Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain pph pasal 21) by lutfi...
-
Upload
lutfi-ardhani -
Category
Economy & Finance
-
view
746 -
download
27
Transcript of Tax planning dan pengendalian atas unsur unsur objek withholding tax (selain pph pasal 21) by lutfi...
HUSNUNNIDA MAHARANI
MONICA AUDREY
LUTFI ARDHANI
JOINT PROGRAM – FEB UNIVERSITY OF BRAWIJAYA
Tax Planning dan Pengendalian Atas
Unsur-unsur Objek Withholding Tax
(Selain Pph Pasal 21)
Withholding tax
Sistem perpajakan dimana Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
kewajiban memotong pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan.
Memotong pajak
Melaporkan pajak yang dipotong
Menyetorkan ke KPP
Risiko Strategi Fokus Manfaat Withholding tax
Menjadikan waktu lebih efisien
Menghemat biaya
Meningkatkan akuntabilitas data
Meningkatkan kinerja diri WP dan fiskus
Meningkatkan kepatuhan
Pengumpulan pajak secara otomatis
Meningkatkan penerimaan pajak
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 22
PPh Pasal
21 / 26
PPh Pasal 23/26
PPh Pasal 24
Withholding tax di Indonesia
Identifikasi atas Objek Withholding Tax Objek
PPh Pasal 22
• kegiatan usaha di bidang impor & bidang lain yang memperoleh pembayaran barang dari APBN / APBD
Objek
PPh Pasal 23
• Bunga, dividen, dan royalti
• Penyerahan jasa yang diterima WP badan
• Penyerahan jasa yang diterima WP pribadi (selain yang dipotong PPh Pasal 21)
Objek
PPh Pasal 26
• Objek PPh yang dipotong sebesar 20% dari jumlah bruto
• Objek PPh yang dipotong PPh 26 dan dipotong pajak 20% dari perkiraan penghasilan neto
Objek
PPh Pasal 4 ayat 2
• Bunga dan diskonto obligasi
• Penghasilan dari transaksi penjualan saham
• Bunga deposito dan tabungan
• Hadiah undian
• Penghasilan atas sewa tanah dan atau bangunan
• Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
• Penghasilan dari pengalihan harta
• Dividen
• Bunga simpanan koperasi
Contoh Jurnal
Analisis Penerapan Pajak dengan Withholding Tax System terhadap Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) pada
PT. Bank OCBC NISP Kota Palembang Oleh: Senli dan Siti Khairani
Pendahuluan
• Perusahaan menerapkan withholding tax system PPh pasal 4 Ayat (2)
• Perusahaan memiliki kendala perubahan bunga deposito
• Jurnal ini menganalisis pemotongan, penyetoran, pelaporan, kendala, dan upaya yang dilakukan terhadap withholding tax system pada penerapan PPh Pasal 4 Ayat 2 di perusahaan
Hasil & Kesimpulan
• Perusahaan sudah melaksanakan mekanisme pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh pasal 4 ayat 2 sesuai dengan ketentuan perpajakan tentang PPh pasal 4 ayat 2.
• Kendala: terjadi kesalahan dalam proses merubah bunga deposito
• Solusi: mencetak bukti konfirmasi deposito, atasan memonitoring setiap pekerjaan, dan pegawai lebih teliti dalam merubah bunga deposito
• saat dibayarkan
• disediakan untuk dibayar
• telah jatuh tempo pembayarannya
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
• saat pembayaran atau saat terutang, mana yang lebih dahulu PPh Pasal 4 ayat
(2)
• saat pembayaran Bea Masuk
• saat penyelesaian dokumen PIB (untuk impor)
• saat pembayaran, saat penjualan, saat penerbitan delivery order, saat pembelian
• tergantung objeknya masing-masing
PPh Pasal 22
Saat Terutangnya PPh Potong Pungut
• paling lambat tanggal 10 bulan berikut dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)saat dibayarkan
Penyetoran
• dilakukan ke KPP tempat pemotong/pemungut terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikut dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa (SPM)
Pelaporan
Saat Penyetoran dan Pelaporan
PPh Potong Pungut
Sanksi-sanksi Pajak Terkait
sanksi kurang potong (2% dari pajak yang kurang dipotong)
sanksi terlambat potong (2% perbulan dari pajak yang terlambat dipotong)
salah potong (dianggap tidak memotong)
sanksi tidak memotong
sanksi memotong tapi tidak menyetorkan
Risiko Strategi Fokus Perencanaan Pajak pada PPh Potong Pungut
Sisi pihak pemotong Sisi yang
dipotong
Kewajiban Pihak Wajib Potong PPh Pot-put
Kewajiban untuk memotong PPh atas objek PPh potong pungut,
Kewajiban menyetorkan PPh yang telah dipotong ke kas negara dengan menggunakan sarana Surat Setoran Pajak (SSP)
Kewajiban melaporkan PPh yang telah dipotong dan disetor tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan terdaftar dengan menggunakan sarana SPT Masa (SPM)
Hal yang harus diperhatikan untuk
menghindari sanksi pajak terkait
Kapan saat terutangnya PPh potong pungut tersebut
Apa saja yang merupakan objek PPh potong pungut dan berapa tarif pajaknya
Kapan PPh potong pungut harus dibayarkan ke kas Negara
Kapan PPh yang telah dipotong tersebut tersebut harus dilaporkan ke KPP
Apa saja sanksi terkait dengan ketiga kewajiban tersebut
Kewajiban Pihak yang dipotong
Objek PPh Pot Put
Hak pengkreditan
Harus didukung oleh bukti potong asli
Tahun pengkreditan harus sesuai dengan tahun yang tertera pada bukti potong
Jenis pajak yang tercantum pada bukti potong dan SSP harus benar
Rekonsiliasi Obyek Pemotongan PPh Potong
Pungut
Rekonsiliasi obyek PPh potong pungut bagi perusahaan selaku pemotong
Cara: membandingkan objek pemotongan PPh potong
pungut berdasarkan angka yang tertera dalam laporan
keuangan dengan dasar pengenaan pajak yang telah
dilaporkan perusahaan dalam SPT Masa PPh potong
pungut yang bervariasi, mulai dari pemotongan PPh Pasal
4 ayat 2, 15, 21/26, 22 dan 23/26, tergantung objeknya
Rekonsiliasi Obyek Pemotongan PPh Potong
Pungut
Rekonsiliasi obyek PPh potong pungut bagi perusahaan selaku pihak yang dipotong
Cara: Perusahaan dapat melakukan rekonsiliasi objek PPh
potong pungut berdasarkan bukti potong yang diterima
dari pelanggan dengan penghasilan yang dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Badan atau audit report laporan
keuangannya.
Kasus Withholding Tax Muncul
Karena Banyaknya Peraturan Terkait
UU PPh
Psl 4 ayat (2)
Pasal 15
Pasal 21/26
Pasal 22
Pasal 23/26
Pasal 24
Sifat Pemotongannya
Final
Tidak Final
Objek dan Tarif DPP
Gross Amount
Net Estimated
Income
Peraturan Pelaksana
PP
PMK
Per DJP
Hal yang Harus Diperhatikan oleh WP agar
Terhindar dari Permasalahan Withholding Tax
1 • Klausul Wtiholding Income Tax Dalam Kontrak
2
• Mengelola Perbedaan Interpretasi Dalam PPh Pemotongan-Pemungutan
3
• Perkuat Peran Pencatatan Akuntansi Dalam Pemotongan Pajak
4 • Lakukan Rekonsiliasi Obyek Pemotongan PPh Pot-Put
5 • Perencanaan Pajak pada PPh Potong Pungut
Fungsi Klausul Wtiholding Income
Tax Dalam Kontrak
Mengelola Perbedaan Interpretasi
Dalam PPh Pemotongan-Pemungutan
payee dapat melakukan riset perpajakan atas perlakuan pajak yang pernah ada sebelumnya yang analog dengan jasa yang dikerjakan oleh payee berdasarkan regulasi yang pernah dikeluarkan oleh pihak otoritas perpajakan
payee atau payor dapat menunjuk pihak independen (biasanya konsultan pajak) untuk memberikan opini atas perlakuan perpajakan yang sesuai secara teknis maupun praktis atas kasus di atas apabila masih belum mendapatkan titik temu antara keduanya
pengajuan private ruling oleh salah satu pihak kepada pihak otoritas pajak selaku tax regulator
Lakukan Rekonsiliasi Obyek
Pemotongan PPh Pot-Put
Perencanaan Pajak pada PPh Potong
Pungut
kewajiban perusahaan sebagai Wajib
potong PPh pot-put
Kewajiban Memotong
Kewajiban Menyetor pajak yang telah
dipotong
Kewajiban Melaporkan pajak yang telah
dipotong dan disetor