Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

12
1 TEKNIK KONVERSI SKOR MENTAH HASIL TES MENJADI NILAI STANDAR BERSKALA LIMA (STANFIVE) Oleh: Drs. Marsudi, M.Ag. A. Pendahuluan Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh peserta didik (mahasiswa) terhadap materi atau bahan yang diteskan. Nilai, juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh pendidik (dosen) kepada mahasiswa atas jawaban betul yang diberikannya dalam tes hasil belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya. Untuk sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakekatnya masih merupakan skor-skor mentah perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat dikonversi menjadi skor yang sifatnya baku atau standar. Bagaimana cara mengkonversi raw score (skor mentah) menjadi standard score (nilai standar) ? Pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh tulisan ini. Pembahasan hanya dibatasi pada teknik konversi skor mentah menjadi nilai standar berskala lima (nilai A, B, C, D dan E) yang banyak digunakan dalam evaluasi belajar di perguruan tinggi. B. Kesalahan-kesalahan dalam Penilian Prestasi Belajar Peserta Didik Sebelum masuk ke dalam pembahasan tentang metode konversi skor seperti disebutkan di atas, maka akan diuraikan berbagai kesalahan yang sering dilakukan dosen dalam memberikan penilian akhir terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rentangan nilai terlalu kecil Sering dijumpai seorang dosen dalam penilian belajar mahasiswanya menggunakan rentangan nilai yang terlalu kecil, misalnya hanya nilai D dan C saja. Nilai D merupakan nilai yang belum cukup untuk meluluskan mahasiswa, sedangkan nilai C merupakan nilai cukup atau meluluskan. Dalam hal ini, seorang dosen tidak mau meluaskan rentangan nilai-nilainya sehingga penilaian tersebut tidak memberikan gambaran diferensiasi nilai yang realistik. 1 2. Penilaian yang Terlalu Murah atau Mahal 1 Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal.150.

Transcript of Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

Page 1: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

1

TEKNIK KONVERSI SKOR MENTAH HASIL TESMENJADI NILAI STANDAR BERSKALA LIMA (STANFIVE)

Oleh: Drs. Marsudi, M.Ag.

A. Pendahuluan

Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh peserta didik (mahasiswa) terhadap materi atau bahan yang diteskan. Nilai, juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh pendidik (dosen) kepada mahasiswa atas jawaban betul yang diberikannya dalam tes hasil belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya.

Untuk sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakekatnya masih merupakan skor-skor mentah perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat dikonversi menjadi skor yang sifatnya baku atau standar. Bagaimana cara mengkonversi raw score (skor mentah) menjadi standard score (nilai standar) ? Pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh tulisan ini. Pembahasan hanya dibatasi pada teknik konversi skor mentah menjadi nilai standar berskala lima (nilai A, B, C, D dan E) yang banyak digunakan dalam evaluasi belajar di perguruan tinggi.

B. Kesalahan-kesalahan dalam Penilian Prestasi Belajar Peserta DidikSebelum masuk ke dalam pembahasan tentang metode konversi skor seperti

disebutkan di atas, maka akan diuraikan berbagai kesalahan yang sering dilakukan dosen dalam memberikan penilian akhir terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rentangan nilai terlalu kecilSering dijumpai seorang dosen dalam penilian belajar mahasiswanya

menggunakan rentangan nilai yang terlalu kecil, misalnya hanya nilai D dan C saja. Nilai D merupakan nilai yang belum cukup untuk meluluskan mahasiswa, sedangkan nilai C merupakan nilai cukup atau meluluskan. Dalam hal ini, seorang dosen tidak mau meluaskan rentangan nilai-nilainya sehingga penilaian tersebut tidak memberikan gambaran diferensiasi nilai yang realistik.1

2. Penilaian yang Terlalu Murah atau MahalPada dasarnya seorang dosen berhak untuk menentukan acuannya sendiri

dalam penilian prestasi belajar mahasiswanya. Namun, dengan kewenangan ini tidak berarti bahwa ia boleh melakukan penilaian yang terlalu murah atau terlalu mahal. Penilaian yang demikian sering disebabkan oleh situasi kelas. Misalnya, para mahasiswa kurang menghargai mata kuliah yang diampunya sehingga dosen membuat mahal dalam menilai prestasi belajar mereka.

3. Penilaian yang Tidak ReliabelYang dimaksud penilaian yang tidak reliabel adalah penilaian yang tidak

berdasarkan acuan yang relevan, sehingga nilai yang diperoleh mahasiswa berubah-ubah, tidak mewakili prestasi yang sesungguhnya. Misalnya, penilaian yang didasarkan atas rasa suka-kurang suka, famili-bukan famili, aktifis-bukan aktifis dan sebagainya.Sikap dosen yang demikian mudah dibaca oleh mahasiswa sehingga mengundang sikap-sikap negatif dari mereka.

4. Penilaian yang tidak MenyeluruhPenilaian yang tidak menyeluruh dapat disebabkan oleh berbagai hal. Di

antaranya, soal ujian yang tidak mencakup keseluruhan bahan, aneka behaviour yang mau dicapai dalam tujuan instruksional tidak dapat dinilai seluruhnya, penilian hanya satu kali dalam satu periode, jawaban bertingkat tidak diperiksa secara menyeluruh, tipe tes yang dipaki tidak mampu mengungkap keseluruhan tingkah laku dan sebagainya.2

1 Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal.150.

Page 2: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

2

C. Perbedaan antara Skor dengan NilaiSkor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan

angka-angka dari setiap soal tes (item) yang dijawab betul oleh peserta didik. Sedangkan nilai adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni Acuan Standar atau Acuan Norma.3

Dari definisi di atas, tampak bahwa skor dan nilai merupakan dua istilah yang berbeda. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang memperoleh skor 70 bagi suatu tes yang menghendaki skor maksimum 70, maka peserta didik tersebut menguasai 100% materi soal yang diujikan. Akan tetapi jika skor 70 tersebut diperoleh dari suatu tes yang menghendaki skor maksimum 100, maka skor tersebut mencerminkan bahwa siswa yang bersangkutan hanya menguasai 70% materi soal yang diujikan. Bila skor tersebut dikonversi ke dalam bentuk nilai, maka tentu saja keduanya berbeda meskipun masing-masing diambil dari skor yang sama.

D. Mengkonversi Skor Mentah Menjadi Nilai A, B, C, D dan EPengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai

huruf menggunakan patokan sebagai berikut:4

---------------> AMean(rata-rata) 1,5 SD(standar deviasi)---------------> BMean 0,5 SD---------------> CMean 0,5 SD---------------> DMean 1,5 SD---------------> E

Cari penggunaan exel mengenai mencari rata-rata dan standar deviasi

Sebelum dilakukan proses konversi skor mentah ke dalam nilai A, B, C, D dan E maka perlu dipersiapkan daftar skor berupa skor rata-rata dari berbagai komponen penilaian seperti Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), skor kehadiran kuliah, skor tugas dan sebagainya. Misalkan, dalam mata kuliah Bahasa Arab yang diikuti 50 mahasiswa, di mana skor maksimum ideal adalah 100, diperoleh skor rata-rata dari UTS, UAS, tugas dan kehadiran sebagai berikut:

TABEL I: DAFTAR SKOR RATA-RATA PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB

NomorUrut mhs

Skor mentah

NomorUrut mhs

Skor mentah

NomorUrut mhs

Skor mentah

NomorUrut mhs

Skor mentah

NomorUrut mhs

Skor mentah

1 63 11 58 21 56 31 62 41 582 54 12 52 22 51 32 54 42 523 50 13 49 23 48 33 50 43 494 48 14 46 24 45 34 47 44 465 43 15 40 25 33 35 42 45 396 61 16 57 26 64 36 60 46 567 53 17 51 27 55 37 53 47 518 49 18 49 28 50 38 49 48 489 47 19 46 29 48 39 47 49 4510 42 20 38 30 45 40 42 50 37

Langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka mengubah skor-skor mentah prestasi belajar di atas menjadi nilai standar berskala lima adalah sebagai berikut:5 1. Menentukan banyaknya kelas interval. Adapun caranya adalah sebagai berikut:

Page 3: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

3

a. Mencari Range dengan rumus skor tertinggi (Highest score:H) dikurangi skor terendah (Lowest score:L). Dari daftar skor mentah di atas tampak bahwa H: 64, sedangkan L: 33. Dengan demikian range-nya adalah 31.

b. Membagi range ke dalam interval-interval dengan rumus ci = R + 1 i

Misalnya ditentukan intervalnya (i) = 3, sedangkan R sudah diketahui, yaitu 31,

maka ci = R + 1= 31 + 1= 11 (pembulatan) i 3

Dengan demikian, skor hasil belajar dari 50 mahasiswa tersebut dikelompokkan menjadi 11 kelas interval. Masing-masing kelas terdiri dari 3 angka atau interval 3. Penambahan angka 1 pada hasil bagi antara range dan interval dimaksudkan agar pendidik mempunyai peluang untuk menambah skor tertinggi atau mengurangi skor terendah. Dalam data skor pada table I di atas skor tertinggi adalah 64, sehingga jika ditambah 1 maka menjadi 65. Dengan demikian angka 65 ditempatkan di sebelah kanan atas tabel, sedangkan di sebelah kirinya adalah angka 63 (interval 3). Maka angka pada kelas interval tertinggi adalah 63-65. Selanjutnya diurut ke bawah di mana setiap kelas memuat 3 angka.

2. Menghitung frekuensi (f) yang mentabulasikan tiap-tiap skor ke dalam kelasnya. Misalnya mahasiswa yang memperoleh skor antara 63-65 ada 2 orang, maka f: 2.

3. Menentukan deviasi yang disingkat dengan tanda d. Caranya adalah meletakkan mean duga (Md) dengan angka 0 (nol) pada kelas interval yang memiliki frekuensi tertinggi. Selanjutnya meletakkan angka-angka secara berurutan di atas angka 0 dan diberi tanda + (positif). Sedangkan di bawah angka 0 diletakkan angka-angka secara berurutan ke bawah dan diberi tanda – (negatif).

4. Mengalikan angka-angka frekuensi (f) dengan angka-angka deviasi (d) : fd5. Menghitung fd2 dengan mengalikan angka-angka deviasi (d) dengan angka-angka

pada fd. Untuk lebih jelasnya uraian di atas ditampilkan dalam tabel berikut:

TABEL II: DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR-SKOR MENTAHPRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB

Kelas Interval f d fd fd2

63-65 2 +5 10 5060-62 3 +4 12 4857-59 3 +3 9 2754-56 5 +2 10 3052-53 7 +1 7 748-50 11 0 0 045-47 9 -1 -9 942-44 5 -2 -10 2039-41 2 -3 -6 1836-38 2 -4 -8 3233-35 1 -5 -5 25

ΣN: 50 Σfd: +10 Σfd2 : 256

Langkah selanjutnya adalah mencari angka rata-rata (mean) dari tabel di atas

dengan menggunakan rumus: 6 M: Md + i (Σfd) N

Pada tabel II di atas tampak bahwa mean duga (Md) terletak antara 48 dan 50. Untuk memperoleh mean duga maka 48 ditambah dengan 50, kemudian dibagi 2, sehingga diperoleh Md = 98:2 = 49. Setelah Md diketahui maka mean dapat dicari sebagai berikut:

M = Md + i (Σfd) N

Page 4: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

4

= 49 + 3 (10) 50

= 49 + 30 50

= 49 + 0,6= 49,6 BISA DI DAPATKAN DENGAN CARA PENGHITUNGAN EXEL

(CARANYA MUDAH)

Langkah selanjutnya adalah mencari Standar Deviasi (SD) dengan rumus:7

SD= i√Σfd2 – (Σfd)2

N N

Dengan rumus tersebut, maka dapat diketahui Standar Deviasi sebagai berikut:

SD = 3√256 – (10)2

50 50

= 3√5,12– (1)2

5

= 3 √5,12– (1) 25

= 3 √5,12– 0,04

= 3 √5,08

= 3 x 2,25

= 6,75 BISA DI DAPATKAN DENGAN CARA PENGHITUNGAN EXEL (CARANYA MUDAH)

Setelah mengetahui Mean dan Standar Deviasi (M = 49,6 dan SD = 6,75), langkah berikutnya adalah menjabarkan skor mentah dari 50 mahasiswa tersebut ke dalam nilai A, B, C, D dan E dengan menggunakan rumus:M + 1,5 (SD) = A (Amat Baik)M + 0,5 (SD) = B ( Baik)M-0,5 (SD) = C (Cukup)M-1,5 (SD) = D (Kurang)<M-1,5 (SD) = E (Gagal/tidak lulus)

Dengan rumus ini, maka skor nilai dapat dikonversikan ke nilai huruf berdasarkan patokan sebagai berikut:49,6 + 1,5 (6,75) = 59,725 (60) 49,6 + 0,5 (6,75) = 52,975 (53)49,6 - 0,5 (6,75) = 46,225 (46)49,6 - 1,5 (6,75) = 39,475 (39)

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dibuat tabel konversi skor mentah prestasi belajar mata kuliah Bahasa Arab ke dalam nilai A, B, C, D dan E sebagai berikut:

Page 5: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

5

TABEL III: STANDAR KONVERSI DARI SKOR MENTAH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB KE DALAM NILAI A, B, C, D DAN E

SKOR MENTAH NILAI HURUF60 ke atas A53-59 B46-52 C39-45 D38 ke bawah E

Dengan mengacu pada tabel standar konversi ini, skor-skor mentah yang dimiliki masing-masing mahasiswa (tabel I) dapat dikonversi menjadi nilai-nilai sebagaimana tampak dalam tabel berikut:

TABEL IV : HASIL KONVERSI DARI SKOR MENTAH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB KE DALAM NILAI A, B, C, D DAN E

Skor mentah

Nilai hrf

Skor mentah

Nilai hrf

Skor mentah

Nilai hrf

Skor mentah

Nilai hrf

Skor mentah

Nilai hrf

63 A 58 B 56 B 62 A 58 B54 B 52 C 51 C 54 B 52 C50 C 49 C 48 C 50 C 49 C48 C 46 C 45 D 47 C 46 C43 D 40 D 33 E 42 D 39 D61 A 57 B 64 A 60 A 56 B53 B 51 C 55 B 53 B 51 C49 C 49 C 50 C 49 C 48 C47 C 46 C 48 C 47 C 45 D42 D 38 E 45 D 42 D 37 E

Teknik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil belajar menjadi nilai standar seperti dipaparkan di atas adalah teknik yang mendasarkan diri pada Norma atau Kelompok (Norm Referenced Evaluation). Teknik ini dikenal juga dengan sebutan Standar Relatif. Selain Standar Relatif sering juga dipakai Standar Mutlak yang mendasarkan diri pada Kriterium (Criterion Referenced Evaluation). 8

Dengan menggunakan Standar Relatif sebagaimana disebutkan di atas 38 mahasiswa atau 76% dari 50 mahasiswa pengambil mata kuliah Bahasa Arab dinyatakan lulus. Secara rinci data tersebut disajikan dalam tabel berikut:

TABEL V:FREKUENSI DAN PERSENTASE PEROLEHAN NILAI A, B, C, D DAN E

DARI SKOR MENTAH HASIL BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB

Page 6: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

6

SKOR NILAI FREKUENSI PERSENTASE60-64 A 5 10%53-59 B 10 20%46-52 C 23 46%39-45 D 9 18%33-38 E 3 6%

Jumlah 50 100%

Penentuan nilai dengan menggunakan Standar Relatif ini lebih tepat diterapkan sebab dipandang lebih adil, wajar dan manusiawi. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa dalam tes, baik tengah maupun akhir semester sering ditemukan sebagian besar mahasiswa mempunyai nilai yang jelek. Sebagai contoh dalam mata kuliah Bahasa Arab di atas sebagian besar mahasiswa hanya meraih nilai 45 ke bawah. Dalam keadaan ini mahasiswa yang meraih nilai 50, 55 atau 60, apalagi 70 harus dipandang sebagai mahasiswa yang memiliki kemampuan atau tingkat penguasaan yang tergolong tinggi dibanding yang lainnya. Sekalipun seorang mahasiswa hanya meraih nilai 55, namun secara relatif ia termasuk mahasiswa yang memiliki kepandaian lebih daripada yang lain dalam kelompoknya. Dengan kata lain, standing position-nya berada di atas nilai rata-rata kelompoknya.

Untuk menunjukkan perbedaan mencolok hasil akhir pengubahan skor mentah menjadi nilai yang menggunakan Standar Mutlak dengan yang menggunakan Standar Relatif, berikut dilakukan pembandingan antara keduanya. Untuk keperluan tersebut data berupa skor-skor mentah dalam tabel I dikonversi dulu menjadi nilai standar dengan menggunakan Standar Mutlak (skor maksimum ideal 100). Hasilnya dibandingkan dengan nilai akhir yang menggunakan Standar Relatif (tabel VI).

TABEL VI: PERBANDINGAN NILAI AKHIR PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB YANG PENENTUAN NILAI STANDARNYA

MENGGUNAKAN STANDAR MUTLAK DAN RELATIF

No.

Skor Mentah Sebelum dikonversi

Setelah dikonversi dengan menggunakan Standar Mutlak dengan rumus Nilai = (Skor:SMI) x 100 dan diubah menjadi nilai A, B, C, D dan E

Setelah dikonversi dengan menggunakn Standar Relatif Skala Lima (Nilai A, B, C, D dan D)

(1) (2) (3) (4)1 63 63/ 100 x 100 = 63 =C A2 54 54/ 100 x 100 = 54 =D B3 50 50/ 100 x 100 = 50 =D C4 48 48/ 100 x 100 = 48 =D C5 43 43/ 100 x 100 = 43 =E D6 61 61/ 100 x 100 = 61 =C A7 53 53/ 100 x 100 = 53 =D B8 49 49/ 100 x 100 = 49 =D C9 47 47/ 100 x 100 = 47 =D C

10 42 42/ 100 x 100 = 42 =E D11 58 58/ 100 x 100 = 58 =C B12 52 52/ 100 x 100 = 52 =D C13 49 49/ 100 x 100 = 49 =D C14 46 46/ 100 x 100 = 46 =D C15 40 40/ 100 x 100 = 40 =E D16 57 57/ 100 x 100 = 57 =C B

Page 7: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

7

17 51 51/ 100 x 100 = 51 =D C18 49 49/ 100 x 100 = 49 =D C19 46 46/ 100 x 100 = 46 =D C20 38 38/ 100 x 100 = 38 =E E21 56 56/ 100 x 100 = 56 =C B22 51 51/ 100 x 100 = 51 =D C23 48 48/ 100 x 100 = 48 =D C24 45 45/ 100 x 100 = 45 =E D25 33 33/ 100 x 100 = 33 =E E26 64 64/ 100 x 100 = 64 =C A27 55 55/ 100 x 100 = 55 =D B28 50 50/ 100 x 100 = 50 =D C29 48 48/ 100 x 100 = 48 =D C30 45 45/ 100 x 100 = 45 =E D31 62 62/ 100 x 100 = 62 =C A32 54 54/ 100 x 100 = 54 =D B33 50 50/ 100 x 100 = 50 =D C34 47 47/ 100 x 100 = 47 =D C35 42 42/ 100 x 100 = 42 =E D36 60 60/ 100 x 100 = 60 =C A37 53 53/ 100 x 100 = 53 =D B38 49 49/ 100 x 100 = 49 =D C39 47 47/ 100 x 100 = 47 =D C40 42 42/ 100 x 100 = 42 =E D41 58 58/ 100 x 100 = 58 =C B42 52 52/ 100 x 100 = 52 =D C43 49 49/ 100 x 100 = 49 =D C44 46 46/ 100 x 100 = 46 =D C45 39 39/ 100 x 100 = 39 =E D46 56 56/ 100 x 100 = 56 =C B47 51 51/ 100 x 100 = 51 =D C48 48 48/ 100 x 100 = 48 =D C49 45 45/ 100 x 100 = 45 =E D50 37 37/ 100 x 100 = 37 =E E

Bertitik tolak dari data yang disajikan di atas maka dapat dibuat tabel ikhtisar yang memuat gambaran tentang mahasiswa yang berhasil meraih nilai A, B, C, D dan E kalau konversi skor mentahnya menggunakan Standar Mutlak dan Standar Relatif (tabel VII)

TABEL VII: PERBANDINGAN JUMLAH MAHASISWA YANG MEMPEROLEH NILAI A, B, C, D DAN E

KETIKA DIGUNAKAN STANDAR MUTLAK DAN RELATIF

Nilai Jumlah dan persentase mahasiswa ketika konversi menggunakan Standar Mutlak

Jumlah dan persentase mahasiswa ketika konversi menggunakan Standar Relatif

Angka Huruf

80-100 A 0 0% 5 10%66-79 B 0 0% 10 20%56-65 C 10 20% 23 46%46-55 D 28 56% 9 18%0-45 E 12 24% 3 6%

50 100% 50 100%

Page 8: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

8

Dari tabel VII terlihat jika nilai C merupakan nilai minimal bagi mahasiswa yang dinyatakan lulus, maka dengan menggunakan Standar Mutlak jumlah mahasiswa yang lulus hanya 10 orang (20%) saja. Sebaliknya, jika konversi menggunakan Standar Relatif, maka mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah 38 orang (76%).

Adapun konversi skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sebelas dapat dilakukan seperti langkah-langkah yang telah di paparkan di atas. Hanya saja patokan yang digunakan adalah sebagai berikut:

PENGOLAHAN SKOR MENTAH HASIL TESMENJADI NILAI STANDAR BERSKALA SEBELAS (STANEL)

DIGUNAKAN DI SEKOLAH MENENGAH

10 M + 2,25 SD 9 M + 1,75 SD 8 M + 1,25 SD 7 M + 0,75 SD 6 M + 0,25 SD 5 M - 0,25 SD 4 M - 0,75 SD 3 M - 1,25 SD 2 M - 1,75 SD 1 M - 2,25 SD E. Kesimpulan

Teknik konversi skor mentah hasil belajar -berupa skor rata-rata dari berbagai tes dan komponen lain seperti kehadiran dan tugas- dengan mendasarkan diri pada Standar Relatif yang dikenal juga dengan istilah Penilaian Beracuan Norma (PAN) atau Penilaian Beracuan Kelompok (PAK) lebih tepat digunakan pendidik di perguruan tinggi dalam menentukan nilai akhir prestasi belajar mahasiswanya. Dengan menggunakan standar ini pendidik akan terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam penilaian prestasi belajar mahasiswa seperti rentangan nilai terlalu kecil, penilaian terlalu murah atau mahal serta penilaian yang tidak reliable.

2

? Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, Penilian Hasil Belajar, Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993, hal. 149.3

? Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal. 240.4

? Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1998, hal. 329.5

? Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 195-198. Bandingkan juga dengan Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988, hal. 126-127.6

? Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 2617

? Ahmad Rohani, Op.Cit., hal. 2098

? Tentang penilaian beracuan kriterium dan norma, lihat: Anas Sudijono, Op.Cit., hal 313-327.

Page 9: Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes

9

CATATAN AKHIR