TANATOLOGI

4
Tanatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi, didapatkan beberapa jenis istilah kematian, yaitu mati somatis, mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak. Dalam mengenali apakah seseorang sudah benar-benar mati atau belum, seorang dokter dapat mengetahuinya dengan melihat keadaan klinis korban tersebut. Menurut tanatologi, tanda-tanda kematian dibagi menjadi dua, yaitu tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti. Tanda Kematian Tidak Pasti Penapasan yang tehenti setelah dilakukan pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, auskultasi selama 10 menit Terhentinya sirkulasi selama 15 menit yang ditandai dengan hilangnya denyut pada karotis. Kulit pucat Hilangnya tonus otot dan terjadi relaksasi. Lemasnya otot sebenarnya merupakan bentuk dari relaksasi primer. Hal ini akan terlihat dengan adanya pendataran pada daerah-daerah yang tertekan. Misalnya pada bokong jenazah yang terlentang. Segmentasi pembuluh darah retina Keringnya kornea yang menyebabkan kornea menjadi keruh yang biasa terjadi 10 menit setelah kematian. Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat ( Livor Mortis ) Terjadinya kematian klinis akan menyebabkan eritrosit bergerak menempati lapisan terbawah akibat adanya gaya gravitasi. Eritrosit tersebut kemudian akan mengisi vena dan venula yang nantinya akan membentuk bercak berwarna merah keunguan atau yang disebut jugalivide. Livide akan terlihat pada seluruh bagian bawah tubuh, kecuali bagian tersebut tertekan alas keras. Adanya aktivitas dari fibrinolisin akan menyebabkan darah tetap cair. Lebam mayat pertama akan terbentuk pada 20-30 menit setelah kematian dan akan mbertambah dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum lebam mayat lengkap dan menetap, lebam yang timbul biasanya hanya berwarna pucat dan masih dapat hilang dengan penekanan. Sempurnanya lebam mayat akan dipercepat dengan adanya perubahan posisi tubuh yang terjadi dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Menetapnya lebam mayat dapat terjadi karena adanya timbunan sel-sel darah dalam jumlah yang cukup banyak. Pemeriksaan lebam mayat biasa digunakan untuk memastikan kematian seseorang. Selain itu, lebam mayat juga dapat digunakan untuk

description

tanatologi

Transcript of TANATOLOGI

Tanatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi, didapatkan beberapa jenis istilah kematian, yaitu mati somatis, mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati otak.Dalam mengenali apakah seseorang sudah benar-benar mati atau belum, seorang dokter dapat mengetahuinya dengan melihat keadaan klinis korban tersebut. Menurut tanatologi, tanda-tanda kematian dibagi menjadi dua, yaitu tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.Tanda Kematian Tidak Pasti Penapasan yang tehenti setelah dilakukan pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, auskultasi selama 10 menit Terhentinya sirkulasi selama 15 menit yang ditandai dengan hilangnya denyut pada karotis. Kulit pucat Hilangnya tonus otot dan terjadi relaksasi. Lemasnya otot sebenarnya merupakan bentuk dari relaksasi primer. Hal ini akan terlihat dengan adanya pendataran pada daerah-daerah yang tertekan. Misalnya pada bokong jenazah yang terlentang. Segmentasi pembuluh darah retina Keringnya kornea yang menyebabkan kornea menjadi keruh yang biasa terjadi 10 menit setelah kematian.Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat (Livor Mortis)Terjadinya kematian klinis akan menyebabkan eritrosit bergerak menempati lapisan terbawah akibat adanya gaya gravitasi. Eritrosit tersebut kemudian akan mengisi vena dan venula yang nantinya akan membentuk bercak berwarna merah keunguan atau yang disebut jugalivide.Livideakan terlihat pada seluruh bagian bawah tubuh, kecuali bagian tersebut tertekan alas keras.Adanya aktivitas dari fibrinolisin akan menyebabkan darah tetap cair. Lebam mayat pertama akan terbentuk pada 20-30 menit setelah kematian dan akan mbertambah dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum lebam mayat lengkap dan menetap, lebam yang timbul biasanya hanya berwarna pucat dan masih dapat hilang dengan penekanan. Sempurnanya lebam mayat akan dipercepat dengan adanya perubahan posisi tubuh yang terjadi dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Menetapnya lebam mayat dapat terjadi karena adanya timbunan sel-sel darah dalam jumlah yang cukup banyak.Pemeriksaan lebam mayat biasa digunakan untuk memastikan kematian seseorang. Selain itu, lebam mayat juga dapat digunakan untuk menentukan sebab kematian. Kematian akibat keracunan CO atau CN akan menimbulkan warna lebam menjadi merah, sedangkan keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal akan membuat lebam berwarnacoklat.Lebammayat dapat digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, dan memperkirakan saat kematian.Karena sistem peredaran darah sudah tidak berfungsi lagi, setelah mati klinis eritrosit akan menempati tempat terbawah tubuh akibat gaya gravitasi. Lebam ini biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan menempati tempat terbawah sesuai dengan posisi kematian pasien, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas yang keras.Lebam mayat biasanya mulai terbentuk 20-30 menit pasca kematian lalu menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat ini masih hilang pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh bertumpuknya eritrosit dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit untuk berpindah lagi. Selain itu, hal tersebut juga diakibatkan oleh kekakun dinding pembuluh darah. Kaku Mayat (Rigor Mortis )Merupakan kekakuan pada mayat yang terjadi karena cadangan glikogen pada otot sudah habis. Keadaan ini biasa terjadi 2 jam setelah mati klinis. Kaku mayat, tidak langsung terjadi sesaat setelah kematian. Hal ini terjadi karena, pada saat kematian baru saja berlangsung, tubuh masih memiliki cadangan glikogen yang nantinya akan menghasilkan energi. Energi ini kemudian akan digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP, dan membuat serabut aktin dan miosin masih tetap lentur.Kelenturan otot setelah kematian terjadi karena adanya pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Selanjutnya energi ini diguunakan unutk mengubah ADP menjadi ATP. Serabut aktin dan miosin pada otot akan tetap lentur selama keadaan kaku mayat biasanya ditemukan pada otot-otot kecil terlebih dahulu. Kaku mayat akantetap dipertahankan selama 12 jam setelah mati klinis yang kemudian akan menghilang. Aktivitas fisik, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi dapat meempercepat proses terjadinya kaku mayat. Penilaian kaku mayat dapat berguna dalam menentukan tanda pasti kematian dan waktu kematian. Ada beberapa keeadaan yang harus dibedakan dengan kaku mayat, antara laincadaveric spasm, heat stiffening, cold stiffening. Penurunan Suhu (Algor Mortis )Hal ini dapat terjadi karena adanya perpindahan kalor (panas) dari suatu benda panas ke benda lainnya yang lebih dingin. Proses perpindahan panas bervariasi, baik melalui radiasi, konduski, evaporasi dan konveksi. Pembusukan (Decomposition )Pembusukan terjadi karena adanya degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis ( perlunakan jaringan ) dan kerja bakteri. Pada saat orang meninggal, bakteri normal yang tadinya tidak dapat masuk ke dalam jaringan, akan mulai menembus jaringan bahkan sampai masuk ke dalam darah. Bakteri tersebut yang nantinya akan tumbuh dan berkembang biak di dalam darah.Tempat penyumbang bakteri terbanyak adalah bagian usus (Clostridium welchii ).Pada saat pembusukan tejadi, gas-gas seperti alkana, H2S dan HCN, asam amino dan asam lemak akan terkumpul. Pembusukan baru akan terjadi setelah 24 jam kematian berlangsung.Bagian tubuh pertama yang akan timbul pembusukan adalah bagian perut kanan bawah, dekat dengan sekum, dimana komposisi terbesar adalah cairan dan merupakan tempat yang paling banyak mengandung bakteri. Terbentuknya warna kehijauan karena adanya pembentukan sulf-met-hemoglobin. Warna kehijauan ini nantinya akan menyebar mulai dari perut hingga rongga dada dan bau busuk mulai tercium.Selanjutnya akan terjadi proses pengelapasan kulit ari atau terbentuknya gelembung yang berisi cairan kemerahan berabu busuk. Adanya pembentukan gas yang berasal dari perut akan menyebabkan perut menjadi tegang dan cairan keluar dari lubang telinga atau hidung. Gas inilah yang kemudian akan memunculkan suara krepitasi. Adanya gas ini akan menyebabkan pembengkakan pada bagian tubh, terutama pada bagian tubuh yang memiliki jaringan yang longgar sepeti skrotum, dan payudara. Kumpulan gas ini yang kemudian akan menyebabkan posisi tubuh menjadi seperti petinju (pugilstic attitude ).Proses berikutnya yang terjadi adalah rambut akan menajdi mudah tercabut, kuku mudah terlepas, dawajah menggembung, dan berwarna ungu kehijauan, diikuti dengan pembengkakan kelopak mata, pipi tembem, bibir tebal,lidah membengkak dan terjulur.Larva lalat kemudian juga dapat timbul setelah pembentukan gas mutlak terjadi. Larva lalat akan mulai timbul kira-kira 36-8 jam pasca mati. Alis mata, sudut matalubang hidung dan diantara bibir merupakan tempat terseing ditemukannya telur lalat. Telur lalat kemudian akan mulai menetas pada 24 jam kemudian. Identifikasi jenis lalat merupakan suatu hal yang penting dilakukan untuk mengetahui siklus hidup lalat.Pembusukan organ tubuh akan terjadi dengan waktu yang berbeda. Pada lambung, perubahan yang terjadi adalah perubahan warna menjadi ungu kecoklatan. Perubahan ini terjadi paling sering di bagian fundus, dan usus. Mukosa saluran napas, endokardium, intima pembuluh darah juga akan berubah menjadi kemerahan. Adanya difusi empedu menyebabkan timbulnya warna coklat kehijauan di jaringan sekitar.Otak melunak, hati berongga seperti spons limpa melunak dan mudah robek juga akan terjadi. Pengerutan organ tubuh juga terjadi. Prostat dan uterus non gravid merupakan organ yang paling lama bertahan dari pembusukan.Pembusukan akan lebih cepat terjadi pada suhu lingkungan yang optimal, kelembapan udara yang cukup, banyak terdapat bakteri pembusuk, tubuh gemuk, ataupun hal lain yang menyebabkan bakteri berumpuk ( infeksi dan sepsis ). Tempat ditemukan mayat juga akan mempengaruhi proses pembusukan. Proses pembuskan yang terjadi pada mayat yang ditemukan di dalam tanah, air dan udara memiliki perbandingan 1 : 2 : 8. Pada bayi yang baru lahir, proses pembusukan akan lebih lambat karena jumlah bakteri yang sedikit. AdiposeraAdiposera adalah kondisi terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Pada waktu 4 minggu pasca mati, kadar lemak dalam tubuh akan naik hingga 20% dan pada 12 minggu akan bertambah menjadi 70% atau lebih. MummifikasiMummifikasi merupakan proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat. Hal ini menyebabkan terjadinya pengeringan jaringan yang dapat menghentikan pembusukan. Mummifikasi jarang terjadi pada cuaca yang normal. Mumifikasi baru dapat terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah, aliran dara yang baik, tubuh yang dehidrasi lama (12-14 minggu).Daftar Pustaka1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.2. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14