TEKBEN DORMANSI
description
Transcript of TEKBEN DORMANSI
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
No. Perlakuan Komoditi
Parameter
Vigor Less
Vigor Abnormal Mati
1
Skarifikasi
Diamplas Saga
0 10 0 0
Kontrol 0 0 0 10
Jumlah 0 10 0 10
Presentase 0 50% 0 50%
2
Dilukai Semangka
3 0 0 7
Kontrol 1 2 0 7
Jumlah 4 2 0 14
Presentase 20% 10% 0 70%
Parameter
N Ab BM BK BT
T
3
Stratifikasi
Suhu
50OC
Kedelai
9 1 0 0 0
Kontrol 9 0 1 0 0
Jumlah 18 1 1 0 0
Presentase 90% 5% 5% 0 0
4
Suhu
60OC Padi
0 0 10 0 0
Kontrol 0 0 10 0 0
Jumlah 0 0 20 0 0
Presentase 0 0 100% 0 0
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Skarifikasi
Benih saga merupakan benih yang tergolong benih keras. Dalam mematahkan
dormansi perlu dilakukan suatu perlakuan guna mempercepat keluarnya calon akar dan
tunas. Kerasnya benih saga menjadikan suatu kendala dalam proses pembibitan. Akibat
dari hal tersebut menjadikan suatu landasan alasan dilakukannya skarifikasi. Skarifikasi
merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi permeabilitas kulit biji terhadap air dan
gas. Cara skarifikasi dapat diterapkan pada dormansi akibat kulit biji yang keras, agar
kulit biji permeabel terhadap air yang diperlukan dalam proses perkecambahan.
Menurut Andrew N. et al,. (1996) yang inti terjemahannya mengenai benih saga yaitu
skarifikasi dapat menyebabkan air mudah berimbibisi kedalam biji yang juga berakibat
oksigen terlarut ikut terbawa air dan oksigen menyebabkan proses respirasi
berlangsung, energi hasil respirasi akan mengaktivasi pertumbuhan sehingga biji dapat
berkecambah dan pada akhirnya akan mengakhiri dormansi
Dormansi benih saga dapat dipecahkan dengan perlakuan skarifikasi dengan
pengikisan kulit benih.Dengan perlakuan tersebut, daya berkecambah benih dapat
mencapai 97% dibandingkan kontrol hanya 6%.Benih saga diperlakukan secara
skarifikasi tepatnya terkontrol dengan cara diamplas hingga kondisi kotiledon terlihat.
Sedangkan pada benih semangka, diskarifikasi tepatnya terkontrol dengan cara ujung
benih dilukai. Ke dua perlakuan tersebut dilakukan secara berbeda, pastinya karena
benih tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. Dan akahirnya pada
perlakuan skarifikasi tepatnya benih saga yang terkontrol dengan cara diamplas, di
dapat sebuah hasil parameter benih yang less vigor dan mati sejumlah 10 atau 50 %.
Secara otomstis jika dilihat dari parameter vigor dan abnormar sejumlah 0 atau 0 %.
Berbeda lagi dengan perlakuan skarifikasi tepatnya benih semangka yang terkontrol
dengan cara dilukai, di dapat sebuah hasil parameter benih yang vigor 4 atau 20 %, less
vigor 2 atau 10 %, abnormal 0 atau 0 % dan mati sejumlah 14 atau 70 %. Benih
dikatakan telah patah masa dormansi jika menunjukkan nilai persentase benih dorman
kurang dari 5,00% dan dinyatakan sesuai standart pengujian mutu benih, jika
mempunyai nilai daya tumbuh lebih dari 80,00% (UPT PSBTPH, 2009).
Benih dorman mengalami beberapa fase hingga benih dapat melakukan
perkecambahan. Menurut Abidin (1987), pertama-tama benih mengalami fase induksi
yang ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon pertumbuhan (ABA,
sitokinin dan giberelin). Ketika kadar ABA meningkat, biji akan memulai proses
dormansi. ABA akan menekan hormon pertumbuhan lainnya, kemudian terjadi fase
tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest). Akibat menurunnya
kadar hormon pertumbuhan, biji tidak dapat merombak cadangan makanan pada
endosperm, tidak ada hormon pertumbuhan yang menginduksi, maka metabolisme
lemak tidak akan terjadi, selanjutnya fase bertahannya embrio untuk berkecambah
karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Perbedaan kedua benih tersebut
sangatlah terlihat, terutama parameter vigor yang lebih unggul benih semangka daripada
benih saga dan parameter mati yang sedikit pada banih semangka dari pada benih saga.
.Imbibisi air menyebabkan berlangsungnya katabolisme karbohidrat pada biji, namun
ketika kondisi lingkungan tidak mendukung, misalnya kekurangan air, giberelin yang
tidak aktif tidak dapat menginduksi sintesis amilum, sehingga terjadi proses
perkecambahan (germination) yang ditandai dengan meningkatnya hormon dan
aktivitas enzim.
4.2.2 Stratifikasi (Perbandingan Perlakuan dengan Kontrol + Literature)
Pada perlakuan stratifikasi, tepatnya perlakuan control dengan suhu 50⁰ pada
benih kedalai di dapatkan hasil benih berjumlah N 18, Ab 1, BM1 dan BK serta BTT 0.
Hal tersebut berbeda dengan perlakuan stratifikasi tercontrol pada benih padi, di
dapatkan hasil BM 100 % atau berjumlah 20. Perbedaan data merupakan sebuah
kewajaran dalam engamata, apalagi benih yang diamati berbeda dan perlakuan suhunya
juga berbeda. Perbedaan suhu juga mempengaruhi hasil dari stratifikasi, suhu
merupakan salah satu factor luar dalam penentuan atau penunjuang dalam dormasi
benih.
Menurut Yushi Ishibashi et al., (2012) yang inti dari terjemahannya yaitu secara
umum vigor kekuatan tumbuh menghadapi kondisi suboptimum lapang produksi yang
diindikasikan oleh tolok ukur kecepatan benih berkecambah karena diasumsikan bahwa
benih yang cepat tumbuh mampu mengatasi segala macam kondisi suboptimum.
Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih
terhadap air dan gas (oksigen),embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan
mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur
tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur
tumbuh di dalam embrio.
Dormansi pada kulit benih (fisik) dapat diatasi dengan stratifikasi yaitu perlakuan
panas dalam jangka waktu yang pendek. Namun jika dilihat perbandingannya,
perlakuan pada benih kedelai lebih unggul dari pada benih padi jika dilihat dari ke
normalannya Suhu panas kering berpengaruh sama dengan air mendidih terhadap kulit
biji buah kering: ketegangan dalam sel bagian luar menyebabkan keretakan sehingga
gas dan air dapat menembus. Menurut Tahir et al,. (2014) efektifitas suhu panas kering
ditingkatkan dengan perubahan suhu yang cepat, misalnya setelah beih diberi perlakuan
panas segera dipindahkan ke air dingin, hal ini juga akan mengurangi resiko kerusakan
embrio karena panas. Dormansi ini mencakup semua tipe dormansi di mana suhu
berperan dalam perkembangan atau pelepasan dormansi
4.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan Stratifikasi
Ada pun Kelebihan dan Kelemahan Metode Skarifikasi dan Stratifikasi
Kelebihan dari metode skarifikasi:
Metode skarifikasi dapat dilakukan secara manual
Dapat memcah dormansi yang disebabkan oleh kulit bijinya yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan dari embrio.
Dormansi pada kulit benih (fisik) dapat diatasi dengan stratifikasi yaitu perlakuan
panas dalam jangka waktu yang pendek
Alat mudah dicari dan,
Hemat biaya
Kekurangan metode skarifikasi
Membutuhkan keahlian atau keterampilan dan banyak pengalaman
Perlakuan awal terhadap benih individu yang berbeda tingkat dormansinya pada suatu
lot benih juga dapat menyebabkan kerusakan pada benih dengan kulit tipis yang
disebut over treatment. Bila dormansi berhubungan dengan genotip, perlakuan dapat
menyebabkan akibat-akibat genetic
Dalam skarifikasi manual perlu tenaga yang banyak agar dapat menyelesaikan lebih
dari 100 benih/menit.
Kelebihan metode starifikasi
Umumnya dapat mengatasi dormansi mekanis
Dapat dilakukan dalam skala banyak
Mempercepat proses perkecambahan
Kekurangan metode starifikasi
Hanya benih tertentu yang bias distarifikasi karena ada tipe banih yang memiliki sifat
kembali suatu pengaruh zat penghambat
Belum tentu semua yang distarifikasi berhasil
Lama stratifikasi tergantung suhu, jenis dan tingkat dormansi
Membutuhkan keahlian dan banyak pengalaman
4.2.4 Perbandingan Metode Pemecahan Dormansi Skarifikasi dengan Stratifikasi
Skarifikasi
Upaya yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih berkulit keras
adalah dengan skarifikasi mekanik. Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dapat
mematahkan dormansi pada benih keras karena meningkatkan imbibisi benih.
Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah
tempat keluar masuknya air dan oksigen.
Teknik yang umum dilakukan pada perlakuan skarifikasi mekanik yaitu
pengamplasan, pengikiran, pemotongan, dan penusukan jarum tepat pada bagian titik
tumbuh sampai terlihat bagian embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik
memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya
perkecambahan. Menurut Widyawati et al., (2009), skarifikasi mekanik mengakibatkan
hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar
air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih cepat berkecambah
Pelaksanakan teknik skarifikasi mekanik harus hati-hati dan tepat pada posisi
embrio berada. Menurut Rofik dan Murniat (2008), posisi embrio benih aren kadang-
kadang berbeda seperti terletak pada bagian punggung sebelah kanan atau kiri, dan
terkadang terletak di bagian tengah benih.
Stratifikasi
Air panas merupakan mematahkan dormansi fisik pada Leguminosae melalui
tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid, atau merusak tutup
strophiolar. Metode ini paling efektif bila benih direndam dalam air panas. Pencelupan
juga baik untuk mencegah kerusakan embrio. Perubahan suhu yang cepat menyebabkan
perbedaan tegangan, bukan karena suhu tinggi, bila perendaman terlalu lama panas
dapat diteruskan ke dalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Cara umum
dilakukan adalah dengan menuangkan benih dalam air mendidih dan membiarkannya
untuk mendingin. Suhu air menurun dengan cepat sehingga tidak merusak embrio.
Kepekaan terhadap suhu bervariasi di antara maupun di dalam jenis, demikian pula
yang lebih baik diberi perlakuan di bawah titik didih, sedangkan benih kering yang
masak atau kulit bijinya relatif tebal, toleran terhadap perendaman sesaat dalam air
mendidih.
5. KESIMPULAN
Dormansi benih bukan berarti benih tersebut mati, tetapi keadaan dimana benih
mengalami istirahat total sehingga meskipun dalam keadaan media tumbuh benih optimum,
benih tidak menunjukkan gajala hidup. Perlakuan yang diberikan terhadap benih dorman
berbeda-beda tergantung jenis benihnya.
Perlunya pengujian lebih mendalam mengenai pematahan dormansi pada berbagai jenis
benih tanaman. Perlakuan antara skarifikasi dan starifikasi pada umumnya mampu
mematahkan dormansi benih, namun pada pengamatan kami didapatkan hasil yang tidak jauh
berbeda.
Apapun alasannya di setiap benih pada umumnya memiliki suatu hormon giberlin,
dalam hubungannya dengan dormansi GA mengatur pengaruh zat-zat penghambat. Benih
yang berkecambah mudah rusak, khususnya pada fase akhir perkecambahan. Karena
penyerapan perupakan proses fisik, benih dapat menyerap air dan mongering tanpa
mengalami kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung
Andrew N. Gray and Thomas A. Spies. 1996. Gap size, within-gap position and canopy
structure effects on conifer seedling establishment. Forest Science Departement,
Oregon State University, Carvallis, OR 97331 and USDA Forest Service, Pacific
North-West Resarch Station, 3200 W. Jefferson Way, Corvalis, OR 97331, USA
Rofik, A. dan E. Murniati. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi dan media perkecambahan
untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Buletin
Agronomi 36 (1) 33 – 40.
Tahir Hussain Awan, Bhagirath Singh Chauhan, Pompe C. Sta. Cruz. 2014. Influence of
Environmental Factors on the Germination of Urena lobata L. and Its Response to
Herbicides. 1 Weed Science, Crop and Environmental Sciences Division,
International Rice Research Institute (IRRI), Los Ban˜ os, Laguna, Philippines, 2
Crop Science Cluster, College of Agriculture, University of Philippines Los Ban˜ os,
Laguna, Philippines
UPT PSBTPH. 2009. Pengujian Dormansi Benih Kacang tanah. Surabaya. Jawa Timur
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan
benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152
– 158.
Yushi Ishibashi, Yuka Koda, Shao-Hui Zheng, Takashi Yuasa and Mari Iwaya-Inoue. 2012
.Regulation of soybean seed germination through ethylene production in response to
reactive oxygen species. Crop Science Laboratory, Faculty of Agriculture, Kyushu
University, 6-10-1 Hakozaki, Higashi-ku, Fukuoka 812-8581, Japan and 2Coastal
Bioenvironment Center, Saga University, Karatsu, Saga 840-0021, Japan
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“DORMANSI”
OLEH
NAMA : M. AL-IKHLASH WAYIK D.K.
NIM : 125040201111149
KELAS : Q (SENIN, 13.20 WIB)
ASISTEN : NOFITA
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LAMPIRAN
Semangka Dilukai Semangka Kontrol
Saga Amplas Saga Kontrol
Perlakuan(kiri) + Kontrol (kanan) kedelai Kontrol(kiri) + Perlakuan(kanan) padi