Tauhid di indonesia

22
MENYINGKAP SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAUHID Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid Oleh: ABD.SHAMAD (E01211001, E01211002) ABD. MUNIF Dosen Pengampu: H. GHOZI., Lc., M. FIL. I NIP: 197710192009011006 JURUSAN AKIDAH FILSAFAT

Transcript of Tauhid di indonesia

Page 1: Tauhid di indonesia

MENYINGKAP SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAUHID

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid

Oleh:

ABD.SHAMAD (E01211001, E01211002)

ABD. MUNIF

Dosen Pengampu:

H. GHOZI., Lc., M. FIL. I

NIP: 197710192009011006

JURUSAN AKIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2012

Page 2: Tauhid di indonesia

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat, hidayah dan inayah Allah kami dapat

merampungkan makalah ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh

sebelumnya, namun hasil akhirnya sudah membanggakan kami secara pribadi.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai pembawa agama Islam. Shalawat dan salam juga semoga

tercurahkan kepada sahabat dan kerabat beliau yang telah membantu perjuangan

penyebaran agama Islam.

Dalam makalah yang berjudul Menyingkap sejarah Perkembangan Ilmu

Tauhid ini, kami mencoba memaparkan sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu

tauhid sebagai bahan acuan membaca fenomena keagamaan modern yang sarat

dengan konflik keagamaan. Bahkan memberikan label baru pada Islam sebagai

agama kekerasan.

Terakhir kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar

dan teman-teman yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun pasif dalam

merampungkan makalah ini. Dan Sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa dan

salah, dalam makalah ini tentunya banyak ditemukan berbagai kesalahan dan

kelalaian. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam

kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Harapan kami, semoga makalah ini memberikan kemanfaatan bagi para

pembaca, baik dari kalangan akademisi atau mereka yang ingin mengetahui

sejarah kelahiran ilmu tauhid dan perkembangannya serta dapat mengambil

pelajaran darinya.

Surabaya, 21 September 2012

Penulis

2ii

Page 3: Tauhid di indonesia

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

C. Tujuan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB II ILMU TAUHID DALAM SEJARAH

A. Definisi dan Fase Pertumbuhan Ilmu Tauhid . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

B. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Aliran dalam Islam. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

3iii

Page 4: Tauhid di indonesia

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah agama lahir dengan beberapa syarat, salah satunya adalah adanya

Tuhan dan konsep ketuhanan dalam menanamkan keyakinan yang dapat

ditemukan dalam ilmu tauhid. Namun ketika masuk pada wilayah konseptual,

akan lahir banyak kontroversi sesuai dengan kacamata yang dipakai dalam

melihat dan mengkaji juga tak lepas dari pengaruh latar belakang social politik,

budaya dan pendidikan seseorang. Dan hal ini sudah menjadi hal yang biasa juga

tak dapat dihindari.

Pada masa Rasulullah, umat Islam datar-datar saja dan mengembalikan

semua urusan kepada Nabi baik urusan furu’iyah atau yang terkait dengan prinsip-

prinsip dasar Islam (akidah). Pada waktu itu, selalu mentaati perintah Allah dan

Rasul-Nya juga terhindar dari perselisihan paham.

Setelah Rasulullah wafat, keadaan mulai berubah. Gejolak-gejolak

keagamaan dan social politik mulai kentara. Namun hal itu masih dapat diredam

pada masa-masa awal kepemimpinan khulafaurrasyidin. Baru pada masa Khalifah

Ustman yang memicu banyak kontroversi, gejolak yang tertanam sebelumnya

tersaalurkan. Diawali dengan kematian Khalifah yang dipertanyakan sampai

lahirnya peristiwa tahkim pada masa pemerintahan Ali.

Berawal dari persoalan politik, kontroversi di kalangan umat Islam

merembet pada persoalan akidah sebagai prinsip umat Islam. Di sini politisasi

kegamaan mulai dipermainkan dalam memperoleh justifikasi agama yang

memiliki potensi besar dalam menggalang umat. Syi’ah, khawarij, murji’ah dan

aliran-aliran lain berjamuran dengan satu dasar dan satu Tuhan.

Berbagai fenomena di atas juga dapat ditemukan dalam keberagamaan

masyarakat Islam modern. Hanya saja dengan berbagai polesan dan bentuk yang

berbeda. Namun kalau menarik konteks tersebut ke dalam sejarah, maka akan

4

Page 5: Tauhid di indonesia

5

ditemukan berbagai kesamaan yang diadopsi atau bisa saja disebutkan bahwa

mereka sebagai perpanjangan tangan dan bentuk baru dari berbagai aliran

sebelumnya. Oleh karena itu, kami merasa tertarik untuk meninjau ulang sejarah

umat Islam dan menyusun makalah dalam menyingkap fenomena sejarah

khususnya yang berhubungan dengan perkembangan pemikiran ketauhidan.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak tentang :

1. Apa definisi dan bagaimana pertumbuhan Ilmu Tauhid?

2. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya berbagai aliran

dalam Islam?

C. Tujuan

Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan memahami sedikit

banyak tentang :

1. Definisi dan fase pertumbuhan ilmu tauhid.

2. Faktor-faktor yang melatar belakangi lahirnya berbagai aliran dalam Islam

5

Page 6: Tauhid di indonesia

6

BAB II

SEJARAH KELAHIRAN ILMU TAUHID

A. Definisi dan Fase Pertumbuhan Ilmu Tauhid

Menentukan awal lahirnya ilmu tauhid tidak bisa lepas dari bagaimana

seseorang mendefinisikannya. Karena berangkat dari definisi lah semuanya akan

menjadi jelas, baik itu ruang lingkup dan kategori-kategori tertentu sesuatu dapat

masuk dalam wilayahnya. Ilmu tauhid di sini merupakan ilmu yang

membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan menggunakan

dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil naqli, dalil aqli atau dalil wijdani (perasaan

halus)1. Dan banyak lagi definisi lain yang dipaparkan dengan gaya bahasa dan

sudut pandang masu/ing-masing, akan tetapi kesemuanya tetap berkisar dalam

persoalan kepercayaan dan cara menguraikannya. Ilmu ini disebut juga dengan

ilmu kalam, ilmu ushuludin dan ilmu teologi.

Setelah mengetahui definisi dari ilmu tauhid, maka baru dapat ditentukan

awal sejarah dan perkembangannya. Sebagai prinsip dasar agama, maka tauhid

(akidah) atau apa-apa yang masuk dalam bahasan ilmu tauhid sebenarnya datang

dana tumbuh berkembang bersamaan dengan agama itu sendiri.2 Hanya saja corak

ketauhidan pada waktu itu tidak sama dengan yang dikenal sekarang sebagaimana

keadaan Islam itu sendiri. Dan sudah menjadi prasyarat dari berdirinya suatu

agama adalah adanya Tuhan yang diyakini dan atau konsep-konsep ketuhanan

dalam mengantarkan para pemeluknya mengenal Tuhan dan meyakininya. Di sini

corak ketauhidan yang berkembang lebih bersifat praktis, ditanamkan pada jiwa

tiap individu untuk diaplikasikannya. Ilmu tauhid yang dikenal sebagai amaly

syuhudi atau praktikal dan penghayatan ini selanjutnya dikembangkan oleh para

sufi dengan penyucian jiwa dan tarbiyah kerohanian.

1 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, (Jakarta; PT. Bulan Bintang, 1990), 01

2Ibid., 03-06

6

Page 7: Tauhid di indonesia

7

Ada beberapa fase perkembangan ilmu tauhid sampai menjadi sebuah

disiplin keilmuan yang mandiri, lebih teoritis sebagaimana yang dikenal sekarang.

Adapun fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masa Rasulullah

Pada masa ini, merupakan masa-masa awal penanaman ketauhidan,

penetapan pokok-pokok akidah dan penyusunan hukum. Pembentukan umat

Islam menjadi perhatian pertama menanggapi berbagai keyakinan yang

berkembang di masanya. Di sini lah awal kemunculan Ilmu tauhid yang

dibawa Nabi dengan Islam dalam coraknya tersendiri.

Nabi sebagai pemimpin religio-politik menjadi rujukan umat Islam dalam

mengahadapi masalah, baik yang terkait dengan keagamaan atau social

kemasyarakatan. Nabi dengan didampingi Tuhan sanggup menyatukan dan

menjawab semuanya tanpa kontroversi. Berangkat dari yang satu ini lah

semua umat seragam. Dan pada akhirnya apa-apa yang disampaikan atau

dicontohkan Nabi menjadi rujukan umat setelahnya selain Alquran.

Pertentangan atau perdebatan lebih-lebih sampai saling menyalahkan dan

mengkafirkan adalah sesuatu yang terlarang. Bahkan meskipun hal tersebut

ditujukan kepada orang di luar Islam. Dalam Alquran banyak ayat yang

membahas hal tersebut seperti dalam surat Al Anfal 46

مع الله ان واصبروآ ريحكم وتذههب فتفشلوا تنازعوا وال وأطيعواالله

االنفال. ) )٤٦الصبرين

Artinya : “Dan ta’atilah olehmu oleh Allah dan Rasul-Nya dan janganlah

kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu gagal dan

hilanglah kekuranganmu serta bersabarlah; sesumgguhnya Allah

beserta dengan orang yang sabar”. (Al Anfal 46)

Nabi juga bersabda:

: وما إلينا أنزل وما بالله آمنا والتكذبواهم،وقولوا الكتاب اهل التصدقوا

وإلهنا إليكم، أنزل. مسلمون له ونحن واحد وإلهكم

Artinya : “Janganlah kamu membenarkan ahlul kitab dan janganlah

mendustakan mereka. Dan aktakanlah: “Kami telah beriman

7

Page 8: Tauhid di indonesia

8

kepada Allah, kepada apa yang telah diturunkan kepada kami dan

kepada apa yang telah diturunkan kepada kamu”. Tuhan kami dan

Tuhan kamu adalah Tuhan yang Esa. Dan kami menyerahkan diri

kepada-Nya”.

Ilmu tauhid yang berkembang pada masa Nabi selanjutnya dimasukkan

dalam kategori tauhid amaly syuhudi/praktikal dan penghayatan di mana

ketauhidan ditanamkan dalam dada, dihayati dan dimanifestasikan dalam

bentuk perbuatan. Pembahasan ketauhidan sendiri hanya ada dalam Alquran

dan penyampaian Nabi baik lewat sabda atau lainnya berbeda dengan yang

ditemukan sekarang.

b. Masa Khulafaurrasyidin

Pada masa awal kekhalifahan, umat Islam disibukkan dengan pertahanan

kesatuan dan persatuan umat Islam sendiri yang sedikit goncang setelah

wafatnya Rasul juga menghadapi serangan-serangan baik dari luar atau umat

Islam sendiri yang membangkang. Karenanya, perhatian pada ilmu tauhid

berkuarang dan mereka hanya melakukan qudwah atau mengikuti apa yang

telah disampaikan Rasul atau yang ada dalam Alquran. Mereka juga

cenderung tekstualis dalam memahami Alquran dan hadis Nabi.

Fenomena di atas berubah setelah khalifah Usman berkuasa. Berawal dari

pengangkatannya yang menimbulkan kontroversi juga pemerintahan yang

banyak ditentang dengan tuduhan nepotisme dan lainnya, dilanjutkan dengan

pembunuhan Usman oleh para pemberontak menimbulkan berbagai

pertentangan di kalangan umat Islam. Hal ini memuncak setelah terjadi tahkim

dalam perang shiffin.3

c. Masa Umayyah

Dinasti umayyah merupakan masa transisi pemerintahan dari system

kekhalifahan ke system monarki absolute. Tidak ada lagi musyawarah atau

pemilihan dalam menentukan pemimpin, tetapi kepemimpinan berjalan secara

turun temurun. Dan usaha mempertahankan kedaulatan Islam sudah terhenti.

3Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perbandigan, (Jakarta; UI Press, 1986), 4-6

8

Page 9: Tauhid di indonesia

9

Sehingga umat Islam memiliki banyak kesempatan untuk mempertanyakan

kembali dan membahas hokum-hukum Islam dan dasar-dasar akidahnya yang

sudah lama didiamkan oleh ulama salaf.

Selain itu, perpecahan umat Islam setelah terjadinya perang Shiffin juga

memiliki peran besar bagi umat Islam untuk meperhatikan dasar-dasar akidah.

Sehingga mereka yang terpecah dan sama-sama mengedepankan truth claim

dan mengkafirkan golongan lain mencari justisifikasi agama lewat tauhid

sebagai prinsip dasar agama. Persoalan-persoalan tauhid pun diketengahkan.

Pada masa ini juga mulai timbul usaha untuk menyusun ilmu (kitab)

terkait dengan akidah Islam. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Wasil ibn

Atha yang menyusun kitab Al-Futuya, Kitabul Manzilati Bainal Manzilataini

dan Kitabut Tauhid. Jadi, Ilmu tauhid pada masa ini sudah mulai berkembang

berbeda dengan masa sebelumnya.

d. Masa Abbasiyah

Kekuasaan Abbasiyah ditandai dengan harmonisasi Bangsa Arab dengan

Bangsa Ajam (non-Arab) yang sebelumnya termarginalkan pan Arabisme

Umayyah. Banyak orang-orang non-Arab (Persia) diangkat menjadi pegawai

Istana dan mendapat tugas menerjemahkan kitab-kitab dengan bahasa mereka

ke bahasa Arab. Namun, sebagian penerjemah ada yang menyeleweng dan

memasukkan maksud-maksud buruk tertentu dengan kedok agama dalam

penerjemahan.

Pada masa Abbasiyah ini terjadi perkembangan intelektual dan budaya

yang menjadi titik perhatian. Penerjemahan kitab-kitab bahasa asing

khususnya filsafat Yunani dilakukan besar-besaran. Sehingga mempengaruhi

paradigma berpikir umat Islam dalam membahas dan mengkaji ulang

agamanya.

Penggunaan filsafat dalam penetapan akidah Islam memberikan warna

baru dalam perkembangan ilmu tauhid yang tidak ditemukan sebelumnya. Di

sini tauhid dituangkan ke dalam tulisan secara besar-besaran dengan

rasionalisasi dalam pembelaan agama dari serangan luar. Penggunaan filsafat

ini pun tak lepas dari mengadopsi metode musuh dalam menandinginya. Di

9

Page 10: Tauhid di indonesia

10

sini tauhid yang dikemas dengan ilmu kalam lebih bersifat teoritis (nadhari)

sebagai akibat dari pengaruh filsafat Yunani. Perkembangannya seiring

dengan perdebatan dan diskusi-diskusi yang terjadi di kalangan umat Islam.

e. Pasca Abbasiyah

Setelah kekuasaan Abbasiyah berahir, maka berakhir pula masa keemasan

Islam. Pada masa ini terjadi kerancuan dalam ilmu kalam dengan

pencampuradukan filsafat ke dalam ilmu kalam sebagi warna baru ilmu

tauhid. Prinsip-prinsip filsafat dimasukkan ke dalam akidah Islamiyah. Hal ini

dilakukan oleh sebagian pengikut Asy’ariyah yang terlalu menceburkan diri

dalam dunia filsafat.

Kemudian datanglah Ibn Taimiyah yang mebela mazhab salaf dan

memurnikan kembali akidah Islam dengan mengembalikannya kembali pada

Alquran dan hadis. Sebagaimana kaum salafy, Ibnu Taimiyah lebih tekstual

dan mengikuti makna dzahir ayat tanpa takwil.

Kedatangan Ibn Taimiyah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian

kalangan menolak pemikirannya bahkan ada yang menganggapnya sesat.

Karena Ibn Taimiyah lebih berpegang pada makna dzahir ayat tanpa takwil

menanggapi ayat mutasyabihat yang menjadi bahan perbincangan. Selain

mereka yang menolak, sebagian yang lain mengamininya dan mengikuti

pendapatnya yang nantinya menjadi pemicu matinya kreativitas (menurut

sebagian kalangan).

Setelah masa ini, umat Islam mulai tumpul kemauannya dan mati

kreativitasnya. Mereka hanya mengatakan makna-makna lafadz dan ibarat-

ibarat yang ada dalam kitab warisan para pendahulunya seakan mereka ahli

penerjemah saja. Perkembangan intelektual Islam berhenti di sini sampai

datanganya Muhammad Abduh yang membangun kembali ilmu-ilmu agama.

10

Page 11: Tauhid di indonesia

11

B. Faktor-Faktor Penyebab Lahirnya Aliran dalam Islam

Dalam perkembangan ilmu tauhid sampai pada corak barunya yang lebih

teoritis (ilmu kalam) dengan berbagai aliran yang berkembang di dalamnya

dipengaruhi oleh beberapa factor yang secara global dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu:

a. Internal

Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam Islam dan umat Islam

sendiri, di antaranya:

1. Alquran selain membahas tentang akidah Islam juga membahas berbagai

keyakinan lain yang disesatkan, membahas tentang syirik, murtad, ahli

kitab, Nasrani dan Yahudi juga keyakinan lain yang membuat umat Islam

bertanya-tanya dan tertarik untuk mengkajinya.

2. Banyak ayat-ayat mutasyabihat yang disebutkan dalam Alquran dan ayat-

ayat yang secara dzahir kontradiktoris.

3. Adanya kesempatan besar kaum muslim untuk membahas kembali tentang

dasar-dasar akidah setelah sebelumnya diterima begitu saja. Dan

kesempatan itu datang setelah umat Islam sudah semakin besar.

4. Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman yang menjadi pemicu perselisihan

dan perang saudara sampai terjadinya tahkim di Shiffin. Dari sini muncul

berbagai aliran dan perhatian lebih terhadap akidah dalam mencari

justifikasi agama.4

b. Eksternal

Factor eksternal adalah factor yang tidak berasal dari dalam Islam dan

kaum muslimin, di antaranya:

1. Banyak di antara umat islam yang dulunya Bergama Yahudi, Nasrani dan

lainnya bahkan menjadi pembesarnya, setelah masuk Islam dan keadaan

sudah tenang mereka mengingat kembali ajaran agamanya dan

dicampuradukkan dengan Islam. Sehingga butuh sebuah ilmu tentang

akidah dalam memurnikannya.

4A. Hanafi M, Theology Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta; Bulan Bintang, 1982), 13-18

11

Page 12: Tauhid di indonesia

12

2. Masuknya budaya-budaya lain dengan mudah setelah terjadinya berbagai

penaklukan dan banyak diterjemahkannya kitab-kitab asing khususnya

filsafat Yunani yang mempengaruhi cara berpikir umat Islam.

3. Mengimbangi musuh yang menyerang Islam dengan menggunakan

filsafat. Sehingga tidak boleh tidak umat Islam juga harus

menggunakannya dalam mengimbanginya.5

5Ibid., 18-19

12

Page 13: Tauhid di indonesia

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu tauhid di sini merupakan ilmu yang membicarakan tentang cara-cara

menetapkan akidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan,

baik dalil naqli, dalil aqli atau dalil wijdani (perasaan halus). Sebagai prinsip dasar

agama, maka tauhid (akidah) atau apa-apa yang masuk dalam bahasan ilmu tauhid

sebenarnya datang dana tumbuh berkembang bersamaan dengan agama itu sendiri

Ada beberapa fase perkembangan ilmu tauhid sampai menjadi sebuah

disiplin keilmuan yang mandiri, lebih teoritis sebagaimana yang dikenal sekarang.

Adapun fase-fase tersebut dengan karakternya masing-masing adalah sebagai

berikut:

1. Masa Rasulullah

2. Masa Khulafaurrasyidin

3. Masa Umayyah

4. Masa Abbasiyah

5. Pasca Abbasiyah

Dalam perkembangan ilmu tauhid sampai pada corak barunya yang lebih

teoritis (ilmu kalam) dengan berbagai aliran yang berkembang di dalamnya

dipengaruhi oleh beberapa factor yang secara global dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu:

a. Internal

Faktor internal adalah factor yang berasal dari dalam Islam dan umat Islam

sendiri, misalnya, Alquran selain membahas tentang akidah Islam juga

membahas berbagai keyakinan lain yang disesatkan, membahas tentang syirik,

murtad, ahli kitab, Nasrani dan Yahudi juga keyakinan lain yang membuat

umat Islam bertanya-tanya dan tertarik untuk mengkajinya. Selain itu, banyak

ayat-ayat mutasyabihat yang disebutkan dalam Alquran dan ayat-ayat yang

13

Page 14: Tauhid di indonesia

14

secara dzahir kontradiktoris. Di nsamping adanya kesempatan besar kaum

muslim untuk membahas kembali tentang dasar-dasar akidah setelah

sebelumnya diterima begitu saja. Dan kesempatan itu datang setelah umat

Islam sudah semakin besar. Dari segi politik diwakili peristiwa terbunuhnya

Khalifah Usman yang menjadi pemicu perselisihan dan perang saudara sampai

terjadinya tahkim di Shiffin. Dari sini muncul berbagai aliran dan perhatian

lebih terhadap akidah dalam mencari justifikasi agama.

b. Eksternal

Factor eksternal adalah factor yang tidak berasal dari dalam Islam dan

kaum muslimin, misalnya, banyak di antara umat islam yang dulunya

Bergama Yahudi, Nasrani dan lainnya bahkan menjadi pembesarnya, setelah

masuk Islam dan keadaan sudah tenang mereka mengingat kembali ajaran

agamanya dan dicampuradukkan dengan Islam. Sehingga akidahingga butuh

sebuah ilmu tentang akidah dalam memurnikannya. Selain itu, masuknya

budaya-budaya lain dengan mudah setelah terjadinya berbagai penaklukan dan

banyak diterjemahkannya kitab-kitab asing khususnya filsafat Yunani yang

mempengaruhi cara berpikir umat Islam. Apa lagi musuh yang menyerang

Islam menggunakan filsafat. Sehingga tidak boleh tidak umat Islam juga harus

menggunakannya dalam mengimbanginya.

B. Saran

Umat Islam khususnya golongan-golongan ekstrem seharusnya belajar

dari sejarah dan tidak mengulangi sejarah kelam lagi. Bagaimana berbagai

pertentangan harus disikapi dengan fair sebagai sesuatu yang alami, bukan lantas

menjadi pemicu pertumpahan darah sesama umat Islam dan merusak

keutuhannya.

14

Page 15: Tauhid di indonesia

15

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi. 1982. Theology Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: Bulan Bintang.

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisis

Perbandingan. Jakarta: UI-Press.

Shiddieqy, M. Hasbi. 1990. Sejarah Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. Jakarta: PT.

Bulan Bintang.

15