Tanda Tangan Pak J

download Tanda Tangan Pak J

of 2

description

nxbcmnzxbmncmnzxbcmnbzxnmcbmnxzbcmnbxzmncbmnxzbcmnbxzmncbmnxzbcmnbxznmcbmnxzbcmnxzmncbmnxzbcmnbxzmncbnmxzbcmnxzmncbmnxzbcmnxzcbmnxzbcmnxzcbmnxzbcmnxzbmncbxmnzbcnmxzbnmcbnmxzbcmnxzbmncbmnxzbcmnxbznmcbmnxzbcmnxzbmncbmnxzbcmnxzbmncbxmzncbnmxzbnmcbxznmcbnmzxcbmnzxbnmcbnmxzbcmnxzbmnc

Transcript of Tanda Tangan Pak J

TANDA TANGAN PAK J

Oktober, 2002 Ummigroup.co.id

TANDA TANGAN PAK JPenulis: TyasTanggal: 18.11.2002Hits: 3Ini adalah sepenggal kisah empat tahun lalu, ketika aku masih berstatus mahasiswa tingkat akhir. Betapa Allah senantiasa menolong hamba-hamba-Nya di celah kesulitan. Memberi kejutan dari arah dan sebab yang tak disangka-sangka. Dan aku menamakannya the invisible hands, tangan-tangan tak nampak. Itulah nashrullah! Tangan-tangan pertolongan Allah kepada siapapun termasuk aku meski saat itu aku mengakui berada pada posisi 'guilty'.

Oktober 1998 genap lima tahun aku menjadi mahasiwa. Aku dinyatakan lulus skripsi oleh kedua dosen pembimbingku, setelah berbulan tersendat, bahkan seminar pun terulur waktunya dari jadwal yang telah ditentukan. Tentu saja aku bahagia. Aku membayangkan akan segera diwisuda Februari mendatang. Apalagi karena skripsi itu aku harus meletakkan sementara amanah-amanah dakwah. Sebenarnya kebahagianku lebih karena bisa memenuhi harapan kedua orang tuaku.

Setelah sidang itu, aku mudik. Refreshing. Padahal, ada beberapa perbaikan skripsi yang harus kukerjakan. Tapi, entahlah, aku ingin menikmati masa kebebasanku dulu. Pas aku tersadarkan ternyata mengerjakan perbaikan skripsi butuh waktu tak sehari dua hari. Beberapa minggu! Dan fatalnya aku lupa menghadap dosen pembimbing. Benar saja, dosen pembimbing pertamaku menegur.

Untung dosenku itu berhati mulia. Dia memberi maaf dan segera menandatangani lembar pengesahan yang kubuat. Barangkali beliau tak ingin mempersulit keadaan. Maklum, pendaftaran wisuda sudah mulai dibuka. Aku lega sekali. Apalagi dosen pembimbing keduaku selama ini mengikuti apa keinginan pembimbing pertama.

Kali ni aku salah! Aku terkejut mendengar berita bahwa Pak J, pembimbing keduaku itu, ada di Irian untuk beberapa lama. Aku panik. Bayangan gagal wisuda menghantuiku. Wisuda memang bukan segala-galannya. Tapi, aku sudah menjanjikannya kepada bapak dan ibu di desa. ''Ya Allah, aku mengakui kesalahanku. Aku mohon ampun, mudahkanlah urusanku, ya Allah. Berilah aku kesempatan membahagiakan kedua orangtuaku.''

Aku sadar aku harus tetap mengusahakannya. Kucari nomor telepon dosenku itu ke tata usaha jurusan. Sayang, mereka tidak mau memberikan karena memang tidak diizinkan yang bersangkutan. Aku putar otak. Buntu. Sampai Allah mempertemukanku dengan kakak kelas yang kebetulan baru jadi asisten dosen. Alhamdulillah, dia punya mau memberi nomor itu meski dengan syarat tak boleh disebarkan.

Hari Senin aku telepon. Yang mengangkat telepon memberi kabar bahwa Pak J, insya Allah, pulang hari Rabu, tapi Sabtunya berangkat ke Sulawesi. Deg! Jantungku berdegup kencang. Jadi, waktuku tinggal 3 hari. Mungkinkah Pak J langsung memberi acc untuk draf perbaikanku? Padahal minggu depan adalah batas pembuatan Surat Keterangan Lulus sebagai syarat pendaftaran wisuda. Aku berdoa, berdoa, dan berdoa. Meminta agar Allah masih memberiku kesempatan.

Hari Rabu aku menghadap beliau di ruangannya dengan segala keberanian yang kukumpulkan satu-satu. Aku siap apapun kondisi terburuk yang bakal menimpaku. Dari ucapan yang terlontar aku tahu Pak J tersinggung, kenapa aku baru menghadapnya. Dia menyuruhku menghadap kembali hari Jumat karena hendak membaca dan mengoreksi dulu perbaikan skripsi yang aku buat, jadi yang pasti beliau pun tak bisa langsung menandatangani lembar pengesahan. Aku hanya mengiyakan saja. Aku mencoba tak terus menerus menyalahi diri. Satu-satunya jalan aku harus berdoa, semoga Allah membukakan hati Pak J dan memberikan jalan terbaik untukku. Seminggu itu aku memang tak pernah melewatkan satu malampun tanpa qiyamullail dan munajat panjang.

Jumat siang aku mengetuk ruangan beliau. Yang terbayang dibenakku, beliau mencorat-coret drafku untuk kemudian diperbaiki kembali. Pak J yang saat itu baru saja berbicara dengan seseorang lewat Hp-nya tampak terkejut melihat kehadiranku. Beliau menepuk jidatnya seperti meyalahi diri dan tak berapa lama sibuk membuka-buka tasnya. ''Wah, saya kemarin lupa membawa draf perbaikan kamu ke rumah. Saya belum mengoreksinya!'' ucapnya nampak gugup. Mata beliau kemudian melirik sebuah map di mejanya. Betul! Draf perbaikanku masih tergeletak manis di sana. Aku menarik nafas panjang. Tegang! Aku sudah hilang harapan. Tapi aku tersentak.

Pak J membolak-balik lembar perbaikan itu beberapa saat dan tanpa kuduga ia menorehkan tandatangannya di lembar pengesahan. Benarkah?! ''Walaupun sebenarnya berat, saya tanda tangani. Besok saya harus ke Sulawesi!'' Sepenggal kalimat itu menyudahi kekalutanku yang bertumpuk-tumpuk. Allah Maha Pemudah. Aku diwisuda disaksikan kedua orangtuaku. Inilah cara Allah menegur dan menunjukkan sayangnya kepadaku.