tak

42
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY Topik : Terapi Okupasi Daily Activity Sasaran : Lansia yang berada di Wisma Himawari PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur. Hari/Tanggal : Selasa, 20 November 2012 Jam : 09.30 Wib s/d selesai Tempat : Ruang tamu wisma Himawari A. LATAR BELAKANG Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan

description

gerontik

Transcript of tak

Page 1: tak

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY

Topik : Terapi Okupasi Daily Activity

Sasaran : Lansia yang berada di Wisma Himawari PSTW

Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

Hari/Tanggal : Selasa, 20 November 2012

Jam : 09.30 Wib s/d selesai

Tempat : Ruang tamu wisma Himawari

A. LATAR BELAKANG

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang

kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang

dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

Salah satu kegagalan berkaitan dengan fungsi penurunan daya kemampuan pada

lansia adalah penurunan fungsi kognitif yaitu demensia. Demensia merupakan sindrom

yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.

Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,

pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan

Page 2: tak

kemampuan bersosialisasi (Arif Mansjoer, 2010). Saat ini kasus demensia telah

melonjak tajam dengan semakin besarnya jumlah lansia di Indonesia. Bahkan

demensia diperkirakan akan melonjak dalam beberapa dekade mendatang, menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hingga kini saja terdapat 35,6 juta orang yang

hidup dengan demensia pada 2010. Angka itu berpotensi meningkat hingga dua kali

lipat menjadi 65,7 juta pada 2030 (menurut WHO di Swiss). Pada 2050, kasus

demensia bisa meningkat tiga kali lipat hingga mencapai 115,4 juta (menurut WHO di

Swiss).

Saat ini jumlah penyandang demensia di Indonesia hampir satu juta orang.

Sebagian besar demensia tipe Alzheimer yang gejala dininya berupa pelupa dan

kesulitan visuospasial sering terlewatkan sehingga sulit mengetahui waktu pasti

munculnya penyakit. Biasanya penyandang dibawa ke rumah sakit (RS) atau ke dokter

karena penyakit lain, seperti stroke, diabetes, depresi, hipertensi, atau kolesterol.

Ketika diperiksa dokter baru disadari telah ada proses demensia. Angka kejadian

demensia di Asia Pasifik adalah 4,3 juta per tahun (2005) yang akan meningkat

menjadi 19,7 juta per tahun pada 2050. Artinya, laju demensia adalah 1 kasus baru

setiap 7 detik.

Menurut penelitian Graff et al (2007), salah satu cara untuk mengoptimalkan

fungsi kognitif lansia adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi

merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang

membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, dan edukasional untuk

penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan

mental pasien. Terapi okupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan

fungsi dan atau mengupayakan kompensasi / adaptasi untuk aktifitas sehari-hari,

produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi.

Terapi okupasi meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang

kinerja berikut: (1) aktivitas hidup sehari-hari (misalnya makan, mandi, toileting,

mobilitas fungsional) dan kegiatan instrumental hidup sehari-hari (misalnya makan

Page 3: tak

persiapan, belanja, keuangan salah satu pelaksana) , (2) pekerjaan dan kegiatan

produktif (misalnya mengurus orang lain, kegiatan pendidikan dan kejuruan), dan (3)

luang untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang secara budaya berarti bagi individu

dan orang lain yang signifikan mereka. Dalam rangka untuk menentukan etiologi

disfungsi dalam satu atau lebih bidang kinerja, terapis okupasi menilai komponen-

komponen berikut kinerja: sensorimotor, neuromusculoskeletal, motorik, kognitif, dan

psikososial. Dengan diterapkannya terapi okupasi pada lansia diharapkan dapat

mempertahankan fungsi kognitif lansia dengan mengembangkan, memelihara,

memulihkan fungsi atau mengupayakan adaptasi aktifitas sehari-hari sehingga

tercapainya kemandirian dan kesejahteraan lansia.

Sengaja Co-ners mengambil jurnal ini karena setelah melihat kasus di lapangan,

terutama di PSTW, khususnya wisma H, tempat Co-ners praktik, sudah banyak

simbah-simbah yang mengalami demensia. Demensia yang dialami pun beragam mulai

dari yang ringan hingga berat. Co-ners berharap dengan adanya jurnal ini dan bisa

diaplikasikan, sehingga dapat menurunkan gejala psikologis pada klien di Wisma H.

B. PENGERTIAN/ LANDASAN TEORI

1. DEMENSIA

a. Definisi Dimensia

Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan

fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain

pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,

persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan

bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 2010)

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi

vegetatif atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran

abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat

terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009).

Page 4: tak

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi

intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi

hidup sehari -hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu

aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).

Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya

berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian

dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran

kepribadian. Penyakit yang  dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar

belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan

khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh

dilakukan.

b. Etiologi Dimensia

Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.

Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor

genetik, karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan

disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit

Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi

kerusakan sel danberkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan

sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak

senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang bisa

terlihat pada otopsi. Demensia sosok Lewy sangat menyerupai penyakit

Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang

terjadi di dalam otak. Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan

stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan

kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke

kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak

yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark.

Page 5: tak

Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark.

Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis,

yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.

Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia,

misalnya: gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan

metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau

kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose – etiologi dapat

ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti :

hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor.

c. Klasifikasi

1. Klasifikasi Menurut Umur:

a) Demensia senilis (>65th)

b) Demensia prasenilis (<65th)

2. Menurut perjalanan penyakit :

a) Reversibel

b) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B

c) Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

3. Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya

cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :

a) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).

b) Inkontinensia urin.

c) Demensia.

4. Menurut kerusakan otak :

Demensia tipe Alzameir Dari semua pasien dengan demensia, 50-60%

memiliki demensia tipe ini. Demensia ini di tandai dengan gejala :

1) Penurunan fungsi kongnitif dengan onset bertahap dan progresif

2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afaksia, apraksia, agnosia,

gangguan   fungsi eksekutif.

Page 6: tak

3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru.

Penyakit Alzheimer terbagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya

detorisasi intelektual, yaitu:

a. Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala

gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun.

“Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal

baru yang dialami.

b. Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.

Gejalanya

antara lain : Disorientasi gangguan bahasa (afasia) : penderita

mudah bingung penurunan fungsi memori lebih berat sehingga

penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak

mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu

tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan

visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di

lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%.

c. Stadium III

Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.

Gejala klinisnya antara lain:

Penderita menjadi vegetative.

tidak bergerak dan membisu.

daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak

mengenal keluarganya sendiri.

tidak bisa mengendalikan buang air besar/kecil.

kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain.

kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

Page 7: tak

d. Manifestasi Klinik

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,

“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,

bulan, tahun, tempat penderita demensia berada

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat

sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan

orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia

kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan

gelisah

6. Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.

7. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.

8. Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings

9. Defisit neurologik motor & fokal

10. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang

11. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia

12.  Agnosia, apraxia, afasia

13.  ADL (Activities of Daily Living)susah

14.  Kesulitan mengatur penggunaan keuangan

15.  Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian

16.  Lupa meletakkan barang penting

17.  Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting

18. Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang

Page 8: tak

19.   Mudah terjatuh, keseimbangan buruk

20. Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine & alvi

21.   Tak dapat makan dan menelan

22.   Koma dan kematian.

e. Pencegahan dan Perawatan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa

mengoptimalkan fungsi otak, seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol

dan zat adiktif yang berlebihan

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan

setiap hari.

3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2. BPSD (Behavior and Psychological Symptoms of Dementia)

a. Gangguan Perilaku

1) Disinhibisi

Perilaku berupa impulsive, mudah terganggu, emosi tidak stabil, memiliki

wawasan yang kurang sehingga sering menhakimi, dan tidak mampu

mempertahankan tingkat perilaku social sebelumnya. Gejala: menangis,

euphoria, agresi verbal, agresi fisik terhadap orang lain dan benda-benda,

Page 9: tak

perilaku melukai diri sendiri, disinhibisi seksual, agitasi motorik, campur

tangan, impulsive, dan mengembara.

2) Agitasi

Adalah aktivitas yang tidak pantas, baik secara verbal, vocal, atau motor.

3) Wandering

Perilaku dapat berupa memeriksa (mencari care giver berulang kali),

menguntit, berjalan tanpa tujuan, berjalan waktu malam, aktivitas

berlebihan, mengembara, dan berulang kali mencoba meninggalkan rumah.

4) Reaksi ledakan amarah

Ledakan marah/ agresif dikaitkan dengan meningkatnay aktivitas dan

perilaku agresif. Tidak ditemukan hubungan antara agresif dan penampilan

sikap apati, depresi, atau kegelisahan. Perilaku agresif memberikan

kontribusi paling banyak terkait gejala non kognitif dan ledakan marah tiba-

tiba. Reaksi bencana dapat ditimbulkan oleh gejala kognitif dan non kognitif

seperti salah paham, halusinasi, dan delusi.

b. Gangguan Psikologis

Page 10: tak

1) Gejala Mood

a) Depresi

Gangguan depresi dapat berupa mood depresi yang meresap dan

anhedonia, pernyataan menyalahkan diri sendiri dan menyatakan ingin

mati, serta ada riwayat keluarga depresi.

b) Apati

Apati ini menonjol pada demensia frontotemporal, Alzheimer serta

kelumpuhan supranuclear progresif. Ditandai dengan minat kurang

dalam aktivitas, DPD, penurunan interaksi social, ekspresi wajah,

modulasi suara, respon emosional, dan inisiatif.

c) Cemas

Terjadi secara independen, ada ekspresi keprihatinan terhadap masalah

keuangan, masa depan, kesehatan (memori mereka), kekhawatiran jauh

dari rumah.

2) Gejala Psikotik

a) Waham

Biasanya untuk demensia tipe waham yaitu:

(1) Barang kepunyaan sendiri telah dicuri

(2) Rumah bukan milik sendiri (misidentifikasi)

(3) Pasangan (pengasuh lain) adalah penipu (sindrom capras)

(4) Pengabaian/ ditinggalkan

(5) Ketidaksetiaan

b) Halusinasi

Paling umum pada pasien demensia halusinasi yang terjadi yaitu visual,

lebih banyak pada pasien dengan demensia moderat (sedang) dibanding

ringan. Gambaran halusinasi biasanya berupa hewan atau orang. Pada

demensia Lewy Body, kemungkinan juga mengalami auditori.

Page 11: tak

c) Misidentifikasi

Paling sering terjadi yaitu persepsi stimuli eksternal, terdiri dari:

(1) Kehadiran orang di rumah pasien sendiri (Boarder Phantom

Syndrome)

(2) Kesalahan identifikasi diri pasien sendiri (tidak kenal bayangan diri

di cermin)

(3) Kesalahan identifikasi orang lain

(4) Kesalahan identifikasi peristiwa di televisi (pasien mengimajinasikan

peristiwa tersebut terjadi secara nyata)

3. Terapi Okupasi

a. Pengertian Terapi Okupasi

Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif

yang penting dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan pasien. Terapi

okupasi (Occupational terapy) merupakan suatu ilmu dan seni dalam

mengarahkan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu

yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,

meningkatkan kemampuan dan mempermudah belajar keahlian atau fungsi

yang dibutuhkan dalam tahap penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga

untuk meningkatkan derajat kesehatan. Terapi okupasi adalah prosedur

rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas-aktivitas

yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, rekreasional,

edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh keuntungan yang

diharapkan atas fungsi fisik dan respon-respon mental pasien.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

terapi okupasi, merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa

aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif,

Page 12: tak

dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan

meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien.

b. Indikasi Terapi Okupasi

Indikasi untuk terapi okupasi adalah sebagai berikut:

1) Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan

perkembangan psikososialnya.

2) Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi

dengan orang lain.

3) Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau

kebutuhan yang primitif.

4) Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi

terhadap rangsangan tersebut tidak wajar.

5) Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang

yang mengalami kemunduran.

6) Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui

aktivitas daripada percakapan.

7) Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara

mempraktekannya daripada membayangkannya.

8) Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam

kepribadiannya.

c. Fungsi Terapi Okupasi

Fungsi terapi okupasi adalah sebagai berikut:

1) Sebagai perlakuan psikiatri yang spesifik untuk membangun

kesempatan-kesempatan demi hubungan yang lebih memuaskan,

membantu pelepasan, atau sublimasi dorongan (drive) emosional,

sebagai suatu alat diagnostik.

Page 13: tak

2) Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang

gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.

3) Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian,

belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain),

baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.

4) Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di

rumahnya dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan

maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.

5) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan

kemampuan yang masih ada.

6) Eksplorasi prevokasional untuk memastikan kemampuan fisik dan

mental pasien, penyesuaian sosial, dan ketertarikan, kebiasaan-

kebiasaan kerja, keterampilan, dan potensial untuk dipekerjakan.

7) Sebagai suatu ukuran suportif dalam membantu pasien untuk menerima

suatu periode kesembuhan atau masuk rumah sakit dalam jangka waktu

yang lama.

8) Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan.

d. Jenis Terapi Okupasi

Okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut dengan

occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri),

productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun

setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-

individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan,

mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari

orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup

dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga

dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang

untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja.

Page 14: tak

Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan mengembalikan

fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah

mengalami gangguan fisik atau mental. Jenis terapi okupasi yaitu:

1) Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living)

Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic

Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri

dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah,

merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga

kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak,

berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar

tetap sehat)

2) Pekerjaan

Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar.

Pekerjaan di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya

biasanya menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial,

memberinya posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai

anggota yang ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai

sosial yang berbeda pada masyarakat. Termasuk aktivitas yang

diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang

menguntungkan/menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat

pekerjaan, mencari pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan,

persiapan pengunduran dan penyesuaian, partisipasi sukarela, relawan

sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak fungsi yaitu

pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi

sosial, pekerjaan sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan

struktur untuk pembagian waktu untuk kegiatan lain yang dapat

direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan nilai hidup, dapat

menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang dan sumber

Page 15: tak

harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan

membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan

sumber kepuasan.

3) Waktu Luang

Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada

waktu luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan,

serta mengalihkan perhatian pasien. Aktivitas tidak wajib yang pada

hakekatnya kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu

luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat,

keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan

partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas

waktu luang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan

kegiatan yang lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur

peralatan dan barang yang sesuai).

e. Tahapan Terapi Okupasi

Adapun tahapan terapi okupasi, antara lain:

1) Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya.

Pada tahap awal ini mulai dibentuk hubungan kerjasama antara terapis

dan pasien, yang kemudian akan dilanjutkan selama tahap terapi

okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan kognitif yang memfokuskan

kemampuan pekerjaan yang berorientasi pada keterampilan kognitif.

Tahap evaluasi dibagi menjadi 2 langkah. Langkah pertama adalah profil

pekerjaan (occupational profile) dimana terapis mengumpulkan

informasi mengenai riwayat dan pengalaman pekerjaan pasien, pola

hidup sehari-hari, minat, dan kebutuhannya. Dengan pendekatan “client-

centered”, informasi tersebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa

yang penting dan sangat bermakna bagi pasien saat ini, apa yang ingin

Page 16: tak

dan perlu dilakukannya, serta mengidentifikasi pengalaman dan minat

sebelumnya yang mungkin akan membantu memahami persoalan dan

masalah yang ada saat ini.

Langkah kedua adalah analisa tampilan pekerjaan (analysis of

occupational performance). Tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah

kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dalam kehidupan keseharian,

yang meliputi aktivitas dasar hidup sehari-hari, pendidikan, bekerja,

bermain, mengisi waktu luang, dan partisipasi sosial. Hal yang juga

diperhatikan pada tahap awal atau kognitif ini adalah membangkitkan

ide saat waktu luang pasien, mempelajari berapa banyak kemungkinan

atau waktu yang dihabiskan, membandingkan beberapa kegiatan yang

menyenangkan dibanding bekerja, mengatur waktu untuk hal yang

menyenangkan (kebutuhan, pilihan, hambatan, dan minat), dan mengatur

waktu diri sendiri. Keterampilan dasar yang diharapkan mendapatkan

keterampilan, memproses keterampilan, menyalurkan keterampilan, dan

ketegasan pasien.

2) Tahap Intervensi

Tahap intervensi yang terbagi dalam 3 langkah, yaitu rencana

intervensi, implementasi intervensi, dan peninjauan (review) intervensi.

Rencana intervensi adalah sebuah rencana yang dibangun berdasar pada

hasil tahap evaluasi dan menggambarkan pendekatan terapi okupasi serta

jenis intervensi yang terpilih, guna mencapai target hasil akhir yang

ditentukan oleh pasien. Rencana intervensi ini dibangun secara bersama-

sama dengan pasien (termasuk pada beberapa kasus bisa bersama

keluarga atau orang lain yang berpengaruh), dan berdasarkan tujuan serta

prioritas pasien.

Rencana intervensi yang telah tersusun kemudian dilaksanakan

sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai tahap

Page 17: tak

keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan

pasien, membimbing mengerjakan pekerjaan atau aktivitas untuk

mendukung partisipasi. Langkah ini adalah tahap bersama antara pasien,

ahli, dan asisten terapi okupasi. Implementasi intervensi terapi okupasi

dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok, tergantung

dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain.

Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak

informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien, pada pasien yang belum

dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu

kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu

kelompok, dan pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan

agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif. Sedangkan metode

kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan

masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas

untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai

suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis

harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang

menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu

dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan

tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih

mengerti dan berusaha untuk ikut aktif.

Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis

aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan terapis mengawasi.

Sedangkan peninjauan intervensi diartikan sebagai suatu tahap

berkelanjutan untuk mengevaluasi dan meninjau kembali rencana

intervensi sebelumnya, efektivitas pelaksanaannya, sejauh mana

perkembangan yang telah dicapai untuk menuju target hasil akhir.

Page 18: tak

Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini dapat dilakukan perubahan

terhadap rencana intervensi.

3) Tahap Hasil Akhir

Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcome).

Hasil akhir disini diartikan sebagai dimensi penting dari kesehatan yang

berhubungan dengan intervensi, termasuk kemampuan untuk berfungsi,

persepsi kesehatan, dan kepuasaan dengan penuh perhatian. Pada tahap

ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai target hasil akhir yang

diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okupasi,

kepuasaan pasien, kompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas

hidup.

f. Tahapan Terapi Okupasi Kelompok

Setiap akan melakukan terapi okupasi kelompok harus direncanakan dahulu.

Terapis melakukan kontrak kepada kelompok. Terapis dan kelompok

mempertimbangkan tempat, lokasi yang kondusif, alat, dan bahan yang

harus disiapkan. Adapun tahapan aktivitas terapi okupasi kelompok, yaitu:

1) Orientasi

Orientasi sangat membantu pasien untuk mengikuti kelompok terapi.

Tujuan orientasi adalah meyakinkan bahwa pasien mempunyai orientasi

yang baik tentang orang, tempat, dan waktu. Orientasi memerlukan

waktu kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang dilakukan selama tahapan

orientasi adalah terapis melakukan orientasi kegiatan yang akan

dilakukan oleh kelompok terapi.

2) Tahap Pendahuluan (Introduction)

Tahap pendahuluan adalah tahap perkenalan baik dari terapis maupun

pasien. Terapis memperkenalkan diri baru kemudian masing-masing

pasien menyebutkan nama dan alamatnya. Cara yang biasa digunakan

adalah dengan melemparkan balon yaitu pasien harus menyebutkan

Page 19: tak

nama apabila mendapatkan bola yang telah dilempar. Setiap kali seorang

pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua pasien

untuk bertepuk tangan. Tahap pendahuluan memerlukan waktu 5-10

menit.

3) Tahap pemanasan (Warm-up activities)

Setelah melakukan proses memperkenalkan diri, terapis mengajak pasien

untuk aktivitas pemanasan (warm-up activities). Tahap ini memerlukan

waktu 5-10 menit. Aktivitas yang digunakan adalah latihan fisik

sederhana (simple physical exercise). Tujuannya adalah meningkatkan

perhatian dan minat pasien melalui gerakan dasar tubuh dan agar pasien

mampu mengikuti aturan atau instruksi sederhana seperti berputar,

turunkan tangan, dan lain-lain.

4) Tahap aktivitas terpilih (selected activities)

Tahap ini memerlukan waktu 10-20 menit. Mempertimbangkan

kebutuhan kognitif, motorik, dan interaksi yang akan dikembangkan.

Biasanya aktivitas yang dipilih adalah aktivitas dengan aturan sederhana

dan aktivitas yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang

ingin dicapai. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai

melakukan terapi okupasi dengan baik dan mengajak anggota kelompok

bertepuk tangan.

5) Tahap Terminasi

Tahap ini menandakan bahwa terapi okupasi akan berakhir. Terapis dan

pasien mengumpulkan material (alat-bahan) bersama-sama dan

mengadakan diskusi kecil tentang jalannya proses terapi okupasi.

4. Terapi Aktifitas Kelompok

Terapi aktifitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat

kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.

Page 20: tak

Aktivitas digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika

interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi

laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Metode Terapi Aktifitas Kelompok

Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah

metode:

1. Demonstrasi

2. Role model

Page 21: tak

TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY PADA DEMENSIA

Tujuan

Untuk menurunkan tanda dan gejala dimensia melalui terapi okupasi

Kriteria Anggota

Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah:

1. Klien yang mengalami dimensia baik ringan maupun sedang.

2. Klien yang mau/ bersedia untuk mengikuti kegiatan TAK.

3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:

Hari, Tanggal : Selasa, 21 November 2012

Waktu : 09.30 s/d selesai WIB

Tempat : Wisma Himawari PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Nama Klien dan Ruangan

Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang, adapun nama-nama klien yang akan

mengikuti TAK yaitu :

No Nama Pasien Kondisi Klien saat ini

1 Ny. A Demensia Sedang

2 Ny. N Demensia Sedang

3 Ny. J Demensia Sedang

4 Ny. T Demensia Ringan

5 Ny. S (-) OA

Page 22: tak

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Tempat tenang dan nyaman

Keterangan :

1 : Leader

2 : Observer

3 : Fasilitator

4 : Peserta

Petugas Pelaksana TAK

No Nama Petugas Penanggung Jawab

1. I Made Budi Mustika Leader

2. Nur Vitasari Observer

3. Ros Saimon Fasilitator

4. Rr. Fitriyana Kesumaningsih Fasilitator

4

4

4

4

2

3

3

1MEJA

Page 23: tak

Uraian Tugas Pelaksana

a. Leader

Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.

Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.

Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.

Memimpin diskusi kelompok.

b. Observer

Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).

Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga

penutupan.

c. Fasilitator

Membantu klien untuk menjembatani jika klien ada pertanyaan mengenai pemijatan

yang dilakukan

Alat dan Bahan

1. Baju

2. Teko

3. Gelas

4. Teh

5. Air Hangat

6. Sisir

7. Penutup kepala/jilbab

8. Cermin

Metode

1. Demonstrasi

2. Role play

Page 24: tak

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan dimensia ringan atau

sedang.

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

Perkenalkan nama dan panggilan terapis

Menanyakan nama dan panggilan semua klien

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

Menanyakan kondisi klien saat ini

c. Kontak

Topik

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu

menjelaskan cara penatalaksanaan terapi okupasi daily activity.

Waktu

Lama kegiatan 45 menit

Terapis menjelaskan aturan main berikut

o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin

kepada terapis

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Mengucamkan salam

b. Meminta klien duduk dengan nyaman

c. Mempersiapkan alat dan bahan

Page 25: tak

d. Menjelaskan dan demonstrasikan cara melipat baju, cara berhias/berdandan, dan

cara membuat teh

e. Menganjurkan peserta untuk mendemonstrasikan cara melipat baju, cara

berhias/berdandan, dan cara membuat teh

f. Mempersilahkan peserta satu per satu untuk mengevaluasi hasil demonstrasi

peserta lain.

g. Mengevaluasi jalannya terapi

h. Mengucapkan salam

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Menganjurkan semua klien untuk lebih aktif lagi menggikuti kegiatan

dipanti seperti keterampilan, dendang ria, dan senam karena dapat

membantu mengguranggi tanda dan gejala dari dimensia.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang

dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK penatalaksanaan demensia ringan

dan sedang dengan menggunakan terapi okupasi daily activity. Klien mampu menceritakan

pengalaman setelah dilakukan terapi.

Page 26: tak

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku :  Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: EGC.

Graff, MJ L; Vernooij-Dassen, MJM; Thijssen,A; Dekker, Joost; Willibrord H L, Hoefnagels, MGM; Rikkert, Olde. 2007. Community Based Occupational Therapy For Patients With Dementia And Their Care Givers: Randomised Controlled Trial . BMJ; 333(7580): 1196.

Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius

Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta: EGC

Voigt-Radloff, S, Graff M, Leonhart R, Schornstein K, Jessen F, Bohlken J, Metz B,

Fellgiebel A, Dodel R, Eschweiler G, Vernooij-Dassen M, Olde Rikkert M, Hüll M.

2010. A Multicentre Rct On Community Occupational Therapy In Alzheimer's

Disease: 10 Sessions Are Not Better Than One Consultation. BMJ Open

1(1):e000096.

Page 27: tak

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY DI WISMA HIMAWARI

PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

Oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IIISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA

2012

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta

Telp (0274) 434200

I Made Budhi Mustika 3212014

Nur Vitasari

Ros Saimon

3212022

3212026

Rr. Fitriyana Kesumaningsih 3212027

Page 28: tak

LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY DI WISMA HIMAWARI

PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

Disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Nama dan Tanda Tangan

Mahasiswa

1. I Made Budhi Mustika …………………………………..

2. Rr. Fitriyana Kesumaningsih …………………………………..

3. Nur Vitasari …………………………………..

4. Ros Saimon …………………………………..