TB HIV

48
TB-HIV FACHRUL TAMRIN IKRAR SYAHMAR INDRA FAHLEVI YUNIAR SARAH NINGTYAS

description

manajemen tb di rs

Transcript of TB HIV

Page 1: TB HIV

TB-HIVFACHRUL TAMRIN

IKRAR SYAHMAR

INDRA FAHLEVI

YUNIAR SARAH NINGTYAS

Page 2: TB HIV

KO-INFEKSI TB HIV

Page 3: TB HIV

Epidemiologi

Ko-infeksi dengan HIV akna meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan.

TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA 40-50%.

Infeksi laten, pada orang tidak HIV hanya 10% yang ebrkembang jadi TB aktif. Sedangkan pada ODHA 60% yang terinfeksi TB akan menjadi TB aktif.

Orang dengan HIV berisiko 10x lipat menderita TB.

Ko-infeksi TB HIV di dunia 14 juta, 3 juta di Asia Tenggara.

Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-infeksi TB HIV. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Page 4: TB HIV

TB Paru pada Infeksi HIV

Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-infeksi TB HIV. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Page 5: TB HIV

Stadium Klinis HIV

Stadium klinis 1

(asimptomatik)

Stadium klinis 2

(sakit ringan)

Stadium klinis 3

(sakit sedang)

Stadium klinis 4

(sakit berat)

Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-infeksi TB HIV. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Page 6: TB HIV

Pendekatan DiagnosisTB-HIV

Page 7: TB HIV

Mortalitas & morbiditas Pengendalian TB penemuan pasien

Penemuan pasien (metode efektif) penjaringan suspek, diagnosis, klasifikasi penyakit, dan tipe pasien.

Karakteristis diagnostik TB pada ODHA: Hasil sputum BTA negatif

TB ekstraparu

Alur diagnosis khusus

Page 8: TB HIV

Manifestasi Klinis

Ditemukan gejala khas TB: Batuk dahak > 2 minggu

Batuk darah

Keringat malam tanpa aktivitas

Malaise

BB turun

Lemas, dll

Gejala klinis TB paru pada ODHA seringkali tidak spesifik: demam dan BB kurang (>10%)

TB ekstraparu

Page 9: TB HIV

Pemeriksaan Dahak

Mikroskopik Biasanya BTA negatif

Dua spesimen (SP) BTA (+), jika minimal satu +

Biakan Baku emas

Media: cair atau padat

MTb tumbuh dengan lambat penanganan lambat

Disarankan pada TB-ODHA dengan BTA (-)

Rekomendasi WHO: rapid test singkat, deteksi awal ODHA resisten rifampisin. Keterbatasan: alat

Page 10: TB HIV

Pemeriksaan Radiologis Indikasi foto toraks:

BTA positif

Sesak napas

Hemoptisis

Curiga infeksi paru lain

BTA negatif

Penegakan diagnosis

Kelainan gambaran derajat tingkat kekebalanTipikal Atipikal

Infiltrat di apeks paru Infiltrat di interstitial (selain apeks paru)

Infiltrat bilateral

Kavitas Limfadenopati intratoraks

Fibrosis dan pengerutan/atelektasis Tidak terdapat kavitas

Page 11: TB HIV

DD berdasarakan foto toraks Hasil temuan foto toraks Kemungkinan penyebab

Kavitas Infeksi

Pneumonia bakterial

Nokardiosis

Melioidosis

Paragonimiasis

Abses paru

Beberapa infeksi jamur

Penyakit non-infeksi

Karsinoma bronkus

Penyakit jaringan kolagen

Penyakit paru akibat kerja

Infiltrat satu sisi Pneumonia

Karsinoma bronkus

Infiltrat dua sisi Pneumonia

Penyakit jaringan kolagen

Penyakit paru akibat kerja

Sarkoidosis

Limfadenopati mediastinal Limfoma

Karsinoma bronkus

Sarkoidosis

Page 12: TB HIV

Alur Diagnosis (1)

Page 13: TB HIV

Alur Diagnosis (2)

Page 14: TB HIV

Diagnosis Banding

Pneumonia Bakterial

Sarkoma Kaposi

Pneumonia Pneumocystis jirovecii (PCP)

Mycobacterium Avium Complex (MAC)

Infeksi Parasit

Page 15: TB HIV

Pengobatan TB-HIV

Page 16: TB HIV

Prinsip Pengobatan

Pada prinsipnya, pengobatan TB pada pasien ko-infeksi TB HIV harus segera diberikan sedangkan untuk pengobatan ARV dimulai setelah pengobatan TB dapat ditoleransi dengan baik. Dianjurkan paling cepat dalam kurung waktu dua minggu dan paling lambat dalam kurung waktu delapan minggu.

Page 17: TB HIV

Pengobatan TB-HIV

Page 18: TB HIV

Penduan ARV dengan TB

Page 19: TB HIV

Alur pengobatan

Page 20: TB HIV

Pemberian Profilaksis

Page 21: TB HIV

Efek Samping OAT dan ARV

Page 22: TB HIV

Efek Samping OAT dan ARV

Page 23: TB HIV
Page 24: TB HIV

TB MDR-HIV

Prinsip pengobatan pasien TB-MDR dengan HIV sama dengan pengobatan TB MDR tanpa ODHA, namun perlu diperhatian bahwa :

Semua ODHA dengan gejala TB harus mendapatkan profilaskis (kotrimoksasol)

ART diberikan pada pasien dengan kondisi toleransi baik pada pasien dengan terhadap obat TB MDR. Tidak perlu menunda pengobatan TB MDR karena penggunaan ART

Panduan ART pada pasien dengan TB MDR ialah AZT-3TC-EFV (lini pertama) dan TDF-3TC-LPV/r

Page 25: TB HIV

Diagnosis TB MDR

Page 26: TB HIV

Alur pengobatan

Page 27: TB HIV

Efek toksikasi OAT MDR dan HIV

Page 28: TB HIV
Page 29: TB HIV
Page 30: TB HIV
Page 31: TB HIV
Page 32: TB HIV

KONSELING DAN TES HIV (KTS Dan KTIPK)

Page 33: TB HIV

Pendekatan Pelaksanaan Proses Konseling dan Tes HIVKonseling dan tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan (KTIPK).

Kebijakan Pemerintah yang dilaksanakan di layanan kesehatan di mana semua petugas kesehatan menginisiasi tes HIV pada kelompok-kelompok berisiko

Konseling dan tes HIV atas inisiasi klien atau konseling dan tes HIV sukarela (KTS).

Prosedur pemeriksaan dan diskusi pembelajaran yang dilakukan antara konselor dan klien untuk memahami HIV AIDS beserta risiko dan konsekuensinya

Page 34: TB HIV

Prinsip Layanan Konseling dan Tes HIV:

Sukarela dalam melaksanakan tes HIV.

Saling membangun kepercayaan dan menjaga konfidensialitas.

Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien/pasien.

Mempertahankan hubungan relasi yang efektif.

Konselor/Petugas Medis mendorong klien/pasien untuk kembali mengambil hasil tes dan mengikuti konseling pasca tes untuk mengurangi perilaku berisiko.

Page 35: TB HIV

Tahapan Pelayanan Konseling dan Tes HIV dalam KTS

Konseling Pra Tes

Penilaian risiko

Konfidensialitas

Tes Dan Diagnosis HIV

Konseling Pasca Tes

Page 36: TB HIV

Manajemen Efek Samping Pengobatan OAT dan ART

Page 37: TB HIV

Monitoring Pasien dalam Terapi Antiretroviral

Monitoring klinis

Monitoring laboratoriu

m

Page 38: TB HIV

Pemantauan Pemulihan jumlah sel CD4

Penggunaan ART akan menghasilkan

peningkatan jumlah sel CD4 dan akan berlanjut

terus dengan terapi yang efektif.

Pasien dengan jumlah sel CD4 yang sangat rendah

masih bisa mencapai pemulihan imun yang

baik namun perlu waktu yang lebih lama.

Page 39: TB HIV

Tabel 4

Page 40: TB HIV

Monitoring pengobatan koinfeksi TB dan HIV

Page 41: TB HIV

Efek samping OAT

• Efek samping yang menimbulkan perasaan tidak nyaman. Gejala ini dapat ditanggulangi dengan obat simptomatik tetapi kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Pemberian OAT dapat diteruskan pada kondisi ini.

Efek samping ringan

• efek samping yang bisa mengancam jiwa. Pemberian OAT harus dihentikan pada keadaan ini.

Efek samping

berat

Page 42: TB HIV
Page 43: TB HIV
Page 44: TB HIV
Page 45: TB HIV
Page 46: TB HIV
Page 47: TB HIV
Page 48: TB HIV

Referensi

Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.