tekanan paru-paru
Click here to load reader
description
Transcript of tekanan paru-paru
1.1. Struktur kapiler dan limfe
Ø Struktur limfe
Efulks cairan normalnya melebihi infulks yang melalui dinding kapiler,
tetapi kelebihan cairan ini memasuki pembuluh limfe dan di alirkan kembali ke
dalam darah hal ini menahan tekanan interstisial agar tidak meningkat dan
menongkatkan pertukaran cairan jaringan.
· Pembuluh limfe dibagi menjadi dua bagian :
Pembuluh limfe inisial dan pembuluh limfe pengumpul, pembuluh limfe
inisial tidak memiliki katup dan otot polos di dindingnya dan pembuluh ini ada
di daerah seperti usus atau otot rangka cairan dalam pembuluh ini tampaknya
terperas oleh kontraksi otot organ dan arterior dan venula, pembuluh ini
mengalirkan isinya ke pembuluh limfe pengumpul, yang memiliki katup dan
otot polos di dindingnya sertaa berkontraksi secara perititaltis, dan mendorong
limfe di sepanjang pembuluh.
1.2. Mekanisme sirkulasi kapiler
Kapiler memiliki percabangan yang luas sehingga untuk menjangkau semua
sel yang ada di tubuh. Hal ini menyebabkan lambatnya aliran darah melalui
kapiler.
Ada 2 tahap pertukaran zat darah dan jaringan melalui kapiler :
1. Difusi pasif mengikuti penurunan gradien
Zat-zat terlarut berpindah terutama melalui proses difusi menuruni gradien.
Gradien merupakan perbedaan antara 2 zat yang berdampingan.
2. Bulk Flow
Sangat penting untuk mengatur distribusi cairan ekstraseluler antara plasma
dan cairan interstitium, proses ini disebut bulk flow karena berbagai konstituen
cairan berpindah bersama-sama sebagai suatu kesatuan
HUKUM STARLING
“ Kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara kapiler dan
jaringan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik masing-
masing kompartemen “
2.1. Tekanan koloid osmotik
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) adalah tekanan osmotik yang
dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein,
yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi.
Perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke interstisium atau sebaliknya
sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam plasma. Pada keadaan normal,
albumin tidak dapat keluar dari pembuluh darah. Albumin adalah protein utama
di dalam plasma (80% protein plasma), memberikan 85% tekanan onkotik
plasma. Protein plasma menghasilkan tekanan onkotik sekitar 25 mmHg. Efek
osmotik packed red blood cells adalah nol karena sel darah berada dalam
suspensi bukan di dalam solution, sehingga tidak bereaksi dengan air.
2.2. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang sangat
ditentukan oleh tekanan darah. Tekanan ini semakin menurun ke arah perifer.
2.3.Hubungan antara tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik dalam
kapiler.
Pergerakan cairan antara kapiler dan jaringan tubuh terutama ditentukan
oleh tekanan hidrostatik dan osmotik koloid (tekanan onkotik) yang terutama
berasal dari protein darah. Tekanan onkotik relatif stabil, berkisar 25 mmHg.
Filtrasi cairan di awal kapiler disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang
melebihi tekanan onkotik. Pada kapiler bagian proksimal (dekat arteriol)
tekanan hidrostatik 40 mmHg. Air didorong dari plasma ke dalam cairan
interstisium dengan tekanan 15 mmHg, sehingga terjadi filtrasi cairan secara
terus-menerus dari kapiler ke interstisium.
Pada bagian distal kapiler tekanan hidrostatik turun menjadi 10 mmHg.
Sebagian besar air dari cairan interstisium ditarik kembali ke dalam plasma
dengan tekanan 15 mmHg. Sebagian besar cairan yang difiltrasi di kapiler
bagian proksimal kembali ke darah di kapiler bagian distal karena tarikan
tekanan onkotik. Cairan yang tertinggal, disalurkan melalui saluran limfe. Sisa
air yang ditampung melalui sistem limfatik dibawa kembali ke sistem vena.
3.1. Etioloogi ganggguan keseimbangan cairan intravaskuler dan
cairan ekstravaskuler
Ketidakseimbangan antara intra dan ekstrasel atau antara interstisium dan
intravaskuler, sangat dipengaruhi oleh osmolalitas atau oleh tekanan osmotik.
Osmolalitas adalah perbandingan antara jumlah solut dan air. Solut – solut yang
mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, kalium, glukosa dan
urea. Makin tingi osmolalitas maka makin tinggi tekanan osmotik. Urea
mempengaruhi osmolalitas akan tetapi tidak berpengaruh terhadap tekanan
osmotik oleh karena urea memiliki kemampuan untuk menembus membran sel
(lipid-soluable) berpindah bebas dari intrasel ke ekstrasel atau sebaliknya,
sehingga urea disebut sebagai osmol yang tidak efektif (ineffective-osmole).
3.2. Melanisme gangguan keseimbangan cairan intarvaskuler
dan cairann ekstraseluler.
Ø Mekanisme underfilling
Terjadinya edema disebabkan oleh rndahnya kadar albumin serum yang
mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma, kemudian diikuti
peningkatan transudasi cairan dari kapiler ke ruang interstisial sesuai hukum
starling. Akibatnya volume darah yang beeredar akan berkurang yang
selanjutanya mengakibatkan perangasangan sekunder ‘RAAS’ yang meretensi
air dan natrium pada tubulus distal, sehingga terjadi edema.
Ø Mekanisme overfilling
Pada beberapa pasien sindrom nefrotik terdapat kelainan yang bersifat
primer yang mengganggu ekskresi natrium pada tubulus distalis, sebagai
akibatnya terjadi peningkatan volume darah, penekanan sistem renin-
angiotensin dan vasopresin. Kondisi volume darah yang meningkat (overfilling)
yang disertai dengan rendahnya tekanan osmosis plasma mengakibatkan
transudasi cairan dari kapiler ke interstisial sehingga terjadi edema.
3.2.1. Aspek biokimia gangguan keseimbangan cairan intravaskular
dan cairan ekstravaskuler
Jika konsentrasi protein plasma sangat menurun, cairan tidak ditarik
kembali ke dalam kompartemen intravaskular tetapi ditimbun di dalam ruang
jaringan ekstravaskular menjadi EDEMA. Salah satu penyebab edema adalah
definisi protein. Edema jaringan lunak yang disebabkan tekanan osmotik koloid
intravaskular yang menurun juga berasal dari pengaruh konsentrasi albumin
serum yang rendah.
3.2.2. Aspek fisilogi gangguan keseimbangan cairan intravaskuler
dan cairan ekstravaskler
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai
edema. Penyebab edema dapat dikelompokkan menjadi empat kategori umum,
yaitu :
Ø Penurunan konsentrasi protein plasma, menyebabkan penurun tekanan
osmotik koloid plasma. Penurunan tekanan ke arah dalam yang utama ini
menyebabkan filtrasi cairan berlebihan keluar dari pembuluh sementara jumlah
cairan yang direabsorpsi kurang dari normal. Dengan demikian terdapat cairan
tambahanyang tertinggal di ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh
penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara :
pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal; penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua
protein plasma); makanan yang kurang mengandung protein; atau pengeluaran
protein akibat luka bakar yang luas.
Ø Peningkatan permeabilitas dinding kapiler, memungkinkan lebih
banyak (dari biasanya) protein plasma keluar dari kapiler ke cairan interstisium
di sekitarnya, sebagai contoh, melalui pelebaran pori-pori kapiler yang
dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi. Terjadi
penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan tekanan osmotik
koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh kelebihan protein di cairan
interstisium meningkatkan tekanan ke arah luar. Ketidakseimbangan ini ikut
berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya
lepuh) dan respons alergi (misalnya biduran).
Ø Peningkatan tekanan vena, misalnya ketika darah terbendung di vena,
akan disertai peningkatan tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan
isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan ke arah luar dinding kapiler ini
terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif.
Edema regional juga dpat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah
satu contoh adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada
masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena-vena besar yang
mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk
ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan
peningkatan tekanan darah di kapiler tungkai dan kaki yang mendorong
terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
Ø Penyumbatan pembuluh limfe, menimbulkan edema karena kelebihan
cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat
dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan
interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe
lokal dapat terjadi, sebagai contoh, di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe
selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih
meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini,
cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga
terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan
ekstremitas, mengalami edema hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai
elefantiasis karena ekstremitas yang membengkak tampak seperti kaki gajah.
3.3. Jenis-jenis gangguan keseimbangan cairan intravaskuler dan
cairan ekstravaskuler
Ø EDEMA
Klasifikasi edema :
A. Edema Lokalisata (Edema Lokal)
Dipengaruhi oleh peningkatan permeabilitas kapiler yang diperantai oleh
sitokin (: rx alergi), peningkatan tekanan hidrostatik diatur oleh aldosteron,
peningkatan tekanan osmotik oleh karena penurunan kadar albumin. Pada
edema ini terjadi obstruksi limfe (: filiarisa). Asites juga merupakan salah satu
contoh.
B. Edema Generalisata (Edema Umum)
Gangguan pada regulasi ECF yang normal. 3 penyakit penyebab: gagal
jantung, sirosis hati, sindrom nefrotik. Ciri: ada kelainan pada daya kapiler
starling serta retensi natrium dan air oleh ginjal.
Ø Transudat-Eksudat
Adalah cairan yang merupakan hasil ultra filtrasi dari plasma dengan jumlah
> N.
1. Transudat
Merupakan cairan yang tertimbun dalam jaringan aatau ruang karena
alasann-alasan lain dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh.
Gagal jantung merupakan penyebab utama pembentuk transudat.
2. Eksudat
Merupakan cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena
bertambahnya permeabilitas pembuluh terhadap protein plasma dengan mudah
keluar sehingga edema peradangan merupakan salah satu jenis eksudat karena
banyak terdapat protein akibat aktifitas bakteri.
PENYEBAB
Transudat : faktor mekanik yang menyebabkan produksi Û atau penyerapan
Ü
contoh : plasma Ü dan Tek vena Û
Eksudat : kerusakan mesothelial oleh kuman / jamur / neoplasma
Ø HIPERNATREMIA (Gangguan Keseimbangan Natrium)
adalah meningkatnya pengeluaran ADH dari hipotalamus sehingga eksresi
urin berkurang oleh karena saluran air dibagian apikal duktus koligentes
bertambah.
Ø HIPERKALEMIA (Gangguan Keseimbangan Kalium)
terjadi bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5 mEq/L. Dalam keadaan
normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi oleh
tubuh.
Ø HIPERKALSEMIA (Gangguan Keseimbangan Kalsium)
adalah meningkatnya eksresi kalsium melalui ginjal.
Ø HIPERFOSFATEMIA (Gangguan Keseimbangan Fosfor)
eksresi fosfor melalui urin sangat efisien, dengan sedikit saja kenaikan
fosfor darah menyebabkan eksresi melalui urin meningkat.
Ø HIPERMANGNESEMIA (Gangguan Keseimbangan Magnesium)
dapat terjadi pada keadaan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien gagal ginjal
terminal, kadar magnesium serum adalah 2-3 mEq/L 2,4-3,6 mEq/L).
3.3.1. Manifestasi klinik
Tanda-tanda Edema
Ø distensi vena jugularis
Ø penghambatan tekanan vena sentral
Ø denyut nadi penuh dan kuat
Ø edema porifer dan periorbita
Ø asites
Ø efusi pleura
Ø edema paru akut
Tanda-tanda Asites
Ø tekanan koloid osmotik plasma
Ø tekanan vena porta
Ø perubahan elektrolit
3.4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan cairan intravaskuler dan
ekstravaskuler
Ø Pemeriksaan fisik
· Bentuk perut seperti kodok ; abdomen kembung dan sedikit tegang
· Varises di dekat usus
· Varises ditungkai bawah
· Edema tibia karena hipoalbunemia
· Perubahan sirkulasi ditensi abdomen
· Timpani pada puncak asites
· Fluid wave
· Pudle sign
· Foto thorax
· USG
· Ct scan
Ø Pemeriksaan laboratorium
· Test protein dengan test pandy dan test nonne, test pandy untuk globulin
dan albumin sedangkan test nonne hanya untuk globulin
· Test plasma
· Test urine
3.5. Tata laksana gangguan keseimbangan cairan intravaskuler dan
ekstravaskuler
Ø Pengobatan
1. Tirah baring ; menurunkan aktivitas simpatis dan RAAS
2. Diet rendah natrium ; <500mg/Hari
3. Stoking Suportif dan elevasi kaki
4. Restriksi cairan ; < 1500 ml/Hari
5. Diuretik ; Dibagi 4 letak, yaitu di tubulus proksimalis, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal dan cortical colectry tubulus
6. Pada pasien gagal jantung
Ø hindari overdiversis, karena dapat menurunkan cairan jantung dan
menyebabkan azoterma prerenal
Ø hindari diuretik yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan
intoksikasi digitalis
7. Pada sirosis hati
Ø Spirinolakton dapat menyebabkan asidosis hiperkalemia
Ø dapat pula ditambahkan diuretik golongan tiazid
Ø deplesi berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal hiponatremia dan
alkalosis
8. Pada sindroma Nefrotik
Ø Pemberian albumin dibatasi hanya oleh kasus berat
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,Arthur.C(1994).”Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7”. Jakarta
; EGC
Guyton,Arthur.C(1994).”Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9”. Jakarta
; EGC
Sherwood,lauralee(2001).”Fisiologi Manusia dari Sel kke
Sistem”,Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W dan Bambang setioyadi et al (2006).”Ilmu Penyakit
Dalam”,Jakarta : departemen Ilmu penyakit dalm FKUI
Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan Asam-Basa FKUI edisi ke-2