Tauhid dan Pembagiannya
-
Upload
eva-erisa-ii -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Tauhid dan Pembagiannya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan
manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Hanya
amal yang dilandasi dengan tauhidullah, menurut tuntunan Islam, yang akan
menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang
hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran surat An Nahl ayat
97 yang Artinya :Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam
semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang
kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan
pula sekedar mengenal Asma’ dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui
keesaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah melalui Asma’
dan SifatNya. Kaum jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah, juga meyakini
bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini
adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka itu belumlah
menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang beriman
kepada Allah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tauhid?
2. Apa saja pembagian dalam tauhid?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tauhid.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam pembagian tauhid.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Tauhid
Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Penamaan ini
karena pembahasan-pembahasan yang paling menonjol adalah tentang keesaan
Allah, yang menjadi sendi atau asas dari agama islam, bahkan sendi atau dasar
bagi semua agama wahyu. Kata “Tauhid” mengandung arti “satu” atau “esa” dan
“keesaan” dalam agama islam. Islam sebagai agama monotheisme membahas
tentang keesaan Allah. Pembahasan mengenai keesaan Allah ini merupkan materi
pokok dan mendasar, serta sifat Esa bagi Allah adalah sifat yang terpenting
diantara sifat- sifat Allah yang lain.
Adapun definisi Tauhid secara istilah syariat islam adalah “syahadat la
ilaha ilallah (persaksian bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan yang berhak
untuk disembah atau dibadahi) melainkan Allah)”.
Al-Muzany bercerita bahwa pada suatu saat Imam Syafi'i bertanya kepada Imam
Malik tentang tauhid, maka beliaupun menjawab,
بالنبي نظن أن , r محال , قاله ما والتوحيد التوحيد يعلمهم ولم االستنجاء أمته علم أنه) :r النبي , مني عصموا قالوها فإذا الله إال إله ال يقولوا حتى الناس أقاتل أن أمرت
, الله على وحسابهم وأموالهم (U دماءهم حقيقة فهو والمال الدم به عصم فما
.التوحيد
"Mustahil kita beranggapan bahwa Nabi r yang telah mengajarkan kepada
umatnya adab buang hajat, lantas Beliau r tidak mengajarkan kepada mereka
tauhid!. Tauhid adalah apa yang disabdakan Nabi r, "Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka mengatakan "la ilaha illallah", jika mereka
telah mengatakannya maka mereka telah melindungi nyawa dan harta mereka, dan
3
hisab mereka tergantung pada Allah"1[2]. Hal yang melindungi nyawa dan harta
itulah hakekat tauhid"2[3].
1.2 Pembagian Tauhid
1. Tauhid Rububiyah.
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya,
dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah
subhannahu wa ta’ala berfirman:
شيء ( كل خالق ه )62الل
“Allah menciptakan segala sesuatu …” (QS. Az-Zumar: 62).
Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk
lainnya. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
رزقها الله على إال األرض في ة داب من وما
“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya, …” (QS. Hud: 6).
Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan,
Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
تشاء من وتعز تشاء ممن الملك وتنزع تشاء من الملك تؤتي الملك مالك هم الل قل
قدير ( شيء كل على ك إن الخير بيدك تشاء من وتولج) 26وتذل هار الن في يل الل تولج
تشاء من وترزق الحي من ت المي وتخرج ت المي من الحي وتخرج يل الل في هار النحساب ( )27بغير
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
1
2
4
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam
ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali
Imran: 26-27).
Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para
rasul yang difirmankan Allah:
واألرض ماوات الس فاطر شك ه الل أفي رسلهم قالت
“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta
langit dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10).
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun
demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa
‘alaihissalam kepadanya:
يا ك ألظن ي وإن بصائر واألرض ماوات الس رب إال هؤالء أنزل ما علمت لقد قال
مثبورا ( )102فرعون
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang
menurunkan mujizat-mujizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi
sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun,
seorang yang akan binasa.” (QS. Al-Isra’: 102).
Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:
وعلوا ( ظلما أنفسهم واستيقنتها بها )14وجحدوا
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka)
padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” (QS. An-Naml: 14).
5
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis.
Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi
pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu
makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada
yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang
mempengaruhinya. Firman Allah subhannahu wa ta’ala :
) الخالقون هم أم شيء غير من خلقوا ال) 35أم بل واألرض ماوات الس خلقوا أم
)36يوقنون (
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?;
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath-Thur:
35-36).
2. Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah adalah ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba
berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a,
nadzar, qurban, raja‘ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah
(takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa
ta’ala berfirman:
الطاغوت واجتنبوا ه الل اعبدوا أن رسوال أمة كل في بعثنا ولقد
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl:
36).
/ األنبياء [ فاعبدون أنا إال إله ال ه أن إليه نوحي إال رسول من قبلك من أرسلنا ]25وما
6
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’: 25).
Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang
wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi
tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah
tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah lawannya,
yaitu syirik. Sedangkan Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
/ النساء [ به يشرك أن يغفر ال ه الل ]48إن
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS. An-Nisa’: 48,
116).
/ األنعام [ يعملون كانوا ما عنهم لحبط أشركوا ]88ولو
“…seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
/ الزمر [ الخاسرين من ولتكونن عملك ليحبطن أشركت ]65لئن
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).
Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah subhannahu
wa ta’ala berfirman:
/ النساء [ إحسانا وبالوالدين شيئا به تشركوا وال ه الل ]36واعبدوا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak …” (QS. An-Nisa’: 36).
/ اإلسراء [ إحسانا وبالوالدين اه إي إال تعبدوا أال ك رب ]23وقضى
7
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya …” (QS. Al-Isra’: 23).
/ ] األنعام إحسانا وبالوالدين شيئا به تشركوا أال عليكم كم رب م حر ما أتل تعالوا قل151[
“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu-bapak …’.” (QS. Al-An’am: 151).
3. Tauhid Asmaa’ Wa Shifaat
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah RasulNya shallallaahu ‘alaihi wa salam
menurut apa yang pantas bagi Allah subhannahu wa ta’ala, tanpa ta’wiil dan
ta’thiil, tanpa takyiif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah subhannahu wa ta’ala:
/ الشورى [ البصير ميع الس وهو شيء كمثله ]11ليس
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).
Allah menafikan jika ada sesuatu yang menyerupaiNya, dan Dia menetapkan
bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama
dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diriNya dan dengan
nama dan sifat yang disampaikan oleh RasulNya. Al-Qur’an dan As-Sunnah
dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih
mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada -sesudah Allah- orang
yang lebih mengetahui Allah daripada RasulNya. Maka barangsiapa yang
mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifatNya atau menamakan Allah dan
menyifatiNya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhlukNya, atau men-ta’wiil-
kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu
dan berdusta terhadap Allah dan RasulNya.
8
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
/ الكهف [ كذبا الله على افترى ممن أظلم ]15فمن
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi: 15).
Wallahu a’lam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Penamaan
ini karena pembahasan-pembahasan yang paling menonjol adalah tentang
keesaan Allah, yang menjadi sendi atau asas dari agama islam, bahkan
sendi atau dasar bagi semua agama wahyu. Tauhid dibagi menjadi 3, yaitu
Tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid Asmaa’ wa shifaat.
3.2 Saran
Tauhid adalah pembahasan tentang Aqidah dalam islam. Tauhid
pembagiannya ada tiga yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan
Tauhid Asmaa ‘wa shifaat. Jadi, kita sebagai umat muslim setidaknya
mengetahui tentang tauhid dan pembagiannya. Karena tauhid di
definisikan tidak ada yang wajib di sembah kecuali Allah SWT.
9
Daftar Pustaka
Aly Imron DJ, 2014, http://media.compasiana.com, 22 September 2014, 21.00 WIB
Aditya, 2014, http://makalah4you.blogspot.com, 22 September 2014, 20.00 WIB
Moh. Ali Aziz, 2013 http://terapishalatbahagia.net, 22 September 2014, 21.18 WIB
Assad, 2011, http://muhammadassad.wordpress.com, 22 September 2014 21.20 WIB
Ahmad Multazam, 2011, http://multazam-einstein.blogspot.com, 22 September 2014, 21.30 WIB
Khotijah, 2012, http://mynameiskhotijah.blogspot.com, 22 September 2014, 21.38 WIB
Ikhsan, 2009, http://alkarawanjy.blogspot.com, 22 September, 21.49 WIB
Achmad Faisol, 2009, http://achmadfaisol.blogspot.com, 22 September, 22.03 WIB
10