TBC

64
REFERAT TUBERKULOSIS Pembimbing : dr. Amri Hapsari, Sp.PD, MKes Disusun Oleh: Sutanti – 11.2011.221 Suzanna Rahakbauw – 11.2011.202 Olivia Eirene Iraas Taberima – 11.2011.193 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM 1

Transcript of TBC

Page 1: TBC

REFERAT TUBERKULOSIS

Pembimbing

dr Amri Hapsari SpPD MKes

Disusun Oleh

Sutanti ndash 112011221

Suzanna Rahakbauw ndash 112011202

Olivia Eirene Iraas Taberima ndash 112011193

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT MARDI WALUYO

PERIODE 27 AGUSTUS ndash 03 NOVEMBER 2012

LAMPUNG

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar belakang masalah

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan penyakit ini

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama

yang terinfeksi adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Penyakit ini terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia

tetapi juga di negara-negara maju lainnya

Penyakit ini dapat menyebar melalui udara pernapasan yang mengandung

droplet nuclei dari M tuberculosis Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara

bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet ventilasi

yang buruk dan kelembaban

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium Tetapi pada anamnesa dan pemeriksaan fisik sering tidak

menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah

terinfiltrasi secara asimptomatik Dan dapat ditemukan secara tidak sengaja saat

melakukan pemeriksaan penunjang

Karena hal inilah maka akan dibahas lebih jauh tentang tuberkulosis paru

dan cara penanggulangannya agar Indonesia dapat terbebas dari penyakit

tuberkulosis paru

Directly Observed treatment short course

World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi DOTS

(directly observed treatment short course) WHO menyatakan bahwa kunci

keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan

strategi DOTS yang telah teruji ampuh di berbagai Negara

DOTS mengandung lima komponen Pertama adanya jaminan komitmen

pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara

2

Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya

dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru

dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding

Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah

DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika

menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan

seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang

kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah

menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya

Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh

pengobatannya

Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur

menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta

pencatatan dan pelaporan yang baik

3

BAB II

Pembahasan

21 Definisi

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

22 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom

4

Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum

Source wwwwikipedia com

Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis

Source wwwwikipedia com

23 Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

5

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 2: TBC

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar belakang masalah

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan penyakit ini

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama

yang terinfeksi adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Penyakit ini terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti Indonesia

tetapi juga di negara-negara maju lainnya

Penyakit ini dapat menyebar melalui udara pernapasan yang mengandung

droplet nuclei dari M tuberculosis Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara

bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet ventilasi

yang buruk dan kelembaban

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium Tetapi pada anamnesa dan pemeriksaan fisik sering tidak

menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah

terinfiltrasi secara asimptomatik Dan dapat ditemukan secara tidak sengaja saat

melakukan pemeriksaan penunjang

Karena hal inilah maka akan dibahas lebih jauh tentang tuberkulosis paru

dan cara penanggulangannya agar Indonesia dapat terbebas dari penyakit

tuberkulosis paru

Directly Observed treatment short course

World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi DOTS

(directly observed treatment short course) WHO menyatakan bahwa kunci

keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan

strategi DOTS yang telah teruji ampuh di berbagai Negara

DOTS mengandung lima komponen Pertama adanya jaminan komitmen

pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara

2

Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya

dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru

dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding

Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah

DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika

menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan

seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang

kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah

menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya

Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh

pengobatannya

Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur

menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta

pencatatan dan pelaporan yang baik

3

BAB II

Pembahasan

21 Definisi

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

22 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom

4

Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum

Source wwwwikipedia com

Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis

Source wwwwikipedia com

23 Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

5

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 3: TBC

Kedua penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik utamanya

dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru

dan pernapasan Pendekatan ini desebut passive care finding

Ketiga pemberian obat yang diawasi secara langsung atau dikenal istilah

DOT (directly observed treatment) Pasien diawasi secara langsung ketika

menelan obatnya obat yang diberikan harus sesuai standar dan diberikan

seyogyanya secara gratis pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular dan yang

kambuh Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah

menghilang dan merasa dirinya telah sehat dan menghentikan pengobatannya

Karena itu harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelelasaikan seluruh

pengobatannya

Aspek keempat adalah jaminan tersedianya obat secara teratur

menyeluruh dan tepat waktu Dan aspek kelima adalah monitoring serta

pencatatan dan pelaporan yang baik

3

BAB II

Pembahasan

21 Definisi

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

22 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom

4

Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum

Source wwwwikipedia com

Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis

Source wwwwikipedia com

23 Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

5

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 4: TBC

BAB II

Pembahasan

21 Definisi

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

22 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae kuman ini

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 ndash 4 Um dan tebal 03 ndash 06 Um

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Gambar 1 Basil tahan asam Source wwwemedicinecom

4

Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum

Source wwwwikipedia com

Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis

Source wwwwikipedia com

23 Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

5

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 5: TBC

Gambar 2 M tuberculosis stained red in sputum

Source wwwwikipedia com

Gambar 3 Scanning electron micrograph of M tuberculosis

Source wwwwikipedia com

23 Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

5

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 6: TBC

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Di tahun 1992 Direcly Observed Therapy Short-Course (DOTS) pertama

kali dilakukan di Sulawesi dan menurut WHO telah dikembangkan menjadi 98

dari seluruh negeri pada tahun 2005 Indonesia telah mencapai target 85 dari

kesuksesan penanganan DOTS Deteksi kasus infeksi TB telah meningkat dari

38 pada tahun 2003 menjadi 53 pada tahun 2004

Data pendahuluan (tidak dipublikasikan) pada tahun 2005 menunjukkan

peningkatan yang signifikan menjadi 67

Tabel 1

Sumber Global Tuberculasis Control WHO Report 2006

24 Patofisiologi

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini

dapat menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada

tidaknya sinar ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Dalam

suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ndash hari sampai berbulan ndash

bulan Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat ia akan menempel

pada jalan napas atau paru ndashparu Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran

partikel lt 5 mikrometer Kuman akan dihadapi pertama kali oleh netrofil

kemudian baru oleh makrofag Kebanyakan partikel ini akan mati atau

dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo ndash bronkhial bersama

gerakan silia dengan sekretnya

6

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 7: TBC

Bila kuman menetap dalam jaringan paru ia akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag Di sini ia dapat terbawa ke

organ tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru ndash paru akan

berbentuk sarang pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang

(fokus) Ghon Sarang ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru Bila

menjalar ke pleura maka terjadilah efusi pleura Kuman juga dapat masuk

melalui saluran gastrointestinal jaringan limfe orofaring dan kulit terjadi

limfadenopati regional kemudian bakteri masuk dalam vena dan menjalar ke

seluruh organ seperti paru otak ginjal tulang Bila masuk ke arteri

pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfadenitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening

hilus (limfadenitis regional) Sarang primer+limfadenitis regional = kompleks

primer (Ranke) Semua proses ini memakan waktu 3 ndash 8 minggu

Kompleks primer ini dapat menjadi

1 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis ndash garis fibrotik

kalsifikasi di hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya

gt 5 mm dan +- 10 diantaranya dapat reaktivasi lagi karena kuman

dormant

Gambar 4 Fibrotik paru

FibrosisFibrosis

7

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 8: TBC

3 Berkomplikasi menyebar secara

a per kontinuitatum menyebar ke sekitarnya

b secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya Kuman dapat tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus

c Secara limfogen ke organ tubuh lain

d Secara hematogen ke organ tubuh lain

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = Tb sekunder) Tuberkulosis sekunder terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi alkohol penyakit maligna

diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-posterior lobus superior

atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru dan tidak ke nodus

hiler paru

Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma

yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash Langhans (sel besar dengan

banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan bermacam ndash macam

jaringan ikat

Gambar 5 Granuloma paru Source wwwemedlinecom

8

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 9: TBC

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu

1 sarang yang sudah sembuh Ini tidak perlu pengobatan lagi

2 sarang aktif eksudatif ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna

3 sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

kembali sebaiknya diberi pengobatan sempurna juga

25 Klasifikasi Tuberkulosis

Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus ahli

radiologi ahli patologi mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang

keseragaman klasifikasi tuberkulosis 1

Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti 1

1 Pembagian secara patologis

Tuberkulosis Primer (childhood tuberculosis)

Tuberkulosis post primer ( adult tuberkulosis)

2 Pembagian secara aktivitas radiologis

Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif non aktif dan quiescent

(bentuk aktif yang mulai menyembuh)

3 Pembagian secara radiologis luas

Tuberkulosis minimal

Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua

paru tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru

Moderately advanced tuberculosis

Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm Jumlah infiltrat

bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian paru

Far advanced tuberculosis

Terdapat inbfiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately

advanced tuberculosis

9

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 10: TBC

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru

yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat

Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi riwayat kontak

negatif tes tuberkulin negatif

Kategori I Terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi Di sini

riwayat kontak positif tes tuberkulin negatif

Kategori II Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit Tes tuberkulin

posistif radiologis dan sputum negatif

Kategori III Terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan adalah berdasarkan

kelainan klinis radiologis dan mikrobiologis

Tuberkulosis Paru

Bekas tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam

a Tuberkulosis paru tersangka yang diobati Di sini sputum BTA negatif

tetapi tanda-tanda lain positif

b Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati Di sini sputum BTA

negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan

Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru Dalam klasifikasi ini perlu

dicantumkan

Status bakteriologis

- Mikroskopik sputum BTA (langsung)

- Biakan sputum BTA

Status radiologis

Status kemoterapi riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi menjadi

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah

10

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 11: TBC

Sekurang-kurangnya 2 dari3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA

positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan

biakan positif

b Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M

tuberkulosis positif

Berdasarkan tipe pasien TBC ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ada beberapa tip yaitu

a Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan denganOAT atau

sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA

positif atau biakan positif

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai

lesi aktifperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan

beberapakemungkinan

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia bronkiektasis jamur

keganasan dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus tuberkulosis

11

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 12: TBC

c Kasus default atau drop out

Adalah pasien yang telah mengalami pengobatan ge 1bulan dan tidak

mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa

pengobatannya selesai

d Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelumakhir pengobatan) atau

akhir pengobatan

e Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai

pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang

baik

f Kasus bekas TB

- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan

gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau

foto serial menunjukkan gambaran yang menetap Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta foto toraks ulang tidak ada

perubahan gambaran radiologi

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

12

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 13: TBC

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

26 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik

(symptoms) pemeriksaan fisik (sign) pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan

laboratorium

Symptoms

Gejala klinik (symptoms) TBC paru dibagi menjadi 2 golongan yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistemik

A Gejala respiratorik

a) batuk minimal 3 minggu

b) batuk darah

c) sesak nafas

d) nyeri dada

B Gejala sistemik

a) demam

b) gejala sistemik lain malaise keringat malam anoreksia berat

badan menurun

Sign

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris)

badan kurus atau berat badan menurun

13

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 14: TBC

Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama

pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik

Deminikian juga bila sarang penyakit terletak dalam akan sulit menemukan

kelainan pada pemeriksaan fisis karena hantaran getaransuara yang lebih dari 4

cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi perkusi dan auskultasi Secara

anamnesis dan pemeriksaan fisis TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia

biasa

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks

paru Bila dicurigai ada infiltrat yang agak luas maka didapatkan perkusi yang

redup dan auskultasi suara napas bronkial Akan di-dapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring Tetapi bila infilrat ini diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikular melemah Bila terdapat

kavitas yang cukup besar perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan

auskultasi memberikan suara amforik

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal Bagian paru yang sakit menjadi

menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya Paru yang sehat menjadi

hiperinflasi Bila jaringan fibritik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah

jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan

selanjutnya meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti

terjadinya cor pulmonale dan gagal jantung kanan Di sini akan didapatkan tanda-

tanda cor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea takikardia

sianosis right ventricular lift right atrial gallop murmur Graham steel bunyi P2

yang mengeras tekanan vena jugularis yang meningkat hepatomegali ascites

dan edema

Bila tuberkulosis mengenai pleura sering terbentuk efusi pleura Paru

yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan Perkusi memberikan suara

pekak Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar

sama sekali

Dalam penampilan klinis TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis thorak pada pemeriksaan rutin

atau uji tuberkulin yang positif

14

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 15: TBC

27 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

Kultur biakan sputum

Tuberculin skin test (PPD test)

Bronchoscopy

Thoracentesis

CT scan Thorak

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru pleuraatau kelenjar limfe)

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi

a bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberculosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan dignosis Bahan

untuk pemeriksaanbakteriologi ini dapat berasal dari dahak cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolar (bronkoalveolar lavageBAL) urin faeces dan jaringan

biopsy (termasuk biopsy jarum halusBJH)

b cara pengumpulan dan pengiriman

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS)

Sewaktuspot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Pagi (keesokan harinya)

Sewaktuspot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

Atau setiap pagi 3 hari berturut-turut

15

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 16: TBC

Bahan pemeriksaanspesimen yang berbentuk cairan dikumpulditampung

dalam potyang bermulut lebar berpenampang 6 cm atau lebih dengen tutup

berulir tidak mudah pecah atau bocor

c cara pemeriksaan dahak dan bahan lain

Pemeriksaan bakteriogi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura

liquor cerebrospinalis bilasan bronkus bilasan lambung kurasan

bronkoalveolarBAL urin feses dan jaringan biopsi termasuk BJH) dapat

dilakukan dengan cara

o Mikroskopis

o Biakan

Pemeriksaan mikroskopis

Mikroskopis biasa pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopis fluoresens pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya penapisan)

Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan adalah bila

3 kali positif atau 2 kali positif 1 kali negatif BTA positif

1 kali positif 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kemudian

Bila 1 kali positif 2 kali negatif BTA positif

Bila 3 kali negatif BTA negatif

Intepretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(rekomendasi WHO)

Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

- Tidak ditemukan BTA dalam100 lapang pandang disebut negative

- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)

- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+)

- Ditemukan gt 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+)

16

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 17: TBC

Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara

konvensional Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru

yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat

1 Pemeriksaan BACTEC

Dasar pemeriksaan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik M

tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini Sistem ini dapat menjadi

salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu

menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan Bentuk lain dari teknik

ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube

(MGIT)

2 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA

termasuk DNA M tuberculosis Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik

ini adalah kemungkinan kontaminasi Cara pemeriksaan ini telah cukup

banyak dipakai kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaanya

Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis

sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai

standar internasional

Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang

menunjang ke diagnosis TB maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai

pegangan untuk diagnosis TB

Pada pemeriksaan deteksi Mtb tersebut diatas bahan spesimen

pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ektraparu sesuai dengan organ

yang terlibat

3 Pemeriksaan serologi dengan berbagai media antara lain

a Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

17

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 18: TBC

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi

respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi Beberapa

masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi

menetap dalam waktu yang cukup lama

b ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICP Tuberkulosis) adalah uji

untuk mendeteksi M tuberculosis dalam serum Uji ICT merupakan uji

diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari

sitoplasma M tuberculosis diantaranya antigen M tb 38 kDa Ke 5 antigen

tersebut dapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran

immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) di

samping garis kontrol Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 μl

diteteskan ke bantalan warna biru kemudian serum akan berdifusi

melewati garis antigen Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap

M tuberculosis maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan

membentuk garis warna merah muda Uji dinyatakan positif bila setelah

15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen

pada membran

c Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia Uji

ini menggunakan antigen lipoarabinomanan LAM) yang direkatkan pada

suatu alat yang berbentuk sisir plastik Sisir plastik ini kemudian

dicelupkan kedalam serum pasien dan bila di dalam serum tersebut

terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai

dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir

dan dapat dideteksi dengan mudah

d Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi

yang terjadi Dalam mengintepretasi hasil pemeriksaan serologi yang

18

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 19: TBC

diperoleh para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang

mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi

e Uji serologi yang baruIgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi

antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis

Uji IgG berdasarkan atigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan

16 kDa dan kombinasi lainnya akan memberikan tingkat sensitivitas dan

spesifisitas yang dapat diterima untuk diagnosis Di luar negeri metode

imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis TB

ekstraparu tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak

Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis Pemeriksaan ini memang membutuhkan

biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum tetapi dalam beberapa hal ini

memberikan keuntungan seperti pada tuberkulosis anak dan tuberkulosis milier

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis

dada sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misal pada

tuberkulosis endobronkhial)

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia

gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas

yang tidak tegas Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal Bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis Pada kalsifikasi bayangannya tampak

sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi Pada ateletaksis terlihat

19

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 20: TBC

seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau

satu lobus maupun pada satu bagian paru

Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang

umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru Gambaran radiologis lain

yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis)

massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleuraempiema) bayangan hitam

radiolusen di pinggir parupleura (pneumothoraks)

Pada satu foto dada sering didapatkan bermacan-macam bayangan

sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah lanjut) seperti infiltrat garis-garis

fibrotik kalsifikasi kavitas (non sklerotiksklerotik) maupun ateletaksis dan

emfisema

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh terutama

gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberkulosis is the greatest imitator

Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia mikosis

paru karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis Gambaran kavitas sering

diartikan abses paru Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam

membaca foto Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25 Oleh karena itu untuk

diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral top lordotik oblik

tomografi dan foto dengan densitas keras

Klasifikasi menurut American Tuberculosis Association

a Tuberkulosis minimal minimal lesion lesi hanya di apeks dan tidak

melewati garis median

Gambar 6Minimal lesion

20

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 21: TBC

b Tuberkulosis lanjut sedang moderately advanced

- sarang tidak melebihi satu paru

- bila sarang berupa konsolidasi yang homogen tidak melebuhi satu lobus

- kaverne tidak lebih dari 4 cm

c Tuberkulosis sangat lanjut far advanced

Gambar 8 Far advanced TBC

Foto Thorax PA

Deskripsi

bull Pulmo

bull Bercak infiltrat dan kalsifikasi di kedua lapang paru

bull Daerah hiperlusen di basal kiri dengan gambaran air fluid

level

bull Cor TAK

bull Sinus kiri tumpul

bull Diafragma Normal

bull Dinding thorax

bull Soft tissue daerah hiperlusen di soft tissue kiri

Kesan

- KP dupleks aktif far advanced dengan hidropneumothoraks

- Emfisema subkutis

21

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 22: TBC

Kultur biakan sputum

Pemeriksaan biakan M tuberkulosis dengan metode kovensional ialah

dengan cara

Egg base media Lowenstein-Jensen (dianjurkan) Ogawa dan Kudoh

Agar basa media Middle brook

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan

dapat mendeteksi Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium other than

tuberkulosis (MOTT) Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara

baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan menggunakan uji nikotinamid uji

niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmenyang

timbul

Gambar 9 Koloni M tuberculosis Source wwwwikipedia com

Tuberculin skin test (PPD test)

Purified protein derivate (PPD) adalah antigen yang digunakan untuk

menegakan diagnosa tuberculosis Infeksi bakteri yang menyebabkan tuberculosis

akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan ini Pemeriksaan ini dapat

memberikan hasil false negative pada keadaan pasien yang mengalami defisiensi

imun (kanker khemotherapy AIDS kortikosteroid)

22

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 23: TBC

Cara melakukan test

PPD test dilakukan di voler pasien Voler dilakukan a dan antisepsis

dengan alcohol kemudian PPD ekstrak diinjeksi di intrakutan maka akan

terbentuk seperti bula di kulit Kemudian hasil test dibaca setelah 48 ndash 72 jam

berikutnya

Nilai normal Tidak adanya indurasi atau indurasi terbentuk tapi masih di

bawah ukuran yang sesuai factor resiko

Reaksi minimal (5mm) dikatakan positif bila individu dengan HIV

pengguna steroid atau pada individu dengan kontak aktif penderita TBC

5 ndash 10 mm dikatakan positif pada individu dengan DM renal failure

dan petugas kesehatan yang sering berkontak dengan pasien TBC

gt 14 mm untuk individu tanpa faktor resiko

Gambar 10 PPD test

Source wwwemedlinecom

Gambar 11 PPD test diukur setelah 48 ndash 72 jam berikutnya

Source wwwwikipediacom

23

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 24: TBC

Gambar12 PPD test (+) 2 cm

Source wwwemedlinecom

Uji tuberculin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberculosis Di

Indonesia dengan prevalens tuberculosis yang tinggi uji tuberculin sebagai alat

bantu diagnostik penyakit kurang berarti bagi orang dewasa Uji ini akan

mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau apabila kepositivan dari uji

yang didapat besar sekali Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberculin dapat

memberikan hasil negative

Bronchoscopy

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang

pulmonologi Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas

mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus Saat ini

pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat

diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi

Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung

keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah Kelainan

yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah

1048729 Jika tidak ditemukan kelainan pada foto thoraks

1048729 Tumor

1048729 Nekrosis

24

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 25: TBC

1048729 Pelebaran pembuluh darah

1048729 Mukosa yang normal atau irregelar hiperemik membengkak

1048729 Pengaburan tulang rawan bronkus

1048729 Obstruksi

1048729 Stenosis

1048729 Kompresi

Selain itu juga dapat dilakukan bilasan sikatan biopsi bronkus atau biopsi

transbronkial Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman

dengan alat khusus lavase bronkus

Tumor paru akhir-akhir ini semakin sering ditemukan sehingga

pemeriksaan bronkoskopi menjadi bertambah penting

Bronchoscopy adalah alat untuk melihat kedalam saluran pernapasan Alat

ini dapat bersifat fleksibel ataupun rigid Tube bronchoscope fleksibel mempunyai

ukuran panjang 2 feet dan lebar frac12 inch

Scope ini dapat dimasukkan melalui mulut atau hidung Melihat melalui

hidung sangat baik untuk melihat saluran pernapasan atas Sedangkan dengan

metode melalui mulut dapat memudahkan untuk penggunaan bronchoscope yang

lebih besar

Persiapan untuk melakukan bronchoscopy

Puasa selama 6 ndash 12 jam sebelum test Dihentikannya pengobatan

dengan aspirin atau ibuprofen sebelum melakukan test

Nilai normal

Ditemukannya sel atau hasil sekresi Tidak ditemukan substansi asing

ataupun obstruksi saluran pernapasan

Resiko dari pemeriksaan bronchoscopy adalah

Resiko utama

Infeksi

Perdarahan saluran pernapasan

25

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 26: TBC

Resiko lain yang dapat terjadi

Aritmia

Serangan jantung

Penurunan kadar oksigen darah

Pneumothoraks

Setelah dilakukan pemeriksaan bronchoscopy tidak boleh makan dan

minum sebelum refleks muntah terjadi

Gambar 13 Bronchoscopy

Source wwwemedlinecom

Interferon (IFN) ndash gamma blood test

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari respon immune terhadap protein

yang diproduksi oleh M tuberculosis Pada Desember 2004 telah terbukti bahwa

QuantiFERON ndash TB Gold (QFT ndash Gold) test dapat sebagai pengganti tuberculin

skin test

28 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut

Komplikasi dini

Pleuritis

Efusi pleura

26

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 27: TBC

Suspek TB Paru

Hanya I BTA (+)

Periksa BTA sputum

23 BTA (+)

Beri Antibiotik

3 BTA (-)

Perbaikan

3 BTA (-)

Tidak ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

ge 1 BTA (+)

Periks Ulang BTA sputum

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB Bukan TB

Empiema

Laringitis

Menjalar ke organ lain usus

Komplikasi lanjut

Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)

Kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

Amiloidosis

Karsinoma Paru

Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB

Alur Pemeriksaan TB Paru

Bagan 1 Alur diagnosa pasien TB paru

27

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 28: TBC

29 Penatalaksanaan

Therapi

Therapi dasar

Kategori

pengobatan

TBC

Pasien TB

Alternatif panduan pengobatan TB

Fase awal Fase lanjut

I Kasus baru dengan sputum

BTA positif

Kasus baru dengan sputum

BTA negatif dengan kerusakan

parenkim yang luas

Kasus baru dengan kerusakan

berat pada TB ekstra pulmoner

2 R H Z E

4 R3 H3

4 R H

6 H E

II TB paru BTA (+) dengan

riwayat pengobatan

sebelumnya

Kasus kambuh

Kegagalan pengobatan

Pengobatan tidak selesai

2 R H Z E S +

1 R H Z E

5 R3 H3 E3

5 R Z E

III Kasus baru TB paru dengan

BTA (-) (diluar kategori I)

Kasus baru yang berat dengan

TB ekstra pulmoner

2 R H Z

4 R3 H3

4 H R

6 H E

IV TBC kronik (sputum BTA

tetap posistif setelah

pengobatan ulang)

(rujuk ke spesialis Paru)

Tabel 2 Terapi TB lini 1

Keterangan

R = Rifampicin H = INH

Z = Pirazinamid E = Etambutol

S = Streptomisin

28

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 29: TBC

Dosis obat

MgBB BB dosis mgBB BB dosis

Isoniazid 5 300mg 15

Rifampicin 10 lt50 kg 450mg

gt50 kg 600 mg

15 600-900 mg

Streptomicyn 15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

15-20 lt50 kg 750mg

gt50 kg 1 g

Pirazynamid 35 lt50 kg 15 g

gt50 kg 20 g

50 lt50 kg 20 g

3xmgg gt50 kg 25 g

lt50 kg 30 g

gt50 kg 35 g

Ethambutol 25

Utk 2 bln

Lalu 15

30 utk

3xmgg

45 utk

2xmgg

Tabel 3 Dosis terapi TB lini 1

Isoniazid

Pyridoxine 25 ndash 50 mg Per Oral harus diberi bersama INH untuk

mencegah terjadinya neuropati perifer

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas gangguan fungsi hati karena INH (bila sebelumnya

pernah terjadi)

Interaksi obat

Hepatitis yang berhubungan dengan INH dapat meningkat pada

penggunaan bersama alkohol Garam alumunium dapat mereduksi INH serum

level INH dapat meningkatkan efek antikoagulansia INH dapat menghambat

clearance Benzodiazepines

Toksisitas carbamazepine atau hepatotoksisitas karena INH merupakan

hasil dari penggunaan bersama kedua obat ini (karena itu perlu monitor

konsentrasi carbamazepine dan fungsi hati) penggunaan bersama cycloserin

dapat meningkatkan gangguan pada SSP (misal pusing) Perubahan akut tingkah

laku dan koordinasi dapat terjadi pada penggunaan bersama disulfiram

29

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 30: TBC

Rifampicin

Rifampicin menghambat DNA bakteri TBC

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi enzim mikrosomal dimana hal ini dapat mereduksi efek

kerja acetaminofen oral antikoagulansia oral kontrasepsi barbiturat

benzodiazepin beta bloker chloramphenicol kortikosteroid mexilentin

cyclosporin digoxin digitoxin disopyramide estrogen hydantoin methadon

clofibrate quinidine dapsone tazobactam sulfonilurea theofilin dan tocainide

Tekanan darah dapat meningkat pada penggunaan bersama enalapril Penggunaan

bersama INH dapat meningkatkan hepatotoksisitas

Pyrazinamid

Merupakan analog dari nikotinamid yang dapat berguna sebagai

bakteriostatik dan bakterisid untuk M tuberculosis

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik gout akut

Streptomycin

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas renal insufisiensi

Interaksi obat

Nefrotoksisitas dapat meningkat pada penggunaan bersama

aminoglikosida sefalosporin penisilin amphoterisin B dan loop diuretic

Ethambutol

Menyebar secara aktif ke dalam sel aktif M tuberculosis dan merusak sel

bakteri dengan menginhibisi sintesis metabolit dimana hal ini dapat mematikan

bakteri Absorbsi obat ini tidak terganggu oleh makanan

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas neuritis optik (kecuali merupakan indikasi klinis)

30

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 31: TBC

Interaksi obat

Garam alumunium dapat menunda dan mereduksi absorbsi (karena itu

sebaiknya digunakan beberapa jam sebelum atau sesudah ethambutol)

Therapi sekunder

Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan fluorokuinolon

(ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin kanamisin dan

kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat dan

lain-lain

Ofloksasin

Berdasarkan penelitian penggunaan ofloksasin 400 mghr pada 57 pasien

dengan MDR TB adalah sama sensitifnya pada pengobatan obat dasar pada TB

non MDR Hasil evaluasi awal pada 35 pasien menunjukkan 55 MDR TB

memberikan konversi dengan hasil kultur yang negatif dalam waktu 3 bulan

therapi

Durasi waktu pengobatan dengan ofloksasin adalah 9 bulan

Siprofloksasin

Siprofloksasin dapat berguna untuk pengobatan pada pasien dengan MDR

TB dan dapat sebagai profilaksis

Dosis 750 mg bid (Oral)

Asam para-aminosalisilat (Sodium PAS)

Bakterioststik M tuberculosis Menghambat onset resistensi bakteri

terhadap INH dan streptomysin Saat ini sudah tidak digunakkan lagi karena

efek sampingnya lebih merugikan

Dosis 4 ndash 6 gram per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

31

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 32: TBC

Interaksi obat

Dapat mereduksi absorbsi digoxin akibatnya serum level juga rendah

karena itu dosis digoxin harus ditingkatkan Defisiensi vitamin B 12 dapat terjadi

karena PAS menganggu absorbsi GI Tract dapat diatasi dengan pemberian

vitamin B 12 parenteral

Cycloserin (Seromycin)

Menghambat sintesis dinding bakteri gram positif gram negatif dan M

tuberculosis Merupakan analog struktur D-alanine yang dapat menghambat

pertunbuhan bakteri Obat ini banyak digunakan di Amerika

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas ansietas kronik dan psikosis epilepsi depresi renal

insufisiensi kronik pengguna alkohol gangguan neurologi kronik

Interaksi obat

Tidak dapat digunakan bersama alkohol karena dapat menyebabkan

epilepsi Penggunaan bersama INH dapat meningkatkan efek cycloserin berupa

reaksi pada SSP (mis gangguan kesadaran)

Ethionamid (Trecator ndash per SC)

Bakteriostatik untuk M tuberculosis

Dosis 250 ndash 500 mg per oral bid (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas kerusakan hati kronik

Interaksi obat

Hepatotoksisitas meningkat jika digunakan bersama Rifampicin

Amikacin (Amikin)

Mengikat subunit 30S irreversibel pada ribosom bakteri memblok sintesis

protein menyebabkan tidak bertumbuhnya bakteri Obat digunakan sesuai

dengan berat badan ideal pasien

32

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 33: TBC

Dosis 15 mgkg IM (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida penisilin sefalosporin dan

amphoterisin B menyebabkan nefrotoksisitas meningkatkan efek inhibisi

neuromuskular agent depresi pernapasan Pada penggunaan bersama loop

diuretik dapat menyebabkan ototoksik irreversibel

Levofloxacin (Levaquin)

Bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan MDCR ndashTB

Dosis 500 ndash 1000 mg per oral (daily)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Antasid preparat besi dan zink dapat menurunkan serum level Antasid

dapat digunakan 2 ndash 4 jam sebelum atau sesudah konsumsi floroquinolon

Cimetidin dapat menggangu metabolisme floroquinolon Levofloxacin dapat

menurunkan efek phenytoin konsentrasi probenesid dan antikoagulan dalam

serum dapat meningkat toksisitas theofilin cafein cyclosporin dan digoxin

dapat meningkat

Capreomycin (Capastat)

Diperoleh dari Streptomyces caprelous untuk therapi pasien yang

terinfeksi oleh M tuberculosis strain capreomycin Hanya digunakan jika

therapi primer tidak berhasil atau adanya resistensi M tuberculosis

Dosis 15 mgkg IM IV (harian)

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Penggunaan bersama aminoglikosida dapat meningkatkan resiko

terjadinya paralisis pernapasan dan disfungsi renal

33

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 34: TBC

Rifapentin (Priftin)

Digunakan sekali seminggu sebagai terapi tambahan bersama INH Tidak

boleh diberi pada pasien dengan HIV positif atau jika setelah dua bulah

ditemukan M tuberculosis dalam kultur

Dosis 600 mg per oral

Kontra Indikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Menginduksi cytochrom P 4503 A 4 dan P 4502 C 89 dimana hali ini

dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat lain Dapat menurunkan

konsentrasi calcium antagonis (verapamil diltiazem dan nifedipin) methadon

antikoagulan oral kontrasepsi oral benzodiaszepine acethaminofen dapsone

clofibrate doxycycline levothyroxine nortriptyline tacrolimus zidovudine

protease inhibitor hydantoin preparat sulfa enalapril Toksisitas dapat meningkat

bila digunakan bersama INH atau halotan

Bacille Calmette-Guerin (BCG)

Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat

basil yang tidak virulens tetapi masih mempunyai imunogenisitas Vaksinasi BCG

menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin Masih banyak perbedaan pendapat

mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitannya dengan

timbulnya imunitas

Vaksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin BCG Biofarma Bandung

Vaksin BCG ini berisi suspensi M bovis hidup yang sudah dilemahkan

Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

tuberkulosis berat seperti meningitis tuberkulosa dan TB milier

BCG diberikan pada umur le 2 bulan BCG sebaiknya diberikan pada anak

dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif

34

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 35: TBC

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Efek proteksi

bervariasi antara 0-80 Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai

lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur keadaan

gizi dan lain-lain)

Vaksin BCG diberikan secara intradermal 010 ml untuk anak 050 ml untuk

bayi

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-8

degC tidak boleh beku Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8

jam

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus

lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan Ulkus yang biasanya

tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus akan timbul

lebih besar namun apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (retractad)

Kontraindikasi BCG

Reaksi uji tuberkulin gt 5 mm

Sedang menderita infeksi HIV atau resiko tinggi infeksi HIV

imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid obat imunosupresif

mendapat pengobatan radiasi penyakit keganasan yang mengenai sumsum

tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Sedang menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah sakit tuberkulosis

Kehamilan

Resistensi Ganda (rdquoMDRrdquo)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi

35

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 36: TBC

Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat

pengobatan

Resistensi inisisal ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pesiennya

sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak

Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai pengobatan

sebelumnya

Ada beberapa penyebab terjadinya resistensi terhadap obat tuberkulosis

yaitu

1 Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis

2 Penggunaan panduan pengobatan yang tidak memadai baik karena jenis

obatnya yang tidak tepat misalnya hanya memberikan INH dan Etambutol

pada awal pengobatan maupun karena lingkungan itu telah tercatat

adanya resistensi yang tinggi terhadap obat yang digunakan misalnya

Rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua

obat itu sudah cukup tinggi

3 Fenomena rdquoaddition syndromerdquo yaitu suatu obat ditambahkan dalam

suatu panduan pengobatan yang tidak berhasil Bila kegagalan itu terjadi

karena kuma TB telah resisten pada panduan yang pertama maka

rdquopenambahan rdquo (addition) satu macam obat hanya akan menambah

panjangnya daftar obat yang resisten saja

4 Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara

baik sehingga mengganggu bioavailabilitas obat

5 Penyediaan obat yang tidak reguler kadang-kadang obat datang ke suatu

daerah dan kadang-kadang terhenti pengirimannya sampai berbulan-

bulan

6 Pemberian obat TB yang tidak teratur misalnya hanya dimakan dua atau

tiga minggu lalu stop lalu setelah dua bulan berhenti lalu berpindah

dokter mendapat obat kembali untuk dua atau tiga bulan lalu stop lagi

dan demikian seterusnya

36

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 37: TBC

Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi

ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang amat lama dan pada beberapa

keadaan bahkan sampai 24 bulan lamanya Ada yang menganjurkan agar pasien

dirawat di rumah sakit untuk mencegah penularan dan mengontrol pengobatannya

dengan lebih baik Obat yang dapat digunakan antara lain adalah golongan

fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin) aminoglikosida (amikasin

kanamisin dan kapreomisin) etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as

klavulanat dan lain-lain Pemberian pengobatannya pada dasarnya rdquotailor maderdquo

bergantung dari hasil uji kepekaan Untuk mereka yang resisten terhadap SM

misalnya Iseman menganjurkan pemberian PZA EMB kuinolon dan amikasin

selama 18 sampai 24 bulan

Hasil pengobatan terhadap resistensi ganda tuberkulosis ini juga kurang

menggembirakan Pada penderita non HIV maka konversi hanya didapat sekitar

50 kasus sementara pada penderita dengan HIV (+) maka kematian biasanya

terjadi dalam waktu 8 bulan dengan 72-89 diantaranya meninggal dalam 4

sampai 9 minggu Laporan lain menyebutkan bahwa pada penderita non HIV

rdquoresponse raterdquo didapatkan pada 65 kasus dan kesembuhan pada 56 kasus

Sedangkan penderita TB resistensi ganda dan HIV (+) angka kematiannya sekitar

70 sampai 80

Terdapat upaya profilaksis khususnya bagi tenaga kesehatan yang merawat

penderita TB dengan resistensi ganda Beberapa upaya fisik yang memungkinkan

dapat menolong adalah pemberian sinar ultraviolet penggunaan masker yang

baik filtrasi udara dan penggunaan rdquonegative pressure ventilationrdquo Walaupun

WHO telah menyatakan bahwa upaya-upaya fisik diatas semata-mata adalah

rdquopartial protectionrdquo Pemberian kemoprofilaksis juga diupayakan khusus terhadap

TB denagn resitensi ganda ini Obat yang dianjurkan antara lain adalah kombinasi

Pirazinamid 1500 mghari dan siprofloksasin 750 mg dua kali sehari selama

empat bulan

Resistensi ganda terhadap obat tuberkulosis adalah masalah besar dalam

penanggulangan tuberkulosis dewasa ini Pemberian obat tuberkulosis yang benar

dan terawasi secara baik merupakan salah satu kunci penting untuk mencegah dan

mengatasi masalah ini Konsep rdquoDirecly Observed Treatment Short Courserdquo

37

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 38: TBC

(DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan berobat

penderita dan menaggulangi masalah tuberkulosis khususnya resistensi ganda ini

Perkembangan obat baru mungkin juga diperlukan untuk menanggulangi hal ini

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT 6

1 Obat dengan aktiviti bakterisid amnoglikosid tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam

2 Obat dengan aktiviti bakterisid rendah fluorokuinolon

3 Obat dengan aktiviti bakteriostatik etambutol cycloserin dan PAS

Fluorokuinolon

Fluorokuinolon (moksifloksasin levofloksasin ofloksasin dan

siprofloksasin) dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten terhadap lini-1

Resistensi silang

Pada pengobatan MDR TB harus dipertimbangkan resistensi silang dalam

memilih jenis OAT Tidak efektif memberikan OAT dari golongan yang sama

atau paduan OAT yang berpotensi terjadi resistensi silang

Tionamid dan tiosetason

Etionamid adalah golongan tionamid yang dapat menginduksi terjadinya

resistensi silang dengan proteonamid karena satu golongan Sering ditemukan

resistensi silang antara tionamid dengan tiosetason galur yang biasanya resisten

dengan tiosetason biasanya masih sensitif dengan etionamid dan proteonamid

Galur yang resisten terhadap etionamaid dan proteonamid biasanya juga resisten

terhadap tiosetason pada lebih dari 70 kasus

Aminoglikosid

Galur yang resisten terhadap streptomisin biasanya sensitif terhadap

kanamisin dan amikasin Galur yang resisten terhadap kanamisin dapat

38

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 39: TBC

menyebabkan resisten silang terhadap amikasin Galur yang resisten terhadap

kanamisisn dan amikasin juga menimbulkan resisten terhadap steptomisin Galur

yang resisten terhadap streptomisin kanamisin amikasin biasanya masih sensitif

terhadap kapreomisin

Kesimpulan

- Resistensi terhadap streptomisin gunakan kanamisin atau amikasin

- Resisten terhadap kanamisin atau amikain gunakan kapreomisin

Fluorokuinolon

Ofloksasin dan siprofloksasin dapat menginduksi terjadinya resistensi

silang untuk semua fluorokuinolon Itulah sebabnya penggunaan ofloksasin harus

hati-hati karena beberapa kuinolon yang lebih aktif (levofloksasin dan

moksifloksasin) dapat menggantiakn ofloksasin di masa datang

Sikloserin dan terizidon

Terdapat resistensi silang antara dua macam obat ini Tidak terdapat

resistensi silang dengan obat golongan lain

Hingga saat ini belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk pasien

MDR TB Pemberian pengobatan pada dasarnya rdquotailor moderdquo bergantung dari

hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 4 OAT masih sensitif

Obat lini-2 yang digunakan yaitu golongan fluorokuinolonaminoglikosida

etionamid sikloserin klofazimin amoksilin + as klavulanat

Saat ini panduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2-3

OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2 yaitu Siprofloksasin dengan dosis 1000-

1500 mg atau ofloksasin 600-800 (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali

sehari)

39

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 40: TBC

Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan

waktu yang lama yaitu minimal 18 bulan

Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR tetapi pencegahan MDR TB

Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR TB

Ting-

katan

Obat Dosis

Harian

Aktiviti

antibakteri

Rasio kadar

Puncak

Serum terhadap

MIC

1 Aminoglikosid

aStreptomisin

b Kanamisin

atau amikasin

c Kapreomisin

15 mgkg Bakterisid

menghambat

organisme yang

multiplikasi aktif

20-30

5-75

10-15

2 Thionamides

(etionamid

Protinamid)

10-20 mgkg Bakterisid 4-8

3 Pirazinamid 20-30 mgkg Bakterisid pada

pH asam

75-10

4 Ofloksasin 75-15 mgkg Bakterisid

mingguan

25-5

5 Ethambutol 15-20 mgkg Bakteriostatik 2-3

6 Sikloserin 10-20 mgkg Bakteriostatik 2-4

7 PAS asam 10-12 g Bakteriostatik 100

Tabel 4 Tingkatan OAT untuk pengobatan MDR-TB 6

40

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 41: TBC

BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi bakteri yang sangat menular disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (M tuberculosis) Organ utama yang terinfeksi

adalah paru ndash paru tapi infeksi dapat menyebar pada organ lain

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid) kemudian

peptidoglikan dan arabinomanan Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan

asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA)

Sifat lain kuman ini adalah aerob Kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya Dalam hal ini bagian apical lebih tinggi oksigennya

dari bagian lainnya sehingga merupakan predileksi penyakit tuberkulosis

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dari total 22 negara penderita

tuberculosis di dunia Menurut data dari World Health Organozation (WHO)

Global report 2006 ada sekitar 540000 kasus TB baru dan perkiraan frekuensi

kejadian sebesar 110 kasus per 100000 orang di tahun 2004 Berdasarkan

kalkulasi Disability adjusted life year (DALY) dari World Bank TB memberi

kontribusi sebesar 77 dari total beban penyakit di Indonesia dibandingkan

dengan negara-negara tetangga yang hanya sebesar 4

Patogenesis Patologerkulosis dibagi menjadi dua yaitu

Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1 ndash 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar

41

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 42: TBC

ultraviolet ventilasi yang buruk dan kelembaban Partikel dapat masuk ke

alveolar bila ukuran partikel lt 5 mikrometer

Tuberkulosis Post primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahunndash

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi

alkohol penyakit maligna diabetes AIDS gagal ginjal Tuberkulosis sekunder

ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apiko-

posterior lobus superior atau inferior) Invasinya adalah ke parenkim paru ndash paru

dan tidak ke nodus hiler paru Dalam 3 ndash 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel

yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel ndash sel Histiosit dan sel Datia ndash

Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam ndash macam jaringan ikat

Klasifikasi Tuberkulosis

World Health Organitation (WHO) berdasarkan therapi membagi TBC

dalam 4 kategori yaitu

Kategori I

- Kasus baru dengan sputum BTA positif

- Kasus baru dengan sputum BTA negatif dengan kerusakan parenkim yang

luas

- Kasus baru dengan kerusakan berat pada TB ekstra pulmoner

Kategori II

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra pulmoner selain yang disebut dalam kategori I

42

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 43: TBC

Kategori IV

- TBC kronik (sputum BTA tetap posistif setelah pengobatan ulang)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis TBC adalah pemeriksaan radiologis kultur biakan sputum tuberculin

skin test (PPD test) bronchoscopy thoracentesis CT scan Thorak Interferon

(IFN) ndash gamma blood test dan biopsi jaringan yang terinfeksi (paru ndash paru

pleuraatau kelenjar limfe)

Komplikasi dapat terjadi bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar

komplikasi yang terjadi dapat dini maupun lanjut Komplikasi dini yaitu pleuritis

efusi pleura empiema laringitis Dan dapat menjalar ke organ lain usus

Sedangkan komplikasi lanjut yaitu SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis) kerusakan parenkim berat SOPT fibrois paru cor pulmonal

amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB

Therapi dasar untuk tuberculosis adalah dengan Idoniasid Rifampisin

Pirazinamid Etambutol dan Streptomisin Jika dengan therapy dasar ini tidak

dapat mengatasi tuberculosis maka dapat digunakan obat lain yaitu Asam para-

aminosalisilat (Sodium PAS) Cycloserin (Seromycin) Ethionamid (Trecator ndash

per SC) Amikacin (Amikin) Levofloxacin (Levaquin) Capreomycin (Capastat)

Rifapentin (Priftin)

43

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44

Page 44: TBC

Daftar Pustaka

1 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3 Balai Penerbit FKUI 2001

2 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006

3 PDPI Standard Pelayanan Medik Paru Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia cabang Jakarta 1998

4 Rasad Sjahrir Sukonto Kartoleksono dan Iwan Ekayuda Radiologi

Diagnostik Balai Penerbit FKUI 2000

5 Tuberkulosis diagnosis terapi dan masalahnya ed III Lab Mikrobiologi

RSUP Persahabatan WHO Collaborating Center for Tuberculosis 2000

6 Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006

7 wwwemedicinecom

8 wwwemedlinecom

9 wwwusaidcom

10 wwwwikipediacom

11 wwwcatinistcom

12 wwwmedscapecom

13 wwwusudigitallibrarycoid

44