Dampak Bahan Tambahan Pangan

43
BAB I PENDAHULUAN Globalisasi dalam bidang pangan menyebabkan perubahan pada teknik dan penyajian berbagai jenis makanan. Saat ini, makanan dengan tekstur dan warna yang menarik, serta memiliki daya tahan lama (tidak cepat basi) menjadi prioritas di kalangan masyarakat. Untuk mengolah makanan menjadi efisien seperti itu, perlu dilakukan beberapa teknik mengolah dan menyajikan makanan, misalnya dengan memberikan beberapa perlakuan dalam berbagai cara, antara lain dengan penambahan bahan tambahan pangan (BTP) dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan, memperbaiki tekstur, kelezatan atau kenampakan dari berbagai jenis makanan Teknologi pengolahan pangan di Indonesia sekarang berkembang cukup pesat, diiringi dengan penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin meningkat. Berkembangnya produk pangan yang menggunakan BTP hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet. Hal tersebut memicu timbulnya polemik terhadap penggunaan BTP di kalangan masyarakat. Penggunaan BTP sejatinya telah diatur oleh permenkes mengenai BTP mana yang boleh digunakan, takaran dosis yang masih diperbolehkan, dan sebagainya. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih

description

Dampak Bahan Tambahan Pangan

Transcript of Dampak Bahan Tambahan Pangan

Page 1: Dampak Bahan Tambahan Pangan

BAB I

PENDAHULUAN

Globalisasi dalam bidang pangan menyebabkan perubahan pada teknik dan

penyajian berbagai jenis makanan. Saat ini, makanan dengan tekstur dan warna

yang menarik, serta memiliki daya tahan lama (tidak cepat basi) menjadi prioritas

di kalangan masyarakat. Untuk mengolah makanan menjadi efisien seperti itu,

perlu dilakukan beberapa teknik mengolah dan menyajikan makanan, misalnya

dengan memberikan beberapa perlakuan dalam berbagai cara, antara lain dengan

penambahan bahan tambahan pangan (BTP) dengan tujuan untuk memperpanjang

umur simpan, memperbaiki tekstur, kelezatan atau kenampakan dari berbagai

jenis makanan

Teknologi pengolahan pangan di Indonesia sekarang berkembang cukup

pesat, diiringi dengan penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin

meningkat. Berkembangnya produk pangan yang menggunakan BTP hanya

mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap

berbagai jenis makanan yang praktis dan awet. Hal tersebut memicu timbulnya

polemik terhadap penggunaan BTP di kalangan masyarakat.

Penggunaan BTP sejatinya telah diatur oleh permenkes mengenai BTP

mana yang boleh digunakan, takaran dosis yang masih diperbolehkan, dan

sebagainya. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak

produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi

kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun tidak langsung dirasakan, tetapi

secara perlahan dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Kesalahan

teknologi dan penggunaan bahan tambahan yang diterapkan, baik sengaja maupun

tidak disengaja dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan atau keamanan

konsumen.

Munculnya masalah keamanan pangan salah satu penyebabnya adalah

adanya bahan kimia berbahaya yang masuk kedalam tubuh manusia yang berasal

dari bahan tambahan dan kontaminan. Penggunaan bahan tambahan pangan yang

baik dan sesuai dengan ketentuan, menjadi harapan para konsumen. Oleh karena

itu, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai BTP.

Page 2: Dampak Bahan Tambahan Pangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Bahan Tambahan Pangan

1. Pengertian

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan

antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan

pengental.

Didalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88

dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai

makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai

atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan

untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,

pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk

menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan

gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan

tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk

mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah

senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran

tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau

penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa,

dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan

(ingredient) utama.

Pada masa lalu, sumber bahan tambahan makanan masih terbatas pada

bahan alami, seperti daun suji dan kunyit untuk pewarna, pati untuk pengental,

garam memberi rasa asin serta rempah-rempah untuk memberikan aroma yang

khas. Namun, dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi pengolahan

pangan, mendorong orang untuk memperoleh segala sesuatu secara praktis dan

Page 3: Dampak Bahan Tambahan Pangan

cepat, tidak heran pada akhirnya tercipta macam-macam bahan tambahan

makanan hasil ekstrak bahan alami maupun sintesis bahan kimia.

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen

Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).

2.1.2 Fungsi

Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 bahan tambahan

makanan yang digunakan harus memiliki salah satu fungsi di bawah ini :

1) Antioksidan (Antioxidant)

2) Antikempal (Anticaking Agent)

3) Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

4) Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)

5) Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)

6) Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)

7) Pengawet (Preservative)

8) Pengeras (Firming Agent)

9) Pewarna (Colour)

10) Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)

11) Sekuestran (Sequestrant)

Beberapa bahan Tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,

menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1) Natrium Tetraborat (Boraks)

2) Formalin (Formaldehyd)

3) Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils)

4) Kloramfenikol (Chlorampenicol)

5) Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)

6) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)

7) Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)

8) P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)

9) Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)

Page 4: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan

tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl

yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan kalsium bromat

(pengeras).

2.2 Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan

Menurut Winarno 1980 BTP atau “food additive” yang digunakan harus

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1) Dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut.

2) Tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan.

3) Dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan.

4) Menarik bagi konsumen dan tidak merupakan penipuan.

Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah umum digunakan namun sering

terjadi kontroversi karena banyak produsen pangan yang menggunakan bahan

tambahan yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan

dalam industri. Bahan tambahan makanan bukanlah merupakan bahan pokok

dalam suatu proses pengolahan makanan. Secara khusus tujuan penggunaan BTP

dalam pangan adalah untuk :

1) Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak

pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu

pangan.

2) Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.

3) Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik

4) Meningkatkan kualitas pangan.

5) Menghemat biaya.

2.3 Jenis dan Cara Penambahan Bahan Tambahan Pangan

2.3.1 Jenis

Jenis bahan makanan yang sering terdapat pada produk makanan atau

digunakan dalam mengolah makanan atau digunakan berdasarkan kegunaan

dibedakan menjadi 11 macam yaitu :

Page 5: Dampak Bahan Tambahan Pangan

1) Zat pewarna

Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk membei kesan

menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan

warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi

perubahan warna selama penyimpanan. Pemerintah telah mengatur penggunaan

pewarna ini, namun masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan-

bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil

atau cat yang umumnya mempunyai warna lebih cerah, lebih stabil selama

penyimpanan, dan harga lebih murah. Alternatif lain untuk menggantikan

penggunaan pewarna sintetis adalah dengan menggunakan pewarna alami

seperti ekstrak daun pandan atau daun suji, kunyit, dan ekstrak buah-buahan

yang lebih aman.

Contoh zat warna : karmin, klorofil, tartrazin, karotein, titanium diroksida.

2) Zat pengawet

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk memperpanjang masa simpan

bahan makanan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat

menghambat atau memperlambat proses degradasi bahan pangan terutama

yang disebabkan oleh faktor biologi, yaitu dengan cara menghambat

tumbuhnya bakteri sehingga tidak terjadi pembusukan, pengsaman atau

peruraian makanan. Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik

jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk

mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan

makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda

sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.

Contoh pengawet : asam benzoat dan nitrit.

3) Pemanis

Untuk memberikan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan

lidah terhadap rasa manis. Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam

makanan dan minuman sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan pemanis alami yaitu rasanya lebih manis, membantu

mempertajam penerimaan terhadap rasa manis, tidak mengandung kalori

Page 6: Dampak Bahan Tambahan Pangan

ataupun mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga cocok untuk

penderita penyakit gula (diabetes) dan harganya lebih murah.

Contoh pemanis yang biasa di gunakan : sakarin dan siklamat.

4) Penyedap rasa dan aroma

Untuk menambah atau mempertegas rasa dan aroma makanan. Penyedap rasa

tersebut mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG).

Peranan asam glutamat sangat penting, diantaranya untuk merangsang dan

mengantar sinyal-sinyal antar sel otak, dan dapat memberikan cita rasa pada

makanan.

Contoh : essence monosodium glutamate dan lain-lain.

5) Pembentuk serat

Untuk membuat makanan lebih berserat sehingga lebih mudah di kunyah dan

di rasakan oleh mulut.

Contoh : emulsifiers.

6) Anti oksidan

Untuk mencegah bau tengik, untuk mencegah atau menghambat ketengikan

pada produk misal minyak goreng.

Contoh : lesitin dan asam askorbat yang merupakan bahan alami atau buatan

seperti BHA dan BHT.

7) Anti Kempal

Antikempal biasa ditambahkan ke dalam pangan yang berbentuk tepung atau bubuk

untuk mencegah penggumpalan pada bahan makanan. Karena itu peranannya di dalam

makanan tidak secara langsung, tetapi terdapat di dalam bahan-bahan yang digunakan

untuk membuat makanan seperti susu bubuk, tepung terigu, gula pasir dan lain

sebagainya.

Contoh: aluminium silikat, kalsium aluminium silikat, kalsium silikat,

magnsium karbonat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.

8) Pengaturan keasaman yang terdiri dari penetral dan pendapar pengasaman di

gunakan untuk penegas rasa dan aroma, serta dapat mencegah sisa rasa asam

yang tidak disukai atau mempertahankan derajat keasaman pada bahan

makanan.

Contoh: aluminium amonim/ kalium/ natrium sulfat, asam laktat, asam sitrat,

kalium, dan natrium bikarbonat.

Page 7: Dampak Bahan Tambahan Pangan

9) Pemutih atau pematang tepung

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat bersifat oksidator sehingga

menghilangkan bercak-bercak pada produk, juga dapat meningkatkan daya

kembang pada tepung serta mematangkan tepung dan memperbaiki mutu

pemanggangan.

Contoh: asam askorbat, kalium bromat, natrium stearoil-2-laktat.

10). Perenyah dan pengisi

Bahan tambahan makanan yang membuat makanan tetap renyah, biasanya

diberikan pada buah – buahan sayur acar, asinan, dan lain – lain.

11). Zat Pemantap

Bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam sehingga

memantapkan warna, aroma dan serat makanan.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

722/MenKes/Per/IX/88, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

239/MenKes/Per/V/85, Bahan Tambahan Makanan dapat dibedakan menjadi 3,

yaitu berdasarkan asal bahan, bahan penambahan, dan aturan pengunaan.

1) Berdasarkan asal bahan

Bahan alami

Diperoleh dari hasil ekstraksi bahan-bahan alami. Dan memiliki sifat

lebih aman dan mudah didapat, relatif kurang stabil, serta perlu jumlah

banyak. Sifat-sifat zat pewarna alami:

Page 8: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Bahan identik alami

Terbuat dari bahan sintetis tetapi struktur kimianya identik dengan bahan

alami.

Contoh : pewarna yang berasal dari karotenoid murni yaitu Santoxantin

(merah), Apokarotin (merah orange), dan beta karotin (kuning).

Bahan sintesis (certified color)

Biasanya merupakan hasil  sintesis secara kimia. Memiliki keuntungan

yaitu lebih stabil, lenih pekat, jumlah penggunaan sedikit, serta

menimbulkan efek samping. Ada dua macam yang tergolong

certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah zat

pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan

dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang

telah ditetapkan oleh FDA, sedangkan zat pewarna lake

yang hanya terdiri dari satu warna dasar, tidak

merupakan warna campuran juga harus mendapat

sertifikat.

1) Dye: adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut

dalam air dan larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang

dapat digunakan selain air adalah propilenglikol,

gliserin, atau alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam

bentuk kering apabila proses pengolahan produk

tersebut ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam

bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun cairan yang

penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi

proses, dan zat pewarnanya sendiri.

2) Lake: merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan

radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat

alumina atau Al(OH)3. Lapisan alumina atau Al(OH)3 ini

tidak larut dalam air,sehingga lake ini tidak larut pada

Page 9: Dampak Bahan Tambahan Pangan

hampir semua pelarut. Sesuai dengan sifatnya yang

tidak larut dalam air, zatpewarna ini digunakan

untukproduk-produk yang tidak boleh terkena air. Lake

sering kali lebih baik digunakan untuk produk-produk

yang mengandung lemak dan minyak daripada Dye,

karena FD & C Dye tidak larut dalam lemak. Proses

pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui

perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang

seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat

lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang

dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen

tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak boleh

lebih darin 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak

boleh ada. Kelebihan pewarna buatan adalah dapat

menghasilkan warna lebih kuat meskipun jumlah

pewarna yang digunakan hanya sedikit. Selain itu,

biarpun telah mengalami proses pengolahan dan

pemanasan, warna yang dihasilkan dari pewarna

buatan akan tetap cerah.

Bahan pewarna sintetis yang diizinkan di

Indonesia:

Page 10: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia:

2) Berdasarkan bahan penambahan

Sengaja ditambahkan

Contoh : pestisida, insektisida, pupuk

Tidak sengaja ditambahkan

Contoh : antioksidan, pengawet, pewarna, pengental

3) Berdasarkan aturan pengunaan

Aman atau Generally Recognized As Safe (GRAS)

Penggunaan termasuk aman (dosis bebas).

Memakai aturan pengunaan (Non-GRAS)

Penggunaan diatur dalam UU (Men-Kes) karena tingkat bahaya dan

ancaman yang ditimbulkan.

2.3.2 Cara Pemberian

Semua bahan kimia akan berubah sifatnya dari mengantungkan menjadi

racun bila dosis pemakaiannya keliru. Oleh karena itu, penetapan batas maksimal

pengunaan harian (BTM atau AD I) sangat penting dilakukan dan diinformasikan

kepada masyarakat luas. Batas pengunaan bahan tambahan makanan sehari-hari.

Penentuan nilai AD I

Suatu zat atau bahan yang disengaja ditambahkan saat pembuatan untuk

mendapatkan hasil atau karakteristik tertentu sesusai yang diinginkan. Umumnya,

bahan tambahan makanan membuat makanan menjadi lebih awet dan juga

memberikan bentuk, rasa, dan bau yang lebih menyenangkan.

Page 11: Dampak Bahan Tambahan Pangan

1. Bahan tambahan makanan sebagai campuran makanan

a. Bahan campuran normal (normal ingredient)

Bahan campuran normal adalah bahan yang dapat dikonsumsi sendiri tanpa

harus dicampur dengan bahan lain.

Misalnya : buah stroberri selain berfungsi sebagai campuran es krim,

stroberri juga dapat berfungsi sebagai buah.

b. Bahan pembantu pengolahan (Procesing Aids)

Bahan pembantu pengolahan adalah komponen bahan-bahan penolong

yang umumnya akan hilang sebagian atau secara keseluruhan akibat proses

pengolahan. Bahan pembantu ini, biasanya tidak meninggalkan pengaruh

merugikan terhadap warna, flavour, dan penamilan makanan olahan.

c. Kontaminan (contaminant)

Kontaminan adalah bahan-bahan yang tidak sengaja terbawa atau

tercampur dalam proses pengolahan. Misalnya residu, senyawa-senyawa

pengemas yang kontak dengan makanan, mikroorganisme.

2. Bahan tambahan makanan menurut FAO-WHO

Yang tergolong bahan tambahan makanan adalah bahan-bahan yang

ditambahkan secara sengaja kedalam makanan dalam jumlah tertentu dan

berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan

memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang masa

simpan.

3. Bahan tambahan makanan menurut codex almentarius commision

Komisi ini mendifinisikan bahan tambahan makanan sebagai bahan yang tidak

lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya tidak dipakai secara khusus

sebagai campuran makanan. Ada yang bernilai gizi, namun ada pula yang

tidak. Dalam hal ini penambahan zat aditif hanya untuk membantu teknologi

pengolahan pangan.

2.4 Dosis yang diizinkan oleh Berbagai Lembaga Lesehatan

Berikut ini adalah bahan tambahan pangan yang aman menurut Surat

Keputusan Menkes no.722/Menkes/Per/IX/88 :

Page 12: Dampak Bahan Tambahan Pangan

1) Pengawet Makanan

Asam benzoate sebanyak 1 g per 1 kg adonan

Sodium benzoate sebanyak 1 g per 1 kg adonan

Asam propionate sebanyak 3 g per 1 kg adonan (untuk roti)

Belerang dioksida sebanyak 500 mg per 1 kg adonan

2) Pewarna Makanan

Ponceau 4 R untuk pewarna saus sambal dengan dosis 300 mg per 1 kg

makanan atau 70 mg per 1 kg minuman. Merah allura/allura red dengan

dosis 70 mg per 1 kg makanan atau 300 mg per 1 kg adonan

Erytrosine dengan dosis 300 mg per 1 kg berat badan per hari

Kuning FCF

Sunset Yellow

3) Pemanis

Sakarin dengan dosis 2,5 mg per 1 kg berat badan per hari

Sodium siklamat dengan dosis 11 mg per 1 kg berat badan per hari

Aspartam dengan dosis 40 mg per 1 kg berat badan per hari

Sorbitol (digunakan untuk penderita diabetes dan orang yang

membutuhkan kalori rendah)

4) Penyedap Rasa dan Aroma

MSG (mono sodium glutamate) micin/vetsin dengan dosis 120 mg per kg

berat badan per hari

5) Pemutih dan Pematang Tepung

Asam askorbat/ascorbic acid/vitamin C dosis 200 mg per kg berat badan

per hari

Aseton perioksida secukupnya

6) Pengental

Pectin dosis 10 g per kg (ada 2 macam pectin apple dan pectin citrus)

Gelatin dosis 5 mg per kg

CMC/Carboxy Methyl Cellulose

7) Antioksidan

Asam ascorbat/Ascorbic acid/vitamin C dosis 500 mg per kg untuk produk

daging

Page 13: Dampak Bahan Tambahan Pangan

BHT dosis 200 mg per kg sebagai antitengik untuk minyak goreng

TBHQ dosis antitengik untuk minyak goreng

8) Pengatur keasaman

Untuk menurunkan PH.

Citric Acid/Asam Sitrat (jeruk) Dosis 3 gram per kg

Malic Acid/Asam Malat (apel)

Tartaric Acid (anggur)

Buffer Liquid/Buffered Lactic Acid /asam susu

Untuk menaikkan PH

Soda Kue/Sodium Bikarbonat Dosis 2 gram per kg

Soda Kie S/Sodium Carbonate

9) Anti kempal atau gumpal atau cacking agent

Magnesium Karbonat/Magnesium Carbonate 20 gram per kg

Magnesium Stearat 15 g per kg

ACA/Silica

Premium ACA/Light Silica

10) Sekuestran

Asam Fosfat 5 gram per kg

Citric Acid/Asam Sitrat secukupnya

Sesuai dengan peraturan dari Departemen Kesehatan No.

722/MENKES/PER/IX/88, yang termasuk dalam bahan tambahan makanan yang

diijinkan sebagai berikut :

1. Anti Oksidan

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah atau menghambat

proses oksidasi.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis Makanan Batas Maks. Penggunaan(mg/kg)

Asam Askorbat Daging olahanIkan bekuBuah kalenganJam, Jelly, dan marmaladPekatan sari buah

500400700500400

Asam eritorbat Daging olahanIkan bekuSaus apel kalengan

500400150

Page 14: Dampak Bahan Tambahan Pangan

BHA (Butil Hidroksianisol)

Lemak dan minyak makanMargarineMentegaIkan bekuIkan asin

2001002001000200

2. Anti Kempal

Adalah bahan makanan yang dapat mencegah mengempal atau

menggumpalnya makanan yang berupa serbuk, tepung atau butiran.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis Makanan Batas Maks. Penggunaan(g/kg)

      Aluminium Silikat Susu bubukKrim bubuk

11

      Kalsium Aluminium Silikat

Garam mejaSerbuk gram dengan rempah atau bumbu mericaDekstrosa bubuk/gula bubuk

1020

15

Kalsium Silikat Susu bubukKrim bubuk

101

3. Pengatur Keasaman

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan

mempertahankan derajat keasaman bahan makanan. Selain itu juga berfungsi

sebagai penegas rasa, warna, dan pengawet.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis Makanan Batas Maks. Penggunaan

Asam MalatJam, jeli, marmaladMinuman ringanPasta tomat

Secukupnya hingga pH 2,8-3,534 g/LSecukupnya hingga pH tdk lebih dari 4,3

Asam SitratPasta tomatJam, jeli, marmalad

Secukupnya hingga pH tdk lebih dari 4,3Secukupnya hingga pH tdk lebih dari 2,8-3,5

Kalsium AsetatKaseinBir

SecukupnyaSecukupnya

Asam LaktatMakanan bayi kalenganJam, jeli, marmalad

2 g/kgSecukupnya hingga pH 2,8-3,5

4. Pemanis

Page 15: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada

makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

(mg/kg)

Sakarin

Permen karetSausJam dan jeliMinuman ringan

60300200300

Siklamat

Permen karetSausJam dan jeliMinuman ringan

5003 g/kg2 g/kg3 g/kg

SorbitolKismisJam, jeli, dan rotiMakanan lain

5 g/kg300120

Sesuai dengan peraturan Badan POM yang baru (HK. 00.05.5.1.4547) tanggal

21 Oktober 2004, terdapat 13 macam pemanis buatan

JenisKemanisan dan

Kalori

ADI (mg/kg

berat badan)Penggunaan

      Alitam 2000 x sukrosa

Kalori 1,4 kkal/gr

0,34 mg/kg Susu, buah olahan, roti,

saos

      Acesulfam K. 200 x sukrosa

Tidak ada kalori

15 mg/kg Susu, es krim, buah

olahan, permen, daging

      Aspartam 60-220 x sukrosa

Kalori 0,4 kkal/gr

50 mg/kg Susu, es krim, jus, saos,

minuman diet

      Isomalt 0,45-0,65 x sukrosa

Kalori  2 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Buah segar, pasta/mie,

diet khusus

      Lakitol 0,3-0,4 x sukrosa

Kalori 2 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Pasta/mie, ikan/daging,

diet khusus

      Maltitol 0,9 x sukrosa

Kalori 2,1 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Pasta/mie, formula

bayi/   diet khusus

      Manitol 0,5-0,7 x sukrosa

Kalori 1,4 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Mentega, pasta/mie,

ikan, diet khusus

      Neotam 7000-13000x sukrosa

Tidak berkalori

0,2 mg/kg berat

badan

      Sakarin 300-500  x sukrosa

Tidak ada kalori

5 mg/kg berat

badan

Susu, es krim, buah

olahan, permen karet,

kue, minuman

10.    Siklamat 30 x sukrosa 0-11 mg/kg Susu fermentasi, es

Page 16: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Tidak ada kalori berat badan krim, permen karet,

minuman/jus, makanan

diet

11.    Silitol Sama dengan sukrosa

Kalori 2,4 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Susu fermentasi, buah

segar, ikan olahan,

bumbu, formula bayi

12.    Sorbitol 0,5-0,7 x sukrosa

Kalori 2,6 kkal/gr

Termasuk dalam

GRAS

Susu fermentasi,

mentega, buah segar /

olahan, pasta/ mi,

daging/ikan, diet khusus

13.    Sukralosa 600 x sukrosa

Tidak ada kalori

0-15 mg/kg

berat badan

Susu fermentasi, es

krim, buah/ sayur

olahan, permen, kue, jus

Keterangan :

ADI : Acceptable Daily Intake atau Asupan Harian yang dapat diterima,

adalah jumlah maksimum pemanis buatan dalam mg/kg berat badan

yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan

efek merugikan terhadap kesehatan.

4. Pemutih dan Pematang Tepung

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan

dan atau pematangan tepung, sehingga dapat memperbaiki mutu

pemanggangan.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

(mg/kg)      Asam askorbat Tepung 200      Azodikarbonamida Tepung 45      Natrium Stearil Fumarat Roti dan sejenisnya 5

5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat membantu terbentuknya atau

memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

      Agar Es krimKaldu

10 g/kgSecukupnya

Page 17: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Sarden dan ikan sejenis sarden kaleng

20 g/kg

      Gom Arab Es krim dan sejenisnyaMinuman ringanYoghurt beraroma

10 g/kg500 mg/kg

5 g/kg      Pektin Es krim dan sejenisnya

Yoghurt beraromaMinuman ringanJam dan jeli, marmalad

10 g/kg10 g/kg

500 mg/kg5 g/kg

      Amonium Alginat Es krim Yoghurt Keju

10 g/kg5 g/kg5 g/kg

6. Pengawet

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah atau menghambat

fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang

disebabkan oleh mikroorganisme.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

      Asam Benzoat KecapMinuman ringanSaus tomat

600 mg/kg600 mg/kg

1 g/kg      Asam Propionat Sediaan keju olahan

Roti3 g/kg2 g/kg

      Kalsium Sorbat Pekatan sari nanasMargarin

1 g/kg1 g/kg

      Kalium Sorbat KejuJam dan jeliMargarin

1 g/kg1 g/kg1g/kg

7. Pengeras

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang berfungsi sebagai bahan perenyah dan

dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

      Kalsium Klorida Sayur kalenganApel kalenganJam dan jeli

260 mg/kg

200 mg/kg      Kalsium glukonat Buah kalengan

Tomat kalenganAcar ketimun dalam botol

350 mg/kg450 mg/kg250 mg/kg

      Kalsium sitrat Apel kalengan, sayur kalengan 260 mg/kg

Page 18: Dampak Bahan Tambahan Pangan

8. Pewarna

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat memperbaiki atau memberi

warna pada makanan.

a. Pewarna alami (dari tumbuhan, hewan atau dari sumber mineral)

Karotenoid (merah, kuning, dan oranye)

Kurkumin (dari tanaman kunyit)

Klorofil (hijau)

b. Pewarna yang identik dengan alami (dihasilkan dengan cara sintesa kimia

bukan cara ekstraksi)

Santoxantin (merah)

Beta karoten (kuning orange)

c. Pewarna sintetik

Dyes (mudah larut dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut organik)

Lakes (tidak larut dalam air, alkohol  maupun minyak)

Pewarna yang Diizinkan

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

Pewarna Alami      Kuning

-Anato (Cl.75120)

-Beta Apo-8 karotena

Es krimKejuLemak minyakEs krimJam jeliMinyak lemak

100 mg/kg600 mg/kg

Secukupnya100 mg/kg200 mg/kgsecukupnya

      Cokelat-Karamel Yoghurt beraroma

Minuman ringanJam dan jeli, marmalad

200 mg/kg300 mg/kg150 mg/kg

      Hijau-Khlorofil (Cl.75100) Jam dan jeli 200 mg/kg

      Putih-Titanium Dioksida (77841) Kembang gula secukupnyaPewarna Sintetik

      Biru-Brilliant Blue (Cl. 2028)

Es krimAcar ketimunJam dan jeli, marmalad

100 mg/kg200 mg/kg300 mg/kg

      Kuning-Sunset yellow FCF (Cl.15985)

Es krimYoghurtJam jeli  marmalad

100 mg/kg12 mg/kg200 mg/kg

      Merah-Eritrosin (Cl. 45430)

Es krimJam jeli

100 mg/kg200 mg/kg

Page 19: Dampak Bahan Tambahan Pangan

      Cokelat-Cokelat HT (Cl. 20285)

Minuman dan Makanan cairMakanan lain

70 mg/kg300 mg/kg

      Hijau-Fast Green FCF (Cl. 42053)

Es krim, MarmaladJam jeli

100 mg/kg200 mg/kg

9. Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat memberikan, menambah atau

mempertegas rasa dan aroma.

Penyedap rasa dan aroma alami (rempah-rempah, minyak atsiri).

Penyedap rasa dan aroma sintetik (Benzaldehida, Etil Butirat, Vanilin).

Penguat rasa : Asam guanilat, Asam L-glutamat.

10. Sekuestran

Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada

dalam makanan, sehingga memperbaiki atau memberi warna, cita rasa dan

tekstur pada makanan.

Bahan Tambahan Makanan

Jenis MakananBatas Maks. Penggunaan

      Asam Fosfat Kepiting kalenganLemak dan minyak makan, minyak kacang, minyak kelapa, dan lainnya

5 g/kg100 mg/kg

      Dikalium Fosfat Daging olahan/awetanKaldu

3 g/kg1 g/kg

      Dinatrium Difosfat Lihat Dikalium FosfatPotongan kentang goreng beku

Lihat Dikalium Fosfat100 mg/kg

Miscellaneous Additive (Bukan Golongan BTM)

Selain itu terdapat juga beberapa bahan tambahan makanan yang bisa

digunakan dalam makanan antara lain:

1). Enzim

Bahan tambahan makanan yang berasal dari hewan, tanaman atau jasad renik

yang dapat menguraikan makanan secara enzimatik. Biasa untuk mengatur

proses fermentasi makanan. Contoh: amilase dari aspergillus niger untuk

tepung gandum dan rennet dalam pembutan keju.

2).Penambahan gizi

Bahan tambahan makanan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik

tunggal maupun campuran yang dapat memperbaiki atau memperkaya gizi

Page 20: Dampak Bahan Tambahan Pangan

makanan. Contoh: asam askorbat, feri fosfat, inositol, tokoferol, vitamin A,

B12, dan vitamin D.

3).Humektan

Bahan tambahan makanan yang dapat menyerap lembab sehingga dapat

mempertahankan kadar air dalam makanan. Contoh: gliserol untuk keju, es

krim dan sejenisnya dan triaseti untuk adonan kue.

4).Antibusa

Bahan tambahan makanan yang dapat menghilngkan busa yang dapat timbul

karena pengocokan dan pemasakan. Contoh: dimetil polisiloksan pada jeli,

minyak dan lemak, sari buah dan buah nanas kalengan, silikon dioksida amorf

pada minyak dan lemak.

5).Bahan Penjernih

Digunakan untuk menjernihkan minuman, sari buah atau minyak (bentonit

untuk penjernihan anggur).

2.5. Bahan Tambahan Pangan yang Dilarang Digunakan dalam Makanan

1. Asam Borat (Boraks)

Biasanya boraks digunakan pada pembuatan bakso, kerupuk, mie basah dan

pengawet ikan atau ayam. Pada dasarnya boraks digunakan untuk pembuatan

gelas, pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Dalam air, boraks akan terurai

menjadi natrium hidroksida dan asam boraks. Boraks bersifat iritan dan

racunbagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati.

Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. Kalau

digunakan berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun dalam otak, hati

dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat dan

menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diare, kejang perut,

iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, kejang-kejang

akibatnya koma, bahkan kematian dapat terjadi karena ada gangguan sistem

sirkulasi darah.

2. Asam Salisilat

Asam salisilat sering disebut aspirin, dalam pengobatan digunakan sebagai

analgetik dan anti inflamasi. Pada mulanya, asam salisilat digunakan untuk

Page 21: Dampak Bahan Tambahan Pangan

mencegah jamur pada buah di pabrik cuka, tetapi pada akhirnya pemerintah

Amerika melarang karena mempunyai efek tidak baik bagi kesehatan. Bila

masuk ke dalam tubuh menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah dan

kanker saluran pencernaan.

3. Dietilpirokarbonat (DEPC)

DEPC pada mulanya digunakan sebagai pencegah peragian pada pembuatan

minuman beralkohol dan minuman ringan. Juga sering digunakan pada

pengawetan susu, sari jeruk dan minuman buah-buahan. Tetapi ternyata

DEPC termasuk dalam bahan kimia karsinogenik.

4. Dulsin

Dulsin adalah pemanis buatan yang memiliki rasa manis 250 kali gula tebu.

Beberapa tahun digunakan ternyata dulsin mengakibatkan sifat karsinogenik

pada hewan percobaan.

5. Kalium Klorat

Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya sebagai pemutih, sehingga sering

dimasukkan dalam obat kumur pemutih dan pasata gigi. Sejak tahun 1988,

Pemerintah Indonesia sudah melarang penggunaan kalium klorat sebagai

bahan tambahan makanan karena senyawa ini dapat merusak tubuh bahkan

kematian. Jika terpapar dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

methemoglobinemia (kelainan dalam darah), kerusakan hati dan ginjal, iritasi

pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bila dimakan bersamaan dengan

produk pangan, kalium klorat dapat menyebabkan iritasi pada saluran

pencernaan, gejalanya mual, muntah dan diare.

6. Kloramfenikol

Kloramfenikol disebut juga chloromycetin adalah antibiotik. Pada saat ini

kloramfenikol dilarang ditambahkan pada makanan hewan karena akan

mengkontaminasi daging hewan yang pada akhirnya akan membahayakan

konsumen.

7. Minyak nabati yang dibrominasi

Minyak nabati yang dibrominasi adalah bahan tambahan pangan yang

digunakan sebagai stabiliser dan pengemulsi pada minuman ringan. Penelitian

Page 22: Dampak Bahan Tambahan Pangan

menunjukkan bahwa pada tikus yang diberi ransum minyak yang dibrominasi

menyebabkan kematian.

8. Nitrofurazon

Nitrofurazon adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai salep atau obat

luar. Nitrofurazon yang dicampurkan dalam pakan ayam menunjukkan

potensi pemicu kanker.

9. Formalin

Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak

disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan

berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi,

akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang terdapat dalam sel

sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang

menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37 persen

formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen

metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai sebagai bahan

anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi. Zat ini juga

merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus

kimia HCHO.

10. Kalium Bromat

Kalium bromat (potasium bromat) digunakan untuk memperbaiki tepung

yang dapat mengeraskan kue. Kalium bromat digunakan para pembuat roti

maupun perusahaan pembuat roti untuk membantu proses pembuatan roti

dalam oven dan menciptakan tekstur bentuk yang lebih bagus pada proses

penyelesaian akhir produknya.bila digunakan dalam jumlah kecil, zat ini akan

hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlau banyak

Page 23: Dampak Bahan Tambahan Pangan

digunakan,sisas kalium bromat akan tetap banyak dalam roti. Kalium bromat

dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen, pemicu

kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga

advokasi nutrisi dan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan

permohonan kepada food and Drug Administration (FDA) untuk melarang

penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa, Inggris, dan Kanada,

kalium bromat telah dilarang mulai 1990 an.

2.6 Risiko Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara

terus menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal

mungkin. Dikarenakan hal tersebutlah maka perlu diadakan pengujian terlebih

dahulu sebelum makanan tersebut diedarkan ke masyarakat luas atau dikonsumsi.

Pengujian bahan kimia berbahaya atau toksisitas pada suatu bahan makanan

biasanya dilakukan melalui tiga macam percobaan yang dilakukan pada hewan.

Pertama, penentuan dosis suatu bahan. Kedua, penentuan dosis maksimum yang

dapat ditolerir yaitu dosis harian maksimum saat hewan dapat bertahan hidup

untuk periode 21 hari, dengan tujuan pengujian ini adalah untuk menunjukkan

bahan organ yang diperiksa memperlihatkan adanya efek keracunan. Ketiga,

pengujian pemberian makanan selama 90 hari, dimana setelah 90 hari percobaan

dapat diketahui gejala tidak normal pada hewan percobaan sehubungan dengan

makanan yang diberikan. Hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat menunjukkan

atau menetapkan dosis atau ambang batas wajar penggunaan bahan tambahan

makanan untuk dikonsumsi manusia. Penggunaan bahan kimia berbahaya atau

bahan tambahan makanan tersebut apabila melebihi ambang batas maka akan

menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, diantaranya :

1) Penggunaan Bahan Pengawet

Penggunaan zat pengawet yang berlebihan dapat mengurangi daya tahan

tubuh terhadap penyakit, penggunaan bahan pengawet di satu sisi

menguntungkan karena bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan

mikroba, baik yang bersifat pantogen yaitu yang dapat menyebabkan

keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikroba yang bersifat

nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan.

Page 24: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya yaitu belerang yang

dioksidasi yang dapat menyebabkan luka pada usus, selain itu penggunaan

nitrit dan nitrat pada daging kalengan dan keju dapat menyebabkan kanker,

hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa yang tergolong sebagai racun,

apabila terserap oleh darah akan mengubah hemoglobin menjadi nitrose

haemoglobin atau methaemoglobin yang tidak mampu lagi untuk mengangkut

oksigen. Penderita penyakit ini terlihat dari tanda-tanda perubahan pada kulit

yang berubah menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan dapat

menyebabkan kematian apabila kandungan methaemoglobin lebih tinggi dari

70%.

2) Penggunaan Bahan Pewarna pada Makanan

Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam makanan walaupun memiliki

dampak positif bagi produsen dan konsumen, yaitu dapat membuat suatu

makanan lebih menarik, meratakan warna makanan dan mengembalikan

warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata

dapat pula menumbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberi

efek negatif bagi kesehatan manusia. Beberapa hal yang dapat menimbulkan

dampak negatif tersebut apabila terjadi :

a) Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi

dalam jumlah kecil, namun berulang.

b) Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi

dalam jangka waktu lama.

c) Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu

tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-

hari, dan keadaan fisik.

d) Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan

pewarna sintesis secara berlebih.

e) Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang

tidak memenuhi persyaratan.

Efek kronis yang dapat ditimbulkan dari pewarna sintesis ini adalah

apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker

hati.

Page 25: Dampak Bahan Tambahan Pangan

3) Penggunaan Bahan Pemanis

Penggunaan bahan pemanis sintesis masih diragukan keamanannya bagi

kesehatan konsumen, hal ini dikarenakan pemanis sintesis tersebut bersifat

karsinogenik.

Hasil penelitian Natural Academy of Science tahun 1968 menyatakan

bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih

rendah tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, tetapi penelitian

ini juga menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan

kanker kantong kemih hal ini dikarenakan sakarin yang mengendap dalam

ginjal memicu pertumbuhan kanker mukosa kandung kemih. Para pakar

epidemiologi dan kesehatan tidak merekomendasikan panggunaan sakarin

untuk makanan dan minuman konsumsi karena terbukti membahayakan

kesehatan, begitu pula dengan siklamat yang dapat merangsang pertumbuhan

tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukan bahwa siklamat dapat

menyebabkan atropi, yaitu pecahnya sel kromoson dalam medium biakan sel

leukosit.

4) Penggunaan Penyedap Rasa dan Aroma

Penyedap alami sebagian besar tidak menimbulkan efek yang

membahayakan bagi kesehatan, namun ada beberapa penyedap rasa sintesis

yang banyak beredar dipasaran yang apabila dipergunakan secara berlebihan

akan menimbulkan efek terhadap kesehatan, misalnya penggunaan

Monosodium Glutamate (MSG) dalam dosis tinggi (0,5 g/kg/berat

badan/hari) atau dalam dosis yang lebih tinggi maka dapat mengakibatkan

kerusakan beberapa sel syaraf khususnya dibagian otak yang disebut

hypothalamus.

5) Penggunaan Antikempal

Antikempal dapat dimetabolisme dalam tubuh atau tidak menunjukkan

akibat keracunan pada tingkat penggunaan yang tepat, akan tetapi adanya

ferrosianida dalam golongan antikempal dapat membahayakan jika

dikonsumsi.

6) Penggunaan Antioksidan

Page 26: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Penggunaan antioksidan secara berlebihan dapat menyebabkan lemah

otot, mual-mual, pusing-pusing dan kehilangan kesadaran, sedangkan

penggunaan dalam dosis rendah secara terus-menerus dapat menyebabkan

tumor kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker paru-paru akan

tetapi dari segi positifnya penggunaan antioksidan dapat mencegah bau tengik

pada makanan.

7) Penggunaan Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental

Efek terhadap kesehatan penggunaan pengemulsi, pemantap dan

pengental tersebut yaitu dapat menimbulkan keracunan tertentu pada anak-

anak karena anak-anak tidak tahan terhadap laktosa, tetapi tidak ditemukan

sifat racun apabila dikonsumsi oleh orang dewasa.

8) Penggunaan Pengatur Keasaman

Beberapa bahan asam sifatnya sangat korosif, sehingga saat masuk ke

dalam mulut akan terasa panas yang membakar disertai dengan rasa sakit

yang tidak terhingga.

Gejala racun dari pengatur keasaman ini adalah :

a) Korosif pada selaput lender mulut, kerongkongan, disertai dengan sakit,

dan sukar menelan.

b) Sakit didaerah lambung.

c) Luka yang bergelembung. Gelembung yang terjadi pada kulit tersebut

dapat pecah dan terjadi peradangan.

9) Penggunaan Pemutih, Pematang Tepung dan Pengeras

Beberapa efek bahan tambahan makanan pemutih, pematang tepung,

serta pengeras terhadap kesehatan adalah dapat mengakibatkan terjadinya

diare, penyakit seborrhea, kerapuhan kuku atau jaringan tanduk (keratin) dan

gangguan pada ginjal dan apabila kadar kalsium dalam darah turun dibawah

normal maka kalsium dalam tulang akan dimobilisasi sehingga

pembentukkan tulang baru akan terhambat.

2.7. Cara Mengatasi Dampak Negatif Bahan Tambahan Pangan

Pertama, cara Internal.

Page 27: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Maksud  cara internal berarti cara ini ditempuh dari diri kita sendiri. Beberapa

cara internal yang bisa kita lakukan antara lain :

Mengurangi konsumsi makanan siap saji (fast food/ makanan instan)

Meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan vitamin. Beberapa

vitamin diduga mengandung zat anti karsinogen . Beberapa vitamin

dimaksud antara lain : Vitamin A, C, E ( banyak terdapatdalam sayur dan

buah) ; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus ;

betakaroten, vitamin B 3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-

hidroksi) terdapat dalam mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan

segar.

Member pengertian kepada anggota keluarga tentang bahaya zat aditif,

mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan

membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah ketika berpicnik,

bersekolah.

Kedua, cara Eksternal.

Cara eksternal maksudnya adalah “institusi” di luar diri kita, seperti produsen

makanan, penjual makanan, lembaga pemerintah maupun lembaga non

pemerintah ( LSM, Ulama, tokoh pemerhati masalah kesehatan, dll). Cara

eksternal yang bisa ditempuh antara lain :

Produsen, harus memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap

penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang mereka produksi,

memberikan informasi yang jelas komposisi bahan aditif yang

ditambahkan pada produknya. Dan harus diingat “ jangan hanya berpusat

kepada keuntungan financial semata”. Ingat apa yang terbaik untuk

dimakan kita dan keluarga kita, itulah yang terbaik juga untuk dimakan

oleh orang lain.

Pemerintah, melakukan pengawasan ketat dan menindak secara tegas

produsen yang terbukti secara nyata melakukan pelanggaran terhadap

aturan pemberian zat aditif dalam produk makanan. Melakukan kampanye

akan pentingnya memperhatikan apa yang dimakan dan yang tidak

sebaiknya dimakan.

Page 28: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Non pemerintah, membantu pemerintah dalam mengawasi produk-

produk ahan makanan yang beredar di pasaran, memberikan penyuluhan

akan pentingnya makanan sehat bagi tubuh manusia.

Dari kedua cara tersebut di atas, cara kedua lah yang mungkin paling efektif.

Sebab masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen tidak bisa berbuat banyak.

Dalam arti, kalau yag beredar di pasaran kebanyakan makan yang mengandung

zat aditif maka mereka tidak punya pilihan lain. Dan demikian sebaliknya.

BAB III

KESIMPULAN

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

ditambahkan kedalam pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan. Jenis

BTP antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, antikempal, pemucat,

dan pengental. Penggunaan BTP secara bijak dan sesuai dengan Permenkes

merupakan cara antisipasi yang baik agar tidak terjadi gangguan kesehatan dan

keamanan pada konsumen.

Dampak penggunaan BTP yang irrasional dapat terjadi secara akut

maupun kronis, dampak akut yang sering terjadi adalah keracunan makanan yang

dapat bermanifestasi ringan seperti gatal, mual, muntah, angioedema, atau bahkan

sampai syok. Sedangkan efek kronis yang dapat ditimbulkan dari penggunaan

BTP secara terus menerus adalah kanker, kerusakan sel-sel syaraf, atau gagal

ginjal.

Dalam penanggulannya, beberapa cara internal maupun eksternal yang

dapat dilakukan adalah memperbaiki tingkat kesadaran produsen (mengenai jenis

BTP yang diizinkan, penentuan batas maksimal penggunaan harian, dosis yang

Page 29: Dampak Bahan Tambahan Pangan

diizinkan), membatasi peredaran zat kimia secara bebas, pengujian secara efektif

sebelum bahan makanan diedarkan ke masyarakat luas, serta meningkatkan peran

pengawasan dari Departemen Kesehatan dan Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan (Dirjen POM).

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, Sri. 2008. Keamanan Pangan Kaitannya dengan Penggunaan Bahan Tambahan dan Kontaminan. Diakses di : http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/732_pp0906016.pdf pada tanggal 5 Juli 2014

Atmatsir, Sunita. Ilmu Gizi Dasar. 1998, Gramedia. Jakarta

Diklat Pembekalan Mahasiswa TPL dari Balai Besar Industri Agro, 2010

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Makanan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/1988

tentang Bahan Tambahan Makanan

Puspasari, Karen. 2007. Aplikasi Teknologi Dan Bahan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah Matang. Diakses Di: Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/11791/F07kpu.Pdf pada tanggal 5 Juli 2014

Saparinto, Cahyo dan Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Viana, Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah

Page 30: Dampak Bahan Tambahan Pangan

Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011. Diakses di: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31260 pada tanggal 5 Juli 2014