MAKALAH TASAWUF
-
Upload
lulu-hamidah -
Category
Documents
-
view
747 -
download
4
Transcript of MAKALAH TASAWUF
TASAWUF DI INDONESIASEJARAH
KEMUNNCULAN DAN TOKOH-TOKOHNYA
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Nurrochman,
Disusun oleh:
Tusfiyatul Aimah : 10680050
Haibatun Nisa : 10680051
Luluk Hamidah : 10680059
Ayu Berliantin :10680052
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan-perkembangan tasawuf di Indonesia erat
kaitanya dengan budaya-budaya bangsa Indonesia yang bersifat mistik
, tasawuf dapat berkembang secara cepat dalam persebarannya.
Tasawuf merupakan bagian dari metode penyebaran ajaran Islam
sangat mempunyai kemiripan dalam metode pendekatan-pendekatan
agama Hindu-Budha yang merupakan sistem keagamaan masyarakat
Indonesia sebelum Islam. Kemiripan dalam metode pendekatan
dengan latihan kerohanian, inilah yang kemudian mempermudah
berkembangnya tasawuf di Indonesia. Tasawuf merupakan alat dari
salah satu persebaran islam di Indonesia. tasawuf yang dahulu
berkembang di Gujarat, merupakan sinkronisasi keagamaan di
Indonesia, yaitu negeri Hindustan yang hal ini tidak jauh berbeda
dengan sosiologi agama Hindu di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kehidupan spiritual di Indonesia sebelum
datangnya Islam?
Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia?
Bagaimana perkembangan tasawuf di Indonesia dan tokoh-
tokohnya?
Bagaimana pengaruh dan pengamalan tasawuf di
Indonesia?
C. Tujuan
Mengetahui kehidupan spiritual di Indonesia sebelum
datangnya Islam
Mengetahui masuknya Islam ke Indonesia
Mengetahui perkembangan tasawuf di Indonesia dan
tokoh-tokohnya
Mengetahui pengaruh dan pengamalan tasawuf di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN SPIRITUAL DI INDONESIA SEBELUM
DATANGNYA ISLAM
Sebagian besar penduduk asli Indonesia sebelum
mendapatkan pengaruh dari agama-agama pendatang seperti
Hindu, Budha, Kristen, dan Islam, yaitu melakukan pemujaan
terhadap pandangan yang berdasarkan tentang fenomena alam.
Para pengikut agama yang dianut disebut Animisme,
mempercayai adanya ruh Tuhan yang mengalir dalam setiap
makhluk. Kekuatan tubuh diyakini sebanding dengan kapasitas
ruh Tuhan yang mengalir didalamnya. Sehingga diantara mereka
ada yang memuja dan leluhur atas dasar keyakinan bahwa ruh
leluhur lebih kuat daripada ruh masyarakat sendiri.selain itu,
adanya kepercayaan Dinamisme, yaitu menyembah binatang
buas, disamping karena rasa takut, juga atas kepercayaan
bahwa rasa takut ini merupakan indikasi adanya ruh Tuhan yang
membuat tubuh binatang-binatang tersebut menakutkan. Agama
yang pertama yang dianut oleh orang-orang Indonesia-Melayu.
Agama yang selanjutnya dianut penduduk Indonesia
adalah Hindu-Budha yang dibawa oleh para pedagang India. Hal
ini, ditandai dengan berdirinya kerajaan Budha terbesar di Asia
Tenggara, yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan yang
wilayah kekuasaanya meliputi; Jawa, Sumatra, dan Melayu,
tempat terdapatnya Universitas Nalanda, yang memiliki reputasi
dunia dalam Budhissme.1
Sejak saat itu agama Hindu-Budha mengalami
perkembangan pesat pada abad pertama dan kedua Hijrah, yang
ditandai dengan kemunculan kerajaan-kerajaan yang memiliki
keterkaitan dengan kedua agama tersebut. Misalnya kerajaan
Majapahit yang berdiri atas inspirasi menggabungkan agama
Hindu dan Budha (Sinkretis). Kedatangan orang-orang India yang
membawa agama Hindu-Budha memperkenalkan aksara
Sansekerta yang kemuduan menjadi aksara Jawa kuno.
Dalam sejarahnya, agama asli Indonesia mengalami
pasang surut. Berbagai tantangan yang dihadapi menambah
sulit baginya untuk bertahan hidup, seperti persaingan terhadap
agama-agama pendatang. Kelemahan menghadapi agama-
agama pendatang yang lebih unggul dalam hal kesempurnaan
ajaran-ajaran, baik dari segi teologi, tata aturan sosial, maupun
ideologi politiknya hampir saja membuatnya punah, terutama
pada masa dominasi Islam (kesultanan Demak) awal abad ke-16.
Meskipun, pada masa-masa tertentu, tatkala kesultanan Islam
mengalami kemunduran dan hadirnya penjajahan Belanda, yang
kembali mendapatkan perlindungan dari pemerintahan lokal.2
1 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 4.
2 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 2-3.
B. MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, hubungan dagang
antara Sumatra, Cina, India, Persia, serta negeri Arab sudah
terjalin dengan pesat. Hal ini dapat diketahui dengan adanya
bandar-bandar laut yang terkenal, misalnya Sanfosti di Tiongkok,
Bandar Muara Sabak di Sriwijaya (Jambi). Kontak perdangangan
tersebut secara tidak langsung membawa unsur-unsur
kebudayaan masing-masing pihak.
Agama islam yang masuk ke Indonesia didasarkan atas
dua pendapat menurut Alwi Shihab , yaitu pandangan islam yang
masuk ke Indonesia pada abad ke tujuh Hijrah, ditandai dengan
dakwah islam pada saat Dinasti Abbasiyah, yang dibawa oleh
Abdullah ibn Muhammbad ibn ‘Abd Qahir Al-‘Abbasi wafat 799
H/1407M. ke nusantara.
Selanjutnya, pandangan bahwa Islam sudah masuk ke
Indonesia pada abad pertama Hijrah, didasarkan oleh
argumentasi catatan-catatan resmi Cina periode Dinasti Tang
618 M menegaskan bahwa islam sudah masuk wilayah Timur
jauh, yaitu Cina dan sekitarnya, termasuk kepulauan Indonesia.
Jurnal Cina mengisyaratkan adanya pemukiman Arab di Cina
yang penduduknya diizinkan oleh kaisar untuk menikmati
kebebasan beragama. Pengenalan dini kaum Arab terhadap
kepulauan Indonesia setaraf dengan data yang mereka ketahui
mengenai Cina bahkan lebih luas. Pedagang-pedagang Muslim
memasuki Cina karena kedatangan orang-orang Arab membawa
islam ke Cina melalui jalur laut. Cina sendiri mempertimbangkan
hubungan perdagangan dengan Indonesia dikarenakan letak
geografis Indonesia sebagai perdagangan laut internasional.3
3 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia (Jakarta: MMU, 2009), hlm, 10.
Menurut Hamka dan beberapa tokoh lainnya,
mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia langsung dari
tanah Arab dengan membawa Mazhab Ahli Sunnah Wal-Jama’ah
khususnya Mazhab Syafi’iyah. Hal ini didasarkan atas perlawatan
Ibnu Bathuthah yang menemukan masyarakat Islam di Aceh
adalah beraliran Syafi’iyah, pada abad ke delapan Hijrah.4
Salah satu peninggalan sejarah yang menjadi simbol
kesinambungan pengaruh agama asli, yaitu Candi Borobudur,
mengindikasikan bahwa penentuan letak bangunannya
didasarkan pada kewajiban dalam sistem kepercayaaan
animisme untuk membangun tempat ibadah di dataran tinggi.
Sedangkan pengaruhnya seni arsitekturnya dalam kehidupan
spiritual Islam, misalnya bentuk bangunan masjid lama pada
masjid Agung Demak, Cirebon, Banten, dibangun berdasarkan
model tradisional Indonesia.
C. TASAWUF DI INDONESIA DAN TOKOH-TOKOHNYA
Penyebaran Islam yang berkembang secara signifikan di
negara-negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi
tokoh-tokoh tasawuf. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat kaum sufi
yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Islam pada
hakekatnya merupakan agama yang terbuka dan tidak
mempersoalkan perbedaaan etnis, ras, dan bahasa. Tasawuf
islam telah membuka wawasan lebih luas bagi keterbukaan yang
meliputi agama-agama lain.
Tasawuf islam memasuki Indonesia sekitar abad kedua
Hijrah sampai abad ke delapan Hjirah yang mana tasawuf ini
berkembang secara menyeluruh di Indonesia. Beberapa alasan
yang melatarbelakangi perkembangan tersebut diantarnaya:
4 Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 1982), hlm. 180-181.
1. Hasan al-Basri (w. 110 H), Rabi’ah al-Adawiyah (w.
185 H), Sufyan Tsauri (w. 121 H) ketiganya dari
Basrah. Ibrahim bin Adham (w. 161 H) dan Syaqiq
al-Balakhi (w. 194H) keduanya berasal dari Persia.
Mereka inilah yang dianggap tokoh-tokoh tasawuf pada
akhir abad pertama sampai abad kedua Hijrah.
Sedangkan pengaruh tasawuf di Persia lebih dahulu
datang ke Indonesia oleh Al-Ghazali (w. 505 H).
Terdapat pula, Syekh al-Yafi’i ahli tasawuf di Mekkah,
merupakan murid dari Syekh Mas’ud bid Abdullah
al-Jawy (bangsa Jawa), yang mana Syeh A-Jawi hidup
pada zaman kejayaaan Kerajaan Samudra Pasai.5
2. Paham tasawuf sebagai bentuk baru dari hidup zahid,
yaitu menjauhkan diri dari kemegahan hidup duniawi,
yang dibawa oleh saudagar-saudagar muslim yang
kemudian menetap di Indonesia.
3. Paham-paham thariqat, yang juga berkembang di
Indonesia seperti paham Qadariyah oleh Abdul Qadir al-
Jailani (w. 1415 H), Naqsabandiyah oleh Bahauddin (w.
1388 M), dan Syattariyah oleh Abdullah Syattar (w.
1415 M), mereka ini berada pada abad ke lima sampai
ke tujuh Hijrah.
Pada perkembangannya tasawuf di Indonesia juga
mendapat pengaruh dari para tokoh yang menyebarkan ajaran
tasawuf dari masa ke masa, terdapat dua gologna tasawuf yang
berkembang yaitu tasawuf Sunni (salafi) dan tasawuf Falsafi,
metode pendekatan pada tasawuf sunni dan salafi lebih
menonjol kepada segi praktis (العملي ), sedangkan tasawuf falsafi
menonjol kepada segi teoritis (النطري ).
5 Hamka, Tasawuf Pekembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1980), hlm. 218.
Beberapa tokoh penting yang berkontribusi mengajarkan
jalan (thariqah) dalam suasana tasawuf di Indonesia.
1. Perkembangan taswuf di Pulau Sumatera
a. Hamzah Fansuri yang berfaham Wahdatul Wujud (Falsafi).
Riwayat hidup Hamzah Fansuri tidak banyak yang diuraikan secara terperinci.
Beliau berasal dari daerah Barus dan kemunculannya dikenal pada masa
kekuasaan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah pada penghujung abad ke-16. Beliau
adalah ahli tasawuf asli Melayu yang suka mengembara, menjelajahi Timur
Tengah, Siam, Malaya, dan beberapa pulau di Nusantara. Hamzah Fansuri
(w. 1604 M) terkenal dengan tulisannya, misalnya; Syair
Perahu, Syair Burung Pingai, sehingga membuat ajaran
Tasawuf banyak dikenal oleh banyak orang. Adapun ajaran
yang dikembangkannya adalah:
1) Wujud. Menurutnya, bahwa wujud itu hanyalah satu. Wujud yang satu
itu berkulit dan berisi, atau ada yang lahir dan ada yang batin. Semua
benda-benda yang ada, merupakan pernyataan saja dari wujud yang
hakiki, dan wujud yang hakiki itu adalah Al-Haq yaitu Allah SWT.
Wujud itu mempunyai tujuh martabat (hakikatnya satu), yaitu
a) Ahadiyah; hakikat sejati dari Allah,
b) Wahda; hakikat dari Muhammad SAW,
c) Wahdiyah; hakikat dari Adam,
d) Alam arwah; hakikat dari nyawa,
e) Alam mitsal; hakikat dari segala bentuk,
f) Alam ajsam; hakikat tubuh,
g) Alam insan; hakikat manusia.
2) Allah. Menurutnya Allah adalah Dzat yang mutlak dan qadim, first
causal (sebab pertama) dan pencipta alam semesta. Tuhan itu ada
dalam diri manusia, tetapi Tuhan itu tidak identik dengan alam.
3) Penciptaan. Menurutnya bahwa wujud Tuhan itu sebagai suatu lautan
yang dalam yang tak bergerak dan alam semesta ini merupakan
gelombang dari lautan itu. Eksistensi dunia ini bukanlah wujud yang
hakiki.
4) Manusia. Menurutnya manusia adalah dunia kecil atau mikrokosmos
yang di dalamnya terkandung segala sesuatu (makrokosmos). Untuk
dapat mengenal Allah dan bisa bertemu dengan-Nya, seseorang harus
dapat menembus hijab yang membatasi dirinya dengan Tuhan. Hijab
itu adalah kejamakan di alam dunia ini.
5) Kelepasan. Menurutnya manusia harus mengalami kelepasan dengan
dunia yang harus ditempuh melalui Syari’at, Tharekat, Hakikat, dan
Ma’rifat, yang secara berturut-turut terdiri dari alam nasut (alam
manusia), alam malakut (malaikat), alam jabarut (puasa) dan fana.6
b. Kemudian muridnya Syekh Samsudin bin Abdillah As-
Sumatrani (Syamsuddin Pasai), hidup antara tahun 1575-
1630 M) yang bermukim di Aceh. Buku-buku yang pernah
beliau tulis, diantaranya; Jauhar al-Haqoid, Risalatul Bayyin
Mulahazat al-Muwahidin ‘ala al-Muhlidi fi dzikrullah. Pokok-
pokok ajarannya mengenai 1). Allah itu Esa adanya, Qadim
dan Baqa. 2). Penciptaan dari Dzat yang Mutlak melalui tahap
tingkatan, yaitu ahadiya, wahda, wahidiya, alam arwah, alam
mitsal, alam ajsam, dan alam insan. 3). tentang manusia,
manusia ini semacam obyek dimana Allah menzhahirkan
sifatnya.
c. Syekh Abdul Ra’uf Singkel (Syekh Abdul Ra’uf bin Ali Al-
Fansuri al-Jawi). Lahir di Fansur tahun 1620 M. yang menyebarkan
Tarekat Syattariyah dan kemudian diikuti oleh murid-
muridnya di daerah Aceh dan Pariaman (1620-1693 M).
Beberapa pandangannya mengenai hati manusia yang
6 Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 1982)hlm.187-195.
menjadi unsur penting dalam tubuh, dzikir yaitu mengingat
Allah seraya menyebut namanya dengan ucapan (jahar) atau
dengan hati (sirri).
d. Syekh Burhanuddin (1646-1693 M), beliau merupakan
penduduk asli Minangkabau, lahir pada tahun 1056 H/1646 M
dan meninggal pada bulan Syafar 1111 H/1693 M. Murid dari
Syekh Abdul Ra’uf Singkel yang berpaham Syafi’i. Beliau
mendirikan madrasah dan mengajar di ulakan, diantara
murid-murid yang pernah belajar dengan beliau adalah;
Tuanku Mansingan Nan Tuo, Tuanku Imam Bonjol.
e. Nuruddin ar-Raniri
1) Riwayat Hidupnya
Nama lengkapnya ialah nuruddin bin Ali bin Hasanji bin
Muhammad Hamid Ar-Raniry. Ia berasal dari Ranir
( Rander ) Gujarat. Waktu mudanya pernah belajar di
Hadramaut kepada seorang guru yang bernama Abu Hafs
Umar bin Abdullah Basyaiban. Ia datang ke Aceh pada
tanggal 6 Muharram 1075 H/1637 M. Dan diduga ia tinggal
di Aceh sampai tahun 1644 M. Kemasyhurannya tersiar
jauh keluar daerah Aceh. Walaupun ia berasal dari India,
tapi karangan-karangannya ada yang ditulis dalam bahasa
Arab dan Melayu.
2) Ajarannya
Dapat diketahui bahwa paham Ar-raniry sebenarnya
hampir sama dengan Hamzah Fansuri, terutama dalam
masalah hubungan antara wujud Tuhan dengan alam.
Alam ini digambarkan sebagai wujud yang majaz. Hal ini
dapat dimaklumi, oleh karena sebagaimana sufi lainnya,
Ar-Raniry pun berusaha memberi paham betapa Esa nya
Tuhan itu secara Haqiqi.
f. Ulama sufi yang lainnya adalah Syekh Abdu samad al-
Palimbani. Salah satu hasil dari pandangannya tentang
keutamaan berzikir, meliputi tatacara saat berzikir dan
tatacara setelah seorang murid melakukan zikir.
2. Perkembangan tasawuf di Pulau Jawa
Penyebaran dan penyiaran agama islam di tanah Jawa
pada zaman dahulu adalah dipelopori para mubaligh islam yang
dikenal dengan sebutan wali. Dari segi bahasa, makna wali yang
ditulis dengan aksara arab “berarti orang yang mencintai dan
dicintai”. Waliyullah artinya orang yang mencintai dan dicintai
Allah SWT. Wali songo artinya sembilan orang wali. Di samping
sebagai muballigh islam, mereka ini juga adalah orang-orang yang
mempunyai peranan penting dalam pemerintahan. Mereka
mempunyai fungsi rangkap, yaitu sebagai muballigh atau guru
dan juga sebagai pemimpin masyarakat pendamping raja. Para
wali sango tersebut adalah; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
a. Maulana Malik Ibrahim
1.)Riwayat Hidupnya
Maulana malik Ibrahim adalah putra dari maulana
Muhammad Jumaidil Kubra bin Sayid Zainul Husein, bin
sayid zainul Kubra bin Sayid Zainal Abidin, bin Husein, bin
Fatimah, binti Muhammad SAW.
Disepakati oleh para ahli sejarah, bahwa Maulana
Malik Ibrahim bukanlah putra asli Indonesia, ia datang ke
pulau Jawa pada tahun 1399 M. Maulana Malik Ibrahim
mulai menyiarkan agama islam di tanah Jawa ialah di
daerah Jawa Timur.
2.)Beberapa ajarannya
Dalam seluruh usaha dakwahnya, nampaknya ia lebih
banyak mengutamakan masalah tauhid dan akhlaq,
masalah Tuahan dan ke Esaan Nya dan masalah perilaku
manusia. Mengenai filsafat ketuhanan antara lain ia
mengatakan bahwa “ yang dinamakan Allah itu ialah
sesungguhnya yang diperlukan adanya”.
b. Sunan Ampel ( 1401-1452)
1) Riwayat Hidupnya
Nama kecilnya ialah Raden Rahmat, seperti diuraikan di
muka, ia adalah putra dari Maulana Malik Ibrahim. Ia
dilahirkan tahun 1401 M, dan dibesarkan di luar Jawa,
diperkirakan mulai menetap di Jawa pada tahun 1431 M.
2) Beberapa ajarannya
Sebagai penyambung ayahandanya Maulana Malik
Ibrahim, maka ajarannya lebih banyak diutamakan
kepada masalah yang berkenaan dengan pemurnian
tauhid dan pembinaan akhlaq.
c. Sunan Bonang
1 ). Riwayat Hidupnya
Lahir pada tahun 1449 M. Merupakan salah seorang putra
dari Sunan Ampel. beliau adalah seseorang yang terhormat
di kalangan agamawan maupun bangsawan dan
masyarakat. Jiwa seni adalah merupakan satu
keistemewaan yang dimilikinya dan dimanfaatkannya
dalam usaha dakwahnya.
2 ). Pokok-Pokok Ajarannya
Primbon Sunan Bonang memuat wejangan yang didahului
dengan basmallah, hamdallah, dan salawat. Isinya
penjelasan yang sistematis tentang usul suluk ( tauhid dan
tasawwuf ) dan berpangkal kepada kalimat syahadat.
d. Sunan Giri
1) Riwayat Hidupnya
Disebut juga dengan raden paku, sunan Giri merupakan
orang penting dan terhormat baik di kalangan kerajaan
maupun di tengah-tengah ulama’. Beliau dijadikan anak
angkat oleh Nyi Gede Maloka (Nyai Ageng Tandes),
disekolahkannya ke Ampel dan berguru kepada Sunan
Ampel.
2) Pokok-Pokok Ajarannya
Sebagai seorang pendidik, Sunan Giri banyak
menyampaikan ajaran-ajarannya dalam bentuk permainan
anak-anak dan berbagai macam lagu yang berjiwa agama.
Selain itu, sunan giri juga mengajarkan syariat, tarikat,
hakikat, dan makrifat.
e. Sunan Drajat
1). Riwayat Hidupnya
Nama kecilnya Syarifuddin dan juga sering disebut dengan
nama Raden Qasim. Beliau adalah salah seorang putra darri
Ssuyang banyak memperhatikan soal-soal kesejahteraan dan
sosial.
2 ). Beberapa ajarannya
Dalam setiap kesempatan dakwahnya yang menjadi
pembahasannya adalah masalah sosial yang terkait dengan
ajaran-ajaran islam.
f. Sunan Kaljaga
Nama Raden Mas Syahid, putra Adipati Wilwatikta, menantu Maulana Malik
Ibrahim. Mengalami zaman Majapahit, Demak, dan Pajang., makamnya di
Kadilangu, Demak. Mengaji dengan Sunan Ampel. Beliau adalah seorang
pujangga, seniman besar. Ajarannya, berupa kesederhanaan atau zuhud.Dalam
dunia pemerintahan,beliau mempersatukan agama dan umara yang
disimpulkannya dalam suatu selogan “Sabdho Pandito Ratu”, yang artinya
satunya ucapan raja dan ulama.
g. Sunan Kudus
Nama Ja’far Sodiq, Raden Amir Haji, putra dari Sunan Ngudung, menantu
Sunan Bonang.eliau terkenal dengan keahliannya dalam ilmu
agama,seperti ilmu tauhid,ushul,hadist,terutama dalam bidang ilmu fiqh
(hukum). Merupakan pujangga dan sastrawan, mengarang
Maskumambang dan Mijil. Ajarannya berupa akhlak dan zuhud.
h. Sunan Muria
Nama Raden Prawoto, Raden Umar Said, Putra Sunan Kalijaga. Dengan
Dewi Sujinah (putri Sunan Ngudung) melahirkan Raden Santri atau Sunan
Ngadilangu. Beliau mempertahankan gamelan sebagai media dakwah
Islam, mengarang Sinom dan Kinanti. Ajarannya bersifat sangat sufistik,
dan zuhud.Beliau adalah salah seorang yang berusaha mempertahankan
berlangsungnya gamelan sebagai kesenian Jawa untuk digunakan sebagai
media dakwah Islam ditengah masyarakat.
i. Sunan Gunung Jati
Nama Raden Abdul Kadir, Syarif Hidayatullah, Faletehan, Syekh
Nuruddin Ibrahim bin Israil, Said Kamil, Maulana Syekh Makdum
Rahmatullah. Putra Maulana Ishak. Makam di Cirebon, wafat tahun 1570
M. Beliau mengatakan bahwa amal paling utama adalah menjaga budi
pekerti yang luhur denga akhlak yang mulia.7
3. Perkembangan tasawuf di Kalaimantan
7 Usman Said, dkk. Pengantar Ilmu Tasawuf, 1983, Jakarta: Penerbit, hlm. 186-252.
Sama halnya perkembangan di pulau-pulau lain di
nusantara salah seorang sufi yang terkemuka di Kalimantan ialah
Syekh Khatib As-Sambasi, ketika belajar di Mekkah beliau lebih
dikenal dengan nama Ahmad Khatib bin Abdul Ghafar As-sambasi
Al-Jawi. Beliau dipandang oleh gurunya sebagai ahli Fiqih, Ilmu
Hadits, Ilmu Tasawuf dan penghapa Qur’an. Sementara di
Kalimantan Selatan Sufi di kembangkan oleh Syekh Muhammad
Nafi Idris bin Husaei Al-banjiri yang diberi gelar oleh
pengikutnya dengan nama maulana Al-Alamah Al-Mursad Ila
Tarikis Salamah yang hidup semasa dengan Syekh Muhammad Ar-
Sad bin Abdillah Al-Banjiri, tetapi mereka berbeda keahliannya
dalam hal agama, dimana Syekh Muhammad Nafis sangat
mendalami Ilmu Tasawuf sadangkan Syekh Muhammad Ar-Sad
lebih mendalami kepada Syari’at. Tarikat yang lebih mencolok
pada Syekh Muhammad Nafis ialah diliha dari segi teologi yakni
Asyariyah dan dari segi mahjab Fiqih lebih kepada Mahjab Syafi’i.
4. Perkembangan tasawuf Pulau Sulawesi
Hampir semua perkembangan Tasawuf di kepulauan
Nusantara satu sama lain tidak jauh berbeda. Yakni untuk
mengIslamkan penduduk sekitar yang membedakan satu sama
lainnya adalah tarekat yang kemudian berkembangnya saja, di
Sulawesi tasawuf yang berkembang bercorak Sunni dan Falsafi,
meskipun pada tarekat Falsafi banyak mencampur adukan ajaran
Tasawuf dengan Ilmu Hitam, sehingga hal ini semakin
membingungkan masyarakat kalangan awam. Hal seperti inilah
yang kemudian membuat ciri Tasawuf dimata masyrakat semakin
direndahkan dan kurang diminati orang. Ulama Tasawuf dari
Sulawesi adalah SyekhYusuf Tajul Khalawati Al-Makasari,
beliau lahir 3 Juli 1629 M, beliau beraliran Tasawuf sunni yang
bermukim di Goa Sulawesi Selatan. Dalam salah satu karangannya
beliau menulis diujung namanya dengan bahasa arab ”al-
Mankasti” yaitu mungkin yang beliau maksudkan adalah
”Makassar” yaitu nama kota di Sulawesi Selatan dimasa
pertengahan dan nama kota itu sekarang diganti pula dengan
”Ujung Pandang” yaitu mengambil nama yang lebih tua dari pada
nama Makasar.
D. PENGARUH DAN PENGAMALAN TAWASUF DI
INDONESIA.
Ajaran tasawuf pada kemudiaannya adalah berhubungan
erat dengan tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang telah
berkembang dan punya pengaruh seperti; tarikat
Naqsyabandiyah, Qadariyah, Syattariyah, Saziliyah,
Khalawathiyah, dan sebagainya. Melalui murid-muridnya, secara
turun temurun, para pendiri tarikat ini telah mendapat
kehormatan yang cukup tinggi dalam kegiatan keagamaan di
tengah masyarakat. Hal ini sampai sekarang dalam beberapa
aktivitas keagamaan, seperti dalam memulai suatu pengajian,
nama Abdul Qadir Jailani selalu ikut serta.
Selain itu, pengaruh tasawuf dalam pengembangan
kesusasteraaan Jawa yang telah diadopsi yaitu kitab-kitab kuno
yang diubah kedalam bahasa dan syair Jawa baru, dengan
memasukkan unsur-unsur keislaman didalamnya. Karangan-
karangan dalam kesusasteraaan baru, misalnya Serat Cintini
yang ditulis pujangga Yosodipuro II, dkk. Serat Wirid Hidayat
Jati oleh Ronggowarsito, dan kitab Wulangreh karya Paku Buana
IV.
BAB III
KESIMPULAN
Kehidupan spiritual di indonesia sebelum datangnya islam
masyarakatnya menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Agama yang selanjutnya dianut penduduk Indonesia adalah Hindu-
Budha yang dibawa oleh para pedagang India. Hal ini, ditandai dengan
berdirinya kerajaan Budha terbesar di Asia Tenggara, yaitu kerajaan
Sriwijaya. Agama islam yang masuk ke Indonesia didasarkan atas dua
pendapat menurut Alwi Shihab, yaitu pandangan islam yang masuk ke
Indonesia pada abad ke tujuh Hijrah.Selanjutnya, pandangan bahwa
Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah.
Tasawuf islam memasuki Indonesia sekitar abad kedua Hijrah
sampai abad ke delapan Hjirah. Perkembangan tasawuf di Pulau
Sumatera tokoh-tokohnya adalah Hamzah Fansuri Syekh Samsudin bin
Abdillah As-Sumatrani (Syamsuddin Pasai), Syekh Abdul Ra’uf Singkel ,
Syekh Burhanuddin , Nuruddin ar-Raniri, Syekh Abdu samad al-
Palimbani. Perkembangan tasawuf di Pulau Jawa tokoh-tokohnya
adalah Maulana Malik Ibrahim , Sunan Ampel , Sunan Bonang , Sunan
Giri , Sunan Drajat , Sunan Kaljaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati.
Perkembangan tasawuf di Kalaimantan tokoh-tokohnya adalah Syekh
Khatib As-Sambasi dan Syekh Muhammad Nafi Idris bin Husaei Al-banjiri.
Perkembangan tasawuf Pulau Sulawesi tokohnya adalah SyekhYusuf
Tajul Khalawati Al-Makasari. Pengaruh dan pengamalan tawasuf di
Indonesia memunculkan ajaran tasawuf pada kemudiaannya adalah
berhubungan erat dengan tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang
telah berkembang dan punya pengaruh seperti; tarikat
Naqsyabandiyah, Qadariyah, Syattariyah, Saziliyah, Khalawathiyah,
dan sebagainya.Selain itu berpengaruh juga terhadap perkembangan
kesusastraan Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab,Alwi.2009. Akar Tasawuf di Indonesia.Jakarta: MMU
Said, Usman ,dkk.1982.Pengantar Ilmu Tasawuf .Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama
Hamka.1980. Tasawuf Pekembangan dan Pemurniannya.Jakarta: Yayasan Nurul Islam