TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

14
TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA Negara di dunia secara umum dibedakan menjadi dua Negara Agraris dan Negara Industri, Dalam teorinya, Lewis (1954) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua sector. Pertama adalah sektor tradisional yaitu sektor pertanian subsisten yang surplus tenaga kerja, dan sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi penampung transfer tenaga kerja dari sektor tradisional. Pada sektor pertanian tradisional di perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya tiggi, maka terjadi kelebihan suplai (over supply) tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor industri. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industry terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output sektor pertanian. Pandangan akan keterkaitan keuntungan antara dua sector tersebut dikuatkan dengan munculnya teori tentang pembagian kerja secara internasional. Dalam teori ini dinyatakan tentang pentingnya spesialisasi produksi setiap negara berdasarkan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Negara-negara berkembang yang memiliki tanah subur sebaiknya melakukan spesialisasi dalam produksi pertanian. Sementara itu negara-negara di kawasan Utara yang iklimnya tidak cocok untuk pertanian sebaiknya melakukan kegiatan produksi di industri. Bila kedua kelompok negara tersebut mengabaikan prinsip keunggulan komparatif tersebut, maka yang terjadi adalah inefisiensi produksi.

description

mm

Transcript of TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

Page 1: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

Teori Moderniasi

Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi

W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan

Max Weber: Etika ProtestanDavid McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-

Ach

Bert F. Hoselittz: Faktor-Faktor Non-Ekonomi

Alex Inkeles dan David H. Smith: Manusia Modern

TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA

Negara di dunia secara umum dibedakan menjadi dua Negara Agraris dan Negara

Industri, Dalam teorinya, Lewis (1954) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada

dasarnya terbagi menjadi dua sector. Pertama adalah sektor tradisional yaitu sektor pertanian

subsisten yang surplus tenaga kerja, dan sektor industri perkotaan modern yang tingkat

produktivitasnya tinggi dan menjadi penampung transfer tenaga kerja dari sektor tradisional.

Pada sektor pertanian tradisional di perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya tiggi, maka

terjadi kelebihan suplai (over supply) tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor industri.

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industry

terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output sektor pertanian.

Pandangan akan keterkaitan keuntungan antara dua sector tersebut dikuatkan dengan

munculnya teori tentang pembagian kerja secara internasional. Dalam teori ini dinyatakan

tentang pentingnya spesialisasi produksi setiap negara berdasarkan keunggulan komparatif yang

dimilikinya. Negara-negara berkembang yang memiliki tanah subur sebaiknya melakukan

spesialisasi dalam produksi pertanian. Sementara itu negara-negara di kawasan Utara yang

iklimnya tidak cocok untuk pertanian sebaiknya melakukan kegiatan produksi di industri. Bila

kedua kelompok negara tersebut mengabaikan prinsip keunggulan komparatif tersebut, maka

yang terjadi adalah inefisiensi produksi.

Dengan spesialisasi ini akan terjadi perdagangan internasional yang saling

menguntungkan kedua kelompok negara tersebut. Negara-negara pertanian dapat membeli

barang-barang industri dengan harga lebih murah. Begitu pula negara-negara industri membeli

hasil-hasil pertaniannya secara lebih murah juga dibandingkan bila memproduksi sendiri. Dari

ilustrasi diatas kemudian muncul sebuah pandangan-pandangan bahwa hasil produksi yang

dilakukan dari negara pertanian tidak sebanding dengan tingginya hasil produksi industry,

dengan kata lain negara Pertanian cenderung miskin dan negara industry cenderung negara kaya

atau sukses. Berdasarkan asumsi tersebut muncul sebuah pandangan mengenai kemiskinan.

Pandangan tersebut memunculkan beberapa teori yaitu Teori Modernisasi, Teori Struktural atau

Ketergantungan, dan Teori Pasca Ketergantungan. Masing-masing dari teori tersebut akan

ditaksonomikan sebagai berikut:

Page 2: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA

Teori Modernisasi disini merupakan pandangan yang melihat bahwa penyebab

kemiskinan berada dalam internal negara itu sendiri. Evsey Domar dan Roy Harrod

menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.

Kalau tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut

juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan

investasi modal. Masalah keterbelakangan adalah masalah kekeurangan modal. Kalau ada modal

dan modal tersebut diinvestasikan, hasilnya adalah pembangunan ekonomi. Salah satu cara untuk

memecahkan masalah kemiskinan yaitu dengan mencari tambahan modal, baik dari dalam negeri

(peningkatan tabungan dalam negeri) dan dari luar negeri (lewat penanaman modal dan

utang luar negeri). Namun pandangan ini memiliki sisi negative dimana negara tersebut jadi akan

bergantung dengan negara lain. Menjawab kekurangan tersebut Rostow mengemukakan teori

pembangunan ekonomi yang berbasis kepada kemandirian suatu bangsa untuk bangkit dengan

Page 3: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

melakukan perubahan yang ada didalam negara tersebut tanpa adanya campur tangan yang akan

memberikan ketergantungan seperti teoti domar dan harord.

Teori Rostow memandang pembangunan ekonomi negara sebagai proses perubahan yang

bertahap dan membentuk garis lurus. Menurut Rostow, perkembangan negara dapat dibagi

menjadi lima tahap.

1. Tahap perekonomian tradisional

Pada tahap ini kegiatan ekonomi masih berorientasi pada usaha untuk pemenuhan

kebutuhan sendiri. Penerapan teknologi dan manajemen masih sangat rendah sehingga

produktivitasnya juga masih rendah.

2. Tahap pra-lepas landas

Tahap ini merupakan masa transisi ketika masyarakat mempersiapkan diri untuk

mencapai tahap lepas landas. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk dapat lepas landas adalah

adanya perubahan-perubahan yang cukup mendasar di bidang ekonomi, politik, sosial budaya,

dan sistem nilai. Pada masa transisi ini merupakan masa yang penting supaya berhasil pada tahap

lepas landas.

3. Tahap lepas landas

Tahap lepas landas merupakan tahap ketika perekonomian mampu tumbuh dan

berkembang dengan kekuatan sendiri. Pada tahap ini penerapan teknologi dan manajemen

modern makin luas dan intensif. Selain itu, terjadi perubahan drastis di bidang sosial maupun

politik serta terciptanya kemajuan ekonomi yang pesat karena inovasi-inovasi dan terbukanya

pasar-pasar baru. Semua itu dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya mempercepat laju

pertumbuhan pendapatan nasional di atas tingkat pertambahan penduduk.

4. Tahap kedewasaan

Tahap ini merupakan suatu periode ketika masyarakat sudah secara efektif menggunakan

teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Pada masa ini

sektor ekonomi berkembang pesat dan leading industry mengalami kemunduran, tetapi

digantikan oleh sektor lainnya. Pertumbuhan ekonomi tidak setinggi tahap lepas landas, tetapi

diimbangi oleh pertumbuhan hal-hal kualitatif sehingga perekonomian makin kuat dan mandiri.

Setelah lepas landas kemajuan akan terus bergerak walaupun kadang terjadi pasang surut.

Industri berkembang dengan pesat dan mulai memproduksi barang-barang yang tadinya diimpor.

5. Tahap konsumsi massa tingkat tinggi

Page 4: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

Pada tahap ini tingkat konsumsi masyarakat sudah sangat tinggi, terutama konsumsi

energi. Ciri-ciri tahap ini adalah Angkatan kerja memiliki jaminan yang lebih baik, Tersedianya

konsumsi bagi rakyat yang semakin memadai dan Negara mencari perluasan kekuatan di mata

dunia.

Oleh karena pendapatan masyarakat yang meningkat, konsumsi tidak lagi terbatas pada

kebutuhan pokok, tetapi meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi. Pada tahap ini merupakan

ciri-ciri dari sebuah massa yang ideal ketika masyarakat hidup nyaman sehingga terdapat

kecenderungan untuk menambah jumlah keluarga dan jumlah penduduk akan meningkat.

Teori Rostow memiliki kekurangan dimana Tahap tinggal landas merupakan tahap yang

sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan

pada bagaimana mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak

memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah

pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial, distabilitas

sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang mendalam

seperti yang misalnya terjadi di Indonesia. 

Weber memberikan pandangan lain dari penyebab kemiskinan dimana kemiskinan dilihat

dai sudut pandang Peran agama sebagai faktor yang menyebabkan munculnya kapitalisme di

Eropa Barat dan Amerika Serikat. Ajaran ini mengatakan bahwa seseorang itu sudah ditakdirkan

sebelumnya untuk masuk surga atau neraka. Salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka

akan masuk surga atau neraka adalah keberhasilan kerjanya di dunia yang sedang mereka jalani.

Adanya kepercayaan Etika Protestan membuat orang-orang penganut agama Protestan Calvin

bekerja keras untuk meraih sukses. Mereka bekerja tanpa pemrih, artinya mereka bekerja bukan

untuk mencari kekayaan meterial, melainkan untuk mengatasi kecemasannya.

Hampir sama dengan Konsep sebelumnya dimana semua usaha yang dilakukan dengan

baik akan menghasilkan yang baik pula, dipaparkan dalam teoru lintas gawang. Teori yang

menyatakan bahwa pembangunan merupakan seperangkat rintangan panjang yang melintang

(masyarakat tradisional) sampai garis terakhir (masyarakat modern). Dalam lomba ini negara

berkembang yang berhasil mengatasi segala rintangan hendak diberi ganjaran sebagai

masyarakat modern dan rasional.

Seperti yang kita lihat perkembangan teori semakin berorientasi pada usaha yang

dilakukan suatu negara dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di dalam negara itu sendiri

Page 5: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

untuk mencapai pembangunan yang mandiri dan berelanjutan dan terlepas dari tali kemiskinan.

Selanjutnya Mc. Clelland mengajukan konsep teori n-Ach atau kebutuhan berprestasi. Seseorang

dengan n-Ach tinggi, yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, dia puas bukan karena imbalan

dari hasil kerjanya, melainkan dia akan merasa puas secara batin jika dia berhasil menyelesaikan

pekerjaannya dengan sempurna.

Hoselitz membahas faktor-faktor non–ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow dan

menyebutnya sebagai “faktor kondisi lingkungan” Menurut Hoselitz ada masalah lain yang juga

sangat penting selain modal ekonomi yakni adanya keterampilan kerja tertentu, termasuk

wiraswasta yang tangguh. Oleh karena itu diperlukan adanya perubahan kelembagaan sebelum

masa lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasokan modal- supaya modal ini bisa menjadi

produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi

serta keterampilan teknis yang dibutuhkan.

Makna pembangunan kemudia semakin berubah kearah meningkatan kualitas diri atau

negara itu sendiri. Hal ini didukung oleh Alex Inkeles dan David H Membicarakan tentang

pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan. Keduanya

beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar dan karena itu

tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang

tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern ditambah dengan pemberian pendidikan

atau pelatihan.

Teori Dependensi menyajikan pandangan berdasarkan kegagalan dari Teori Modernisasi.

Teori Dependensi memandang bahwa Faktor penyebab keterbelakangan bukan internal tetapi

eksternal, yakni pembagian kerja internasional yang dijabarkan dengan istilah pusat (centrum)

dan pinggiran (phery-phery). Terjadi pengalihan surplus dari pinggiran ke pusat. Pada kawasan

satu menghasilkan kemajuan,sedang pada kawasan lain melahirkan keterbelakangan. Pengalihan

surplus dari pinggiran ke pusat itu merupakan kemajuan semu karena masih bergantung pada

pihak luar, pinjaman modal seperti yang telah diungkapkan oleh Domar. Pandangan ini

kemudian beranggapan bahwa harus ada pemutusan hubungan dengan kapitalisme dunia dan

mengarah pada pembangunan yang mandiri (revolusioner – radikal). Kritik dari pendekatan

Dependensi yaitu masyarakat kurang siap dilihat dari masih adanya ketergantungan yang tidak

bisa dilepaskan secara langsung. Butuh tahap dan persiapan yang lebih intens dari segala aspek

yang ada.

Page 6: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

Raul presbich mengungkapkan teori dependensi dengan pandangan Industri substitusi

Import. Menurutnya hal ini disebabkan oleh menurunnya nilai tukar barang-barang hasil

pertanian terhadap terhadap barang hasil produksi. Akibatnya terjadi defisit pada neraca

perdagangan di negara-negara pinggiran. Hal serupa hampir sama seperti yang dinyatakan Paul

Baran. Paul Baran mengatakan bahwa negara-negara pinggiran yang disentuh oleh negara-negara

maju tidak mengalami kemajuan karena negara maju bukan industrialisasi yang dijalankan di

negara pinggiran tetapi mempertahankan sektor pertanian, bukan akumulasi modal yang terjadi,

tetapi penyusutan. Negara-negara yang terbelakang dikuasai oleh kepentingan modal asing dan

agen–agen di negara tersebut dan oleh kepentingan kaum pedagang dan tuan tanah.

Andre Gunder frank menyatakan pendapat serupa bahwa keterbelakangan dan

kemiskinan negara-negara pinggiran (negara satelit) bukanlah sebuah gejala alamiah dan bukan

karena kekurangan modal. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan akibat dari proses

ekonomi, politik dan sosial sebagai implikasi dari globalisasi dari sistem kapitalis. Artinya

kemiskinan di negara satelit disebabkan oleh adanya pembangunan di negara pusat. Frank

membagi negara – negara menjadi dua yaitu negara metropolis dan negara satelit. Negara

metrolis bekerjasama dengan elit lokal negara satelit untuk melakukan dominasi di negara satelit.

Ketiga pendapat diatas sama-sama menyatakan bahwa pembagian negara menjadi

metropolis dan satelit menyebabkan munculnya suatu kesenjangan yang merugikan negara

satelit. Pendapat yang bertolak belakang datang dari Theotonia Dos Santos. Menurut Dos santos

Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis. Artinya ketika negara

metropolis (induk) mengalami kemajuan maka negara satelit akan maju pula. Begitu juga

sebaliknya ketika negara metropolis mengalami krisis maka negara satelit akan terkena

dampaknya pula. Akan tetapi kemajuan dan atau kemiskinan tersebut bukanlah indikator

pembangunan dinegara satelit, karena hal itu hanyalah refleksi dari negara metropolis saja.

Bagaimanapun juga negara satelit tetap tenggelam dalam ketergantungan terhadap negara

metropolis. pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan

negara satelit dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan

negara satelit. Namun menurut Dos Santos hubungan tersebut tidak selamanya besifat negatif.

Teori Ketergantungan kemudian melahirkan teori pasca ketergantugan. Teori pasca

ketergantungan ini muncul sebagai alternative dari teori sebelumnya, teori ketergantungan dan

member perspektif barupada teori-teori pembangunan pada umumnya. Terdapat Teori Artikulasi

Page 7: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

yang muncul dikarenakan ketidakpuasan terhadap teori ketergantungan karena pada dasarnya

pembangunan dan industrialisasi memang terjadi di negara-negara terbelakang. Teori ini melihat

persoalan keterbelakangan dalam lingkungan proses produksi, artinya keterbelakangan di negara-

negara Dunia Ketiga harus dilihat sebagai kegagalan dari kapitalisme untuk berfungsi secara

murni, sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di negara-negara tersebut.

Jika teori ketergantungan melihat bahwa kapitalisme yang menggejala di negara-negara

pinggiran berlainan dengan kapitalisme yang menggejala di negara-negara pusat, maka teori

artikulasi berpendapat bahwa kapitalisme di negara-negara pinggiran tidak dapat berkembang

karena artikulasinya, atau kombinasi unsur-unsurnya tidak efisien. Dengan kata lain, kegagalan

dari kapitalisme di negara-negara pinggiran bukan karena yang berkembang di sana adalah

kapitalisme yang berbeda, tetapi karena koeksistensi cara produksi kapitalisme dengan cara

produksi lainnya (kemungkinan) saling menghambat.

Dalam Teori Artikulasi kapitalisme di negara-negara pinggiran tidak bisa berkembang

karena artikulasinya atau kombinasi unsur-unsurnya tidak efisien. Ada banyak unsur

penghambatnya. Bagi Teori Artikulasi kegagalan dari kapitalisme di negara-negara pinggiran

bukan karena yang berkembang di sana adalah kapitalisme yang berbeda, tetapi karena

koeksistensi cara produksi kapitalisme dengan cara produksi lainnya bersifat saling menghambat.

Immanuel Wallerstein menyatakan Teori Sistem Dunia yang berpendapat bahwa dulu

didunia terdapat sistem – sistem kecil atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuk

pemerintahan lainnya. Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan

secara militer maupun secara sukarela. Sebuah kerajaan besar kemudian muncul. Meskipun tidak

sampai menguasai seluruh dunia, tetapi karena besarnya yang luar biasa dibandingkan dengan

kerajaan-kerajaan yang ada sebelumnya, kerajaan ini disebut sebagai kerajaan dunia atau world

empire. Kerajaan dunia ini mengendalikan kawasannya melalui sebuah sistem politik yang

dipusatkan. Perkembangan teknologi perhubungan dan perkembangan di bidang lain kemudian

memunculkan sistem perekonomian dunia yang menyatu. Dengan kata lain, sistem

perekonomian dunia adalah satu-satunya sistem dunia yang ada. Sistem dunia inilah yang

sekarang ada sebagai kekuatan yang menggerakkan negara-negara di dunia. Sistem dunia yang

ada sekarang adalah kapitalisme global.

Teori yang muncul dalam masa pasca dependensi lainnya ini adalah Teori liberal yang

pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori liberal tetap berjalan

Page 8: TAKSONOMI TEORI PEMBANGUNAN DUNIA KETIGA.docx

seperti sebelumnya yakni mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah

utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kritik terhadap teori liberal pada umumnya

berkisar pada ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu

kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep – konsep

dasarnya, teori ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka.

Teori selanjutnya adalah Bill Warren yang membantah inti teori ketergantungan, yakni

bahwa perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan pinggiran berbeda. Kapitalisme di

Negara manapun sama. Inti dari kritik Warren adalah bahwa dalam kenyataannya, negara-negara

yang tergantung menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses

industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini menunjukkan bahwa negara-negara yang tergantung ini

sedang mengarah pada pembangunan yang mandiri. Berlawanan dengan pandangan kaum

Marxis, bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa prospek bagi sebuah pembangunan kapitalis

yang berhasil di negara-negara berkembang ternyata baik. Pembangunan yang berhasil di negara-

negara Asia Timur dan Tenggara dianggap sebagai salah satu bukti bahwa kapitalisme memang

masih bugar, masih terus bisa mengembangkan dirinya.

Bagi Warren, tidak bisa dicegah lagi bahwa kapitalisme akan berkembang dan

menggejala di semua Negara di dunia ini. Baru setelah kapitalisme berkembang sampai

mencapai titik jenuhnya, perubahan ke sosialisme dimungkinkan. Karena itu, memaksakan

perubahan ke sosialisme sekarang juga merupakan hal yang sia-sia, karena pada saat ini

perkembangan kapitalisme belum mencapai titik jenuhnya. Karena itu, perkembanngan

kapitalisme di Negara-negara pinggiran masih dimungkinkan.

Pada intinya teori pembangunan dunia ketiga ini memandang kemiskinan dari pandangan

faktor internal, eksternal serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi adanya suatu

kemiskinan. Pembangunan di suatu negara pada intinya tidak bisa hanya melakukan sesuai yang

negara lain lakukan tetapi harus juga diikuti dengan kemampuan dan kedewasaan para warga

negara untuk mampu menghadapi perubahan yang ada.