Tari dan teater

50
SENI TARI PENGERTIAN TARI SECARA UMUM : SENI TARI ADALAH.. 1) Ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan indah. Ritmis adalah gerak yang mengikuti irama,ritme atau alunan music. Indah adalah gerakan yang berasal dari kehidupan sehari hari yang telah mengalami proses stillisasi atau penghalusan sehingga menghasilkan gerak yang indah. 2) Merupakan seni yang dihasilkan dari mimic,gerak dan tingkah laku seseorang yang diiringi dengan music. 3) Gerak tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat dna waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran. 4) Salah satu cabang seni yang menggunakan gerak sebagai medianya. PENGERTIAN TARI DARI BEBERAPA TOKOH 1) Alma Hawkins, adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan si pencipta. 2) Soedarsono, adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan indah. 3) Susanne k langer, adalah gerak ekspresi manusia yang indah, gerakan yang dapat dinikmati melalui penghayatan rasa dan penghayatn ritme tertentu. 4) Suryodiningrat, adalah gerak seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama music, dan diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. 5) Court such , adalah gerak yang ritmis. JENIS TARI SECARA UMUM MELIPUTI : 1) Tari tradisional. 2) Tari modern/kontemporer. 3) Tari kreasi. Pengertian ; 1) Tari tradisional adalah tari yang bertumpu dan berpijak kuat pada tradisi suatu bangsa dalam suatu kelompok masyarakat daerah tertentu. Tari tradisional dibagi menjadi tiga yaitu : tari primitive, tari rakyat, tari klasik. Tari primitive banyak berkembang didaerah pedalaman di bagian timur Indonesia, tarian ini memiliki cirri kesederhanaan dalam gerakannya, contoh tepuk tangan, langkah maju mundur, loncat dan bergulingan. Tari rakyat : tari yang lahir dan tumbuh berkembang dalam suatu komunitas masyarakat tertentu dan menjadi identitas dari masyarakat tersebut secara turun temurun. Contoh Reyog Ponorogo, saman, topeng Cirebon dll. Tari klasik adalah tari tradisional yang mempunyai nilai artistic sangat tinggi, baik dari tata busana, tata rias maupun dari gerakannya. Contoh bedhaya ketawang (Surakarta),karseus (Jawa barat), srimpi dll. 2) Tari modern adalah tari yang diolah secara bebas mengikuti perkembangan jaman tanpa adanya aturan tradisi,dan bersifat masa kini. Contoh modern dance,hip hop, brigdance dll. 3) Tari kreasi adalah tari tradisi yang telah mengalami pengembangan,baik gerak, kostum maupun tata rias.

Transcript of Tari dan teater

Page 1: Tari dan teater

SENI TARI PENGERTIAN TARI SECARA UMUM : SENI TARI ADALAH..

1) Ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan indah.

Ritmis adalah gerak yang mengikuti irama,ritme atau alunan music. Indah adalah gerakan yang berasal dari kehidupan sehari hari yang telah mengalami proses stillisasi atau penghalusan

sehingga menghasilkan gerak yang indah. 2) Merupakan seni yang dihasilkan dari mimic,gerak dan tingkah laku seseorang yang diiringi

dengan music.

3) Gerak tubuh secara berirama yang dilakukan ditempat dna waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran.

4) Salah satu cabang seni yang menggunakan gerak sebagai medianya.

PENGERTIAN TARI DARI BEBERAPA TOKOH

1) Alma Hawkins, adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan si

pencipta. 2) Soedarsono, adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan

indah.

3) Susanne k langer, adalah gerak ekspresi manusia yang indah, gerakan yang dapat dinikmati melalui penghayatan rasa dan penghayatn ritme tertentu.

4) Suryodiningrat, adalah gerak seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama music, dan diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu.

5) Court such , adalah gerak yang ritmis.

JENIS TARI SECARA UMUM MELIPUTI :

1) Tari tradisional. 2) Tari modern/kontemporer. 3) Tari kreasi.

Pengertian ; 1) Tari tradisional adalah tari yang bertumpu dan berpijak kuat pada tradisi suatu bangsa dalam

suatu kelompok masyarakat daerah tertentu. Tari tradisional dibagi menjadi tiga yaitu : tari primitive, tari rakyat, tari klasik. Tari primitive banyak berkembang didaerah pedalaman di bagian timur Indonesia, tarian ini

memiliki cirri kesederhanaan dalam gerakannya, contoh tepuk tangan, langkah maju mundur, loncat dan bergulingan.

Tari rakyat : tari yang lahir dan tumbuh berkembang dalam suatu komunitas masyarakat tertentu dan menjadi identitas dari masyarakat tersebut secara turun temurun. Contoh Reyog Ponorogo, saman, topeng Cirebon dll.

Tari klasik adalah tari tradisional yang mempunyai nilai artistic sangat tinggi, baik dari tata busana, tata rias maupun dari gerakannya. Contoh bedhaya ketawang (Surakarta),karseus (Jawa

barat), srimpi dll. 2) Tari modern adalah tari yang diolah secara bebas mengikuti perkembangan jaman tanpa adanya

aturan tradisi,dan bersifat masa kini. Contoh modern dance,hip hop, brigdance dll.

3) Tari kreasi adalah tari tradisi yang telah mengalami pengembangan,baik gerak, kostum maupun tata rias.

Page 2: Tari dan teater

JENIS TARI BERDASAR POLA PENYAJIAN.

Berdasar pola penyajiannya tari dibagi menjadi 3 yaitu tari tunggal, berpasangan dan kelompok.

Tari tunggal adalah tari yang diperagakan atau di tarikan oleh satu orang, baik laki laki atau perempuan. Contoh tari remo (Jawa timur), topeng Cirebon (Jawa barat) dll. Tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan, biasanya

ditarikan oleh laki laki dan perempuan. Contoh tari jaipong (Jawa barat), tari payung (Sumatra) dll.

Tari kelompok, adalah tari yang diperagakan lebih dari dua orang secara bersama sama. Tari kelompok disebut juga dengan tari masal, yaitu tari yang diperagakan oleh banyak orang, contoh Reyog Ponorogo (Jawa timur), Saman (Aceh), kecak (Bali) dll.

Drama tari adalah jenis tari yang diperagakan banyak orang dan disajikan dalam bentuk cerita dan terdiri dari beberapa babak atau adegan. Contoh wayang wong (Jawa tengah – Jawa timur),

ludruk (Jawa timur), legendriyan (Jogjakarta), ragdai, makyong (Sumtra - Riau), Lenong (Jakarta), wayang topeng (Cirebon), dll.

JENIS TARI BERDASAR FUNGSI. Berdasar fungsinya tari dapat dibedakan menjadi 3 yaitu, tari upacara, tari pergaulan dan tari

pertunjukan. Tari upacara adalah tari yang digunakan sebagai media upacara, biasanya bersifat sacral dan magis.

Ciri cirinya adalah : a. Gerakan tari meniru gerak alam sekitar ( gerak imitatif ).

b. Ekspresi kehendak jiwa diungkapkan melalui gerakan. c. Penghayatan tari terbatas pada lingkungan adat dan tradisi sekitar. d. Terdapat suasana religius, mistis atau magis.

e. Susunan gerakannya tidak rumit. f. Iringan musik cenderung monoton akan tetapi menggugah rasa.

Contoh tari upacara antara lain : tari sang hyang (Bali), tor-tor (Sumatra), serimpi (Jawa Tengah), pakarena (Sulawesi), bedhaya semang (Yogyakarta), dan lain-lain. Tari pergaulan yaitu tari yang bertujuan untuk memeriahkan atau memupuk keakraban dalam

pergaulan atau menjadi sarana tempat bagi mereka yang berminat menyalurkan kegemaran dalam menari.

Ciri-cirinya adalah : a. Dapat menciptakan suasana menjadi gembira dan meriah. b. Gerakannya tidak sulit untuk dipelajari karena masih sederhana.

c. Disajikan secara berpasangan atau berkelompok. d. Iramanya sangan mudah dan jelas.

e. Busana tari bebas. f. Memungkinkan untuk mengajak banyak orang terlibat dalam tarian dan spontanitas.

Contoh tari pergaulan atau hiburan adalah : tari ketuk tilu (Jawa Barat), tari joged, tari tayub

(Jawa Tengah), tari gandrung (Jawa Timur), dan lain-lain. Tari pertunjukan adalah tari yang sengaja digarap untuk dipertontonkan dan selanjutnya dapat

memperoleh taggapan dari penontonnya . Ciri-cirinya adalah :

Page 3: Tari dan teater

a. Penggarapannya mantap b. Memerlukan kreativitas dan imajinasi.

c. Pementasannya ditempat tertentu, misalnya di gedung, panggung terbuka atau panggung tertutup.

d. Mengandung ide yang mengarah pada pementasan bersifat professional. Contoh tari pertunjukan antara lain : tari piring (Sumatra), tari gambyong (Surakarta), tari pendet (Bali), tari oleg tambulilinga (Bali), tari ngremo (Jawa Timur), dan lain-lain.

PERAN dan FUNGSI TARI.

Seni tari mempunyai peranan antara lain: 1) sebagai media mengembangkan bakat.

Yaitu media untuk memacu, dan mengembangkan bakat tari yang dimiliki oleh seseorang.

2) sebagai media komunikasi yaitu berfungsi sebagai alat komunikasi baik terhadap Tuhan ataupun manusia yang diungkapkan

melalui gerak gerak tari. 3) sebagai media berfikir kreatif.

Yaitu dapat meningkatkan daya fikir dan kreatifitas seseorang sehingga kecerdasan meningkat

dan dapat menghasilkan suatu kreatifitas seni yang baru. 4) sebagai media ekspresi.

Yaitu untuk mengungkapkan imajinasi perasaan, gejolak jiwa, hati yang dituangkan dlam bentuk gerak dan ekspresi tari.

FUNGSI TARI : Adapun beberapa fungsi tari diantaranya adalah :

a. Seni tari sebagai sarana upacara Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya, seperti tari

untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia, baik berupa,

pernikahan, khitanan, bersih desa, pesta panen, ataupun upacara upacara adat lainnya. b. Seni tari sebagai hiburan

Tari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan serta kostum dan tata panggungnya dipersiapkan dengan cara

yang menarik sehingga dapat menimbulkan rasa senang bagi penikmat. c. Seni tari sebagai penyaluran terapi

Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Biasanya tari ini juga

berfungsi untuk menambah rasa percaya diri bagi penderita cacat dan ajang pengembangan bakat bagi penderita.

d. Seni tari sebagai media pendidikan Nilai-nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat dijadikan sebagai media

pendidikan, seperti mendidik anak untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang

menyimpang, menambah percaya diri dan untuk menambah kepekaan rasa seni bagi siswa didik serta menambah rasa cinta terhadap seni tradisi.

e. Seni tari sebagai media pergaulan

Page 4: Tari dan teater

Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapannya melibatkan beberapa orang sehingga dapat digunakan sebagai sarana pergaulan.

f. Seni tari sebagai pertunjukan Tari ini sengaja digarap untuk dipertunjukan. Tari yang akan dipertontonkan lebih

menitikberatkan pada segi artistiknya, penggarapan koreografi yang mantap, mengandung ide-ide, interpretasi, konsepsional, dan memiliki tema dan tujuan pementasan.

g. Seni tari sebagai media khatarsis

Khatarsis berarti pembersihan jiwa. Biasanya dilakukan oleh orang yang yang telah mencapai taraf atas dalam penghayatan seni.

PERKEMBANGAN TARI PADA ZAMAN PRIMITIF, FEODAL DAN MODERN.

Perkembangan tari pada zaman primitive. Pada zaman primitive tari banyak berfungsi sebagai media upacara keagamaan, upacara

adat, bersifat sacral dan magis. Bentuk tariannya pun masih sangat sederhana yaitu menirukan gerak alam, binatang (imitatif) dan meniru gerakan manusia (mimitis). Banyak berkembang didaerah pedalaman dan dipengaruhi oleh kepercayaan yang bersifat

animisme, dinamisme dan totemisme. Perkembangan tari pada zaman feudal.

Pada zaman feudal atau zaman kerajaan tari lebih berfungsi sebagai tontonan, yang disajikan oleh kerajaan. Pada zaman ini juga muncul stratifikasi social antara golongan istana dan masyarakat biasa yang dipengaruhi oleh adanya ajaran Hindu, maka muncullah golongan

istana atau keluarga raja sebagai kelas social tertinggi. Pada zaman ini tari yang muncul dan berkembang adalah tarian klasik atau tari istana.

Perkembangan tari pada zaman modern. Pada zaman modern perkembangan tari semakin pesat dan kompleks, bebas, dan

melepaskan pakem pakem dari zaman sebelumnya. Fungsinya pun lebih luas,tidak hanya

terbatas pada hiburan, upacara ataupun pertunjukan. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya festival ataupun lomba, tari sebagai sarana prestasi, dan inovasi tari.

Adapun bentuk bentuk tari pada zaman sekarang dapat dikemukakan antara lain : mengembangkan tarian tradisional tanpa merusak akar budaya. Pelestarian tarian dapat dilakukan dengan pencatatan kembali dan didokumentasikan secara

audio video. Memunculkan garapan baru,berupa pengembangan unsure tradisi dan membentuk tarian baru

yang lepas dari unsure tradisi. IDENTIFIKASI TARI :

Bentuk analisis pengamatan tari pada bab ini akan di bahas mengenai tari Reyog Ponorogo. A. Sejarah tari Reyog Ponorogo.

Reyog Ponorogo adalah salah satu jenis kesenian tradisonal yang lahir dan tumbuh berkembang di Ponorogo Jawa timur, sehingga dinamakan Reyog Ponorogo. Pertunjukan Reyog terdiri dari lima babak yaitu penari warok, penari jathil, penari topeng klono sewandono, penari

pujangganong dan dadak merak. B. Gerak tari Reyog Ponorogo.

Gerak dalam tari ini meliputi gerak nyongklang, besut, tumpang tali, kebyak sampur, sembah, ulap ulap tawing dsb.

Page 5: Tari dan teater

C. Iringan music Iringan music yang digunakan adalah music tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang,

terompet dan gendang. D. Tata busana.

Tata busana yang digunakan penari warok adalah baju hitam, celana kolor hitam, stagen, keris gabelan, dan udeng. Penari jathil menggunakan baju lengan panjang putih, celana dingkikan warna hitam se lutut,

sampur, stagen, srempang, iket kepala jilidan, epek timang dan cakep. Penari topeng klonosewandono menggunakan celana hitam dingkikan, stagen, selendang, praba,

topeng dan pecut samandiman. Penari topeng pujangganong menggunakan baju waktung, celana dingkikan dan topeng. Penari barongan menggunakan celana panjang gombyok, baju kimplong, dan stagen.

E. Tata rias Tata rias yang digunakan penari adalah tata rias cantik dan gagah, tata rias cantik terdiri atas eye

shadow warna biru, kuning, lipstick, bedak dan blush on. Sedangkan tata rias gagah digunakan oleh penari warok terdiri atas blush on warna merah dan pensil alis yang digunakan untuk membentuk alis.

F. Property Property yang digunakan dalam tari Reyog Ponorogo adalah kuda kudaan (eblek), topeng dan

sampur. G. Tempat pertunjukan.

Tempat pertunjukan yang digunkan adalah lapangan.

GAGASAN TARI NUSANTARA.

Gagasan dalam menciptakan tari nusantara dapat bersumber dari beberapa tema di antaranya adalah :

a. Cerita rakyat

Yang dimaksud adalah penyusunan tari berdasar alur cerita rakyat, yang bersifat lakon. Contoh :

Tari pronocitro roro mendut dari jawa yang mengisahkan tentang cinta seorang bangsawan dengan seorang gadis dari golongan biasa. Tari banjaran sari yang mengisahkan bersatunya tanah jawa dan sunda karena adanya

perkawinan raden banjaran sari dari jawa timur dan ratu galuh dari sunda jawa barat. Reyog ponorogo yang menceritakan tentang usaha prabu klono sewandono dalam melamar

putrid Kediri dewi songgo langit untuk dijadikan permaisurinya. b. Kehidupan sehari hari.

Yaitu penyusunan tari yang bersumber pada kehidupan masyarakat sehari hari, sehingga

kehidupan masyarakat bisa jadi inspirasi untuk dijadikan sebuah bentuk karya tari. Contoh

Tari tenun, bertani, tari mbatik, menanam jagung dll. c. Permainan tradisi.

Yakni penyusunan tari yang bersumber pada permainan yang hidup turun temurun di

masyarakat. Contoh

Tokecang dari jawa barat. Gobak sodor, jamuran dari jawa tengah.

Page 6: Tari dan teater

Sapu tangan dari Maluku d. Peniruan gerak alam dan binatang.

Yaitu penyusunan tari berdasarkan gerak gerik binatang atau mahluk yang ada di alam. Contoh

Tari merak jawa tengah Tari barong bali Tari kupu kupu

Tari kuda lumping jawa tengah. Dll. e. Legenda masyarakat.

Yaitu tema tari yang bersumber pada legenda yang ada di masyarakat. Contoh Ramayana , Mahabarata dll.

f. Fenomena alam/ fenomena sosial. Yaitu tema tari yang bersumber pada kejadian kejadian alam, misalnya gempa bumi, kebakaran,

kelaparan dll. g. Karya sastra.

Yaitu karya tari yang bersumber pada karya karya sastra.

TEKNIK KARYA TARI

Dalam membuat sebuah karya tari seorang koreografer harus mengetahui unsure unsure pokok yang terdapat dalam tari diantaranya adalah : gerak, ruang, waktu, dan tenaga. Gerak adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lainya.

Gerak dapat dibedakan menjadi gerak maknawi, murni atau wantah, imitative dan imajinatif. Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti atau maksud tertentu.

Gerak murni adalah gerak yang tidak mengandung arti tetapi hanya mengutamakan keindahan saja. Gerak imitative adalah gerak tari yang dihasilkan dari eksplorasi gerak tiruan dari alam.

Gerak imajinatif adalah gerak yang dihasilkan dari rekayasa manusia. Ruang adalah tempat yang digunakan penari dalam menari, tidak terbatas pada panggung,

studio, lapangan, jalan, teater dll tetapi dimana penari menari itulah ruang tari. Adapun ruang gerak dalam tari memiliki aspek sbb:

a. Garis ; garis datar, tegak, lengkung,dan diagonal.

b. Volume atau jangkauan ; luas, sempit, panjang dan lebar. c. Arah ; ke depan, ke belakang, ke samping, kiri dan melingkar.

d. Level ; tingkat tinggi dan rendah gerak yang dilakukan. e. Arah hadap tubuh. f. Focus atau arah pandangan.

Waktu adalah durasi yang digunakan penari dalam menari, baik secara tempo cepat lambatnya tarian atau ritme.

Tenaga adalah kekuatan atau energy yang dihasilkan oleh tubuh untuk melahirkan gerak tari. Pola lantai adalah garis garis dilantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis garis dilantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok.

Garis garis pola lantai dibentuk dari garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat menghasilkan pola lantai berupa diagonal, segitiga, zig zag, v atau v terbalik, T

atau T terbalik.

Page 7: Tari dan teater

Garis lengkung dapat meghasilkan bentuk pola lantai sebagai berikut ; lingkaran, setengah lingkaran, spiral, dan angka delapan.

Pada prinsipnya gerak pola lantai ada dua yaitu tegang (memuat kekuatan) dan kendur (melepas kekuatan).

KARYA TARI Menyusun karya tari sederhana berdasarkan motif gerak tari nusantara dengan membentuk

kelompok dan berdiskusi menentukan tema tari, gerak, irama, tata rias dan busana.

TEATER DAN DRAMA

A. DRAMA

Drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya dan drama berarti perbuatan atau tindakan. Drama dapat berupa komedi (suka

cerita) dan tragedy (duka cerita). Jadi drama dapat diartikan sebagai cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan atau action dihadapan penonton (audience) .

Arti drama :

1. Menurut Moulton, drama adalah ”hidup yang dilukiskan dengan gerak” (life presented in action). Jika buku roman menggerakkan fantasi kita, maka dalam drama kita melihatnya kehidupan manusia diekspresikan secara langsung dimuka sendiri.

2. Menurut Brander Mathews, drama adalah konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok utama.

3. Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.

4. Menurut Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.

Pertunjukan drama disebut juga sandiwara. Kata sandiwara itu dibuat oleh PKG. Mangkunegara

VII almarhum sebagai pengganti kata toneel. Kata baru ”sandiwara” dibentuk dari kata ”sandi” dan ”wara”, sandi (jawa) berarti rahasia, dan wara (jawa) adalah pengajaran. Demikian menurut Ki Hajar Dewantara, sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan dengan perlambang.

Sebenarnya arti kata sandiwara lebih kena daripada kata toneel (belanda), yang artinya tak lain daripada pertunjukan. Demikian pula jika dibandingkan dengan arti drama dalam bahasa Yunani

yang artinya tak lain dari pada ”perbuatan”, dan kemudian semata-mata perbuatan di atas panggung.

Kata sandiwara merosot derajatnya karena yang menyelenggarakan dan yang memelihara sandiwara kurang cakap atau kurang baik budinya. Jika kita ingin mengembalikan arti sandiwara

seperti yang semestinya, lapangan sandiwara meminta juga kepada kaum terpelajar, kepada orang yang cakap, kepada orang yang berjiwa seniman dan berbudi tinggi.

Page 8: Tari dan teater

B. FORMULA DRAMATURGI

Yang dimaksud dengan formula dramaturgi atau 4M ialah : M 1 : Mengkhayalkan

M 2 : Menuliskan M 3 : Memainkan M 4 : Menyaksikan

M 1 : Disini untuk pertama kali manusia / pengarang mengkhayalkan kisah ada inspirasi-

inspirasi, ide-ide (idea) M 2 : Pengarang menyusun kisah yang sama (the same idea) untuk kedua kalinya. Pengarang

menulis kisah (story).

M 3 : Pelaku-pelaku memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). Disini aktor dan aktris yang bertindak dalam stage tertentu.

M 4 : Penonton menyasikan kisah yang sama untuk keempat kalinya (audience). Tugas dramaturgi ialah mempelajari keempat proses (4 M) tersebut diatas.

C. TEATER

Ada orang yang mengartikan teater sebagai ”gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai ”pangung” (stage). Secara

etimologis, teater adalah gedung pertunjukan. 1. Dalam arti luas ; teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan didepan orang banyak,

misalnya : Topeng Dhalang, wayang wong, loddrok, ketoprak, randai, mayong, arja, rangda, reog, sulapan, akrobatik dan lain sebagainya.

2. Dalam arti sempit ; drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disasksikan oleh orang banyak, dengan media; percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa

dekor, didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

D. SEJARAH TEATER Teater berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu theatron. Theatron adalah nama tempat untuk

mengadakan pesta dan persembahan para dewa. Pesta diadakan untuk dewa Apollo, yaitu dewa yang memberikan kemakmuran. Persembahan untuk dewa Dyonesos, yaitu dewa penghancur.

Pada acara pesta, masyarakat mendatangi suatu tempat padang yang luas, yang dibuat gunungan tanah melingkar. Ditengah arena itu dibuat pusat persembahan yang disebut theatron. Pada saat itu , masyarakat berpesta ria. Mereka menari mengikuti gerakan binatang, ada yang mengikuti

gerakan seperti macan, dan ada juga yang mengikuti gerakan seperti domba. Mereka diperbolehkan saling mengejek sehingga suasananya riang gembira, santai dan penuh humor.

Namun pada acara persembahan masyarakat tidak boleh saling mengejek. Mereka tampak sedih,

Page 9: Tari dan teater

bahkan banyak yang berteriak histeris dan menangis. Pada acara persembahan itu seekor domba jantan disembelih. Acara persembahan biasanya diadakan pada musim kemarau dengan harapan

musim kemarau cepat berlalu.

Setelah mengalami perkembangan, pengertian teater juga mengalami perkembangan. Teater tidak hanya diartikan sebagai tempat pertunjukan, tetapi juga diartikan sebagai kegiatan pertunjukan atau tontonan. Sebagai kegiatan pertunjukan, teater mempunyai ciri-ciri, yaitu teater

sebagai seni yang berhubungan dengan gerak, seni dekorasi, seni tata rias, dan seni tata busana. Selain itu ciri-ciri yang lain adalah teater sebagai seni kolektif dan memerlukan penonton.

Peranan teater pada saat ini juga mengalami perkembangan. Teater tidak hanya untuk keperluan upacara, tetapi juga untuk aktualisasi pengembangan kreasi, menghibur, dan memberikan

informasi tentang nilai-nilai kebenaran. Sebagai seni, teater bisa mengasah afektif masyarakat. Teater juga dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan. Dengan berlatih teater, siswa dapat

melaksanakan tiga ranah tujuan pendidikan sekaligus, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Pada kesempatan ini kita akan belajar seni teater. Pembelajaran seni teater mencakup

keterampilan olah tubuh, olah pikir dan olah suara.

E. FUNGSI TEATER 1. Teater Berfungsi untuk keperluan Upacara

Asal mula teater digunakan untuk kepentingan upacara, yaitu upacara persembahan kepada dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater di Indonesia juga ada yang berfungsi

untuk keperluan upacara. Teater ini biasanya disebut teater tradisional. Teater yang berfungsi untuk kepentingan upacara tidak membutuhkan penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.

2. Teater sebagai Media Ekspresi

Teater merupakan salah satu bentuk seni. Jika seni musik menekankan pada suara, seni teater menekankan pada laku dan dialog. Seniman teater akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.

3. Teater Berfungsi sebagai Sarana Hiburan

Pengertian teater dapat berhubungan dengan tempat, tetapi dapat juga berhubungan dengan kegiatan pertunjukan. Teater dibutuhkan oleh lingkungan masyarakat untuk hiburan. Oleh karena itu, teater perlu dipersiapkan dengan baik sehigga jika dipentaskan, penonton akan merasa

terhibur.

4. Teater sebagai Media Pendidikan Teater adalah seni kolektif, artinya teater tidak bisa dikerjakan oleh satu orang, tetapi harus dikerjakan oleh banyak orang. Lewat teater, orang akan diajak untuk berorganisasi dan

bekerjasama. Jika dipentaskan, teater akan memberikan pesan-pesan kepada penonton. Melalui cerita, penonton tidak terasa dididik untuk mengerti kebaikan dan kejahatan.

Page 10: Tari dan teater

PENAFSIRAN DALAM BENTUK: CERITA, DIALOG, BENDA-BENDA PERLEN GKAPAN PENTAS, TATA MUSIK, TATA BUSANA, DEKORASI, ATAU BENTUK FISIK

TOKOH CERITA. SANDIWARA ?

SANDI (RAHASIA), WARAH (PENGAJARAN) PENGAJARAN DILAKUKAN MELALUI PERLAMBANG YANG DIWUJUDKAN DALAM BENTUK TINGKAH LAKU DAN DIALOG-DIALOG (PENEKANAN PADA

ASPEK SENI ATAU EKSPRESI) FUNGSI TEATER TRADISIONAL

ASAL MULA TEATER SEBAGAI SARANA UPACARA. 1.TEATER SEBAGAI SARANA HIBURAN 2.TEATER SEBAGAI MEDIA EKSPRESI

TEATER DIBAGI 2 :

1.TEATER TRADISIONAL 1.LUDRUK ( JAWA TIMUR ) 2.LENONG ( JAKARTA – BETAWI )

3.KETOPRAK ( JAWA TENGAH ) 4.RANDA I ( SUMATRA BARAT )

2.TEATER NON TRADISIONAL EKS: OPERA ROMEO N JULIET

JENIS-JENIS TEATER TRADISIONAL

1.LUDRUK ( JAWA TIMUR ) 2.LENONG ( JAKARTA – BETAWI ) 3.KETOPRAK ( JAWA TENGAH )

4.RANDA I ( SUMATRA BARAT )

APRESIASI SENI TEATER KONSEP DASAR TEATER PADA AWALNYA MERUPAKAN PERSIAPAN YANG BERKENAAN DENGAN TEKNIK PENATALAKSANAAN PERTUNJUKAN YANG

DIPENTASKAN. SENI TEATER ADALAH BENTUK SENI PERTUNJUKAN YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KISAH KEHIDUPAN MANUSIA, BAIK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG BERHADAPAN DENGAN PENONTON. 2 MACAM SENI TEATER DI INDONESIA

1.SENI TEATER TRADISIONAL YAITU TEATER YANG BERASAL DARI KEBUDAYAAN INDONESIA

EX. RANDAI ( RIAU ), WAYANG ORANG DSB. 2. SENI TEATER NON TRADISIONAL.

YAITU TEATER YANG BUKAN DARI KEBUDAYAAN INDONESIA. EX. OPERA ROMEO & JULIET.

MEDIA SENI TEATER / DRAMA

Page 11: Tari dan teater

TUBUH SUARA

KATA GERAK

AKTING ILUSTRASI MUSIK

PERALATAN/ PROPERTI nPERALATAN PROSES PEMBUATAN

- KAMERA, FILM, KAMERA FOTO, LAMPU, ALAT EDITING, GENERATOR, PERALATAN LAGA/AKTING, PERALATAN SUARA DSB PERALATAN PROPERTI

- SUBJEK DAN OBJEK VISUALISASI FILM YANG MELIPUTI HAMPIR SELURUH WUJUD MAHKLUK ATAU BENDA YANG ADA DI ALAM INI.

BERKARYA SENI TEATER UNSUR-UNSUR DRAMA

1.TEMA ADALAH PIKIRAN POKOK YANG MENDASARI KISAH DRAMA.

EX. TEMA : PERCINTAAN TOPIK : CINTA YANG TERHALANG JUDUL : ROMEO DAN JULIET

2.PLOT 2. KONFLIK

- MULAI ADA KEJADIAN ATAU INSIDEN YANG MELIBATKAN TOKOH DALAM MASALAH. 3. KOMPLIKASI

- INSIDEN BERKEMBANG DAN MENIMBULKAN KONFLIK-KONFLIK YANG SEMAKIN BANYAK, RUWET, DAN SALING TERKAIT NAMUN BELUM TAMPAK

PEMECAHANNYA. 4. KRISIS/KLIMAKS

- BERBAGAI KONFLIK TELAH SAMPAI PADA PUNCAKNYA SEHINGGA MERUPAKAN PUNCAK KETEGANGAN BAGI PENONTON. BERUPA AKHIR

PERRTIKAIAN DARI TOKOH PROTOGONIS ( IDEAL ) DAN ANTAGONIS ( TIDAK IDEAL ). 5. RESOLUSI

- PENYELESAIAN KONFLIK. KISAH DAPAT BERAKHIR MENYENANGKAN SERTA DAPAT PULA BERAKHIR TRAGIS DAN MENIMBULKAN PROTES DIBENAK

PENONTON. 3. KARAKTER

KARAKTER ADALAH KESELURUHAN CIRI-CIRI JIWA ATAU KEPRIBADIAN SEORANG TOKOH DALAM KISAH DRAMA.

EX : BAIK HATI, KERAS , SOMBONG, RENDAH DIRI, MUNAFIK, MATEREALISTIK, RAMAH, PEMARAH, DLL.

Page 12: Tari dan teater

4. DIALOG

DIALOG ADALAH PERCAKAPAN ANTAR TOKOH YANG BERSAMAAN DALAM SUATU GERAK ATAU ADEGAN UNTUK MERANGKAI JALANNYA KISAH.

5. BAHASA BAHASA MERUPAKAN BAHAN DASAR / SKENARIO, DALAM WUJUD KATA ATAU

KALIMAT. 6.IDE DAN PESAN

KEADAAN KEHIDUPAN DI MASYARAKAT SEBAGAI SUMBER IDE ATAU GAGASAN YANG MEMPUNYAI NILAI PENDIDIKAN.

7. SETTING YAITU KEADAAN TEMPAT DAN SUASANA TERJADINYA SUATU ADEGAN BAIK

DIATAS PANGGUNG MAUPUN DILOKASI SHOOTING.

UNSUR-UNSUR PEMENTASAN DRAMA/FILM

1.NASKAH/SKENARIO

2. PEMAIN/PEMERAN

3. SUTRADARA

4.PROPERTI

5.PENATAAN

6.PENONTON

1. NASKAH DRAMA -KARANGAN YANG BERISI SEBUAH KISAH DENGAN NAMA-NAMA TOKOH DAN DIALOG YANG DIUCAPKANNYA.

SKENARIO YAITU NASKAH DRAMA BESAR YANG BERISI URAIAN LENGKAP ; KEADAAN, PROPERTI, NAMA TOKOH, KARAKTER, PETUNJUK AKTING/ESKPRESI

DSB. 2. PEMAIN/PEMERAN -ORANG YANG MEMERAGAKAN KISAH TOKOH TERTENTU.

1.Peran Utama Peran yang Menjadi Pusat perhatian dalam kisah.

2.Peran Pembantu Peran yang bukan pusat perhatian 3.Peran Tambahan/Figuran

Peran yang diciptakan untuk memperkuat gambaran suasana. ( Stuntman atau peran pengganti untuk melakukan adegan berbahaya) .

3. SUTRADARA -ORANG YANG MEMIMPIN DAN MENGATUR SELURUH TEKNIK PEMBUATAN ATAU PEMENTASAN DRAMA/FILM.

4. PROPERTI - SELURUH PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN DALAM PEMENTASAN DRAMA

ATAU FILM.

Page 13: Tari dan teater

5. PENATAAN -SENUA BAGIAN PEKERJAAN YANG MENDUKUNG TERLAKSANANYA

PEMBUATAN DRAMA. 1.TATA RIAS ADALAH CARA MENDANDANI PEMAIN DALAM MEMERANKAN

TOKOH TERTENTU AGAR LEBIH MEYAKINKAN. 2.TATA BUSANA ADALAH PENGATURAN PAKAIAN PEMAIN AGAR MENDUKUNG KEADAAN YANG DIKEHENDAKI

3.TATA PENTAS 4.TATA LAMPU

6. PENONTON PENONTON TERMASUK UNSUR PEMENTASAN DRAMA ATAU FILM KARENA

MERUPAKAN SAKSI DARI HASIL AKHIR SELURUH KERABAT KERJA.

Teater Tradisional Indonesia 1. Teater Tradisional

Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006)

mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk

mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu

bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat

lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari

satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater

tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Berikut ini disajikan beberapa bentuk teater tradisional yang

ada di daerah-daerah di Indonesia. a. Wayang

Wayang merupakan suatu bentuk teater tradisional yang sangat tua, dan dapat ditelusuri bagaimana asal muasalnya. Dalam menelusuri sejak kapan ada pertunjukan wayang di Jawa,

dapat kita temukan berbagai prasasti pada Zaman Raja Jawa, antara lain pada masa Raja Balitung. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan Wayang seperti yang terdapat pada Prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi. Prasasti tersebut

mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang. Petunjuk semacam itu juga ditemukan dalam sebuah kakawin Arjunawiwaha karya Mpu

Kanwa, pada Zaman Raja Airlangga dalam abad ke-11. Oleh karenanya pertunjukan wayang dianggap kesenian tradisi yang sangat tua. Sedangkan bentuk wayang pada zaman itu belum jelas tergambar model pementasannya.

Awal mula adanya wayang, yaitu saat Prabu Jayabaya bertakhta di Mamonang pada tahun 930. Sang Prabu ingin mengabadikan wajah para leluhurnya dalam bentuk gambar yang kemudian

dinamakan Wayang Purwa. Dalam gambaran itu diinginkan wajah para dewa dan manusia Zaman Purba. Pada mulanya hanya digambar di dalam rontal (daun tal). Orang sering

Page 14: Tari dan teater

menyebutnya daun lontar. Kemudian berkembang menjadi wayang kulit sebagaimana dikenal sekarang.

b. Wayang Wong (wayang orang)

Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh orang,

lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti pada umumnya teater tradisional dan tidak memakai topeng. Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang, dapat diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang.

Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga tidak muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya sendiri. Sedangkan

wujud pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik. Wayang orang dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-

tokoh dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai

pengatur laku dan tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang yang agak berbeda, karena masih menggunakan topeng dan menggunakan dalang seperti

pada wayang kulit. Sang dalang masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat. Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua

ucapan pemain dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerak-gerakan badan atau tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan

oleh Sang Dalang. Para pemain harus pandai menari. Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog.

c. Makyong

Makyong merupakan suatu jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan. Makyong yang paling tua terdapat di pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya kesenian Makyong berupa tarian joget atau ronggeng. Dalam perkembangannya kemudian

dimainkan dengan cerita-cerita rakyat, legenda dan juga cerita-cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan sultan-sultan, hingga sering dipentaskan di istana-istana.

Bentuk teater rakyat makyong tak ubahnya sebagai teater rakyat umumnya, dipertunjukkan dengan menggunakan media ungkap tarian, nyanyian, laku, dan dialog dengan membawa cerita-cerita rakyat yang sangat populer di daerahnya. Cerita-cerita rakyat tersebut

bersumber pada sastra lisan Melayu. Daerah Riau merupakan sumber dari bahasa Melayu Lama. Ada dugaan bahwa sumber dan akar Makyong berasal dari daerah Riau, kemudian berkembang

dengan baik di daerah lain. Pementasan makyong selalu diawali dengan bunyi tabuhan yang dipukul bertalu-talu

sebagai tanda bahwa ada pertunjukan makyong dan akan segera dimulai. Setelah penonton

berkumpul, kemudian seorang pawang (sesepuh dalam kelompok makyong) tampil ke tempat pertunjukan melakukan persyaratan sebelum pertunjukan dimulai yang dinamakan upacara

buang bahasa atau upacara membuka tanah dan berdoa untuk memohon agar pertunjukan dapat berjalan lancar.

Page 15: Tari dan teater

d. Randai

Randai merupakan suatu bentuk teater tradisional yang bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Sampai saat ini, randai masih hidup dan bahkan

berkembang serta masih digemari oleh masyarakatnya, terutama di daerah pedesaan atau di kampung-kampung. Teater tradisional di Minangkabau bertolak dari sastra lisan. begitu juga Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut “kaba” (dapat diartikan sebagai cerita). Bakaba

artinya bercerita. Ada dua unsur pokok yang menjadi dasar Randai, yaitu.

1. Pertama, unsur penceritaan. Cerita yang disajikan adalah kaba, dan disampaikan lewat gurindam, dendang dan lagu. Sering diiringi oleh alat musik tradisional Minang, yaitu salung, rebab, bansi, rebana atau yang lainnya, dan juga lewat dialog.

2. Kedua, unsur laku dan gerak, atau tari, yang dibawakan melalui galombang. Gerak tari yang digunakan bertolak dari gerak-gerak silat tradisi Minangkabau, dengan berbagai variasinya

dalam kaitannya dengan gaya silat di masing-masing daerah. e. Mamanda

Daerah Kalimantan Selatan mempunyai cukup banyak jenis kesenian antara lain yang paling populer adalah Mamanda, yang merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan,

yang orang sering menyebutnya sebagai teater rakyat. Pada tahun 1897 datang ke Banjarmasin suatu rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka yang lebih dikenal dengan Komidi Indra Bangsawan. Pengaruh Komidi Bangsawan ini sangat besar terhadap perkembangan teater

tradisional di Kalimantan Selatan. Sebelum Mamanda lahir, telah ada suatu bentuk teater rakyat yang dinamakan Bada Moeloek, atau dari kata Ba Abdoel Moeloek. Nama teater tersebut berasal

dari judul cerita yaitu Abdoel Moeloek karangan Saleha. f. Lenong

Lenong merupakan teater rakyat Betawi. Apa yang disebut teater tradisional yang ada pada saat ini, sudah sangat berbeda dan jauh berkembang sesuai dengan perkembangan

masyarakat lingkungannya, dibandingkan dengan lenong di zaman dahulu. Kata daerah Betawi, dan bukan Jakarta, menunjukan bahwa yang dibicarakan adalah teater masa lampau. Pada saat itu, di Jakarta, yang masih bernama Betawi (orang Belanda menyebutnya: Batavia) terdapat

empat jenis teater tradisional yang disebut topeng Betawi, lenong, topeng blantek, dan jipeng atau jinong. Pada kenyataannya keempat teater rakyat tersebut banyak persamaannya. Perbedaan

umumnya hanya pada cerita yang dihidangkan dan musik pengiringnya. g. Longser

Longser merupakan jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan dan terdapat di Jawa Barat, termasuk kelompok etnik Sunda. Ada beberapa jenis teater rakyat di daerah etnik Sunda

serupa dengan longser, yaitu banjet. Ada lagi di daerah (terutama, di Banten), yang dinamakan ubrug.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa longser berasal dari kata melong (melihat) dan

seredet (tergugah). Artinya barang siapa melihat (menonton) pertunjukan, hatinya akan tergugah. Pertunjukan longser sama dengan pertunjukan kesenian rakyat yang lain, yang bersifat hiburan

sederhana, sesuai dengan sifat kerakyatan, gembira dan jenaka. Sebelum longser lahir, ada

Page 16: Tari dan teater

beberapa kesenian yang sejenis dengan Longser, yaitu lengger. Ada lagi yang serupa, dengan penekanan pada tari, disebut ogel atau doger.

h. Ubrug

Ubrug merupakan teater tradisional bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Banten. Ubrug menggunakan bahasa daerah Sunda, campur Jawa dan Melayu, serupa dengan topeng banjet yang terdapat di daerah Karawang. Ubrug dapat dipentaskan di mana saja, seperti halnya

teater rakyat lainnya. Dipentaskan bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk memeriahkan suatu “hajatan”, atau meramaikan suatu “perayaan”. Untuk apa saja, yang dilakukan masyarakat,

ubrug dapat diundang tampil. Cerita-cerita yang dipentaskan terutama cerita rakyat, sesekali dongeng atau cerita

sejarah Beberapa cerita yang sering dimainkan ialah Dalem Boncel, Jejaka Pecak , Si Pitung atau

Si Jampang (pahlawan rakyat setempat, seperti juga di Betawi). Gaya penyajian cerita umumnya dilakukan seperti pada teater rakyat, menggunakan gaya humor (banyolan), dan sangat

karikatural sehingga selalu mencuri perhatian para penonton. i. Ketoprak

Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-

daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.

Pada mulanya ketoprak merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur

diri dengan menabuh lesung pada waktu bulan purnama, yang disebut gejogan. Dalam perkembangannya menjadi suatu bentuk teater rakyat yang lengkap. Ketoprak merupakan salah

satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggah-ungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang

digunakan, yaitu: 1. Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)

2. Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) 3. Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)

Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa

Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik. j. Ludruk

Ludruk merupakan teater tradisional yang bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur, berasal dari daerah Jombang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Jawa

Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, dan sampai ke Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin luntur menjadi bahasa Jawa setempat. Peralatan

musik daerah yang digunakan, ialah kendang, cimplung, jidor dan gambang dan sering ditambah tergantung pada kemampuan grup yang memainkan ludruk tersebut. Dan lagu-lagu (gending)

yang digunakan, yaitu Parianyar, Beskalan, Kaloagan, Jula-juli, Samirah, Junian.

Page 17: Tari dan teater

Pemain ludruk semuanya adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria. Hal ini merupakan ciri khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater rakyat di berbagai

tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda, ketoprak), karena pada zaman itu wanita tidak diperkenankan muncul di depan umum.

k. Gambuh

Gambuh merupakan teater tradisional yang paling tua di Bali dan diperkirakan berasal

dari abad ke-16. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Bali kuno dan terasa sangat sukar dipahami oleh orang Bali sekarang. Tariannya pun terasa sangat sulit karena merupakan tarian

klasik yang bermutu tinggi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau gambuh merupakan sumber dari tari-tarian Bali yang ada. Sejarah gambuh telah dikenal sejak abad ke-14 di Zaman Majapahit dan kemudian masuk ke Bali pada akhir Zaman Majapahit. Di Bali, gambuh

dipelihara di istana raja-raja. Kebanyakan lakon yang dimainkan gambuh diambil dari struktur cerita Panji yang

diadopsi ke dalam budaya Bali. Cerita-cerita yang dimainkan di antaranya adalah Damarwulan, Ronggolawe, dan Tantri. Peran-peran utama menggunakan dialog berbahasa Kawi, sedangkan para punakawan berbahasa Bali. Sering pula para punakawan menerjemahkan bahasa Kawi ke

dalam bahasa Bali biasa. Suling dalam gambuh yang suaranya sangat rendah, dimainkan dengan teknik pengaturan

nafas yang sangat sukar, mendapat tempat yang khusus dalam gamelan yang mengiringi gambuh, yang sering disebut gamelan “pegambuhan”. Gambuh mengandung kesamaan dengan “opera” pada teater Barat karena unsur musik dan menyanyi mendominasi pertunjukan. Oleh karena itu

para penari harus dapat menyanyi. Pusat kendali gamelan dilakukan oleh juru tandak, yang duduk di tengah gamelan dan berfungsi sebagai penghubung antara penari dan musik. Selain dua

atau empat suling, melodi pegambuhan dimainkan dengan rebab bersama seruling. Peran yang paling penting dalam gamelan adalah pemain kendang lanang atau disebut juga kendang pemimpin. Dia memberi aba-aba pada penari dan penabuh.

l. Arja

Arja merupakan jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan, dan terdapat di Bali. Seperti bentuk teater tradisi Bali lainnya, arja merupakan bentuk teater yang penekanannya pada tari dan nyanyi. Semacam gending yang terdapat di daerah Jawa Barat (Sunda), dengan porsi

yang lebih banyak diberikan pada bentuk nyanyian (tembang). Apabila ditelusuri, arja bersumber dari gambuh yang disederhanakan unsur-unsur tarinya, karena ditekankan pada tembangnya.

Tembang (nyanyian) yang digunakan memakai bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali halus yang disusun dalam tembang macapat.

A. UNSUR PEMBENTUK TEATER

Dalam khasanah teater dewasa ini dapat disimpulkan unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang

memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan

1. Naskah Lakon

Page 18: Tari dan teater

Salah satu ciri teater modern adalah digunakannya naskah lakon yang merupakan bentuk tertulis dari cerita drama yang baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan kedalam

pementasan. Naskah Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni dari media

bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi tersebut karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan komponen-komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik.

Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh. Akan tetapi, naskah lakon yang khusus dipersiapkan

untuk dipentaskan mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian

tersebut pada perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik.

2. Sutradara

Di Indonesia penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk

pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur–unsur

lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara. Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses

terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton.

Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan tugas–tugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara

dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.

Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa

mengatasi kesulitan yang timbul. Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:

1. Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb.

2. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi

robot – robot yang tetap buta tuli. 3. Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang

mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.

4. Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain

adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara. 3. Pemain

Untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk

memeragakan tokoh. tetapi bukan sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya. Agar bisa merefleksikan

Page 19: Tari dan teater

tokoh menjadi sesuatu yang hidup, pemain dituntut menguasai aspek-aspek pemeranan yang dilatihkan secara khusus, yaitu jasmani (tubuh/fisik), rohani (jiwa/emosi), dan intelektual.

Memindahkan naskah lakon ke dalam panggung melalui media pemain tidak sesederhana mengucapkan kata - kata yang ada dalam naskah lakon atau sekedar memperagakan keinginan

penulis melainkan proses pemindahan mempunyai karekterisasi tersendiri, yaitu harus menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa pentas (lisan).

4. Penonton Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton. Respon penonton atas lakon

akan menjadi suatu respons melingkar, antara penonton dengan pementasan. Banyak sutradara yang kurang memperhatikan penonton dan menganggapnya sebagai kelompok konsumsi yang bisa menerima begitu saja apa yang disuguhkan sehingga jika terjadi suatu kegagalan dalam

pementasan penonton dianggap sebagai penyebabnya karena mereka tidak mengerti atau kurang terdidik untuk memahami sebuah pementasan.

Kelompok penonton pada sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, dan cita-cita. Alasan lainnya untuk tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan

hatinya, karena terharu akibat dari hasrat ingin menonton. Penonton meninggalkan rumah, antri karcis dan membayar biaya masuk dan lain-lain karena teater adalah dunia ilusi dan imajinasi.

Membebaskan pola rutin kehidupan selama waktu dibuka hingga ditutupnya tirai untuk memuaskan hasrat jiwa khayalannya. Eksistensi teater tidak mengenal batas kedudukan manusia. Secara ilmiah, manusia memiliki

kekuatan menguasai sikap dan tindakannya. Tindakannya pergi ke teater disebabkan oleh keinginan dan kebutuhan berhubungan dengan sesama. Sehingga menempuh jalan sebagai

berikut: 1. Bertemu dengan orang lain yang menonton teater. Teater merupakan suatu lembaga sosial. 2. Memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas

pentas secara khayali. Teater adalah salah satu cara proses interaksi sosial Dalam memandang suatu karya seni penonton hendaklah mampu memelihara adanya

suatu objektivitas artistik. Ini bisa tercapai dengan menentukan jarak estetik (aestetic distance) sehubungan dengan karya seni yang dihayatinya. Pemisahan yang dimaksud, antara penonton dan yang ditonton, pada seni teater diusahakan dengan jalan:

1. Menciptakan penataan yang tepat atas auditorium dan pentas. 2. Adanya batas artistik proscenium sebagai bingkai gambar.

3. Pentas yang terang dan auditorium yang gelap. Semua itu akan membantu kedudukan penonton sehingga memungkinkan untuk melakukan perenungan.

5. Tata Artistik

Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu

pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut

sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.

Page 20: Tari dan teater

Tata panggung adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga

menghidupkan pemeranan dan suasana panggung. Tata cahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang

fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakon yang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa. Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk

memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan. Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam

sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.

Tata rias dan tata busana adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain.

Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.

1. PESAN MORAL PERTUNJUKAN TEATER

Pertunjukan teater khususnya teater tradisional mengandung pesan moral yang begitu tinggi terhadap masyarakat pada umumnya dan khususnya pada penonton. Pesan moral ini

dapat diketahui melalui amanat-amanat dalam suatu cerita (naskah lakon) yang dipertunjukkan. Di dalam cerita klasik seperti kisah Baratayuda dalam wayang kulit purwa Jawa. Dalam kisah Baratayuda tersebut mengandung pesan moral agar selalu menanamkan kebenaran dan

kejujuran yang akan mengalahkan kebatilan. Demikian juga kisah Ramayana, merupakan kisah yang mengandung pesan moral yang tinggi. Tokoh Rama, Raja Ayodya merupakan lambang

kesucian dan kebenaran, mengalahkan Rahwana, raja Alengka yang sakti sebagai lambang kejahatan. Kisah tersebut mengungkap pesan moral agar setiap manusia selalu mengedepankan kebenaran, kesucian dan kejujuran.

Pada dasarnya setiap pertunjukan teater memiliki pesan moral dan untuk dapat mengungkapkan pesan moral yang tepat dari pertunjukan hendaknya dalam menyaksikan

pertunjukan karya teater secara cermat dan penuh apresiatif. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam seni drama atau seni teater, nilai-nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. Nilai Moral

Nilai moral disini adalah nilai yang berhubungan dengan budi pekerti, etika dan susila. Setiap karya seni pasti mengandung nilai moral. Nilai moral yang ada di dalam karya seni, khususnya karya teater, dapat mengubah sikap dan prilaku penontonnya. Kalau nilai moralnya

tinggi dapat membentuk perilaku penonton yang baik dan positif, tetapi kalau nilai moralnya rendah dapat membentuk penonton memiliki perilaku yang kurang baik. Karya teater tradisi

memiliki nilai moral yang sangat tinggi.

B. Nilai Budaya

Selain nilai moral, suatu karya teater juga mengandung nilai budaya, termasuk karya teater tradisi. Setiap karya teater yang dipertunjukkan menampilkan budaya kehidupan masyarakat di

dalam cerita yang dipentaskan. Penonton dapat melihat budaya kehidupan masyarakat dalam suatu cerita yang dipentaskan, jika menonton pementasan itu secara lengkap dari awal hingga

Page 21: Tari dan teater

selesai. Memang nilai budaya itu terkandung di seluruh rangkaian cerita. Tanpa menyaksikan secara lengkap, tidak mungkin bisa mengungkapkan nila i budaya yang ada.

C. Nilai sosial

Nilai sosial atau kemasyarakatan suatu karya teater sangat erat hubungannya dengan budaya yang ada dalam cerita yang dipentaskan. Misalnya, suatu karya teater mengandung budaya gotong-royong, hal itu berarti memiliki nilai kemasyarakatan yang tinggi, yakni

masyarakatnya memiliki sifat suka menolong, suka bekerjasama dan tidak egois. Jika karya teater itu mengandung budaya pergaulan bebas, berarti masyarakatnya juga tidak menghormati

norma-norma yang ada. Nilai budaya pada dasarnya merupakan kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat. Jika kebiasaan masyarakat itu baik, berarti memiliki nilai kebudayaan yang baik pula. Sebaliknya, jika memiliki kebiasaan yang jelek, nilai budayanya juga rendah. Nilai budaya

sekaligus mempengaruhi nilai kemasyarakatan. Oleh karena itu penonton perlu memiliki kepekaan yang tinggi, jika ingin dapat mengungkapkan nilai-nilai sosial budaya dengan benar.

D. Nilai Pendidikan / Pedagogis

Seni drama atau teater merupakan salah satu genre sastra yang di dalamnya memiliki nilai

pendidikan, baik secara umum yaitu pendidikan kewarganegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Maupun secara khusus, yaitu pendidikan moral, budi pekerti serta susila, dan

pendidikan estetis. Hasil dari pendidikan adalah perubahan sikap. Oleh karena itu, pertunjukan drama atau teater dapat menghasilkan perubahan terhadap penonton. Setelah menonton pertunjukan teater diharapkan memiliki moralitas yang tinggi dan budi pekerti yang luhur.

Karya teater benar-benar memiliki nilai pendidikan yang tinggi, terutama pendidikan moral disamping pendidikan kewarganegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Seperti yang telah

diuraikan dimuka bahwa wayang kulit purwa Jawa dan Ramayana sarat dengan nilai moral dan benar-benar memiliki nilai pendidikan yang tinggi. Pertunjukan teater sangat cocok dikonsumsi oleh anak usia remaja karena mereka sedang mengalami masa puber, memiliki rasa ego yang

tinggi, ingin menang sendiri, merasa dirinya yang paling benar, emosional, sulit menghargai orang lain, dan cenderung tidak memiliki pegangan yang tetap. Melalui pendidikan drama atau

teater di sekolah, akan dapat mengubah perilaku yang dimilikinya menjadi baik dan terkontrol. Oleh karena itu para siswa hendaknya secara intensif mementaskan dan menyaksikan karya teater, terutama teater tradisi sehingga selain dapat mengubah perilaku, juga dapat dengan tepat

mengungkapkan nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya.

E. Nilai Kemanusiaan / Humanisme Manusia dan kemanusiaan menjadi problematik sentral dalam kerja seni atau seni teater,

maka seni drama atau teater adalah seni kolektif yang sarat akan muatan nili-nilai humanisme.

Pada dasarnya sebuah seni drama atau seni teater yang termasuk dalam karya fiksi bertumpu pada penghayatan terhadap sosok-sosok tokoh yang diciptakan, baik secara langsung oleh

pengarangnya maupun secara tidak langsung melalui percakapan antar tokoh. Didalam teater tradisional tersebut amatlah kaya akan nilai-nilai humanisme, baik dalam

tataran mikrokosmos maupun makrokosmos. Lakon-lakon yang terdapat dalam serial Ramayana

dan Mahabarata secara tematis filosofis sarat akan muatan nilai-nilai kemanusiaan. Kedua serial lakon perjuangan tersebut secara filosofis dapat dimaknai sebagai perang melawan angkara

murka, keserakahan, ketamakan, kezaliman dan ketidakadilan. Tokoh-tokoh seperti Arjuna, Kresna, Semar, Werkudara, Gatotkaca, Hanoman dan Puntadewa merupakan tokoh idola

Page 22: Tari dan teater

masyarakat Jawa, bukan hanya karena kesaktiannya, tetapi juga nilai kemanusiannya (humanisme).

F. Nilai Keindahan / Estetis

Karya teater merupakan salah satu karya sastra yang didalamnya mengandung nilai-nilai estetis yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan penonton pada khususnya. Keindahan di sini memiliki cakupan yang luas dan bermanfaat, yaitu keindahan moral,

keindahan susila, keindahan akal, dan keindahan alami. Bagi orang yang menyaksikan karya teater, khususnya karya teater tradisi, akan dapat menikmati keindahan yang ada di dalamnya

dan akhirnya mendapatkan kepuasan bathin. Seni drama atau teater merupakan tempat bertemunya berbagai cabang seni, yaitu seni musik, seni tari, seni suara, seni panggung, seni lukis dan seni peran. Perpaduan seni tersebut membawa

suatu keindahan akali yang benar-benar menarik dan menjadi kepuasan bathin Tari

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang

disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan, atau

bersenam. Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. Dansa adalah tari asal kebudayaan Barat yang dilakukan pasangan pria-wanita dengan berpegangan tangan atau berpelukan sambil diiringi musik.

Teater Tradisional Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.

- Ketoprak dari Yogyakarta - Ludruk dari Surabaya

- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta - Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi - Mamanda dan Wayang Gong dari Kalimantan Selatan

- Mak Yong dan Mendu dari Riau - Masres dari Indramayu - Randai dari Sumatera Barat

- Dulmulk dari Sumatera Selatan - Bangsawan dari Sumatera Utara Anak Ari dari Nusa Tenggara - Arya Barong Kecak dari Bali

Ciri-ciri Teater Tradisional

Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah), 2. Pementasan sederhana,

3. Ceritanya turun temurun.

Teater Modern

Page 23: Tari dan teater

Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra. contoh Teater Modern :

a. drama b. teater

c. sinetron d. film

Ciri-ciri Teater Modern - Panggunga tertata

- Ada pengaturan jalan cerita - tempat panggung tertutup

Kelompok dan sutradara

Kelompok teater modern dan sutradara: 1. Teater Gandrik : Jujuk Prabowo 2. Teater Garasi : Yudi Ahmad Tajudin

3. Teater Koma : N. Riantiarno 4. Bengkel Teater : WS Rendra

5. Teater Kecil : Arifin C. Noor dan lain-lain Unsur-unsur Teater

Unsur-unsur dalam teater antara lain:

1. Naskah/Skenenario Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan. 2. Skenario

Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh, karakter, petunjuk akting dan sebagainya. Tujuan dari naskah/skenario

untuk sutradara agar penyajiannya lebih realistis. 3. Pemain/Pemeran/Tokoh Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut

aktris/aktor.

Macam-macam peran: a. Peran Utama

Peran Utama Yaitu peran yang menjadi pusat perhatian penonton dalam suatu kisah b. Peran Pembantu

Peran Pembantu Yaitu peran yang tidak menjadi pusat perhatian c. Peran Tambahan/Figuran Figuran Yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat gambar suasana

4. sutradara

Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater/drama/film/sinetron.

Page 24: Tari dan teater

5. Properti

Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan drama atau film. Contohnya : kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain

6. Penataan Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater, antara:

a. Tata Rias Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih

meyakinkan b. Tata Busana Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki.

Contohnya : pakaian sekolah lain dengan pakaian harian c. Tata Lampu

Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung d. Tata Suara Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara

e. Tata Pentas Tata Pentas adalah seting, komposisi properti agar efektif mendukung pentas

f. Pentas/Panggung 7. Penonton

Penonton adalah undur dalam pementasan drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari hasil akhir kerabat kerja. Penonton sebagai evaluator yang mengapresiasi dan menilai hasil

karya seni yang dipentaskan. Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat karya. Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton. Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi senimannya bisa sebagaievaluator dari karyanya.

PENGERTIAN SENI TEATER

09/04/2011 oleh mbyarts 5 Komentar Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan

proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater

atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.

Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.

ARTI DRAMA 1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti

berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. 2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak

Page 25: Tari dan teater

3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII

dibuat istilah Sandiwara.

ARTI TEATER 1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. 2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak

3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada

naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. 4.

AKTING YANG BAIK

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang :

1. terdengar (volume baik) 2. jelas (artikulasi baik) 3. dimengerti (lafal benar)

4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah) Gerak yang balk ialah gerak yang :

1. terlihat (blocking baik) 2. jelas (tidak raguragu, meyakinkan) 3. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)

4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah) Penjelasan :

Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas

dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi katakata yang

diucapkan menjadi tumpang tindih. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang

dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan berani.

Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan

kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu

dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.

Arti Drama

1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti

berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. 2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. 3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.

Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Arti Teater

1. Secara etimologis: Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.

Page 26: Tari dan teater

2. Dalam arti luas: Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak 3. Dalam arti sempit: Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang

diceritakan di atas pentas dengan media yaitu percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Akting Yang Baik

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang:

Terdengar (volume baik) Jelas (artikulasi baik)

Dimengerti (lafal benar) Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang balk ialah gerak yang:

Terlihat (blocking baik) Jelas (tidak raguragu, meyakinkan)

Dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan) Menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Sejarah Teater

- Teater musikal

The Black Crook (1866), dianggap oleh sejumlah sejarawan sebagai musikal pertama di dunia

Teater musikal adalah bentuk teater yang menggabungkan lagu, dialog ucapan, akting, dan tarian. Konten emosionalnya – humor, pathos, cinta, kemarahan – serta ceritanya dikomunikasikan melaluikata-kata, musik, gerakan dan aspek teknis hiburan sebagai satu

kesatuan utuh. Meski teater musikal juga mencakup bentuk teater lain seperti opera, hal ini dapat dibedakan dari kepentingan setara terhadap musik jika dibandingkan dengan dialog, gerakan, dan elemen lain karya tersebut. Sejak awal abad ke-20, karya pertunjukan teater musikal umumnya

hanya disebut "musikal". Musikal dipertunjukkan di seluruh dunia. Musikal bisa diadakan di panggung besar, seperti

produksi beranggaran besar teater West End dan Broadway di London dan New York City, atau di teater pagar kecil, produksi Off-Broadway atau teater regional, tur, atau kelompok amatir di sekolah, teater dan ruang pertunjukan lain. Selain Britania dan Amerika Serikat, ada berbagai

teater musikal di beberapa negara di Eropa, Amerika Latin, Australasia dan Asia. Meski musik telah menjadi bagian dari penampilan dramatis sejak zaman-zaman kuno, teater

musikal modern muncul pada abad ke-19, ditandai dengan karya-karya Gilbert and Sullivan di Britania dan Harrigan and Hart di Amerika Serikat, diikuti berbagai komedi musikal Edward dan karya pengarang Amerika Serikat seperti George M. Cohan. Pada awal abad ke-20, musikal

Princess Theatre dan acara cerdas lain seperti Of Thee I Sing adalah tahap artistik yang selangkah di depan revue dan hiburan-hiburan lain yang mendorong munculnya gebrakan baru

seperti Show Boat dan Oklahoma!. Sejumlah musikal terkenal dan ikonik sepanjang beberapa

Page 27: Tari dan teater

dasawarsa meliputi West Side Story, The Fantasticks, Hair, A Chorus Line, Les Misérables, The Phantom of the Opera, Rent, The Producers dan Wicked.

- Tragedi

Topeng Dionisos, ditemukan di Myrina (Turki). Terakota, abad ke-1 - 2 SM. Topeng tersebut dipakai dalam drama tragedi pada masa Yunani kuno. Dalam drama Yunani, termasuk drama

tragedi, semua aktornya memakai topeng.. Tragedi adalah genre drama yang menceritakan kisah yang menyedihkan. Dalam tragedi, tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang baik namun mengalami nasib yang buruk dan

menyebabkan dirinya, atau kerabat dan sahabatnya, mengalami masalah. Drama tragedi berasal dari Yunani kuno dan biasanya dipentaskan dalam festival keagamaan. Penulia tragedi Yunani

yang terkenal yaitu Aiskhilos, Sofokles, dan Euripides, sedangkan penulis tragedi masa modern yang terkenal adalah William Shakespeare.

SENI TEATER (SEJARAH,PENGERTIAN DAN BENTUK)

Sejarah Teater

Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-

gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.

Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah

teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka

agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang,

selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk

menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater. 1. Mengapresiasikan Karya Seni Teater

Page 28: Tari dan teater

Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat-tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan

kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater

itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita. 2. Pengertian Teater

arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.

arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku

dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan

tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa

yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Unsur-unsur teater menurut urutannya : • Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)

• Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa)

• Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran) • Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik) • Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)

• Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi) Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia

sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni. 3. Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya :

a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku,

sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll. b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum

bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan

tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewadewa . Contoh : teater Wayang

c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton . teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan

baru , sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia. d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai

tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater

Page 29: Tari dan teater

dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.

Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan

leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan upacara panen. Juga

peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tata cara yang unik

dan menarik. Teater rakyat adalah teater yang hidup dan berkembang dikalangan masyarat untuk

memenuhi kebutuhan ritual dan hiburan rakyat. Sumber : Sri Hermawati Arini,dkk (Seni Budaya Jilid 2, BSE) artikel3

Dasar-dasar Teater (5/6): Seni Rupa dalam Teater

5.1 TATA PANGGUNG

Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan

digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan

dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan. 5.1.1 Mempelajari Panggung

Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh

tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak

dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan memahami karakter

jenis panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut. 5.1.2 Jenis-jenis Panggung

Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara

kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap

maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi

dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari

masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.

Page 30: Tari dan teater

5.1.2.1 Arena

Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi

panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal

tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus

benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.

Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan

(terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan

nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna - berbeda satu dengan yang lain - maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik

pementasan. Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama bagi

teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik

penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang

dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacammacam.

5.1.2.2 Proscenium

Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton

menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah.

Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.

Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah

tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah

benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah

dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut

kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptakan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang diolah penata

Page 31: Tari dan teater

panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui

bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata

panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium. Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di

atas panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana

posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan

panggung proscenium bertahan sampai sekarang. 5.1.3 Fungsi Tata Panggung

Dalam perancangan tata panggung selain mempertimbangkan jenis panggung yang akan digunakan ada beberapa elemen komposisi yang perlu diperhatikan. Sebelum menjelaskan semua itu, fungsi tata panggung perlu dibahas terlebih dahulu. Selain

merencanakan gambar dekor, penata panggung juga bertanggungjawab terhadap segala perabot yang digunakan. Karena keseluruhan objek yang ada di atas panggung dan

digunakan oleh aktor membentuk satu lukisan secara menyeluruh. Perabot dan piranti sangat penting dalam mencipta lukisan panggung, terutama pada panggung arena dimana lukisan dekor atau bentuk bangunan vertikal tertutup seperti

dinding atau kamar (karena akan menghalangi pandangan sebagian penonton) tidak memungkinkan diletakkan di atas panggung. Tata perabot kemudian menjadi unsur

pokok pada tata panggung arena. Unsur-unsur ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim dalam

tahun dimana lakon dilangsungkan. 5.1.4 Elemen Komposisi

Desain tata panggung sebaiknya dibuat dengan mudah dan bebas. Artinya, imajinasi dapat dituangkan sepenuhnya ke dalam gambar desain tanpa lebih dulu berpikir tentang kemungkinan visualisasinya. Pemikiran lain di luar desain akan menghambat imajinasi

dan akhrinya memberikan batasan. Penyuntingan atau pengolahan bisa dilakukan setelah gagasan tertuang. Dalam pembuatan desain gambar tata panggung yang terpenting adalah

cara mengatur, menata, dan memanipulasi elemen komposisi yang menjadi dasar dari seluruh kerja desain. 5.2 TATA CAHAYA

Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Dalam

pertunjukan era primitif manusia hanya menggunakan cahaya matahari, bulan atau api untuk menerangi. Sejak ditemukannya lampu penerangan manusia menciptakan modifikasi dan menemukan hal-hal baru yang dapat digunakan untuk menerangi

panggung pementasan. Seorang penata cahaya perlu mempelajari pengetahuan dasar dan penguasaan peralatan tata cahaya. Pengetahuan dasar ini selanjutnya dapat diterapkan dan

dikembangkan dalam penataan cahaya untuk kepentingan artistik pemanggungan. 5.2.1 Fungsi Tata Cahaya

Page 32: Tari dan teater

Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan

berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara

dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).

o Penerangan. Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah

penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang

yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.

o Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan

intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap

dan terang maka dimensi objek akan muncul. o Pemilihan. Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area

yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan

menggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam teater, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk

memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.

o Atmosfir. Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir”

digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon. Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek lampu

dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar

mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya.

Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan

memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya.

Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.

o Gerak. Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak

Page 33: Tari dan teater

perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu

ke aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung

terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.

o Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan.

Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam

gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang

dilakukan oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton. o Komposisi. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung

melalui tatanan warna yang dihasilkannya. o Penekanan. Tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau

objek yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian

penonton sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan

menarik perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari hal tersebut.

o Pemberian tanda. Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan

berlangsung. Misalnya, fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater

tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set.

5.3 TATA RIAS

Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi

lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata Rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh. Contohnya,

teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif menggunakan

bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah,tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa teater.

5.3.1 Fungsi Tata Rias

Tokoh dalam teater memiliki karakter berbeda-beda. Penampilan tokoh yang berbeda-

beda membutuhkan penampilan yang berbeda sesuai karakternya. Tata rias merupakan salah satu cara menampilkan karakter tokoh yang berbeda-beda tersebut. Tata rias dalam teater memiliki fungsi sebagai berikut.

o Menyempurnakan penampilan wajah o Menggambarkan karakter tokoh

o Memberi efek gerak pada ekspresi pemain o Menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh

Page 34: Tari dan teater

o Menambah aspek dramatik.

5.3.1.1 Menyempurnakan Penampilan Wajah

Wajah seorang pemain memiliki kekurangan yang bisa disempurnakan dengan

mengaplikasikan tata rias. Seorang pemain, misalnya, memiliki hidung yang kurang mancung, mata yang tidak ekspresif, bibir yang kurang tegas, dan sebagainya. Tata rias bisa menyempurnakan kekurangan tersebut sehingga muncul kesan hidung tampak

mancung, mata menjadi lebih ekspresif, dan bibir bergaris tegas. Penyempurnaan wajah dilakukan pada pemain yang secara fisik telah sesuai dengan tokoh yang dimainkan.

Misalnya, seorang remaja memerankan siswa sekolah. Tata rias tidak perlu mengubah usia, tetapi cukup menyempurnakan dengan mengoreksi kekurangan yang ada untuk disempurnakan. Pemain yang tidak menggunakan rias, wajahnya akan tampak datar,

tidak memiliki dimensi. 5.3.1.2 Menggambarkan Karakter Tokoh

Karakter berarti watak. Tata rias berfungsi melukiskan watak tokoh dengan mengubah wajah pemeran menyangkut aspek umur, ras, bentuk wajah dan tubuh. Karakter wajah merupakan cermin psikologis dan latar sosial tokoh yang hadir secara nyata. Misalnya,

seorang yang optimis digambarkan dengan tarikan sudut mata cenderung ke atas. Sebaliknya, tokoh yang pesimistis cenderung memiliki karakter garis mata yang

menurun. Tata rias memiliki kemampuan dalam mengubah sekaligus menampilkan karakter yang berbeda dari seorang pemeran. 5.3.1.3 Memberi Efek Gerak Pada Ekspresi Pemain

Wajah seorang pemain di atas pentas, tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh karena itu dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi wajah pemain. Tata rias

berfungsi menegaskan garis-garis wajah karakter, sehingga saat berekspresi muncul efek gerak yang tegas dan dapat ditangkap oleh penonton. Seorang penata rias harus mencermati gerak ekspresi wajah untuk menentukan garis yang akan dibuat.

5.3.1.4 Menghadirkan Garis Wajah Sesuai Dengan Tokoh

Menampilkan wajah sesuai dengan tokoh membutuhkan garis baru yang membentuk

wajah baru. Fungsi garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga menambahkan sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain. Misalnya, seorang remaja yang memerankan seorang yang telah berumur 50 tahun. Wajah perlu ditambahkan garis-

garis kerutan sesuai wajah seorang yang berusia 50 tahun. Seorang yang berperan menjadi tokoh binatang, maka perlu membuat garis-garis baru sesuai dengan karakter

wajah binatang yang diperankan. 5.3.1.5 Menambah Aspek Dramatik

Peristiwa teater selalu tumbuh dan berkembang. Tokoh-tokoh mengalami berbagai

peristiwa sehingga terjadi perubahan dan penambahan tata rias. Misalnya, seorang tokoh tertusuk belati, tertembak, tersayat wajahnya, maka dibutuhkan tata rias yang

memberikan efek sesuai dengan kebutuhan. Tata rias bisa memberikan efek dramatik dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan menciptakan efek tertentu sesuai dengan kebutuhan.

5.3.2 Jenis Tata Rias

5.3.2.1 Tata Rias Korektif

Tata rias korektif (corective make-up) merupakan suatu bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan (koreksi). Tata rias ini menyembunyikan kekurangan-kekurangan yang

Page 35: Tari dan teater

ada pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik dari wajah. Setiap wajah memiliki kekuarangan dan kelebihan. Seseorang yang memiliki bentuk wajah kurang

sempurna, misalnya dahi terlalu lebar, hidung kurang mancung dan sebagainya,dapat disempurnakan dengan make up korektif. Seorang pemain membutuhkan tata rias

korektif ketika tampilannya tidak membutuhkan perubahan usia, ras, dan perubahan bentuk wajah. Biasanya pemeran memiliki kesesuaian dengan tokoh yang diperankan. Wajah pemain cukup disempurnakan dengan menyamarkan, menegaskan, dan

menonjolkan bagian-bagian wajah sesuai dengan tokoh yang dimainkan. 5.3.2.2 Tata Rias Fantasi

Tata rias fantasi dikenal juga dengan istilah tata rias karakter khusus. Disebut tata rias karakter khusus, karena menampilkan wujud rekaan dengan mengubah wajah tidak realistik. Tata rias fantasi menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil keberadaannya dan

lahir berdasarkan daya khayal semata. 5.3.2.3 Tata Rias karakter

Tata rias karaker adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada tokoh. Tata rias karakter dibutuhkan ketika karakter wajah pemeran tidak sesuai dengan karakter tokoh.

Tata rias karakter tidak sekedar menyempurnakan, tetapi mengubah tampilan wajah. Contohnya, mengubah umur pemeran dari muda menjadi lebih tua . Mengubah anatomi

wajah pemain untuk memenuhi tuntutan tokoh dapat juga digolongkan sebagai tata rias karakter, misalnya memanjangkan telinga. Tokoh tersebut memiliki latar Suku Dayak Kalimantan yang memiliki tradisi memanjangkan telinga.

5.4 TATA BUSANA

Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk

menggambarkan tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, gelang , dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam teater memiliki peranan penting untuk menggambarkan tokoh. Pada era teater primitif, busana

yang dipakai berasal dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan, kulit binatang, dan batu-batuan untuk asesoris. Ketika manusia menemukan tekstil dengan teknologi pengolahan

yang tinggi, maka busana berkembang menjadi lebih baik. Tata busana dapat dibuat berdasar budaya atau jaman tertentu. Untuk membuat tata busana sesuai dengan adat dan kebudayaan daerah tertentu maka diperlukan referensi

khusus berkaitan dengan adat dan kebudayaan tersebut. Jenis busana ini tidak bisa disamakan antara daerah satu dengan daerah lain. Masing-masing memiliki ciri khasnya.

Sementara itu tata busana menurut jamannya bisa digeneralisasi. Artinya, busana pada jaman atau dekade tertentu memiliki ciri yang sama. Tidak ada periode tata busana secara khusus di teater, karena semua tergantung latar

cerita yang ditampilkan. Periode busana teater dengan demikian mengikuti periode teater tersebut. Misalnya, dalam teater Romawi Kuno maka lakon yang ditampilkan berlatar

jaman tersebut sehingga busananya pun seperti busana keseharian penduduk jaman Romawi Kuno. Demikian juga dengan teater pada jaman Yunani, Abad Pertengahan, Renaissance, Elizabethan, Restorasi, dan Abad 18.

Busana teater mengalami perkembangan pesat seiring lahirnya teater modern pada akhir abad 19. Dalam masa ini, beragam aliran teater bermunculan. Masing-masing memiliki

kospenya tersendiri dan lakon tidak harus berlatar jaman dimana lakon itu dibuat. Semua terserah pada gagasan seniman. Busana pun mengikuti konsep tersebut. Tata busana

Page 36: Tari dan teater

dengan demikian sudah tidak lagi terpaku pada jaman, tetapi lebih pada konsep yang melatarbelakangi penciptaan teater.

5.4.1 Fungsi Tata Busana

Busana yang dipakai manusia beraneka ragam bentuk dan fungsinya. Fungsi busana

dalam kehidupan sehari-hari untuk melindungi tubuh, mencitrakan kesopanan, dan memenuhi hasrat manusia akan keindahan. Busana dalam teater memiliki fungsi yang lebih kompleks, yaitu.

o Mencitrakan keindahan penampilan o Membedakan satu pemain dengan pemain yang lain

o Menggambarkan karakter tokoh o Memberikan efek gerak pemain o Memberikan efek dramatik

5.4.1.1 Mencitrakan Keindahan Penampilan

Manusia memiliki hasrat untuk mengungkapkan rasa keindahan dalam berbagai aspek kehidupan. Tata busana dalam teater berfungsi sebagai bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari penampilan seharihari.

Pementasan teater adalah suatu tontonan yang mengandung aspek keindahan. Pada era teater primitif, hasrat untuk tampil berbeda dan lebih indah dari tampilan sehari-hari telah

muncul. Busana pementesan teater dibuat secara khusus dan dilengkapi dengan asesoris sesuai kebutuhan pemensan. Teater di Inggris pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth (1580 – 1640), memakai busana sehari-hari yang dibuat lebih indah dengan

mengaplikasikan perhiasan dan penambahan bahanbahan yang mahal dan mewah. 5.4.1.2 Membedakan Satu Pemain Dengan Pemain Yang Lain

Pementasan teater menampilkan tokoh yang bermacam-macam karakter dan latar belakang sosialnya. Penonton membutuhkan suatu penampilan yang berbeda-beda antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Busana menjadi salah satu tanda penting untuk

membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lain. Penampilan busana yang berbeda akan menunjukkan ciri khusus seorang tokoh, sehingga penonton mampu mengidentifikasikan

tokoh dengan mudah 5.4.1.3 Menggambarkan Karakter Tokoh

Fungsi penting busana dalam teater adalah untuk menggambarkan karakter tokoh.

Perbedaan karakter dalam busana dapat ditampilkan melalui model, bentuk, warna, motif, dan garis

yang diciptakan. Melalui busana, penonton terbantu dalam menangkap karakter yang berbeda dari setiap tokoh. Contohnya, tokoh seorang pelajar yang pendiam, rajin, dan alim, busananya cenderung rapi, sederhana, dan tanpa asesoris yang berlebihan.

Sebaliknya, tokoh seorang pelajar yang bandel, brutal, dan sering membuat onar, busananya dilengkapi asesoris dan cara pemakaiannya seenaknya tidak sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan sekolah.

SENI TEATER

Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga

berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam

Page 37: Tari dan teater

semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia

dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan

kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur”

mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000

SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.

The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana

aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang

melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari

kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang

kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting

tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan

sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau

lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks,

sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan

berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater

merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan

diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim.

Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama.

Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang

Page 38: Tari dan teater

menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihanlatihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari

proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton. Bagi xv

penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat

diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai media pembelajaran.

Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur. Paparan ini dimulai dari Bab I Pengetahuan

Teater yang berisi tentang definisi teater baik secara keseluruhan maupun secara detail, sejarah singkat perkembangan teater baik

sejarah singkat teater Eropa maupun sejarah singkat teater Indonesia, dan unsur-unsur pembentuk teater. Bab ini sangat penting karena untuk mendasari pemikiran dan pengetahuan tentang seni teater.

Bab II Lakon yang berisi tentang tipe-tipe lakon, tema, plot, struktur dramatik lakon, setting, dan penokohan. Dalam bab ini

pembahasan lebih banyak pada analisis elemen lakon sebagai persiapan produksi seni teater. Sesederhana apa pun sebuah naskah lakon, diperlukan sebagai pedoman pengembangan laku di atas

pentas. Pemilihan lakon yang akan disajikan dalam pementasan merupakan tugas yang sangat penting. Tidak sembarang lakon akan

sesuai dan baik jika dipentaskan. Sulitnya tugas ini disebabkan oleh karena setiap kelompok teater memiliki ciri khas masing-masing. Sebuah lakon yang dipentaskan dengan baik oleh satu kelompok

teater, belum tentu akan menjadi baik pula jika dipentaskan oleh kelompok lainnya.

Bab III Penyutradaraan yang berisi tentang penentuan lakon yang akan dipentaskan, analisis lakon secara menyeluruh hingga sampai tahap konsep pementasan, menentukan bentuk pementasan,

memilih pemain, membuat rancangan blocking, serta latihan-latihan hingga gladi bersih. Kerja penyutradaan dalam sebuah pementasan

merupakan kerja perancangan. Seorang sutradara harus bisa memberi motivasi dan semangat kebersamaan dalam kelompok untuk menyatukan visi dan misi pementasan antar mereka yang terlibat.

Kerja penyutradaraan merupakan kegiatan perancangan panggung dapat berupa penciptaan estetika panggung maupun ekspresi

eksperimental. Bab IV Pemeranan yang berisi tentang persiapan seorang pemeran dalam sebuah pementasan seni teater. Persiapan tersebut

meliputi persiapan olah tubuh, olah suara, penghayatan karakter serta teknik-teknik pemeranan. Persiapan seorang pemeran dianggap

penting karena pemeran adalah seorang seniman yang mengekspresikan dirinya sesuai dengan tuntutan baru dan harus

Page 39: Tari dan teater

memiliki kemampuan untuk menjadi ’orang baru’. Pemeran didefinisikan pula sebagai tulang punggung pementasan, karena

dengan pemeran yang baik, tepat, dan berpengalaman akan menghasilkan pementasan yang bermutu. Pementasan bermutu

adalah pementasan yang secara ideal mampu menterjemahkan isi naskah. Walaupun di lain pihak masih ada sutradara yang akan melatih dan mengarahkan pemeran sebelum pentas, tetapi setelah di atas

panggung tanggungjawab itu sepenuhnya milik pemeran. Bab V Tata Artistik yang berisi tentang teori dan praktek tata

artistik yang meliputi; tata rias, tata busana, tata cahaya, tata panggung, dan tata suara. Sebagai komponen pendukung pokok, xvi

keberadaan tata artistik dalam pementasan teater sangatlah vital. Tanpa pengetahuan dasar artistik seorang sutradara atau pemain

teater tidak akan mampu menampilkan kemampuannya dengan baik. Persesuaian dengan tata artistik yang menghasilkan wujud nyata keindahan tampilan di atas pentas adalah pilihan wajib bagi para

pelaku seni teater. Bahasan yang penulis pilih dalam setiap bab merupakan

pengetahuan dan praktek mendasar proses penciptaan seni teater. Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon,

penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari

berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu. Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing

dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan

tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater, “kerja sama”.

PENGERTIAN SENI TEATER Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater

adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama

ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau

memandang. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia

yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.

Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang

Page 40: Tari dan teater

banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.

Pengertian dan Definisi Drama

Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Dalam drama, penulis ingin

menyampaikan pesan melalui akting dan dialog. Biasanya drama menampilkan sesuatu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga para penonton diajak untuk seolah-olah ikut menyaksikan dan merasakan kehidupan dan kejadian dalam

masyarakat. Berikut ini adalah pengertian dan definisi drama:

# ERWAN JUHARA Drama merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur intrinsik, satu kesatuan karya itu membentuk kesatuan (totalitas)

# PRIYONO MANGUNREJO Drama merupakan salah satu karya sastra yang lebih menonjolkan unsur dialog

# A. ISKAK & YUSTINAH Drama adalah karangan yang berbentuk dialog / percakapan antara para pemainnya # SRI SUTARNI & SUKARDI

Drama merupakan cerita tentang kehidupan manusia yang diperankan diatas panggung atau dipentaskan

# WAHONO & RUSMIYANTO Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan pertikaian / konflik dan emosi lewat adegan dan dialog

# YAKOB SUMARJO & SAINI Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog - dialog para

tokohnya # TIM MATRIX MEDIA LITERATA Drama merupakan bentuk kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia

melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan # SENI HANDAYANI & WILDAN

Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang dipentaskan

# ANNE CIVARDI Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan lewat kata-kata dan gerakan

Video drama

Dalam video ini akan diperlihatkan sebuah contoh drama musical

1. Teater Nusantara Berdasarkan Wilayah atau Daerahnya. >Teater Nusantara berdasarkan wilayah atau daerah dibedakan menjadi berikut ini :

A. Teater Sumatra Teater dari daerah Sumatra Meliputi Teater Bangsawan , Makyong, Randai, dan bakaba. 1) Bangsawan

Teater Bangsawan Merupakan teater tradisional dari pulau Sumatra dengan latar belakang budaya Melayu. Teater ini banyak menyerap teknik teater Bara. Hal ini dapat

dilihat pada pertunjukan nya yang selalu menggunakan panggung meskipun di saat pementasan dilakukan di ruang terbuka.

Page 41: Tari dan teater

Teater Bangsawan untuk pertama kalinya diperkenalkan di Malaya pada tahun 1870 oleh perkumpulan teater India yang dinamakan wayang persi. Kemudian menyebar dan masuk

ke indonesia dan disebut bangsawan karena lakon semula mengenai sebuahkeluara ningrat. Ciri khas Bangsawan adalah cara pementasannya. Penyajiannya dalam bentuk

dialog menggunakan pantun empat bait, syairnya dinyanyikan oleh pemain. 2) Makyong Makyong merupakan teater yang berasal dari Riau. Lakon Makyong menggambarkan

perjuangan seorang putra mahkota dalam mencapai cita-citanya serta bertahan dari kerasnya kehidupan. Di dalam penyajiannya , Makyong menggunakan tari dan lagu untuk

menyampaikan maksud tertentu. Pementasanya biasanya dalam bentuk komedi atau melodrama. Makyong bisa dipentaskan pada siang atau malam hari di ruang ruang terbuka.

iringan musiknya terdiri atas gendang,seruai,rebab,gong,dan mong mong (gong kecil). Semua pemain menggunakan topeng dan hampir semuanya perempuan kecuali peran

pelawak ( tokoh Awang dan temanya) 3) Randai Randai merupakan teater dari sumatra barat dan mendapat pengaruh dari

basijobang,tonilBelanda,dan Komidi bangsawan. Terbentuknya teater Randai dimulai dari sebuah kelompok Komidi bangsawan yang pada tahun 1932 memutuskan untuk

menyempurnakan basijobang dengan unsur tonil belanda serta seni pencak silat setempat. 4) Bakaba Bakaba merupakan teater yang berasal dari sumatra barat. Teater ini dituturkan oleh

tukang kaba dalam bentuk prosa liris yang didendangkan (dilagukan) dengan diiringi alunan musik rebah atau kecapi,saluang (suling) , dan adog9rebana). Untuk menggelar

kaba sekurang kurangnya harus ada dua tukang kaba ,seorang penyanyi yang berserita,dan seorang lagi sebagai pengiring musik. Kaba biasanya dipentaskan sebagai bagian dari upacara perkawinan,menempati rumah baru,panen , dan sebagainya.Waktu

pementasan terjadi interaksi dengan penonton.

B Teater Jawa Barat Teater Jawa Barat, Meliputi teater Ubrug dan Longer. 1) Ubrug

Teater Ubrug berasal dari Banten. Dalam penyaiannya,teater ini menggunakan iringan gamelan slendro dan gong gubyung. Lakon yang dimainkan bersumber dari kehidupan

sehari hari . Lakon yang sering dimainkan,antara lain Di Jampang, Si Pitung, Sakam,Dalam Bonceng, dan Jejaka Pancak. 2) Longer

>Teater Longer Berasal dari sumedang. Teater inimuncul pada tahun 1939. Di dalam pementasanynya, teater Longer menampilkan adegan humor (lawakan),Drama

(sandiwara),dan tarian rakyat (tari silat). C. Teater Jakarta teater jakarta ( teater dari jakarta), antara lain teater Lenong dan Topeng betawi

1) Lenong teater Lenong merupakan teater populer dari Jakarta. Dalam Pertunjukan nya terdapat

unsur cerita (drama),tari,nyanyi,dan pencak silat. Panggung dalam tatanan modern sudahh diterapkan seperti penggunaan properti kursi dan meja. Lakon atau ceritanya

Page 42: Tari dan teater

bersumber dri kehidupan masyarakat setempat. Terdapat dua jenis Lenong,yaitu Lenong Dines dan Lenong Preman.

2) Topeng Betawi

Dalam pementasanya,Topeng betawi pada umumnya diawali dengan tarian yang dibawakan oleh penari perempuan. Dilanjutkan dengan dialog dialog lucu (lawakan) oleh pelawak dan penari. Kemudian,lakon/ceritanya disajikan. Cerita dalam topeng betawi

bersumber dari kehidupan masyarakat setempat

D. Teater Jawa Tengah Teater dari Jawa tengah meliputi Teater wayang wong,ketoprak,dan langendriyan. 1) Wayang Wong (wayang orang)

Di Jawa tengah, Wayang Wong sudah ada sejak abad ke -12. Akan tetapi, wayang wong yang ada sekarang ini merupakan ciptaan dari hamengkubuwono 1 dari yogyakarta atau

Mangkunegara 1 dari surakarta. Wayang wong panggung Surakarta yang terkenal dibuat atas perintah Pakubuwono X untuk dipentaskan setiap malam di taman hiburan Sriwedari.

2) Ketoprak Pada mulanya, Ketoprak hanya merupakan permainan klotekan dan berkembang dengan

memasukan adegan drama sederhana. Ceritanya diambil dari lingkungan setempat dan disajikan dalam bentuk lawakan (humor) dan dikenal dengan ketoprak Lesung. Sejak tahun 1927 , pementasan ketoprak menggunakan gamelan sebagai musik pengiringnya.

3) Langendriyan Langendriyan mengambil lakon Damarwulan. Langendriyan di dalam pementasanya

diirngi oelh gamelan dan dialog dialognya menggunakan tembangjawa. Pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an penata tari koreografer Sardono W.Kusumo,Retno Maruti,dan Sal Murgiyanto memadukan antara Bedaya,langendriyan,dan Wayang wong untuk

menciptakan bentuk yang disebut Langen Beksa.

E. Teater Jawa Timur Teater dari Jawa timur yang paling populer adalah Ludruk. Ludruk merupakan perubahan dari teater tradisional Lerok Berutan. Lakon dalam ludurk adalah kehidupan

masyarakat sehari hari. Ludruk dalam pementasannya dibuka dengan tarian Remo. F. Teater Bali

Teater dari daerah Bali, diantaranya Cak dan Drama Gong. 1) Cak

Cak sudah ada sejak zaman para-Hindu tetapi mulai menjadi suatu pertunjukan sejak tahun 1935, di Desa Bendulu. Dengan dukungan dari dua seniman asal Eropa, Cak

berkembang menjadi pertunjukan hiburan. Lakon Ramayana dimasukan dalam pertunjukan Cak. Sejak tahun 1969, lakon tunggal diperluas menjadi epos utuh. 2) Drama Gong

Drama Gong Adalah teater tradisional Bali yang merupakan drama lisan yang diiringi gamelan gong. Drama Gong menjadi salah satu seni pertunjukan yang memadukan drama

Bali tradisional dan drama modern (budaya barat). Drama gong ini memiliki kemiripan dengan ketoprak jawa. Drama Gong,muncul pertama kali pada tahun 1966. Penciptanya

Page 43: Tari dan teater

adalah Anak Agung Dede Raka Payadnya. Drama Gong menggabungkan unsur pertunjukan dan teknik berbagai bentuk seni pertunjukan tradisional seperti gong

kebyar,drama tari arja,sendratari Bali modern dengan unsur drama modern ( Barat ). G. Teater Sulawesi

Teater yang berasal dari sulawesi contohnya Sinrilli. Teater ini berasal dari sulawesi selatan. Sinrillimerupakan pertunjukan cerita tutur oleh seorang pasinrilli dengan diiringi musik keso-keso (rebab). Penceritanya berupa nada lagu (kelong) yang diiringi

lengkingan Keso-Keso sehingga membangunkan berbagai suasana haru,indah,dan humor. Sinrilli bermula dari dalam istana raja-raja Gowa. Setelah kejatuhan kerajaan Gowa ke

tangan VOC, Sinrilli menyebar di kalngan rakyat. Pertunjukan sinrilli dilakukan di sian ataudi malam hari sesudah sembahyang isya. Teater ini digelar di anjungan rumah atau tempat terbuka (halaman) pada waktu waktu tertentu, seperti waktu syukuran,pesta

kawin,membangun rumah,dan sebagainya. H. Teater Nusa tenggara barat

Teater dari NTB contohnya Cepung. Teater ini berasal dari lombok. Cepung merupakan teater tutur. Penamaan Cepunf berawal dari iringan suara gamelan dari mulut yang berbunyi ",cek,cek,cek,cek,pung". Cepung adalah seni membaca kitab lontar, khususnya

cerita Monyeh,yang diiringi oleh iringan bunyi suling dan redeb serta peniruan suara suara instrumen gamelan yang lain. pemain pemain cepung ada 6 orang,terdiri atas

pembca lontar ,seorang pemain redeb,seorang pemain suling, dan tiga orang sebagai penembang. Mereka duduk berjajar setengah lingkaran. Musik,tari,mimik,dan lawak merupakan unsur

unsur yang selalu ada. Memakai sesaji berupa ayam,tuak,kembang ,beras,yang kepeng,benang,dan sirih pinang.

2. Jenis Teater Nusantara Berdasarkan Perkembangannya Jenis teater nusantara berdasarkan perkembangan/sejarahnya, dibedakan menjadi berikut ini.

A. Teater Tradisional Teater tradisional meliputi teater tutur,rakyat,wayang,dan bangsawan.

1) Teater Tutur Teater tutur , yaitu jenis teater yang didasarkan dari sastra lisan yang dituturkan dan belum diperagakan secara lengkap

2) Teater Rakyat Teater rakyat, yairu jenis teater yang berkembang dan hidup di tengan masyarakat

pedesaan. cerita cerita yang dipentaskan diambil dari cerita lisan yang bersumber dari cerita cerita rakyat di daerah tersebut. 3) Teater Wayang

teater Wayan, yaitu jenis teater dari segala macam jenis wayang,yaitu wayang boneka (wayang kulit,wayang golek) dan wayang orang.

4) Teater Bangsawan teater Bangsawan, Yaitu jenis teater yang telah mendapat pengaruh dari teater Barat. Teater ini Ditunjang oleh kebudayaan melayu serta dipengaruhi pula oelh teater Timur

Tengah. Cerita bersumber dari cerita seribu satu malam seperti Aladin dan cerita Barat seperti Hamlet.

B. Teater Nontradisional Teater nontradisional Terdiri atas teater konvensional dan teater kontemporer.

Page 44: Tari dan teater

1) Teater Konvensional Teater Konvensional , yaitu jenis teater yang berdasarkan pada lakon drama yang

disajiikan secara konvensioanl. Teatr ini sering disebut sandiwara. 2) Teater Kontemporer

Teater kontemporer, yaitu yang mendobrak konvensi konvensi lama dan ditandai dengan pembaruan melalui gagasan.ide baru, penyajian baru,dan penggabungan konsep Timur dan Barat.

3. Jenis Teater Nusantara Berdasarkan Cara Penyajiannya Berdasarkan cara penyajiannya , Teater nusantara dibagi menjadi empat jenis,yaitu

sebagai berikut : A. Teater Tutur Teater Tutur merupakan teater yang penyajiannya dilakukan dengan cara menceritakan

kembali, baik dengan cerita biasa maupun dengan nyanyian yang diiringi dengan alat musik (tetabuhan). Contohnya Bakaba (sumatra barat),srinkilli (sulawesi selatan), dan

Kentrung (jawa tengah dan Jawa timur). B. Teater Catur Teater Catur merupakan teater yang berbentuk teater yang bentuk penyajiannya

mengkhususkan pada dialog. Teater ini hanya dapat dinikmati dengan mendengarkan. Contohnya sandiwara radio.

C. Teater Boneka Teater Boneka merupakan teater yang bentuk penyajiannya dimainkan oleh boneka yang terbuat dari kulit atau kayu. Cara memainkannya melalui seorang dalang. Contoh :

wayang kulit dan Wayang golek. D. Teater Langsung

Teater Langsung merupakan teater yang bentuk penyajiannya dilakukan pada suatu tempat (panggung)Para pemainya menggunakan berbagai unsur bahasa untuk mengungkapkan gagasanya , yaitu dialog,akting,menyanyi dan menari.

E. Teatronik Teatronik adalah teater yang bentuk penyajianya menggunakan media elektronik.

Sekian Artikel dari saya tentang Jenis Jenis Teater Nusantara Artikel yang di ambil dari buku dan ditulis secara Ringkas . Silahkan kunjungi artikel Seni budaya menarik lainya di sini : Seni Budaya kelas 8 . Terimakasih Semoga bermanfaat

Jenis Teater

1. Teater Boneka Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk

menceritakan legenda atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat

digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan. Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar

lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton

wayang secara langsung.

Page 45: Tari dan teater

Gambar Pementasan teater boneka di Jepang Boneka Bunraku dari Jepang mampu melakukan banyak sekali gerakan sehingga

diperlukan tiga dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian hitam dan duduk persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan lengan kanan. Para

pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya. 2. Drama Musikal Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting.

Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa

disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya adalah karya musik yang

bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu, dan tata

pentas.

Gambar Pementasan drama musikal

Selain kabaret, opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut seriosa. Di sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama musikal

kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera menyanyi untuk menceritakan

kisah dan perasaan mereka kepada penonton. Biasanya juga berupa paduan suara. Opera

Page 46: Tari dan teater

bermula di Italia pada awal tahun 1600-an. Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area yang disebut orchestra pit di bawah dan di

depan panggung. 3. Teater Gerak

Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak dapat

diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini

pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis gerak secara

mandiri muncul.

Gambar Pertunjukan teater gerak Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai

pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya.

Makna pesan sebuah lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari Perancis.

4. Teater Dramatik Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara

psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan

ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan

lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris

(Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.

Page 47: Tari dan teater

Gambar Gaya pementasan teater dramatik 5. Teatrikalisasi Puisi

Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah

puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi

memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata artistik di atas pentas.

Unsur-unsur dasar yang terdapat dalam seni teater terdiri dari: 1. Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari suatu cerita dalam teater. Tema dapat diambii dari berbagai sumber mulai dari masalah percintaan, keluarga, lingkungan alam,

penyimpangan sosial dan budaya, sejarah, sampai pada politik dan pemerintahan. Tema dispesifikasikan menjadi sebuah topik dan kemudian topik dikembangkan menjadi sebuah cerita dengan dialog-dialognya. Pada dasarnya nilai-nilai tema ini dapat diambii

untuk kehidupan kita sehari-hari. Berikut ini contoh tema, topik, dan judul: Tema : Kehidupan Topik : Penindasan yang keji Judul : Kejamnya hidup

2. Plot Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalannya cerita. Plot terdiri dari konflik yang berkembang secara bertahap. Tahapan perkembangan plot adalah sebagai berikut:

a. Eksposisi, yang mengantarkan penonton untuk mengenal tokoh, karakter dan materi kisah.

Eksposisi/introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialog-dialog pelaku. b. Konflik, adanya masalah yang melibatkan tokoh- tokoh dalam cerita.

c. Komplikasi/intrik, adanya pengembangan masalah yang menyebabkan konflik semakin ruwet dan tegang. Namun belum tercapai jalan pemecahannya.

d. Klimaks, merupakan puncak berbagai perkumpulan konflik sehingga menimbulkan ketegangan bagi penonton yang telah mencapai puncaknya dalam cerita. e. Resolusi/konklusi, terjadi penyelesaian konflik, di mana kisah dapat berakhir

menyenangkan atau berakhir tragis.

3. Latar Cerita

Page 48: Tari dan teater

Latar memengaruhi jalannya cerita, bahkan watak tokoh. Pelatar inilah yang membuat sebuah drama mempunyai karakteristik sendiri. Latar berguna untuk mewujudkan

penggambaran yang mencerminkan tempatterjadinya cerita yang sedang dipentaskan. 4. Penokohan/Perwatakan

Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian pelaku utama. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan berhubungan dengan nama pelaku, jenis kelamin, usia, bentuk fisik, dan kejiwaannya. Perwatakan berhubungan

dengan sifat pelaku. Dalam teater penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu:

a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa dalam cerita. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-benturan atau masalah,

memiliki sifat yang baik sehingga penonton biasanya berempati.

b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis atau tokoh yang menentang cerita. Tokoh antagonis biasanya memiliki sifat jahat.

c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak (tokoh protagonis dan tokoh

antagonis) dan penyelesaian ketegangan.

B. Jenis-jenis Teater

Menurut karakteristiknya, jenis-jenis teater yang terdapatdi Nusantara sebagai berikut: 1. Teater Tradisional

Teater tradisional bersifat sederhana dan sangat kental kesan kedaerahannya. Teater tradisional terbagi menjadi tiga, yaitu: a. Teater rakyat, bersifat sederhana, spontan, dan penuh improvisasi. Contoh: ketoprak

(Jawa Tengah), ludruk(JawaTimur), tarling (Jawa Barat), lenong (Betawi), barong (Bali), randai

(Sumatra Barat), dan Iain-Iain. b. Teater klasik, bersifat mapan, teratur, jelas ceritanya, pelaku terlatih, dan pada

umumnya diselenggarakan di gedung. Contoh: wayang orang, wayang kulit, dan wayang golek.

c. Teater transisi, sifat dan gunanyasudahdipengaruhi oleh teater Barat. Contoh: komedi stambul, sandiwara dardanela, dan sandiwara srimulat.

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh teater tradisional yang terdapatdi daerah. a. Makyong (Riau)

Makyong adalah seni teater tradisional tertua dalam kebudayaan Melayu yang memadukan cerita, teori, dan musik. Cerita diambil dari kisah raja-raja dalam hikayat Melayu. Makyong sangat populer di Kepulauan Riau sekitar abad ke-19.

Teater makyong dipengaruhi kebudayaan Hindu-Buddha-Thailand dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari Mak Hyang, nama lain dari Dewi Sri atau dewi padi.

Sebagai seni pertunjukan yang sangat tua, makyong tumbuh dan berkembang seiring dengan kebudayaan Melayu. Teater makyong biasanya bercerita mengenal perjuangan

Page 49: Tari dan teater

seorang pangeran muda mencapai cita-cita. Kesukaran, bencana, dan penderitaan yang dialaminya selalu mendapat bantuan dari Tuhan. Inti cerita adalah perjuangan antara

kebaikan dan kejahatan yang dimenangkan oleh kebaikan. Teater makyong menggunakan lagu dan tari untuk menyampaikan arti yang khusus.

Sebuah pertunjukan makyong diawali dengan ritual buka panggung panggung atau buka tanah oleh seorang pemain pemimpin. Ritual ini untuk mengendalikan hantu yang mengganggu jalannya pertunjukan. Pertunjukan ini digunakan untuk menyebarkan nilai

sosial dan keagamaan serta konsep pemerintahan, tetapi sekarang makyong semata-mata untuk hiburan.

b. Gambuh (Bali) Gambuh adalah nama drama tari paling tua di Bali yang menyatukan cerita, tari, dan nyanyi. Menurut naskah kuno Bali, drama tari gambuh lahir pada masa Pemerintahan

Udayana sekitarabad ke-10. Kesenian gambuh mendapat dukungan dari para raja dan tetap dipelihara sebagai seni pertunjukan istana. Gambuh biasanya mengambil lakon

cerita-cerita panji, yaitu rangkaian hikayat yang mengisahkan kehidupan, perang, dan kisah cinta para raja atau bangsawan dari Kerajaan Jenggala, Kediri, dan Gagelang. Cerita-cerita panji dibawa oleh para bangsawan Hindu Majapahit ke Bali ketika terjadi

pengungsian besar-besaran karena serbuan Islam sekitar abad ke-14. c. Wayang wong (Jawa Tengah)

Wayang wong merupakan bentuk drama tari dari keraton berdasarkan suatu paduan cerita yang disadur dari wayang dan gerak-gerak tari keraton, seperti serimpi dan bedhaya. Wayang wong telah ada sejak abad ke-12 di Jawa Tengah. Menurut tradisi pencipta

wayang wong adalah Hamengku Buwono I (1755-1792) dari Yogyakarta atau Mangkunegara I (1757-1795) dari Surakarta. Wayang wong bukan sekadar bentuk

hiburan, melainkan bagian dari upacara kenegaraan, seperti khitanan, perkawinan, dan penyambutan tamu negara. Gambuh dipertunjukkan terutama untuk mengisi upacara Manca Wali Krama, Ekadasa

Rudra, Galungan, dan Kuningan. Selain itu, kesenian gambuh juga dipentaskan di keraton dalam rangka upacara perkawinan dan pelebon yang terangkum dalam upacara

Panca Yudha. Gambuh biasanya di pertunjukkan selama sekitar 6 jam, dan diadakan pada siang hari. Namun jika kesenian gambuh dipentaskan pada malam hari hanya sebagai hiburan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Pertunjukan wayang wong terbagi menjadi tiga, masing-masing ditegaskan oleh hubungan perlambangan nada gamelan, pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura.

Wayang wong berkembang dan dibakukan di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Wayang wong biasanya dipentaskan di atas panggung tinggi lengkap dengan layar dan perlengkapan lain, masih dapatditemukan di kota-kota diPulau Jawa.

2. Teater Konvensional Teater konvensional, bersifat sederhana, namun menonjolkan kesan manusiawi dan

universal. 3. Teater Modern Teater modern, hampir semua unsur dan gayanya dipengaruhi oleh teater Barat, ceritanya

tertulis, pengarangnya teratur dan terorganisasi. Teater modern terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Kontemporer, bersifat kekinian lebih mengutamakan kesan dan sensasi daripada kewajaran adegan.

Page 50: Tari dan teater

Contoh: monolog, drama absurd, dan drama minikata. b. Film, merupakan seni teater yang disajikan dalam bentuk yang lebih kompleks dan

sempurna.f