tasawuf
-
Upload
aishanurmalita -
Category
Documents
-
view
15 -
download
3
description
Transcript of tasawuf
Makalah Faktor Pendorong Terjadinya Perbuatan
LATAR BELAKANG
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak
dari kata Khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangkai tingkah
laku atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arifdikatakan: “akhlak ialah sifat-sifat manusia yang
terdidik “.
akhlak bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar. akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak
lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.sifat itu lahir berupa perbuatan
baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Aplikasi dari akhlak adalah perbuatan. Jadi akhlak dan perbuatan mempunyai hubungan yang
kuat. Perbuatan adalah hasil dari akhlak manusia, baik itu akhlakul karimah ataupun akhlakul
madzmumah. Manusia berbuat sesuatu yang baik atau yang buruk pasti memiliki faktor atau
pendorong yang membuat manusia melakukan hal itu. Banyak factor yang membuat manusia
melakukan perbuatan baik atau perbuatan yang tercela. Mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi lahirnya perbuatan manusia akan diterangkan di makalah ini.
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERBUATAN
Pendahuluan
Kehidupan muslim yang baik dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlak yang baik dilandasi oleh ilmu, iman, amal,
dan takwa. Ia merupakan kunci bagi seseoranguntuk melahirkan perbuatan dalam kehidupan
yang diatur oleh agama.
Dengan ilmu, iman, amal, dan takwa seseorang dapat berbuat kebajikan, seperti shalat, puasa,
berbuat baik sesama manusia, dan kegiatan-kegiatan lain yang merupakan interaksi sosial.
Sebaliknya tanpa ilmu, iman, amal, dan takwa, seseorang dapat berperilaku yang tidak sesuai
dengan akhlakul karimah, sebab ia lupa pada Allah yang telah menciptakannya. Keadaan
demikian menunjukkan perlu adanya pembangunan iman untuk meningkatkan akhlak
seseorang.
Tingkah laku manusia
Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap
seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku
sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu,
meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran islam termasuk
iman yang tipis. Untuk melatih akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, ada contoh-
contoh yang dapat diterapkan sebagai berikut:
Akhlak yang berhubungan dengan Allah
Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap keluarga
Akhlak terhadap masyarakat
Akhlak terhadap alam sekitarnya
Kecenderungan fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseorang itu dinilai
berdosa karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, seperti pelanggaran terhadap
akhlakul karimah, melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan adat istiadat.
Secara fitrah manusia, seorang muslim dilahirkan dalam keadaan suci. Manusia tidak diwarisi
dosa dari orangtuanya, karena itu bertentangan dengan hukum keadilan Tuhan. Sebaliknya
Allah membekali manusia di bumi dengan akal, pikiran, dan iman kepada-Nya. Keimanan itu
dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan hidup yang dialaminya[1].
Insting dan naluri
Menurut bahasa insting berarti kemampuan berbuat suatu tujuan yang dibawa sejak lahir,
merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga
merupakan kesanggupan melakukan hal yang kompleks tanpa dilihat sebelumnya, terarah
kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.
Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada
sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah dimiliki manusia maupun
hewan sejak lahir. Perbuatan insting pada hewan bersifat tetap, tidak berubah dari waktu ke
waktu, sejak lahir sampai mati. Insting pada manusia dapat berubah-ubah dan dapat dibentuk
secara intensif.
Dalam insting terdapat tiga unsure kekuatan yang bersifat psikis, yaitu mengenal (kognisi),
kehendak (konasi), perasaan (emasi). Insting merupakan sejumlah gerak energi dari semua
insting-insting, merupakan keseluruhan dari energi psikis yang dipergunakan oleh
kepribadian. Insting terdiri dari empat pola khusus, yaitu sebagai berikut.
Sumber insting. Sumber insting berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan
kecenderungan, lama-lama menjadi kebutuhan.
Tujuan insting. Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah, untuk
menghilangkan perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin yang
disebabkan oleh meningkatnya energi pada tubuh.
Objek insting. Objek insting merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dan
memilah-milah agar keinginannya dapat terpenuhi.
Gerak insting. Gerak insting tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat akidah, namun harus
ditopengi ilmu, amal, dan takwa pada Allah. Allah memuliakan akal dengan dijadikannya
sarana tanggungjawab. Diantara mereka ada yang menerimanya dengan cara melalui hafalan
dan dipercayai sebagai adat kebiasaan (kepercayaan tradisional). Kepercayaan ini tidak luput
dari timbulnya kebimbangan dan keraguan. Ada yang memperolehnya dengan jalan
memerhatikan dan berpikir sehingga kepercayaannya semakin mendalam dan keyakinannya
semakin kuat[2].
Manusia dilengkapi dengan akal pikiran dalam melakukan kegiatan, ia menggunakan akal
pikir dengan sempurna dan sarana penunjang berupa bahasa, logika, matematika, dan
statistika.
Akal adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia, berlaku, berbuat, membentuk
masyarakat dan membina kebudayaan. Akal menjadikan manusia itu mukmin, muslim,
muttaqin, shalihin. Agama itu akal, maka hanya dengan akal-lah kita bisa memahami Allah,
akal merupakan kunci untuk memahami islam.
Disamping itu, banyak insting yang mendorong perilaku perbuatan yang menjurus
kepada akhlakul karimah maupun akhlakul madzmumah, tergantung orang yang
mengendalikannya. Apabila dikaji secara menyeluruh, ada bermacam-macam naluri yang
bersemayam dalam batin manusia. Naluri-naluri itu berakar pada hati sanubari manusia pada
dua asas pokok, yaitu
Naluri asas keselamatan
Naluri asas kesenangan
Perbedaan yang sangat nyata antara naluri manusia, dan hewan ialah bahwa naluri manusia
dapat dididik, naluri hewan tetap tidak berubah dari waktu ke waktu. Menurut teori evolusi,
naluri hewan dapat timbul, maju dan mundur sebagai jawaban terhadap lingkungannya.
Naluri pada manusia merupakan sifat pertama yang membentuk akhlak. Tetapi sifat itu masih
bersahaja, ia tidak diabaikan atau dibiarkan saja melainkan wajib dididik dan dilatih.
Pola dasar bawahan
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karean dia datang kedunia ini dengan serba tidak tahu (La
ta’amuna syaian). Apabila seorang ingin tahu suatu hal dan ingin mengetahui sesuatu yang
belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat
kesenangan itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Ladzdzar, yaitu kepuasan
Sa’adah yaitu kebahagian
Bertambah banyak yang diketahui, bertambah naiklah tingkat kepuasan dan bertambah rasa
kebahagiaan. Ini dapat dirasakan secara utuh dan sempurna bagi orang yang luas ilmu
pengetahuan dan keimanannya. Puncak tertinggi dari kepuasan dan kenahagian ini
ialah ma’rifatullah.
Manusia mempunyai penyempurnaan pribadi untuk mewujudkan nafsumuthmainnah.
Nafsu muthmainnah artinya jiwa tenang merupakan percerminan sikap pribadi seseorang
yang diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Sikap yang tenang dalam
menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi oleh manusia, menujukkan sikap kematangan
jiwa dan kemantapan diri. Sebagai umat muslim dapat menyesuaikan kehidupannya dengan
jalan Kehidupan yang telah ditunjukan oleh Allah .
Seseorang muslim dapat mencapai tingkat nafsu muthmainnnah, apabila ia dapat mencapai
tingkat keimanan yang sempurna kepada Allah dalam arti keimanan yang disertai tingkat
pemahaman, pengetahuan dan penghayatan yang tinggi terhadap agama islam dalam
kehidupan sehari-hari. Ia mempunyai pandangan optimis dalam hidupnya, tidak gelisah, tidak
kecil hati dan tidak takabur dalam menghadapi persoalan hidup.
Nafsu
Pengertian nafsu
Nafsu berasal dari bahasa arab, yaitu nafsu yang artinya niat. Nafsu ialah keinginan hati yang
kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan sahwat yang ada pada manusia.
Menurut Agus Sudjanto nafsu ialah hasrat yang besar dan kuat, yang dapat mempengaruhi
seluruh fungsi jiwa.
Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat memiliki
kecenderungan yang sangat hebat sehingga dapat mengganggu keseimbangan fisik. Dilihat
dari definisi diatas berarti nafsu ialah Sesutu gejolak jiwa yang selalu mengarah kepada hal-
hal yang mendesak, kemudian diikuti keinginan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu.
Nafsu dapat mempengaruhi semua pertimbangan akal memengaruhi peringatan hati nurani
menghindari hasrat yang baik. Contoh, nafsu bermain judi, minuman keras, nafsu
membunuh, ingin memiliki dan nafsu yang lainnya, mengarah kepada keburukan, sehingga
nafsu dapat berkuasa dan bergerak bebas kemana ia mau.
Abu Ahmad berpendapat bahwa nafsu ialah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia
dan memberikan kekuatan dan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
tertentu.
Menurut ilmu akhlak, nafsu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Nafsu individual (perseorangan) misalanya nafsu makan, minum, kebutuhan jasmani dan
kesehatan
Nafsu sosial (kemasyarkatan) mislanya nafsu meniru, nafsu berkumpul dengan orang lain,
mengeluarkan aspirasi, bermasyarakat, dan memberikan bantuan kepada orang lain.
Hubungan Nafsu dengan Ahlak
Pergerakan yang hebat dapat menimbulkan gerakan nafsu dan sebaliknya nafsu dapat
menimbulkan akhlak baik dan akhlak buruk yang hebat, adakalanya kemampuan berpikir
dikesampingkan.
Nafsu dan Pendidikan
Nafsu terdapat pada tiap-tiap orang walaupun berbeda macam dan tingkannya. Kebiasaan -
kebisaan yang baik dan pengaruh-pengaruh yang positif pendidikan yang sudah tertanam
dalam jiwa seseorang dapat mempengaruhi nafsu dan pertanyaan-pertanyaan nafsu diperluas.
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan oleh Tuhan dan diri manusia hingga ia
dapat hidup, bersemangat, dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia.
Hanya saja mengingat tabiat nafsu itu berkecenderungan hanya untuk mencari kesenangan,
lupa diri, bermalas-malasan yang membawah kesenangan dan tidak perrnah merasa puas,
maka manusia harus dapat mengendalikannya agar tidak membawah pada kejahatan.
Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga, yaitu sebagai berikut.
Nafsu ammarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat
dipenuhi. Nafsu ini belum memperoleh pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa
membendakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan
kesalahan dan menyeslai perbuatan yang telah dilakukannya itu. Hanya sayangnya setelah itu
dia berbuat lagi.
Nafsu Muthmainah, yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntutan, bimbingan, pemeliharaan
yang baik dan pendidikan. Nafsu ini dapat mendatangkan ketenangan batin, melahirkan sikap
dan akhlak yang baik, membentengi diri dari perbuatan keji dan mungkar, bahkan
mengahalau aneka ragam kejelekan, selalu mendorong untuk melakukan kebajikan dan
menjauhi maksiat.
Manusia yang tidak berkeperibadian selalu mengikuti nafsunya tanpa pertimbangan
kemanusiaannya, yang dijadikan pedoman ialah kepuasannya. Nafsu yang sudah menjadi-jadi
sehingga bukan lagi manusia yang menguasai manusia itu.
Adat dan Kebiasaan
kebisaan terjadi sejak lahir. Lingkungan yang baika mendukung kebiasaan yang baik pula.
Lingkungan dapat merubah keperibadiaan seseorang . lingkungan yang tidak baik dapat
menolak adanya disiplin dan pendidikan. Kebiasaan yang buruk mendorong kepada hal-hal
yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif. Seseorang yang hidupnya
dikatakan modern, tetapi lingkungan yang bersifat primitif, kebiasaan itu bisa timbul karena
ada dalam diri pribadi seseorang dibawah sejak lahir. Kebiasaan yang sudah melekat pada
diri seseorang sukar untuk dihilangkan , tetapi jika ada dorongan yang kuat untuk
menghilangkan, ia dapat mengubahnya.
Misalnya kebiasaan seseorang bangun tidur pukul 07.00 pagi yang sukar untuk bangun pukul
04.30 subuh. Menurut teori Humanistik Plato dan Aristoteles, kebiasaan disebabkan karena
adanya daya-daya yang mereka miliki semakin kuat.
Agar kebiasan buruk seseorang dapat berubah menjadi baik, diperlukan berbagi bimbingan
dari orang lain. Begitu juga dengan seorang anak sebelum dia memiliki kebiasaan yang
buruk, maka dalam usia perkembangannya diberikan bimbingan yang benar.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kebiasaan baik buruk yang dapat ditangkap gejala-
gejalanya sebagai berikut.
Metode mengatasi kebiasaan. Para filusuf didunia timur menjelaskan kebiasaan ialah
kesinambungan dari suatu pikiran atau tindakan untuk waktu yang lama, menyebabkan
lekukan alur kanla yang terbentuk pada otak tindakannya menjadi tampak sadar dan otomatis,
kemanusiannya selalu timbul untuk mengulang tindakan yang telah menjadi kebiasaan.
Misalnya ketika seseorang mulai merokok ia masih memikirkan tentang menyalakan korek
api kemudian ia menyalakan lagi tanpa berpikir lagi dan ini menjadi kebiasaan.
Kekuatan kebiasaan. Kebanyakan orang mengibaratkan kekuatan kebiasaan dengan
perkataan kebiasaan itu natur yang kedua. Mereka bermaksud bahwa adat kebiasan itu
mempunyai kekuatan yang mendekati kepada natur yang pertama. Natur yang pertam ialah
apa yang dibawah oleh manusia sejak ia dilahirkan. Kekuatan kebiasaan ialah yang
menjadikan orang-orang tua menolak pendapat-pendapat Baru dan penemuan-penemuan
baru.
Mengubah kebiasan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan pola terbaik, disesuaikan
dengan unsur-unsur agama. Untuk mengubah kebiasaan dapat dilakukan dengan cara berikut
ini:
Berniat sunguh-sunguh dengan tiada diiringi keraguan-raguan.
Janganlah mengizinkan bagi diri sendiri melakukan kebiasaan buruk, apabila menambah
kebiasaan buruknya yang lain.
Carilah waktu yang baik untuk men-tahfidz-kan niat dan ikutilah segala gerak jiwa yang
menolong tahfizd terbuat. Kesukaran bukan dalam niat, tetapi dalam men-tahflidz-kannya.
Jagalah pada diri kekuatan penolak yang kecil-kecil setiap hari untuk mengekang hawa nafsu
yang tidak baik
Semua perbuatan baik dan buruk itu menjadi adat kebiasaan karena ada kecenderungan hati
terhadapnya dan menerima kecenderungan tersebut dangan disertai perbuatan berulang-ulang
secukupnya.
Nilai-nilai adat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat , tetapi sebagai
konsep suatu nilai adat itu bersifat sangat umum dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, biasa sangat sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Sebuah adat istiadat yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang melahirkan dua dampak, yaitu dampak
positif dalam kehidupan dan dampak negatifnya. Dalam sebuah adat yang bermain dalam
masyarakat dapat memberikan sebuah wacana baru untuk membentuk sebuah generasi
selanjutnya.
Sebagian adat istiadat itu dilataran nenek moyang mereka dahulu menganggap baik kepada
suatu perbuatan yang besifat berani meskipun tidak berguna. Adat istiadat itu beasal dari
perbuatan orang-orang dahulu, yang mencoba melakukan perbuatan-perbuatan yang akhirnya
mengetahui mana yang berguna dan bermanfaat, dan mana yang merugikan, dengan dasar
itu mereka memperingatkan orang agar menjauhi.
Lingkungan
Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud
benda-benda seperti air, udara, bumi, langit dan matahari. Lingkungan dapat juga suatu yang
melingkupi tubuh manusia yang hidup, yaitu meliputi tanah dan udara. Lingkungan manusia
adalah apa yang mengelilinginya seperti gunung, lautan, udara, sungai, negeri, perkampungan
dan masyarakat sekitarnya.
Lingkungan ada 2 jenis yaitu :
Lingkungan alam
Alam adalah semua ciptaan Allah baik itu dilangit dan dibumi. Lingkungan alam telah lama
menjadi perhatian ahli sejarah sejak jaman plato hingga sekarang. Alam dapat menjadi aspek
yang memengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.
Lingkungan pergaulan
Lingkungan ini mengandung susunan pergaulan yang meliputi manusia seperti di rumah, di
sekolah, di tempat kerja, dan kantor pemerintahan. Lingkungan pergaulan dapat mengubah
keyakinan, akal pikiran, adat istiadat, pengetahuan dan akhlak.
Lingkungan pergaulan terbagi menjadi tujuh kelompok berikut:
Lingkungan dalam rumah tangga
Akhlak orang tua dirumah dapat memengaruhi tingkah laku anggota keluarganya dan anak-
anaknya.
Lingkungan sekolah
Sekolah dapat membentuk siswa-siswinya untuk menjadi yang lebih baik
Lingkungan pekerjaan
Suasana kerja dikantor, di bengkel, dilapangan terbuka, sopir dan buruh. Masing-masing
mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.
Lingkungan organisasi
Orang yang menjadi anggota salah satu organisasi akan memperoleh aspirasi yang digariskan
oleh organisasinya.
Lingkungan jamaah
Jamaah adalah semacam organisasi tapi tidak tertulis
Lingkungan ekonomi
Semua manusia membutuhkan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
Lingkungan pergaulan bebas/umum
Pergaulan bebas dapat menghalalkan segala cara untuk mewujudkan mimpinya.
Lingkungan pergaulan mempunyai pengaruh yang berlawanan.
Terkadang menguatkan hidup manusia dan meninggalkannya
Terkadang melemahkanya atau mematikannya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan islam yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap anak didiknya. Lingkungan yang dapat pengaruh terhadap anak didik dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama
Lingkungan yang berpegang teguh terhadap tradisi agama
Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan
agama.
Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa berhubungan, iman beradaptasi, akal harus
menempatkannya sesuai fitrah manusia.
Kehendak dan takdir
1. Kehendak
Kehendak menurut bahasa ialah kemauan, keinginan, dan harapan. Kehendak yaitu fungsi
jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam hati, bertautan
dengan pikiran dan perasaan. Kehendak merupakan salahsatu fungsi kejiwaan dari kekuatan
aktivitas jiwa dalam kelompok trikhotonomi yang dinamakan konasi. Kehendak ialah suatu
kekuatan yang mendorong melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dapat dibedakan menjadi dua macam berikut ini.
Tujuan positif, yaitu yang mendekati atau mencapai sesuatu yang dikehendaki.
Tujuan negatif, yaitu tujuan yang menjauhi atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Kehendak mempunyai dua macam perbuatan, yaitu sebagai berikut
Perbuatan yang menjadi dorongan, yakni kadang-kadang mendorong kekuatan manusia
supaya berbuat seperti membaca, mengarang, atau pidato.
Perbuatan menjadi penolak, terkadang mencegah perbuatan tersebut melarang berkata atau
berbuat.
Allah SWT adalah Zat Yang Maha Kuasa di seluruh alam semesta ini. Dia mengatur segala
sesuatu yang ada dalam kerajaan-Nya dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya. Kehendak
bukanlah suatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh kekuatan. Tuhan
menciptakan dengan kehendak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan kehendak dalam
diri, pada hakikatnya adalah suatu kekuatan Tuhan. Jika ada rahasia yang dapat dipelajari di
balik misteri dunia. Rahasia itu adalah kehendak-Nya.
Tabiat alami kehidupan yang dijalani manusia adalah kehendak. Kehendak tidak hanya
membutuhkan perjuangan untuk menjalani kehidupan, tetapi diri sendiri, pikiran, hasrat, dan
keinginan dapat melemahkan kehendak. Bagi manusia bahwa motif meningkatnya kegiatan
merupakan kehendak. Tetapi pada akhirnya dapat menemukan motif, merampas kehendak
dari dalam diri manusia.
2. Takdir
Takdir yaitu ketetapan Tuhan, apa yang sudah ditetapkan Tuhan sebelumya. Secara bahasa
takdir ialah ketentuan jiwa, yaitu suatu peraturan tertentu yang telah dibuat Allah SWT baik
aspek struktural maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam alam semesta ini.
Bermacam-macam peristiwa yang terjadi di alam ini, ada yang disukai dan ada pula yang
dihindari, seperti kaya, senang, sehat, sukacita semuanya adalahkehendak dari jiwa manusia
yang merupakan takdir Tuhan. Demikian pula dengan miskin, susah, sakit, dukacita
semuanya ini tidak diinginkan tetapi ia datang juga. Beragam cara untuk menolaknya, tetapi
lain yang diinginkan lain pula yang tiba, lain yang diharapkan lain pula yang terjadi.
Beginilah teka-teki hidup, semuanya itu menjadi pertanda bahwa ada yang lebih berkuasa
dari diri manusia. Dia telah membuat ketetapan atas segala sesuatu kemudian. Dia tetapkan
ketentuan itu dalam bentuk takdir. Segala kejadian akan terjadi menurut garis yang telah
ditentukan-Nya.
Garis takdir itu gaib bagi manusia, tak seorang pun yang mengetahui takdir yang telah
ditentukan Tuhan bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya besok.
Tetapi sekalipun takdir itu telah ditetapkan, namun Tuhan memberi kuasa juga kepada
manusia untuk berusaha dan berikhtiar dalam lingkungan takdir. Ada enam tingkatan Tuhan
menciptakan qadar dan takdir-Nya, keenam tersebut adalah sebagai berikut:
Qadar yang diciptakan Allah pada Azal. Sebelum terjadi segala sesuatu, belum ada langit dan
bumi, belum ada surge dan neraka, di kala itu Tuhan telah menjadikan qadar untuk membuat
alam dengan sebaik-baiknya.
Pentakdiran sebelum terjadinya langit dan bumi, sedangkan ‘arasy sudah diciptakan.
Pentakdiran yang dilakukan Tuhan tentang celaka dan bahagia yang ditentukan Tuhan
sebelum manusia dijadikan.
Qadar yang ditentukan Tuhan terhadap manusia tentang amal, kecelakaan dan kebahagiaan
ketika di dalam rahim ibu.
Pentakdiran yang dilakukan Tuhan di setiap malam qadar, pentakdiran ini dinamakan
pentakdiran Hauly (takdir tahunan).
Takdir yang ditentukan Tuhan untuk setiap hari (takdir Yaumy).
Keenam takdir ini sudah diatur oleh Allah sedemikian elok dan adil, sehingga manusia dan
seluruh makhluk tinggal menjalaninya sesuai dengan sunnah yang berlaku di semesta ini.
Kehendak artinya bermaksud, takdir ddiambil dari kata qadara yang artinya member I
ukuran. Takdir diartikan sebagai ketentuan yang tidak dapat diganggu gugat.
Aliran-aliran dalam ilmu teologi berpendapat tentang takdir secara beragam, yaitu sebagia
berikut.
Aliran natipisme. Aliran ini mengatakan, bahwa segala sesuatu, khususnya manusia telah
ditakdirkan Tuhan sejak lahir. Menurut teori ini manusia itu tidak bisa berkehendak secara
luas karena takdirnya sudah ditentukan Tuhan sejak lahir. Sejalan dengan hal itu, dalam
aliran teologi islam yang dikenal dengan aliran Jabariah mengatakan bahwa manusia tidak
bisa berbuat apa-apa, karena takdir-Nyalah dapat beraktivitas dengan baik namun tidak bebas
karena manusia terikat dengan kehendak mutlak Tuhan.
Aliran empirisme. Aliran ini kebalikan dari aliran natipisme. Pakarnya ialah John Locke. Ia
mengatakan, “Takdir itu bisa diubah oleh manusia itu sendiri”. Kehendak yang ingin dicapai
oleh manusia dapat diraih selagi bekerja sungghuh-sungguh, menggunakan ilmu, kerja keras,
dan ulet pasti tercapai.
Aliran konvergensi. Aliran ini merupakan aliran yang netral, aliran ini mengatakan, “Manusia
itu dalam berkehendak sudah terikat sejak lahir, akan tetapi bisa diubah oleh manusia itu
sendiri”. Seyogyanya takdir itu datang dari lahir tetapi ada kaitannya dengan usaha manusia
itu sendiri.
Makna takdir ialah suatu peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah untuk segala yang
ada di alam semesta yang maujud. Peraturan-peraturan tersebut ialah yang merupakan
undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang dilakukan di dalamnya antara sebab
dengan masalahnya, juga antara sebab dan akibatnya.
Imam Nawai, memberikan definisi takdir sebagai sesuatu yang maujud , ini adalah kehendak
Allah, sudah digariskan sejak zaman qidam dahulu. Allah Maha Mengetahui apa saja yang
akan terjadi atas segala sesuatu dalam waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan garis yang
telah ditetapkan-Nya. Tejadinya itu nanti pasti akan cocok menurut sifat-sifat dan keadaannya
tepat seperti yang digariskan oleh Allah SWT.
KESIMPULAN
Keimanan itu dalam perjalanan hidup manusia dapat bertambah atau berkurang disebabkan
oleh pengaruh yang datang dari dalam dan dari luar dirinya, yaitu berupa pengaruh
lingkungan hidup yang dialami. Disebabkan oleh faktor yang timbul dari dalam diri manusia
berupa dorongan hawa nafsu, lebih dominan terhadap panggilan hati nurani dan akal sehat,
kehendak mengikuti tuntutan islam yang benar.
Martabat manusia ditentukan oleh perbuatannya dan perbuatannya itu ditentukan oleh
kehendak hati, ikhtiar, dan pilihan hidup yang dijatuhkan. Jalan yang benar dan jalan yang
salah sama-sama terbentang di depan manusia. Oleh karena itu, manusia dapat mencapai
martabat hidup yang tinggi, ber-akhlakul karimah, sebagai insan kamil, sebagai mukmin
sempurna, muslim yang sejati, muttaqin, manakala dia dapat menuntun nafsunya dan akan
terjadi sebaliknya apabila tidak mengikuti tuntutan agama islam.
Manusia tanpa akal, laksana hewan karena manusia mempunyai akal dan hawa nafsu.
Apabila bukan akal yang memimpin manusia maka hawa nafsulah yang dominan dalam
dirinya, akal berfungsi menuntun manusia ke jalan agama yang benar dan wahyu dapat
kehilangan arah dan mudah dikendalikan hawa nafsu. Nafsu muthmainnah sebagai tingkat
kepribadian yang tinggi merupakan tingkat kemuliaan akhlak yang sempurna. Tingkat akhlak
ini hendaknya diusahakan oleh manusia untuk dicapai dalam hidup dan kehidupan sebagai
muslim.
[1] Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002, hal.273
[2] Syekh Hasan Al-Banna, Aqidah Islam, Bandung: Al-Ma’arif, hal. 9
Makalah Akhlak
AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA
KONSEP ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
Secara substansial etika, moral, dan akhlak adalah sama, yakni ajaran tentang kebaikan dan
keburukan menyangkut perilaku manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan
alam. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah dasar atau ukuran kebaikaan dan
keburukan itu sendiri.
A. PENGERTIAN AKHLAK
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, bentuk jamak dari
kata “khuluq” yang berarti tabiat, budi pekerti, perangai atau tingkah laku. Sinonim Akhlak adalah
etika dan moral. Sedangkan menurut terminologi Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada
jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan. Perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan
terpuji menurut pandangan akal dan hukum islam maka disebut Akhlak yang baik dan begitu
sebaliknya.
Adapun pengertian Akhlak menurut istilah ada bermacam-macam, diantaranya:
Ø Menurut imam Al Ghazali dalam bukunya “ ihya’ ulumid din “ memberikan pengertian Akhlak sebagai
berikut: “Akhlak ialah suatu sifat yang berurat berakar dalam jiwa seseorang yang menjadi pendorong
timbulnya amal perbuatan secara spontan, tanpa dipikir dan ditimbang-timbang”.
Ø Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak “ merumuskan pengertian Akhlak sebagai
berikut: “ Akhak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat”.
Ø Menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya “ Tahdzibul Akhlaq Wa Tathirul A’raq” memberikan
pengertian Akhlak sebagai berikut: “Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa dipikir-pikir dan ditimbang-timbang (terlebih dahulu)”.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ilmu Akhlak adalah ilmu yang memberikan batasan antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan
yang tercela, baik berupa perkataan maupun perbuatan manusia untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan lahir batin.
2. Ilmu Akhlak adalah Ilmu Pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk dan
mengatur pergaulan umat manusia, guna mencapai tujuan hidup yang serasi dalam pergaulan sesama
manusia.
Ciri-ciri Akhlak diantanya adalah:
1. Perbuatan Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadianya.
2. Perbuatan Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakanya.
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya.
5. Akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata mata
karna Allah.
Karena Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru
disebut Akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain:
1. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang.
2. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu sehingga ia benar-
benar merupakan suatu kebiasaan.
PEMBAGIAN AKHLAK
Ø Akhlak dibagi menjadi dua yaitu Akhlak mahmudah dan Akhlak madzmumah.
Ø Yang menyebabkan hati manusia menjadi baik dan buruk adalah nafsu.
Ø Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu, yaitu :
a. Nafsu syahwaniyah yaitu nafsu yang ada dalam diri manusia dan binatang, nafsu ini cenderung
kepada kelenjatan jasmaniah, misalnya makan, minum, dan seksual.
b. Nafsu Ghodhobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu cenderung pada amarah.
c. Nafsu Nathiqah yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan binatang, dengan nafsu ini manusia
dapat berfikir dengan baik, dan bedzikir, dan memahami fenomena alam .
B. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Secara etimologis Etika
bermakna watak, susila, adat. Sedangkan, secara terminologi dapat diartikan apa yang seharusnya
dilakukan, Ilmu tentang tingkah laku manusia serta prinsip-prinsip ajaran tentang tingkah laku yang
benar.
Pengertian etika menurut para ahli Filsafat, antara lain:
§ A.S.Hornby Dict mengatakan bahwa ilmu tentang prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah moral mengenai
perilaku dan perbuatan manusia.
§ New American Encycloaedia, etika ialah ilmu tentang filsafat moral, bukan mengenai faktor, tetapi
tentang nilai-nilai, bukan mengenai sifat, tindakan manusia, tetapi tentang idenya.
Adapun ciri-ciri etika islam adalah sebagai berikut:
v Etika islam mengajarkan manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan dari tingkah laku
yang buruk.
v Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan
didasarkan pada ajaran Allah SWT (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (Al -Hadist).
v Etika Islam bersifat Universal dan komprehensif, yaitu dapat diterima oleh seluruh manusia disegala
tempat dan waktu.
v Dengan rumus-rumus yang praktis dan cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia, maka
etika islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
v Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur, meluruskan
perbuatan manusia dibawah pancaran petunjuk Allah SWT. menuju kepada keridaan-Nya, sehingga
selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.
Macam-macam Etika, antara lain:
1. Etika Deskrptif
Etika deskriptif yaitu berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
2. Etika Normatif
Etika normatif yaitu norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
C. PENGERTIAN MORAL
Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Secara istilah adalah
batasan terhadap aktifitas manusia dengan memberi nilai baik atau buruk, benar atau salah. Konsepsi
moral ini selalu mengacu pada baik dan buruknya suatu perbuatan manusia berdasarkan adat
istiadat. Moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Penilaian terhadap moral diukur
dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki
nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral
jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Moral adalah
produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai
dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Ø Kesadaran moral
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat berwujud rasional dan objektif yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat
diterima oleh masyarakat.
3. Dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
D. PENGERTIAN SUSILA
Susila berasal dari bahasa sansekerta yang berarti dasar, prinsip dan norma. Secara istilah
susila adalah norma hidup yang bertujuan untuk mewujudkan dan menciptakan masyarakat menjadi
lebih baik. Susila juga dapat diartikan sebagai sopan santun.
Susila ini lebih mengacu pada upaya-upaya dalam membuat norma-norma untuk dijalankan
dalam masyarakat dan dijadikan prinsip-prinsip serta dasar agar tatanan sosialnya menjadi sejahtera
dan tentram. Upaya-upaya itu dapat berupa membimbing dan mendorong agar masyarakat memiliki
nilai mulia demi mencapai tujuan bersama.
E. PERBEDAAN ANTARA AKHLAK , ETIKA,MORAL, DAN SUSILA
v ETIKA
1. Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio bersifat tidak mutlak dan tidak pula universal.
2. Etika bersifat pemikitan filosofis yang berada pada tataran konsep teoritis.
3. Etika bersifat relatif yakni bisa berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
v AKHLAK
1. Akhlak berada pada tataran Aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat umum, namun
mengacu pada barometer ajaran agama.
2. Akhlak juga berada pada level spontanitas spesifik, karena kebiasaan individual/komunitas yang
dapat disebut dengan “adab”.
3. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dalam Al-qur’an dan As Sunnah..
v MORAL
1. Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
2. Moral yang diungkapkan dengan istilah moralitas dipakai untuk menilai suatu perbuatan
3. Moral mengacu pada baik buruknya perbuatan manusia.
v SUSILA
1. Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik dalam tindakan
ataupun tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan lokal.
2. Susila mengacu pada upaya-upaya dalam membuat norma-norma baik untuk dijadikan sebagai prinsip
dan dasar hidup suatu masyarakat.
F. PERSAMAAN ANTARA AKHLAK ,ETIKA MORAL, DAN SUSILA
ü Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada ajararan atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat, dan perangkai yang baik.
ü Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat
dan harkat kemanusiaanya.
ü Akhlak, etika, moral, dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor
keturunan yang bersifat tetap, statis dan konstan. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif
tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
G. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK, ETIKA, MORAL DAN SUSILA
Istilah etika.moral, susika dan akhlak adalah identik, karena sama-sama mengacu kepada
manusia, baik dari aspek perilaku maupunpemikiran manusia. Bagi manusia, perilaku yang dimaksud
tentu baerada pada tatran ideal tanpa memperdulikan perbedaan etnis, agama, geografis, bahasa dan
lain sebagainya. Ke empat istilah tersebut saling terkait antara satu dan lainya. Keterkaitan tersebut
masuk ke dalam aspek-aspek perilaku manusia. Dengan demikian maka etika, moral dan tata susila
sangat dibutuhkan sebagai implementasi dalam menjabarkan ketentuan-ketentuan Akhlak didalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
H. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAINYA
Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan satu dan lainya saling berhubungan. Namun hubungan
tersebut ada yang sifatnya berdekatan, yang pertengahan, dan ada pula yang agak jauh.
Ilmu-ilmu yang hubunganya dengan ilmu akhlak dapat dikatagorikan berdekatan antara lain
ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa dan Filsafat. Ilmu-ilmu yang erat
hubunganya dengan ilmu Akhlak dapat dikemukakan sebagai berikut :
A. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TASAWUF
Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu Tasawuf
Falsafi, Tasawuf akhlaki, dan Tasawuf Amali. Ketiga macam Tasawuf itu bertujuan untuk
mendekatkan diri kepda Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghiasi
diri dengan perbuatan terpuji.
Tasawuf falsafi pendekatan yang digunakn adalah pendekatan rasio atau akal, karena
menggunakan bahan-bahan kajian yang terdapat di kalangan filosof. Selanjutnya pada Tasawuf
akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlaki yang tahapannya terdiri dari takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli (menghiasi dengan akhlak terpuji), tajalli
(terbukanya dinding penghalang) yang membatasi manusia dengan Tuhan. Sedangkan pada Tasawuf
Amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah yang selanjutnya mengambil tarikat.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf adalah masalah ibadah yang menonjol yang
pada hakikatnya melakukan serangkain ibadah seperti sholat, puasa, zikir dll, yang semuanya itu
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka
bertasawuf berhubungan erat dengan pendidikan akhlak karena ibadah dalam Al- Qur’an dikaitkan
dengan takwa. Dan orang yang bertakwa adalah irang berakhlak mulia.
B. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU TAUHID
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan. Ilmu Tauhid
ini juga disebut dengan ilmu aqa’id (ikatan yang kokoh) karena keyakina pada Tuhan harus kokoh
tidak boleh dilepas begitu saja. Ilmu Tauhid disebut pula Ilmu Kalam yang pada intinya berkaitan
dengan upaya memahami dan meyakini adanya Tuhan dengan segala sifat dan perbuatan-Nya
Hubungan Ilmu Akhlak dengan iIlmu Tauhid sekurang-kurangya dapat dilihat melalui tempat
analisis :
1) Dilihat dari segi objek pembahasanya, yang membahas masalah Tuhan baik dari segi Dzat, sifat, dan
perbuatanya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan akan menjadi landasan untuk mengarahkan
amal perbuatan yang dilakukan manusia sehingga perbuatan yang dilakukan hanya semata-mata
hanya karena Allah.
2) Dilihat dari segi fungsinya
DAFTAR PUSTAKA
Majid Fakhry. 1996. Etika Dalam Islam. Pustaka Pelajar Bersama
Prof. Dr. Ahmad Amin. 1975. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang
Drs. Mahyuddin. 1999. Kuliah Akhlak Tasawuf. Kalam Mulia
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. 1996. Akhlak Tasawuf. PT. Raja Grafindo Persada
Drs. H. A. Mustofa. 1999. Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia
Drs. H. Kahar Masyhur. 1994. Membina Akhlak dan Moral. PT. Rineka Cipta
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Gema Insani
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2012. Surabaya: Akhlak Tasawuf. IAIN Sunan
Ampal Press