tambahan bahan
-
Upload
rizka-kartikasari -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
description
Transcript of tambahan bahan
-
4.2 Remodelling Tulang
Perkembangan Tulang
Osifikasi intramembranosa Terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkim janin dan melibatkan proses penggantian membran
yang sudah ada.
o Pada tempat tulang akan terbentuk. Kelompok se akan terbentuk menjadi osteoblas dan membentuk pusat osifikasi
o Osteblas mensekresi matriks organic yang diebut osteosit o Osteoblas yang berubah menjadi osteosit , yang kemudian teisoasi daam lacuna o Pulau-palu pertumbuhan tulang menyatu dan membentuk percabangan untuk membuat trabekula
Osifikasi endokondrial Terjadi melalui penggantian model kartilago
o Rangka embrinik dari tulang kartilago hialin yang terbungkus perikondrium o Pusat osifikasi primer pada diafisis o Sel kartilago jumlahnya meningkat dan ukuran membesar o Matriks kartilago berkalsifikasi mealui proses pengendapan kalsium fosfat o Perikndrium menjadi periosteum. Lapisan osteogenik bagian dalam membentuk kolar tulang o Kondrosit berdegenerasi untuk mempertahankan kemampuan mempertahankan metrics o Kuncup periostel mengandung pembuluh darah dan steoblas o Jika kuncup mencapai pusat steoblas meetakan zat tulang pada spikula kartiago terkasifikasidan
memakai spikula sebagai kerangka kerja pertumbuhan tulang menyebar ke arah epifisis
o Seteah lahir pusat osifikasi sekundr tumbuh dalam kartilago epifisis Perbaikan Fraktur
Se dan metrics tidak mampu memperbaiki diri sendiri secara langsung tanpa bantuan dari jaringan yang
berhubungan
Jika tulang mengaami fraktur reaksi pertama pembentukan hematoma. Pembuluh darah pada area cedera mengalami hemoragi dan pembekuan.
Hematoma diinvasi dengan meregenerasi pembuluh darah, osteblas dan osteoklas. Pembelahan sel dari perosteum dan endosteum mengisi dan mengelilingi fraktur membentuk kalus
eksterna dan internal kartilago hialin.
Fraktur kemudian diperbaiki melalui proses osifikasi endokonrial dan intra membranosa. Kalus tulang terbentuk dan mengaami regenerasi dan diganti dengan tulang lamella kompak,dengan
demikian tulang sembuh dan kembali ke lokasi semula.
4.2. PROSES PENULANGAN (OSIFIKASI)
Proses osifikasi primer / osifikasi membranosa / osifikasi langsung Untuk membentuk tulang pipih Berlangsung di dalam membran mesenkimal
Proses osifikasi sekunder / osifikasi intrakartilagenous / osifikasi enkondral / osifikasi tak langsung
Terjadi pada pembentukan tulang panjang. Menurut lokasinya dibagi menjadi:
Sel osteoblas menghasilkan
matrik terkurung dalam
matriksnya osteosit
Sel-sel mesenkim
menjadi sel-sel
osteoblas
Membran mesenkimal
menjadi sangat vaskuler
Terbentuklah jaringan
tulang muda yang
berbentuk trabekula
Osteosit terletak dalam
lakuna
Sel osteoblas menghasilkan
enzim alkaline fosfat ase
pengapuran bahan dasar
-
o Pada Diafisis o Pada Epifisis
a) Proses osifikasi pada daerah diafisis
b) Proses osifikasi pada daerah epifisis Tidak terbentuk periostal bone colar Proses berjalan secara radier
Pada daerah epiphyseal disc terdapat jaringan tulang rawan yang terbagi-bagi dalam zona-zona:
Apabila proses pertumbuhan memanjang dari tulang suda berhenti maka epiphyseal disc
menjadi jar tulang semuanya menjadi epiphyseal line metaphyse.
4.3 REMODELLING TULANG
Selama pertumbuhan memanjang Tulang, maka daerah metafisis mengalama
Remodelling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodelling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorbsi
osteoblastil tulang secara bersamaan.
Proses Remodelling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak
dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif sedangkan pada orang
dewasa terjadi keseimbangan negatif.
Remodelling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. Secara spontan kecuali
bila terdapat kelainan rotasi.
Proses ini diprakarsai oleh perikondrium osifikasi
peroikondral osifikasi primer (terbentuk sel-sel
kondrogenik kondroblast)
Terbentuklah periostal
bone colar
Osifikasi sekunder
Masuk periostal bud (pembuluh
darah & osteoblas) terjadi
pembentukan tulang terjadi
reabsorsi ruang sumsum
sekunder
Kondrosit hipertropi enzim alkali
pospatase matriks tulang rawan
mengalami pengapuran kondrosit
kekurangan nurisi tulang rawan hialin
hancur ruang sumsum primer
1. Zona istirahat tulang rawan hialin belum aktif
2. Zona proliferasi zona aktif, kondrosit membelah diri
3. Zona maturasi kondrosit gemuk-gemuk, kaya glikogen,
menghasilkan enzim alkaline fosfatase
4. Zona kalsifikasi diendapkan bahan kapur dalam matriks
5. Zona retrogresi kondrosit mati, dan pecah ruang sumsum primer
6. Zona osifikasi osteoblas memasuki ruang sumsum primer
7. Zona resorbsi jaringan tulang muda terbentuk bagiantengahnya
direabsorbsi ruang sumsum sekunder
-
Akondroplasia
Definisi
Akondroplasia adalah kelainan bawaan yang diturunkan secara autosomonal dimana anggota gerak
penderita lebih pendek dari normal dan tulang belakang biasanya tidak terkena sehingga terlihat gambaran
cebol yang khas pada penderita. Prevalensinya 1:15.000 kelahiran.
Etiologi
Autosomonal disorder 80% kasus terjadi dari
mutasi gen FGFR3 yang menyebabkan efek
menghambat pada osifikasi endokondral
khususnya pada zona proliferasi kondrosit.
Clinical assestment
secara fisik sudah namapak , dimana tinggi tidak lebihd ari 1,3 m , intelegensi tidak
terganggu,kepala relatif besar ,dahi menonjol
dan short limb
lab : pada pemeriksaan DNA analisis khusnya pada gen FGFR3
Radiografi
MRI
USG Terapi
pengawasan pertumbuhan pasien meliputi berat , tinggi ,lingkar kepala pada bulan
pertama
awasi perkembangan dari motoriknya , kemampuan sosial dan adaptasi
uji neurologi jika diperlukan
terapi menggunakan GH untuk membantu perkembanagn garis pertumbuahn , tetapi hal
ini masih perlu diteliti lagi karena masih
diragukan efek abnormal lainnya.
Different Diagnosis
kretinisme
hipochondroplasia Komplikasi
spinal stenosis
otitis media
kifosis
simptomatic hedrocefalus Prognosis
Masing-masing individu punya intelegensi yang
normal dan bisa hidup normal.
7
Osteogenesis Imperfekta
Definisi
Osteogenesis imperfekta atau brittle bone disease adalah suatu kelainan jaringan ikat dan tulang
yang bersifat herediter yang ditandai dengan pembentukan abnormal kolagen tipe 1 (terdapat di berbagai
jaringan termasuk tulang, kulit, sendi, mata, telinga).
Epidemiologi
Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan. Kejadian OI diperkirakan 1 per 20.000-60.000
kelahiran hidup.
Klasifikasi
Berdasarkan klinis,genetik dan biokimia,OI dapat dibagi dalam 4 tipe,yaitu:
Tipe l (Autosomal Dominant) Tipe ll (new dominant mutations) Tipe lll (some genes mutations, some recessive) Tipe IV (Autosomal recessive) Etiologi
Hampir 90% bentuk klinis (tipe) OI disebabkan oleh kelainan struktural atau produksi dari
prokolagen tipe I (COL1A1 dan COL1A2), komponen protein utama matriks ekstraselular tulang dan kulit.
Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, tidak didapat kelainan biokimia dan molekul prokolagen. Tidak
diketahui dengan jelas apakah kasus ini dikarenakan deteksi yang terbatas atau karena kelainan genetik yang
heterogen.
Faktor Yang Mempengaruhi : osteogenesis imperfekta merupakan kelainan yang diturunkan secara
resesif dimana factor-faktor pascanatal seperti trauma, mempunyai peran yang dominan
Patogenesis
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan jaringan fibrous
lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis. Secara struktural,
molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2 rantai pro1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai pro2(I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7). Masing-masing rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang berulang. Prolin sering berada
di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan
-
asam amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai poros dari helix
sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur dan produksi helix. Prokolagen yang abnormal
akan membentuk cetakan yang tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak
beraturan.
Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang. Hal ini menyebabkan adanya
penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan sehingga meningkatkan angka kepatahan
(fraktur). Lebih dari 200 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe I
ditemukan pada penderita OI. Jika mutasi tersebut menurunkan produksi/ sintesis prokolagen tipe I, maka
terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan
struktur prokolagen tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV). Kelainan
struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin
digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan single exon splicing.Masing-masing rantai
kolagen sebagai triple helix prokolagen, disekresikan ke ruang ekstraseluler. Domain amino- dan carboxyl-
terminal dipecah di ruang ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di tulang akan
mengalami mineralisasi.
Manifestasi klinis
Tipe I (Ringan) Bentuk OI paling ringan dan paling sering ditemukan, bahkan sering ditemukan dalam suatu
pedigree keluarga yang besar. Diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh menurunnya
produksi/ sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles). Kebanyakan penderita tipe I:
o mempunyai sklera berwarna biru, o fraktur berulang pada masa anak-anak tapi tidak sering Fraktur terjadi karena trauma ringan
sedang dan menurun setelah pubertas. Terdapat dua subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai
dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.
o ketulian (30-60% pada usia 20-30 tahun). o mudah memar, o kelemahan sendi dan otot, o kifoskoliosis, o dan perawakan pendek ringan dibanding anggota keluarga lainnya.
Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal) Penderita sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan berat lahir dan
panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian terutama disebabkan karena distres pernafasan,
juga karena malformasi atau perdarahan sistem saraf pusat. Terjadi karena mutasi baru yang diturunkan
secara autosomal dominan (jarang resesif) akibat penggantian posisi glisin pada triple helix prokolagen
tipe I dengan asam amino lain. Pada penderita tipe II ini:
o Tulang rangka dan jaringan ikat lainnya sangat rapuh. o Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang terlihat sebagai crumpled appearance pada
radiografi.
o Tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran fontanela anterior dan posterior.
o Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik (beaded appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam terjadinya distres pernafasan.
o Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil dan/ mikrognatia. o Sklera berwarna biru gelap-keabuan.
Tipe III (Berat/Progresif) Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan yang
menghasilkan gangguan fisik signifikan:
o berupa sendi yang sangat lentur, o kelemahan otot, o nyeri tulang kronis berulang, o dan deformitas tengkorak. o Berat badan dan panjang lahir sering rendah. o Fraktur sering terjadi dalam uterus. o Setelah lahir, fraktur sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitas. o Kebanyakan penderita mengalami perawakan pendek.
-
o Bentuk wajah relatif triangular dan makrosefali. o Sklera bervariasi dari putih hingga biru. o Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun). o Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari gambaran
radiologi.
Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe) Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada rantai COL1A2,
kadang pada COL1A1. Merupakan tipe OI yang paling heterogen karena memasukkan temuan-temuan
pada penderita yang tidak tergolong dalam 3 tipe sebelumnya, yaitu:
o Fraktur dapat terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah bengkok yang tampak sejak lahir. o Sering terjadi fraktur berulang, o kebanyakan penderita mempunyai tulang yang bengkok walau tidak sering mengalami fraktur.
Frekuensi fraktur berkurang setelah masa pubertas. Penderita tipe ini memerlukan intervensi
ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya mereka dapat melakukan ambulasi sehari-hari.
o Penderita mengalami perawakan pendek moderate. o Warna sklera biasanya putih. o Dapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga beberapa penulis membedakan tipe ini menjadi
2 subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai
dentinogenesis imperfecta.
o Gambaran radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebraAdanya penelitian mikroskopik terhadap tulang penderita OI membawa penemuan tipe-tipe baru OI. Para peneliti
menemukan beberapa penderita yang secara klinis termasuk tipe IV mempunyai pola yang berbeda
pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai OI tipe V dan tipe VI. Penyebab mutasi pada kedua tipe
ini belum dapat diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini tidak mengalami mutasi pada
gen prokolagen tipe I. Pada tahun 2006 ditemukan 2 tipe baru OI yang diturunkan secara resesif.
Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi pembentukan kolagen tapi bukan
mutasi kolagen secara primer.
Pemeriksaan
Fisik : o Sklera biru o Kelainan pada gigi (gigi transparan) o Mudah terjadi fraktur
Penunjang : o Laboratorium biokimia dan molekular
Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit, terutama untuk
mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. Analisa mutasi DNA prenatal dilakukan pada
kehamilan dengan resiko OI, melalui kultur villus korion. Pemeriksaan kombinasi antara analisa
DNA dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90% dari semua tipe mutasi gen pengkode
prokolagen tipe I.
o Pencitraan - Radiografi tulang skeletal setelah lahir (bone survey)
Bentuk ringan (tipe I) tampak korteks tulang panjang yang menipis, tidak tampak deformitas tulang panjang. Bisa menunjukkan gambaran Wormian (Wormian bones) pada
cranium.
Bentuk sangat berat (tipe II) tampak gambaran manik-manik (beaded appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur multipel dengan deformitas tulang panjang.
Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak metafisis kistik atau gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada awalnya kemudian menipis, dapat
ditemukan fraktur yang menyebabkan deformitas tulang panjang, sering disertai fraktur
vertebra.
- Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada penderita.
- Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan panjang tulang anggota badan.
Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai dengan
gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang kalvaria atau
-
kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok, panjang tulang
berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multipel. USG prenatal ini terutama untuk
mendeteksi OI tipe II.
Diagnosis Banding
Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect) Pada OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak. Usia fraktur tulang
yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus dicurigai karena kasus penelantaran anak. Selain itu
pada penelantaran anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan retina,
hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan trauma limpa. Tipe fraktur pada
penelantaran anak biasanya adalah fraktur sudut metafiseal yang jarang ditemukan pada OI. Densitas
mineral tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan pada OI rendah.
Osteoporosis juvenil idiopati (OJI) Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 811 tahun, yang mengalami
fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang belakang,
paha, kaki, dan kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski dapat juga terjadi
pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang menyebabkan deformitas dan perawakan
pendek ringan. Tulang tengkorak dan wajah normal. OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun
deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan
yang sama maka harus dipikirkan suatu OI tipe ringan.
Achondroplasia Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen FGFR3.
Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam pertumbuhan,
perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak lahir berupa
perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai terutama lengan dan tungkai atas,
pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah
terjadi.
Riketsia Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D. Walau jarang
terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis yang ditemukan
antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi menonjol, knobby
deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur terutama tipe greenstick fracture.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 25-hidroksi-vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang
rendah, serta alkalin fosfatase meningkat. Beberapa penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati
atau ginjal menimbulkan gambaran klinis dan biokimia sekunder riketsia nutrisional. Pada OI kalsium
serum dan alkalin fosfatase normal. Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita OI sering rendah
menunjukkan defisiensi vitamin D sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang
sering dialami penderita OI.
Pengobatan
Pada prinsipnya tidak ada pengobatan khusus pada OI, Pengobatan hanya bertujuan untuk :
Merawat bayi secara seksama sehingga komplikasi fraktur yang lebih lanjut dapat dicegah Mencegah deformitas yang tidak perlu terjadi melalui penggunaan bidai yang baik Mobilisasi untuk mencegah terjadinya osteoporosis Koreksi deformitas jika perlu dilakukan osteotomi dan fiksasi interna Komplikasi
Terjadinya patah tulang patologis hingga kematian (type congenital meninggal saat lahir.)
Prognosis Prognosis penderita OI bervariasi tergantung klinis dan keparahan yang dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah
gagal nafas. Bayi dengan OI tipe II biasanya meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak
dengan gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja. Penderita OI tipe III
biasanya meninggal karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40 tahun-an sedangkan penderita tipe
I dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih panjang/ lama hidup penuh.
Penderita OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi roda. Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat
memiliki ketrampilan transfer dan melakukan ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita OI tipe IV biasanya dapat memiliki
ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.