Akhlak Tasawuf

35
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembuat Laporan Akhlak tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim, khazanah pemikiran dan pandangan di bidang Akhlak dan Tasawuf itu kemudian menemukan momentum pengembangannya dalam sejarah, yang antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulamak tasawu dan ulama di bidang akhlak. Hasil penelitian para ulama Islam terhadap al-Quran dan al-Hadits menunjukan bahwa hakikat agama Islam adalah akhlak. Melihat demikian pentingnya akhlak tasawuf , tidaklah heran jika Akhlak tasawuf diterapkan sebagai mata kuliah. Dan mahasiswa diberikan tugas untuk membaca salah satu buku akhlak tasawuf yang hasil bacaannya ditunjukan dalam bentuk laporan. Tujuan Membuat Laporan Membaca: Mahasiswa dapat menuangkan hasil bacaan dalam bentuk laporan. Mahasiswa dapat mengkritisi isi buku yang telah dibaca. Mahsiswa dapat mengetahui sejauh mana kualitas sebuah buku. Pentingnya Membuat Laporan Bisa melihat sejauh mana kita memahami sebuah buku Dapat melatih diri dalam membuat resensi hasil bacaan. Manfaat Dan Menariknya Laporan: Mahasiswa biasa mengenal kaidah-kaidah ajara islam semakin mendalam Mahasiswa dapat belajar bertanggung jawab Mahasiswa terlatih dalam membuat resensi buku. Mahasiswa dapat mengambil hal-hal yang penting dari sebuah buku. Menemukan hal-hal baru yang menurut kita remeh

description

tasawuf

Transcript of Akhlak Tasawuf

Page 1: Akhlak Tasawuf

PENDAHULUAN

Latar Belakang Pembuat Laporan

Akhlak tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim, khazanah pemikiran

dan pandangan di bidang Akhlak dan Tasawuf itu kemudian menemukan momentum

pengembangannya dalam sejarah, yang antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar

ulamak tasawu dan ulama di bidang akhlak.

Hasil penelitian para ulama Islam terhadap al-Quran dan al-Hadits menunjukan bahwa

hakikat agama Islam adalah akhlak. Melihat demikian pentingnya akhlak tasawuf , tidaklah

heran jika Akhlak tasawuf diterapkan sebagai mata kuliah. Dan mahasiswa diberikan tugas

untuk membaca salah satu buku akhlak tasawuf yang hasil bacaannya ditunjukan dalam

bentuk laporan. 

Tujuan Membuat Laporan Membaca:

•    Mahasiswa dapat menuangkan hasil bacaan dalam bentuk laporan.

•    Mahasiswa dapat mengkritisi isi buku yang telah dibaca.

•    Mahsiswa dapat mengetahui sejauh mana kualitas sebuah buku.

Pentingnya Membuat Laporan

•    Bisa melihat sejauh mana kita memahami sebuah buku

•    Dapat melatih diri dalam membuat resensi hasil bacaan.

Manfaat Dan Menariknya Laporan:

•    Mahasiswa biasa mengenal kaidah-kaidah ajara islam semakin mendalam

•    Mahasiswa dapat belajar bertanggung jawab

•    Mahasiswa terlatih dalam membuat resensi buku.

•    Mahasiswa dapat mengambil hal-hal yang penting dari sebuah buku.

•    Menemukan hal-hal baru yang menurut kita remeh

BAB I

    PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK

A.    Pengertian Ilmu Akhak

        Akhlak dari segi istilah menurut Ibn Miskawih (w. 421 H/1030 M) bahwa akhlak adalah

فكر غير من لها افعا الى لها داعية للنفس ل حا

                                                                                  والروية

Sifat yang tetanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara Imam al-Ghazali mengatakan bahwa

Page 2: Akhlak Tasawuf

akhlak adalah 

فكر الى حاجة منغير ويسر لة االفعالبسهو تصدر عنها راسخة النفس فى هيئة عبارةعن

                                  ورؤية

Sifat yang tetanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan

gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan perkembangan. 

Ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak:

1.    Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,   

       sehingga telah menjadi kepribadinannya.

2.    Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa

pemikiran. 

       Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan

dalam    

       keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

3.    Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang 

       mengerjaknannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4.    Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dikalakukan dengan sesungguhnya,

bukan        

       bermain-main atau bersandiwara.

5.    Sejalan dengan ciri ke empat perbuatan akhlak (khusus perbuatan baik) adalah

perbuatan  

       yang dilakuakna karena ikhlas semata-mata karena Alloh SWT.

Adapun pengertian ilmu akhlak adalah “Ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang

nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau

buruk.” Atau ilmu akhlak dapat pula disebut  “Ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya

mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan

tersebut, yaitu apakah perbautan tersebut tergolong baik atau buruk.”

B.    Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak

        Objek pembahasan ilmu akhlak adalahperbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan

penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri yang telah disebutkan diatas yaitu

perbuatan yang dilakukan atas  kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu

sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.

C.    Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

        Ahmad Amin mengatakan : “Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya

menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan

sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Menurut Mustafa Zahri: untuk membersihkan

Page 3: Akhlak Tasawuf

qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti

cermin yang dapat menerima Nur Alloh.”

BAB II

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA

A. Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf

       Para ahli tasawuf pada umumnya membagi ilmu tasawuf ke dalam tiga bagian yang

berbeda dalam hal pendekatannya, yaitu:

1.    Tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran.

2.    Tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang

tahapannya 

       terdiri dari takholli (mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli (menghiasi diri   

       dengan akhlak terpuji) dan tajalli (terbukannya penghalang  (hijab)).

3.    Tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah atau wirid

yang  

       selanjutnya mengambil bentu tarikat.

B.    Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tauhid

       Hubungan ilmu akhlak dan ilmu tauhid:

1.    Dilihat dari segi pembahasannya, ilmu tauhid membahas masalah Tuhan baik dari segi 

       zat, sifat dan perbuatan-Nya. Dengan demikian ilmu tauhid akan mengarahkan

perbuatan 

       manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak terpuji. 

2.    Dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid   

       tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya

saja, 

       tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh 

       terhadap subjek yang ada dalam rukun iman itu. Hubungan ilmu tauhid dan ilmu akhlak 

       dapat pula  dilihatdari eratnya kaitan antara iman dan amal sholeh.

C.    Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Jiwa

        Dilihat dari segi garapannya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang

tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang

dimiliki seseorang. Banyak hasil pembinaan akhlak yang telah dilakukan para ahli dengan

menggunakan jasa yang diberikan ilmu jiwa, seperti yang dilakukan para psikolog terhadap

perbaikan anak-anak nakal, berprilaku menyimpang dan lain sebagainya.

D.    Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Pendidikan

Page 4: Akhlak Tasawuf

        Dalam ilmu pendidikan antara lain dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi

pelajaran, guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan bimbingan, proses belajar

mengajar dan lain sebagainya. Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan pada

tercapainya tujuan pendidikan, adapun tujuan pendidikan ini dalam pandangan islam banyak

berhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlak atau identik dengan tujuan seorang

Muslim yaitu menjadi hamba Alloh yang mengandung implikasi kepercayaan dan

penyerahan diri kepada-Nya.

E.    Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Filsafat

        Filsafat adalah suatu upaya berfikir mendalam, radikal, sampai ke akar-akarnya,

universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai segala

sesuatu. Dalam filsafat segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya. Diantara obyek

pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan Ilmu Akhlak adalah tentang manusia. Ibnu

sina misalnya menatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan

mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan,

yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di dunia ini.

BAB III

INDUK AKHLAK ISLAMI

       Secara garis besar akhlak dibagi dalam dua bagian, yaitu akhlak baik (al-akhlak al-

karimah) dan akhlak buruk (al-akhlak al-mazmumah). Secara teoritas macam-macam akhlak

berinduk kepada tiga bagian yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau kesatria) dan

iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Ketiga macam induk akhlak ini muncul

dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan tiga potensi

rohani yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat di kepala,

ghodob (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang

berpusat di perut. Akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah, sedangkan

amarah yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat

yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap iffah yaitu dapat memelihara diri dari

perbutan dosa dan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada

sikap adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia. Demikian

pentingnya bersikap adil ini di dalam Al-Qur’an kita jumpai berbagai ayat yang menyuruh

manusia agar mampu bersikap adil. Diantara ayat-ayat itu adalah sebgai berikut:

به نعمايعظكم الله ان تحكموابالعدل ان بينالناس اهلهاواذاحكمتم إلى تؤدوااالمنت ان مركم يأ الله ان

سميعابصرا كان لله  ان

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

Page 5: Akhlak Tasawuf

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat.”(QS. An-Nisa, 58)

BAB IV

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

A.    Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam

1.    Akhlak pada Bangsa Yunani

       Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani bar terjadi setelah

munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM).

Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah

pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia.

2.    Akhlak pada Agama Nasrani

Pada akhir abad ke3 M tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Dengan demikian ajaran akhlak

ini bersifat teo-centi(memusat pada Tuhan) dan Sufistik(bercorak batin).

3.    Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)

       Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Dengan

demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak

yang dibangun dari perpaduan ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.

4.    Akhlak pada Bangsa Arab

Bangsa Arab tidak mempunyai ahli filsafat pada masa jahiliyah, tapi pada masa itu bangsa

arab mempunyai ahli hikmah dan ahli syair yang syair-syairnya memerintah agar berbuat

baik .

B.    Akhlak Pada Agama Islam

Agama Islam intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah . agama Islam juga

mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memgajarkan kesejahteraan

Akhlak islam bercorak pada 2 yaitu : akhlak yang bercorak normati dan akhlak yang

bercorak rasional dan cultural

C.    Akhlak Pada Zaman Baru

        Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat,

ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini dianggap mapan mulai

diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menetapkan pola bertindak dan

berpikkir secara liberal. Selanjutnya Shafesbury dan Hatshson adalah kedua tokoh yang

memiliki pandangan akhlak yang berdifat anthropocentris (mendasarkan diri pada

kemampuan manusia). Kedua tokoh tesebut berkata bahwa di dalam diri manusia terdapat

indra insting yang dapat mengetahui dengan sendirinya terhadap sesuatu yang baik atau

Page 6: Akhlak Tasawuf

buruk.

Selanjutnya Immanuel Kent berpendapat bahwa setiap perbuatan yang dilakukan seseorang

dengan alasan mentaati perintah intuisi secara absolut, yakni dia melakukan sesuatu

semata-mata karena intuisinya memerintahkannya, dan dia tidak mempunyai tujuan lain dari

perbuatan itu, dan perbuatan yang seperti itulah yang disebut perbuatan akhlaki.

Pokok pembahasan tentang intuisi diklarifikasikan menjadi empat, yaitu:

1.    Intuisi mencari hakikat atau pengetahuan. Dengan intuisi ini banyak manusia yang   

       menghabiskan usianya untuk diabdikan kepada pengembangan ilmu pengetahuan.

2.    Intuisi etika dan akhlak, yakni cenderung kepada kebaikan.

3.    Intuisi estetika yakni cenderung kepada segala sesuatu yang mendatangkan keindahan.

4.    Intuisi agama, yakni perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan segala 

       isinya, yakni Tuhan.

BAB V

ETIKA MORAL DAN SUSILA

A.    ETIKA

        Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak

kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia , etika diartika ilmu pengetahuan

tentang asas-asas akhlak atau moral.

Adapun arti dari segi istilah telah dikemukan para ahli dengan pendapat yang berbeda-beda

sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin mengartika bahwe etika adalah ilmu yang

menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,

tujuan yang harus dituju manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk

melakukan apa yang seharusnya diperbuat. 

Sebenarnya masih banyak lagi pendapat para ahli tentang pengertian etika. Namun dapat

disimpulkan bahwa etika berhubungan dengan empat hal, yaitu:

1.    Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang    

       dilakukan manusia.

2.    Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat, sebagai

hasil 

       pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal. Ia terbatas, 

       dapat diubah, memiliki kekurangan dan kelbihan, dan sebagainya.

3.    Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap  

       terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbutan

tersebut 

       dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.

4.    Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan 

       tunututan zaman.

Page 7: Akhlak Tasawuf

B.    MORAL

        Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos

yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bawa

moral adalah penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan.

Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari

sifat, peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar,

salah, baik atau buruk.

Selanjutnya pengertian moral dijumpai juga dalam The Anvenced Leaner’s Dictionary of

Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:

1.    Prinsip-prinsip yang berkenaan dangan benar dan salah, baik dan buruk.

2.    Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.

3.    Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan

untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau

buruk, benar atau salah.

Jika etika dan moral tersebut dihubungkan satu dan yang lainnya kita dapat mengatakan

bahwa antara etika dan moral memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas

perbutan manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun

demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu:

1.    Kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau   

       buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran 

       moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan

berfungsi  

       di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada 

       dalam dataran konsep-konsep.

2.    Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu perbuatan

yang  

       secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang obyektif dan dapat 

       berlaku secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan

tempat  

       bagi setiap orangyang berada dalam situasi yang sejenis.

3.    Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan, atas kesadaran

moralnya 

       seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas dalam menentukan prilakunya dan di

dalam 

       penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu sendiri.

Page 8: Akhlak Tasawuf

C.    SUSILA

        Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan sila. Su berarti

baik dan sila berarti dasar.

Kata susila kemudian digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang

yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah

orang yang berkelakuan buruk. Para pelacur misalnya diberi gelar tuna susila.

       Kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,

membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu

menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

D.    HUBUNGAN ETIKA, MORAL DAN SUSILA DENGAN AKHLAK

        Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan

akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan

manusia untuk ditentukan baik buruknya. Perbedaan moral, etika, susila dan akhlak adalah

terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam

etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal dan pikiran, dan pada moral dan

susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran

yang digunakan untuk menetukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Perbedaan lain antara etika, moral, dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan

pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih

banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan

moral dan susila besifat lokal dan individual. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak

tetap saling berhubungan dan saling membutuhkan. Uraian diatas menjelaskan bahwa

moral, etika dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara

selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan  baik bagi kelangsungan hidup manusia.

Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-

Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain jika  ketika, moral dan susila berasal dari manusia,

sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

BAB VI

BAIK DAN BURUK

A.    Pengertian Baik Dan Buruk

        Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau good

dalam bahasa Inggris. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan denga

Page 9: Akhlak Tasawuf

yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.

Sedangkan yang disebut buruk adalah syar dalam bahasa Arab, atau sesuatu yang dinilai

sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.

B.    Penentuan Baik Dan Buruk

1.    Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)

       Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat-istiadat yang berlaku

dan  

       adat-istiadat yang berlaku dan dipegang tegunh oleh masyarakat. Adat istiadat  

       selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum.

2.    Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme

       Menurut paham ini perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan 

       kelzatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.

3.    Baik Buruk Menurut Paham Utilitarisme

       Secara harfiah utilis artinya berguna. Menurut paham ini bahwa yang dikatakan baik 

       adalah yang berguna.

4.    Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme

       Menurut paham ini yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup 

       manusia. Kekuatan dan kekuasaan yang menaklukan orang lain yang lemah dianggap 

       baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap binatang, dan berlaku siapa yang

kuat 

       dan menang itulah yang baik.

5.    Baik Buruk Menurut Paham Religionisme

       Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dangan

kehendak   

       Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan

kehendak 

       Tuhan.

6.    Baik Buruk Menurut Paham Evolusi

       Menurut Herbert Spencer (1820-1903) mengatakan bahwa perubahan akhlak itu

tumbuh 

       secara sederhana, kemudian meningkat sediktit demi sedikit berjalan kearah cita-cita   

       yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik jika seuai dengan cita-cita itu dan   

       buruk  jika jauh daripadanya. Sedangkan tujuan hidupa manusia adalah mencapai cita-  

       citanya atau paling tidak mendekati sedikit mungkin.

C.    Sifat Dari Baik Dan Buruk

Page 10: Akhlak Tasawuf

        Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu sesuai

dengan sifat filsafat itu yakni berubah, realatif nisbi, dan tidak universal.

Sifat dari baik dan buruk yang demikian itu tetap berguna sesuai dengan zamannya, dan ini

dapat digunakan untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam ajaran

akhlak yang bersumber dari ajaran Islam.

D.    Baik Dan Buruk Menurut Ajaran Islam

        Menrurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-

Qur’an dab Al-Hadits. Jika kite perhatikan Al-Qur’an maupun hadits banyak istilah yang

mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk. Di antara istilah

yang mengacu pada baik misalnya hasanah, thoyyibah, khairoh, karimah, mahmudah,

azizah dan birr. Adanya istilah kebaikan yang demikian variatif yang diberikan Al-Qur’an dan

Hadits itu menunjukan bahwa penjelasan terhadap sesuatu yang baik menurut ajaran Islam

itu jauh lebih lengkap dibandingkan dengan arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.

BAB VII

KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HATI NURANI

A.    Pengertian Kebebasan

Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang kebebasan manusia, yaitu:

1.    Kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebasa dan merdeka   

       untuk melakukan perbuatannya menurut kemauaannya sendiri.

2.    Kelompok yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk

melakukan 

       perbuatannya. Mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan

Dilihat dari sifatnya kebebasan terbagi tiga, yaitu:

1.    Kebebasan jasmaniah yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan memperguanakan 

       anggta badan yang kita miliki.

2.    Kebebasan kehendak (roahaniah), yaitu kebebasan untuk menghendaki sesuatu. 

       Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh kemungkinan untuk berpikir, karena 

       manusia dapat memikirkan apa saja dan dapat menghendaki apa saja.

3.    Kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak ada macam macam-macam

ancaman, tekanan, larangan, dan lain desakan yang berupa paksaan fisik. Dan dalam arti

sempit berarti tidak ada kewajiban, yaitu kebebasan berbuat apabila terdapat kemungkinan

untuk bertindak.

Kebebasan untuk tahap selanjutnya mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk

bertindak, yaitu dengan menentukan sendiri apa yang mau dibuat berhadapan dengan

macam-macam unsur. Manusia bebas berarti manusia dapat menentukan sendiri

tindakannya.

Page 11: Akhlak Tasawuf

B.    Tanggung Jawab

        Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung

jawab tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan kebebasan dan tanggung jawab.

Dalam kerangka tanggung jawab, kebebasan mengandung arti:

1.    Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri

2.    Kemampuan untuk bertnaggung jawab

3.    Kedewasaan manusia

4.    Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuana hidupnya

Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa

tindakannya itu baik. Uraian tersebut menunjukan bahwa tanggung jawab erat kaitannya

dengan kesenjangan atau perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran.

C.    Hati Nurani

        Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran

ilham dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka

kepada keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani harus dijadikan salah

satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu

kebebasan yang tidak menyalahi hati nuraninya.

D.    Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani Dangan Akhlak

        Masalah kebebasan, tanggung jawab dan hatu nurani adalah faktor dominan yang

menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki. Disinilah letak

hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani dengan akhlak.

Karenanya dalam membahas akhlak seseorang tidak dapat meninggalakan pembahasan

mengenai kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani.

BAB VIII

HAK, KEWAJIBAN DAN KEADAILAN

A.    HAK

1.    Pengertian dan Macam-Macam Hak

       Hak dapat diartikan wewenang yang secara etis seseorang dapat mengerjakan,

memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu.

Dalam perkembangannnya kata hak atau al-haqq dalam Al-Qur’an digunakan untuk empat

pengertian, yaitu:

a).    Untuk menunjukan pelaku yang mengadakan sesuatu yang mengandung hikmah.

Penggunaan al-haqq dalam arti yang demikian dapat dijumpai dalam contoh ayat berikut:

اال (     الحق مولهم لله ا إلى وا رد ثم

Page 12: Akhlak Tasawuf

                                                                                                  نعام)

Artinya : ”Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka

yang sebenarnya (haq). ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaanNya. dan

Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.”(QS. Al-An’am : 62)

b).    Kata al-haqq diguanakan untuk menunjukan kepada sesuatu yang diaadakan yang

mengandung hikmah misalnya Alloh SWT menjadikan matahari dan bulan dangan al-haqq,

yakni mengandung hikmah bagi kehidupan. Contoh ayat:

بالحق اال ذلك الله ماخلق

( يونس(                                                                                                            

Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-

tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus : 5)

c).    Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan keyakinan terhadap sesuatu yang cocok

dengan jiwanya, seperti keyakinan  seseorang terhadap adanya kebangkitan, akhirat,

pahala, siksaan, surga dan neraka. Contoh ayat:

الحق من فيه اختلفوا منولما ا ين الد الله فهدى

( البقر(                                                                                     

Artinya : “Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran

tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.”(QS. Al-Baqoroh : 213)

d).    Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan terhadap perbuatan atau ucapan yang

dilakukan menurut kadar yang seharusnya dilakukan sesuai keadaaan waktu dan tempat.

Contoh ayat:

واالرض السموات ت لفسد اهواءهم ااحق ولواتبع

( المؤمنون(                                                                         

Artinya : “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan

bumi ini,”(QS. Al-Mu’ninun : 71)

2.    Macam-Macam dan Sumber Hak

Ada bermacam-macam hak dan ada dua faktor yang menyertainya, yaitu:

a).    Faktor yang merupakan hal ( obyek) yang dihakki (dimiliki) yang selanjutnya disebut 

       hak  obyektif. Hak ini baik berupa fisik maupun non fisik

b).    Faktor orang (subyek) yang berhak, yang berwenang untuk bertindak menurut sifat-

sifat 

       itu, yang selanjutnya disebut hak subyektif.

B.    KEWAJIBAN

        Kareana hak merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan tuntutan,

dan terhadap orang lain kewajiban itu menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban

Page 13: Akhlak Tasawuf

menghormati terlaksananya hak-hak orang lain.

C.    KEADILAN

        Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban itu maka timbul pula keadilan.

Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan hak (yang

sah). Sedangkan menurut Islam keadilan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan

pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara.

Demikian pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban ini

Alloh SWT berfirman:

والبغي   والمنكر الفحشاء عن وينهى القربى ذى يتائ وا واالحسان ل لعد با مر يأ لله ا ان

( النحل(                                

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

(QS. An-Nahl : 90)

D.    Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan dengan Akhlak

        Hak merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan oleh sesorang

sebagai haknya. Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi keperibadian dari

seseoarang yang darinya timbul kewajiban untuk melaksanakan tanpa rasa berat.

Sedangkan keadilan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk akhlak. Dengan

terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan maka akan mendukung terciptanya akhlaki.

BAB IX

AKHLAK ISLAMI

A.    Pengertian Akhlak Islami

       Akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah

daging dan sebenarnya dan didasarkan pada ajaran Islam.

B.    Ruang Lingkup Akhlak Islami

1.    Akhlak Terhadap Alloh

       Akhlak kepada Alloh dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya

dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Alloh sebagai Kholiq. Empat alasan

mengapa manusia perlu berkahlak kepada Alloh, yaitu karena:

   a.    Alloh lah yang telah menciptakan manusia

   b.    Alloh lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindra.

   c.    Alloh lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi 

          kelangsungan hidup manusia.

Page 14: Akhlak Tasawuf

   d.    Alloh lah yang telah memulyakan manusia dengan diberikan kemampuan menguasai 

          daratan dan lautan.

2.    Akhlak Terhadap Sesama Manusia

       Banyak sekali rincian yang dikemukan Al-Qur’an berkaitan dengan akhlak terhadap

sesama manusia. Petunjuk mengenai bukan hanya berupa melakukan hal-hal negatif seperti

membunuh, mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada

menyakiti hati dengan cara menceritkan aib seseorang dibelakngnya.

3.    Akhlak Terhadap Lingkungan

       Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

manusia sebgai khalofah.

BAB X

PEMBENTUKAN AKHLAK

A.    Arti Pembentukan Akhlak

        Masalah pembentukan akhlak sama dengan tentang tujuan peddidikan. Jadi

pembentukan akhlak atau tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup setiap

Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Alloh, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri

kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.

B.    Metode Pembinaan Akhlak 

        Pembianaan alhlak merupakan tumpuan pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari

salah satu misi kerosulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun Islam, karena

dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembianaan Akhlak.

        Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya

dan pendidikan pada umunya, ada tiga aliran yang suadah amat populer, yaitu:

1.    Aliran Nativisme

       Menurut aliran ini bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan akhlak    

       adala fkator bawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecenderungan, bakat, akal

dan 

       lain-lain.

2.    Aliran Empirisme

Page 15: Akhlak Tasawuf

       Faktor yang paling berpengaruh dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor dari 

       luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

3.    Aliran Konvergensi

       Berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si 

       anak, dan faktor dari luar , yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu 

       pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus.

Keberuntungan dari akhlak

1.    Memperkuat dan menyempurnakan agama

2.    Mempermudah perhitungan amal di akhirat

3.    Menghilangkan kesulitan

4.    Selamat hidup di dunia dan di akhirat

D.    Mamfaat akhlak yang mulia.

        Memperkuat dan menyempurnakan agama, mempermudah perhitungan amal diakhirat,

menghilangkan kesulitan, selamat diup dunia dan akhirat

BAB XI

ARTI, ASAL-USUL DAN MANFAAT TASAWUF DALAM ISLAM

A.    Pengertian Tasawuf

        Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,

beribadah, hidup sederhana, rela berkorbann untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.

Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia

Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung pada

sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang

digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai

makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai

makhlauk yang ber-Tuhan

B.    Sumber Tawawuf

1.    Unsur Islam

       Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan jasadiah, dan

kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur batiniah itulah kemudian lahirlah tasawuf.

Unsur kehidupan tasawuf ini mendapar perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran

islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits serta prkatek kehidupan nabi dan para sahabatnya. 

2.    Unsur Luas Islam

   a.    Unsur Masehi

   b.    Unsur Yunani

   c.    Unsur Hindu/Budha

   d.    Unsur Persia

Page 16: Akhlak Tasawuf

BAB XII

MAQOMAT DAN HAL

A.    MAQOMAT

        Secara bahasa maqomat berarti orang yang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini

kemudian digunakan untuk arti sebagai jalan yang harus ditempuh oleh seoarang sufi untuk

berada dekat deng Alloh SWT. Untuk maqomat yang harus ditempuh oleh para sufi adalah

sebagai berikut sesuai dengan yang disepakati para ahli:

1.    Al-Zuhud yaitu Tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniaan

2.    At-Taubah yaitu  Memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang 

       sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai

dengan 

       melakukan amal kebajikan.

3.    Al-Wara’ yaitu  Menjauhi hal yang tidak baik

4.    Kefakiran yaitu Tidak meminta lebih dari yang ada pada diri kita

5.    Sabar  yaitu Menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Alloh, 

       tetapi tenang ketika mendapat cobaan, dan menampakan sikap cukup.

6.    Tawakal yaitu Apabila seorang hamba dihadapan Alloh seperti bangkai dihadapan

orang  

       yang memandikannya, ia mengikuti semua yang memandikan tidak dapat bergerak

dan  

       bertindak.

7.    Kerelaan yaitu  Menerima qodo dan qodar Alloh dengan hati yang senang

B.    HAL

        Hal merupakan keadaan mental, seperti perasaan senang, sedih, takut dan sebagainya

BAB XIII

MAHABBAH

A.    Pengertian, Tujuan fan Kedudukan Mahabbah

        Kata mahabbah berarti mencintai secara mendalam. Kata mahabbah terselebut

selanjutnya digunakan untuk menunjukan pada suatu paham dalam tasawuf. Dalam

hubungan ini mahabbah obyeknya lebih ditujukan kepada Tuhan. Pengertian mahabbah dari

segi tasawuf dikemukakan oleh Al-Qusyairi:

 “Mmahabbah adalah keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya

(kemutlakan) Alloh SWT oleh hamba, selanjutnya yang dicintai itu juga menyatakan cinta

kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.”

B.    Alat Untuk Mencapai Mahabbah

Page 17: Akhlak Tasawuf

       Para ahli tasawuf menjawabnya dengan menggunakan pendekatan psikologi, yaitu

pendekatan yang melihat adanya potensi rohaniyag yang ada pada diri manusia dan dalam

diri manusia ada tiga alat yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Yaitu:

1.    Al-Qalb adalah hati sanubari sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.

2.    Roh adalah alat untuk mencintai Tuhan

3.    Sir adalah alat untuk melihat Tuhan

C.    Tokoh Yang Mengembangkan Mahabbah

        Robiah Al-Adawiayah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari Bashroh

di Irak. Ia hidup antara tahun 713-801 H.

D.    Mahabbah Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

        Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan bahwa antara manusia

dengan Tuhandapat saling bercinta, contoh ayatnya:                               يحبهم بقوم الله يأتي

المائدة ( نه  :ويحبو

Artinya : “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu ummat yang dicintai-Nya dan yang

mencintai-Nya (QS.  al-Maidah, 5:54).

Didalam hadis juga dinyataka sebagai berikut:

وبصر سمعا له كنت احببته ومن احبه حتى بالنوافل إلي يتقرب عبدى واليزال

                                                 ويدا

Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-pernuatannya hingga

aku cinta padanya. Orang yang Kucintai menjadi telingak, mata dan tangan-Ku.

BAB XIV

MA’RIFAH

A.    Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma’rifah

        Dari segi bahasa ma’rifah artinya pengetahuan atau pengalaman. Orang-orang sufi

mengatakan:

1.    Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan   

       tertutup, dan ketika itu yang dilihatnya hanya Alloh SWT.

2.    Ma’rifah adalah cermin, kalau seorang arif melihat kecermin itu yang akan dilihatnya 

       hanyalah Alloh SWT.

3.    Yang dilihat orang arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanyalah Alloh  

       SWT.

4.    Sekiranya ma’rifah mengambil bentuk materi, semua orang yang melihat padanya akan 

       mati karena tak tahan melihat kecantikan dan keindahannya. Dan semua cahaya akan 

       menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gemilang.

Page 18: Akhlak Tasawuf

B.    Alat Untuk Ma’rifah

        Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada pada diri manusia, yaitu qolb (hati),

karena qolb selain untuk merasa adalah juga untuk berpikir. Bedanya qolb dengan akal

adalah bahwa akal tak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan,

sedangkan qolb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya

Tuhan, bisa mengetahui rahasia-rahaisa Tuhan.

C.    Tokoh Yang Mengembangkan Ma’rifah

Dalam literatur tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenalkan paham ma’rifah yaitu:

1.    Al-Ghazali nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (1059-1111M)

2.    Zun Al-Misri berasal dari Naubah (wafat 860M)

D.    Ma’rifah Dalam pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits

Alloh SWT bwefirman:                                                      نور من نورافماله له الله يجعل لم ومن

النور( : 

Artinya : “ Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia

mempunyai cahaya sedikitpun” (QS. An-Nur :40)

Dan Rosululloh Saw Bersabda:

اليهم فتعرفت الخلق فخلقت اعرف ان اححببت فية خا خزينة كنت

                                                          فعرفوني

Arinya : “Aku (Alloh) adalah perbendaharaan yangtersembunyi (ghaib), Aku ingin

memperkenalkan siapa Aku, maka Aku ciptakan makhluk. Oleh karena itu Aku

memperkenalkan diri-Ku kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku (Hadits Qudsi)

BAB XV

AL-FANA, AL-BAQA, DAN ITTIHAD  

A.    Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Al-Fana, Al-Baqa dan Al-Ittihad

        Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda dengan al-

fasad (rudak). Fana artinya tidak tampak sesuatu, sedangkan rusak berarti berubahnya

sesuatu kepada sesuatu yang lain. Sedangkan arti fana menurut para ahli sufi adalah

hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim

digunakan pada diri. Sebagai akibat dari fana adalah baqa. Secara harfiah baqa artinya

kekal, sedangkan menurut para sufi baqa adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat

tuhan dalam diri manusia. Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal

adalah sifat-sifat ilahiah. Berbicara fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad,

yakni penyatuan batin dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa adalah al-ittihad.

Dalam situasi ittihad yang demikian itu, seoran sufi telah merasa dirinya telah bersatu

dengan Tuhan, suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu.

Page 19: Akhlak Tasawuf

B.    Tokoh Yang Mengembangkan Fana

        Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid Al-Bustami (w. 874M) disebut-sebut sebagai sufi

yang pertama kali memperkenalkan paham fana dan baqa ini.

C.    Fana, Baqa dan Ittihad Dalam Pandangan Al-Qur’an

        Paham fana dan baqa yang ditujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi

sebagai sejalan dengan konsep liqa al-rabbi menemui Tuhan. Fana dan baqa merupakan

jalan menuju berjumpa dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Alloh SWT:

احدا ربه دة بعبا واليثرك لحا صا عمال فليعمل ربه لقاء يرجوا كان فمن

( الكهف(                                                   

Artinya : “Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia

mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam

beribadat kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi : 110)

BAB XVI

AL-HULUL

A.    Pengertian, Tujuan Dan Kedudukan Al-Hulul

        Secara harfiah hulul bertarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu,

yaitu manusia yang telah mampu melenyaokan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana.

Atau dapat disimpulkan halul adalah suatu tahap dimana manusia dan Tuhan bersatu

secara rohaniah. Dalam hal ini pada hakikatnya adalah istilah lain dari al-ittihad. Tujuan halul

adalah mencapai persatuan secara batin

B.    Tokoh Yang Mengembangakan Paham Al-Halul

        Salah satu tokoh yang mengembangkan paham al-halul adalah Al-Hallaj. Nama aslinya

adalah Husain bin Mansur al-Halaj (244H/858M-309H/921M).

BAB XVII

WAHDAT AL-WUJUD

A.    Pengertian Dan Tujuan Wahdat Al-Wujud

     Wahdat al-wujud adalah ungkapan dua buah kata yaitu, wahdat dan al-wujud. Wahdat

artinya sediri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian

kata wahdat al-wujud dapat diartikan kesatuan wujud. Paham ini selanjutnya membawa

pada timbulnya paham bahwa antara makhluk (manusia) dan al-haqq (Alloh) sebenarnya

satu kesatuan dari wujud Tuhan, sedangkan wujud makhluk adalah bayangan dari wujud

Tuhan. Paham ini dibangun dari dasar pemikiran sebagai mana dalam al-hulul bahwa Alloh

ingin melihat diri-Nya diluar diri-Nya, dan oleh karena itu dujadikan-Nya alam ini.

Page 20: Akhlak Tasawuf

BAB XVIII

INSAN KAMIL

A.    Pengerian Insan Kamil

        Secara bahasa insan kamil berarti manusia yang sempurna. Selanjutnya Jamil Shaliba

mengatakan bahwa kata insan menunjukan pada suatu yang secara khusus digunakan

untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya.

       Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan digunakan

untuk menunjukan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal ini terjadi melalui terkumpulnya

sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu dan sekalian sifat yang baik lainnya.

B.    Ciri-Ciri Insan Kamil

1.    Berfungsi Akalnya Secara Optimal

2.    Berfungsi Intuisinya

3.    Mampu Menciptakan Budaya

4.    Menghiasi Diri Dengan Sifat-Sifat Ketuhanan

5.    Berakhlak Mulia

6.    Berjiwa Seimbang

BAB XIX

TARIKAT

A.    Pengertian Dan Tujuan Tarikat

        Dari segi bahasa tarikat berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis tertentu. Jamil

Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang lurus yang

memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.

        Selanjutnya istilah tarikat banyak digunakan para ahli tasawuf. Mustafa Zahri dalam

hubungan ini mengatakan tarikat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu ibadah

sesuai dangan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan dikerjakan oleh Sahabatnya,

Tabi’in turun-temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini.

Karena tarikat ini merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada Alloh

SWT, maka orang yang menjalankan tarikat ini harus menjalankan syari’at dan harus

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1.    Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama

2.    Mengamati dan berusaha semaksiamal mungkin untuk megitkuti jejak guru dan 

       melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.

3.    Tidak mncari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki

Page 21: Akhlak Tasawuf

4.    Berbuat dan mengisi waktu seefesien mugkin dengan segala wirid dan doa guna 

       pemantapan dan kekhusuan dalam mencapai maqomat yang lebih tinggi

5.    Mengekanga hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal

B.    Tata Cara Pelaksanaan Tarikat

1.    Dzikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Alloh dalam hati seta menyebut

namanya 

       dengan lisan

2.    Ratib, yaitu mengucapakan lafadz la ilaha illa Alloh dengan gaya, gerak dan irama 

       tertentu

3.    Musik, yaitu dalam membacakan wirid dan syair tertentu diiringai dengan bunyi-bunyian 

       seperi memukul rebana.

4.    Menari, yaitu gerak yang dilakukan untuk mengiringi wirid dan bacaan tertentu untuk 

       menimbulkan hidmat

5.    Bernafas, yaitu mengatur cara nafas dalam melakukan zikir tertentu.

BAB XX

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF

A.    Pengertian Masyarakat Modern

       Secara bahasa masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama

disuatu tempat dengan iktan aturan tertentu yang bersiafat mutkhir.

Ciri-ciri masyarakat modern menurut Deliar Noer:

1.    Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan akal pikiran daripada pendapat emosi

2.    Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang 

       bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya lebih jauh

3.    Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat 

       berharga dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya

4.    Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupakritik, gagasan dan 

       perbaikan darimana pun datangnya

5.    Berpikir obyektif, yaitu melihat sesutu dari sudut fungsi dan kegunaan bagi masyarakat

B.    Problematika Masyarakat Modern

       Sosiolog Prancis Jacques Ellul mengatakan bahwa kemajuan teknologi akan memberi

pengaruh sebagai berikut:

1.    Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi  

       memberi nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.

Page 22: Akhlak Tasawuf

2.    Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi efisiensi

3.    Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang

memecahkan

4.    Efek negetif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek posotifnya. Teknologi tidak 

       pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi secara serentak dan tidak terpisahkan

5.    Semua penemuan teknologi menimbulkan dampak yang tak terduga Kehadiran ilmu  

pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern

sebagai berikut:

1.    Disintegrasi Ilmu Pengetahuan

2.    Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)

3.    Penyalahgunaan IPTEK

4.    Pendangkalan Iman

5.    Pola Hubungan Materialistik

6.    Menghalalkan Segala Cara

7.    Stres dan Frustasi

8.    Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

C.    Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf

       Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu

yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangakan kehidupan yang

berakhlak dan bertasawuf. Kemudian mengapa hal itu perlu?, Komarudih Hidayat

mengatakan:

1.    Turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan manusia dari kondisi   

       kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual.

2.    Memperkenalkan pemahaman tentang aspek esoteris (kebatinan) Islam, baik terhadap 

       masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap 

       masyarakat Barat.

3.    Untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya asperk esoteris Islam,

yakni 

       sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering, maka keringlah 

       aspek-aspek lain ajaran Islam.

KOMENTAR DAN KRITIK 

     Uraian dari beberapa bab sebagaimana dijelaskan didalam buku telah memberikan

informasi yang amat jelas, lengkap dan menyeluruh tentang cara-cara yang harus ditempuh

Page 23: Akhlak Tasawuf

oleh seseorang yang menghendaki kehidupan yang lebih baik guna selamat dunia dan

akhirat. Tetapi sebagai sebuah ilmu hasil ijtihad manusia, masih ada sisi kekurangannya

yakni belum menjawab semua persatuan manusia yang berkembang di zaman modern ini.

Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pemikiran-pemikiran yang

harus diperbaharui.

MANFAAT BUKU BAGI PEMBACA:

-    Pembaca dapat mengetahui pentingnya mempelajari akhlak tasawuf .

-    Pembaca dapat mengetahui pentingnya akhlak tasawuf bagi pembentukan akhlak.

-    Pembaca dapat melihat bangunan konsep akhlak dengan berbagai sentuhan.

-    Pembaca dapat mengetahui sejauh mana manusia dengan tuhanya.

KESIMPULAN

Dari beberapa uraian bab sebagaimana disebutkan dalam laporan hasil baca ini, telah

memberikan penjelasan yang amat jelas bagaimana seseorang biasa menempuh beberapa

jalan mrnuju kehidupan yang lebih baik dan diridahi oleh Allah. Akhlak merupakan hiasan

diri yang membawa keuntungan bagi setiap insan yang  mau dan bersungguh-sungguh

merubah pola hidupnya lebih baik dan bermamfaat. perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga kepribadiaannya. Karena sifatnya yang

mendarah daging, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa

pemikiran. akhlak merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan bagi yang

mengerjakannya. Akhlak islam telah memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana

cara orang tua membina putra putrinya menjadi baik, namun hal ini kurang dapat

dilaksanakan secara konsisten dan kontinu akhlak yang ditawarkan Islam berdasarkan nilai-

nilai mutlak yang bersumber pada al-Quran dan al-Hadits. Khususnya yang beriman kepada

Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi nabi Muhammad SAW dijadikan contoh dalam

kehidupan diberbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan

hidupnya di dunia dan akhirat.