Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

10
TEKNOLOGI PEMBUA TAN BAMBU LAMI NA *) Oleh: I.M. Sulast ining sih **) Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan P engolahan Hasil Hutan Email : [email protected] I. PE NDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya bambu yang cukup potensial. Sumber daya bambu yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan  pemanfaatannya agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pemanfaatan bambu di Indonesia saat ini pada umumnya untuk mebel, barang kerajinan, supit dan konstruksi ringan. Bambu yang digunakan untuk mebel biasanya berbentuk bulat atau kombinasi antara bambu bulat dan anyaman dimana masih ada kulitnya. Menurut Widjaja (2001) bambu di Indonesia terdiri atas 143 jenis. Di Jawa diperkirakan hanya ada 60 jenis bambu. Di antara jenis-jenis yang ada di Jawa, 16 jenis tumbuh juga di pulau-pulau lainnya ; 26 jenis merupakan jenis introduksi, namun 14 jenis di antaranya hanya tumbuh di Kebun Raya Bo gor dan Cibo das. Di Indonesia bambu dapat dijumpai baik di daerah pedesaan maupun di dalam kawasan hutan. Semua jenis tanah dapat ditanami bambu kecuali tanah di daerah pantai. Pada tanah ini kalaupun terdapat bambu, pertumbuhannya lambat dan batangn ya kecil. Tanaman  bambu dapat dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pegunungan  berbukit dengan lereng curam sampai landai (Sastrapraja, et.al , 1977). Masalah serius yang dihadapai oleh industri pengolahan kayu di Indonesia saat ini adalah kekurangan b ahan baku kayu khususnya yang berasal dari hutan alam. Hal ini terjadi karena kecepatan pemanfaatan kayu tidak seimbang dengan kecepatan pembangunan tegakan  baru. Di samping itu kebutuhan kayu untuk mebel, bahan bangunan dan keperluan lain terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Oleh karena itu perlu dicari bahan substitusi kayu khususnya sebagai bahan mebel dan bangunan. Bambu yang termasuk tanaman cepat tumbuh dan mempunyai daur yang relatif pendek (3-4 tahun) merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup menjanjikan sebagai bahan substitusi kayu. Sebagai bahan substitusi kayu, bambu harus memiliki dimensi tebal, lebar dan  panjang seperti papan atau balok kayu. Masalah yang timbul dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Dengan semakin majunya teknologi perekatan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan bentuk dan dimensi  bambu sebagai bahan mebel d an bangunan. Bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang jika akan digunakan sebagai  pengganti papan atau balok kayu harus meme nuhi persyaratan lebar dan tebal tertentu. Dalam  bentuk pipih bambu mempunyai ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk menambah ketebalannya perlu dilakuk an usaha laminasi deng an mengg unakan p erekat tertentu dan  produk yang dihasilkan dikenal sebagai bambu lamina. *) Disampaikan pada ac ara Gelar Teknologi Sema rang Tnggal 2 Oktober 2012 **) Peneliti pada Pusat Litbang Ketekn ikan Kehutanan dan Pengolah an Hasil Hutan  Email : [email protected]

description

teknik pembuatan bambu lamina

Transcript of Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

Page 1: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 1/10

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA *)

Oleh:

I.M. Sulastiningsih **)Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Email : [email protected]

I. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia memiliki sumber daya bambu yang

cukup potensial. Sumber daya bambu yang cukup melimpah tersebut perlu ditingkatkan

 pemanfaatannya agar dapat memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemanfaatan bambu di Indonesia saat ini pada umumnya untuk mebel, barang kerajinan, supit

dan konstruksi ringan. Bambu yang digunakan untuk mebel biasanya berbentuk bulat atau

kombinasi antara bambu bulat dan anyaman dimana masih ada kulitnya.

Menurut Widjaja (2001) bambu di Indonesia terdiri atas 143 jenis. Di Jawadiperkirakan hanya ada 60 jenis bambu. Di antara jenis-jenis yang ada di Jawa, 16 jenis

tumbuh juga di pulau-pulau lainnya ; 26 jenis merupakan jenis introduksi, namun 14 jenis di

antaranya hanya tumbuh di Kebun Raya Bogor dan Cibodas.

Di Indonesia bambu dapat dijumpai baik di daerah pedesaan maupun di dalam

kawasan hutan. Semua jenis tanah dapat ditanami bambu kecuali tanah di daerah pantai. Pada

tanah ini kalaupun terdapat bambu, pertumbuhannya lambat dan batangnya kecil. Tanaman

 bambu dapat dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pegunungan

 berbukit dengan lereng curam sampai landai (Sastrapraja, et.al , 1977).

Masalah serius yang dihadapai oleh industri pengolahan kayu di Indonesia saat ini

adalah kekurangan bahan baku kayu khususnya yang berasal dari hutan alam. Hal ini terjadi

karena kecepatan pemanfaatan kayu tidak seimbang dengan kecepatan pembangunan tegakan

 baru. Di samping itu kebutuhan kayu untuk mebel, bahan bangunan dan keperluan lain terusmeningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Oleh karena itu perlu dicari bahan

substitusi kayu khususnya sebagai bahan mebel dan bangunan.

Bambu yang termasuk tanaman cepat tumbuh dan mempunyai daur yang relatif pendek

(3-4 tahun) merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup menjanjikan sebagai bahansubstitusi kayu. Sebagai bahan substitusi kayu, bambu harus memiliki dimensi tebal, lebar dan

 panjang seperti papan atau balok kayu. Masalah yang timbul dalam pemanfaatan bambu

sebagai bahan bangunan adalah keterbatasan bentuk dan dimensinya. Dengan semakin

majunya teknologi perekatan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan bentuk dan dimensi

 bambu sebagai bahan mebel dan bangunan.

Bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang jika akan digunakan sebagai

 pengganti papan atau balok kayu harus memenuhi persyaratan lebar dan tebal tertentu. Dalam

 bentuk pipih bambu mempunyai ketebalan yang relatif kecil (tipis) sehingga untuk menambah

ketebalannya perlu dilakukan usaha laminasi dengan menggunakan perekat tertentu dan

 produk yang dihasilkan dikenal sebagai bambu lamina.

*) Disampaikan pada acara Gelar Teknologi Semarang Tnggal 2 Oktober 2012

**) Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

  Email : [email protected]

Page 2: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 2/10

Bambu lamina adalah suatu produk yang dibuat dari beberapa bilah bambu yang

direkat dengan arah serat sejajar. Perekat yang digunakan adalah perekat organik seperti urea

formaldehida, melamin formaldehida, fenol formaldehida atau perekat isosianat. Hasil

 perekatan tersebut dapat berupa papan atau balok tergantung dari ukuran tebal dan lebarnya.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bambu lamina memiliki kekuatan setara

dengan kayu kelas kuat III – II bahkan bisa setara dengan kayu kelas kuat I tergantung dari

 jenis perekat, perlakuan dan proses yang digunakan.

II. PROSES PEMBUATAN BAMBU LAMINA

Bambu yang digunakan untuk membuat bambu lamina harus mempunyai diameter

yang cukup besar dan dinding bambunya tebal sehingga diperoleh bilah bambu yang cukup

tebal. Pada prinsipnya proses pembuatan bambu lamina adalah sebagai berikut :

A. Pemotongan Bambu

Bambu dipotong bagian pangkalnya sepanjang 50 cm - 80 cm ( tergantung kondisi

 bambu tersebut ) untuk menghilangkan bagian batang bambu yang tidak lurus (cacat) dan

 panjang ruas yang tidak beraturan. Setelah dipotong bagian pangkalnya, batang bambutersebut dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan panjang   1,2 m - 2 m tergantung

dari kelurusan batang bambu dan tebal dinding bambu. Hasil potongan bambu harus lurus,

silindris dan dinding bambunya cukup tebal.

B. Pembuatan Bilah Bambu

Potongan bambu yang telah dipersiapkan dan dipilih kemudian dibuat bilah dengan

menggunakan mesin pembelah bambu tertentu (hasil rekayasa Puslitbang Teknologi Hasil

Hutan, Bogor tahun 2003). Pembelahan batang bambu dilakukan dengan memperhatikan

 bagian batang bambu yang berdiameter lebih kecil digunakan sebagai acuan lintasan

 pembelahan. Bilah bambu yang digunakan adalah yang betul-betul lurus pada kedua sisi

 panjangnya. Bilah bambu yang telah dipilih jika masih terlalu basah kemudian dibiarkanmengering selama 1 minggu dan selanjutnya bilah tersebut diserut pada kedua

 permukaannya untuk mendapatkan permukaan bilah yang rata. Bilah bambu yang telah diserut

kedua permukaannya kemudian dibiarkan mengering atau dikeringkan dengan sinar matahari.

C. Pengawetan Bilah Bambu

Seperti kita ketahui bahwa bambu mudah sekali diserang oleh bubuk kayu kering

karena bambu mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi. Oleh karena itu untuk

memperpanjang umur pakainya maka perlu dilakukan pengawetan bambu. Cara pengawetan

 bambu telah diuraikan dengan jelas oleh Barly (1999). Cara pengawetan yang bisa diterapkan

untuk bilah bambu kering adalah proses rendaman dingin atau proses rendaman panas – 

dingin. Dalam proses pengawetan bilah bambu kering ini, hal yang harus diperhatikan adalah bilah bambu yang akan diawetkan harus siap pakai sehingga setelah diawetkan bilah bambu

tersebut tidak memerlukan proses pemotongan lagi. Bilah bambu yang telah diawetkan

selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari atau dikeringkan dalam dapur pengering

hingga kadar airnya mencapai   10 - 12%.

D. Perekatan Bilah Bambu Kearah Lebar

Pada tahap ini perlu dilakukan kegiatan penyiapan perekat. Jenis perekat yang

digunakan tergantung pada tujuan penggunaannya. Jenis perekat yang umum digunakan

Page 3: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 3/10

adalah urea formaldehida, melamin formaldehida, fenol formaldehida dan perekat isosianat.

Perekat dan bahan lain (ekstender, pengisi, pengeras dan air) disiapkan dan ditimbang sesuai

dengan komposisi yang dikehendaki. Bahan tersebut selanjutnya diaduk dalam mesin

 pengaduk perekat dan pengadukan harus merata. Beberapa bilah bambu yang telah disiapkan

dan dipilih kemudian direkat kearah lebar dengan menggunakan perekat yang telah disiapkan

dengan berat labur sesuai dengan anjuran pabrik pembuat perekat atau berdasarkan hasil

 penelitian. Bilah bambu (bahan papan) yang telah dilaburi perekat pada bagian sisi panjangnyadan direkat ke arah lebar kemudian dikempa dingin atau dikempa panas dalam waktu tertentu

tergantung dari jenis perekat dan anjuran pabrik pembuat perekat yang digunakan. Proses

 pengempaan dapat dilakukan dengan kempa dingin atau kempa panas tergantung dari mesin

yang tersedia. Hasil perekatan tersebut berupa papan-papan bambu tipis ( tebal 10 mm ).

E. Pembuatan Bambu Lamina

Bambu lamina yang dibuat terdiri dari beberapa lapis papan bambu tipis. Jumlah

lapisan dapat bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan serta pertimbangan teknis dan

ekonomis. Komposisi lapisan bambu lamina dapat dikombinasikan dengan kayu atau produk

kayu (papan sambung, kayu lapis dll). Pada umumnya bambu lamina untuk lantai terdiri dari 3

lapis. Bambu lamina dibuat dengan merekatkan beberapa buah papan bambu tipis (hasil perekatan bilah bambu kearah lebar) dengan arah serat sejajar. Perekat yang telah

dipersiapkan dilaburkan pada permukaan papan yang akan direkat dengan berat labur dan

komposisi perekat seperti tersebut pada butir 4 di atas. Bahan bambu lamina tersebut

kemudian dikempa dingin atau dikempa panas dalam waktu tertentu sesuai dengan jenis

 perekat yang digunakan, mesin kempa yang tersedia dan tebal bahan yang dikempa. Bambu

lamina yang dihasilkan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu untuk proses penyesuaian

dengan kondisi lingkungan (conditioning)

F. Pemotongan Menjadi Ukuran Akhir

Bambu lamina yang telah dibuat selanjutnya dipotong pada keempat sisinya untuk

mendapatkan ukuran yang ditargetkan. Pemotongan harus benar-benar siku untuk

mempermudah proses selanjutnya.

G. Pengampelasan

Pengampelasan dilakukan untuk menghaluskan permukaan bambu lamina dengan

menggunakan mesin ampelas. Pengampelasan dilakukan pada kedua permukaan bambu

lamina.

H. Finishing

Seperti halnya pada produk kayu, penerapan bahan finishing pada produk yang bahan

dasarnya bambu lamina bertujuan untuk melindungi produk tersebut dari pengaruh luar yang

dapat menurunkan kualitas, memperindah penampilan, memperjelas keindahan corak bambu,

mempermudah membersihkannya, dan membuat produk tersebut lebih cepat laku dijual.

Bahan finishing yang tersedia di pasaran mempunyai keragaman cukup tinggi, namun

demikian bahan finishing yang digunakan untuk bambu lamina harus sesuai dengan sifat

 bambu tersebut dan film yang dihasilkan harus tahan goresan dan benturan, tahan terhadap

tumpahan air dan bahan kimia.

Tahap penerapan bahan finishing pada produk dari bambu lamina bervariasi

tergantung pada jenis bahan baku/bambu yang akan dilapisi bahan finishing serta penampilan

yang diinginkan. Agar diperoleh hasil finishing yang memuaskan, maka tahap pertama yang

Page 4: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 4/10

sangat penting adalah persiapan permukaan. Cacat-cacat yang terdapat pada permukaan papan

 bambu tidak dapat ditutupi oleh lapisan finishing bahkan sebaliknya akan tampak lebih jelas.

Kegiatan utama dalam tahap persiapan permukaan adalah perbaikan cacat dan pengampelasan.

Bagian sambungan yang tidak rapat dan cacat terbuka lainnya harus ditutup dengan dempul.

Setelah dempul tersebut kering kemudian diampelas sampai rata dan halus. Ratakan seluruh

 permukaan dengan jalan diampelas. Pengampelasan harus dilakukan dengan arah serat sejajar

dan bersihkan seluruh permukaan dari serbuk ampelasan sehingga diperoleh permukaan yang bebas dari kotoran dan debu. Bersihkan seluruh permukaan (dilap dengan sepotong kain yang

telah dibasahi dengan alkohol atau terpentin) dari seluruh debu dan kotoran yang tersisa.

Kegiatan persiapan permukaan yang terakhir ini dilakukan sesaat sebelum penerapan bahan

finishing.

Jika warna yang dikehendaki adalah warna asli dari bambu, maka tahap berikutnya

adalah pengisian (filling) dengan menggunakan filler. Kegiatan ini merupakan sarana untuk

mendapatkan permukaan yang benar-benar halus dan rata yang dihasilkan oleh penerapan

 bahan finishing berikutnya. Oleh karena itu kegiatan ini merupakan tahap yang sangat penting

dalam keseluruhan proses finishing dan memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Filler

dapat diperoleh dalam bentuk pasta atau cairan dan biasanya diterapkan dengan menggunakan

kuas dengan arah gerakan sejajar serat bambu. Segera setelah filler tersebut mulai pudar maka

ambillah kelebihannya dengan cara dilap dengan kain katun dengan arah gerakan lurus danmelintang serat atau dengan arah gerakan melingkar pada seluruh permukaan papan agar filler

tersebut benar-benar masuk ke dalam pori bambu. Permukaan yang telah diberi filler

selanjutnya dibiarkan mengering. Setelah filler tersebut mengeras maka permukaannya harus

diampelas sampai halus dan dibersihkan dari serbuk atau debu ampelasan kemudian disimpan

di tempat yang bersih untuk penerapan sealer.

Tahap berikutnya adalah penyegelan (sealing). Bahan yang digunakan pada tahap ini

adalah sanding sealer. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menutupi permukaan papan bambu

dan mencegah terjadinya penyerapan bahan finishing berikutnya yang diterapkan berturut-

turut pada permukaan papan bambu tersebut. Setelah sanding sealer yang diterapkan pada

 permukaan papan bambu kering maka permukaan tersebut harus diampelas dengan kertas

ampelas yang halus dan sesudah itu siap untuk dilapisi bahan finishing yang telah dipilih

sebagai lapisan atas.Setelah penyegelan, tahap berikutnya adalah penerapan bahan finishing (lacquer )

sebagai lapisan atas atau top coat . Cara penerapan bahan finishing ini yang paling baik

adalah dengan menggunakan semprotan. Bahan finshing ( lacquer  ) harus diencerkan

dengan thinner agar diperoleh kekentalan tertentu sehingga mudah disemprotkan. Banyaknya pelapisan bahan finishing pada produk dari bambu lamina tergantung pada keinginan dan

 biaya yang tersedia. Karena begitu bervariasinya sifat bahan finishing maka sangatlah penting

untuk selalu mengikuti prosedur yang dianjurkan oleh produsen bahan finishing tersebut agar

diperoleh kualitas hasil finishing yang baik. Saat ini juga tersedia bahan finishing larut air

yang lebih ramah lingkungan. Proses penerapan bahan finishing larut air sama dengan yang

larut minyak, perbedaannya adalah pada pengaturan kekentalannya yang dilakukan dengan

mengatur perbandingan antara bahan fininshing dengan air.

Alat yang biasa digunakan dalam penerapan bahan finishing antara lain adalah kuas,

semprotan, mesin pelapis tipe tirai atau tipe rol. Akan tetapi cara atau metode penerapan bahan

finishing yang banyak dilakukan di industri mebel adalah dengan cara penyemprotan,

sedangkan kuas masih digunakan di industri mebel sekala kecil dan untuk kegiatan perbaikan.

Di bawah ini akan dikemukanan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian

semprotan.

Dalam penggunaan semprotan untuk penerapan bahan finishingada dua komponen

yang sangat perlu diperhatikan yaitu unit kompresor dan alat penyemprot itu sendiri. Pada

Page 5: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 5/10

kompresor harus diupayakan agar kapasitasnya (volume udara yang ditekan) melebihi dari

volume udara yang diperkukan dan udara yang dikeluarkan bersih, kering serta memiliki

tekanan tertentu. Sedangkan pada unit alat penyemprot beberapa hal perlu dipertimbangkan

dalam memilih alat yang tepat adalah :

1. Volume udara pada kompresor yang tersedia atau yang diperlukan

2. Obyek atau permukaan yang akan disemprot

3. Tipe atau system kerjanya (manual atau otomatis)4. Volume dan jenis bahan finishing yang akan diterapkan

5. Berat semprotan

Agar diperoleh hasil yang memuaskan maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam

teknik penerapan bahan finishing dengan semprotan antara lain :

a. Agar diperoleh lapisan film yang seragm maka penyemprotan harus tegak lurus pada

 permukaanyang disemprot, arah gerakannya harus sejajar, kecepatannya seragm dan

 bagian yang tumpang tindih (spray overlap) berkisar antara 30 – 50%.

 b. Jarak antara alat penyemprot dengan permukaan yang disemprot jangan terlalu dekat dan

 jangan terlalu jauh, usahakan 20 cm atau sesuai dengan petunjuk pemakaian alat yang

digunakan. Jika jaraknya terlalu jauh maka akan terjadi cacat berupa kulit jeruk (orange

 peel), karena pelarut (solvent) dari bahan finishing banyak yang hilang sehingga bahan

finishing yang mencapai permukaan terlalu kering. Jika jaraknya terlalu dekat maka akan

terjadi cacat berupa penumpukan bahan finishing dan akhirnya meleleh ke bawah (running

atau sagging), sehingga lapisan finishing tidak rata.

c. Seluruh bahan dan peralatan yang digunakan harus bersih

d. Sangat penting untuk memperhatikan tekanan yang tetap dan konstan

e. Picu semprotan pada saat memulai kegiatan dan hentikan pada bagian akhir untuk setiap

arah gerakan penyemprotan

f. Kecuali untuk obyek yang melengkung, semprotan jangan pernah bergerak melengkung

melainkan harus bergerak dalam garis lurus.

III. FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN

INDUSTRI BAMBU LAMINA

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan industri bambu lamina

adalah :

A. Persyaratan Bahan Baku Bambu

Pada prinsipnya semua jenis bambu dapat digunakan sebagai bahan baku untuk bambu

lamina asalkan mempunyai diameter yang cukup besar, dinding bambunya tebal, batang

 bambu lurus dan pengurangan diameter (taper) yang rendah. Bambu harus cukup tua sehingga

tidak mengalami cacat (perubahan bentuk) dalam proses pengeringannya. Dengan kondisi batang bambu yang demikian akan diperoleh rendemen yang relatif tinggi. Beberapa jenis

 bambu yang sesuai untuk bambu lamina antara lain adalah bambu andong (Gigantochloa

 pseudoarundinacea), bambu betung ( Dendrocalamus asper ), bambu mayan ( G. robusta ),

dan bambu hitam ( G. atroviolacea ).

Page 6: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 6/10

B. Tersedianya Pasokan Bambu Secara Berkesinambungan

Seperti kita ketahui bahwa tanaman bambu milik rakyat pada umumnya luasnya sangat

kecil dan tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu untuk menjamin kelangsungan industri

 bambu lamina perlu disediakan tanaman bambu yang cukup luas misalnya tanaman bambu

hasil usaha KUHR (Kredit Usaha Hutan Rakyat), tanaman bambu hasil usaha kemitraan, atau

tanaman bambu dari suatu perusahaan. Perum Perhutani sebaiknya membangun kelas

 perusahaan bambu seperti halnya di Cina untuk memasok industri pengolahan bambu. Disamping itu Perum Perhutani dapat menanam bambu pada tepi hutan terutama yang berbatasan

dengan desa serta pada daerah tepian sungai sebagai tanaman konservasi tanah.

C. Proses Pembuatan Bilah

Bambu yang bentuknya bulat dan berlubang memerlukan biaya angkut yang tinggi

sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu pembuatan bilah bambu jika memungkinkan

dilakukan di hutan sehingga dengan alat angkut yang sama dapat diangkut bilah bambu

hasil pembelahan ( yang akan diproses lebih lanjut ) dengan volume/berat yang lebih besar

dan limbah yang terjadi dapat dikembalikan ke areal hutan bambu. Di samping itu masyarakat

di sekitar hutan dapat dilibatkan dalam proses produksi bambu lamina dan pada akhirnya

 pengembangan pemanfaatan bambu untuk bambu lamina dapat menunjang usaha pemerintahdalam meningkatkan ekonomi kerakyatan.

D. Perekat

Perekat merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan bambu lamina.

Macam dan kualitas perekat sangat menentukan kualitas bambu lamina yang dihasilkan. Pada

garis besarnya ada dua macam perekat yaitu perekat interior dan perekat eksterior. Perekat

interior adalah perekat yang hanya tahan terhadap lingkungan dalam ruangan, yaitu tidak

 berhubungan langsung dengan cuaca luar misalnya perekat urea formaldehida. Perekat

eksterior adalah perekat yang tahan terhadap pengaruh cuaca luar, yang berarti tahan terhadap

 pengaruh air yang terus menerus misalnya perekat fenol formaldehida. Pemilihan macam

atau jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan bambu lamina sangat dipengaruhi olehtujuan penggunaan dan anggaran yang tersedia. Dalam proses perekatan terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi kualitas hasil perekatan yaitu benda yang direkat (dalam hal ini adalah bilah

 bambu), perekat (macam dan komposisi perekat) dan kondisi perekatan/pengempaan (suhu,

lamanya pengempaan dan besarnya tekanan).

E. Mesin dan Peralatan

Dalam mengembangkan industri bambu lamina diperlukan beberapa mesin dan

 peralatan minimum yang harus tersedia yaitu gergaji potong, alat /mesin pembelah bambu,

mesin serut, bak pengawetan, dapur pengering, timbangan, mixer (pengaduk perekat), pelabur

 perekat, dan mesin kempa (dingin atau panas), kompresor dan mesin ampelas.

F. Finishing

Untuk memproduksi produk dengan bahan dasar bambu lamina, dengan kualitas

finishing yang tinggi dan biaya minimum serta sedikit yang cacat, ada beberapa hal lain yang

 perlu diperhatikan disamping pemakaian bahan finishing yang berkualitas tinggi serta metode

 penerapan yang tepat, di antaranya adalah :

1. Pencegahan kebakaran di ruang finishing

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah ; bahan-bahan yang mudah

terbakar harus disimpan dengan hati-hati, kaleng-keleng yang bocor harus diperiksa,

Page 7: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 7/10

ruangan harus bebas rokok, ventilasi udara harus cukup, buanglah sampah dan kain bekas

yang telah penuh dengan bahan finishing, bersihkan tempat penyemprotan dari kelebihan

 bahan finishing yang disemprotkan dan pasang alat pemadam kebakaran yang memadai.

2. Keselamatan kerja bagi operator 

Untuk melindungi operator atau pekerja dari bahaya yang mengganggu kesehatannya serta

kecelakaan yang dapat menimpanya maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ; Ikuti

dan terapkan program keselamatan kerja yang telah dibuat, Desain serta konstruksi bangunan serta peralatan harus sesuai dengan persyaratn yang ditentukan dan sedapat

mungkin memberikan kondisi yang sehat dan bersih secara maksimum, alat bantu

 pernapasan, masker atau pelindung kepala harus selalu dipakai, lantai harus selalu bersih

dan gang-gang harus bebas dari hambatan, pakailah cream atau lotion untuk melindungi

kulit, jangan pernah membersihkan spray booth atau kipas angin yang sedang

dioperasikan, jangan pernah mencoba mengangkat drum yang berisi bahan finishing atau

kaleng yang berat tanpa memakai alat bantu dan jangan main-main (bercanda) pada saat

menggunakan peralatan yang berbahaya.

3. Penerangan yang bagus adalah mutlak 

Penerangan yang jelek mengakibatkan mata lelah sehingga pekerjaan tidak dapat

dilakukan dengan baik dan banyak yang cacat. Untuk mendapatkan refleksi cahaya yangmaksimum maka seluruh dinding dan atap harus dicat dengan warna yang terang.

4. Penyimpanan dan penanganan bahan finishing

Agar diperoleh hasil yang bagus maka bahan finishing harus disimpan dan ditangani

dengan baik dan tepat dalam kondisi yang sesuai. Untuk mencapai tujuan tersebut

 beberapa hal yang dapat dilakukan adalah ; pakailah bahan finishing yang lama terlebih

dahulu, simpanlah bahan finishing dalam ruangan dengan suhu yang sesuai dan jangan

diekspose di luar, aduklah bahan finishing secara menyeluruh sebelum dicampur dengan

thinner, encerkan bahan finishing secara tepat, gunakan bahan dengan jumlah yang tepat,

 jangan menghamburkan bahan finishing dan thinner dan hanya menggunakan peralatan

yang tepat/baik pada setiap saat.

IV. PENUTUP

Tanaman bambu khususnya yang berdiameter besar dan dinding bambunya tebal dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku bambu lamina untuk pengganti papan atau balok kayu

sehingga dapat diperoleh nilai tambah yang tinggi. Pengembangan industri bambu lamina

dapat menunjang usaha pemerintah dalam meningkatkan ekonomi kerakyatan. Dalam proses

 pembuatan bambu lamina kegiatan pembuatan bilah jika memungkinkan dilakukan di hutan

atau daerah sekitar hutan sehingga biaya angkutnya murah, limbah yang terjadi dapat

dikembalikan ke hutan dan masyarakat sekitar hutan dapat terlibat dalam proses produksi

 bambu lamina.

Sumber daya bambu yang cukup melimpah di Indonesia perlu ditingkatkan pengelolaan

dan pemanfaatannya dan diberi perhatian dengan sungguh-sungguh agar dapat memberisumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pengembangan industri bambu lamina

harus didukung oleh kebijakan pemerintah meliputi penyediaan bahan baku yang

 berkesinambungan, pengembangan industri serta pemasaran produknya. Di samping itu perlu

dilakukan sosialisasi budidaya bambu kepada masyarakat luas, dan kegiatan penelitian perlu

diarahkan untuk meningkatkan teknologi pembuatan bambu lamina yang sesuai dengan

kondisi di Indonesia.

Page 8: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 8/10

DAFTAR PUSTAKA

Barly. 1999. Petunjuk Teknis Pengawetan Bambu untuk Bahan Konstruksi Bangunan dan

Mebel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi

Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.

Sastrapraja,S., E.A. Widjaja, S. Prawiroatmodjo dan S. Soenarko. 1977. Beberapa Jenis

Bambu. Lembaga Biologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

Sulastiningsih, I.M., Nurwati & A. Santoso, 2005. Pengaruh lapisan kayu terhadap sifat bambu

lamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(1): 15-22. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Indonesia.

Sulastiningsih, I.M., Nurwati & A. Santoso, 2012. Pengaruh jenis bambu, waktu kempa dan

 perlakuan pendahuluan bilah bambu terhadap sifat papan bambu lamina. Manuskrip

Jurnal Penelitian Hasil Hutan.

Widjaya, E.A. 2001. Identikit Jenis-jenis bambu di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi, LIPI. Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriense, Bogor. Indonesia.

Page 9: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 9/10

GEL R TEKNOLOGI TEP T GUN

Semarang, 2 Oktober 2012

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA

Oleh:

I.M. Sulastiningsih

PENELITI PADA PUSAT LITBANG KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN

PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Email : [email protected]

Page 10: Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

7/21/2019 Teknologi Pembuatan Bambu Lamina

http://slidepdf.com/reader/full/teknologi-pembuatan-bambu-lamina 10/10