana telah

disebutkan di depan) yang artinya: "Aku adalah perbendaharaan yang

tersembunyi. Aku senang untuk diketahui maka Aku menciptakan makhluk,

yang dengannya Aku dikenal mereka. Dengan demikian dapat dimengerti

bahwa dengan cinta abadi dari Yang Esa untuk memandang Kecantikan dan

Kesempurnaan Dirinya dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk, dan di

samping agar diketahui oleh dirinya sendiri di dalam dan melalui Dirinya

Sendiri, dijumpai pula realisasi paling sempurna dalam diri Manusia

Sempurna, yang hanya dia saja yang mengenal Dia, dan yang mampu

memanifestasikan Atribut-atribut-Nya secara sempurna. la ketahui Dia,

"dengan cara yang tak bisa diragukan lagi," dan ia lihat Dia dengan "mata"

paling dalam dari jiwanya. "la bagi Tuhan seperti biji mata bagi mata (fisik)

(Syukur, 2002: 70-71).

Kesempurnaan manusia terletak pada perpaduan yang memberinya hak

istimewa untuk menjadi khalifah. Bagi Ibn al-Arabi, manusia yang tidak

mencapai tingkat kesempurnaan adalah binatang yang bentuk lahirnya

menyerupai bentuk manusia dan tidak berhak memperoleh jabatan khilafah.

Dalam terminologi Ibn al-Arabi, yang berhak disebut manusia dalam arti

Page 51: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

41

sebenarnya adalah orang yang mencapai tingkat kesempurnaan. Barang siapa

yang tidak mencapai tingkat ini tidak berhak menyandang nama “manusia”

dan tidak berhak menjadi khalifah karena ia adalah binatang yang secara

lahiriah menyerupai manusia (Noer, 1995: 134).

Menurut Ibn Arabi, Manusia Sempurna adalah penyebab dari

penciptaan, karena di dalam "Manusia Sempurna" tersebut obyek penciptaan

itu disadari. Andaikata bukan karena dia (manusia sempurna), maka

penciptaan itu tentu saja tidak akan berarti apa-apa, karena Tuhan tentunya

tidak akan dikenal. Jadi karena dia maka seluruh penciptaan itu dibuat, yakni

Tuhan memanifestasikan Diri-Nya di dalam dunia dan di dalam Manusia

Sempurna itu. Oleh karena itu dia menduduki tempat mulia, dan karena itu

seluruh isi alam dikuasakan padanya. Dan alam ini akan dipelihara terus

menerus selama dia masih ada di dalamnya.

Sebenarnya pemikiran Ibn Arabi tersebut mengembangkan rintisan al-

Hallaj, yang dapat dikatakan sebagai salah satu gurunya. Al-Hallaj telah

merintis jalan bagi pemikiran tasawuf berikutnya. Dia telah mengisyaratkan

sesuatu semacam Logos Islam, dan menekankan kekudusan Muhammad, dan

bahkan menegaskan keabadian dan praeksistensinya. Menurut dia, "Eksistensi

Muhammad" telah terjadi bahkan sebelum non-eksistensi dan namanya pun

sebelum 'pena'. la telah dikenal sebelum substansi-substansi, kejadian-

kejadian, dan sebelum realitas-realitas yang 'belum' maupun yang 'sudah'. la

datang dari suatu 'suku' yang bukan timur maupun barat. (al-Hallaj, 1913).

Muhammad adalah Cahaya yang tak pernah padam yang terus- menerus

Page 52: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

42

menerangi hati para sufi. Semua Nabi-nabi (dan para wali) mendapatkan

cahaya dari Cahaya Muhammad. Cahayanya lebih cemerlang dan lebih abadi

(aqdam) daripada Cahaya Pena (Syukur, 2002: 72).

Rintisan al-Hallaj tersebut kemudian disistimatisasikan oleh Ibn Arabi,

dan teorinya ini banyak pengaruhnya kepada para sufi berikutnya, ambil saja

sebagai sample Abd al-Karim al-Jili, dan Nuruddin al-Raniri. Dan di

Indonesia secara tidak disadari sangat populer di kalangan muslim pedesaan,

seperti tertuang dalam kitab bacaan rakyat, al-Barzanji yang berisi sya'ir

pujian kepada Nabi Muhammad saw. dan prosa tentang sejarah beliau. Al-Jili

menulis buku monumental yang khusus membicarakan insân kamîl dengan

judul al-Insân al-Kamîl fi Ma'rifati al-Awakhir wa al-Awa'il. Kupasan tentang

insân kamîl dituangkan dalam bab ke 60. Insân kamîl dipersonifikasikan oleh

al-Jili dengan diri Muhammad.

Al-Kamal (kesempurnaan) menurut al-Jili mungkin dimiliki manusia

secara potensial (bil quwwah), dan mungkin pula secara aktual (bil fi'li) seperti

yang terdapat dalam diri wali dan Nabi, walaupun intensitasnya berbeda-beda.

Intensitas yang tertinggi, menurut al-Jili terdapat dalam diri Muhammad,

sehingga manusia lain baik Nabi-nabi maupun wali-wali dibandingkan dengan

Muhammad, bagaikan al-kamil dengan al-akmal, atau al-fadhil dengan al-

afdhal. Menurut al-Jili, Muhammad adalah al-quthb (poros, sumbu) bagi

beredarnya alam semesta (aflak al-wujud), dari awalnya. hingga akhir, sejak

adanya wujud untuk selama-lamanya (abad al-abidin), dan bahkan

Page 53: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

43

Muhammad dapat menjelma dalam ber- bagai bentuk, yang hanya diketahui

oleh ahl al-kasyf.

Al-Jili menandaskan bahwa insân kamîl merupakan mikrokosmos dan

makrokosmos, jami' al-haqa 'iq al-wujudiyyah, qalbnya = arasy, aqlnya =

qalam, nafsnya = lauh al-mahfuzh, mudrikahnya = kaukab, al-qawiy al-

muharrikahnya = asy-syams, dan sebagainya. Lebih jauh ditandaskan oleh al-

Jili -sebagaimana Ibn Arabi bahwa insân kamîl laksana cermin di hadapan

Allah untuk mengenal nama-nama (al-asma'), dan sifat-sifat (al- shifat) Diri-

Nya, baik yang terletak di kanan seperti: al-hayat, al-'Ilm, al-qudrah, al-

sama', al-bashar, dan sebagainya, maupun yang ada di sebelah kiri, seperti al-

azaliyah, al-abadiyah, al-awaliyah, al-akhiriyah, dan lain sebagainya.

2.2.2. Syarat-Syarat Menjadi Insân kamîl

Sebagai seorang sufi, dengan membawa filsafat Insân kamîl, Al-Jilli

merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut

istilahnya disebut al-martabat atau jenjang/tingkat. Dengan kata lain, menurut

Al-Jilli, syarat menjadi Insân kamîl harus menempuh tujuh tingkatan, yaitu:

Pertama, Islam; Kedua, Iman; Ketiga, Shalah; Keempat, Ihsan, Kelima,

Syahadah, Keenam, Shiddiqiyah; Ketujuh, Qurbah (al-Jilli, tth: 130).

Pertama: Islam, yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam

pemahaman kaum sufi, yang tidak hanya dilakukan secara ritual saja, tetapi

harus dipahami dan dirasakan lebih dalam. Misalnya puasa, menurut Al-Jilli,

ia merupakan isyarat untuk menghindari tuntutan kemanusiaan agar si shaim

(pelaksana puasa) memiliki sifat-sifat ketuhanan, yaitu dengan cara

Page 54: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

44

mengosongkan jiwanya dari tuntutan-tuntutan kemanusiaan maka terisilah

jiwa oleh sifat-sifat ketuhanan.

Kedua: Iman, yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan

rukun iman, dan melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman merupakan tangga

pertama untuk mengungkap tabir alam gaib, dan alat yang membantu

seseorang mencapai tingkat atau maqam yang lebih tinggi. Iman menunjukkan

sampainya hati mengetahui sesuatu yang jauh di luar jangkauan akal. Sebab,

sesuatu yang diketahui akal tidak selalu membawa keimanan.

Ketiga: Ash-shalat, yakni dengan maqam ini, seorang sufi mencapai

tingkat menyaksikan efek (atsar) dari nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam

ibadahnya ia merasa seakan-akan berada di hadapannya. Persyaratan yang

harus ditempuh dalam maqam ini adalah sikap istiqamah dan tobat, inabah,

zuhud, tawakal, tafwidh, rida, dan ikhlas.

Keempat: Ihsan, Persyaratan yang harus ditempuh dalam maqam ini

adalah sikap istiqamah dan tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh, rida, dan

ikhlas.

Kelima: Syahadah, seorang sufi dalam maqam ini telah mencapai

iradah yang bercirikan; mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-

Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan

pribadi. Syahadah ini terbagi atas dua tingkatan, yaitu: mencapai mahanah

kepada Tuhan tanpa pamrih ini adalah tingkat yang paling rendah dan

menyaksikan Tuhan pada semua makhluknya secara 'ainul yaqin. Ini adalah

tingkat yang paling tinggi.

Page 55: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

45

Keenam: Shiddiqiyah, menggambarkan tingkat pencapaian hakikat

yang ma'rifat yang diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin, 'amal-yaqin

(perbuatan yang diyakini), dan sampai haqq al-yaqin. Ketiga tingkat ma'rifat

itu dialami oleh seorang sufi secara bertahap. Jadi, menurut Al-Jilli, seorang

sufi yang telah mencapai derajat shiddiq akan menyaksikan hal-hal yang gaib,

kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat diri-

Nya. Setelah mengalami fana', ia memperoleh baqa Ilahi. Apabila ia telah

baqa dengan Tuhan, ia akan diikuti dengan penampakan nama-nama. Inilah

batas pencapaian ilmu al-yaqin (al-Jilli, tth: 130).

Selanjutnya, ketika penampakan sifat-sifat itu terjadi, ia akan

memperoleh ma'rifat Dzat dari segi sifat. Demikian berlangsung selanjutnya,

sampai mencapai ma'rifat dzat dengan dzat. Akan tetapi, karena tidak merasa

puas dengan ma'rifat dzat dengan dzat, ia mencoba melepaskan sifat-sifat

Rububiyah sehingga akhirnya ia dapat terhiasi dengan sifat-sifat dan nama

Tuhan. Tingkat semacam inilah yang dinamakan haqq al-yaqin.

Ketujuh: Qurbah. Maqam ini merupakan maqam yang memungkinkan

seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama yang mendekati

sifat dan nama Tuhan (al-Jilli, tth: 130).

Demikianlah, maqan-maqam yang dirumuskan Al-Jilli dalam upaya

mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, satu hal yang kita ketahui bahwa Al-

Jilli mengatakan, "Mengetahui Dzat Yang Mahatinggi itu secara kasyaf (tidak

terlihat) Ilahi. Sebab, hamba adalah hamba dan Tuhan adalah Tuhan. Oleh

karena itu, tidaklah mungkin hamba menjadi Tuhan atau sebaliknya."

Page 56: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

46

(Solihin, 2003: 108). Dengan pernyataan ini, dapat kita pahami bahwa

sungguh pun manusia berhias dengan nama dan sifat Tuhan, ia tetap tidak

dapat menyamai sifat dan nama-nama-Nya.

Bagaimana pun harus dicatat bahwa pemikiran tentang insân kamîl Al-

Jilli hingga zaman selanjutnya terus berkembang. Muhammad Iqbal (w. 1938

M), misalnya, seorang tokoh modern berhasil melahirkan konsep tentang

Higher Selfhood (pribadi luhur) (Nicholson, 1998: 87).

Perlu dicatat di sini bahwa pemikiran insân kamîl Al-Jilli ternyata

banyak juga mendapatkan kritikan atau reaksi dari beberapa kalangan.

Muhammad Al-Abduh dan Thariq Abdul Halim, misalnya, menilai pemikiran

Al-Jilli sangat ekstrem, bahkan dianggap kufur karena berlebih-lebihan dalam

menempatkan kedudukan Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak

keyakinan Al-Jilli yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sebagai

makhluk pertama dan sebagai quthb (poros) yang diciptakan oleh Allah SWT,

yang dari Nabi Muhammad ini seluruh falak yang ada dari yang pertama

sampai yang terakhir berputar di bawah kendali beliau. Mereka menilai

keyakinan seperti ini merupakan pengaruh dari filsafat Yunani dan ajaran

agama Kristen yang telah memberi tambahan sifat ketuhanan kepada Nabi Isa

a.s (Nata, 2003: 265).

Page 57: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

47

2.2.3. Karakteristik Insân kamîl

Untuk mengetahui ciri-ciri insân kamîl dapat ditelusuri pada berbagai

pendapat yang dikemukakan para ulama yang keilmuannya sudah diakui,

termasuk didalamnya aliran-aliran. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berfungsi Akalnya Secara Optimal. Fungsi akal secara optimal dapat

dijumpai pada pendapat kaum Mu’tazilah. Menurutnya manusia yang

akalnya berfungsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala

perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan essensinya dan

merasa wajib melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh

wahyu. Manusia yang berfungsi akalnya sudah merasa wajib melakukan

perbuatan yang baik. Dan manusia yang demikianlah yang dapat

mendekati tingkat insân kamîl. Dengan demikian insân kamîl akalnya

dapat mengenali perbuatan yang baik dan perbuatan buruk karena hal itu

telah terkandung pada essensi perbuatan tersebut (Azra, 1987: 43).

2. Berfungsi Intuisinya. Insân kamîl dapat juga dicirikan dengan

berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan

Ibn Sina disebut jiwa manusia (rasional soul). Menurutnya jika yang

berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang itu

hampir menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan (Nasution,

1983: 56-74).

3. Mampu Menciptakan Budaya. Manusia yang sempurna adalah manusia

yang mampu mendayagunakan seluruh potensi rohaniahnya secara

optimal. Menurut Ibn Khaldun manusia adalah makhluk berpikir. Sifat-

Page 58: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

48

sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan

berpikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga

menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup.

Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban. Tetapi dalam kaca mata

Ibn Khaldun kelengkapan serta kesempurnaan manusia tidaklah lahir

dengan begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Proses

tersebut dewasa ini dikenal dengan evolusi (Rahardjo, 1987: 175-176).

4. Menghiasi Diri dengan Sifat-sifat Ketuhanan.

5. Manusia termasuk makhluk yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah). la

cenderung kepada hal-hal yang berasal dari Tuhan, dan mengimaninya.

Sifat-sifat tersebut menyebabkan ia menjadi wakil Tuhan di muka bumi.

Manusia sebagai khalifah yang demikian itu merupakan gambaran ideal.

Yaitu manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai

kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Yaitu manusia yang

memiliki tanggung jawab yang besar, karena memiliki daya kehendak

yang bebas. Manusia yang ideal itulah yang disebut insân kamîl, yaitu

manusia yang dengan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada dirinya dapat

mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain (Rahardjo, 1987: 175-176).

Sebagai khalifah Allah di muka bumi ia melaksanakan amanat Tuhan

dengan melaksanakan perintah-Nya.

6. Berakhlak Mulia. Sejalan dengan ciri keempat di atas, insân kamîl juga

adalah manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali

Syari'ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki tiga

Page 59: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

49

aspek, yakni aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan. Dengan kata lain

ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan

kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas. Manusia yang ideal (sempurna)

adalah manusia yang memiliki otak yang briliyan sekaligus memiliki

kelembutan hati. Insân kamîl dengan kemampuan otaknya mampu

menciptakan peradaban yang tinggi dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, juga memiliki kedalaman perasaan terhadap segala

sesuatu yang menyebabkan penderitaan, kemiskinan, kebodohan dan

kelemahan (Rahardjo, 1987: 176).

7. Berjiwa Seimbang. Menurut Nashr, sebagai dikutip Komaruddin Hidayat,

bahwa manusia modern sekarang ini tidak jauh meleset dari siratan

Darwin. Bahwa hakikat manusia terletak pada aspek kedalamannya, yang

bersifat permanen, immortal yang kini tengah bereksistensi sebagai bagian

dari perjalanan hidupnya yang teramat panjang. Tetapi disayangkan,

kebanyakan dari mereka lupa akan immortalitas dirinya yang hakiki tadi.

Manusia modern mengabaikan kebutuhannya yang paling mendasar, yang

bersifat ruhiyah, sehingga mereka tidak akan mendapatkan ketenteraman

batin, yang berarti tidak hanya keseimbangan diri, terlebih lagi bila

tekanannya pada kebutuhan materi kian meningkat, maka keseimbangan

akan semakin rusak (Hidayat dan Nafis, tth: 192).

8. Kutipan tersebut mengisyaratkan tentang perlunya sikap seimbang dalam

kehidupan, yaitu seimbang antara pemenuhan kebutuhan material dengan

spiritual atau ruhiyah. Ini berarti perlunya ditanamkan jiwa sufistik yang

Page 60: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

50

dibarengi dengan pengamalan syariat Islam, terutama ibadah, zikir,

tafakkur, muhasabbah, dan seterusnya.

Uraian di atas diyakini belum menjelaskan ciri-ciri insân kamîl secara

keseluruhan. Tetapi ciri-ciri itu saja jika diamalkan secara konsisten dipastikan

akan mewujudkan insân kamîl dimaksud. Seluruh ciri tersebut menunjukkan

bahwa insân kamîl lebih menunjukkan pada manusia yang segenap potensi

intelektual, intuisi, rohani, hati sanubari, ketuhanan, fitrah dan kejiwaannya

berfungsi dengan baik. Jika demikian halnya, maka upaya mewujudkan insân

kamîl perlu diarahkan melalui pembinaan intelektual, kepribadian, akhlak,

ibadah, pengalaman tasawuf, bermasyarakat, research dan lain sebagainya.

Dimana semua unsur tersebut dapat diperoleh dengan jalan pendidikan Islam.

Dan hal yang terpenting dalam pencapaian insân kamîl adalah campur

“Tangan” dari sang khaliq yaitu Allah SWT.

2.2.4. Insân Kamîl menjadi Tujuan Dakwah

Insan kamil menjadi tujuan dakwah. Salah satu tugas pokok dari

Rasulullah adalah membawa amanah suci berupa menyempurnakan akhlak

yang mulia bagi manusia. Dan akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah

al-Qur'an itu sendiri sebab hanya kepada al-Qur'an-lah setiap pribadi muslim

itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan dakwah secara luas, dengan

sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu

maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu

perbuatan sesuai dengan ajaran tersebut (Tasmara, 1997: 47).

Secara umum tujuan dakwah dalam al-Qur'an adalah: Aziz (2004: 68).

Page 61: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

51

1. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.

Allah berfirman:

��������� �� � �������� ���� ���������� �������� �!�"�������#�$% �&�'(����)*��+���... )./0���:23(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan

seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu

yang memberi kehidupan kepada kamu ...". (QS. al Anfal: 24)

(Depag RI,1978: 264 ).

2. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.

���)�� ��.�5�"� ���)�6������ �� (��� 78/���) ...9�/ ::(

Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada

iman) agar Engkau mengampuni mereka ... (QS Nuh: 7)

(Depag RI,1978: 978).

3. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

&;�$ <��=�>?0� �&$�� �@����� ��=/�+ �� A �B��>���.�� �<��"���� ���C��#���6% �&�'(���� �������� ������+ ������ �A �D��E�+ F�� ������ �G� ���+ �B�+ �H��$�+ �� �/� �I�J ���K�L�A ���#��

<M�$)G����NO( Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka,

bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu,

dan di antara golongan-golongan Yahudi Jang bersekutu ada

yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya

aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak

mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Hanya kepada-Nya

aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS.

ar Ra'd: 36) (Depag RI,1978: 375).

4. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.

*$ Z\���P S��� ���C����G�"�� �@�/��� Z��[�"�U)B�#$]^�::N(

Page 62: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

52

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke jalan

yang lurus. (QS. al-Mukminun: 73) (Depag RI,1978: 534).

5. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke

dalam lubuk hati masyarakat.

�� ���������� �@8A�Y S��� �a����� �@����� �_��=/�+ ��� �G�L�A �(��� H���% �&�� �@�/*G�̀ �V���W� ��� �&$ �&�/����6 )b`[�� :c:(

Artinya: Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari

(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu

diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan)

Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-

orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. al-Qashshas: 87)

(Depag RI,1978: 612).

Page 63: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

53

BAB III

INSÂN KAMÎL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA MENURUT

ISLAM"

3.1 Biografi Dawam Rahardjo, Pendidikan dan Karya-karyanya

Prof. Drs. Mohammad Dawam Rahardjo lahir di Solo, Jawa Tengah,

20 April 1942. Pendidikan: SD Negeri Loji Wetan, Solo (1954); SMP

Solo(1957); SMA Solo (1960); Fakultas Ekonomi UGM (1969). Karir: Ketua

Redaksi Majalah Dewan Mahasiswa UGM, Gelora (1968-1969); Staf

Departemen Kredit Bank of America, Jakarta (1969-1971); Staf Peneliti

LP3ES ( 1971 -1972); Kepala Bagian Penelitian LP3ES (1972-1974);

Koordinator Bagian Penelitian dan Pengembangan LP3ES (1974-1976);

Wakil Direktur LP3ES (1976-1978); Direktur LP3ES dan Pemimpin Umum

majalah Prisma (1980-1986); Direktur Utama Pusat Pengembangan

Masyarakat Agrikarya; Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (1986-

sekarang); Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah

Malang (1996- sekarang); Pembantu Rektor IV Universitas Islam 45 Bekasi

(Unisma); Rektor Unisma; Presiden Direktur CIDES Persada Consultant;

Koordinator Bidang Ekonomi, Tim Reformasi untuk mengembangkan

Masyarakat Madani; Ketua Majelis Pembina Ekonomi PP Muhammadiyah

(Handrianto, 2007: 42).

Kegiatan Lain: Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI (1990-1995); Ketua

ICMI Pusat (1995-2000); President of The Board of Directors, International

Page 64: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

54

Forum of Islamic Studies; Direktur International Institute of Islamic Thought

Indonesia

Adapun karyanya: Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan

Kesempatan Kerja (1984); Pesantren dan Pembaruan (1974); Insân

Cendekiawan Muslim (1992); Perekonomian Indonesia: Pertumbuhan dan

Krisis (1987); Deklarasi Makkah: Esai-Esai Ekonomi Islam (1987); Etika

Ekonomi dan Manajemen (1990); Intelektual, Intelegensi, dan Perilaku Politik

Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim (1992); Pragmatisme dan Utopia:

Corak Nasionalisme Ekonomi Indonesia (1992); Bank Indonesia dalam

Kilasan Sejarah (1993); Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi (2000);

Islam dan Transformasi Sosial-Budaya (2000)

Sarjana ekonomi dari Universitas Gadjah Mada ini turut membidani

lahirnya Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia (ICMI) pada 1990. la

menjadi wakil ketua Dewan Pakar pada periode pertama, dilanjutkan sebagai

ketua ICMI Pusat pada periode berikutnya. Saat ini, selain sebagai Rektor

Universitas Islam 45 (Unisma), Dawam masih aktif di Lembaga Studi Agama

dan Filsafat dan International Institute of Islamic Thought. Lelaki kelahiran

Solo, Jawa Tengah, itu juga aktif di beberapa perusahaan di bawah naungan

Muhammadiyah.

Sebenarnya, Zuhdi Rahardjo guru yang kemudian jadi pengusaha batik

dan tenun- menginginkan anak sulungnya ini meneruskan usahanya, kelak.

Karena itu, Dawam kecil dididik ayahnya menjadi seorang pengusaha. Tapi

ia gemar membaca, termasuk komik, selain sebagai anak keluarga santri akrab

Page 65: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

55

dengan bacaan Al-Qur'an. Selain sekolah umum pada pagi hari, petang

harinya Dawam juga belajar di' Madrasah Diniyah Al Islam, sekolah agama

Islam yang termasuk terbaik di Solo.

Beranjak remaja, Dawam meminati sastra. la menulis puisi di sebuah

koran lokal di Yogyakarta, dan pada saat yang bersamaan sempat bergabung

dengan Himpunan Peminat Sastra Surakarta. Mendapat beasiswa lewat

Program American Field Service untuk belajar di Borah High School, Idaho,

Amerika Serikat, pria yang sudah menulis kolom sejak SMA ini banyak

membaca karya sastra Amerika. Puisinya yang ditulis dalam bahasa Inggris

saat itu mendapat nilai A.

Selepas SMA, pertumbuhan minat Dawam pada ekonomi

membawanya masuk Fakultas Ekonomi UGM. Namun di saat itu pula ketika

suhu politik Nasional memanas menjelang pecahnya Gerakan 30 September

(1965) ia tertarik pada politik, yang ia salurkan melalui Himpunan Mahasiswa

Islam. Walau tidak duduk sebagai anggota pengurus, Dawam menjadi"

ideolog" HMT Yogyakarta.

Setelah lulus Fakultas Ekonomi UGM, 1969, Dawam bekerja di Bank

of America, Jakarta, tapi tak lama. Karena merasa tidak leluasa berkiprah

dalam pergerakan, Dawam yang ketika itu redaktur Mimbar Demokrasi dan

mingguan Forum- memilih keluar. la ingin bekerja di sebuah lembaga riset.

Nono Anwar Makarim, yang dikenalnya di Yogya, yang merekrutnya

ke lembaga riset bernama Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan

Ekonomi dan Sosial (LP3ES) itu. Memulai sebagai peneliti pada 1971, satu

Page 66: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

56

tahun kemudian karirnya merambat naik. Dari kepala bagian penelitian, ia

bahkan akhirnya dipercaya menjadi direktur dan pemimpin umum majalah

Prisma yang amat berpengaruh di kalangan intelektual. Pada saat itu pula, ia

memprakarsai berdirinya Inter-Non-Governmental Forum for Indonesia, yang

kemudian berubah nama menjadi Inter-Non-Governmental for Development

(INFID).

Dawam juga sudah menghasilkan beberapa buku, contohnya Esai-Esai

Ekonomi Politik (LP3ES, 1983), Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan

Kesempatan Kerja (Ul Press, 1984), dan Pesantren dan Pembaruan (LP3ES,

1974). Ditangannyalah lahir buku Catatan Harian Ahmad Wahib yang

menghebohkan itu yang diedit oleh Djohan Effendy dan Ismet Natsir.

Dalam rangka pemberian gelar guru besar di Universitas

Muhammadiyah Malang, 1992, ia meluncurkan buku berjudul Pragmatisme

dan Utopia: Corak Nasionalisme Ekonomi Indonesia. Namun yang oleh

pengagum Buya Hamka ini dinilai sebagai puncak karyanya adalah

Ensiklopedia Tafsir Al-Qur'an.

3.2 Konsepsi Manusia Menurut Islam

Buku yang berjudul Konsepsi Manusia Menurut Islam disunting oleh

M. Dawam Rahardjo. Buku ini memuat pikiran M. Dawam Rahardo juga

pemikiran beberapa ahli yaitu Azyumardi Azra yang berjudul Antara

Kebebasan dan Keterpaksaan Manusia; Arief Mudatsir yang berjudul

Makhluk Pencari Kebenaran; Bahtiar Effendi yang berjudul Antara Roh dan

Jasad; Hari Zamharir yang berjudul Insân kamîl ; Ahmadi Rifa'i Hasan yang

Page 67: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

57

berjudul Manusia Serba Dimensi; Fachri Ali yang berjudul: Realitas

Manusia; Hadimulyo yang berjudul Manusia dalam Perspektif Humanisme

Agama; Komaruddin Hidayat yang berjudul Upaya Pembebasan Manusia.

3.2.1. Insân kamîl

Menurut Rahardjo (1987: 213) jika menengok sebentar

kandungan Al-Qur'an tampak lima ayat yang mula pertama

diturunkan, yaitu tercantum pada surat Al-'Alaq yang berbunyi

demikian: "Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menciptakan. Yang

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Rabb-mu

yang paling Murah Hati. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Yang

mengajar kepada manusia apa yang ia tak tahu". (QS. Al-'Alaq l-5).

Ternyata menurut Rahardjo, ed., (1987: 213), dalam ayat-ayat

yang mula-mula turun pertama kali itu, Tuhan di samping

memperkenalkan dirinya sebagai Rabb, yaitu Tuhan Yang

Menciptakan, Yang Murah Hati, dan Yang Mengajar Manusia, juga

telah menyebut istilah al-insan, atau manusia, sebanyak dua kali.

Pertama, manusia disebut dalam konteks yang berhadapan dengan

Allah, sebagai makhluk yang diciptakan, yaitu diciptakan dari

segumpal darah. Kedua, manusia disebut dalam konteks, juga

berhadapan dengan Allah, sebagai makhluk yang menerima pelajaran,

yang memperoleh pengetahuan, dengan perantaraan suatu alat, yaitu

pena, atau al-qalam, yang artinya adalah alat pencatat. Ayat yang

terakhir menyebut suatu proses perpindahan dari keadaan tidak tahu

Page 68: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

58

menjadi tahu. Di situ tampak sekali makna penyadaran oleh Allah

kepada manusia, bahwa al-insân itu bukan hanya sekadar makhluk

biologis, tetapi juga makhluk rohaniah, yaitu makhluk yang menerima

ilmu dari Allah, makhluk yang belajar.

Menurut Rahardjo, (1987: 214) apa pun tafsiran seseorang

terhadap ayat-ayat itu, jelas bahwa soal-soal yang dibicarakan oleh Al-

Qur'an sejak pertama adalah tentang manusia sendiri. Selanjutnya, al-

insân juga dipakai sebagai judul suatu surat tersendiri, yaitu surat 76,

karena awal surat itu memberi penjelasan lebih lanjut tentang manusia

yang terjemahnya: "Sesungguhnya telah datang kepada manusia suatu

masa, tatkala dia belumlah sesuatu yang dapat disebutkan.

Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari sperma yang

bercampur (dengan telur dalam rahim wanita), untuk mengujinya,

maka Kami membuat dia mendengar dan melihat." Sekali lagi, di sini

manusia dijelaskan baik sebagai makhluk biologis maupun rohaniah.

Pada ayat-ayat selanjutnya yang turun di Mekkah, Allah

memang banyak memberi penjelasan tentang manusia sebagai

makhluk biologis, khususnya tentang asal usul dan kejadiannya,

misalnya dalam surat Al-Mu'min ayat 67, surat Al-Hajj ayat 5, surat

Al-Hijr ayat 26, 28, dan 29, atau surat Al-Sajdah ayat 7, 8, dan 9. Pada

surat yang terakhir ini jelas sekali diterangkan bahwa manusia adalah

makhluk biologis yang mengandung roh Allah. "Demikianlah Tuhan

Yang Mahatahu akan barang-barang yang tidak kelihatan dan yang

Page 69: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

59

tampak, Yang Mahaperkasa, Yang Maha Pengasih. Yang membuat

baik segala sesuatu yang la ciptakan, dan la mengawali terciptanya

manusia dari tanah. Lalu la membuat keturunannya dari sari, dari air

yang hina. Lalu la buat itu sempurna, dan ia tiupkan di dalamnya

sebagian roh-Nya, an la berikan kepada kamu pendengaran,

penglihatan, dan al-qalb. Tetapi sedikit sekali apa yang kamu

syukuri."

Penyebutannya sebagai makhluk biologis menurut Rahardjo,

(1987: 215) justru untuk menegaskan bahwa manusia bukan sekadar

itu. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam susunan

yang paling baik," kata Tuhan dalam surat Al-Thin ayat 4. Yang

dimaksud dengan istilah akhsani taqwim dalam ayat itu adalah "daya

kemampuan yang luar biasa besarnya untuk maju" yang dimiliki

manusia. Atau potensinya untuk berkembang dan mengembangkan

diri. Manusia bisa berkembang karena diberi alat pendengaran dan

penglihatan. Dengan alat itu atau cara itu manusia bisa menangkap

sesuatu. Tetapi Tuhan memberi alat lain yang penting untuk bisa

memahami sesuatu yaitu yang bernama "al-qalb". Penjelasan untuk

istilah itu antara lain diberikan oleh ayat 179, surat Al-A'raaf, yaitu

alat yang dapat dipergunakan manusia untuk memahami sesuatu.

Seseorang bisa mempunyai mata, tetapi tidak "melihat" dengan qalb-

nya, bisa pula mempunyai telinga, tetapi tidak "mendengar" dengan

Page 70: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

60

qalb-nya itu. Manusia seperti itu oleh Al-Qur'an diumpamakan hewan

(al-an'aam).

Sebenarnya, Tuhan tidak hanya memberitakan kepada manusia

tentang asal usul kejadiannya. Lebih dari itu la juga menyuruh

manusia memikirkan kejadiannya itu lebih lanjut. "Maka, hendaklah

manusia memperhatikan, dari apakah ia diciptakan", kata Allah dalam

surat At-Thariq ayat 5. Tampaknya Allah mengisyaratkan bahwa pada

diri manusia terdapat suatu rahasia yang perlu diungkapkan dan

manusia disuruh memperhatikannya. Pada surat Adz-Dzaariyat ayat

21, Tuhan menyuruh manusia dalam bentuk pertanyaan: "Dan pada

diri kamu sendiri, mengapa kamu tidak memperhatikan?"

Tampaknya menurut Rahardjo, (1987: 214) bahwa Tuhan

memang mengulang-ulang pertanyaan dan keterangan mengenai

kejadian manusia itu pada berbagai surat dan ayat. Yang menarik

adalah pertanyaan Allah dalam surat 'Abasa ayat 18 yang dijawab

pada ayat berikutnya, "Dari apakah ia (manusia) diciptakan? (Yaitu)

dari benih manusia yang kecil. la menciptakan dia. Lalu ia

menentukan ukurannya." Selanjutnya, pada ayat 24 muncul perintah

Tuhan kepada manusia, "Maka, hendaklah manusia melihat kepada

makanannya." Ayat-ayat berikutnya, tampaknya menjelaskan apa yang

dimaksud oleh Allah itu:

"Bagaimana Kami tuangkan air yang berlimpah-limpah. Lalu

Kami membelah bumi, terbelah. Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian,

Page 71: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

61

Dan pohon anggur dan sayur-mayur. Dan pohon zaitun dan pohon

kurma, Dart tanam-tanaman yang rimbun, Dan buah-buahan dan

rerumputan. Persediaan makanan bagi kamu dan ternak kamu." (QS.

Abasa :23-32).

Dengan mulai memperhatikan diri manusia (Abasa :23—32)

itu sendiri, Al-Qur'an membawa" manusia untuk memperhatikan

makanannya, yaitu yang menumbuhkan jasmaninya lalu

memperhatikan alam biologis, yaitu flora dan fauna. Di situ Al-Qur'an

menjelaskan bahwa manusia mempunyai kaitan dengan flora dan

fauna. Imbauan ilahi kepada' manusia untuk memperhatikan dan

menyelidiki rahasia alam yang lebih luas lebih tampak pada surat Al-

Fathir ayat 27 dan 28. Di sini Allah menyebut suatu istilah ulama atau

ahli ilmu yang secara langsung dikaitkan dengan kegiatan

penyelidikan:

Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan hujan

dari awan lalu dengan itu Kami keluarkan buah-buahan yang

bermacam ragam. Dan di gunung-gunung terdapat garis-garis, putih

dan merah, bermacam-macam warnanya, dan yang lain hitam pekat.

Dan di antaranya manusia, dan binatang, dan ternak ada yang berbeda-

beda juga warnanya. Hanya orang-orang yang memiliki ilmulah

(ulama) yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya.

Sesungguhnya Allah itu Yang Mahaperkasa, Yang Maha

Pengampun".

Page 72: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

62

Dalam surat dan ayat itu Allah tidak sekadar berbicara tentang

flora dan fauna, tetapi juga tentang manusia, yaitu tentang hamba-

hamba Allah yang takut kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang

berilmu. Lebih lanjut, pada surat Yasin ayat 72 dan 73, Allah

menjelaskan manfaat ternak, yaitu sebagai sumber bahan makanan dan

minuman, sebagian dapat pula dipakai sebagai kendaraan.

Menurut Rahardjo, (1987: 215) petunjuk bahwa alam semesta

merupakan obyek pengamatan bagi ahli ilmu lebih tegas dinyatakan

dalam surat Al-Rum ayat 20,21, dan 22 yang berbunyi, "Dan di antara

tanda bukti-Nya ialah bahwa ia menciptakan kamu dari tanah, lalu

tiba-tiba kamu menjadi manusia yang bertebaran. Dan di antara tanda

bukti-Nya adalah bahwa la menciptakan untuk kamu jodoh dari jenis

kamu, agar kamu menemukan ketenteraman pada mereka, dan la

membuat di antara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada

gejala-gejala itu semua terdapat tanda bukti bagi orang-orang yang

berpikir. Dan di antara tanda bukti-Nya ialah terciptanya langit dan

bumi, dan perbedaan bahasa di antara kamu serta warna kulit kamu.

Sesungguhnya pada gejala itu semua merupakan tanda bukti bagi

orang-orang yang berilmu."

Ketiga ayat dalam surat Al-Rum tersebut di atas ringkas dan

padat pengajaran bagi manusia. Pada mulanya, manusia diimbau untuk

mengamati kejadiannya sendiri dan kejadian umat manusia yang

bertebaran di seluruh bumi sebagai kesatuan umat manusia. Pada ayat

Page 73: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

63

22, dinyatakan bahwa manusia terdiri dari berbagai macam bahasa dan

warna kulit. Tetapi pada ayat sebelumnya, yaitu ayat ke-20, sudah

dinyatakan bahwa mereka itu pada hakikatnya adalah manusia yang

satu juga. Pada ayat 21, Tuhan menunjukkan adanya unsur cinta dan

kasih sayang (Mawaddah wa rahmah) yang mengikat makhluk laki-

laki dan perempuan. Kesemuanya itu merupakan ayat-ayat, yaitu

tanda-tanda, yang bagi ilmuwan mungkin disebut sebagai data,

jugabagi orang-orang yang berpikir (lil qaumi yata fakkarun) serta

bagi orang-orang yang memiliki ilmu (lil 'alimin). Sebenarnya, pada

ayat-ayat benkutnya dalam surat yang sama, Tuhan menyebut data

yang lain, seperti malam dan siang, mata pencarian manusia, kilat

yang menimbulkan kecemasan 'maupun harapan, hujan dan awan,

bumi yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan bumi yang

mati (kering), tentang bumi dan langit. yang tunduk kepada hukum-

hukum-Nya, kesemuanya merupakan data bagi pengamatan orang

yang mau berpikir dan memiliki ilmu pengetahuan.

Manusia yang suka merenung dan memikirkan kejadian langit

dan bumi itu dalam surat Az-Zumar ayat 21 disebut dengan istilah ulil

albab. "Apakah engkau tidak melihat", demikian bunyi ayat itu

"bahwa Allah menurunkan air dari awan, lalu air itu dialirkan dalam

perut bumi yang kemudian menciptakan mata air, lalu menumbuhkan

dengan air itu tetumbuhan yang beraneka rona warnanya; lalu menjadi

layu sehingga engkau melihat perubahan warnanya menjadi kekuning-

Page 74: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

64

kuningan dan kemudian la membuatnya hancur. Sesungguhnya dalam

gejala itu semua terdapat peringatan bagi ulil albab. Seluruh ayat itu

merupakan definisi ulil albab itu, walaupun identitasnya dijelaskan

secara lebih luas pada ayat-ayat lain.

Menurut Rahardjo, (1987: 215) pada surat dan ayat lain, yaitu

surat Thaaha ayat 54, Al-Qur'an mengemukakan istilah lain dengan

pengertian yang serupa. Mereka yang suka memperhatikan tanda-

tanda kekuasaan Allah di langit dan bumi dan mereka yang mengenai

fungsi-fungsi bumi, jalan-jalan yang membentang, air yang turun dan

awan, hujan yang menumbuhkan tetanaman yang beraneka warna,

serta kegunaan binatang ternak sebagai sumber bahan makanan, oleh

Al-Qur'an disebut ulin nuha atau orang yang berakal dan

mempergunakan akalnya. Tetapi pada ayat 128, istilah itu dikenakan

kepada orang-orang yang pandai mengambisl pelajaran dari sejarah

generasi terdahulu yang telah musnah. Mereka yang memiliki ciri-ciri

yang sama, yaitu yang memperhatikan gejala sejarah, dalam akhir

surat Yusuf, yaitu ayat yang ke-3, disebut juga ulil albab. "Apakah

mereka tidak berkeliling di muka bumi dan memperhatikan bagaimana

kesudahan generasi-generasi sebelum mereka?" demikian Al-Qur'an

pada surat Yusuf ayat 109 yang mengundang pemikiran orang-orang

yang mau mempergunakan akalnya.

Dari cuplikan sebagian ayat-ayat Al-Qur'an ini menurut

Rahardjo, (1987: 216) dirasakan adanya imbauan yang menuntun

Page 75: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

65

manusia untuk berpikir. Pada surat An-Nahl, secara beruntun sejak

ayat 10 hingga 16, Al-Qur'an membicarakan berbagai gejala alam

serta fungsi dan manfaat berbagai benda alam sejak dari air minum

yang merupakan kebutuhan dasar manusia, tanaman pertanian dan

perkebunan, perikanan laut dan hasil laut untuk perhiasan, transportasi

laut, sungai, dan jalan daratan hingga kepada bintang-bintang di langit

yang bisa memberi petunjuk "perjalanan dan, di tengah-tengah

pembicaraan itu, Allah menandaskan bahwa kesemuanya itu

merupakan data bagi mereka yang suka melakukan pengamatan (li

qaumi yadzakkarun), yang "mempergunakan alat penalaran (li qaumi

ya'qilun) dan yang menganalisa dan merenungkan (li qaumi

yatafakkarun). Kesemuanya itu dilakukan bukan sekadar untuk bisa

mendapatkan petunjuk (la'allakum tahtadun), melainkan juga agar

manusia bisa memperoleh rasa syukur (la 'allakum tasykuruun) atas

segala anugerah Allah yang Pemurah. "Dan jika kamu berusaha

menghitung nikmat Allah," kata Allah pada ayat yang ke-18, "maka

kamu tidak akan mampu menghitungnya."

Menurut Rahardjo, (1987: 24) ungkapan dan pemikiran tentang

insân kamîl bukanlah hanya milik Iqbal. Beberapa pemikir sufi Muslim

sebelumnya sudah membahas masalah insân kamîl . Di antara mereka

adalah Muhyiddin ibnu 'Arabi dan Abdul Karim Al-Jilli. Bagi Ibnu

'Arabi, "insân kamîl " adalah mikrokosmos yang sesungguhnya, sebab

sebenarnyalah dia memanifestasikan semua sifat dan kesempurnaan

Page 76: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

66

ilahi, dan manifestasi semacam ini tidaklah sempurna tanpa perwujudan

penuh kesatuan hakiki dengan Tuhan. Insân kamîl adalah miniatur dari

kenyataan.

Menurut Al-Jilli, seperti dikemukakannya dalam bukunya yang

terkemuka 'Al-Insanul Kamîl fi Ma'rifatil Awakhiri wal Awail',

"manusia adalah suatu wujud yang utuh dan merupakan manifestasi ilahi

dan alam semesta. Manusia adalah citra Tuhan dan dalam kenyataannya

ia adalah rantai yang menyatukan Tuhan dengan alam semesta. Manusia

adalah tujuan utama yang ada di balik penciptaan alam, karena tiada

ciptaan lain yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi

cermin sifat-sifat ilahi yang sesungguhnya dan Nabi Muhammad adalah

contoh yang luhur tentang insân kamîl , dan siapa pun yang

menapaktilasi jalan kehidupan dalam sorotan Nabi tentu akan mencapai

cita kehidupan yang paling tinggi yang mungkin dicapai manusia.

Masih tentang pemikiran Al-Jilli, bisa juga dikutip tulisan Vahid

yang mengatakan, "Manusia adalah citra Tuhan. la adalah cermin yang

merefleksikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. la adalah mikrokosmos

yang di dalamnya yang mutlak menjadi kesadaran tentang diri sendiri

dalam keseluruhan bagian-bagiannya yang beranekaragam. Bagaimana

manusia mencapai kesempurnaan ini?, Dengan latihan rohani dan

.pendakian mistik. Karena turunnya yang mutlak ke dalam manusia

melalui berbagai tingkat, manusia bermeditasi tentang nama-nama

Tuhan. Pada tingkat kedua ia melangkah masuk ke dalam suasana sifat-

Page 77: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

67

sifat Tuhan, dan di sini ia mulai ambil bagian dalam sifat-sifat ilahi dan

mendapat kekuasaan yang luar biasa. Pada tingkat ketiga ia melintasi

daerah nama dan sifat Tuhan, dan masuk ke dalam suasana hakikat

mutlak dan menjadi manusia Tuhan atau insân kamîl . Matanya menjadi

mata Tuhan, kata-katanya menjadi kata-kata Tuhan, dan hidupnya

menjadi hidup Tuhan.

Iqbal tidak sepaham dengan teori para mistikus besar seperti

pemikiran Al-Jilli itu, yang menurut dia membunuh individualitas dan

melemahkan khudi. Iqbal memang mengakui dan memandang

Muhammad sebagai insân kamîl tanpa otak-atik mistik. Insân kamîl

versi Iqbal tidak lain adalah Sang Mukmin yang dalam dirinya terdapat

kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini

dalam wujudnya yang tertinggi tergambar dalam akhlak nabawi. Sang

Mukmin menjadi tuan nasibnya sendiri dan secara tahap-temahap

mencapai kesempurnaan, kata Iqbal.

Menurut Rahardjo (1987: 26) bahwa dalam mengemukakan

pandangan Iqbal tentang insân kamîl tentu harus disinggung juga

konsep Superman dari seorang filosof Jerman yang terkenal, Nietzsche,

yang sangat menekankan pada kekuatan. Agaknya Iqbal mendapat

pengaruh dari pemikiran Nietzsche. Terutama mengenai pemikiran

insân kamîl , tetapi sangat jelas bahwa titik berangkat mereka berbeda,

bahkan mungkin bertolak belakang. Iqbal berpangkal dari imannya yang

teguh terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sedang Nietzsche bertolak dari

Page 78: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

68

"kematian Tuhan". Namun mereka mempunyai pandangan yang serupa

bahwa kekuatan mempunyai peranan yang vital dalam kehidupan

manusia dan masyarakat. Kata Nietzsche, "Di mana kutemukan

kehidupan di sana kutemukan hasrat untuk berkuasa, dan bahkan dalam

hasrat mereka yang mengawula kutemukan kehendak untuk menjadi

gusti.

Nietzsche sangat gemas dengan orang yang lemah dan manja,

dan tanpa kepalang tanggung ia mengecam semua aspek karakter

manusia yang mengakibatkan kelemahan. Bagi Nietzsche kebaikan dan

kekuatan satu arti, dan hanya kekuatan yang merupakan pintu gerbang

menuju keberhasilan dan kebahagiaan. Tulis Nietzsche: "Apakah

kebaikan? Segala sesuatu yang meningkatkan rasa kuat dalam diri

manusia, hasrat untuk menjadi kuat bahkan kekuatan itu sendiri. Apakah

keburukan? Segala sesuatu yang lahir dari kelemahan. Apakah

kebahagiaan? Perasaan bahwa kekuatan tumbuh hingga perlawanan

mengungguli.

Jalan pikiran Nietzsche di atas dapat dibandingkan dengan

pendapat Iqbal yang menegaskan bahwa:

Cita etik Islam adalah membebaskan manusia dari rasa takut, dan

karena itu memberikan kesadaran berkepribadian, membuatnya sadar

tentang dirinya sebagai sumber kekuatan. Gagasan tentang manusia,

sebagai suatu individualitas dari kekuatan tidak terbatas, menetapkan,

menurut ajaran Islam, keseluruhan nilai tindakan manusia. Hal-hal

yang mempertinggi rasa kepribadian manusia adalah baik, sedangkan

hal-hal yang memperlemah kepribadian adalah buruk. Kebaikan

adalah kekuatan, kekuasaan; kejahatan adalah kelemahan. Berikan

kepada manusia kesadaran menghargai kepribadiannya, biarkan ia

bergerak dengan merdeka tanpa rasa takut di tengah-tengah kebesaran

Page 79: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

69

alam Tuhan, pasti ia akan menghargai kepribadian orang lain, dan ia

akan menjadi orang baik (Rahardjo, 1987: 26).

Berbeda dengan Supermannya Nietzsche yang lahir dari

kematian Tuhan, insân kamîl -nya Iqbal adalah Sang Mukmin yang

merupakan makhluk moralis, yang dianugerahi kemampuan rohani dan

agamawi yang untuk menumbuhkan kekuatan dalam dirinya ia

senantiasa meresapi dan menghayati akhlak ilahi.

Memang Iqbal, seperti dikatakan Aziz Ahmad, menerima sifat-

sifat dinamik manusia unggul ala Nietzsche, tetapi sepenuhnya menolak

sifat-sifat tidak bermoral, tidak beragama, dan antisosialnya. Iqbal tidak

mau berdamai dengan tirani, zalim, dan rasionalismenya Nietzsche.

Proses untuk "menjadi" insân kamîl bukanlah terjadi begitu saja.

la harus dilakukan dengan berusaha mengikuti secara teliti kehidupan

nabawi. Manusia, menurut Iqbal, melalui proses mewujud yang terus-

menerus dari dan ini hanya setelah pengejaran yang teliti dari seorang

insân kamîl Nabi "Tuhan hingga ia mencapai tingkat "menjadi" atau

pengukuhan hidup."

Lahirnya insân kamîl , menurut Iqbal melalui tiga tahap, yaitu:

1. ketaatan kepada hukum.

2. penguasaan diri sebagai bentuk tertinggi kesadaran diri tentang

pribadi, dan

3. kekhalifahan Ilahi.

Vahid dalam komentarnya terhadap pendapat Iqbal di atas

mengatakan bahwa ketaatan kepada hukum dan penguasaan diri juga

Page 80: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

70

memainkan peranan besar dalam menyuburkan khudi, tetapi Iqbal lebih

memandangnya sebagai batu-batu tonggak dalam perjalanan menanjak

menuju insân kamîl . Bagi khudi yang disiplin secara tepat dapat

diperkuat dengan cara yang cocok, tingkat pertama digambarkan dengan

suatu tahap ketika ketaatan kepada hukum datang tanpa disadari. Khudi

sebegitu jauh tidak mempunyai pertentangan sepanjang menyangkut

hukum. Di pihak lain hukum, bersamaan dengan daya-daya lunak

lainnya, cenderung melatih khudi untuk tahap evolusi kedua ketika

khudi mencapai penguasaan diri yang sempurna. Penguasaan diri pada

gilirannya menyiapkan khudi untuk. tingkat terakhir khalifah ilahi.

Khusus mengenai tingkat terakhir ini, Iqbal mengatakan bahwa

nabi adalah 'khalifah Tuhan di bumi, Dia adalah khudi yang paling

lengkap, dalam tujuan kemanusiaan, puncak kehidupan, baik rohani

maupun jasmani; pada dirinya kepincangan kehidupan mental kita

mencapai keselarasan. Kemampuan yang tertinggi menyatu dalam

dirinya dengan pengetahuan yang tertinggi. Dalam hidupnya pikiran dan

perbuatan, naluri dan nalar menyatu. la adalah buah terakhir dari pohon

kemanusiaan, dan semua usaha dari evaluasi yang menyakitkan

dibenarkan, karena ia pada akhirnya mestilah menjelma. Dialah

penguasa manusia sejati; kerajaannya adalah kerajaan Tuhan di muka

bumi terhadap insân kamîl seperti itulah Iqbal mengelu-elukan

kedatangannya. Gubahannya:

Datanglah hai Sang Penunggang Kuda nasib

Datanglah hai Sinar dunia perubahan yang gelap gulita

Page 81: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

71

Sorotkan cahaya ke tempat keberadaan

Padamkan kegaduhan bangsa-bangsa

Penuhi telinga kami dengan musikmu

Bangkitlah dan petildah kecapi persaudaraan

Berilah kami kembali cawan anggur cinta

Sekali lagi, anugerahi dunia hari-hari damai

Kirimkan pesan perdamaian kepada si gila perang

Umat manusia adalah ladang tempat menyemai

Kaulah Sang Penuai

Kaulah tujuan khalifah kehidupan (Rahardjo, ed., 1987: 28)

3.2.2. Antara Kebebasan dan Keterpaksaan Manusia

Menurut Rahardjo (1987: 51) bahwa masalah kebebasan dan

keterpaksaan manusia berakar pada persoalan-persoalan metafisis yang

menyangkut bagaimana sesungguhnya kedudukan manusia di hadapan

kekuasaan Tuhan dan di tengah lingkungannya. Dengan demikian,

sebenarnya masalah itu berkenaan dengan usaha perumusan yang lebih

tegas tentang etik fitrah kemanusiaan. Dalam hal ini, Jabariyah sampai

kepada perumusan bahwa manusia adalah makhluk yang serba terpaksa

dan hidup sesuai dengan takdir dan kemauan Tuhan. Sebaliknya,

Qadariyah merumuskan manusia dalam kebebasan dan kemerdekaan

untuk berbuat dan berkehendak.

Adanya kedua kutub yang bertolak belakang itu selain

disebabkan nash-nash Al-Qur'an yang kelihatan bertolak belakang

karena hanya dilihat dari satu segi dan terlepas dari konteks keseluruhan

dan perbedaan pengalaman historis, sosiologis, dan kultural juga karena

perbedaan persepsi dalam melihat esensi fitrah manusia itu sendiri.

Kenyataan manusia sebagai makhluk bidjmenisional membuka

kemungkinan untuk melihat manusia sebagai simbol kebebasan dan

Page 82: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

72

kemerdekaan sesuai dengan kesempurnaan sifat roh Allah yang

dimilikinya. Atau sebaliknya, sebagai simbol kerendahan, keterpaksaan,

stagnasi, dan pasivitas mutlak seperti lempung busuk yang merupakan

cerminan kedirian setan (iblis).

Kombinasi kedua hal yang berlawanan dalam diri manusia itu

mau tidak mau menimbulkan gerak dialektis dan pergumulan terus-

menerus antara kedua kutub yang berlawanan. Gabungan hal-hal yang

berlawanan dan kontradiksi dalam diri manusia – Allah dan iblis atau

roh dan lempung menjadikan manusia suatu realitas dialektis.

Sebagai realitas dialektis manusia selalu terlibat dalam

pergumulan dengan dirinya sendiri, kekuatan transenden, dan bahkan

dengan realitas sosial yang dihasilkannya. Buah pergumulan itu adalah

pola tindakan atau pikiran yang merupakan usaha mencari perimbangan

yang "tepat" dan "benar" antara keserbautamaan Tuhan dengan

kemungkinan kemerdekaan dan kebebasan manusia. Dinamika Islam

sesungguhnya terletak pada upaya mencari perimbangan itu, sedangkan

sumber stagnasi Islam berpokok pada keyakinan bahwa modus yang ada

abadi sifatnya.

Berdasarkan kenyataan di atas, paham Jabariyah menciptakan

situasi yang berlawanan baik dengan realitas dialektis manusia maupun

realitas sosial yang dihasilkan manusia itu sendiri. Terjadilah pelarutan

eksistensi manusia ke dalam situasi kepasrahan total kepada kekuatan

transenden yang diyakini mutlak dan realitas sosial yang dalam kaca

Page 83: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

73

mata paham ini, juga hasil ketentuan dan perbuatan yang transenden.

Dengan kata lain, di sini bukan hanya Tuhan menjadi satu-satunya

kekuatan determinan atas manusia tetapi juga realitas yang ada.

Akibatnya, tidak berkelebihan determinisme sosial dan determinisme

sejarah yang parah. Manusia tidak lagi menciptakan lingkungan dan

sejarahnya sendiri, tetapi justru dialah yang dibentuk oleh lingkungan

dan sejarahnya..

Manusia memang tidak sempurna, tetapi sebagai khalifah Tuhan

di muka bumi ia dituntut dan diberi kesempatan untuk senantiasa

menyempurnakan dirinya. Wahyu Al-Qur'an tidak lain dimaksudkan

untuk memperbaiki kemanusiaan guna mencapai kesempurnaan. Karena

itu, dengan Tuhan dan hanya karena Allah manusia mencapai aktualisasi

dirinya. Aktualisasi dirinya itu pada gilirannya terwujud dalam

hubungannya dengan masyarakat, lingkungan, dan sejarahnya. Di

sinilah fitrah manusia tidak terlepas dari seluruh totalitas semesta dan

Tuhan.

Pada hakikatnya Islam datang untuk membebaskan dan

memerdekakan manusia. Melalui kalimah syahadat sebagai rukun Islam

pertama manusia dituntut untuk melepaskan ketergantungannya kepada

kekuatan lain yang dapat menjadi tuhan-tuhan bagi manusia dan

sekaligus hanya mengikatkan diri satu-satunya kepada Allah. Begitu

juga jika dilihat pada rukun Islam lainnya salat, puasa, zakat, dan haji

semuanya bertujuan membebaskan manusia baik dari kekuatan hawa

Page 84: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

74

nafsunya maupun dari materi atau bentuk-bentuk kejasmanian lainnya

guna mendekatkan diri dan mengikatkannya hanya kepada Allah.

Di sinilah manusia itu sesungguhnya terus-menerus melakukan

pembebasan tanpa batas. Pembebasan dari keterpaksaan dalam dirinya

sendiri dan realitas lingkungan yang ada menuju kepada Allah. Dengan

upaya seperti inilah manusia akan mampu menjadi pencipta "diri" dan

sejarahnya.

3.2.3. Insân kamîl : Citra Sufistik

Menurut Rahardjo (1987: 110) berbicara insân kamîl ada dua hal

yang perlu diperhatikan lebih dahulu. Yakni tentang konsep insân kamîl

tersebut. Pertama, insân kamîl adalah suatu tema yang berhubungan

dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak Tuhan.

Yang Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu yakni

yang baik dan sempurna. Sifat sempurna inilah yang patut ditiru oleh

manusia. Makin seseorang memiripkan diri kepada sifat sempurna dari

yang Mutlak tersebut, makin sempurnalah dirinya. Kedua, anggapan

atau keyakinan adanya yang Mutlak ini mencakup apakah itu

"namanya", "sifatnya", dan apakah itu "hakikat" atau esensinya.

Seterusnya bagaimanakah hal-hal tersebut berhubungan dengan

manusia.

Al-Jilli mengemukakan pengertiannya mengenai yang "ada"

dalam pengelompokan yang terdiri dari 6 pokok bahasan, yakni: (1)

mengenai "esensi", "sifat" dan "nama"; (2) mengenai pancaran (discent)

Page 85: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

75

dari yang Absolut; (3) Esensi sebagai Tuhan; (4) Manusia yang surgawi

atau sempurna; (5) mengenai makrokosmos dan (6) Kembali ke esensi.

Untuk tujuan tulisan yang berikut, uraian hanya akan difokuskan pada

pokok gagasan yang keempat, yakni tentang "manusia yang surgawi".

Sedangkan pokok-pokok gagasan yang terdapat dalam nomor-nomor

selain 4 tidak diuraikan secara tersendiri. Semua itu akan berfungsi

menjelaskan gagasan konsep pokok, yaitu tentang "manusia yang

surgawi" tersebut.

Manusia sempurna adalah dia yang berhadapan dengan pencipta

dari pada saat yang sama juga dengan makhluk. Manusia sempurna

merupakan qutb atau axis tempat segala sesuatu berkeliling dari mula

hingga akhir. Oleh karena segala sesuatu menjadi "ada", maka dia

adalah satu (wahid) untuk selamanya. la memiliki berbagai bentuk dan

ia muncul dalam kana'is atau rupa yang bermacam-macam: Untuk

menghormati hal yang demikian, maka namanya dipanggil secara

berbeda dan untuk menghormati selain dari padanya, maka panggilan

nama yang demikian tidak dikenakan pada mereka. Siapakah dia? Nama

sebenarnya adalah Muhammad, nama untuk kehormatannya adalah Abul

Qosim, dan gelarnya adalah Syamsuddin atau "Sang Mentari Agama".

"Sekali waktu saya bertemu dengan dia dalam wujudnya persis seperti

syekh saya, Sharafuddin Ismail al-Jabarti, tetapi saya tidak mengetahui

bahwa dia (syekh) itu sebenarnya nabi, padahal saya mengetahui bahwa

dia (nabi) adalah syekh. Ini adalah salah satu penglihatan yang saya

Page 86: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

76

dapati di Zabid pada tahun 796 H. "Makna yang hakiki yang terdapat

dalam peristiwa ini adalah bahwa Nabi memiliki kekuatan untuk

menampilkan diri dalam setiap bentuk. Demikian keadaan Muhammad.

Tetapi manakala ia dalam bentuk yang lain dan diketahui bahwa ia

Muhammad, maka akan ia panggil dengan nama sebagaimana yang

terdapat dalam bentuk tersebut. Nama Muhammad tidaklah bisa

diterapkan kepada sesuatu kecuali kepada "ide tentang Muhammad".

Dengan demikian, ketika ia muncul dalam bentuk Shibli, maka Shibli

berkata kepada kawannya itu; "Saksikanlah bahwa saya adalah utusan

Tuhan"; dan orang tersebut sebagai orang yang telah bersatu dengan roh

Muhammad mengenali Muhammad. Dan ia berkata, "Saya bersaksi

bahwasanya Anda adalah utusan Tuhan."

Bagaimana halnya pertemuan dengan secara mimpi? Adakah

perbedaan antara keduanya? Menurut al-Jilli, terdapat perbedaan antara

mimpi dan pertemuan mistik, yakni bahwa dalam mimpi, Muhammad

masuk ke dalam diri orang tersebut tetapi tidak menciptakan jaga (tidak

tidur) dalam waktu yang cukup lama, sehingga ia tidak memperoleh

Haqiqatul Muhammadiyya. Yang terjadi sekurang-kurangnya adalah

bahwa seseorang yang bermimpi menjumpai Muhammad ketika ia

sadar, maka ia lalu menafsirkan haqiqah tentang Muhammad sebagai

haqiqah yang tingkatnya mimpi saja. Sebaliknya, dalam pertemuan

mistik secara langsung, maka setelah melihatnya di dalam diri, ia tidak

Page 87: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

77

bakal bertingkah laku di hadapannya dalam sikapnya yang sama

sebagaimana yang dilakukan sebelumnya.

Demikianlah yang dimaksud dengan pernyataan bahwa Nabi

bisa menyerupai bentuk apa saja yang ia kehendaki. Dalam hal ini,

sunah sendiri menegaskan bahwa dalam setiap waktu dia mengandalkan

bentuk mereka yang menduduki tingkat (spiritual) yang hampir

sempurna; hal yang demikian itu adalah untuk menempatkan diri

Muhammad lebih tinggi dari mereka dan meluruskan kemencengan

mereka. Dari luar, maka mereka yang "hampir sempurna" itu tampak

sebagai duta Muhammad, sedangkan dari dalam Muhammad tampak

sebagai esensi haqiqah.

Manusia sempurna dalam dirinya berhadapan dengan semua

individualisasi eksistensi. Dengan spiritualitasnya, dia berhadapan

dengan individualisasi yang lebih tinggi; dengan jasadnya dia

berhadapan dengan individualisasi yang lebih rendah. Hatinya

berhadapan dengan "Obor Tuhan" (al-Arsh), jiwanya berhadapan

dengan Pena (al-Qalam), rohnya berhadapan dengan Lauh Mahfudz.

Menurut al-Jilli, nama esensial dan sifat-sifat ilahi tersebut pada

dasarnya menjadi milik manusia sempurna oleh adanya hak

fundamental, yakni sebagai suatu keniscayaan yang inheren dalam

esensi dirinya. Demikianlah, dengan ungkapan yang sering kita dengar

bahwa Tuhan berfungsi sebagai kaca bagi manusia, juga demikian

halnya manusia menjadi kaca tempat Tuhan melihat dirinya. Sebagai

Page 88: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

78

kaca yang dipakai seseorang melihat bentuk dirinya dan tidak bisa

melihat dirinya itu tanpa adanya kaca tersebut, maka sedemikianlah

hubungan yang berlangsung antara Tuhan dan manusia sempurna.

Manusia sempurna jadinya tidak mungkin dapat melihat bentuknya

sendiri kecuali melalui kaca Allah; sama halnya, dia juga menjadi kaca

bagi Tuhan, karena Tuhan ingin agar dirinya melihat dia sendiri dan

dikenali. Dan agar dikenali itulah manusia sempurna diciptakan

sehingga dengan kaca manusia, Tuhan akan melihat Diri-Nya.

Al-Jilli termasuk mereka yang menyakini bahwa walau

bagaimanapun manusia bisa menjadi mirip dengan Tuhan bisa

"memasuki" Tuhan dengan sepenuhnya, ia tidak akan pernah sampai

kepada mengidentifikasi bahwa dirinya adalah sepenuhnya Tuhan.

Dalam bait di antara syair-syair sufisnya di bawah ini, ditemukan

gagasan mengenai ketidakmungkinan tersebut.

Lihatlah, Akulah yang seluruhnya, dan seluruhnya itu adalah

panggungku: Akulah ini, bukannya dia, yang ditampilkan dalam

realitas.

Sungguh, Akulah sang Pemelihara, dan sang Putra Mahkota

bagi manusia: keseluruhan ciptaan adalah sebuah nama, dan

esensiku itulah obyek yang diberi nama.

Dunia indriawi adalah milikku dan dunia meta adalah bagian

dari gelombang dan bentukku; Dunia-tak-nyata (oleh) indria

adalah duniaku dan dunia abadi muncul di hadapanku.

Tandailah. Dalam segala yang Aku sebut, Aku hanyalah budak,

yang kembali dari Esensi ke hadapan Tuannya yang papa,

rendah, sarat dosa, dalam penjara kemegahannya.

Menurut Rahardjo (1987: 124) bahwa gagasan mengenai insân

kamîl ternyata berujuk kepada diri Nabi Muhammad saw., sebagai tipe

ideal bagi manusia. la mempunyai kemungkinan untuk berubah bentuk,

Page 89: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

79

termasuk dalam hal ini memasuki jasad seseorang yang telah

menyucikan hatinya dan melalui lidah orang tersebut terungkaplah kata-

kata "saya adalah utusan Tuhan", dan sebagainya. Upaya untuk

membedakan insân kamîl Muhammad dengan manusia lain dilakukan

antara lain dengan penegasan bahwa nama Muhammad tidaklah dapat

diterapkan kepada sesuatu kecuali kepada ide "tentang Muhammad";

Dalam hubungan ini pribadi Muhammad sebagai contoh yang terbaik

buat manusia telah diusahakan oleh para pengikut, hingga mereka

mewujudkan suatu kebudayaan spiritual yang unik di kalangan sufi.

Yakni kerinduan mereka untuk bisa 'bertemu' dengan Muhammad.

Pencapaian atas "perjumpaan" dengan Muhammad telah berwujud

dalam berbagai tingkat dan cara yang berbeda. Perjumpaan demikian

dimungkinkan, sekali lagi, oleh keyakinan atau pengetahuan bahwa

Muhammad memiliki berbagai bentuk, dan kedua oleh gagasan dasariah

tentang hakikat yang ada adalah esensi.

Page 90: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

80

BAB IV

ANALISIS INSÂN KAMÎL DALAM BUKU "KONSEPSI MANUSIA

MENURUT ISLAM" DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

4.1 Konsep Insân kamîl dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam"

Dalam buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam" ada uraian atau

kajian yang berisi tentang insan kamil. Dalam buku itu terdapat berbagai

pendapat tentang insan kamil, di antaranya menurut Dawam Rahardjo (ed),

1987: 24) bahwa Nabi Muhammad Saw adalah contoh yang luhur tentang

insan kamil. Sejalan dengan itu menurut Dawam Rahardjo (ed), 1987: 45)

manusia merupakan obyek yang selalu menarik untuk dibicarakan. Bukan

saja ia menjadi pokok permasalahan, tetapi segala peristiwa besar yang

terjadi di dunia ini selalu berkaitan dengan manusia.

Dalam konteks buku tersebut, buku ini memuat pikiran M. Dawam

Rahardo juga pemikiran beberapa ahli yaitu Azyumardi Azra yang berjudul

Antara Kebebasan dan Keterpaksaan Manusia; Arief Mudatsir yang

berjudul Makhluk Pencari Kebenaran; Bahtiar Effendi yang berjudul Antara

Roh dan Jasad; Hari Zamharir yang berjudul Insân kamîl ; Ahmadi Rifa'i

Hasan yang berjudul Manusia Serba Dimensi; Fachri Ali yang berjudul:

Realitas Manusia; Hadimulyo yang berjudul Manusia dalam Perspektif

Humanisme Agama; Komaruddin Hidayat yang berjudul Upaya

Pembebasan Manusia.

Page 91: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

81

Posisi Dawam Rahardjo dalam buku yang berjudul Konsepsi

Manusia Menurut Islam" adalah sebagai penyunting. Sebagai penyunting,

tulisan Dawam Rahardjo dapat dilihat dalam buku itu: pertama, tulisan yang

berjudul: Dari Iqbal Hingga Nasr; kedua, Bumi Manusia dalam al-Qur'an.

Apabila memperhatikan dan menelaah konsep insân kamîl dalam

buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam", maka penulis menganalisis dan

mengomentari pikiran dan pendapat dari para ahli tersebut sebagai berikut:

Menurut penulis bahwasanya manusia merupakan sasaran kajian

yang selalu menarik untuk dibicarakan. Pembicaraan dan penelitian tentang

manusia, sejak zaman klasik hingga sekarang ini belum pernah mengenal

kata "berhenti". Ketertarikan para ahli untuk meneliti manusia, karena

manusia adalah makhluk Allah yang memiliki kesempurnaan dan

keunggulan ketimbang makhluk lain. Kesempurnaan manusia dari sisi

penciptaannya telah dilegitimasi dalam beberapa ayat Al-Quran, misalnya:

�� ������� �� ��� ��� ���� ���������� ���������� ���� � ����!�"#�� ��)%&'�:)*(

Artinya: "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya

dan telah meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka

tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud'' (QS. Al-

Hijr: 29) (Depag RI, 1978: 393).

�,#�-�� ��� #�.��/�0 �!��� 12����3 ���-� �4 �� )5��� :6( Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4) (Depag RI,

1978: 1076).

Page 92: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

82

Kesempurnaan dan keunggulan manusia itulah yang membuatnya

begitu unik untuk dibicarakan, baik dalam sosiologi, antropologi, filsafat

psikologi maupun tasawuf. Salah satu pembicaraan tentang manusia dalam

pandangan tasawuf yang sampai sekarang masih banyak diminati oleh para

pengkaji tasawuf adalah pemikiran Insân kamîl (manusia sempurna).

Pemikiran ini pernah dikemukakan oleh Al-Jilli.

Secara umum, istilah "insan kamil" sering dimaknai orang sebagai

manusia sempurna. Pengertian Insân kamîl menurut Al-Jilli dirumuskan

sebagai berikut: "Insân kamîl pertama sejak adanya wujud hingga akhir

lamanya, yang mengkristal pada setiap zaman" "Dan Insân kamîl adalah

Nabi Muhammad SAW." "Maka Insân kamîl merupakan asalnya wujud,

atau menjadi poros yang kemudian berkembang atasnya roh wujud dari

awal hingga akhirnya.

Pengertian akhir dari Insân kamîl adalah Roh Nabi Muhammad

SAW. yang mengkristal dalam diri para Nabi sejak Nabi Adam hingga

Nabi Muhammad, lalu para wali dan orang-orang saleh, sebagai cermin

Tuhan yang diciptakan atas nama-Nya dan refleksi gambaran nama-nama

dan sifat-sifat-Nya.

Syeikh Nuruddin Ar-Raniri, seorang sufi yang hidup pada abad ke-

16 memberikan pengertian yang sama terhadap konsep tersebut di atas,

yakni, Insân kamîl adalah manusia yang memiliki dalam dirinya hakikat

Muhammad, atau juga disebut Nur Muhammad yang merupakan makhluk

Page 93: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

83

pertama kali diciptakan oleh Allah, dan juga sebagai sebab bagi

dijadikannya alam semesta ini.

Al-Jilli melihat bahwa Insân kamîl (manusia sempurna) merupakan

nuskhah atau kopi Tuhan, seperti disebutkan dalam hadis (artinya), "Allah

menciptakan Adam dalam bentuk yang Maharahman." Hadis lain

menyebutkan (artinya), "Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya."

Sebagaimana diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup,

pandai, berkehendak, mendengar, dan sebagainya, manusia (Adam) pun

memiliki sifat-sifat seperti itu. Proses-proses yang terjadi setelah ini adalah

setelah Tuhan menciptakan substansi, Huwiyah Tuhan dihadapkan dengan

Huzuiyah Adam, aniyah-Nya disandingkan dengan aniyah Adam, dan

Dzat-Nya dihadapkan pada Dzat Adam, dan akhirnya Adam berhadapan

dengan Tuhan dalam segala hakikat-Nya. Melalui konsep ini, kita

memahami bahwa Adam dilihat dari sisi penciptanya merupakan salah

seorang Insân kamîl dengan segala kesempurnaannya sebab pada dirinya

terdapat sifat dan nama Ilahiah.

Al-Jilli berpendapat bahwa nama-nama dan sifat-sifat Ilahiyah itu

pada dasarnya merupakan milik Insân kamîl sebagai suatu kemestian yang

tidak bisa dipisahkan dengan esensinya (intinya). Sebab, sifat-sifat dan

nama-nama tersebut tidak memiliki tempat berwujud, melainkan pada insan

kamil. Lebih lanjut, Al-Jilli mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan

Tuhan dengan Insân kamîl adalah bagaikan cermin yang seseorang tidak

akan dapat melihat bentuk dirinya, kecuali melalui cermin itu.

Page 94: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

84

Demikian pula halnya dengan insan kamil, ia tidak dapat melihat

dirinya, kecuali dengan cermin nama Tuhan, sebagaimana Tuhan tidak

dapat melihat diri-Nya, kecuali melalui cermin insan kamil. Lebih lanjut, ia

berkata bahwa duplikasi al-Kamal (kesempurnaan) adalah sama dengan

yang dimiliki oleh manusia, bagaikan cermin yang saling berhadapan.

Ketidaksempurnaan manusia disebabkan oleh hal-hal yang bersifat 'ardhi

(bumi), termasuk manusia berada dalam kandungan ibunya. Al-Kamal

dalam konsep Al-Jilli mungkin dimiliki oleh manusia secara profesional (bi

al-quwwah) dan mungkin pula secara aktual (bi al-fi'il), seperti yang

terdapat dalam wali-wali dan nabi-nabi meskipun dalam intensitas yang

berbeda. Intensitas al-Kamal yang paling tinggi terdapat dalam diri Nabi

Muhammad SAW., sehingga manusia lain, baik nabi-nabi maupun wali-

wali, bila dibandingkan dengan Muhammad bagaikan al-kamil dengan al-

akmal atau al-fadhil dengan al-afdhal. Insân kamîl menurut konsep Al-Jilli

ialah perencanaan Dzat Allah (Nuktah Al-Haqa) melalui proses empat tajalli

seperti tersebut di atas sekaligus sebagai proses maujudat yang terhimpun

dalam diri Muhammad SAW.

Konsep Insân kamîl Al-Jilli dekat dengan konsep hulul Al-Hallaj

dan konsep ittihad Ibn Arabi, yaitu integrasi sifat Lahut (Ketuhanan) dan

Nasut (Kemanusiaan) dalam suatu pribadi sebagai pancaran dari Nur

Muhammad. Adapun Ibn 'Arabi mentransfer konsep hulul Al-Hallaj dalam

paham ittihad ketika menggambarkan Insân kamîl sebagai wali-wali Allah,

yaitu diliputi oleh Nur Muhammad SAW.

Page 95: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

85

Meskipun Al-Jilli dianggap sebagai tokoh yang memopulerkan

konsep insan kamilnya, sesungguhnya konsep Insân kamîl ini sudah

disinggung sebelumnya oleh Ibnu 'Arabi. Menurut Ibnu 'Arabi, Insân kamîl

adalah mikrokosmos yang sesungguhnya, sebab Dia memanifestasikan

semua sifat dan kesempurnaan Ilahi, dan manifestasi semacam ini tidaklah

sempurna tanpa perwujudan penuh kesatuan hakiki dengan Tuhan. Insân

kamîl adalah miniatur dari kenyataan. Oleh karena itu, konsepsi yang

disodorkan oleh Al-Jilli merupakan pelengkap dari konsep yang ada

sebelumnya walaupun dalam pemaparannya terdapat juga perbedaannya.

Dalam konsep Insân kamîl dari sudut pandang manusia, Tuhan merupakan

cermin bagi manusia untuk melihat diri-Nya. la tidak mungkin melihat

dirinya tanpa cermin itu. Sebaliknya, karena Tuhan mengharuskan diri-Nya

agar sifat-sifat dan nama-nama-Nya tidak dilihat, Tuhan menciptakan Insân

kamîl sebagai cermin bagi diri-Nya. Dari sini tampak bahwa ada hubungan

antara Tuhan dan insan kamil.

Insân kamîl bagi Al-Jilli merupakan proses tempat beredarnya

segala yang wujud (aflak al-wujud) dari awal sampai akhir. Dia adalah satu

(wahid) sejak wujud dan untuk selamanya. Di samping itu Insân kamîl

dapat muncul dan menampakkan dirinya dalam berbagai macam. la diberi

nama dengan nama yang tidak diberikan kepada orang lain; nama aslinya

adalah Muhammad, nama kehormatannya Abu Al-Qasim, dan gelarnya

Syamsu Ad-Din.

Page 96: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

86

Dari uraian di atas, Al-Jilli menunjukkan penghargaan dan

penghormatan yang tinggi kepada Nabi Muhammad sebagai insan kamil

yang paling sempurna. Sebab, meskipun beliau telah wafat, nur-nya akan

tetap abadi dan mengambil bentuk pada diri orang-orang yang masih hidup.

Dengan demikian, ketika Nur Muhammad itu mengambil bentuk

menampakkan diri pada seseorang, ia dipanggil dengan nama yang sesuai

dengan bentuk itu. Untuk memenuhi hal ini, Al-Jilli mengungkapkan

pengalamannya sendiri sebagai berikut, "Suatu ketika saya bertemu dengan

Nabi Muhammad dalam bentuk Syekh saya, yaitu Syarar Ad-Din Ismail Al-

Jabarti. Saya tidak tahu bahwa dia adalah Nabi Muhammad dan yang saya

ketahui bahwa dia itu adalah Syekh saya.

Inilah salah satu penglihatan yang saya dapati di Zabid pada tahun

796 H). Makna yang terkandung dari peristiwa di atas bahwa Nabi

Muhammad memiliki kemampuan mengambil bentuk dalam berbagai

bentuk. Apabila Nabi dalam bentuk aslinya sebagaimana saat hidupnya,

beliau dipanggil dengan nama Muhammad. Akan tetapi, bila muncul dalam

bentuk lain dan diketahui bahwa ia adalah Muhammad, ia dipanggil dengan

nama yang sesuai dengan nama bentuk itu. Nama yang dimaksud dalam

konteks kedua ini adalah hakikat Muhammad.

Peristiwa lain yang dapat menjelaskan makna di atas adalah suatu

ketika Nabi Muhammad muncul dalam bentuk Syibli yang berkata kepada

muridnya, "Bersaksilah bahwa aku adalah utusan Allah." Kebetulan murid

Page 97: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

87

tersebut memiliki ilmu kasyaf sehmgga dengan mudah dapat mengenalinya

sebagai nabi, lalu ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa Engkau utusan Allah.

Bagaimana halnya pertemuan lewat mimpi? Apakah ada perbedaan

antara keduanya, yaitu antara pertemuan lewat mimpi dan pertemuan lewat

mistik, yakni pendekatan tasawuf. Menurut Al-Jilli ada perbedaan antara

mimpi dan pertemuan mistik. Dalam mimpi, Muhammad masuk dalam diri

seseorang yang sedang tidur. Hal ini tentu akan membuatnya sadar terhadap

hakikat Muhammad sehingga ia tidak dapat memperolehnya dan ketika

orang itu bangun (sadar), ia menafsirkan hakikat Muhammad itu sebagai

hakikat yang tingkatannya sebatas mimpi saja. Sebaliknya, dalam pertemuan

mistik langsung, setelah melihatnya dalam diri, ia tidak boleh bertingkah

laku di hadapan-nya sebagai tingkah sebelumnya.

Demikianlah, yang dimaksud dalam pernyataan bahwa hati dapat

menyerupai bentuk apa saja yang dikehendaki. Dalam hal ini, sunnah

berlaku bahwa nabi akan mengandalkan bentuk mereka dan hampir

mencapai derajat kesempurnaan. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan

Muhammad pada derajat yang tinggi di antara mereka dan dapat meluruskan

kekeliruan mereka. Ini artinya dari luar, mereka yang hampir sempurna,

tampak sebagai duta Muhammad, sedangkan dari dalam Muhammad

sebagai esensi hakikat mereka.

Page 98: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

88

Apabila memperhatikan uraian di atas, maka menurut analisis

penulis bahwa insan kamil tidak bisa terjadi dengan sendirinya, melainkan

harus dusahakan. Disebut insan kamil karena pengaktualisasian tujuan

pendptaannya, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari

keridhaan-Nya. Mengkaji karakteristik insan kamil berarti mencari suatu

bentuk atau ciri khas dari watak (karakter) insan kamil itu sendiri. Adapun

ciri-cin (karakteristik) insan kamil di antaranya adalah:

1. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan berbagai daya tangkap

sepeiti: serapan indra, rasio, dan intuisi dalam kadar yang sangat tinggi,

sehingga dapat merebut masa dan mang, serta menguasai dunia.

2. Manusia adalah teman kerja Tuhan di bumi. Iqbal, mengartikan kata

"teman Tuhan" sebagai hubungan yang dinamis. Aitinya, dengan potensi

kedua belah pihak (insan kamil dan Tuhan), maka akan mewujudkan

sebuah penyempurnaan ciptaan Tuhan yang belum selesai secara

dialektik untuk kemudian diolah manusia menjadi barang konsumtif.

3. Iradah (kehendak) manusia utama adalah se-iradah Tuhan.

4. Ilmu dan kekuasaan Tuhan menjadi kembar dengan ilmu dan kekuasaan

manusia utama.

5. Insan kamil adalah orang yang tidak dikendalikan qadha. 'dan qadar,

melainkan mampu mengarahkan ke mana harus terjadi.

Karakteristik insan kamil yang dikemukakan di atas merupakan

konsepsi yang mendasarkan manusia sebagai pengolah, penyempuma dan

pengatur seluruh ciptaan Tuhan yang ada di bumi.

Page 99: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

89

Karakteristik insan kamil melalui hasil empirik yang diperoleh dan

kedekatannya dengan Tuhan, yang didapat setelah mendapatkan keridhaan-

Nya, yaitu:

a. Rahmat material. Apabila seseorang menaati Allah dan mendapatkan

keridhaan-Nya, maka ia akan semakin banyak menerima anugerah.

b. Keadilan sosial. Apabila seseorang menaati Allah dan mengikuti

hukum-hukum-Nya, maka tidak akan ada kezaliman dari padanya.

c. Kedamaian dan percaya diri. Bila seseorang dekat kepada Allah, maka

segala hal menjadi tampak ringan dan kecil baginya. Ia merasa berada di

bawah perlindungan-Nya sehingga tidak ada yang dapat merugikannya.

4.2 Relevansi Konsep Insân kamîl dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam" dengan dakwah

Problematika masyarakat sekarang ini bukan saja menyangkut

masalah materi, tetapi juga menyangkut masalah-masalah psikologis. Hal ini

disebabkan karena semakin modern suatu masyarakat maka semakin

bertambah intensitas dan eksistensitas dari berbagai disorganisasi dan

disintegrasi sosial masyarakat (Ahyadi, 1991: 177). Kondisi ini telah

mengakibatkan makin sulitnya manusia untuk menjadi insan kamil. Atas

dasar itu manusia merasakan pentingnya siraman dakwah.

Itulah sebabnya, Umary (1980: 52) merumuskan bahwa dakwah

adalah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi

larangan agar memperoleh kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan

Page 100: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

90

datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11) menyatakan, dakwah adalah

usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, memperbaiki

kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan ketidak

wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti

memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas

yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),

rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran

agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri,

bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6).

Nilai idealis atau cita-cita mulia yang hendak dicapai dalam aktivitas

dakwah adalah tujuan dakwah. Tujuan dakwah, harus diketahui oleh setiap

juru dakwah atau da'i. Karena seseorang yang melakukan aktivitas dakwah

pada dasarnya harus mengetahui tujuan apa yang dilakukannya itu. Tanpa

mengetahui tujuan dari aktivitas dakwah tersebut, maka dakwah tidak akan

mempunyai makna apa-apa.

Proses penyelenggaraan dakwah terdiri dari berbagai aktivitas dalam

rangka mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat dicapai

dan diperoleh dengan jalan melakukan penyelenggaraan dakwah disebut

tuJ'uan dakwah. Setiap penyelenggaraan dakwah harus mempunyai tujuan.

Tanpa adanya tujuan tertentu yang harus diwujudkan, maka

penyelenggaraan dakwah ridak mempunyai arti apa-apa. Bahkan hanya

merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghamburkan pikiran tenaga dan

biaya saja.

Page 101: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

91

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk

memberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Apalagi

ditinjau dari segi pendekatan sistem (sistem approach), tujuan dakwah

merupakan salah satu unsur dakwah. Di mana antara unsur dakwah yang

satu dengan yang lain saling membantu, saling mempengaruhi, dan saling

berhubungan.

Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh

aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lain, seperti subjek

dan obyek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu tujuan

dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode

dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga

berpengaruh olehnya (tujuan dakwah). Ini disebabkan karena tujuan

merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah.

Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh

Allah. Adapun tujuan dakwah, pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua

macam tujuan, yaitu:

1. Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective).

2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)

1. Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective)

Tujuan umum dakwah (mayor objective) merupakan sesuatu yang

hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah

Page 102: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

92

yang masih bersifat umum dan utama, di mana seluruh gerak langkahnya

proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya.

Tujuan utama dakwah adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin

dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah. Untuk

tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan

tindakan dakwah harus mengarah ke sana.

Tujuan dakwah di atas masih bersifat global atau umum, oleh karena

itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan secara terperinci pada

bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara ini tujuan dakwah yang

utama itu menunjukkan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh umat,

baik yang sudah memeluk agama maupun yang masih dalam keadaan kafir

atau musyrik. Arti uinat di sini menunjukkan pengertian seluruh alam.

Sedangkan yang berkewajiban berdakwah ke seluruh umat adalah

Rasulullah dan utusan-utusan yang lain.

Firman Allah:

���78/�9 #�:� �;�����3 �<8� ,�=�� �>?9�� ��� �>�����= �@�A�B4 #�� �CD/�9 B@����%�� #�E���4 #�� �� �F ��G/�� 8,�= �H#�.�� ���� �>�:�I���� ��G/���� ������#���� ����%�#�J��� �K������ L�!�E

)M!N#O� :PQ( Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari

Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang tidak

diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan

amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)

manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

bagi orang yang kafir. (QS. Al-Maidah (5); 67).

Firman Allah:

Page 103: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

93

MR#���:�" �<BJ�����= ��G/�� B@����� �?��= �H#�.�� #�E���4 #�� �;BS)T�%UV� :WXY(

Artinya; Katakanlah (Muhammad); wahai manusia, sesungguhnya

aku ini diutus Allah kepada kamu sekalian. (QS. Al-A'raf

(7): 158).

Firman Allah:

�5�:��#���/D� RZ�:� �� #8��= �[#�.�/�����4 #����)\#�]�V� :W^Q(

Artinya: Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan jadi rahmat bagi

seluruh alam. (QS. Al-Anbiya (121): 107).

Allah bersifat rahman mengasihi makhluk-Nya di dunia, mengutus

rasul demi makhluk-Nya (manusia), pembawa kabar bahagia dan ancaman,

pembawa ajaran menuju ke jalan Allah agar seluruh kaumnya dapat hidup

bahagia sejahtera di dunia maupun di akhirat. Akan tetapi, kadang banyak

manusia yang tidak menerima ajakannya. Dalam hal ini, Rasulullah H

menganjurkan kepada umatnya untuk berdoa:

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di

akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka.

Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik kulminasi

tujuan hidup manusia, begitu pula dengan tujuan dakwah. Sebab hidup

bahagia di dunia dan di akhirat- tidaklah semudah yang diucapkan dan

diinginkan, tidak cukup dengan berdoa, tetapi perlu juga disertai dengan

berbagai usaha. Ini berarti bahwa usaha dakwah, baik dalam bentuk

menyeru atau mengajak umat manusia agar bersedia menerima dan

memeluk Islam, maupun dalam bentuk amar ma'ruf dan nahi munkar,

Page 104: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

94

tujuannya adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia

dan di akhirat yang diridhai oleh Allah.

Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah

jalan kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang

menyesatkan. Di sinilah dakwah berfungsi memberikan peringatan

kepadanya, melalui amar ma'ruf nahi munkar kebahagiaan hidup di dunia

maupun di akhirat tercapai. Kesejajaran kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat itulah tujuan hidup dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam.

2. Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan penjabaran

dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan

seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arahnya, ataupun

jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan

cara apa, bagaimana, dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak

terjadi overlapping antar juru dakwah yang satu dengan lainnya hanya

karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.

Proses dakwah untuk mencapai dan mewujudkan tujuan utama,

sangatlah luas cakupannya. Segenap aspek atau bidang kehidupan tidak ada

satu pun yang terlepas dari aktivitas dakwah. Maka agar usaha atau aktivitas

dakwah dalam setiap bidang kehidupan itu dapat efektif, perlu ditetapkan

dan dirumuskan nila-nilai atau hasil-hasil apa yang harus dicapai oleh

aktivitas dakwah pada masing-masing aspek tersebut.

Page 105: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

95

Tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum

dakwah dapat disebutkan antara lain sebagai berikut.

a. Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatkan taqwanya kepada Allah. Dengan tujuan ini penerima

dakwah diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah

dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya.

Firman Allah;

��G/�� ���B�3��� �,����!������� �<�_�̀ � a�/�U �������#���3 �F�� b��������� ?c��� a�/�U �������#���3����G/�� 8,�=�d#������ �!��!�e ) M!N#O� :)(

Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kewajiban

dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

berat siksaannya (bagi orang yang tolong menolong dalam

kejahatan). (QS. Al-Ma'idah (5): 2).

Tujuan khusus dakwah (minor objective) ini secara operasional dapat

dibagi menjadi beberapa tujuan lebih khusus, yakni

1) Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.

Perintah Allah secara garis besar ada dua, yakni Islam dan Iman.

2) Menunjukkan larangan-larangan Allah. Larangan ini meliputi larangan-

larangan yang bersifat perbuatan (amaliyyah) dan perkataan (qauliyyah).

3) Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa

kepada Allah.

4) Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada-Nya.

b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf.

Page 106: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

96

Muallaf artinya orang yang baru masuk Islam atau masih lemah keislaman

dan keimanannya dikarenakan baru beriman. Penanganan terhadap

masyarakat yang masih muallaf jauh berbeda dengan kaum yang sudah

beriman kepada Allah (berilmu agama), sehingga rumusan tujuannya tak

sama. Artinya disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan.

Sebagaimana tujuan khusus yang lain, pada bagian ini dibagi pula

beberapa tujuan yang lebih khusus, antara lain:

1) Menunjukkan bukti-bukti ke-Esaan Allah dengan beberapa ciptaan-Nya.

2) Menunjukkan keuntungan bagi orang yang beriman dan bertakwa kepada

Allah.

3) Menunjukkan ancaman Allah bagi orang yang ingkar kepada-Nya.

4) Menganjurkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat kejahatan.

5) Mengajarkan syariat Allah berbuat dengan cara bijaksana.

6) Memberikan beberapa tauladan dan contoh yang baik kepada mereka

(mualaf).

c. Mengajak manusia agar beriman kepada Allah (memeluk Agama Islam).

Tujuan ini berdasarkan atas firman Allah:

�� ����f8���� �<BJ��/�0 L�f8�� �<BJ�9�� ����!�]�U� �H#�.�� #�E���4 #�� �,�B���3 �<BJ8/���� �<BJ�/�]�S �)M%]�� :)W(

Artinya: Hai sekalian manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah

menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar

kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah (2): 21).

Juga firman Allah Swt:

�̀ � ��G/�� �!.�U ���?!�� 8,�= �K�g��)W*(

Page 107: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

97

Artinya: Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah ialah Islam.

(QS. Ali 'Imran (3): 19).

d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

Anak-anak adalah penerus generasi masa depan. Mendidik dan

mengajar anak-anak adalah suatu amal nyata bagi masa depan umat.

Dalam Al-Quran dan Hadis telah disebutkan bahwa manusia sejak lahir

membawa fitrahnya yakni beragama Islam (agama tauhid. Firman Allah:

���8�� ��8/�� �M�%�h� R#���.� ���?!/�� �>�E�"�� �<�S�i� �;��!�]�3 #�� #�E���/�U �H#�.�� �%�h� �,��:�/���� #�� �H#�.�� �%�j�k�4 ���J���� �<?����� ���?!�� �>���� ��8/�� �l�/����)K�%�� :m^(

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada

fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahuinya. (QS. Ar-Rum (30):30).

Kemudian tujuan ini bisa dijabarkan lagi menjadi beberapa tujuan

khusus atau lebih khusus lagi, yaitu

1) menanamkan rasa keagamaan kepada anak;

2) memperkenalkan ajaran-ajaran Islam;

3) melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam;

4) membiasakan berakhlak mulia;

5) mengajarkan dan mengamalkan Al-Quran;

6) berbakti kepada kedua orang tua;

7) aspek-aspek lain yang intinya mengajarkan ajaran Islam kepada anak.

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin

dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk

Page 108: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

98

tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyusunan rencana dan

tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan. Tujuan utama dakwah

adalah terwujudnya kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat yang

diridhai Allah Swt. Tujuan utama ini, masih bersifat umum memerlukan

penjabaran agar kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat ini bisa tercapai

dan terwujud.

Tujuan dakwah adalah untuk membentuk insân kamîl atau manusia

sempurna. Istilah Insân kamîl muncul pada mulanya di kalangan orang-

orang tasawuf dan kemudian beredar secara luas pada segenap lapisan

masyarakat Islam. la dipahami pada umumnya sebagai sebutan untuk

manusia tertentu, yakni untuk mereka yang memiliki keutamaan jiwa yang

sempurna. Para nabi atau rasul disepakati memiliki keutamaan jiwa paling

sempurna, dan karena itu dipandang paling layak disebut Insan Kamil. Oleh

kaum Syi'ah Imamiyah, para imam mereka dimasukkan ke dalam kategori

Insan Kamil. Demikian juga oleh orang-orang tasawuf, para wali atau sufi

dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Hanya para nabi atau rasul saja

yang memiliki keutamaan jiwa yang paling sempurna, tanpa melalui latihan

atau pembinaan yang keras.

Mereka lahir dengan potensi istimewa, sehingga mereka secara

alamiah saja dapat tumbuh menjadi Insan Kamil. Jiwa mereka penuh

dengan sifat-sifat terpuji atau akhlak ketuhanan, dan bersih dari sifat-sifat-

tercela. Manusia yang bukan nabi atau rasul tidak demikian; mereka,

menurut orang-orang tasawuf, haruslah berjuang keras mengikuti latihan-

Page 109: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

99

latihan dalam rangka mengosongkan jiwa mereka dari sifat-sifat tercela dan

berhias dengan sifat atau akhlak terpuji. Mereka yang berjuang keras untuk

mencapai derajat atau maqam makrifat (mengenal Tuhan secara langsung

melalui mata hati nurani) pada hakikatnya berjuang untuk mencapai derajat

Insan Kamil, kendati mereka tetap berada di bawah derajat para nabi atau

rasul Tuhan.

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang muncul, apa

relevansinya konsep Insân kamîl dalam buku "Konsepsi Manusia Menurut

Islam" dengan dakwah. Relevansinya adalah dakwah sangat erat kaitannya

dengan konsep Insân kamîl karena dakwah pada hakikatnya mengandung

ajakan kepada manusia dan objeknya adalah manusia. Ajakan tersebut

bertujuan agar rohani manusia menjadi sempurna yaitu berisi iman dan

taqwa. Melalui iman dan taqwa ini maka manusia bisa menghampiri

predikat insan kamil.

Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa amanah

suci berupa menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia. Dan akhlak

yang dimaksudkan ini tidak lain adalah al-Qur'an itu sendiri sebab hanya

kepada al-Qur'an-lah setiap pribadi muslim itu akan berpedoman. Atas dasar

ini tujuan dakwah secara luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran

Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga

ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran

tersebut (Tasmara, 1997: 47).

Page 110: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

100

Apabila tujuan dakwah yang digambarkan di atas tercapai maka

bukan mustahil bahwa dakwah dapat membangun mad'u yang insan kamil,

setidaknya menghampiri predikat tersebut.

Insân kamîl lebih ditujukan kepada manusia yang sempurna dari segi

pengembangan potensi intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat,

fitrah dan lainnya yang bersifat batin lainnya, dan bukan pada manusia dari

dimensi basyâriah-nya. Pembinaan kesempurnaan basyariah bukan menjadi

bidang garapan tasawuf, tetapi menjadi garapan fikih. Dengan perpaduan fikih

dan tasawuf inilah insân kamîl akan lebih terbina lagi. Namun insân kamîl

lebih ditekankan pada manusia yang sempurna dari segi insaniyahnya, atau

segi potensi intelektual, rohaniah dan lainnya itu. Insân kamîl juga berarti

manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi

secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan makhluk

lainnya secara benar menurut akhlak Islami. Manusia yang selamat rohaniah

itulah yang diharapkan dari manusia insân kamîl. Manusia yang demikian

inilah yang akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat. Hal ini sejalan

dengan firman Allah SWT.:

.�� #�� �K���� �,��.�9 #���� n@#�� �o��}YY { 1<��/�� 1r�/��9 ��8/�� a�3�4 ���� #8��=)\�%�s�� :YYtY*(

Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali

orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

(QS-Asy'-Syu'ara, 26:88-89) (Depaq, 1978: 580).

Ayat di atas menunjukkan bahwa yang akan membawa keselamatan

manusia adalah batin, rohani, hati dan perbuatan yang baik. Orang yang

Page 111: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

101

demikian itulah yang dapat disebut sebagai insân kamîl. Pada ayat lain di

dalam al-Qur'an banyak dijumpai bahwa yang kelak akan dipanggil masuk

surga adalah jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah).

Batin, rohani, hati dan perbuatan yang baik merupakan karakteristik

insân kamîl. Manusia yang selamat rohaniah itulah yang diharapkan dari

manusia insân kamîl. Hal ini sejalan dengan dakwah yang bertujuan agar

manusia kembali di jalan yang benar sebagaimana pendapat Umary (1980:

52) bahwa dakwah adalah mengajak orang kepada kebenaran, mengerjakan

perintah, menjauhi larangan agar memperoleh kebahagiaan di masa sekarang

dan yang akan datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11) menyatakan,

dakwah adalah usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat,

memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan, kemaksiatan dan

ketidak wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian, dakwah berarti

memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas

yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),

rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran

agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri,

bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6).

Page 112: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

102

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1. Konsep insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia Menurut Islam"

adalah manusia yang sempurna dari segi pengembangan potensi

intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat, fitrah dan lainnya

yang bersifat batin lainnya, dan bukan pada manusia dari dimensi

fisiknya. Pembinaan kesempurnaan basyariah bukan menjadi bidang

garapan tasawuf, tetapi menjadi garapan fikih. Insân kamîl juga berarti

manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat

berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan

dengan makhluk lainnya secara benar menurut akhlak Islami. Manusia

yang selamat rohaniah itulah yang diharapkan dari manusia insân

kamîl. Manusia yang demikian inilah yang akan selamat hidupnya di

dunia dan akhirat.

5.1.2. Adapun hubungan insan kamil dalam Buku "Konsepsi Manusia

Menurut Islam" dengan dakwah adalah dakwah sangat erat kaitannya

dengan konsep insan kamil karena dakwah pada hakikatnya

mengandung ajakan kepada manusia. Ajakan tersebut bertujuan agar

rohani manusia menjadi sempurna yaitu berisi iman dan taqwa.

Melalui iman dan taqwa ini maka manusia bisa menghampiri predikat

insan kamil.

Page 113: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

103

Dakwah yang berisi ajakan pada manusia bisa berisi masalah

akidah, syari'ah dan akhlak. Ketiga komponen sendi-sendi Islam itu

manakala diamalkan oleh mad'u niscaya bisa menghampiri predikat

insan kamil. Satu contoh jika mad'u mencontoh perilaku Rasulullah

SAW maka bisa dikatakan bahwa mad'u itu menjadi insan kamil.

5.2 Saran-saran

Meskipun konsep insan kamil merupakan konsep yang klasik, namun

hal itu penting diteliti karena insan kamil merupakan harapan dan dambaan

setiap orang beragama, khususnya beragama Islam. Berdasarkan hal tersebut

maka konsep insan kamil perlu diteliti lebih dalam. Karena itu hendaknya

dibuka dan diberi kesempatan pada peneliti lain untuk membuka misteri yang

terkandung dari esensi insan kamil.

5.3 Penutup

Seiring dengan karunia dan limpahan rahmat yang diberikan kepada

segenap makhluk manusia, maka tiada puji dan puja yang patut

dipersembahkan melainkan hanya kepada Allah SWT. Dengan hidayahnya

pula tulisan sederhana ini dapat diangkat dalam skripsi yang tidak luput dari

kekurangan dan kekeliruan. Menyadari akan hal itu, bukan suatu kepura-

puraan bila penulis mengharap kritik dan saran menuju kesempurnaan tulisan

ini.

Page 114: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:

Primaduta.

Ahyadi, Abdul Aziz, 1991. Psikologi Agama, Kepribadian Muslim Pancasila,

Bandung: Sinar Baru al-Gesindo

Al-Hufiy, Ahmad Muhammad, 2000. Keteladanan Akhlaq Nabi Muhammad SAW,

terj. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Bandung: CV.Pustaka Setia.

Ali, Yunasril. 1997. Manusia Citra Ilahi, Pengembangan Konsep Insân kamîl Ibn

Arabi oleh al-Jili, Jakarta: Paramadina.

Anshari, Hafi, 1993, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Surabaya: al-Ikhlas.

Arifin, M. 2000, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi, 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, Musa, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an,

(Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.

-------. 2002. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta: LESFI.

Aziz, Ali Moh. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.

Azra, Azyumardi (penyunting), 1987. Islam dan Masalah-Masalah

Kemasyarakatan, Jakarta: Pustaka Panjimas.

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian. Dakwah, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu.

Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Islam, Studi Tentang Elemen Psikologi

dari Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daud Ali, Muhammad, 1997. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada.

Farida. 2005. Konsep Insan kamil Menurut Murtadha Muthahhari dan

Relevansinya dalam Tujuan Pendidikan Islam (Skripsi: Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo).

Hafidhuddin, Didin, 2000, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani.

Page 115: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

Hasymi, A, 1984, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, Jakarta: Bulan Bintang.

Helmy, H. Masdar. 1973. Problematika Dakwah Islam dan Pedoman Mubaligh.

Semarang: Thoha Putra.

Hidayat, Komaruddin, dan Muhammad Wahyudi Nafis. 2005. Agama Masa

depan Perspektif Filsafat Perenial. Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama.

Jilli, Abd al-Karim bin Ibrahim. Tth. Al-insân al-Kamîl fi Ma’rifat al-Awakhir wa

al-Awa’il, Kairo: Dar al-Fikr, juz 2.

Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan

Agama, Bandung: CV Pustaka Setia.

Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda

Karya.

Muhadjir, Noeng. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake

Sarasin.

Munsyi, Abdul Kadir, 1981, Metode Diskusi Dalam Da’wah, Surabaya: al-Ikhlas

Muriah, Siti, 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra

Pustaka.

Nasution, Harun dkk, 2002. Ensiklopedi Islam , Jakarta: Penerbit Djambatan.

--------, 1983. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT;Raja Grafindo.

Natsir, M. tth. Fiqhud Dakwah. Jakarta: Islamiah Indonesia.

Nicholson, Reynold .A., 1998. Mistik Dalam Islam, alih bahasa, Tim Penerjemah

BA, Jakarta: Bumi Aksara.

Noer, Kautsar Azhari, 1995.Ibn al-Arabi Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan,

Jakarta: Paramadina.

Kutaratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barri. 1994. Kamus Ilmiah Populer.

Surabaya: Arloka.

Page 116: TELAAH DAKWAH TENTANG INSAN KAMIL DALAM BUKU …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/90/jtptiain-gdl... · Yang dimaksud tersirat yaitu adanya teks yang kurang ... Telaah Dakwah

Pimay, Awaludin, 2005, Paradigma Dakwah Humanis, Semarang: Rasail

Rahardjo, Dawam (ed), 1987. Insân kamîl Konsepsi Manusia Menurut Islam ,

Jakarta: Grafiti Press.

Rais, Amien, 1999, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan

Sobirin, Ahmad. 2007. Konsep Ahmad Tafsir tentang Pendidikan Islam sebagai

Usaha Membentuk Insan kamil. (Skripsi: Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo).

Sanusi, Salahuddin, 1980, Pembahasan Sekitar Prinsip-prinsip Dakwah Islam ,

Semarang: CV. Ramadhani

Solihin, M., 2003. Tasawuf Tematik Membedah Tema-Tema Penting Tasawuf,

Bandung: CV.Pustaka Setia.

Sugi Hartono. 2006. Insan kamil Menurut Murtadha Muthahhari dalam

Hubungannya dengan Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan dan

Konseling Islam). (Skripsi: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo).

Sulthon, Muhammad. 2003. Desain Ilmu dakwah, Kajian Ontologis,

Epistimologis dan Aksiologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumaryono. 1999. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Syaibani, Al Toumy. 1979. Umar Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, alih

bahasa: Hasan Langgulung, Surabaya: Bulan Bintang.

Syukir, Asmuni, 1983, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas

Syukur, Amin, 2002. Menggugat Tasawuf, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pertama.

Umary, Barmawie. 1980. Azas-Azas Ilmu Dakwah. Semarang: CV Ramadhani

Yaqub, Hamzah. 1973, Publisistik Islam, Seni dan Teknik Dakwah, Bandung: CV

Diponegoro

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an. 1986. Al-Qur'an dan

Terjemahnya. Jakarta: Depaq RI.

Yunus, Mahmud, 1990. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya.

Zahrah, Abu, 1994, Dakwah Islamiah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya