TBC
-
Upload
sodamrinno2 -
Category
Documents
-
view
74 -
download
16
Transcript of TBC
REFERAT TUBERKULOSIS
Pembimbing
dr Amri Hapsari SpPD MKes
Disusun Oleh
Sutanti ndash 112011221
Suzanna Rahakbauw ndash 112011202
Olivia Eirene Iraas Taberima ndash 112011193
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
PERIODE 27 AGUSTUS ndash 03 NOVEMBER 2012
LAMPUNG
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar belakang masalah
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama
yang terinfeksi adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Penyakit ini terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia
tetapi juga di negara-negara maju lainnya
Penyakit ini dapat menyebar melalui udara pernapasan yang mengandung
droplet nuclei dari M tuberculosis Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet ventilasi
yang buruk dan kelembaban
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium Tetapi pada anamnesa dan pemeriksaan fisik sering tidak
menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah
terinfiltrasi secara asimptomatik Dan dapat ditemukan secara tidak sengaja saat
melakukan pemeriksaan penunjang
Karena hal inilah maka akan dibahas lebih jauh tentang tuberkulosis paru
dan cara penanggulangannya agar Indonesia dapat terbebas dari penyakit
tuberkulosis paru
Directly Observed treatment short course
World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi DOTS
(directly observed treatment short course) WHO menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan
strategi DOTS yang telah teruji ampuh di berbagai Negara
DOTS mengandung lima komponen Pertama adanya jaminan komitmen
pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara
2
Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya
dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru
dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding
Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah
DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika
menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan
seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang
kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah
menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya
Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh
pengobatannya
Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur
menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta
pencatatan dan pelaporan yang baik
3
BAB II
Pembahasan
21 Definisi
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
22 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom
4
Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum
Source wwwwikipedia com
Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis
Source wwwwikipedia com
23 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
5
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar belakang masalah
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama
yang terinfeksi adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Penyakit ini terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia
tetapi juga di negara-negara maju lainnya
Penyakit ini dapat menyebar melalui udara pernapasan yang mengandung
droplet nuclei dari M tuberculosis Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet ventilasi
yang buruk dan kelembaban
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium Tetapi pada anamnesa dan pemeriksaan fisik sering tidak
menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah
terinfiltrasi secara asimptomatik Dan dapat ditemukan secara tidak sengaja saat
melakukan pemeriksaan penunjang
Karena hal inilah maka akan dibahas lebih jauh tentang tuberkulosis paru
dan cara penanggulangannya agar Indonesia dapat terbebas dari penyakit
tuberkulosis paru
Directly Observed treatment short course
World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi DOTS
(directly observed treatment short course) WHO menyatakan bahwa kunci
keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan
strategi DOTS yang telah teruji ampuh di berbagai Negara
DOTS mengandung lima komponen Pertama adanya jaminan komitmen
pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara
2
Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya
dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru
dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding
Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah
DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika
menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan
seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang
kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah
menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya
Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh
pengobatannya
Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur
menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta
pencatatan dan pelaporan yang baik
3
BAB II
Pembahasan
21 Definisi
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
22 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom
4
Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum
Source wwwwikipedia com
Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis
Source wwwwikipedia com
23 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
5
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya
dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru
dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding
Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah
DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika
menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan
seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang
kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah
menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya
Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh
pengobatannya
Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur
menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta
pencatatan dan pelaporan yang baik
3
BAB II
Pembahasan
21 Definisi
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
22 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom
4
Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum
Source wwwwikipedia com
Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis
Source wwwwikipedia com
23 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
5
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
BAB II
Pembahasan
21 Definisi
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
22 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom
4
Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum
Source wwwwikipedia com
Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis
Source wwwwikipedia com
23 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
5
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum
Source wwwwikipedia com
Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis
Source wwwwikipedia com
23 Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
5
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama
kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98
dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari
kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari
38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004
Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan
peningkatan yang signifikan menjadi 67
Tabel 1
Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006
24 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash
bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil
kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama
gerakan silia dengan sekretnya
6
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke
organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan
berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila
menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk
melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke
seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks
primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu
Kompleks primer ini dapat menjadi
1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik
kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya
gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman
dormant
Gambar 4 Fibrotik paru
FibrosisFibrosis
7
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
3 Berkomplikasi menyebar secara
a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya
b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c Secara limfogen ke organ tubuh lain
d Secara hematogen ke organ tubuh lain
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi
karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna
diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang
dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior
atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus
hiler paru
Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma
yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan
banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam
jaringan ikat
Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom
8
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu
1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi
2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna
3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga
25 Klasifikasi Tuberkulosis
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli
radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1
Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1
1 Pembagian secara patologis
Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)
Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)
2 Pembagian secara aktivitas radiologis
Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent
(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3 Pembagian secara radiologis luas
Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua
paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar
tidak lebih dari sepertiga bagian paru
Far advanced tuberculosis
Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis
9
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak
negatif tes tuberkulin negatif
Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini
riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif
Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin
posistif radiologis dan sputum negatif
Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan
kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis
Tuberkulosis Paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam
a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif
tetapi tanda-tanda lain positif
b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah
termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu
dicantumkan
Status bakteriologis
- Mikroskopik sputum BTA (langsung)
- Biakan sputum BTA
Status radiologis
Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi
a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah
10
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M
tuberkulosis positif
Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya ada beberapa tip yaitu
a Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapakemungkinan
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
11
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
c Kasus default atau drop out
Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau
akhir pengobatan
e Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
f Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
12
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
26 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
laboratorium
Symptoms
Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gejala respiratorik dan gejala sistemik
A Gejala respiratorik
a) batuk minimal 3 minggu
b) batuk darah
c) sesak nafas
d) nyeri dada
B Gejala sistemik
a) demam
b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat
badan menurun
Sign
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)
badan kurus atau berat badan menurun
13
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik
Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan
kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4
cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara
anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang
redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi
oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat
kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi
menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi
hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah
jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti
terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-
tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia
sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2
yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites
dan edema
Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru
yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara
pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali
Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin
atau uji tuberkulin yang positif
14
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
27 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
Kultur biakan sputum
Tuberculin skin test (PPD test)
Bronchoscopy
Thoracentesis
CT scan Thorak
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi
a bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan
untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan
biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)
b cara pengumpulan dan pengiriman
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)
Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (keesokan harinya)
Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)
Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut
15
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung
dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup
berulir tidak mudah pecah atau bocor
c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura
liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan
bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
o Mikroskopis
o Biakan
Pemeriksaan mikroskopis
Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya penapisan)
Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila
3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif
1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian
Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif
Bila 3 kali negatif BTA negatif
Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO)
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)
- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)
16
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat
1 Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M
tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2
yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube
(MGIT)
2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA
termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik
ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup
banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar internasional
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ
yang terlibat
3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain
a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
17
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama
b ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji
untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen
tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di
samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl
diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap
M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah
15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran
c Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut
terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir
dan dapat dideteksi dengan mudah
d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang
18
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi
e Uji serologi yang baruIgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi
antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis
Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan
16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode
imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB
ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak
Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan
biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini
memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier
Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis
dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada
tuberkulosis endobronkhial)
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis
Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak
sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat
19
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau
satu lobus maupun pada satu bagian paru
Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang
umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)
massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam
radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis
fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan
emfisema
Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator
Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis
paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering
diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk
diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik
tomografi dan foto dengan densitas keras
Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association
a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak
melewati garis median
Gambar 6Minimal lesion
20
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced
- sarang tidak melebihi satu paru
- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus
- kaverne tidak lebih dari 4 cm
c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced
Gambar 8 Far advanced TBC
Foto Thorax PA
Deskripsi
bull Pulmo
bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru
bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid
level
bull Cor TAK
bull Sinus kiri tumpul
bull Diafragma Normal
bull Dinding thorax
bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri
Kesan
- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks
- Emfisema subkutis
21
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Kultur biakan sputum
Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah
dengan cara
Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh
Agar basa media Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than
tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang
timbul
Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com
Tuberculin skin test (PPD test)
Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk
menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis
akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi
imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)
22
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Cara melakukan test
PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis
dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan
terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam
berikutnya
Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di
bawah ukuran yang sesuai factor resiko
Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV
pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC
5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure
dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC
gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko
Gambar 10 PPD test
Source wwwemedlinecom
Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya
Source wwwwikipediacom
23
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Gambar12 PPD test (+) 2 cm
Source wwwemedlinecom
Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di
Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji
yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat
memberikan hasil negative
Bronchoscopy
Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang
pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas
mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini
pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat
diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi
Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung
keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan
yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah
1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks
1048729 Tumor
1048729 Nekrosis
24
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
1048729 Pelebaran pembuluh darah
1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak
1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus
1048729 Obstruksi
1048729 Stenosis
1048729 Kompresi
Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi
transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman
dengan alat khusus lavase bronkus
Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga
pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting
Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat
ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai
ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch
Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui
hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan
metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang
lebih besar
Persiapan untuk melakukan bronchoscopy
Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan
dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test
Nilai normal
Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing
ataupun obstruksi saluran pernapasan
Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah
Resiko utama
Infeksi
Perdarahan saluran pernapasan
25
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Resiko lain yang dapat terjadi
Aritmia
Serangan jantung
Penurunan kadar oksigen darah
Pneumothoraks
Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan
minum sebelum refleks muntah terjadi
Gambar 13 Bronchoscopy
Source wwwemedlinecom
Interferon (IFN) ndash gamma blood test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein
yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa
QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin
skin test
28 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
26
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Suspek TB Paru
Hanya I BTA (+)
Periksa BTA sputum
23 BTA (+)
Beri Antibiotik
3 BTA (-)
Perbaikan
3 BTA (-)
Tidak ada perbaikan
Foto toraks dan pertimbangan dokter
ge 1 BTA (+)
Periks Ulang BTA sputum
Foto toraks dan pertimbangan dokter
TB Bukan TB
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma Paru
Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB
Alur Pemeriksaan TB Paru
Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru
27
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
29 Penatalaksanaan
Therapi
Therapi dasar
Kategori
pengobatan
TBC
Pasien TB
Alternatif panduan pengobatan TB
Fase awal Fase lanjut
I Kasus baru dengan sputum
BTA positif
Kasus baru dengan sputum
BTA negatif dengan kerusakan
parenkim yang luas
Kasus baru dengan kerusakan
berat pada TB ekstra pulmoner
2 R H Z E
4 R3 H3
4 R H
6 H E
II TB paru BTA (+) dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai
2 R H Z E S +
1 R H Z E
5 R3 H3 E3
5 R Z E
III Kasus baru TB paru dengan
BTA (-) (diluar kategori I)
Kasus baru yang berat dengan
TB ekstra pulmoner
2 R H Z
4 R3 H3
4 H R
6 H E
IV TBC kronik (sputum BTA
tetap posistif setelah
pengobatan ulang)
(rujuk ke spesialis Paru)
Tabel 2 Terapi TB lini 1
Keterangan
R = Rifampicin H = INH
Z = Pirazinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
28
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Dosis obat
MgBB BB dosis mgBB BB dosis
Isoniazid 5 300mg 15
Rifampicin 10 lt50 kg 450mg
gt50 kg 600 mg
15 600-900 mg
Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
15-20 lt50 kg 750mg
gt50 kg 1 g
Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g
gt50 kg 20 g
50 lt50 kg 20 g
3xmgg gt50 kg 25 g
lt50 kg 30 g
gt50 kg 35 g
Ethambutol 25
Utk 2 bln
Lalu 15
30 utk
3xmgg
45 utk
2xmgg
Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1
Isoniazid
Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk
mencegah terjadinya neuropati perifer
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya
pernah terjadi)
Interaksi obat
Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada
penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum
level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat
clearance Benzodiazepines
Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan
hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor
konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin
dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah
laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram
29
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Rifampicin
Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek
kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat
benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin
cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon
clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide
Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan
bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas
Pyrazinamid
Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai
bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut
Streptomycin
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas renal insufisiensi
Interaksi obat
Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama
aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic
Ethambutol
Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel
bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan
bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)
30
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Interaksi obat
Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu
sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)
Therapi sekunder
Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon
(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan
kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan
lain-lain
Ofloksasin
Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien
dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB
non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB
memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan
therapi
Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan
Siprofloksasin
Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR
TB dan dapat sebagai profilaksis
Dosis 750 mg bid (Oral)
Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)
Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri
terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena
efek sampingnya lebih merugikan
Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
31
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Interaksi obat
Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah
karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi
karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian
vitamin B 12 parenteral
Cycloserin (Seromycin)
Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M
tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat
pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal
insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik
Interaksi obat
Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan
epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa
reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)
Ethionamid (Trecator ndash per SC)
Bakteriostatik untuk M tuberculosis
Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas kerusakan hati kronik
Interaksi obat
Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin
Amikacin (Amikin)
Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis
protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai
dengan berat badan ideal pasien
32
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Dosis 15 mgkg IM (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan
amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi
neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop
diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel
Levofloxacin (Levaquin)
Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB
Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid
dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon
Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat
menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam
serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin
dapat meningkat
Capreomycin (Capastat)
Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang
terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika
therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis
Dosis 15 mgkg IM IV (harian)
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko
terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal
33
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Rifapentin (Priftin)
Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak
boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah
ditemukan M tuberculosis dalam kultur
Dosis 600 mg per oral
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Interaksi obat
Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini
dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan
konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon
antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone
clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine
protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat
bila digunakan bersama INH atau halotan
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat
basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan
timbulnya imunitas
Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung
Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan
Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko
tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier
BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif
34
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai
lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan
gizi dan lain-lain)
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk
bayi
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8
degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8
jam
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul
lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retractad)
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm
Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV
imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif
mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi
35
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan
Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan
sebelumnya
Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis
yaitu
1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis
obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol
pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat
adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya
Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua
obat itu sudah cukup tinggi
3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam
suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi
karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka
rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah
panjangnya daftar obat yang resisten saja
4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara
baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat
5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu
daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-
bulan
6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau
tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah
dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi
dan demikian seterusnya
36
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi
ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa
keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien
dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya
dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan
fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin
kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as
klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo
bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM
misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin
selama 18 sampai 24 bulan
Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang
menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar
50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya
terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4
sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV
rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus
Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar
70 sampai 80
Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat
penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan
dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang
baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun
WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah
rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap
TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi
Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama
empat bulan
Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam
penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar
dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan
mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo
37
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat
penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini
Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Klasifikasi OAT untuk MDR
Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6
1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid
yang bekerja pada pH asam
2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon
3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS
Fluorokuinolon
Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan
siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1
Resistensi silang
Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam
memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama
atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang
Tionamid dan tiosetason
Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya
resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan
resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten
dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid
Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten
terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus
Aminoglikosid
Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap
kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat
38
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap
kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur
yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif
terhadap kapreomisin
Kesimpulan
- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin
- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin
Fluorokuinolon
Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi
silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus
hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan
moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang
Sikloserin dan terizidon
Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat
resistensi silang dengan obat golongan lain
Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien
MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari
hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif
Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida
etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat
Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-
1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali
sehari)
39
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan
waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan
Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB
Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB
Ting-
katan
Obat Dosis
Harian
Aktiviti
antibakteri
Rasio kadar
Puncak
Serum terhadap
MIC
1 Aminoglikosid
aStreptomisin
b Kanamisin
atau amikasin
c Kapreomisin
15 mgkg Bakterisid
menghambat
organisme yang
multiplikasi aktif
20-30
5-75
10-15
2 Thionamides
(etionamid
Protinamid)
10-20 mgkg Bakterisid 4-8
3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada
pH asam
75-10
4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid
mingguan
25-5
5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3
6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4
7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100
Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6
40
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi
adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)
Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya
dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita
tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)
Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi
kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan
kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi
kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan
dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4
Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar
41
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer
Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi
alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-
posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru
dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel
yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash
Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan
bermacam ndash macam jaringan ikat
Klasifikasi Tuberkulosis
World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC
dalam 4 kategori yaitu
Kategori I
- Kasus baru dengan sputum BTA positif
- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang
luas
- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner
Kategori II
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I
42
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Kategori IV
- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin
skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon
(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru
pleuraatau kelenjar limfe)
Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar
komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis
efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus
Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal
amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB
Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin
Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak
dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-
aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash
per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)
Rifapentin (Priftin)
43
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44
Daftar Pustaka
1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001
2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2006
3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia cabang Jakarta 1998
4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi
Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000
5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi
RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000
6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006
7 wwwemedicinecom
8 wwwemedlinecom
9 wwwusaidcom
10 wwwwikipediacom
11 wwwcatinistcom
12 wwwmedscapecom
13 wwwusudigitallibrarycoid
44