TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

220
TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Labib Muamar Ridwan NIM. 1113054100064 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Page 1: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

Labib Muamar Ridwan

NIM. 1113054100064

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …
Page 3: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …
Page 4: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …
Page 5: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

i

ABSTRAK

Labib Muamar Ridwan (1113054100064), Tahapan

Manajemen Pemasaran Sosial dalam Program Promosi

Kesehatan KUN Humanity System Pasca Bencana Tsunami

Banten

Pemasaran sosial merupakan salah satu cara yang dapat

diterapkan untuk mempengaruhi masyarakat pasca bencana untuk

senantiasa merubah perilaku atau gaya hidup menjadi lebih baik.

Hal ini tidak luput mengenai masalah kesehatan. KUN Humanity

System melalui program promosi kesehatan Wash, Water, and

Sanitation (WASH) membantu masyarakat pasca bencana

tsunami Banten untuk melakukan gaya hidup bersih dan sehat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

tahapan manajemen pemasaran sosial yang dilakukan oleh KUN

Humanity System dalam program WASH di Banten. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bentuk jenis

penelitian deskriptif. Terkait proses pengumpulan data peneliti

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Untuk memperoleh data peneliti melakukan wawancara dengan

informan tiga orang pelaksana program dan satu orang

dokumenter program. Teori yang peneliti gunakan adalah teori

Kotler mengenai tahapan manajemen pemasaran sosial.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiga dari empat

tahapan manajemen pemasaran sosial menurut Kotler dilakukan

secara efektif yaitu identifikasi masalah, perencanaan produk

sosial, dan pendistribusian produk sosial. Sedangkan pada

tahapan yang terakhir, monitoring hanya dilakukan via

telekomunikasi dan tidak ada penelitian yang dilakukan oleh

KUN Humanity System. Secara keseluruhan program WASH

menjadi solusi efektif dalam pencegahan penularan penyakit yang

disebabkan oleh pencemaran air dan lingkungan akibat bencana

tsunami.

Kata Kunci: Pemasaran Sosial, Promosi Kesehatan, Pasca

Bencana Tsunami

Page 6: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’ Aalamina

Shalawat serta salam kita panjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT, karena atas limpahan ramat dan taufik-Nya peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat

dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, dan keluarganya serta para sahabatnya dan

agama beliau hingga akhir zaman nanti yang telah membawa

ummat manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang

menderang yaitu dengan tegaknya ajaran agama Islam.

Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari masih

perlu adanya perbaikan-perbaikan, baik dari segi pembahasan

maupun teknik penulisan pada skripsi ini. Dengan demikian,

peneliti sangat menerima betul setiap saran, masukan, maupun

kritikan bagi peneliti untuk dapat memperbaikinya dengan baik

agar menjadi motivasi bagi peneliti terhadap suatu karya ilmiah

yang dapat peneliti kerjakan untuk mencapai yang lebih baik dari

sebelumnya.

Atas berkat keridhoan Allah SWT, akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu, peneliti tidak lupa untuk

menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang telah memberikan motivasi, arahan,

dan dukungan baik yang bersifat moral maupun materil sehingga

Page 7: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

iii

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala

kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti

Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang

Akademik. Dr. Sihabuddin Noor, MA sebagai Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan dan

arahan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

4. Hudri Masaid, M.Ag sebagai dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan wawasan dan keilmuan serta memberikan

ajaran kepada peneliti selama menjalankan perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Civitas Akademika yang telah memberikan wawasan akan

Page 8: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

iv

keilmuan dalam mengarahkan peneliti selama melakukan

perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, peneliti mengucapkan terimakasih karena telah

menjadi wadah untuk mencari referensi buku, jurnal, maupun

skripsi yang berhubungan dengan penelitian sebelumnya.

8. Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Sri Suyamtini dan Bapak

Suwondo yang senantiasa memberikan dukungan baik moril

maupun materil serta mendo’akan peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adikku, Nabila, Tiara dan sepupuku Anan, Kiky atas

kerelaannya untuk dijahili sebagai bentuk hiburan pada saat

peneliti mendapati tekanan dalam proses pengerjaan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku Social Welfare 2013 yang selalu menjadi

penggembira yang suportif di masa-masa perkuliahan sampai

dengan sekarang. Khusus kepada David dan Gosal duo

menyebalkan yang menemani peneliti melakukan wawancara

skripsi di Bandung. Spesial kepada Indah yang selalu

menjadi pengingat dan pemberi dukungan dalam

menyelesaikan perkuliahan ini.

11. Mirar dan Mickmorthy yang selalu menjadi wadah peneliti

dalam menghibur diri dibalik proses pengerjaan skripsi yang

panjang dan melelahkan.

Page 9: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

v

12. KUN Humanity System yang sangat terbuka untuk peneliti

jadikan tempat penelitian. Khusus kepada Teh Mata, Teh

Putri, Devina, dan Afdhal yang bersedia untuk di

wawancarai di kediamannya di Bandung.

13. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan,

motivasi, bantuan baik moril maupun materil sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 14 Mei 2020

Labib Muamar Ridwan

Page 10: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi

BAB I ..................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................ 11

C. Perumusan Masalah ................................................................. 11

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12

E. Manfaat Penelitian ................................................................... 12

F. Metodologi Penelitian .............................................................. 13

G. Teknik Pemilihan Informan ..................................................... 18

H. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 19

I. Sistematika Penulisan .............................................................. 24

BAB II ................................................................................................. 26

KAJIAN TEORI ................................................................................ 26

A. Pemasaran Sosial ................................................................... 26

1. Pemasaran Sosial ................................................................. 26

2. Manajemen Pemasaran Sosial .............................................. 32

3. Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial ............................... 34

B. Kerangka Berpikir Penelitian ............................................... 58

BAB III................................................................................................ 59

Page 11: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

vii

GAMBARAN UMUM KUN HUMANITY SYSTEM .................... 59

A. Profil dan Sejarah Lembaga ..................................................... 59

B. Visi ........................................................................................... 60

C. Alamat dan Kontak Lembaga .................................................. 61

D. Gerakan dan Program .............................................................. 61

E. Bidang Profesi dan Kepengurusan ........................................... 64

F. Sumber Pendapatan .................................................................. 67

BAB IV ................................................................................................ 70

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................................ 70

A. Promosi Kesehatan Pasca Bencana .......................................... 70

B. Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial ................................... 74

1. Defining The Product Market Fit (Identifikasi Masalah) .... 75

2. Designing The Product Market Fit (Perencanaan Produk

Sosial) .......................................................................................... 83

3. Delivering The Product Market Fit (Pendistribusian Produk

Sosial) .......................................................................................... 94

4. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Penelitian) .................................................................................. 110

BAB V ............................................................................................... 116

PEMBAHASAN ............................................................................... 116

A. Defining The Product Market Fit (Identifikasi Masalah) ...... 116

B. Designing The Product Market Fit (Perencanaan Produk

Sosial)……………………………………………………………..118

C. Delivering The Product Market Fit (Pendistribusian Produk

Sosial) ............................................................................................ 123

D. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Penelitian)…………………………………………………………126

E. Pemberdayaan Masyarakat .................................................... 128

BAB VI .............................................................................................. 129

Page 12: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

viii

PENUTUP......................................................................................... 129

A. Kesimpulan ............................................................................ 129

B. Implikasi ................................................................................ 130

C. Saran ...................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 135

LAMPIRAN

Page 13: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka Prevalensi Diare Berdasarkan Diagnosis

NAKES ……………………………………………….4

Tabel 1.2 Angka Prevalensi Diare Pada Balita Berdasarkan

Diagnosis NAKES…………………………………….5

Tabel 1.3 Identitas Informan.......................................................16

Tabel 2.1 Tahapan Manajemen Social Marketing………….......33

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian………………………..56

Page 14: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pengolahan Sampah Organik……………………..72

Gambar 4.2 Gathering Information …………………………...77

Gambar 4.3 Keterilibatan Langsung Masyarakat ……………..84

Gambar 4.4 Membangun Kepercayaan………………………..92

Gambar 4.5 Cara Penyampaian ……………………………….98

Gambar 4.6 Eksekusi Pemasaran Sosial ……………………..102

Page 15: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Pedoman Observasi

Lampiran 5 Pedoman Dokumentasi

Lampiran 6 Transkip Wawancara

Lampiran 7 Hasil Observasi

Lampiran 8 Hasil Dokumentasi

Lampiran 9 Kegiatan Foto Penelitian

Page 16: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kesehatan saat ini tidak hanya

menghantui masyarakat pada umumnya, namun juga

membawa kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat pasca

bencana, khususnya bencana tsunami. Bagaimana

masyarakat pasca bencana mengelola sampah atau limbah

akibat tsunami dengan benar menjadi salah satu persoalan

dalam hal kesehatan. Limbah merupakan salah satu

pemicu masalah kesehatan yang dialami masyarakat pasca

bencana. Banyaknya sampah yang berserakan di jalanan,

di lingkungan rumah, atau bahkan di sekolah-sekolah

memicu munculnya penyakit-penyakit seperti diare yang

seringnya menyerang anak-anak kecil, dan berpotensi

munculnya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

pencemaran air lainnya. Maka dari itu, hal sederhana

seperti mencuci tangan sebelum makan atau setelah

melakukan sesuatu yang berkaitan dengan benda-benda

kotor sangatlah penting dalam menjaga kesehatan

terutama pasca terjadinya bencana.

Salah satu dampak terjadinya bencana tsunami

adalah menurunnya kualitas hidup penduduk setempat.

Peningkatan resiko penyakit menular, kerusakan fasilitas

Page 17: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

2

kesehatan, dan kerusakan sistem penyediaan air.

Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari

kurangnya air bersih yang berakibat terhadap buruknya

kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan yang

merupakan awal dari pengembangbiakan beberapa jenis

penyakit menular (Fatoni 2015).

Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga

merupakan awal dari proses terjadinya penurunan kualitas

kesehatan dalam jangka panjang yang akan

mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhuhan

kebutuhan gizi korban bencana. Pengungsian tempat

tinggal (shelter) yang ada sering tidak memenuhi syarat

kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak

langsung dapat menurunkan daya tahan tubuh dan bila

tidak ditanggulangi akan menimbulkan masalah di bidang

kesehatan (Fatoni 2015).

Salah satu permasalahan kesehatan akibat bencana

adalah meningkatnya proses kejadian penyakit menular

maupun tidak menular. Seperti diare yang dipengaruhi

oleh lingkungan dan sanitasi yang memburuk akibat

bencana tsunami. Permasalahan kesehatan lingkungan dan

sanitasi juga sering dijumpai pada kondisi bencana alam.

Berbagai literatur menunjukkan bahwa sanitasi

merupakan salah satu kebutuhan vital pada tahap awal

setelah terjadinya bencana. Kondisi lingkungan yang tidak

Page 18: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

3

higienis, persediaan air yang terbatas dan jamban yang

tidak memadai, misalnya, seringkali menjadi penyebab

korban bencana lebih rentan untuk mengalami kesakitan

bahkan kematian akan penyakit tertentu (The Sphere

Project 2012).

Dampak dari adanya bencana tsunami tidak hanya

kepada munculnya masalah kesehatan saja, bahkan di

dalam Agama Islam salah satu syarat untuk melengkapi

keberimanan seseorang adalah harus peduli dengan

kebersihan serta sanitasi lingkungan. Hal ini dibahas

dalam salah satu hadist yang diriwayatkan dari Sa’ad bin

Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah SAW, yaitu

sebagai berikut:

Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang

menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang

menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai

kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan,

karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR.

Tirmizi)”

Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan

sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita

melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu

Page 19: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

4

mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala.

Dengan kata lain, kotor, jorok, sampah berserakan,

lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak

disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu

kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh

Allah SWT. Semua itu untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan, khususnya bagi masyarakat pasca

bencana tsunami yang perlu memperhatikan masalah

kebersihan, kesehatan, wabah penyakit, seperti penyakit

yang disebabkan oleh pencemaran air, salah satunya yang

paling sering ditemukan adalah diare.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskedas

(2018) Departemen Kesehatan RI, berikut merupakan

angka prevalensi diare dan angka prevalensi diare pada

balita di Indonesia (Kemenkes 2018):

T

a

b

e

l

1

.

Page 20: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

5

1 Angka Prevalensi Diare Berdasarkan Diagnosis

NAKES (Kemenkes RI, 2018)

T

a

b

e

l

1

.

2

Angka Prevalensi Diare Pada Balita Berdasarkan

Diagnosis NAKES (Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data yang penulis paparkan, diare

merupakan salah satu penyakit menular yang paling sering

muncul karena pencemaran air yang diakibatkan oleh

bencana tsunami. Banten merupakan salah satu daerah

rawan bencana serta salah satu daerah yang memiliki

angka prevalensi penyakit diare tertinggi dan anak-anak

kecil adalah yang paling rentan tertular penyakit diare.

Hal inilah yang telah menghantui masyarakat

Banten yang pada tanggal 22 Desember 2018 satu

setengah tahun lalu mengalami sapuan dahsyat dari

Page 21: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

6

tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di

Selat Sunda. Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan

fisik, ekonomi, sampai dengan menurunnya angka

kesehatan, bahkan sampai timbul adanya korban jiwa.

Menurut data yang dimuat oleh Detik News pada 26

Desember 2018, sedikitnya terdapat 430 korban jiwa, 159

orang hilang, 9.061 orang terluka, dan 16.198 orang

mengungsi. Berdasarkan informasi yang dikemukakan

oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),

kerusakan material dari tsunami ini meliputi 882 rumah

yang rusak.

Daerah-daerah yang terkena langsung sapuan

bencana tsunami Banten sangat berpotensi munculnya

penyakit-penyakit menular yang diakibatkan oleh

pencemaran air dikarenakan kebersihan pasca bencana

yang buruk dan diiringi oleh minimnya pengetahuan

masyarakat tentang bagaimana mengelola limbah dengan

baik dan benar. Oleh karena itu, melakukan promosi

perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga melakukan

edukasi serta bantuan dalam pengelolaan limbah sangat

diperlukan sehingga orang-orang tercegah dengan risiko

terserang penyakit seperti diare dan penyakit yang

ditularkan melalui air lainnya.

Dampak kesehatan bencana Tsunami Selat Sunda

tidak hanya menarik perhatian pemerintah yang turut serta

Page 22: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

7

memberi bantuan-bantuan sosial, namun juga menarik

perhatian lembaga sosial swasta yang memang fokus

bergerak pada bidang pengelolaan dan penanggulangan

bencana di Indonesia yaitu, KUN Humanity System.

KUN Humanity System merupakan lembaga non-

profit yang membawa pemberdayaan dan gerakan

kemanusiaan untuk semua manusia yang membutuhkan,

khususnya bagi mereka yang hidup di daerah terpencil.

Terdapat dua gerakan yang dilakukan oleh KUN

Humanity System, yang pertama yaitu gerakan

pemberdayaan masyarakat dan lingkungan. Gerakan ini

berkolaborasi dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (KLHK) melalui KUN Center, aktif terlibat

secara langsung dalam mengembangkan sistem akses

masuk kawasan konservasi di seluruh Taman Nasional di

Indonesia. Gerakan yang kedua adalah manajemen darurat

bencana dan penanggulangannya. Fokusnya adalah

bagaimana menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa

dalam tekanan waktu yang relatif singkat (Kun Humanity

System, n.d.)

Melalui program Wash, Water and Sanitation

(WASH), KUN Humanity System berfokus pada bidang

kesehatan dengan melakukan promosi gaya hidup sehat

serta pemasaran sosial terkait bagaimana melakukan

pengolahan limbah yang baik pasca bencana serta

Page 23: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

8

bagaimana membangun budaya cuci tangan pakai sabun

(CTPS) kepada anak-anak kecil di Banten.

Pemasaran sosial merupakan salah satu upaya dan

solusi dalam peningkatan kesejahteraan sosial dalam

masyarakat, dalam hal ini khususnya di bidang kesehatan.

Sebagaimana pemerintah menyatakan dalam bentuk

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1 Ayat (1) yang

menyatakan “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya” (“Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial,” n.d.).

Pemasaran sosial adalah suatu jenis pendekatan

khusus untuk mengkomunikasikan kesehatan dan

mengubah perilaku dalam kelompok atau populasi yang

menggabungkan prinsip-prinsip pemasaran untuk

mendapatkan tujuan kesehatan (Edberg 2007, 89).

Pemasaran Sosial merupakan suatu strategi yang

bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang

berkembang di masyarakat. Strategi ini memanfaatkan

dua bidang ilmu, yaitu menggunakan teknik-teknik

komunikasi dan mempertimbangkan prinsip-prinsip

pemasaran. Ada lima unsur penting dalam komunikasi,

Page 24: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

9

yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan

(Pudjiastuti 2016a, 2).

Dalam prinsip pemasaran, marketing mix atau

bauran pemasaran merupakan elemen penting yang harus

diperhatikan. Marketing mix terdiri dari empat elemen,

yaitu produk, harga, tempat, dan juga promosi. Pemasaran

sosial menurut Philip Kotler (1989) didefinisikan sebagai

suatu upaya/strategi Public Relations untuk mengubah

sikap dan perilaku khalayak dalam rangka mengatasi

berbagai masalah sosial. Pemasaran sosial adalah suatu

penerapan konsep pemasaran pada aktivitas non-

komersial yang berkaitan dengan kepedulian

kemasyarakatan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan

sosial (Pudjiastuti 2016a, 5).

Terdapat berbagai produk dalam pemasaran sosial.

Kotler (1989) mengatakan bahwa produk sosial yang

dikeluarkan oleh pemerintah dapat berupa information

(misalnya, larangan parkir di trotoar atau larangan

merokok ditempat umum), education (misalnya, cara

menggunakan seat belt atau helm yang baik dan benar)

atau political (misalnya, anjuran untuk tidak “GolPut”).

Produk sosial yang dikeluarkan oleh lembaga non-profit

bisa dari bidang pendidikan/penelitian (contohnya

Sampoerna Foundation dengan beasiswanya), bidang

keagamaan (misalnya mendirikan pesantren) atau

Page 25: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

10

sukarelawan dan donatur yang siap membantu secara suka

rela ketika terjadi masalah sosial di masyarakat. Misalnya,

membantu ketika terjadi bencana banjir atau kebakaran,

mendonorkan darah, menyumbangkan sejumlah uang atau

barang (Pudjiastuti 2016a, 9).

Dari macam-macam produk sosial yang telah

dipaparkan diatas, tidak kalah pentingnya juga produk

sosial di bidang kesehatan, salah satu caranya adalah

dengan melakukan promosi kesehatan. Hal ini yang juga

dilakukan oleh KUN Humanity System melalui salah satu

programnya, yaitu Wash, Water and Sanitation (WASH).

Dalam konteks kesehatan, promosi kesehatan

(health promotion) adalah proses pemberdayaan

masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan

melindungi kesehatannya. Menurut WHO (1984), promosi

kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan

individu untuk meningkatkan control dan

mengembangkan kesehatan mereka. Sedangkan menurut

Ottawa Charter (1984), promosi kesehatan merupakan

suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu

meningkatkan control terhadap kesehatan (Iqbal 2011, 4).

Dalam pemasaran sosial sangat dibutuhkan

perencanaan serta manajemen yang baik agar tidak terjadi

kegagalan dalam pengaplikasiannya. Berdasarkan latar

belakang serta definisi-definisi singkat diatas, menjadi

Page 26: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

11

menarik untuk dikaji lebih mandalam terkait bagaimana

KUN Humanity System melakukan pemasaran sosial

terkait upaya sanitasi pasca bencana melalui program

mereka, yaitu Wash, Water and Sanitation (WASH).

Sehingga terbentuklah ide untuk melakukan penelitian

dengan judul “Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial

dalam Program Promosi Kesehatan KUN Humanity

System Pasca Bencana Tsunami”.

B. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan terkait permasalahan

yang peneliti teliti, agar lebih terfokus dalam penelitian

ini, maka peneliti membatasi masalah sosial yang terkait

dengan penelitian. Peneliti membatasi pembahasan hanya

terfokus pada bagaimana tahapan manajemen pemasaran

sosial dalam isu kebersihan pasca bencana tsunami di

Banten melalui program Wash, Water and Sanitation

(WASH) yang dilakukan oleh KUN Humanity System.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas agar lebih

terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini,

yaitu bagaimana tahapan manajemen pemasaran sosial

program Wash, Water and Sanitation (WASH) yang

dilakukan pasca terjadinya bencana tsunami di Banten

yang dilakukan oleh KUN Humanity System?

Page 27: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

12

D. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada permasalahan yang

peneliti teliti, maka tujuan daripada penelitian ini yaitu

untuk mengetahui bagaimana tahapan manajemen

pemasaran sosial program Wash, Water and Sanitation

(WASH) yang dilakukan pasca terjadinya bencana

tsunami di Banten yang dilakukan oleh KUN Humanity

System.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

a) Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan

mutu pembelajaran program studi Kesejahteraan

Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

b) Diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan

dokumen perguruan tinggi sebagai rujukan bagi

mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat dijadikan acuan praktik

pekerjaan sosial bagi mahasiswa atau pekerja sosial

profesional yang mendalami isu penanggulangan

bencana terkait upaya sanitasi pasca bencana melalui

pemasaran sosial atau khususnya melalui promosi

kesehatan.

Page 28: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

13

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang saya gunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat post-positivisme. Filsafat ini sering disebut

sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang

memandang realitas sosial sebagai suatu yang utuh,

kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan

gejala bersifat interaktif (timbal balik).

Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian

yang dilakukan pada kondisi alamiah dengan

berlandaskan pada paradigma post-positivisme, yang

lebih ditujukan untuk mengungkap makna dari

pandangan subjek yang diteliti untuk mendapatkan

pemahaman tentang fenomena yang diteliti secara

luas, menyeluruh, dan mendalam, bukan ditujukan

untuk mencari generalisasi (Sugiyono: 2009)

(Rustanto 2015, 8).

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu

Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2019

dan diakhiri pada bulan Mei 2020.

Page 29: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

14

b. Tempat

Penelitian dilakukan di markas besar KUN

Humanity System di Bandung dan kediaman

informan. Peneliti memilih lokasi tersebut untuk

dijadikan wadah penelitian, dikarenakan KUN

Humanity System memiliki program pemulihan

sanitasi yaitu Wash, Water, and Sanitation

(WASH) dan salah satu organisasi yang

melakukan respon cepat terhadap bencana

tsunami yang melanda masyarakat Banten.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian. Melalui observasi, peneliti

mengetahui tentang perilaku dan makna dari

perilaku tersebut. Dengan observasi langsung,

peneliti melakukan pengamatan untuk mencari

data yang nantinya menjadi salah satu sumber

data yang kemudian dapat diolah menjadi bahan

analisis (Sugiono 2008, 227).

Page 30: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

15

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan. Teknik wawancara yang peneliti

gunakan adalah secara terstruktur yaitu dengan

menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan

yang akan disampaikan kepada informan. Selain

itu juga peneliti menggunakan jenis wawancara

pembicaraan informal. Dalam jenis ini,

pertanyaan sangat tergantung pada pewawancara,

jadi bergantung pada spontanitasnya dalam

mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.

Hubungan pewawancara dengan terwawancara

adalah dalam situasi biasa, wajar. Sedangkan

pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti

pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara

malah barangkali tidak mengetahui atau tidak

menyadari bahwa ia sedang di wawancarai

(Moleong 2009, 187).

Page 31: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

16

Tabel 1.3 Identitas Informan

No Nama Jenis

Kelamin

Pekerjaan Posisi

Khusus

Waktu

Penelitian

Tempat Penelitian

1. Putri

Annisa

Perempuan Program

Officer

Pelaksana

Program

15/12/19

16.00 s/d 16.30

Kediaman Informan di

Bandung

2. Permata

Andhika

Perempuan Psikolog Ketua

Pelaksana

Program

12/12/19

20.00 s/d 21.00

Kediaman Informan di

Bandung

3. Devina Perempuan Mahasiswi Pelaksana

Program

13/12/19 22.30

s/d 23.30

Markas Besar

Lembaga di Bandung

4. Afdhal

Lesmana

Laki-Laki Media

Editor

Dokumenter

Program

15/12/19 10.00

s/d 10.20

Markas Besar

Lembaga di Bandung

Page 32: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

17

c. Dokumentasi

Peneliti membuat daftar atau list tentang apa

yang harus dicari terkait dengan dokumentasi

berupa gambar atau teks tertulis yang dimiliki

informan, baik yang resmi maupun tidak resmi

untuk mendukung data lapangan lainya (Rustanto

2015, 56).

4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan paparan Sugiyono (2010), penulis

membagi tahapan analisis data sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Peneliti melakukan proses merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang

jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencari data yang diperlukan lagi.

b. Penyajian Data

Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya

adalah men-display-kan data. Penyajian data ini

dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, teks,

transkip dan lainnya yang paling sering

digunakan. Dengan demikian, akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi dan

Page 33: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

18

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang dipahami tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini berdasarkan

temuan yang baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu subjek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah

penelitian menjadi jelas dan dapat berupa

hubungan kausal atau interpretative, hipotesis

atau teori (Rustanto 2015, 73).

G. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini

adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan

keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang peneliti harapkan sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial

yang diteliti.

Prosedur penarikan sampel dilakukan berdasarkan

kesesuaian kasus dengan tujuan penelitian. Unit Analisa

dalam penelitian ini adalah individu. Informan sebagai

Page 34: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

19

subjek penelitian dalam penelitian ini paling sedikitnya

berjumlah 5 orang yaitu terdiri dari penanggung jawab,

pelaksana program, beserta volunteer yang turut serta

membantu dalam pelaksanaan program Wash, Water and

Sanitation (WASH) serta pihak-pihak lain yang

berkolaborasi dalam program ini di dalam ataupun di luar

KUN Humanity System. Pemilihan informan ini didasari

pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana

tahapan manajemen pemasaran sosial program WASH

dalam upaya sanitasi pasca bencana tsunami di Banten

oleh KUN Humanity System.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan

beberapa literatur sebagai langkah awal dalam

penyususnan skripsi supaya terhidar dari adanya

kesamaan judul dan isi dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian terkait pemulihan sanitasi lingkungan akibat

bencana tsunami masih sedikit. Oleh karena itu, peneliti

mengklasifikasikan tinjauan pustaka menjadi tiga jenis,

yaitu:

1. Kebersihan Diri dan Lingkungan

a. Peranan UNICEF dalam Memulihkan dan

Memperbaiki Layanan Air Bersih dan Sanitasi di

Aceh oleh Asri Wulandhari, Magister Ilmu

Page 35: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

20

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Tahun 2019. Penelitian ini berfokus

dalam mengkaji peranan UNICEF dalam

pemulihan dan perbaikan layanan air bersih dan

sanitasi di Aceh. Persamaan dalam penelitian ini

adalah terletak pada sanitasi lingkungan.

Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek

serta lokasi penelitian yakni tahapan manajemen

pemasaran sosial oleh KUN Humanity System

pada masyarakat pasca bencana tsunami Banten.

b. Hubungan Sanitasi Dasar dan Cuci Tangan Pakai

Sabun dengan Penyakit Diare Pada Balita di

Pengungsian Wilayah Kerja Puskesmas Pantolan

oleh Sri Wahyuni Taba, Nur Afni, dan Herlina

Yusuf, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Muhammadiyah Palu. Tahun 2019.

Penelitian ini membahas terkait hubungan

sanitasi lingkungan dengan adanya penyakit diare

yang menyerang balita di wilayah Puskesmas.

Sedangkan penelitian yang penulis teliti

mengenai tahapan manajemen pemasaran sosial

terkait program sanitasi lingkungan oleh KUN

Humanity System. Jadi, perbedaan penelitiannya

terletak pada subjek dan tempat penelitian.

Page 36: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

21

2. Bencana Tsunami

a. Pelatihan Peluang Usaha Ibu-Ibu Pesisir Pasca

Bencana Tsunami di Kabupaten Pandeglang oleh

Gusneli, Junarti Bachtiar, dan Imal Istimal,

Jurusan Manajemen dan Akutansi. Institut

Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan. Tahun

2019. Penelitian ini berfokus dalam mengkaji

pengembangan usaha-usaha di bidang perikanan

pada masyarakat pasca bencana tsunami Banten

di Kabupaten Pandeglang sebagai upaya

pemulihan terhadap dampak perekonomian pasca

bencana. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang penulis teliti adalah terletak pada

objek penelitiannya, yaitu masyarakat pasca

bencana tsunami Banten. Kemudian

perbedaannya terletak pada subjek penelitian

yakni penulis menelti tentang tahapan

manajemen pemasaran sosial terkait sanitasi

lingkungan pasca bencana tsunami Banten oleh

KUN Humanity System.

b. Dampak Bencana Tsunami terhadap Higiene

Sanitasi Makanan dan Air di Barak Pengungsian

Nangroe Aceh Darussalam oleh Noer Endah

Pracoyo, Bagian Peneltian dan Pengembangan,

Page 37: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

22

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tahun 2008. Penelitian ini berfokus pada

pengkajian mendalam terkait dampak bencana

tsunami terhadap higienis makanan dan air di

barak pengungsian Aceh. Sedangkan yang

penulis teliti adalah terkait bagaimana KUN

Humanity System melakukan tahapan

manajemen pemasaran sosial terkait pemulihan

sanitasi melalui program Water, Wash, and

Sanitation (WASH) terhadap masyarakat pasca

bencana tsunami di Banten. Jadi, perbedaannya

terletak pada subjek penelitian dan lokasi

peneliltian.

3. Pemasaran Sosial

a. Implementasi Proses Pemasaran Sosial

Penaggulangan HIV/AIDS di Yayasan KAKI

(Komunitas Aksi Kemanusiaan Indonesia) Beji

Depok oleh Wati Indriani, Jurusan Kesejahteraan

Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tahun 2015. Penelitian ini

berfokus kepada Implementasi dari proses

pemasaran sosial pada program penanggulangan

HIV/AIDS di Yayasan Komunitas Aksi

Kemanusiaan Indonesia. Sedangkan fokus

Page 38: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

23

penelitian yang peneliti teliti, lebih kepada

tahapan manajemen pemasaran sosial yang

dilakukan oleh KUN Humanity System melalui

programnya Wash, Water, and Sanitation

(WASH) dalam pemulihan santitasi lingkungan

pasca bencana tsunami di Banten. Perbedaan

skripsi ini dengan penelitian yang penulis teliti

adalah terletak pada subjek dan lokasi penelitian.

b. Jaringan Sosial Pemasaran Pada Komunitas

Nelayan Tradisional Banten oleh Suwaib

Amiruddin, Jurusan Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. Tahun 2013. Penelitian

ini berfokus pada bagaimana Komunitas Nelayan

Tradisional Banten menentukan jaringan

pemasaran sosial mereka terkait dengan

penentuan harga sampai dengan proses

pemasaran itu sendiri. Sedangkan dalam

penelitian yang penulis teliti, lebih terfokus

kepada tahapan manajemen pemasaran sosial

dalam pemulihan sanitasi lingkungan pasca

bencana tsunami di Banten oleh KUN Humanity

System. Perbedaannya terletak pada subjek dan

tempat penelitian.

Page 39: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

24

Posisi penelitian ini adalah sebagai pengisi

kekosongan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya

yang telah peneliti paparkan di atas, bahwa penelitian

yang peneliti teliti memiliki banyak perbedaan dan

menjadi pembahasan yang baru, yakni membahas

program promosi kesehatan lingkungan akibat bencana

tsunami dalam sisi pemasaran sosial dan spesifik

membahas mengenai tahapan manajemennya.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui hubungan yang logis antara bagian

satu dengan bagian selanjutnya serta mempermudah

dalam memahami skripsi ini, maka peneliti menguraikan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan; Pada bab ini peneliti menuliskan

latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: Kerangka Teori; Pada bab ini memuat

didalamnya landasan teori, penelitian terdahulu,

dan kerangka pemikiran teoritis. Landasan teori yang

digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan dengan

Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial dan Promosi

Kesehatan.

BAB III: Gambaran Umum; Pada bab ini peneliti

memuat gambaran umum tentang sejarah dan

Page 40: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

25

perkembangan, visi dan misi, program, pola pendanaan

serta manajemen organisasi KUN Humanity System yang

berlokasi di Bandung, Jawa Barat.

BAB IV: Temuan Analisis; Pada bab ini peneliti

menguraikan analisa hasil penelitian meliputi gambaran

umum objek penelitian, analisis data dan pembahasan

hasil penelitian tentang Tahapan Manajemen Pemasaran

Sosial dalam Pemulihan Sanitasi Pasca Bencana Tsunami

Banten oleh KUN Humanity System.

BAB V: Pembahasan; Pada bab ini, peneliti akan

menjelaskan mengenai uraian pembahasan mengenai

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini seperti

teori dalam melakukan penelitian tersebut.

BAB VI: Penutup; Bab terakhir yang menguraikan

tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

didapat dan disertakan saran-saran yang diajukan pihak

terkait sebagai bentuk dari hasil penelitian dalam masalah

ini.

Page 41: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pemasaran Sosial

1. Pemasaran Sosial

Kotler, Roberto, dan Lee dalam Social Marketing:

Improving the Quality of Life (2002) menjelaskan

bahwa Pemasaran Sosial (Social Marketing)

merupakan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran,

yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak

sasaran agar dengan sukarela merubah perilaku, demi

kebaikan dan kepentingan individu serta masyarakat

(Kotler, Roberto, and Lee 2002, 2:2).

Pemasaran sosial juga sering dikatakan sebagai

usaha dalam melakukan pertukaran. Pertukaran-

pertukaran sosial dan ekonomis diselenggarakan oleh

penduduk dengan organisasi yang diharapakan

menjadi solusi atas permasalahan sosial yang terjadi

(Keith and Kotler 1980, 83).

Pemasaran sosial menggarap suatu jenis masalah

khas, yang selanjutnya merupakan bagian daripada

gagasan mengenai pemasaran umum. Artinya adalah

bahwa pemasaran sosial harus dapat menciptakan

pertukaran-pertukaran dalam rangka atau berkaitan

dengan hubungan sosial (Keith and Kotler 1980, 90).

Page 42: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

27

Pemasaran sosial sesungguhnya merupakan suatu

bagian dari gagasan umum mengenai pemasaran,

karena menyangkut soal pencipta dan penentuan

pertukaran dalam rangka hubungan-hubungan sosial

(Keith and Kotler 1980, 91).

Konsep pemasaran pada tahun-tahun terakhir ini

belumlah merupakan filosofi organisasi yang sesuai

pada zaman terjadinya kerusakan lingkungan,

kekurangan sumber-sumber, ledakan pertumbuhan

penduduk, kelaparan dan kemiskinan di dunia, serta

pelayanan sosial yang terabaikan. Dasar pemikiran

konsep pemasaran sosial adalah sebagai berikut

(Tjiptadi 2008, 1.14):

a) Keinginan konsumen tidak selalu segaris dengan

kepentingan jangka panjang mereka atau

kepentingan jangka panjang masyarakat.

b) Para konsumen akan semakin memilih

perusahaan yang menunjukkan minat terhadap

terpenuhinya keinginan dan kepentingan jangka

panjang mereka maupun kepentingan jangka

panjang masyarakat.

c) Tugas perusahaan adalah melayani pasar sasaran

dengan menghasilkan kepuasan keinginan dan

sekaligus memenuhi kesejahteraan perorangan

maupun masyarakat dalam jangka panjang

Page 43: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

28

sebagai kunci untuk menarik dan

mempertahankan pelanggannya.

Konsep pemasaran sosial berasumsi untuk dapat

menghindari konflik potensial antara keinginan

konsumen, kepentingan konsumen, dan kesejahteraan

jangka panjang masyarakat. Konsep ini berpendapat

bahwa tugas perusahaan adalah untuk menentukan

kebutuhan, keinginan, dan kepentingan dari pasar

sasaran dan untuk memberikan kepuasan yang

diinginkan lebih efektif dan lebih efisien dari para

pesaing dengan cara mempertahankan dan

meningkatkan kesejahteraan konsumen dan

masyarakat (Tjiptadi 2008, 1.14).

Social Marketing atau Pemasaran Sosial

merupakan suatu strategi yang bertujuan untuk

mengatasi berbagai masalah sosial yang berkembang

di masyarakat. Strategi ini memanfaatkan dua bidang

ilmu, yaitu menggunakan teknik-teknik komunikasi

dan mempertimbangkan prinsip-prinsip pemasaran

(Pudjiastuti 2016b, 2).

Komunikasi didefinisikan oleh beberapa ahli,

yaitu yang pertama adalah menurut Blake pada tahun

2005 menjelaskan bahwa komunikasi secara umum

didefinisikan sebagai usaha-usaha yang dapat

dilakukan untuk menciptakan dan memelihara saling

Page 44: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

29

pengertian melalui berbagai penyebaran informasi

yang efektif. Lalu menurut Smith (1966) dalam Blake

(2005), komunikasi antar manusia merupakan suatu

rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu

dipenuhi berbagai unsur, sinyal, sandi, dan arti.

Komunikasi dapat menggunakan beratus-ratus alat

yang berbeda, baik kata maupun isyarat, baik berupa

percakapan pribadi maupun melalui media masa

dengan audience seluruh dunia. Sedangkan menurut

Lasswell (1948) dalam Blake (2005), komunikasi

merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa

mengatakan apa, kepada siapa, dengan saluran apa,

dan dengan akibat apa (Pudjiastuti 2016b, 2).

Dalam prinsip pemasaran, marketing mix atau

bauran pemasaran merupakan elemen penting yang

harus diperhatikan. Marketing mix terdiri atas empat

elemen penting yang harus diperhatikan. Bauran

pemasaran terdiri atas empat elemen yang saling

mendukung satu dengan yang lain untuk terjadinya

suatu pemasaran tertentu. Konsep ini akan pula

digunakan dalam konsep pemasaran sosial namun

dengan tujuan yang berbeda. Pemasaran bertujuan

untuk mendatangkan keuntungan, sedangkan

pemasaran sosial tidak untuk mendapatkan

keuntungan. Keempat elemen menurut Kotler (2004)

Page 45: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

30

tentang bauran pemasaran atau sering disebut dengan

The Four P’s adalah sebagai berikut (Pudjiastuti

2016b, 5):

a) Product

Meliputi variasi produk, kualitas, desain,

features, nama merk, kemasan, ukuran, service,

garansi, dan returns.

b) Price

Meliputi daftar harga, potongan harga, jangka

waktu pembayaran, pembayaran kredit, dan

penyesuaian atau penawaran harga.

c) Place

Meliputi channels atau saluran, coverage atau

jangkauan, location atau tempat, transport,

inverntory, dan assortments.

d) Promotion

Meliputi sales promotion, advertising (iklan),

sales force, public relations, direct marketing.

Pada pemasaran Sosial, Kotler dan Seymore

mengatakan bahwa selain menggunakan 4 P

(Product, Price, Place, Promotion) elemennya perlu

ditambahkan dengan 3 P. Kotler menambahkan

Personnal, Process, dan Presentaiton, sedangkan

Seymore menambahkan Producer, Purchaser,

Page 46: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

31

Probing. Penjelasannya adalah sebagai berikut

(Pudjiastuti 2016b, 7):

a) Personnel

Adalah pihak yang ingin menjual dan

menyampaikan produk sosial pada sasaran.

Misalnya agen perubahan seperti petugas

kesehatan, petugas dari Badan Narkotika

Nasional, penyuluh pertanian, penyuluh hukum,

petugas lingkungan hidup atau relawan yang

peduli pada masalah-masalah sosial.

b) Presentation

Bahwa seorang social marketer perlu

menunjukkan secara jelas dan lengkap produk

sosial yang ditawarkan sehingga khalayak

tertarik dan mau menggunakannya.

Mempresentasikan produk sosial sangat penting

agar target sasaran yakin dan kemudian mau

memanfaatkannya.

c) Process

Bahwa social marketer perlu menunjukkan

secara lengkap dan jelas langkah-langkah yang

harus diambil oleh target sasaran agar mereka

dengan mudah mendapatkan produk sosial yang

ditawarkan.

Page 47: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

32

2. Manajemen Pemasaran Sosial

Pengertian manajemen pemasaran menurut Philip

Kotler (2005:9) adalah “Manajemen pemasaran adalah

proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran,

penetapan harga promosi, serta penyaluran gagasan

barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran-sasaran individu dalam

organisasi”.

Manajemen pemasaran terjadi pada saat satu pihak

yang memiliki potensi pertukaran, memikirkan tujuan-

tujuan, dan cara-cara mencapai respon yang

diinginkan dari pihak lain. Philip Kotler memberikan

definisi manajemen pemasaran yang sudah disetujui

American Marketing Association pada tahun 1989,

yaitu Manajemen Pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, perencanaan

harga, promosi, dan distribusi ide-ide, barang dan jasa

untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan

tujuan-tujuan individu dan tujuan-tujuan organisasi

(Tjiptadi 2008, 1.15).

Kotler dan Keller (2009:6) dalam bukunya yang

berjudul Marketing Management, menjelaskan bahwa

pemasaran memiliki dua dimensi. Yang pertama

adalah dimensi sosial. Yaitu, pemasaran dipahami

Page 48: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

33

sebagai peran yang ditujukan untuk melakukan

pemasaran di masyarakat. Dalam konteks sosial,

pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan

kelompok mendapatkan segala yang dibutuhkan dan

yang diinginkan dengan menciptakan, menawarkan,

serta bebas mempertukarkan produk yang bernilai

kepada pihak lain. Sedangkan yang kedua adalah

pemasaran manajerial. Dalam dimensi ini, pemasaran

merupakan seni menjual produk (Asmani 2015, 24).

Manajemen pemasaran adalah yang memiliki

tugas mempengaruhi tingkat, waktu, dan komposisi

permintaan sedemikian rupa sehingga membantu

organisasi mencapai tujuannya. Manajer pemasaran

dalam perencanaan pemasaran, harus membuat

keputusan mengenai pasar sasaran, penempatan pasar,

pengembangan produk, penentuan harga, saluran

distribusi, distribusi fisik, komunikasi, dan promosi

(Tjiptadi 2008, 1.15).

Page 49: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

34

3. Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial

Ada empat tahapan yang harus dilalui dalam

manajemen pemasaran sosial. Tahap ini harus

dilakukan secara berurutan agar tujuan yang telah

ditentukan dapat terapai. Keempat tahapan tersebut

adalah sebagai berikut (Kotler 1998):

Tabel 2.1 Tahapan Manajemen Social Marketing

(Kotler, 1998)

a. Defining The Product Market Fit

Defining The Product Market Fit

(Identifikasi Masalah)

Designing The Product Market Fit

(Perencanaan Produk Sosial)

Delivering The Product Market Fit

(Pendistribusian Produk Sosial)

Defending The Product Market Fit

(Monitoring dan Penelitian)

Page 50: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

35

Merupakan tahapan dimana social marketer

berusaha mencari kesesuaian antara ide atau

praktik sosial dengan apa yang dicari, dibutuhkan,

dan diinginkan oleh target adopter untuk

menyelesaikan masalahnya. Seringkali target

adopter tidak mampu mengidentifikasi sendiri

masalah yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini

peran social marketer menjadi sangat dibutuhkan

(Pudjiastuti 2016b, 33).

Jika dijabarkan, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah identifikasi masalah sosial. Jika

pemasaran sosial merupakan salah satu cara atau

sebuah solusi terhadap suatu permasalahan sosial

yang terjadi dan akan dihadapi, maka dalam tahap

yang pertama ini, penulis katakan hal ini ada

kaitannya dengan tahapan proses intervensi dalam

keilmuan kesejahteraan sosial. Yaitu, pengenalan

terhadap lingkungan yang berpotensi terjadi

masalah, atau mengenali lebih dalam akar masalah

dalam suatu masalah sosial yang telah terjadi.

Upaya pemecahan masalah akan selalu

berhadapan dengan realita yang ada di lapangan.

Penanganan masalah sosial akan diawali oleh

suatu kegiatan identifikasi untuk menujukkan

keberadaan masalah tersebut dalam kehidupan

Page 51: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

36

sosial. Adanya identifikasi inilah yang kemudian

mendorong dilakukannya kegiatan untuk

merencanakan dan melaksanakan program guna

memecahkannya. Apabila masalah sudah

diidentifikasi, maka perhatian berikutnya

dicurahkan pada usaha untuk menangani dan

memecahkan masalah (Soetomo 1995, 12).

Identifikasi masalah diperlukan dan ditujukan

untuk menentukan target pasar, yang kemudian

digunakan sebagai dasar dalam mencari ide atau

praktek sosial yang sesuai dan dibutuhkan oleh

target adopter atau sasaran.

b. Designing The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer membuat satu

solusi yang efektif bagi kelompok sasaran melalui

tiga tahap, yaitu (Pudjiastuti 2016b, 34):

a) Menterjemahkan kesesuaian antara kebutuhan

target adopter kedalam posisi yang cocok

dengan ide atau praktik sosial.

b) Memperkuat posisi yang dipilih (dengan

memberikan merk atau kemasan khusus).

c) Membangun citra produk sosial yang sesuai

dengan hakekat produk sosial itu sendiri.

Page 52: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

37

Sesuai dengan konsep dasar yang

dikemukakan oleh Philip Kotler (1989), bahwa

produk sosial merupakan salah satu komponen

penting dalam pemasaran sosial. Maka dari itu,

perencanaan produk yang baik sangatlah

berpengaruh kepada hasil dari tahapan manajemen

pemasaran sosial.

Pada dasarnya produk sosial sama dengan

produk komersial biasa. Ada yang tangible dan

intangible. Yang menjadi pembeda adalah yang

dihasilkan dari kedua produk tersebut. Produk

komersial lebih kepada mendapatkan keuntungan,

sedangkan produk sosial lebih mengarah kepada

bagaimana mengatasi suatu permasalahan sosial.

Produk sosial adalah apa saja yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh,

digunakan atau konsumsi untuk memenuhi

harapan, keinginan dan kebutuhan masyarakat

dalam mengatasi masalah sosialnya (Pudjiastuti

2016b, 10).

Produk sosial umumnya dikeluarkan oleh

pihak-pihak tertentu, yaitu pemerintah, organisasi

non-profit, atau perusahaan komersial yang

memiliki kepedulian pada masalah sosial. Kotler

(1989) mengatakan bahwa produk sosial yang

Page 53: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

38

dikeluarkan oleh pemerintah dapat berupa

information. Seperti larangan parkir kendaraan

ditrotoar. Dapat juga berupa education, misalnya,

bagaimana cara menggunakan serta aturan tentang

penggunaan helm. Dan juga dapat berupa

political, salah satu contohnya adalah anjuran

untuk tidak “GolPut” (Pudjiastuti 2016b, 10).

Adapun produk sosial yang dikeluarkan oleh

lembaga non-profit yang salah satunya adalah

Yayasan Cinta Anak Bangsa dalam bidang

kesehatan mengeluarkan produk sosial tentang

pencegahan penyebaran narkoba di kalangan

pelajar. Contoh lain dalam bidang pendidikan,

yaitu Sampoerna Foundation dengan beasiswa

yang dicanangkannya, ataupun dalam bidang-

bidang lainnya seperti keagamaan, keselamatan

bencana, bahkan hal-hal yang sifatnya kegiatan

sukarela seperti halnya donor darah atau

menyumbangkan sejumlah uang (Pudjiastuti

2016b, 11).

Kotler (1989) memisahkan produk sosial ke

dalam tiga macam bentuk. Macam yang pertama,

yaitu produk sosial yang merupakan satu-satunya

produk sosial yang dapat memenuhi kebutuhan

target adopter dan tidak ada produk lain yang

Page 54: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

39

menjadi pesaingnya. Contohnya adalah Pekan

Imunisasi Nasional, program pemerintah yang

dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia dan

tidak ada program sejenis yang pernah

dilaksanakan dalam hal memberi imunisasi gratis

kepada balita. Macam yang kedua, yaitu produk

sosial yang dapat memenuhi target adopter

dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

produk sosial sebelumnya. Contohnya adalah

program Keluarga Berencana, yang selalu

dievaluasi dan dikembangkan menjadi program-

program baru yang lebih berkualitas. Macam yang

ketiga adalah produk sosial yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan target adopter untuk

menyelesaikan masalahnya (Pudjiastuti 2016b,

12).

Kotler (1989) juga membagi produk sosial ke

dalam beberapa tipe, yaitu produk sosial berupa

ide, praktik, dan produk nyata. Di dalam produk

sosial berupa ide terbagi menjadi tiga hal, yaitu

belief, attitude, dan value. Belief merupakan

persepsi tentang sesuatu hal yang di dalamnya

tidak mengandung atau termasuk penilaian dan

evaluasi. Salah satu contohnya adalah merupakan

sesuatu yang memang semua orang mepercayai

Page 55: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

40

hal itu, yaitu bahwa Tuhan itu ada. Sedangkan

attitude diartikan sebagai penilaian positif atau

negatif tentang sesuatu yang entah berupa ide,

gagasan, orang atau suatu peristiwa. Contohnya

adalah gagasan bahwa kita akan hidup sehat tanpa

rokok. Pada kenyataannya, tidak semua menilai

bahwa pendapat atau gagasan tersebut benar. Yang

terakhir adalah value, yaitu keseluruhan pemikiran

mengenai apa yang salah dan apa yang benar

mengenai sesuatu. Contohnya adalah penilaian

terkait pembunuhan yang semua orang setuju

bahwa membunuh bukan merupakan hal yang

benar (Pudjiastuti 2016b, 13).

Produk sosial berupa praktik adalah produk

yang berupa tindakan tunggal atau suatu perilaku

yang mapan. Contohnya adalah ketika seseorang

mengikuti program Keluarga Berencana milik

Pemerintah, yang dilakukannya tersebut adalah

suatu tindakan tunggal. Kalau kemudian menjadi

perilaku atau tindakan yang terpola, yaitu

menggunakan alat kontrasepsi secara berlanjut,

maka ini menjadi produk sosial tipe praktik

(Pudjiastuti 2016b, 14).

Produk sosial dalam bentuk yang nyata atau

umumnya disebut produk sosial tangible

Page 56: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

41

merupakan alat yang digunakan untuk melakukan

praktik sosial atau produk fisik yang menyertai

pemasaran sosial. Contohnya adalah tempat

sampah yang ditujukan untuk terjadinya praktik

membuang sampah pada tempatnya sehingga

diharapkan kebersihan lingkungan akan terjaga.

Contoh lainnya adalah produk jarum suntik,

digunakan dalam praktik kampanye namun tidak

bergantian dengan menggunakan jarum suntik

yang sama dengan orang lain (Pudjiastuti 2016b,

14).

Dalam strategi dan perencanaan produk

terdapat beberapa hal yang perlu diperhitungkan,

salah satunya adalah siklus usia suatu produk.

Setiap produk memiliki dan menjalani beberapa

tahap antara saat lahir dan mati, yaitu saat

perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan

keruntuhan suatu produk. Kenyataan bahwa suatu

produk memiliki siklus usia tidak mungkin

disangkal lagi. Maka dari itu, setiap perusahaan

atau lembaga seharusnya menguasai suatu product

mix atau bauran produk dengan produk yang

mewakili masing-masing tahap pada siklus

tersebut. Jadi, konsep siklus usia produk itu boleh

dipandang sebagai alat penting untuk dapat

Page 57: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

42

memahami strategi produk (Keith and Kotler

1980, 55).

Perencanaan produk yang baik juga harus

memikirkan tentang bagaimana memperkuat

posisi atau produk yang dipilih. Misalnya apabila

produk yang dipilih adalah produk nyata, maka

diberikan merk merupakan salah satu cara

memperkuat produk tersebut dalam upaya menarik

hati target adopter. Sedangkan apabila produk

yang dipilih adalah produk yang berupa gagasan,

dapat diberikan nama produk yang menarik yang

menjadi pembeda dengan lembaga atau organisasi

lainnya (Pudjiastuti 2016b, 34).

Perencanaan produk lekat kaitannya dengan

penentuan harga dalam pemasaran sosial. Sama

halnya dengan produk sosial, harga dalam

pemasaran sosial juga memiliki dua bentuk, yaitu

tangible dan intangible. Jadi, bentuk harga dalam

pemasaran sosial juga sama dengan pemasaran

komersial. Ada yang dalam bentuk uang, dan ada

yang tidak dalam bentuk uang (Pudjiastuti 2016b,

15).

Kotler (1989) membagi bentuk harga kedalam

dua kelompok, yaitu monetary cost dan non--

monetary cost. Monetary cost merupakan

Page 58: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

43

sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk

mendapatkan produk sosial. Sedangkan non-

monetary cost dapat berupa waktu (time cost) dan

juga perceive cost yang diartikan sebagai resiko,

upaya/effort atau mungkin menanggung malu atau

resiko yang tidak disukai oleh kelompok tertentu.

Seperti contohnya, pembagian kondom gratis

untuk pencegahan penularan penyakit. Namun, hal

tersebut dapat dianggap tabu dan menimbulkan

rasa malu bagi penerimanya. Atau contoh lain,

seperti halnya rehabilitasi penggunaan narkoba.

Pasien kemungkinan dapat dijauhi atau bahkan

diancam oleh lingkungan sesame pengguna atau

pengedar narkotika (Pudjiastuti 2016b, 16).

Time cost dapat dikurangi dengan cara

megatur jalur distribusi, sedangkan resiko dapat

dikurangi dengan dengan cara sebagai berikut

(Pudjiastuti 2016b, 17):

a) Mengurangi beban psikologis dengan produk

sosial yang memberikan imbalan psikologis

pula. Contoh, seseorang yang sudah memiliki

banyak anak mungkin malu ketika harus

membeli alat kontrasepsi. Sosial marketer bisa

menunjukkan kepada target adopter bahwa

Page 59: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

44

mungkin akan lebih malu kalau istrinya hamil

dan melahirkan anak lagi.

b) Mengurangi beban sosial dengan meminta

dukungan pihak yang dipercaya (opinion

leader), seperti pemka masyarakat. Tujuannya

adalah untuk membantu membangun

kepercayaan antara agen perubahan dengan

target adopter.

c) Mengurangi resiko penolakkan dengan cara

memberikan informasi yang lengkap dan

produk yang gratis.

d) Mengurangi resiko fisik dapat dilakukan

dengan mendapatkan persetujuan dan

dukungan dari lebaga yang berwenang.

Penentuan harga dalam pemasaran sosial

sangat penting karena akan sangat terkait dengan

fungsinya, yaitu sebagai penarik akses,

pembangun citra atau sebagai pengontrol harga.

Sosial marketer harus dapat mempertimbangkan

dan memperhatikan soal hubungan antara harga

dan sikap target adopter terkait harga tersebut

(Pudjiastuti 2016b, 17).

Harga dalam pemasaran sosial memiliki

fungsi yang beragam tergantung pada tujuan yang

hendak dicapai. Fungsi tersebut terbagi menjadi

Page 60: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

45

tiga, yaitu the accessbility fuction, the product-

positioning function, dan the demarketing function

(Pudjiastuti 2016b, 18).

The accessbility function adalah fungsi yang

membuka akses target adopter terhadap produk

sosial. Apabila harganya mahal mereka yang tidak

mampu tidak dapat mengakses produk sosial

tersebut. Sebaliknya, kalau harganya murah

mereka akan mampu mengakses produk sosial

tersebut. Lalu the product-positioning function,

adalah fungsi sebagai product positioning. Harga

dapat membangun image dari produk sosial yang

ditawarkan. Ketika harganya tinggi maka persepsi

orang adalah bahwa produk tersebut berkualitas,

dan sebaliknya. Namun, meskipun ketika

harganya murah dan digunakan oleh banyak

kalangan apalagi gratis dan berkualitas, maka hal

ini membuat orang tidak ragu-ragu untuk

menggunakan produk sosial tersebut. Sedangkan

the demarketing function adalah fungsi harga

dengan harga tertentu jumlah permintaan akan

naik dan pada titik tertentu akan menurun

(Pudjiastuti 2016b, 19).

Hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika

akan menentukan harga produk sosial menurut

Page 61: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

46

Kotler (1989) adalah sebagai berikut (Pudjiastuti

2016b, 20):

a) Siapa Target Adopter

Perlu memahami karakteristik sasaran

seperti status sosial ekonomi, profesi, serta

latar belakang budaya. Hal ini ditujukan untuk

mengidentifikasi apakah mereka mampu atau

tidak, serta untuk mengukur kemampuan

mereka dalam melakukannya.

b) Perbandingan Harga dan Benefit

Tidak boleh ada paksaan untuk membeli,

melakukan atau menggunakan produk sosial

yang memang tidak memberikan solusi atau

keuntungan bagi mereka. Harga yang

dikeluarkan dan benefit yang diperoleh harus

seimbang.

c) Tujuan Pemasaran Sosial

Harga yang ditentukan harus mendukung

pencapaian tujuan, bukan sebaliknya.

Contohnya adalah program pemasaran sosial

yang bertujuan untuk membebaskan

masyarakat dari virus flu burung. Untuk

mencapai tujuan ini maka vaksinasi harus

diberikan secara gratis dan dilakukan secara

massal.

Page 62: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

47

d) Tangible Object

Apabila tujuannya untuk mencapai target

adopter sebanyak-banyaknya maka harga

harus dibuat serendah-rendahnya atau gratis.

c. Delivering The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer siap membawa

produk sosial kepada target adopter setelah

produk sosial selesai dirancang. Tahap ini terbagi

lagi menjadi beberapa hal, yaitu perencanaan

distribusi, perencanaan promosi yang didalamnya

terdapat presentasi produk sosial dan yang terakhir

adalah adoption triggering (Pudjiastuti 2016b, 34).

Berikut adalah pejelasannya:

a) Perencanaan Distribusi

Dalam tahap ini social marketer harus

menentukan siapa yang ditujukan sebagai

target adopter, menentukan tempat

pelaksanaan distribusi produk, serta

menentukan waktu pelaksanaan distribusi

produk (Pudjiastuti 2016b, 21).

Suatu produk sosial tidak akan bisa

menjangkau banyak khalayak apabila

Page 63: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

48

keberadaannya jauh dari posisi khalayak. Oleh

karena itu, produk sosial harus didekakan agar

mudah diakses. Caranya dengan menempatkan

dan mendistribusikan agar lebih dekat dengan

khalayak. Penempatan dan distribusi produk

sosial intangible (tidak nyata) berbeda dengan

produk sosial tangible (nyata). Proses

distribusi produk sosial nyata dapat dilakukan

seperti produk komersial. Dari produser ke

distributor, baru ke agen, ke pengecer, baru ke

pengguna (Pudjiastuti 2016b, 21).

Berbeda dengan produk sosial tidak nyata

yang berbentuk ide atau praktik sosial, produk

ini dapat didistribusikan melalui komunikasi.

Di dalamnya terdapat unsur (1) komunikator,

yaitu pihak yang menyampaikan pesan; (2)

pesan yang disampaikan; (3) media atau

saluran uang yang akan digunakan untuk

menyampaikan pesan; (4) komunikan atau

khalayak sasaran yang akan menerima pesan,

dan terakhir adalah (5) efek yang diharapkan

terjadi pada khalayak sasaran (Pudjiastuti

2016b, 22).

Kotler (1989) menggambarkan bahwa

terdapat tiga alur distribusi produk sosial

Page 64: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

49

intangible sebagai berikut (Pudjiastuti 2016b,

23):

1. The One Step Flow Model

Social marketer mendistribusikan

produk sosial langsung kepada khalayak

sasaran.

2. The Two Step Flow Model

Social marketer mendistribusikan

prosuk sosial melalui media yang

kemudian membawanya kepada initial

adopter yang selanjutnya akan

menyampaikan langsung kepada khalayak

sasaran terakhir.

3. The Multi Step Flow Model

Sosial marketer mendistribusikan

produk sosial melalui jalur distribusi yang

lebih rumit. Disini social marketer akan

akan menyampaikan produk sosialnya

kepada agen periklanan dan media terlebih

dahulu. Kemudian akan membawanya

kepada initial adopter yang selanjutnya

akan disampaikan langsung kepada

khalayak sasaran terakhir.

b) Perencanaan Promosi

Page 65: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

50

Langkah utama yang harus dilakukan oleh

social marketer dalam mempromosikan

produk sosial adalah membedakan siapa target

adopter yang dituju. Untuk target yang

sifatnya massa maka menggunakan

komunikasi massa, sedangkan untuk target

individu maka promosinya dapat

menggunakan pendekatan langsung. Berikut

adalah penjelasannya (Pudjiastuti 2016b, 24):

1. Pendekatan Melalui Komunikasi Massa

Ada tiga langkah yang harus

diperhatikan ketika melakukan promosi

melalui komunikasi media massa, yaitu

(Kotler 1989):

a. Proses Komunikasi

Terdapat tiga model komunikasi

yang dapat mempengaruhi sikap

khalayak sasaran. Yaitu, The Learn-

Feel-Do, The Feel-Learn-Do, dan

The Do-Feel-Learn.

The Learn-Feel-Do adalah proses

komunikasi yang diawali dengan

mempengaruhi pengetahuan (learn)

khalayak terhadap suatu produk

sosial. Kemudian dilanjutkan dengan

Page 66: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

51

komunikasi yang tujuannya merubah

sikap (feel), yang diharapkan

berpengaruh pada perilakunya (do).

The Feel-Learn-Do adalah proses

komunikasi yang dimulai dengan

mempengaruhi perasaan (feel)

terlebih dahulu. Setelah muncul sikap

positif, maka mereka akan berusaha

memahami dan mempelajari (learn).

Setelah memahami, mereka akan

mempraktikkannya (do).

Yang terakhir adalah The Do-Feel-

Learn yang merupakan model yang

digunakan tepatnya pada saat situasi

yang mendesak. Dimulai dengan

mempengaruhi melalui tindakan (do),

kemudian dilanjutkan dengan

mempengaruhi perasaan (feel), dan

diharapkan khalayak mempelajari

lebih lanjut tentang produk sosial

tersebut (learn).

b. Keputusan Komunikasi

Menurut Kotler (1989) ada lima hal

yang perlu diputuskan ketika social

marketer memanfaatkan media massa

Page 67: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

52

sebagai sarana untuk

mempromosikan produk sosial.

Kelima hal tersebut adalah tujuan,

pesan, media, waktu, dan eksekusi

komunikasi.

Tujuan komunikasi harus mengarah

pada perubahan sikap dan perilaku

khalayak. Pesan yang disampaikan

harus menonjolkan keunggulan untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan

sasaran. Media dipilih dengan

karakteristik yang cocok dengan

sasaran. Dalam memilih waktu

komunikasi harus melibatkan kapan

waktu yang tepat ingin

disampaikannya pesan. Lalu,

eksekusi harus mampu

menginformasikan dan memersuasi

khalayak sasaran dengan berdasarkan

desain matang yang telah dipikirkan

sebelumnya.

c. Evaluasi

Langkah terakhir adalah berupa

evaluasi yang ditujukan untuk

mengidentifikasi kendala-kendala

Page 68: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

53

yang dihadapi yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan

pertimbangan untuk kegiatan serupa

di masa mendatang.

2. Pendekatan Langsung

Promosi dalam pendekatan langsung

dapat dilakukan melalui selective

communication atau personal

communication. Berikut adalah cara yang

dapat dilakukan dengan kedua metode

tersebut menurut Kotler (1989)

(Pudjiastuti 2016b, 29):

a. Selective Communication

Pendekatan ini digunakan untuk

melengkapi promosi melalui media

massa yang telah dilakukan.

Informasinya dapat disampaikan

secara berulang-ulang.

Terdapat tiga cara yang bisa dipilih

untuk mempromosikan produk sosial

melalui pendekatan ini, yaitu direct

mail, telemarketing, dan media

online.

Direct mail merupakan media yang

efektif untuk menjangkau sasaran

Page 69: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

54

potensial. Lalu, alamat sasaran jelas

dan dapat dijangkau. Pesan yang

disampaikan melalui media ini dapat

mengarah pada perubahan perubahan

perilaku.

Telemarketing dinilai sebagai

media yang selektif dan efektif

karena sifatnya yang dua arah, umpan

baliknya langsung sehingga lebih

mampu untuk meyakinkan sasaran.

Penggunaan telepon membuat biaya

dalam media ini sangat tinggi. Sangat

efektif untuk mendukung promosi

setelah dilakukan promosi direct

mail.

Media online bersifat interaktif

sehingga khalayak dapat bertanya

tentang hal-hal terkait program.

Media ini sangat efektif untuk

meningkatka pemahaman sasaran dan

sekaligus mempengaruhi mereka.

Media ini juga memperlukan biaya

yang sangat kecil.

b. Personal Communication

Page 70: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

55

Komunikasi secara personal dinilai

sangat ampuh dalam mempengaruhi

sikap dan perilaku khalayak. Namun

kelemahannya adalah tidak dapat

menjangkau khalayak banyak yang

tersebar dalam waktu yang sama.

Sifatnya yang tatap muka

memungkinkan adanya simulasi yang

jelas terhadap suatu produk sosial

tertentu. Dapat ditangkap dengan

lebih efektif untuk mengubah sikap

dan perilaku sasaran. Dalam hal ini

yang dibutuhkan tidak hanya

komunikasi verbal tetapi juga harus

didukung dengan komunikasi non-

verbal.

c) Adoption Triggering

Tahap ini adalah dimana target adopter

mencoba produk sosial yang ditawarkan

supaya mereka lebih yakin terhadap manfaat

produk sosial tersebut (Pudjiastuti 2016b, 34).

d. Defending The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer mendukung

atau mengubah kecocokan produk dengan pasar

Page 71: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

56

untuk merespons perubahan yang relevan di

lingkungan dan populasi target adopter.

Tahapannya adalah sebagai berikut (Pudjiastuti

2016b, 35):

1. Social marketer harus meneliti kondisi atau

situasi khalayak sasarannya. Hal ini berkaitan

dengan apakah ada kekeliruan atau kesalahan

yang terjadi terkait proses pelaksanaan

program atau pemakaian produk sosial oleh

target adopter atau tidak.

2. Social marketer harus melakukan monitoring

yang berkelanjutan setelah program atau

produk sosial telah dipromosilkan. Artinya

adalah, bahwa social marketer bertanggung

jawab sampai benar-benar terjadi perubahan

positif atas masalah sosial yang terjadi pada

target adopter. Social marketer baru boleh

melepaskan tanggung jawabnya setelah tujuan

daripada pemasaran sosial tersebut tercapai.

3. Social marketer harus memanfaatkan

penelitian yang telah dilakukannya dengan

benar. Caranya adalah dengan senantiasa

mengubah strateginya sesuai dengan

perubahan yang terjadi pada lingkungan target

adopter.

Page 72: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

57

Page 73: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

58

B. Kerangka Berpikir Penelitian

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

Bencana Tsunami: Muncul

Masalah Kesehatan

Program WASH KUN Humanity System

Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial

Defining The Product

Market Fit

Designing The Product

Market Fit

Delivering The Product

Market Fit

Defending The Product

Market Fit

Identifikasi Masalah

Ide dan Praktik Sosial

Perencanaan Distribusi

Produk Sosial

Perencanaan Produk

Sosial

Sasaran

Harga Produk Sosial Cara dan Media

Penyampaian

Monitoring

Penelitian

Page 74: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

59

BAB III

GAMBARAN UMUM KUN HUMANITY SYSTEM

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lembaga

atau organisasi KUN Humanity System secara keseluruhan yang

meliputi profil lembaga, sejarah, visi dan misi, bidang profesi dan

kepengurusan lembaga, relasi dengan pihak atau lembaga lain,

serta proses dan sumber pendanaan dan pendapatan lembaga.

Tujuan dari penjelasan mengenai lembaga ini adalah untuk

memberi tahu tempat lokasi penelitian yang dijalankan oleh

peneliti dalam memperoleh data temuan penelitian yang akan

dibutuhkan selama menjalankan penelitian di KUN Humanity

System.

A. Profil dan Sejarah Lembaga

KUN Humanity System berdiri pada tanggal 26

Februari 2016 dan organisasi non-pemerintah yang

berlokasi di Bandung. KUN Humanity System merupakan

sebuah organisasi non-profit, independen, bersifat

mandiri, dan berbasis anggota yang terbentuk dan didasari

oleh rasa kepedulian pada kemanusiaan serta lingkungan

hidup. Organisasi ini terbentuk pertama kali karena

pertemuan para pendirinya pada saat bergerak bersama

dalam penanggulangan bencana tsunami di Aceh tahun

2004 yang pada akhirnya menamai diri mereka KUN

Page 75: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

60

Humanity System. Nama KUN sendiri diadaptasi dari

Bahasa Jawa Kawi yang berarti “Aku” yang kemudian

dikembangkan seiring dengan berkembangnya cita-cita

mereka untuk menjangkau lebih dari sekedar kebutuhan

manusia, namun mengarah ke sistem kemanusiaan itu

sendiri yang mencangkup banyak hal yang erat kaitannya

dengan kesejahteraan sosial. Maka dari itu, terdapat

humanity system di belakang kata KUN, yang berarti

“aku, kamu, kita, dan sistem manusia yang bersinergi”.

KUN Humanity System membawa pemberdayaan

dan gerakan kemanusiaan untuk semua manusia yang

membutuhkan, khususnya bagi mereka yang hidup di

daerah terpencil dan belum terjangkau. KUN Humanity

System saat ini hanya bergerak di Indonesia, walaupun

tidak menutup kemungkinan mereka ingin melebarkan

sayap seluas-luasnya dan menjadi organisasi yang tidak

hanya bergerak di Indonesia tapi juga di mancanegara.

Tim KUN Humanity System dibentuk dari kolaborasi

multi-disiplin untuk bisa memberikan dampak efektif dan

holistik untuk mencapai visi organisasi.

B. Visi

Visi KUN Humanity System adalah membentuk

suatu kolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari

latar belakang multi-disiplin untuk mensinergikan

manusia dengan alamnya. Dalam hal ini, KUN Humanity

Page 76: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

61

System bermaksud ingin membangun kesejahteraan

dengan melibatkan penyandang masalah kesejahteraan

sosial itu sendiri.

C. Alamat dan Kontak Lembaga

1. Alamat : Jl. Dago Asri No. 4 (Lt. 4)

Bandung

2. Situs : www.kun.or.id

3. Email : [email protected]

4. Nomor Telepon : +6222-2045-7853

D. Gerakan dan Program

1. Gerakan

Sepanjang 2016 - 2017 KUN Humanity System

telah berfokus dalam mitigasi bencana, dimana

mereka melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar

di daerah rawan bencana. Daerah saat ini yang

dicakup adalah kaki Gunung Semeru dan Gunung

Merapi, kaki Gunung Leuser, Gunung Gede, dan

Gunung Kerinci Gunung Manglayang. Pada tahun

2018, KUN Humanity System bekerja sama dengan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

untuk mengembangkan KUN WILDERNESS

CENTER (klinik dan pusat informasi).

Pada bulan Agustus 2018, sebagai tanggapan

terhadap Gempa Lombok, tim KUN Humanity

System telah terlibat dalam program tanggap darurat

Page 77: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

62

dan rehabilitasi rekonstruksi. Akhir September 2018,

sebagai respons terhadap Gempa Bumi dan Tsunami

Donggala Palu, KUN Humanity System terlibat

langsung dalam tanggap darurat saat ini. Yang belum

lama ini terjadi pada akhir bulan Desember 2018,

KUN Humanity System kembali melakukan gerakan

kepedulian dan terlibat langsung dalam

penanggulangan bencana tsunami di Banten.

2. Program

Terdapat tiga program inti dari KUN Humanity

System, yaitu:

1. Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan

KUN Humanity System bekerja sama dengan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK) melalui KUN Center, yang secara

langsung aktif terlibat dalam mengembangkan

akses sistem konservasi di semua Taman

Nasional di Indonesia. Pusat KUN juga

membawa pemberdayaan masyarakat kepada

orang-orang yang tinggal di sekitar kawasan

konservasi dan Taman Nasional.

KUN Center juga berperan dalam

meningkatkan kapasitas porter, pemandu dan

masyarakat sekitar. Tujuan utama KUN Center

adalah untuk memperkuat alam konservasi,

Page 78: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

63

mempromosikan pemberdayaan masyarakat,

meningkatkan positif pengalaman bepergian di

alam liar, dan juga secara signifikan mengurangi

jumlahnya kecelakaan di hutan belantara di

Indonesia. Saat ini lebih dari 150 kuli telah

berpartisipasi dan bersertifikat dalam WFA

(Pertolongan Pertama Wilderness).

2. Manajemen dan Penanggulangan Darurat

Bencana

KUN Humanity System selalu berusaha

merespons keadaan darurat bencana dengan

cepat. Saat angka kematian meningkat dalam

waktu singkat, tantangan utama adalah

bagaimana menyelamatkan banyak nyawa

mungkin dalam waktu yang relatif singkat.

KUN Humanity System bekerja sama dengan

relawan dari dana organisasi lain di seluruh

Indonesia sehingga mereka dapat segera menilai

situasi bencana, mengidentifikasi masalah dan

menanggapi masalah akibat bencana dengan

tepat, dan dengan cepat menyebarkan bencana ke

tim tanggap darurat. Cadangan uang tunai yang

mencukupi, memungkinkan kami untuk

merespons dan kapan dan di mana kebutuhan

paling tinggi.

Page 79: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

64

3. SIMAUNG (Sinema Kaki Gunung)

KUN Humanity System juga bergerak

bersama komunitas lokal dan pemerintah lokal

melalui SIMAUNG (Sinema Kaki

Gunung). SIMAUNG adalah bentuk program

kesadaran pendanaan pendidikan untuk

pengelolaan manajemen bencana. SIMAUNG

dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan

pengetahuan masyarakat lokal dan pemerintah

daerah tentang bahaya yang harus dihindari dan

potensi yang memungkinkan mereka mengatasi

bencana. SIMAUNG disajikan melalui

pemutaran film di bioskop terbuka, sedang

diadakan secara lokal Sinema Luar Ruang untuk

Pengungsi di Sinabung setelah letusan gunung

berapi.

E. Bidang Profesi dan Kepengurusan

Berikut merupakan deskripsi singkat mengenai

bidang profesi serta kepengurusan di KUN Humanity

System:

3. Dokter Medis: Dr. Chandra Sembiring

Dr. Chandra Sembiring merupakan seorang dokter

medis yang memiliki hasrat terkait obat-obatan

penolong bencana alam. Dia Telah terlibat dalam

banyak operasi ekspedisi dan bantuan bencana

Page 80: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

65

sebagai medis dukungan dan koordinator program. Ia

juga bergabung dengan respons internasional dalam

banyak hal LSM internasional seperti Medecines Sans

Frontier di Afghanistan dan Himalaya Asosiasi

Penyelamatan di Nepal. Dia terlibat dalam banyak

operasi seperti gunung berapi Erupsi, bantuan

tsunami, operasi SAR Insiden kecelakaan superjet,

respons banjir, dll.

4. Psikolog: Dien Fachri Iqbal M.

Dien Fachri Iqbal M. merupakan seorang psikolog

yang peduli pada aktivitas luar ruangan dan masalah

kemanusiaan. Dia adalah seseorang yang

berpengalaman dalam bekerja untuk respon

kemanusiaan dan bencana.

5. Pakar Pendidikan dan Psikolog: Permata Andhika

Permata Andhika merupakan seorang pakar

pendidikan sekaligus seorang psikolog yang peduli

pada masalah perkembangan anak usia dini. Dia

adalah seseorang yang juga berpengalaman dalam

bekerja untuk respon kemanusiaan dan bencana.

6. Sinematografer: Anggi Frisca dan Teguh Rahmadi

Anggi Frisca merupakan seorang sinematografer

berpengalaman. Dia memenangkan gelar sebagai

sinematografer terbaik di Apresiasi Film Indonesia

pada tahun 2012 dan dinominasikan sebagai

Page 81: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

66

sinematografer terbaik di Festival Film Indonesia

tahun 2012 & 2017. Proyek film pertamanya sebagai

sutradara film adalah Negeri Dongeng, sebuah film

tentang ekspedisi 7 puncak tertinggi di Indonesia. Dia

memutuskan menjadi seorang sosiopreneur pada

tahun 2014. Sedangkan Teguh Rahmadi, melalui 15

tahun pengalaman dalam industri film, ia memilih

sinematografi sebagai media yang dapat

menyampaikan pesan positif bagi kemanusiaan. Dia

percaya petualangan itu pembuatan film adalah

rahmat yang tidak boleh sia-sia. Dia adalah seorang

sinematografer dan ekspeditor dalam film Negeri

Dongeng.

7. Ahli Logistik: Onnie Rihidara

Onnie Rihidara merupakan seorang ahli logistik yang

peduli pada masalah perkembangan anak usia dini.

Dia adalah seseorang yang juga berpengalaman

dalam bekerja untuk respon kemanusiaan dan

bencana sejak Tsunami Aceh pada tahun 2004.

8. Tokoh Pendaki Gunung Nasional: Iwan Kweceng

Iwan Kweceng merupakan seorang tokoh pendaki

gunung nasional, yang telah mencapai World 7

Summiters pada tahun 2012. Dia juga merupakan

anggota organisasi WANADRI, penjelajah gunung

terbesar organisasi di Indonesia.

Page 82: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

67

9. Spesialis Riset Pemasaran: Pras Lumbantoruan

Pras Lumbantoruan merupakan seorang spesialis riset

pemasaran yang berpengalaman. Dia telah terlibat

dalam banyak hal proyek riset pemasaran di Asia

Tenggara terkait hampir untuk semua industri.

10. Pakar Pemetaan: Danu Pujiachiri

Danu Pujiachiri adalah seorang pendiri

Bukapeta.com, yang merupakan pakar pemetaan yang

peduli pada gerakan sosial dan pemberdayaan

masyarakat. Dia bekerja sebagai Cartographer untuk

National Geographic. Danu Pujiachiri saat ini sedang

berfokus pada proyek pengembangan desa

menggunakan teknologi pemetaan.

F. Sumber Pendapatan

KUN Humanity System memiliki beberapa

sumber pendanaan dan pendapatan, yang pertama, yaitu

dana yang diperoleh dari donor. Penggalangan dana yang

dilakukan dan dituju kepada masyarakat umum di

sebarkan melalui situs Kitabisa.com. Dana donor ini

diperoleh tidak hanya berasal dari lokal dan masyarakat

lokal, namun juga banyak pihak yang mendonor dari

mancanegara misalnya adalah Christian Aid, Actid,

YEUI, dan IMC dan organisasi lokal seperti Skolain.

Sebetulnya yang mereka lakukan tidak hanya membantu

donor dalam konteks dana, tapi juga ide dan logistik yang

Page 83: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

68

lebih mengarah ke kerjasama, salah satunya dalam bidang

edukasi, dan bantuan berupa shelter. Selanjutnya adalah

dana yang diperoleh dari produk dagangan milik KUN

Humanity System sendiri, yaitu berupa pakaian seperti

kaos, jaket, celana, lalu berupa aksesoris seperti gelang,

jam tangan, penutup muka, bahkan sampai hiasan-hiasan

khas negara lain, khususnya Nepal sebagai bentuk

kolaborasi KUN Humanity System dengan Himalayan

Gear.

KUN Humanity Sytem juga menjual kopi-kopi

khas Indonesia, seperti kopi gayo, kerinci, toraja dan lain-

lain sebagai salah satu bentuk kegemaran serta

mendukung petani-petani kopi lokal sekaligus mendukung

mengkampanyekan kopi khas Indonesia. Selain itu, KUN

juga menjual segala perlengkapan dan kebutuhan mendaki

serta khususnya medical first aid untuk keperluan medis

saat hendak mendaki gunung. Dalam waktu kedepan,

KUN Humanity System akan membuat sebuah brand

yang menjual barang-barang komersil, seperti halnya

kebutuhan fashion di luar dari konsep gunung atau

pendakian. Hal ini berkaitan dengan rencana perluasan

sumber pendanaan KUN Humanity System itu sendiri

yang tidak ingin terpaku dalam hal bisnis.

KUN Humanity System juga memperoleh

pendapatan dari hasil kolaborasi dengan media production

Page 84: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

69

yang banyak bergerak di bidang perfilman, yaitu Aksa7

yang saat ini telah berkolaborasi dengan KUN Humanity

System dan terlibat langsung dalam pelaksanaan program-

progamnya sebagai media partner sejak awal KUN

Humanity System terbentuk. Pendapatan ini diperoleh

melalui hasil pembuatan film, salah satu filmnya yaitu

Negeri Dongeng yang berkaitan dengan ekspedisi

pendakian ke-7 puncak gunung tertinggi di Indonesia.

Page 85: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

70

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini memaparkan 2 sub pembahasan: A) Promosi

Kesehatan Pasca Bencana, yaitu mengenai gambaran umum

program promosi kesehatan Wash, Water, and Sanitation

(WASH) yang dilakukan oleh KUN Humanity System. B)

Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial, yaitu berisi tentang 4

tahapan manajemen pemasaran sosial yang dilakukan oleh KUN

Humanity System melalui program WASH di Banten, yaitu

identifikasi masalah (defining the product market fit),

perencanaan produk (designing the product market fit),

pendistribusian (delivering the product market fit), dan

monitoring dan penelitian (defending the product market fit).

A. Promosi Kesehatan Pasca Bencana

Melalui program Wash, Water, and Sanitation

(WASH), KUN Humanity System merupakan salah satu

Non-Government Organitation yang melakukan promosi

kesehatan menjadi bagian dari manajemen dan

penanggulangan bencana yang mereka lakukan dalam

linimasa pasca bencana. Berdasarkan hasil dari proses

wawancara mengenai apa itu WASH dan bagaimana latar

belakang terbentuknya program WASH, dijelaskan oleh

Page 86: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

71

Putri Annisa sebagai program officer sekaligus pelaksana

program WASH, sebagai berikut:

“Water, Wash, and Sanitation ini

dilaksanakan sebetulnya berbarengan dengan

program Emergency Response (ER) dan Disaster

Risk Reduction (DRR) yang berfokus dalam

penanggulangan bencana secara cepat. Mengapa

ada WASH di dalamnya, karena isunya kan hak

dasar manusia yaitu, sandang, pangan, papan,

termasuk di dalamnya adalah kebersihan.

Kebersihan ini kaitannya dengan air yang berarti

berpotensi munculnya penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh pencemaran air, kayak diare, dan

segala macem. Apalagi kaitannya dengan

pengungsian, yang mana kebersihan ini merupakan

salah satu yang perlu didahulukan dalam konteks

pasca bencana…” (Putri Annisa, 2019).

Berdasarkan penjelasan di atas, program promosi

kesehatan menjadi salah satu hal yang berkaitan dengan

pemenuhan hak dasar manusia, yaitu kebersihan. Gaya

hidup dan lingkungan yang tidak bersih memicu

munculnya penyakit-penyakit yang ditularkan melalui

pencemaran air.

Maka dari itu, promosi kesehatan dilakukan untuk

mencegah penularan penyakit sekaligus mendorong

masyarakat pasca bencana untuk memiliki pola pikir yang

baik tentang kebersihan diri, lingkungan dan gaya hidup

sehat. Tidak hanya hygiene promotion, tapi juga terdapat

hygiene practice di dalamnya, yang berarti masyarakat

Page 87: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

72

tidak hanya diedukasi tapi juga mempraktekkan apa yang

telah dipelajari mengenai pengelolaan dan pengolahan

limbah organik rumah tangga menjadi pupuk, cuci tangan

pakai sabun, sampai dengan menyikat gigi dengan benar.

Hal ini dijelaskan oleh Putri Annisa selaku program

officer, sebagai berikut:

“…Cuci tangan itu masuk bagian dari

WASH, karna isunya kan hygiene, lalu di

dalamnya ada hygiene practice dan hygiene

promotion. Pokoknya hal-hal yang berkaitan

dengan air kayak pengelolaan sampah, santasi

yang kaitannya dengan saluran air, gimana caranya

dapet air bersih itu juga bagian dari program

WASH. Namun, memang yang benar-benar kita

fokus angkat adalah CTPS dan edukasi

pengelolaan sampahnya, dalam pengelolaan juga

kita sedikit lakukan edukasi pengolahan, yaitu

membuat pupuk dari limbah atau sisa-sisa

makanan. Di akhir kita tambahin satu hal lagi ke

anak-anak soal kebersihan gigi.” (Putri Annisa,

2019).

Sumber: Dokumentasi KUN Humanity System

Gambar 4.1 Pengolahan Sampah Organik

Page 88: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

73

Hal tersebut kembali dijelaskan oleh salah satu

volunteer yang bergerak di bidang media dan

dokumentasi yang memang tidak terlibat langsung, namun

mengikuti proses program WASH dari awal hingga akhir

sebagai dokumenter, yaitu Afdhal Lesmana sebagai

berikut:

“…Jadi tuh kalo yang dewasa

gambarannya gini, ibu-ibu yang ngurusin sampah,

bapak-bapak yang ngurus sistemnya, dan anak-

anak itu kita edukasi sejak dini. Tahapannya juga

pertama kita masuk ke orang dewasanya dulu,

melalui Ibu-Ibu PKK juga. Pertama kita edukasi

dulu sama masyarakat setempat soal walaupun

klise sih ya tapi perlu lah untuk diingatkan tentang

sampah organik atau non organik. Kita buatlah

tempat sampahnya, kita taruh di beberapa titik.

Habis itu kita melakukan pengumpulan sampah

bareng-bareng sama warga tuh. Setau gua kita

masuk juga ke pengolahannya, khususnya sampah

organik menjadi pupuk…” (Afdhal Lesmana,

2019).

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan

bahwa promosi kesehatan dalam prosesnya melibatkan

masyarakat langsung dan di mulai dari orang dewasa

dengan mengelola dan mengolah sampah organik menjadi

pupuk. Selain itu promosi kesehatan juga dilakukan

kepada anak-anak dengan konten yang lebih beragam,

yaitu tentang kebersihan lingkungan, kebersihan tangan

dan kebersihan gigi. Hal ini kembali dijelaskan oleh

Page 89: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

74

Afdhal Lesmana selaku dokumenter program, sebagai

berikut:

“…Kalo yang anak-anak juga sama kayak

gitu, tapi lebih banyak kontennya. Selain

pengelolaan sampah, ada cuci tangan pakai sabun,

dan cara menyikat gigi yang benar. Prosesnya

kurang lebih sama, yang beda ya mungkin

penyampaiannya aja ke anak-anak lebih gimana

caranya mereka tertarik dan mau untuk ikutin

prosesnya.” (Afdhal Lesmana, 2019).

B. Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial

Tahapan pertama menjelaskan mengenai

bagaimana KUN Humanity System melakukan

identifikasi masalah sosial, bagaimana cara mencari ide

dan praktik sosial, siapa sasaran yang dituju, bagaimana

cara menentukan sasaran, dan apa alasan terpilihnya

sasaran. Tahapan kedua menjelaskan mengenai

bagaimana KUN Humanity System menyesuaikan

kebutuhan sasaran, bagaimana membuat perencanaan

produk, hal apa yang memperkuat produk, apa yang

menjadi pembeda, bagaimana membuat sasaran tertarik,

dan bagimana mempertimbangkan harga produk. Tahapan

ketiga menjelaskan mengenai bagaimana cara

menentukan tempat, bagaimana cara menentukan waktu,

bagaimana melakukan perencanaan promosi, bagaimana

cara penyampaian, adakah media khusus yang digunakan,

bagaimana proses presentasi produk, bagaimana

Page 90: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

75

membangun kepercayaan, apa saja faktor penghambat dan

pendukung, dan adakah adoption triggering yang

dilakukan. Tahapan keempat menjelaskan tentang apakah

ada monitoring yang dilakukan oleh KUN Humanity

System dan bagaimana cara melakukannya, adakah

penelelitian yang dilakukan pasca program, adakah

kekeliruan yang terjadi, adakah evaluasi yang dilakukan,

dan apakah ada perubahan strategi yang dilakukan.

1. Defining The Product Market Fit (Identifikasi

Masalah)

Hasil observasi yang peneliti lakukan ketika

wawancara dengan ketua pelaksana program dapat

dijelaskan bahwa yang pertama kali mereka lakukan

adalah mengumpulkan informasi untuk mengetahui

seberapa parah dampak yang terjadi akibat bencana

tsunami di Banten. Berikut pernyataan yang

disampaikan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program:

“Yang pertama kali kita lakukan

adalah gathering information karna kan kita

belum ada disana. Jadi, kita mencari

informasi-informasi yang cukup sahih dari

sumber-sumber yang terpercaya dan dari sana

kita bergerak, kita merespon. Jadi, kita tau

area yang terdampak berapa besar, berapa

banyak warga yang terdampak, dan siapa saja

yang memang urgent untuk dibutuhkan…”

Page 91: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

76

Setelah gathering information, mereka

melakukan rapid assessment untuk mengetahui data-

data termasuk di dalamnya mengenai apa saja yang

dibutuhkan oleh sasaran. Hal ini disampaikan oleh

Permata Andhika selaku ketua pelaksana program:

“…kita lakukan rapid assessment,

jadi assessment secara cepat dengan standar

Internasional yang kita dapatkan dari IMC,

guna mencari tahu ada berapa titik

pengungsian, ada berapa kartu keluarga, ada

berapa kelompok rentan, jadi semua data ini

dikumpulkanlah kebutuhan mereka apa, sudah

ada tempat pengungsian atau tidak, tempatnya

layak atau tidak, kalau tidak layak apa yang

kurang, termasuk kebutuhan berupa dana…”

(Permata Andhika, 2019).

Mereka berkoordinasi dengan BNPB dan

BPBD dalam maksud untuk mengisi kekosongan

dalam sektor dan isu apa yang organisasi pemerintah

dan non-pemerintah tidak lakukan. Hal ini kembali

disampaikan oleh Permata Andhika, sebagai berikut:

“…kita ngecheck dan berkoordinasi

dengan BNPB dan BPBD karna mereka punya

sistem untuk organisasi-organisasi yang ingin

terlibat dalam penanggulangan agar

berkoordinasi. Siapa yang ingin memberikan

bantuan WASH, siapa yang ingin memberikan

bantuan medis, siapa yang ingin memberikan

bantuan shelter, dan seberapa banyak, dan di

titik mana aja…” (Permata Andhika, 2019).

Page 92: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

77

Setelah melakukan rapid assessment, mereka

melakukan in-depth assessment yaitu identifikasi

lebih dalam untuk menentukan isu apa yang ingin

mereka angkat dalam program pasca bencana. Proses

identifikasi yang membutuhkan waktu kurang lebih

satu bulan pada akhirnya, teridentifikasi bahwa isu

kesehatan dan kebersihan merupakan hal yang

kemudian mereka pilih, yaitu bergerak dalam isu

hygiene practice dan hygiene promotion. Berikut

pernyataan yang disampaikan oleh Permata Andhika

selaku ketua pelaksana program:

“…WASH pada akhirnya menjadi

salah satu yang menjadi program kami selama

disana yang memang pemerintah pada saat itu

tidak bergerak dalam isu hygiene practice dan

hygiene promotion yang kita lakukan

berdasarkan hasil dari in-depth assessment,

yaitu lanjutan dari rapid assessment. Jadi,

intinya identifikasi itu dari semua sisi, bukan

hanya kebutuhan, bukan hanya apa yang bisa

kita berikan, bukan hanya dua itu aja tapi juga

kondisi sosialnya mereka. Kita lakukan proses

identifikasi selama kurang lebih sebulan…”

(Permata Andhika, 2019).

Page 93: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

78

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2 Gathering Information

Di tempat ini biasanya mereka melakukan

proses paling awal dari identifikasi masalah, yaitu

gathering information. Tempat ini juga sering mereka

gunakan sebagai tempat untuk meeting sebelum

bergerak langsung ke lokasi bencana.

KUN Humanity System mengadaptasi

program Wash, Water, and Sanitation (WASH) dari

pengelompokkan program pasca bencana menurut

United Nation. Hal ini disampaikan oleh ketua

pelaksana program Permata Andhika, sebagai berikut:

Page 94: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

79

“Kalo misalnya kita ngikutin UN

(United Nation) itu ada kurang lebih 11

sampai dengan 13 kalo gak salah, aku lupa

tepatnya berapa tapi intinya belasan cluster

atau pengelompokkan yang memang itu harus

dipenuhi ketika kita mau melaksanakan

program pasca bencana, salah satunya WASH.

Jadi, ada food in nutrition, ada shelter, ada

WASH, ada communication, ada health, dan

lain-lain, belasan. Mana nih yang sekiranya

KUN bisa support, mana nih yang kita punya

sumber daya nya, dan mana nih yang juga

memang sangat dibutuhkan…” (Permata

Andhika, 2019).

Selain berdasarkan dari belasan

pengelompokkan yang dikemukakan oleh United

Nation, pengambilan keputusan terkait program apa

yang sesuai dengan kebutuhan sasaran juga

dipengaruhi oleh hasil dari identifikasi masalah yang

terjadi, yaitu perilaku hidup yang tidak sehat dan

dampak fisik dari bencana tsunami. Maka dari itu,

mereka memilih isu promosi dan praktik kesehatan

sebagai program pasca bencana yang dilakukan. Hal

ini diutarakan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program, sebagai berikut:

“…menurut kita cukup parah juga

isu kesehatan disana. Kalo dilihat dari luar

sebenarnya mereka bersih-bersih aja,

perkampungannya juga bersih tapi mereka

bakar sampah, mengelola sampahnya tidak

sehat. Ada yang buangnya ke sungai, ada lah

Page 95: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

80

yang ke pantai, terus buang air nya juga masih

begitu. Intinya yang berkaitan dengan perilaku

atau kesadaran akan kebersihannya masih

kurang baik. Apalagi ditambah dengan situasi

dimana mereka telah terdampak oleh bencana

tsunami yang semakin memperburuk dan

berpotensi munculnya penyakit-penyakit

akibat pencemaran air, seperti diare yang

mana sering kali menyerang anak-anak karna

lebih rentan kan terkena penyakit…” (Permata

Andhika, 2019).

Penentuan sasaran dari produk yang ingin

dipasarkan merupakan salah satu hal yang harus

dilakukan. Hasil wawancara peneliti dengan ketua

pelaksana program WASH dapat dijelaskan bahwa

sasaran program terbagi menjadi dua, dewasa dan

anak-anak. Program cuci tangan pakai sabun dan cara

menyikat gigi yang baik hanya dikhususkan untuk

anak-anak. Siapa yang menjadi sasaran disampaikan

atas pernyataan Permata Andhika:

“…Jadi, untuk target pelatihan dan

edukasi pengelolaan dan pengolahan sampah

kepada kelompok rentan dan orang dewasa

kita bekerja sama dengan Ibu-Ibu PKK disana

yang kita jadikan volunteer lokal. Lalu, kita

juga masuk ke sekolah-sekolah dan juga

menyisir ke perkampungan untuk melakukan

edukasi dan promosi pengelolaan sampah

organik non-organik misalnya dan juga CTPS

dan diorama gigi yang targetnya adalah anak-

anak kecil di sekolah maupun di luar ruang

lingkup sekolah. Jadi tergetnya ada dua, orang

Page 96: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

81

dewasanya ada, anak-anaknya juga punya

segmennya sendiri.” Permata Andhika, 2019).

Cara dalam menentukan sasaran yang

dilakukan oleh KUN Humanity System adalah

dengan mendatangi aparatur desa untuk

berkoordinasi. Mereka melakukan komunikasi yang

dimaksudkan untuk menekankan aparatur desa untuk

mengeluarkan kebijakan yang tepat yang berkaitan

dengan kebersihan. Sedangkan apa yang mereka

lakukan ke masyarakat adalah melakukan promosi

kesehatan untuk merubah perilaku sesuai dengan apa

yang Permata Andhika sampaikan, sebagai berikut:

“Situasi disana kita tidak bisa

memfokuskan ke setiap pengungsian, karna

orang-orang disana lebih memilih untuk

tinggal di rumah saudaranya. Jadi kita

nembaknya ke satu desa. Sasarannya atas

bawah, di bawah kita kasih pelatihan, promosi

kita sebarkan supaya mereka bisa merubah

tingkah laku, tapi di atas nya kita tekankan

untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

benar terkait kebersihan misalkan terkait

tempat pembuangan sampah, dan program

mitigasi. Jadi, program ini terintegrasi dengan

aparatur desa biar program kita sustainable

dan supaya saat kita gak ada nanti, program

ini masih bisa terus berjalan.” (Permata

Andhika, 2019).

Selain siapa sasaran dan bagaimana

menentukan sasaran, alasan terhadap target adopter

Page 97: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

82

yang dipilih juga merupakan salah satu hal yang perlu

untuk dipertimbangkan. Hal ini juga disampaikan

oleh Permata Andhika:

“Kalo anak-anak, karna jelas ya

mereka butuh yang namanya edukasi terkait

kebersihan. Hal tersebut menjadi penting

karna anak-anaklah yang rentan terkena

penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran

air. Kalo orang-orang dewasanya lebih kepada

perubahan karna bisa dibilang perilaku mereka

disana dalam hal menjaga kesehatan diri dan

lingkungan juga masih kurang. Seperti yang

tadi saya bilang kalo mereka buang

sampahnya aja masih ada yang ke sungai, ke

pantai, karna mereka tinggal di pesisir pantai

kan. Lalu tidak ada juga pengolahan sampah

yang benar, cara satu-satunya yang mereka

lakukan ya bakar itu sampah yang mana pada

akhirnya juga merusak kesehatan juga.

Makanya kita juga buat sedikit pelatihan soal

pengolahan sampah organik menjadi pupuk.”

(Permata Andhika, 2019).

Dengan demikian menurut pemaparan di atas,

situasi dimana bencana tsunami yang terjadi sangat

berdampak pada kesehatan. Terlebih lagi dengan pola

pikir masyarakat dalam menjaga kesehatan diri dan

lingkungan masih kurang baik serta posisi anak-anak

yang rentan tertular penyakit akibat pencemaran air

menjadi alasan terhadap penentuan target adopter.

Page 98: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

83

2. Designing The Product Market Fit (Perencanaan

Produk Sosial)

KUN Humanity System melihat bahwa isu

kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupan secara umum, terlebih dalam konteks

pasca bencana. Cara mereka menyesuaikan

kebutuhan sasaran adalah dengan identifikasi dan

koordinasi dengan semua pihak yang terlibat di dalam

pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Hal ini

disampaikan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program:

“Diluar konteks bencana aja isu

kesehatan jadi hal yang penting banget,

apalagi ini konteksnya pasca bencana ya.

Sesuai dengan apa yang udah kita lakuin dari

mulai mencari informasi di awal, lalu kita

lakukan rapid assessment sampai dengan in-

depth assessment, kita pikir isu hygiene

practice dan hygiene promotion ini adalah

salah satu yang dibutuhkan oleh masyarakat

disana. Jadi cara menyesuaikannya adalah

dengan identifikasi masalahnya dulu, abis itu

koordinasi dengan BNPB, BPBD dan NGO

lain yang sama-sama terjun disana terkait

bidang-bidang mana nih yang KUN bisa bantu

untuk mengisi kekosongan.” (Permata

Andhika, 2019).

Cara KUN Humanity System dalam membuat

perencanaan produk sosial adalah dengan melakukan

koordinasi dengan aparatur desa terkait program dan

Page 99: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

84

apa yang ingin mereka lakukan di sana. Selain

koordinasi dengan aparatur desa, mereka juga

melakukan koordinasi ke sekolah-sekolah dan

membahas mengenai program promosi kesehatan

yang ingin di lakukan di sekolah-sekolah tersebut

sampai dengan waktu pelaksanaan dan bentuk-bentuk

kerjasamanya. Hal ini disampaikan oleh ketua

pelaksana program Permata Andhika:

“Kalo udah tau nih kondisi nya

disana gimana dan udah tau kita bisa bantu

dimana, di bidang apa, dan harus ngapain, kita

koordinasi ke aparatur desa dan bilang ke

mereka kalo kita punya program soal

pengelolaan dan pengolahan sampah walau

lebih banyak ke edukasi pengelolaannya, kita

kasih tau juga ada program CTPS yang

targetnya adalah anak-anak, birokrasi tuh.

Birokrasi juga kita lakuin ke sekolah-sekolah

untuk program CTPS karna memang kita

ambil banyak lokasi untuk CTPS ini di

sekolah-sekolah, jadi terkait waktu dan tempat

kita harus koordinasi sama pihak sekolah.

Selain itu kalo ke anak-anak paling kita kasih

edukasi soal sampah organik dan non-organik,

harus buang kemana, dan lain sebagainya.”

(Permata Andhika, 2019).

Berkaitan dengan memperkuat dipilihnya

produk sosial, KUN Humanity System dalam

produknya tidak menggunakan merk karena bukan

merupakan jenis produk tangible atau berbentuk

barang, melainkan berbentuk gagasan atau ide. Dalam

Page 100: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

85

programnya, yang menarik bagi mereka adalah

terletak pada prosesnya yang melibatkan masyarakat

langsung. Salah satu media yang digunakan dalam

penyampaian adalah dengan menggunakan diorama

gigi. Selain itu, mereka aktraktif dalam segi

penyampaiannya. Berdasarkan hasil wawancara yang

peneliti lakukan, hal ini disampaikan oleh ketua

pelaksana program Permata Andhika, sebagai berikut:

“Kalo merk jelas enggak ya, karna

yang kita lakukan di WASH ini yang kita bagi

bukan dalam bentuk barang. Sekalipun barang

pun cuma tempat sampah aja, organik dan

non-organik. Yang menarik menurut saya

bukan kemasannya, tapi prosesnya. Proses

operasi bersih-bersih sampah kita lakuin

bareng-bareng sama masyarakat disana.

Tempat sampah pun setelah jadi, yang pasang

itu mereka. Kalo untuk anak-anak kita sempat

bikin gigi berukuran besar gitu untuk kasih tau

ke anak-anak gimana cara menyikat gigi yang

benar yang tujuannya itu agar bikin anak-anak

lebih tertarik. Cuma itu sih ya paling cara

penyampaiannya yang lebih atraktif ke anak-

anak, karna mereka suka hal-hal yang seru dan

bernenergik.” (Permata Andhika, 2019).

Page 101: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

86

Sumber: Dokumentasi KUN Humanity System

Gambar 4.3 Keterlibatan Langsung Masyarakat

Mengenai apa yang menjadi pembeda dari

program promosi kesehatan yang dimiliki KUN

Humanity System dengan Non Government

Organitaiton lain dalam melakukan pemasaran sosial

dalam ruang lingkup kebencanaan, hal ini dijelaskan

oleh ketua pelaksana program Permata Andhika,

sebagai berikut:

“…selama kita disana, kita merasa

kalo KUN itu lebih terorganisir secara

keseluruhan. Saya pribadi sih merasa kalo

KUN ini lebih terintegrasi dengan baik

ketimbang NGO lain yang terjun juga di

Banten secara mungkin ya kita yang paling

lama disana. Jadi ya mungkin perbedaannya

dari sisi itu. Selain memang cara komunikasi

yang kita gunakan khususnya kepada anak-

anak itu unik ya…mengedukasi anak-anak

tentang isu kesehatan pake gerakan-gerakan

pertunjukan dongeng atau seni dan cara itu

gak dilakuin sama NGO lain dalam hal

Page 102: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

87

mengedukasi dengan isu kesehatan disana.”

(Permata Andhika, 2019).

Menurut apa yang dituturkan oleh Permata

Andhika selaku ketua pelaksana program, yang

menjadi pembeda antara KUN Humanity System

dengan Non Government Organitation lain dalam

melakukan pemasaran sosial melalui program

promosi kesehatan adalah dari sisi kesiapan dan

proses yang lebih terintegrasi dengan baik mengikuti

dengan hitungan durasi kehadiran mereka yang lebih

lama dari yang lainnya. Selain itu, cara penyampaian

yang atraktif dan membangun suasana yang

menyenangkan tampaknya menjadi ciri khas dari

program mereka dan menjadi pembeda dari apa yang

Non Government Organitation lain lakukan.

Untuk membuat target adopter tertarik

seringkali social marketer melakukan cara-cara yang

unik dalam menarik perhatian khalayak untuk

menggunakan atau mengikuti produk sosial yang di

pasarkan. Hal ini disampaikan oleh Permata Andhika

selaku ketua pelaksana program dan informan lain

yaitu Devina selaku pelaksana program:

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“…Vina ini, bikin semacam

pertunjukan dongeng atau semacam lenonglah

Page 103: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

88

dengan gestur yang menarik. Jadi, anak-anak

disana juga seneng, ya ibaratnya bahasanya

apa ya. Vina kasih edukasi dengan gerakan-

gerakan yang menarik dan lucu bagi anak-

anak dan disertai juga penekanan penekanan

yang ketika anak-anak denger tuh, seru apa

yang disampaikan. Selain itu yang tadi saya

bilang kita bikin diorama gigi gitu di akhir sih

karna bosen ya cuci tangan terus, muncul lah

ide untuk edukasi cara yang benar menyikat

gigi. Jadi edukasi pake gigi dan sikat gigi yang

besar.” (Permata Andhika, 2019).

Pernyataan Informan Devina:

“…kita bikin lagu untuk bikin

promosi nya makin menarik. Jadi kalo di TK

kita tuh mainin lagu cuci tangan, kita nyanyiin

bareng-bareng. Sama kita bikin pertunjukan

kecil gitu pake boneka sambil cerita ke anak-

anak melalui boneka itu tentang keseharian

kayak misalnya bangun pagi, cuci muka, sikat

gigi, rapihin tempat tidur, jangan lupa cuci

tangan, mandi dan sebagainya…kalo yang di

huntara, aku bikin cerita disitu tentang

kebersihan jadi lebih ke menjaga gimana

caranya jangan buang sampah sembarangan.

Yang menarik adalah cerita nya gak yang

hanya berupa narasi, tapi aku kayak semi

lenong gitu disana cerita dengan gerakan-

gerakan…” (Devina, 2019).

Berdasarkan jawaban atas wawancara yang

peneliti lakukan kepada kedua informan, dapat

dikatakan bahwa cara penyampaian yang dilakukan

adalah dengan menggunakan gerakan, intonasi nada,

dan media penyampaian yang menarik. Tujuannya

Page 104: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

89

adalah bagaimana membuat edukasi tersebut

menghibur dan dapat menarik perhatian sasaran untuk

mengikuti program promosi kesehatan yang diberikan

oleh KUN Humanity System.

Tidak ada harga berupa materi atau uang yang

digunakan untuk mengikuti produk sosial yang

diberikan. Namun, KUN Humanity System melihat

bahwa apa yang mereka berikan kepada sasaran

sesuai dengan apa yang sasaran itu butuhkan. Jadi,

keluangan waktu untuk mengikuti program yang

diberikan, didasari oleh kesadaran bahwa sasaran

memang butuh edukasi tersebut. Harga dalam

pemasaran sosial ini ditentukan dan dipertimbangkan

oleh KUN Humanity System melalui pernyataan

berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan

dengan ketua pelaksana program, Permata Andhika

sebagai berikut:

“Harga jelas gak ada dong, mereka

bisa menikmati edukasi yang kita berikan itu

gratis. Kalo waktu, gini saya pikir juga mereka

sadar bahwa mereka itu dalam kondisi butuh

bantuan dalam sektor apapun, gak luput juga

soal kebersihan…Jadi menurut saya mereka

rela-rela aja untuk meluangkan waktunya

untuk ikutin kegiatan KUN, karna pada

dasarnya mereka itu butuh. Walaupun ada

yang memang beberapa volunteer lokal kita

yang menjalani harinya lebih ekstra,

Page 105: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

90

contohnya guru kan. Paginya mereka ngajar,

sorenya mereka harus ikut kegiatan kami kan

lumayan capek tuh. Tapi dengan komunikasi

dan pendekatan yang baik, mereka mau untuk

meluangkan waktunya…” (Permata Andhika,

2019).

Berkaitan dengan kendala dan penolakkan

dalam membangun kepercayaan atas produk sosial

yang ingin dipromosikan melalui programnya,

Permata Andhika, Devina, dan Afdhal Lesmana

selaku ketua pelaksana, pelaksana program, dan

dokumenter program WASH mengungkapkan hal ini

berdasarkan wawancara yang telah peniliti lakukan

kepada ketiga informan, sebagai berikut:

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“…mungkin kalo anak-anak ada

lah yang ketika dalam proses edukasi, ada satu

dua yang cari-cari perhatian kayak misalnya

lari-lari atau ada lah satu dua anak yang

ganggu anak-anak lain yang sedang serius dan

menikmati proses edukasi, wajar sih menurut

saya…Dalam membangun kepercayaan

kepada orang dewasanya sebagaimana

mungkin kita gunain komunikasi yang benar

juga terkait tujuan kita apa, supaya mereka

mudah paham. Memang butuh effort gimana

agar mereka sadar bahwa mereka butuh itu

untuk desa mereka agar lebih baik.” (Permata

Andhika, 2019).

Pernyataan Informan Devina:

Page 106: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

91

“Kalo di lapangan lebih keliatan di

sekolah sih, karna kan crowd nya lebih

banyak. Jadi, keliatan banget tuh ada memang

yang bener-bener dengerin dan ada yang

sukanya cari attention, ada bahkan yang saling

tonjok-tonjokkan lah. Problemnya di Banten

mungkin karna orangtua nya keras kali ya,

jadi pembawaannya anak-anaknya mereka jadi

kasar juga attitude nya. Sebenernya gak

bapak-bapak, ibu-ibu, gak remaja, anak-anak

mereka cari attention. Jadi kita selalu gitu,

oke kalo mereka gak mau dengerin kita lebih

ke anak-anak yang memang mau dengerin aja

kan. Nah anak-anak yang nyari attention ini

jatohnya malah ribut sendiri, gangguin temen-

temennya yang lain yang memang mau

dengerin. Kalo secara general tidak ada

penolakkan, tapi kalo dari attitude kadang

mereka sulit untuk dikontrol.” (Devina, 2019).

Pernyataan Informan Afdhal:

“Penolakkan dalam hal yang masih

wajar iya. Khususnya remaja sih gua melihat

mereka-mereka ini kurang ada rasa ingin yang

lebih untuk berpartisipasi dalam program,

entah sebagai volunteer lokal atau pun sebagai

yang mengikuti program. Kalo gua sebutnya

itu, rasa keinginan yang kurang untuk terlibat

entah ini masuk atau enggak ke dalam

penolakkan. Sisanya juga masih dalam hal

wajar, mungkin temen-temen yang lain udah

sampaikan juga ya. Ya anak-anak lah, yang

beberapa sulit untuk diatur. Itupun kayaknya

bukan penolakkan deh, lebih ke susah diatur

aja.” (Afdhal Lesmana, 2019).

Page 107: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

92

Menurut apa yang telah ketiga informan

tuturkan, terjadinya penolakkan yang masih mereka

anggap bahwa hal tersebut adalah wajar dari

prosesnya yang memang hanya dipegang dengan

sedikit sumber daya manusia. Dari mulai kepada

orang dewasa yang kolot, anak-anak yang sulit untuk

dikontrol perilakunya, sampai dengan kesadaran para

remaja yang masih kurang dimana mereka enggan

terlibat ke dalam program.

Melakukan pendekatan dan komunikasi yang

jelas secara intens adalah cara yang KUN Humanity

System lakukan dalam membangun kepercayaan

produk sosial. Pendekatan tersebut secara khusus

mereka lakukan kepada masyarakat lokal yang

berpotensi untuk lebih didengarkan, yaitu orang-

orang yang berpengaruh sehingga dijadikan volunteer

lokal untuk menjembatani apa yang sekiranya pihak

KUN Humanity System tidak dapat jangkau. Selain

itu, salah satu cara yang mereka gunakan untuk

menyentuh hati masyarakat adalah dengan kalimat-

kalimat menakut-nakuti yang dapat membangun

kesadaran terkait apa dampak dari perilaku hidup

yang tidak sehat di wilayah pesisir pantai. Hal ini

disampaikan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program, sebagai berikut:

Page 108: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

93

“Yang pertama itu kita lakukan

pendekatan dan komunikasi secara terus

menerus pastinya, saya pikir kalo kita mau

kasih tau sesuatu yang lebih baik ke orang

lain, kita harus saling mengenal dulu, minimal

dengan beberapa orang lokal sana yang

berpengaruh. Salah satu volunteer lokal yang

sangat membantu itu ada, Pak Irfan

contohnya. Melalui Pak Irfan juga kita lebih

mudah untuk menjangkau orang-orang disana,

secara gak semua dari kita kan juga bisa

Bahasa Sunda…Salah satu cara kita untuk

menyentuh hati masyarakat yang lain itu

dengan kalimat-kalimat menakuti. Memang

sepertinya berlebihan, tapi memang harus

begitu saya kira untuk mengubah pola pikir

mereka yang sudah terlanjur terbentuk,

khususnya orang dewasa…Kalo untuk anak-

anak gak sesulit bicara sama orang dewasa ya

menurut saya, asal gimana caranya edukasi

yang kita kasih itu gak membosankan aja.”

(Permata Andhika, 2019).

Sumber: Dokumentasi KUN Humanity System

Gambar 4.4 Membangun Kepercayaan

Page 109: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

94

3. Delivering The Product Market Fit

(Pendistribusian Produk Sosial)

Distribusi program WASH dilakukan di desa

Sumber Jaya, Cigorondong, dan Taman Jaya.

Ketiganya merupakan desa di Kecamatan Sumur,

Pandeglang, Banten. Pendistribusian produk sosial

terbagi ke dalam dua segmen, yaitu untuk orang

dewasa dan anak-anak. Pelaksanaan WASH untuk

orang dewasa terpusat di Posyandu, sedangkan

pelaksanaan WASH untuk anak-anak tersebar di 13

sekolah dari 3 desa tersebut dan juga beberapa

dilakukan di lingkungan rumah. Lokasi

pendistribusian program WASH ditentukan melalui

proses koordinasi dengan aparatur desa dan pihak

sekolah-sekolah. Sedangkan apa yang mereka

lakukan di lingkungan rumah, bersifat kondisional.

Dimana melihat sekerumunan anak-anak bermain,

disitu mereka masuk untuk melakukan promosi

perilaku hidup bersih. Hal ini disampaikan oleh

program officer sekaligus pelaksana program Putri

Annisa dan ketua pelaksana program Permata

Andhika, sebagai berikut:

Pernyataan Informan Putri Annisa:

“Kami bergerak di tiga desa di

Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten, yaitu

Page 110: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

95

Sumber Jaya, Cigorondong, dan Taman Jaya.

WASH sendiri terbagi menjadi dua tempat,

untuk orang dewasa di Posyandu Kecamatan

Sumur dan untuk anak-anak kita laksanakan di

13 sekolah dari tiga desa tersebut. Sekolahnya

kebanyakan SD dan TK, kita sempet sekali ke

SMP tapi enggak ke SMA. Beberapa kali kita

juga lakukan edukasinya di lingkungan rumah,

yang biasa mereka jadikan tempat bermain,

kita masuk kesana.” (Putri Annisa, 2019).

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“Tempat pelaksanaannya kita

koordinasi dengan aparatur desa…pada

akhirnya dengan bekerjasama dengan Ibu-Ibu

PKK, kita dapet akses untuk lakukan kegiatan

di Posyandu. Sedangkan dengan sekolah-

sekolah, kita datang ke mereka, ke kepala

sekolah nya dan berkoordiasi juga dengan

guru-guru terkait perijinan dan enaknya

dimana nih kita lakukan kegiatannya…Kalo

pun tempat mana yang kita sisir untuk kita

lakukan operasi bareng warga itu

kondisional…Selebihnya…dimana ada anak-

anak, di lingkungan rumah biasanya, di situ

pula kita adakan kegiatan edukasi.” (Permata

Andhika, 2019).

Selain tempat, terdapat juga waktu

pelaksanaan program. Waktu pelaksanaan program

WASH disampaikan oleh Putri Annisa selaku

program officer sekaligus pelaksana program, sebagai

berikut:

“Program kami dari awal

dilaksanakan pada akhir Desember dan selesai

Page 111: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

96

pada akhir Agustus tepatnya tanggal 31. Jadi,

kalau dihitung, jangka waktu kita di sana

adalah 8 bulan, namun sempat kepotong kita

pulang ke kediaman masing-masing sekitar

seminggu sampai dua minggu karna lebaran

waktu itu. Tapi abis itu balik lagi, dan ya

sekitar 8 bulan kita disana. Tapi khusus

WASH kita baru laksanakan programnya di

bulan ke-3 kita disana untuk yang di handle

sama Ibu-Ibu PKK, sedangkan untuk anak-

anak yang di sekolah, WASH baru

dilaksanakan di bulan ke-6. Kita fokuskan

WASH di 2 bulan terakhir disana dengan rata-

rata seminggu itu kita ke 3 sekolah.” (Putri

Annisa, 2019).

Berdasarkan pemaparan informan di atas,

waktu pelaksanaan program WASH adalah dimulai

dari bulan ke-3 mereka berada di sana namun, hanya

berlaku kepada orang dewasa dan dibantu oleh Ibu-

Ibu PKK sebagai volunteer lokal disana. Sedangkan

untuk anak-anak, waktu pelaksanaan program WASH

adalah di bulan ke-6 yang berarti 2 bulan terakhir

KUN Humanty System berada di sana.

Proses KUN Humanity System dalam

menentukan waktu pelaksanaan berbarengan dengan

menentukan tempat. Yaitu melalui aparatur desa dan

sekolah-sekolah. Lalu, apa yang mereka lakukan

dengan anak-anak di lingkungan rumah situasinya

sama dengan bagaimana menentukan tempat

distribusi, dimana dari segi waktu mereka melakukan

Page 112: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

97

edukasi yang sifatnya kondisional. Hal ini

disampaikan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program, sebagai berikut:

“Waktu ini sebetulnya berbarengan

dengan ketika kita ingin tentuin tempat. Sama

prosesnya, melalui ijin dulu dari aparatur desa

dan sekolah-sekolah. Kalau yang di luar

sekolah, lebih ke random situation aja.

Misalkan kita lagi jalan mau kemana terus

ketemu sama sekumpulan anak-anak, ya kita

samperin. Kita kumpulin, kita kasih edukasi

langsung di tempat.” (Permata Andhika, 2019)

Setelah penentuan distribusi terkait waktu dan

tempat, KUN Humanity System melakukan

perencanaan promosi. Perencanaan promosi yang

KUN Humanity System lakukan adalah dengan

menyiapkan logistik yang diperlukan dalam program

WASH, termasuk di dalamnya media penyampaian

apa yang mereka gunakan. Setelah itu, mereka

melakukan ijin untuk melakukan kegiatan promosi

dan praktik kesehatan berdasarkan tempat dan waktu

yang telah didiskusikan dan ditentukan. Hal ini

disampaikan oleh Permata Andhika selaku ketua

pelaksana program:

“Yang pertama kita siapin apa aja

nih yang diperluin, contoh misalnya sabun kita

sediakan, lalu tempat untuk menaruh

sampahnya, diorama gigi, dan lain-lain deh

pokoknya yang kita butuhin untuk melakukan

Page 113: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

98

penyampaian edukasi. Setelah itu, itu tadi, ijin

ingin melakukan kegiatan disana. Setelah ijin,

diskusi dengan pihak aparatur, Ibu-Ibu PKK,

volunteer lokal, sekolah, untuk menentukan

kapan dan dimana kita lakukan kegiatan.

Setelahnya, di hari H ya kita langsung lakukan

promosi dan praktik kesehatannya.” (Permata

Andhika, 2019).

Cara penyampaian merupakan salah satu yang

terpenting dalam promosi produk sosial apapun

jenisnya, tangible atau intangible. Hal ini

disampaikan oleh dua informan selaku ketua

pelaksana dan pelaksana program WASH Permata

Andhika dan Devina, sebagai berikut:

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“Cara penyampaian yang kita

lakukan biasanya kita setelah kenalan, kenalan

dulu ya pasti. Setelah kenalan biasanya yang

pertama kali kami lontarkan itu pertanyaan

yang berkaitan dengan kesehatan, apa

pentingnya cuci tangan, sampah organik non

organik, cara menyikat gigi, dampaknya, dan

lain sebagainya. Jadi, caranya adalah kita coba

untuk tau dulu apa yang mereka tau. Gimana

caranya bikin anak-anak terangsang untuk

berpikir. Dan kita juga lakukan apresiasi

terhadap jawaban mereka. Setelah itu, baru di

akhir kita kasih penjelasan biasanya yang

lebih lengkap. Cara penyampaiannya seperti

itu sih kurang lebih ya.” (Permata Andhika,

2019).

Pernyataan Informan Devina:

Page 114: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

99

“…lebih ekspresif dengan

penekanan-penekanan. Karna itu juga anak-

anak jadi lebih tertarik untuk

dengerin…awalnya kan pengenalan, setelah

itu baru proses pengajaran. Yang coba kita

terapin itu gimana caranya kita narik jawaban

dari anak-anak itu sendiri…kita juga kasih

pujian atas apa yang mereka tau berdasarkan

jawaban mereka…supaya mereka semakin

semangat untuk belajar lebih, untuk tahu lebih

banyak lagi…Jadi, kenapa gak kita melihat

apa yang mereka tau dulu, dan encourage apa

yang mereka tau itu adalah sesuatu yang

berharga. Pada intinya kita hadir untuk gimana

caranya kita encourage mereka untuk berpikir

sendiri…Jadi, cara penyampaiannya kita ubah

seperti itu.” (Devina, 2019).

Menurut apa yang telah disampaikan oleh

kedua informan, dapat dikatakan bahwa cara

penyampaian yang mereka lakukan di mulai dari

perkenalan. Setelah itu, mereka mencoba untuk

melontarkan pertanyaan. Setelah sasaran menjawab,

yang mereka lakukan adalah mengapreasi atas

jawaban yang sasaran lontarkan. Di akhir mereka

memberi penjelasan lengkap tentang pengetahuan

terkait kebersihan diri dan lingkungan serta

dampaknya.

Page 115: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

100

Sumber: Dokumentasi KUN Humanity System

Gambar 4.5 Cara Penyampaian

Cara penyampaian yang dilakukan oleh KUN

Humanity System menjadi hal yang menarik bagi

salah satu volunteer yang bergerak di bidang

dokumentasi, yaitu Afdhal Lesmana. Menurutnya apa

yang dilakukan oleh ketiga pelaksana program

WASH, Permata Andhika, Putri Annisa, dan Devina

merupakan hal yang patut untuk diapresiasi apabila

menilai dari segi gender dengan keterbatasan sumber

daya manusia yang ada, lokasi yang disisir, dan

waktu yang tidak sebentar. Berikut pernyataan yang

disampaikan berdasarkan wawancara yang peneliti

Page 116: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

101

lakukan dengan Afdhal Lesmana, dokumenter

program WASH:

“Yang menarik menurut gua itu

prosesnya. Bagi gua ngejalanin program

dengan jangka waktu yang lama dan menyisir

3 desa, 13 sekolah dan cuma dilakuin bertiga

yang perempuan semua, itu menarik banget

sih. Daya juang dan dedikasi mereka itu hebat.

Terus yang paling menarik menurut gua ini,

yang dilakuin sama Vina. Dia ini keliatan

totalitas banget dalam hal penyampaian,

walaupun Teh Mata dan Teh Putri juga sama

tapi yang dilakuin Vina ini lebih dari sekedar

edukasi tapi juga ada sisi entertainment nya

juga. Jadi, anak-anak selain dapat ilmu dia

juga dapat hiburannya. Untuk mencairkan

anak-anak yang rame, yang dilakuin sama

Vina itu efektif menurut gua dan jadi sangat

menarik.” (Afdhal Lesmana, 2019).

Media yang digunakan oleh KUN Humanity

System dalam melakukan promosi dan praktik

kesehatan adalah salah satunya dengan menggunakan

lagu tentang kebersihan diri dimana mereka

melibatkan sasaran dalam pembuatannya. Selain itu,

mereka menggunakan diorama gigi. Diorama gigi ini

mereka gunakan sebagai alat dalam penyampaian

cara menyikat gigi yang baik dan benar. Berdasarkan

wawancara peneliti dengan kedua informan, Permata

Andhika dan Devina selaku ketua pelaksana program

Page 117: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

102

dan pelaksana program, berikut adalah pernyataan

mereka tentang hal ini:

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“Media itu yang pertama lagu. Kita

bikin lagu tentang kesehatan, cara cuci tangan

yang benar. Jadi untuk anak-anak sebelum kita

melakukan hygiene practice kita nyanyi dulu.

Lagu sebagai media kita memberi informasi.

Ada juga diorama gigi, lebih ke alat sih ya

peralatan yang kita pake pada saat memberi

edukasi. Untuk media penyampaian dua hal

itu aja sih.” (Permata Andhika, 2019).

Pernyataan Informan Devina:

“Media khusus dalam penyampaian

edukasinya ya, ada. Jadi, aku sama Afdal,

salah satu volunteer KUN juga tapi sebetulnya

dia lebih sebagai dokumenter dan media

disana. Kita berdua bikin miniatur gigi yang

gede gitu tujuannya supaya anak-anak lebih

tertarik. Selain kita bikin lagu juga sebagai

media promosi kebersihan. Kalo kebaruan

yang kita coba lakukan cuma itu sih ya,

diorama gigi sama lagu sebagai medianya.

Ada yang menarik sih soal lagu, waktu itu kita

ketemu sama anak-anak sekitar usia ya 8

sampai dengan 9 tahun lah ya masih kecil

banget itu mereka ngamen, bawa ukulele sama

drum dari pipa gitu. Mereka ketemu kita di

jalan, terus Teh Mata kasih tantangan tuh ke

mereka bisa atau enggak bikin lirik nanti kita

jadiin lagu tentang jangan buang sampah

sembarangan. Dan akhirnya mereka bikin tuh

bareng kita, terus kita nyanyiin deh. Ini di luar

Page 118: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

103

dari apa yang kita lakuin di sekolah.” (Devina,

2019).

Hal pertama yang dilakukan oleh KUN

Humanity System dalam proses presentasi program

WASH adalah mengumpulkan target adopter di satu

tempat. Sebelum melakukan promosi kesehatan,

sebagai bagian dari praktik kesehatan, mereka

mengajak target adopter untuk melakukan

pemanasan dengan melakukan senam. Setelah itu,

mereka membuat lagu tentang kebersihan dan

menyanyikannya bersama, dibarengi dengan

penyampaian edukasi dengan cara dan media yang

sudah dibahas sebelum ini. Setelah melakukan

promosi kesehatan, mereka beralih ke praktik

kesehatan dengan apa yang mereka telah pelajari di

sesi promosi kesehatan.

“…Yang pertama kita kumpulin

dulu anak-anaknya di satu tempat…kita ajak

mereka gerak dulu, semacam senam

aja…Kalo sudah, kita lakukan edukasi tuh

dengan cara penyampaian yang tadi itu.

Penyampaiannya dibarengi dengan kita bikin

lagu soal cara cuci tangan yang benar, dan

kalo gigi cara menyikat gigi yang benar juga

gimana, abis itu kita nyanyiin bareng-bareng.

Kalo yang pake diorama gigi, kita kasih tau

cara yang benar menggunakan gigi itu sih

karna besar jadi mereka bisa lihat semua kan.

Setelah itu kita lakukan hygiene practice nya,

kita ajak mereka untuk mungutin sampah dulu

Page 119: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

104

biasanya di lingkungan sekitar sekolah untuk

anak-anak yang di sekolah, di lingkungan

rumah kalo anak-anak yang kita kasih

edukasinya di lingkungan rumah. Setelah itu

kita bawa anak-anak ke kamar kecil, kamar

mandi, atau toilet, dimana ada keran deh disitu

baru kita lakukan praktik cuci tangan bareng-

bareng tuh…” (Permata Andhika, 2019).

Sumber: Dokumentasi KUN Humanity System

Gambar 4.6 Eksekusi Pemasaran Sosial

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

mengenai respon sasaran terkait program WASH,

Page 120: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

105

dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan respon

dari apa yang mereka lakukan dan berikan adalah

menyenangkan bagi sasaran khususnya anak-anak.

Terdapat sedikit respon yang kurang memuaskan dari

sasaran yang berusia remaja, namun secara

keseluruhan respon semua sasaran dapat dikatakan

baik. Hal ini disampaikan oleh dua informan, yaitu

Devina dan Afdhal Lesmana selaku pelaksana dan

dokumenter program WASH, sebagai berikut:

Pernyataan Informan Devina:

“…Ngeliat gigi, gusi dan sikat gigi

yang gede gitu mereka seneng banget.

Nyatanya ya memang anak-anak kelihatan

lebih antusias. Pake media lagu juga bikin

suasananya lebih menarik kan. Apalagi yang

semi lenong itu, keliatan mereka jadi lebih

senang dan jadinya mengurangi kemungkinan

ada rasa bosannya juga soal edukasi yang kita

kasih. Keseluruhan sih respon mereka ya

senang, antusias walaupun ada lah kendala

kecil-kecil dalam prosesnya. Penolakkannya

mungkin lebih keliatan kalo untuk remaja

agak susah sih untuk diajaknya. Di SMP

waktu itu pernah sekali tentang psycho

education dan kebersihan daerah kewanitaan,

tapi aku waktu itu gak ikut sih tapi ada sekali

setau aku. Dan penolakkannya berupa kayak

apa yang kita ajarin itu menurut mereka kayak

yang buat bocah gitu, jadi mereka merasa gak

terlalu penting mungkin.” (Devina, 2019).

Pernyataan Informan Afdhal Lesmana:

Page 121: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

106

“…Entah senang terhadap ilmu

baru, atau senang karna menganggap kegiatan

ini bagian dari hiburan dengan segala hal yang

temen-temen kasih itu dari segi cara

penyampaian yang entertaining juga. Overall

menurut gua respon mereka baik ya, dan

terlihat menikmati kegiatan yang kita kasih.

Kalo orang dewasa…sepertinya mereka

merasa bahwa apa yang mereka lakukan itu

penting. Jadi, PR nya adalah gimana

menimbulkan pemikiran yang serius kepada

mereka tentang pentingnya berperilaku hidup

sehat dari hal yang paling simple sampai yang

kompleks seperti TPS dan lain sebagainya aja.

Mungkin part yang sulit di situ, menimbulkan

kesadaran yang serius.”

Selain respon, yang tidak kalah pentingnya

adalah informasi mengenai apa saja faktor

penghambat dan pendukung dalam tahap distribusi

dan promosi dalam tahapan manajemen pemasaran

sosial. Maka dari itu, hal ini disampaikan oleh tiga

informan, yaitu Permata Andhika, Devina, dan

Afdhal Lesmana selaku ketua pelaksana program,

pelaksana program, dan dokumenter program:

Pernyataan Informan Permata Andhika:

“…menurut saya, yang sulit adalah

di ranah sistem. Kaitannya dengan sampah

yang mereka hasilkan misalkan sehari-hari,

dengan tempat pembuangan sampah yang

sedikit dan tidak adanya pengelolaan dan

pengolahan sampah yang dilakukan secara

serius otomatis akan berdampak

Page 122: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

107

buruk…terkait pengadaan TPS…berkaitan

dengan pemerintahan setempat yang dimana

kita sulit untuk masuk di ranah ini. Belum lagi

pada saat itu situasi politik disana juga sedang

tinggi tensinya. Yang paling menyebalkan

adalah ketika kita sudah punya planning

dengan aparatur desa, tiba-tiba kepala desanya

ganti…kita membayangkan, andaikan remaja

disana lebih mau untuk bergerak mungkin

program ini akan lebih baik dalam

prosesnya...” (Permata Andhika, 2019).

Pernyataan Informan Devina:

“…kita punya keuntungan dateng

sebagai orang baru, orang kota. Jadi, ya kita

semua diterima aja gitu, kita kayak ibaratkan

lenong badut. Mereka sangat terlihat sangat

butuh hiburan, bahkan kita bercanda receh

diajak main gajelas aja sebenernya mereka

senengnya bukan main…Jadi, kita lihat itu

sebagai keuntungan. Kalo yang menghambat

di WASH itu paling ya itu tadi kita cuma

bertiga atau bahkan beberapa tempat kita

berdua, dan nanganin segitu banyak anak di

sekolah…jadi penghambat proses

pelaksanaannya…diorama gigi itu misalnya,

karna antusias mereka yang terlalu tinggi dan

cenderung susah dikontrol, gigi nya tuh jadi

banyak yang copot, dan rusak yang akhirnya

bisa kepake sekali.” (Devina, 2019).

Pernyataan Informan Afdhal Lesmana:

“Menurut gua sih dengan program

yang cuma di handle sama dua atau tiga orang

sedangkan anak-anaknya itu banyak agak

susah untuk supaya mereka itu mau ikutin

semua proses yang kita arahin. Contohnya

Page 123: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

108

yang diorama gigi, karna terlalu digandrungi

sama anak-anak, jadinya giginya ya gitu

berantakan deh. Dampaknya, cuma bisa

dipake sekali tuh. Sepengelihatan gua itu aja

sih. Kalo pendukung, untuk program yang

dewasa itu kita didukung sama volunteer

lokal, ada Ibu-Ibu PKK kan jadi sangat

membantu kita lah disana untuk handle orang

dewasa.” (Afdhal Lesmana, 2019).

Menurut apa yang disampaikan oleh Permata

Andhika, terdapat faktor penghambat di ranah sistem.

Hal ini berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang

dibuat oleh aparatur desa yang kurang tepat sasaran.

Hal ini juga berkaitan dengan situasi politik disana

pada saat itu yang memanas. Kebijakan mengenai

pengadaan berarti berhubungan dengan dana. Dana

ini berkaitan langsung dengan aparatur desa. Jadi,

menurutnya hal ini berkesinambungan dan menjadi

salah satu penghambat. Namun, mereka sangat

terbantu dengan kehadiran volunteer lokal terutama

Ibu-Ibu PKK dalam proses pelaksanaan program.

Sedangkan dari apa yang disampaikan oleh

Devina, mereka sangat diuntungkan dengan kondisi

bahwa mereka datang sebagai orang kota. Menurut

pandangan Devina, kondisi tersebut membantu

mereka untuk lebih mudah masuk ke dalam dan

target adopter lebih mudah untuk menerima

kehadiran mereka yang tentunya ini berkaitan dengan

Page 124: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

109

budaya yang telah terbentuk di sana. Yang digaris

bawahi oleh Devina mengenai penghambat program

adalah di dalam prosesnya dimana sering kali

ditemukan bahwa target adopter mencari-cari

perhatian saat proses pelaksanaan program

berlangsung.

Pernyataan Afdhal Lesmana tidak jauh

berbeda dengan kedua informan, yaitu dalam

prosesnya dimana anak-anak sulit dikontrol

khususnya pada saat promosi kesehatan gigi. Dalam

faktor pendukungnya, mereka bertiga setuju bahwa

kehadiran volunteer lokal sangat membantu proses

pelaksanaan program mereka.

Program WASH tidak hanya terdapat

promosi, tetapi di dalamnya terdapat praktik

kesehatan. Hal ini disampaikan oleh ketua pelaksana

program, Permata Andhika:

“Mungkin kalo berupa barang atau

suatu benda yang kita kasih, kita akan

melakukan itu sih ya. Kalo apa yang kita

berikan kan itu berupa edukasi, jadi ya bukan

benda. Palingan apa yang mereka coba itu

praktiknya. Yang CTPS tentu mereka praktik

langsung, kita sediakan sabunnya jadi setelah

edukasi tuh mereka langsung coba praktik.

Yang edukasi menyikat gigi juga tuh mereka

cobain sendiri pake diorama giginya. Tapi, ya

gitu terlalu gembira mereka jadi giginya rusak.

Page 125: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

110

Tapi yang kita lakukan cuma kasih edukasi

tapi membimbing mereka langsung lewat

praktiknya juga.” (Permata Andhika, 2019).

4. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Penelitian)

Poin pertama dalam tahapan ini adalah

monitoring, hal ini dipaparkan oleh ketua pelaksana

program Permata Andhika, sebagai berikut:

“Monitoring kita kesana langsung

itu enggak. Jadi kan total 8 bulan kita disana,

pada saat bulan ke delapan saat kita merasa

bahwa mereka sudah bisa di tinggal, udah kita

minta ijin untuk mundur dan pulang.

Monitoring yang dilakukan itu paling kabar-

kabaran via telepon…harus kita akui juga kalo

di beberapa tempat programnya mereka bilang

udah gak jalan. Tapi kalo yang di

Cigorondong masih tuh, mereka masih aktif

bikin pupuk organik dari sisa makanan. Kalo

dari sikap gaya hidup sehat terkait apa yang

kita edukasi, mungkin saya gak akan bisa nilai

karna emang belum sempat kesana…saya

punya keyakinan tersendiri sih mungkin gak

semua orang tapi banyak atau beberapa dari

mereka udah tergerak untuk melakukan gaya

hidup sehat.” (Permata Andhika, 2019).

Monitoring yang dilakukan adalah secara

tidak langung, melainkan via telekomunikasi, dengan

pesan atau bicara melalui telepon secara langsung.

Berdasarkan komunikasi yang dilakukan, terungkap

bahwa tidak semua desa masih menjalankan program

Page 126: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

111

yang telah diberikan, hanya desa Cigorondong yang

masih aktif membuat pupuk organik dari sisa

makanan. Namun, Permata Andhika menjelaskan

bahwa terkait perilaku hidup bersih tidak dapat

menilai apabila tidak dilakukan monitoring secara

langsung. Konsep program WASH menurutnya sudah

ditentukan dari awal terkait waktu pelaksanaan, jadi

monitoring langsung tidak mereka jadikan sebagai

salah satu agenda dari program.

Selain monitoring, dalam tahap ini terdapat

penelitian yang digunakan untuk mengetahui

kekurangan program. Berdasarkan wawancara yang

peneliti lakukan dengan ketua pelaksana program,

dapat dikatakan bahwa tidak ada penelitian pasca

program. Berikut pernyataan yang dipaparkan oleh

Permata Andhika selaku ketua pelaksana program:

“Kalo penelitian gak ada sih. Kita

cuma monitoring aja. Itu juga sekedar

komunikasi via telepon. Sekaligus kita

berusaha untuk gak putus silaturahim dengan

warga sana.” (Permata Andhika, 2019).

Tidak ada kekeliruan atau kesalahan terhadap

proses pelaksanaan program, karena menurutnya apa

yang mereka lakukan sudah sesuai rencana. Namun,

karena dalam pelaksanaannya hanya dilakukan oleh

sedikit orang maka menyebabkan mereka

Page 127: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

112

membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih panjang.

Jadi, kesalahan bukan terletak pada saat proses

pelaksanaan. Namun, sumber daya manusia dalam

praktiknya yang kurang banyak sehingga

menyebabkan adanya kendala-kendala kecil seperti

kurang bisa terkontrolnya anak-anak yang cenderung

tidak baik dalam mengikuti program. Walaupun,

dalam hal tersebut secara keseluruhan masih dapat

ditangani. Hal ini disampaikan langsung oleh ketua

pelaksana program, Permata Andhika:

“Kekeliruan program enggak

menurut saya…Kalo kesalahan mungkin dari

segi sumber daya manusia yang kita punya

dari KUN ya, itu tergolong sedikit sih. WASH

dalam pelaksanaannya cuma di tanganin sama

tiga orang sedangkan apa yang kita lakukan

disana cukup banyak, kita juga gak hanya

WASH aja kana da program lainnya juga

makanya jadi memakan waktu yang panjang

juga. Jadi, kesalahannya bukan terletak pada

proses tapi mungkin lebih ke perencanaan.

Karna SDM itu bagian dari

perencanaan…Andaikan kita punya orang

lebih banyak, mungkin kejadian kayak

diorama gigi yang rusak gak akan terjadi,

karna lumayan sulit juga mengontrol rasa

gembira anak-anak yang terlalu tinggi…”

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan

mengenai evaluasi dengan ketua pelaksana program,

dapat dikatakan bahwa tidak ada evaluasi di akhir

Page 128: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

113

program. Namun, mereka melakukan evaluasi pada

saat proses pelaksanaanya. Hal pembaruan yang

mereka lakukan adalah melakukan promosi kesehatan

gigi. Hal ini disampaikan oleh Permata Andhika

selaku ketua pelaksana program, sebagai berikut:

“Evaluasi yang kita lakukan setelah

kita selesai dan pulang gak ada. Kalo evaluasi

pada saat prosesnya, ada. Untuk anak-anak

kita lakukan WASH kan selama 2 bulan ya,

waktu itu kita merasa bahwa monoton kalo

cuci tangan lagi, cuci tangan lagi. Karna isu

kesehatan itu luas kan, maka dari itu di

pertengahan kita menginisiasi untuk sedikit

melebar dari cuci tangan, pengelolaan sampah,

ke cara menyikat gigi yang benar. Jadi

diorama gigi itu ada saat di pertengahan,

bukan hal yang kita rencanain dari awal. Kalo

evaluasi yang kita lakukan pasca selesai dari

sana, gak ada.”

Berkaitan dengan monitoring dan evaluasi,

salah satu informan sebagai pelaksana program,

Devina menyampaikan pendapatnya mengenai hal

tersebut:

“…Gak yang kita balik lagi kesana

untuk pantau langsung, tapi komunikasi via

telepon dengan mereka dan setau aku yang

melakukan itu Teh Mata dan Teh Putri.

Evaluasi juga aku pikir setelah kita pulang,

programnya ya kita anggap selesai…Kalo

evaluasi di tengah-tengah program berjalan sih

ada, kayak misalkan diorama gigi itu kan

bukan rencana awal kita. Karna kita melihat

Page 129: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

114

ada sisi kebosanan disitu juga, jadi kita mau

nambahin apa yang mau kita edukasi, yaitu

cara menyikat gigi yang benar. Selebihnya

paling, cara penyampaian yang tadi aku bilang

itu yang harus kita ubah…Evaluasinya lebih

ke arah proses yang kayak gitu.”

Secara pribadi Devina tidak melakukan

monitoring secara langsung atau tidak langsung.

Megenai evaluasi menurutnya dari dalam proses

pelaksanaannya. Contohnya adalah diorama gigi dan

cara penyampaian yang diubah saat cara

penyampaian sebelumnya tidak terlalu efektif untuk

target adopter.

Berkaitan dengan perubahan strategi dalam

program WASH, Permata Andhika menyampaikan

bahwa terdapat pergeseran fokus dari hanya

melakukan promosi kesehatan dalam isu cuci tangan

pakai sabun dan pengelolaan limbah, tapi bergeser ke

promosi kesehatan gigi. Menurutnya, ini bagian dari

strategi yang diubah dalam proses pelaksanaan

program WASH.

“Ini kaitannya sama dengan

evaluasi tadi, pergeseran isu bukan isu ya tapi

fokus dari yang tadinya cuma cuci tangan dan

pengelolaan sampah lalu kita tambah ke cara

menyikat gigi itu bagian dari strategi yang kita

lakukan juga. Selain kita yang bosen, kita juga

menghindari anak-anak bosen, supaya ada

kebaruan juga yang kasih.”

Page 130: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

115

Page 131: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

116

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian mengenai tahapan

manajemen pemasaran sosial yang berkaitan dengan pembahasan

teori yang telah dicantumkan pada bab-bab sebelumnya. Proses

analisa temuan penelitian ini akan berisi tentang 4 tahapan

manajemen pemasaran sosial program promosi kesehatan yang

dilakukan oleh KUN Humanity System, yaitu: A) Defining The

Product Market Fit; B) Designing The Product Market fit; C)

Delivering The Product Market fit; D) Defending The Product

Market fit.

A. Defining The Product Market Fit (Identifikasi

Masalah)

Berdasarkan hasil analisa terkait apa yang

disampaikan oleh ketua pelaksana program Wash, Water,

and Sanitation (WASH) mengenai identifikasi masalah

untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh sasaran,

sesuai dengan teori Kotler (dilihat Bab II hal. 33-34),

yaitu social marketer diharuskan mencari kesesuaian

antara ide atau praktik sosial dengan apa yang dicari,

dibutuhkan, dan diinginkan oleh sasaran untuk

menyelesaikan masalahnya. Seringkali sasaran tidak

mampu mengidentifikasi sendiri masalah yang sedang

Page 132: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

117

dihadapinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa langkah paling

awal yang harus dilakukan adalah identifikasi masalah.

Hal ini dilakukan untuk mengenali lebih dalam akar

masalah sehingga informasi tersebut dapat digunakan

untuk mencari ide atau praktik sosial yang akan

dipasarkan serta menentukan siapa sasaran yang akan

dituju.

Langkah ini ditegaskan kembali dari hasil

wawancara dengan ketua pelaksana program WASH,

bahwa identifikasi diperlukan untuk mengetahui seberapa

dampak akan masalah sosial yang terjadi (dilihat Bab IV

hal. 76-78). Identifikasi dilakukan dengan cara gathering

information. Melalui rapid assessment identifikasi

dilakukan untuk mengetahui siapa sasaran yang dituju dan

apa saja yang dibutuhkan oleh sasaran. In-depth

assessment, yaitu identifikasi untuk mengetahui dalam isu

apa mereka dapat bergerak yang berkaitan dengan mengisi

kekosongan terkait isu apa yang tidak dilakukan oleh

pihak lain. Keempat hal tersebut menjadi langkah awal

dalam membentuk produk sosial yang kemudian akan di

pasarkan. Dengan demikian, langkah-langkah tersebut

membantu proses identifikasi dan membantu social

marketer dalam mencari sekaligus menyesuaikan ide dan

praktik sosial dengan kebutuhan sasaran untuk dijadikan

program pasca bencana.

Page 133: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

118

B. Designing The Product Market Fit (Perencanaan

Produk Sosial)

Social marketer dalam merancang suatu produk

sosial yang ingin dipasarkan diharapkan membuat

perencanaan produk untuk didistribusikan kepada

khalayak sasaran (dilihat Bab II hal. 35). Dalam hal ini

dapat dijelaskan hasil analisis melalui wawancara yang

peneliti lakukan dengan ketua pelaksana program WASH,

bahwa melakukan koordinasi dengan aparat pemerintahan

merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam

tahap awal untuk membuat perencanaan produk yang

kemudian didistribusikan kepada khalayak sasaran dalam

konteks kebencanaan. Koordinasi yang dimaksud adalah

mengenai penyampaian produk sosial sekaligus di

dalamnya terdapat perizinan terkait waktu pelaksanaan.

Keuntungan lain dari koordinasi dengan aparat

pemerintahan adalah untuk mendapatkan bantuan tenaga

dan mendapatkan akses terkait lokasi mana saja yang

kemudian dilakukan pendistribusian produk sosial.

Dalam merancang produk sosial terdapat hal yang

memperkuat produk sosial yang dipilih, misalnya dengan

memberi merk atau kemasan khusus (dilihat Bab II hal.

Page 134: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

119

35). Sedangkan produk sosial sendiri memiliki dua jenis,

yaitu tangible dan intangible (dilihat Bab II hal. 36).

Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan berdasarkan

wawancara dengan ketua pelaksana program WASH

dapat dikatakan bahwa produk sosial mereka adalah

promosi dan praktik kesehatan, yaitu produk sosial

intangible yang berupa gagasan atau ide. Jadi, produk

sosial tersebut tidak memiliki kemasaan atau merk seperti

halnya produk sosial tangible atau berupa barang. Hal

yang menarik didalamnya adalah proses pelaksanaan yang

dilakukan dengan keterlibatan masyarakat langsung.

Seperti halnya mengumpulkan sampah, membuat wadah

untuk sampah organik dan non-organik, sampai dengan

proses mengolah sampah dilakukan dengan keterlibatan

masyarakat secara langsung (dilihat Bab IV hal. 85-86).

Dalam merancang produk sosial intangible, social

marketer dihadapi dengan persoalan bagaimana membuat

sasaran tertarik akan produk sosial yang dipilih. Hal ini

masih berkaitan pada bagaimana social marketer

memperkuat produk sosial yang dipilih (dilihat Bab II hal.

35). Hasil analisis wawancara dengan ketua pelaksana

program dan pelaksana program WASH dapat dikatakan

bahwa cara penyampaian yang baik, terkonsep, interaktif

dan atraktif dapat dijadikan senjata dalam memperkuat

produk sosial intangible. Dimana tidak hanya gagasan dan

Page 135: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

120

ide yang diberikan, tapi juga bagaimana membuat gagasan

dan ide tersebut disenangi dengan cara dan media

penyampaian yang menghibur.

Berkaitan dengan teori Kotler mengenai harga

dalam pemasaran sosial (dilihat Bab II hal. 41-43) melalui

hasil analisis wawancara peneliti dengan ketua pelaksana

program WASH dapat dijelaskan bahwa tidak ada harga

berupa monetary cost (uang) dalam program promosi

kesehatan, namun terdapat harga berupa non-monetary

cost, yaitu time cost (waktu) dan perceive cost (resiko).

Dalam hal ini harga yang dibayarkan adalah berupa

keluangan waktu untuk mengikuti program, harga berupa

resiko beban sosial, harga berupa resiko penolakkan, dan

harga berupa resiko beban psikologis.

Pada umumnya, masyarakat pasca bencana

memiliki kesadaran akan membutuhkan bantuan sehingga

mau untuk meluangkan waktunya. Disisi lain, pelaksana

program WASH sebagai social marketer memiliki beban

sosial dimana datang sebagai orang baru dan berusaha

untuk melakukan perubahan. Dibutuhkan dukungan oleh

pihak yang dapat dipercaya untuk membantu membangun

kepercayaan dengan terlibat langsung dalam pelaksanaan

program sehingga memiliki peran lebih. Bagi beberapa

orang yang memiliki peran lebih dan mau terlibat

langsung dalam pelaksanaan program, harus merelakan

Page 136: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

121

waktu istirahatnya untuk membantu di luar waktu

pekerjaannya. Penerapan hal ini sesuai dengan teori

Kotler mengenai perceive risk cost dalam harga dalam

pemasaran sosial (dilihat Bab II hal. 42-43).

Selain keluangan waktu dan beban sosial, terdapat

harga lain yang harus dipertimbangkan yaitu berupa

resiko penolakkan. Berdasarkan hasil wawancara ketua

pelaksana program, pelaksana program, dan dokumenter

program WASH dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa

penolakkan terhadap produk sosial mereka. Resiko

penolakkan ini berkaitan dengan kurangnya kesadaran

remaja akan keterlibatan melakukan perubahan, pola pikir

orang dewasa yang telah terbentuk salah, dan anak-anak

yang sulit dikendalikan perilakunya (dilihat Bab IV hal.

91-92).

Terdapat penolakkan oleh remaja untuk terlibat

langsung ke dalam program. Dapat dikatakan bahwa

penolakkan ini berupa kurangnya kesadaran akan

kebutuhan edukasi dan kesadaran akan peran anak muda

dalam melakukan perubahan perilaku. Maka dari itu,

butuh diberikan pemahaman lebih jelas dan extra untuk

menumbuhkan kesadaran pada remaja dan informasi yang

diberikan secara lengkap harus dilakukan untuk

mengurangi resiko penolakkan terhadap produk sosial

yang dipasarkan. Hal ini sesuai dengan teori Kotler

Page 137: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

122

mengenai cara mengurangi perceive risk cost (resiko)

berupa penolakkan terhadap produk sosial (dilihat Bab II

hal. 43).

Pola pikir orang dewasa yang sejatinya telah

terbentuk salah dan cenderung sulit untuk diubah,

membuat social marketer sebagai agen perubahan

memiliki beban psikologis. Hal ini sesuai dengan teori

Kotler mengenai resiko beban psikologis social marketer

(dilihat Bab II hal. 42). Maka dari itu upaya yang

dilakukan oleh pelaksana program WASH sebagai social

marketer dalam melakukan promosi kesehatan juga lebih

mengarah ke komunikasi dengan mempengaruhi kondisi

psikologis sasaran, dengan cara penyampaian yang

cenderung mengintimidasi namun tetap tidak mengurangi

isi dari informasi mengenai pentingnya perilaku hidup

bersih (dilihat Bab IV hal. 92-93).

Berdasarkan analisis hasil wawancara peneliti

dengan pelaksana program WASH dapat dikatakan bahwa

penolakkan yang ditunjukkan oleh beberapa anak-anak

kecil dipengaruhi oleh budaya pola asuh yang salah dari

orang tua sehingga mempengaruhi perilaku beberapa

anak-anak yang cenderung bersikap kasar satu dengan

lainnya (dilihat Bab IV hal. 91). Perilaku tersebut

menggangu proses pelaksanaan program. Jadi, dapat

dikatakan bahwa resiko penolakkan yang dialami

Page 138: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

123

pelaksana program WASH selaku social marketer dalam

hal ini bukan merupakan penolakkan yang sesungguhnya

melainkan sikap dari beberapa anak yang sulit

dikendalikan sehingga mengganggu berlangsungnya

proses pemasaran produk sosial.

C. Delivering The Product Market Fit (Pendistribusian

Produk Sosial)

Sesuai dengan teori Kotler mengenai perencanaan

distribusi produk sosial (dilihat Bab II hal. 46), langkah

pertama yang harus dilakukan oleh social marketer dalam

tahap ini adalah menentukan tempat serta waktu

distribusi. Analisis berdasarkan hasil wawancara ketua

pelaksana program WASH dapat dijelaskan bahwa bahwa

cara yang mereka lakukan adalah dengan melakukan

koordinasi dengan aparat pemerintahan, melakukan

pendekatan dengan organisasi dibawah naungan aparat

pemerintah, membangun komunikasi kerjasama dengan

pihak sekolah. Sehingga hal ini kemudian efektif dalam

mendapatkan akses tempat distribusi produk sosial yang

mudah di akses dan menentukan waktu distribusi produk

sosial yang tepat serta dapat dihadiri oleh khalayak

sasaran.

Tidak seperti produk sosial tangible, produk sosial

intangible dalam proses distribusi adalah dengan

menggunakan proses komunikasi. Siapa yang menjadi

Page 139: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

124

komunikator, cara penyampaian seperti apa yang

dilakukan dan digunakan sebagai senjata dalam

melakukan proses distribusi produk sosial, dan termasuk

didalamnya terdapat media apa yang digunakan oleh

social marketer dalam proses distribusi produk sosial. Hal

ini sesuai dengan teori Kotler mengenai proses distribusi

produk sosial (dilihat Bab II hal. 47).

Berdasarkan analisis dari wawancara yang peneliti

lakukan dengan ketua pelaksana program dan pelaksana

program WASH dapat dikatakan bahwa cara

penyampaian yang dilakukan sesuai dengan teori Kotler

mengenai salah satu alur distribusi produk sosial (dilihat

Bab II hal. 47-48), yaitu alur the one step flow model.

Cara penyampaian yang dilakukan adalah dengan

mendistribusikan produk sosial langsung kepada khalayak

sasaran. Terdapat cara penyampaian yang menarik dan

merupakan suatu kebaruan yang dilakukan yaitu dengan

merangsang khalayak sasaran berpikir melalui pertanyaan

yang dilontarkan oleh pelaksana program WASH selaku

social marketer. Setelahnya dilakukan apresiasi terkait

jawaban khalayak sasaran untuk membangun kepercayaan

diri akan pengetahuan yang dimiliki (dilihat Bab IV hal.

98-99).

Sesuai dengan teori Kotler, media merupakan

salah satu hal yang perlu dipertimbangkan untuk

Page 140: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

125

mendukung cara penyampaian yang dilakukan oleh social

marketer (dilihat Bab II hal. 47). Berdasarkan analisis

hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pelaksana

program WASH, dapat dikatakan bahwa media memiliki

peran penting dalam penyampaian suatu produk sosial.

Media dapat menjadi sesuatu yang dapat memperkuat

posisi produk sosial, seperti yang dilakukan oleh

pelaksana program Wash, Water, and, Sanitation yaitu

menjadikan lagu sebagai media penyampaian dan diorama

gigi yang digunakan sebagai alat menyampaian edukasi

(dilihat Bab IV hal. 101-102). Dengan proses yang

melibatkan, hal tersebut dilakukan untuk membuat

khalayak sasaran tertarik dengan isi pesan yang

disampaikan.

Berdasarkan analisis hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan pelaksana program WASH

(dilihat Bab IV hal. 102-103), dapat dikatakan bahwa

pendekatan komunikasi dalam perencanaan promosi yang

dilakukan oleh pelaksana program WASH adalah dengan

menggunakan salah satu model komunikasi dalam

pendekatan komunikasi massa menurut teori Kotler, yaitu

learn-feel-do (dilihat Bab II hal. 49). Proses promosi

produk yang diawali dengan mempengaruhi pengetahuan

khalayak sasaran (learn) dengan memberikan edukasi,

kemudian dilanjutkan dengan komunikasi untuk

Page 141: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

126

mempengaruhi perasaan sehingga dapat merubah sikap

(feel), dan melakukan apa yang telah dipelajari (do)

sehingga kemudian dapat merubah perilakunya.

Selain perencanaan distribusi dan perencanaan

promosi, di dalam teori Kotler juga terdapat yang

dinamakan adoption triggering dalam tahap delivering

product market fit, yaitu membiarkan khalayak sasaran

mencoba produk sosial yang dipasarkan (dilihat Bab II

hal. 54). Berdasarkan analisis hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan pelaksana program WASH, dapat

dikatakan bahwa teori tersebut sesuai dengan apa yang

dilakukan oleh pelaksana program WASH. Hal ini

dikarenakan program WASH tidak hanya berhenti pada

promosi kesehatan, tetapi juga terdapat praktik kesehatan

didalamnya yang dilakukan setelah pesan diberikan

(dilihat Bab IV hal. 109).

D. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Penelitian)

Dalam tahap ini sesuai dengan teori Kotler, social

marketer diharapkan melakukan penelitian untuk

mengetahui kekeliruan yang terjadi dan senantiasa

mengubah strategi apabila terjadi kekeliruan (dilihat Bab

II hal. 54-55). Berdasarkan analisis hasil wawancara

peneliti dengan ketua pelaksana dan pelaksana program

WASH, dapat dikatakan bahwa yang dilakukan adalah

Page 142: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

127

melakukan pengamatan respon khalayak sasaran yang

digunakan sebagai bahan evaluasi dalam proses

pelaksanaan program. Hasilnya adalah terdapat

penambahan fokus produk sosial, yang sebelumnya hanya

terfokus pada promosi kebersihan tangan dan kebersihan

lingkungan bertambah satu hal, yaitu promosi kebersihan

gigi.

Selain penelitian yang digunakan sebagai bahan

evaluasi, terdapat monitoring yang harus dilakukan

sebagai bentuk tanggung jawab social marketer terhadap

perubahan perilaku khalayak sasaran (dilihat Bab II hal.

55). Berdasarkan analisis hasil wawancara peneliti dengan

ketua pelaksana dan pelaksana program WASH, dapat

dikatakan bahwa seperti halnya evaluasi, monitoring yang

dilakukan adalah pada saat proses berlangsungnya

program. Dalam kata lain, monitoring dilakukan pada saat

mereka masih di lokasi bencana. Jadi, tidak terdapat

monitoring yang dilakukan secara langsung pasca

program berakhir. Namun, monitoring dilakukan via

telekomunikasi (dilihat Bab IV hal. 112). Hal ini

merupakan kekurangan dalam program WASH karena

tidak ada jaminan bahwa khalayak sasaran akan terus

melakukan gaya hidup sehat setelah social marketer

meninggalkan mereka.

Page 143: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

128

E. Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan temuan penelitian mengenai salah

satu cara KUN Humanity System dalam melaksanakan

program WASH adalah dengan cara melibatkan

masyarakat (dilihat Bab IV hal. 82-83). Berkaitan dengan

salah satu pemahaman mengenai teori pemberdayaan

masyarakat yaitu pemberdayaan masyarakat akan

terlaksana apabila masyarakat itu sendiri ikut

berpartisipasi dalam melakukan perubahan bagi mereka

dan lingkungannya. Terdapat kesesuaian antara teori

kesejahteraan sosial pemberdayaan masyarakat dengan

yang dilakukan oleh KUN Humanity System dalam

program WASH yaitu dalam prosesnya mereka

melibatkan masyarakat secara langsung. Khususnya

dalam kegiatan pengelolaan sampah dan pengolahan

sampah organik menjadi pupuk organik, ada keterlibatan

masyarakat dimulai dari membuat tempat sampah,

memilah, sampai dengan mengolah sampah organik

menjadi pupuk organik.

Page 144: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

129

BAB VI

PENUTUP

Pada Bab ini peneliti menjabarkan hasil kesimpulan,

implikasi, dan saran-saran dari segi pembahasan selama penulis

melakukan penelitian guna mendapatkan hasil kesimpulan dan

temuan data secara menyeuruh.

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan temuan

penelitian tahapan manajemen pemasaran sosial dalam

program promosi kesehatan pasca bencana tsunami

Banten oleh KUN Humanity System. Berikut kesimpulan

pada hasil penelitian, antara lain sebagai berikut:

Dalam menjalanankan tahapan manajemen

pemasaran sosial, KUN Humanity System melalui

pelaksana program yang berperan sebagai social marketer

pada program Wash, Water, and Sanitation (WASH) di

Banten telah menjalanankan tiga dari empat tahapan

manajemen pemasaran sosial menurut Kotler yaitu,

defining the product market fit atau identifikasi masalah,

desining the product market fit atau merancang produk

sosial, dan delivering the product market fit atau distribusi

produk sosial. Sedangkan terdapat satu tahapan yang tidak

dijalankan yaitu defending the product market fit, yaitu

Page 145: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

130

penelitian dan monitoring. Dalam hal ini, hanya

monitoring secara tidak langsung via telekomunikasi yang

dilakukan.

Penelitian, dan monitoring secara langsung tidak

dilakukan karena social marketer belum memiliki

kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk

melakukan tahapan manajemen pemasaran sosial secara

utuh yang berpengaruh pada konsep program WASH

sejak awal, yaitu tidak ada pertimbangan untuk

melakukan penelitian dan monitoring secara langsung.

Sehingga tahapan manajemen pemasaran sosial yang

dilakukan hanya terhenti sampai dengan berakhirnya

proses distribusi produk sosial dan evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi proses. Dengan demikian, hal

ini berdampak pada tidak adanya yang menjamin bahwa

perubahan perilaku khalayak sasaran dilakukan dalam

waktu yang panjang dan tidak ada yang menjamin bahwa

tidak ada kekeliruan pada proses pelaksanaan program

apabila tidak dilakukan penelitian.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah produk sosial promosi kesehatan

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengubah perilaku dan lingkungan seseorang atau

khalayak yang terdampak oleh bencana ke arah yang lebih

Page 146: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

131

baik. Dalam hal ini, peneliti berfokus pada manajemen

pemasaran sosial berdasarkan teori-teori yang telah

dijabarkan. Dengan adanya implikasi tersebut, peneliti

mengharapkan bahwa penelitian yang dijalankan dapat

berkesinambungan baik secara teoritis maupun praktis.

Berikut implikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

peneliti:

1. Teoritis

Dari segi teoritis bahwa peneliti berharap

penelitian yang dilakukan dapat menjadi penambah

ilmu pengetahuan bagi para pembaca maupun

akademisi untuk mengetahui bagaimana cara

melakukan manajemen pemasaran sosial terkait

program promosi kesehatan dalam ruang lingkup

pasca bencana.

Hasil dari penjelasan teoritik mengenai

manajemen pemasaran sosial, hal ini menunjukkan

memberikan pengaruh pada perubahan perilaku atau

gaya hidup sehat masyarakat pasca bencana selama

menjalankan proses pelaksanaan produk sosial

intangible berupa promosi kesehatan diri dan

lingkungan.

Page 147: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

132

2. Praktis

Dari segi praktis, bahwa peneliti berharap

penelitian yang dijalankan dapat memberikan manfaat

bagi setiap praktisi, komunitas sosial yang bergerak

di bidang kesehatan dan kebencanaan, maupun KUN

Humanity System sebagai salah satu organisasi non-

pemerintah yang menyediakan fasilitas untuk

bergerak di masalah-masalah kesehatan diri dan

lingkungan khususnya pasca bencana.

Secara praktis, adanya masyarakat pasca

bencana yang telah berhasil merubah perilaku

kesehatan diri dan lingkungan dapat menjadi acuan

bagi masyarakat pasca bencana lainnya untuk

merubah perilaku kesehatan diri dan lingkungannya

dan menjadi sehat.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa

hal yang penulis sarankan, antara lain:

1. Dalam menjalankan program promosi kesehatan,

peneliti mengharapkan pelaksana program yang

berperan sebagai social marketer harus memiliki

Page 148: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

133

pemahaman mengenai konsep dasar pemasaran sosial

serta mengenai tahapan manajemen pemasaran sosial.

2. Sebagai social marketer, untuk mewujudkan tahapan

manajemen pemasaran sosial diharapkan memiliki

kemampuan komunikasi yang baik untuk

mempengaruhi target sasaran yang dituju agar mudah

dipahami dan cepat tanggap untuk senantiasa

merubah perilakunya.

3. Peneliti mengharapkan bahwa setiap tahapan-tahapan

manajemen pemasaran sosial harus dilakukan secara

utuh, tidak terkecuali monitoring dan penelitian.

Karena dengan melakukan monitoring secara

langsung dapat menjamin target sasaran untuk benar-

benar merubah perilakunya atau tidak. Sedangkan

penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya

kesalahan-kesalahan yang terjadi yang menyebabkan

kemungkinan adanya aspek-aspek kegagalan dalam

produk sosial.

Page 149: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

134

Page 150: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

135

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku dan Jurnal

Asmani, Jamal Ma’mur. 2015. Manajemen Efektif Marketing

Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.

Edberg, Mark. 2007. Kesehatan Masyarakat: Teori Sosial Dan

Perilaku. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fatoni, Zainal. 2015. “Dampak Bencana Terhadap Kesehatan

Masyarakat.” Pusat Penelitian Kependudukan.

Iqbal, Wahit. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Keith, and Kotler. 1980. Marketing Management and Strategy.

Prentish-Hall.

Kemenkes. 2018. “Hasil Utama Riskedas 2018.”

Kotler, Roberto, and Lee. 2002. Social Marketing: Improving the

Quality of Life. Vol. 2. SAGE Publications.

Kun Humanity System. n.d. “About KUN Humanity System.”

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Pudjiastuti, Wahyuni. 2016. Social Marketing: Strategi Jitu

Mengatasi Masalah Sosial Di Indonesia. Jakarta: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI dan Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerjaan Sosial.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 151: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

136

Soetomo. 1995. Masalah Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: PT

Dunia Pustaka Jaya.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

The Sphere Project. 2012. Piagam Kemanusiaan dan Standar-

standar Minimum dalam Respons Kemanusiaan.

Masyarakat Penaggulangan Bencana Indonesia (MPBI).

Tjiptadi, M. 2008. “Konsep Pemasaran Dan Proses Manajemen

Pemasaran.” Universitas Terbuka.

“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

Kesejahteraan Sosial.” n.d.

Page 152: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

LAMPIRAN

Lampiran 1

Page 153: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 2

Page 154: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

Jabatan : Pendiri/Manajemen

Topik Wawancara : Profil KUN Humanity

Pertanyaan :

1. Bagaimana sejarah pembentukan dan berdirinya KUN

Humanity System?

2. Apa visi, misi, dan tujuan KUN Humanity System?

3. Apa saja program yang dimiliki KUN Humanity System?

4. Adakah kerjasama KUN Humanity System dengan lembaga

sosial lain? Jika ada, dengan siapa saja? Dan bagaimana

bentuk kerjasamanya?

5. Bagaimana struktur kepengurusan KUN Humanity System?

6. Bagaimana sistem pendanaan di KUN Humanity System?

Jabatan : Program Officer

Topik Wawancara : Gambaran Program WASH

Pertanyaan :

1. Apa itu program Wash, Water and Sanitation (WASH)?

2. Apa latar belakang dibentuknya program tersebut?

3. Siapa saja pencetus program WASH pertama kali?

Page 155: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

4. Adakah divisi khusus yang terbagi dalam pelaksanaan

program tersebut?

5. Adakah kerjasama dengan lembaga atau pihak lain terkait

pelaksanaan program WASH?

6. Kapan program WASH dilaksanakan?

7. Dimana program tersebut dilaksanakan?

Jabatan : Ketua Pelaksana Program

Topik Wawancara : Tahapan Manajemen Pemasaran

Sosial

a. Defining The Product Market Fit (Identifikasi Masalah)

1. Bagaimana KUN Humanity System mengidentifikasi

masalah sosial yang terjadi?

2. Bagaimana KUN Humanity System mencari ide atau

praktik sosial sehingga terbentuklah program WASH

sebagai produk sosial? Darimana ide tersebut muncul?

3. Siapa yang menjadi sasaran program WASH? (relawan

tidak perlu)

4. Bagaimana cara KUN Humanity System menentukan

siapa yang menjadi sasaran program WASH?

5. Apa alasan dipilihnya sasaran program WASH tersebut?

b. Designing The Product Market Fit (Rancangan Produk)

1. Bagaimana KUN Humanity System menyesuaikan

program WASH dengan kebutuhan target?

Page 156: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

2. Bagaimana KUN Humanity System membuat

perencanaan pada program WASH untuk disosialisasikan

pada target sasaran?

3. Apakah ada hal yang memperkuat produk sosial yang

dipilih, misalkan dengan diberikan merk atau nama

khusus dan kemasan yang menarik?

4. Apa makna dari nama, merk atau kemasan tersebut?

5. Apakah ada yang membedakan produk sosial tersebut

dengan produk sosial di lembaga lain?

6. Bagaimana cara KUN Humanity System membuat sasaran

tertarik dengan program WASH?

7. Bagaimana KUN Humanity System mempertimbangkan

harga produk sosial yang ingin dipasarkan? Misalnya,

seperti waktu?

8. Apakah ada kendala dalam hal membangun kepercayaan

terhadap produk sosial yang ingin dipasarkan? Seperti

penolakkan produk sosial?

9. Bagaimana cara KUN Humanity System membangun

kepercayaan terhadap produk sosial tersebut?

c. Delivering The Product Market Fit (Distribusi dan Promosi)

1. Dimana KUN Humanity System melakukan sosialisasi

program WASH?

Page 157: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

2. Bagaimana KUN Humanity System menentukan sasaran

lebih rinci, seperti usia, pekerjaan, atau adakah penentuan

sasaran berdasaran latar belakang tertentu?

3. Bagaimana KUN Humanity System menentukan tempat

pelaksanaan program WASH?

4. Kapan waktu pelaksanaan program WASH?

5. Bagaimana KUN Humanity System menentukan waktu

pelaksanaan program WASH?

6. Bagaimana KUN Humanity System melakukan

perencanaan promosi program WASH?

7. Bagaimana cara penyampaian KUN dalam

mempromosikan program WASH? Komunikasi apa yang

digunakan dalam promosi produk sosial?

8. Apakah ada media khusus yang digunakan? Jika ada,

media apa?

9. Bagaimana proses presentasi program WASH? (eksekusi

pemasaran produk sosial) yang dilakukan?

10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pada

proses presentasi program WASH?

11. Apakah ada upaya melakukan adoption triggering

(membiarkan sasaran mencoba produk sosial)? Jika ada,

bagaimana respon sasaran produk sosial?

Page 158: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

d. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Penelitian)

1. Apakah ada monitoring terkait program yang telah

dilaksanakan? Jika ada, bagaimana cara KUN Humanity

System melakukan monitoring tersebut?

2. Apakah ada penelitian terhadap situasi atau kondisi

sasaran pasca pelaksanaan program?

3. Apakah ada kekeliruan atau kesalahan yang terjadi terkait

proses pelaksanaan program? Jika ada, seperti apa?

4. Apakah ada evaluasi yang dilakukan terkait program yang

telah dilaksanakan? Jika ada, bagaimana hasilnya?

5. Apakah ada strategi lain yang dilakukan setelah

mengetahui perubahan yang terjadi? Jika ada, strategi lain

apa yang digunakan?

Jabatan : Pelaksana Program

Topik Wawancara : Proses Pelaksanaan Pemasaran Sosial

Pertanyaan :

1. Bagaimana cara anda membuat sasaran tertarik dengan

program WASH?

2. Apakah terjadi penolakkan oleh sasaran terkait pelaksanaan

program WASH? Jika ada, seperti apa bentuk

penolakkannya?

3. Bagaimana cara penyampaian anda dalam mempromosikan

program WASH? Komunikasi apa yang anda gunakan?

Page 159: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

4. Apakah ada media khusus yang digunakan dalam

mempromosikan program WASH?

5. Apa faktor penghambat dan pendukung pada proses

pelaksanaan program WASH?

6. Bagaimana respon sasaran terkait program WASH?

7. Apakah ada monitoring dan evaluasi yang anda lakukan

pasca program?

Jabatan : Volunteer Program

Topik Wawancara : Gambaran Pelaksanaan Program

Pertanyaan :

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan program WASH?

2. Apa yang menarik dari pelaksanaan program WASH

menurut anda?

3. Apakah terjadi penolakkan oleh sasaran terkait pelaksanaan

program WASH? Jika ada, seperti apa bentuk

penolakkannya?

4. Bagaimana respon sasaran terkait program WASH dari apa

yang anda lihat?

5. Apa faktor penghambat dan pendukung pada proses

pelaksanaan program WASH menurut anda?

Page 160: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

No Kegiatan Obsevasi Keterangan Hasil

Observasi

1. Defining The Product Market Fit

2. Designing The Product Market Fit

3. Delivering The Product Market Fit

4. Defending The Product Market Fit

Page 161: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 5

PEDOMAN DOKUMENTASI

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

No Dokumen Bentuk

Dokumen

Keterangan

(Ada/Tidak

Ada)

1. Defining The Product Market

Fit

2. Designing The Product Market

Fit

3. Delivering The Product Market

Fit

4. Defending The Product Market

Fit

Page 162: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …
Page 163: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

1

Lampiran 6

TRANSKIP WAWANCARA

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

Transkip Wawancara (Informan Pendiri/Manajemen)

A. Identitas Informan

Nama Lengkap : Permata Andhika

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Psikolog

Posisi Khusus : Pendiri KUN Humanity System

Topik Wawancara : Profil KUN Humanity System

Waktu Wawancara : 12 Desember 2019, 19.30-20.00

WIB

Tempat Wawancara : Kediaman Informan di Bandung

B. Profil KUN Humanity System

1. Bagaimana Sejarah Pembentukkan dan berdirinya

KUN Humanity System?

Jawaban: “KUN ini berawal dari pertemuan Bang

Biring, Bang Ikbal, dan Bang Pras dengan saya di

tsunami Aceh tahun 2004. Kita sama-sama bergerak

di sana untuk melakukan penanggulangan bencana

tsunami saat itu. Lalu singkat cerita kita ketemu

dengan Bang Chand, Teh Cumid, dan Mufti. Mufti ini

Page 164: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

2

yang punya Rooftop yang akhirnya kita pake untuk

jadi tempat berkumpul KUN dan terjadilah obrolan

mimpi diantara mereka bertiga. Mereka ingin bikin

organisasi yang mengarah ke humanitarian dan eco-

tourism. KUN ini diambil dari Bahasa Jawa Kawi

yang artinya aku, kamu, kita yang akhirnya

dikembangkan menjadi KUN Humanity System +

yang berarti cangkupannya lebih luas, bukan sekedar

film, bukan sekedar medical, tempat tinggal, tapi

mencangkup segala hal atau semua bidang di dalam

sistem kehidupan manusia itu sendiri. Jadi, mimpinya

adalah gimana manusia-manusia yang punya passion

dan gak berpikir egois untuk dirinya sendiri, bisa

bergabung bersama-sama untuk membangun suatu

gerakan kreatif kolaboratif untuk membangun negeri.

Akhirnya terbentuklah KUN Humanity System +

diresmikan pada tahun 2016 yang diawali dari

merchandising, karena gerakan-gerakan yang

kemudian kita lakukan membutuhkan biaya.”

2. Apa visi, misi, dan tujuan KUN Humanity Sytem?

Jawaban: “Visi KUN Humanity System adalah

membentuk suatu kolaborasi dengan orang-orang

yang berasal dari latar belakang multi-disiplin untuk

mensinergikan manusia dengan alamnya. Dalam hal

ini, KUN Humanity System bermaksud ingin

Page 165: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

3

mengajak orang-orang dengan latar belakang passion

yang berbeda-beda yang bertujuan untuk membangun

kesejahteraan dengan melibatkan penyandang

masalah kesejahteraan sosial itu sendiri.”

3. Apa saja program yang dimiliki KUN Humanity

System?

Jawaban: “KUN Humanity System ini punya

gerakan penanggulangan bencana, dimulai dari 2016

sampai dengan 2017 kami berfokus untuk melakukan

pemberdayaan masyarakat di daerah rentan terjadi

bencana. Daerah-daerah tersebut adalah kaki Gunung

Semeru dan Gunung Merapi, kaki Gunung Leuser,

Gunung Gede, dan Gunung Kerinci, Gunung

Manglayang. Sampai pada Tahun 2018, KUN

Humanity System bekerja sama dengan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk

mengembangkan KUN WILDERNESS CENTER

(klinik dan pusat informasi). Pada bulan Agustus

2018, sebagai tanggapan terhadap Gempa Lombok,

tim KUN Humanity System telah terlibat dalam

program tanggap darurat dan rehabilitasi

rekonstruksi. Akhir September 2018, sebagai respons

terhadap Gempa Bumi dan Tsunami Donggala Palu,

KUN Humanity System terlibat langsung dalam

tanggap darurat saat ini. Yang belum lama ini terjadi

Page 166: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

4

pada akhir bulan Desember 2018, KUN Humanity

System kembali melakukan gerakan kepedulian dan

terlibat langsung dalam penanggulangan bencana

tsunami di Banten. Di dalam gerakan-gerakan yang

kami lakukan kami memiliki tiga buah program core,

yaitu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan,

manajemen dan penanggulangan darurat bencana, dan

sinema kaki gunung yang masing-masing memiliki

sub program seperti, Emergency Response, Mental

Health Pychosocial Support (MHPSS), WASH

(Wash, Water, and Sanitation), CBDRR (Community

Based Disaster Risk Management), dan lain-lain.”

4. Apakah ada kerjasama KUN Humanity System

dengan lembaga lain? Jika, ada dengan siapa, dan

bagaimana bentuk kerjasamanya?

Jawaban: “Kerjasama kita malah banyak dari

organisasi luar kayak IMC, Christian Aid, YEU, dan

Actid. Peran mereka itu adalah sebagai pendonor,

entah dana, ide, ataupun berupa logistik. Ada juga

kerjasama dari NGO lokal, contohnya Skolain, waktu

kami bergerak di Lombok mereka bantu untuk handle

ke anak-anak disana, intinya yang berhubungan

dengan sekolah dan edukasilah kita kerjasama dengan

mereka. Paling itu aja sih ya seinget saya. Kalo di

Banten kemarin yang jelas yang bantu donor itu dari

Page 167: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

5

Christian Aid dan YEU, yang dua-duanya organisasi

luar negeri.”

5. Bagaimana struktur kepengurusan KUN Humanity

System?

Jawaban: “Sejauh ini KUN masih basic nya

volunteer. Jadi orang-orang yang punya latar

belakang profesi yang berbeda-beda yang punya

kepedulian dan ingin bergerak di bidang kemanusiaan

itu bekerjasama untuk bangun KUN. Kita melakukan

pekerjaan ini bareng-bareng aja, paling yang

membedakan hanya jobdesk nya aja kayak misalkan

yang handle merchandising siapa, yang design siapa,

yang turun ke lapangan siapa, yang tugasnya

melakukan koneksi dan promosi itu siapa, dan itu

semua kita bagi tugas yang komando nya datang dari

para pendiri atau tetua KUN. Bahkan karna mungkin

kita masih organisasi kecil kali ya dan baru, ada

beberapa orang yang multi tasking, karna orang yang

kita punya juga belum terlalu banyak. Jadi, untuk

struktur pengurusan yang pakem mungkin akan baru

dikembangkan sekarang-sekarang ini dan fokus kita

tahun ini sebetulnya ingin membangun sistem yang

lebih baik, misalnya dari segi pendanaan, koneksi,

dan lain sebagainya. Jadi kalau sekarang yang kita

punya itu masih kepada bidang profesi, jobdesk, dan

Page 168: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

6

kepengurusan, kalau struktur belum pakem karna itu

tadi masih ada yang multi tasking.”

6. Bagaimana sumber pendanaan KUN Humanity

System?

Jawaban: “Jadi, KUN itu punya beberapa sumber

pendanaan, pendapatan yang kita gunain buat

membiayai semua kegiatan-kegiatan kita, termasuk di

dalamnya biaya operasional dan ya lain-lain lah yang

kaitannya dengan KUN. Yang pertama, dana itu kita

dapat dari donor yang kita kolaborasi beberapa

diantaranya dengan kitabisa.com, jadi

penggalangannya kita sebar melalui kitabisa.com

untuk yang masyarakat luas. Donor juga kita peroleh

gak cuma berasal dari lokal dan masyarakat lokal,

namun juga banyak pihak yang berkolaborasi dengan

kita dari luar contohnya adalah Christian Aid, Actid,

YEU, ada juga dengan IMC dan organisasi lokal

seperti Skolain. Sebetulnya kolaborasinya gak cuma

membantu donor dalam konteks dana atau uang, tapi

juga ide dan logistik, bahkan waktu di Palu kita

sempat dapat donor berupa shelter. Yang kedua itu

kita punya merchandising, kita jual produk kita

sendiri, kayak pakaian, kaos, jaket, celana. Ada juga

yang berupa aksesoris seperti gelang, jam tangan,

buff, bahkan sampai hiasan-hiasan khas negara lain,

Page 169: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

7

khususnya Nepal karna kita ada kolaborasi dengan

Himalayan Gear yang dimana mereka menjual

banyak produk-produk yang di dapat dari Nepal. Kita

juga menjual kopi-kopi khas Indonesia, kayak kopi

gayo, kopi kerinci, dan kopi toraja karna beberapa

dari kami ada yang memang gemar dengan kopi dan

sekalian sebagai bentuk kita mendukung petani-petani

kopi lokal sekaligus mendukung dan

mengkampanyekan kopi khas Indonesia. Selain itu,

kita juga menjual perlengkapan-perlengkapan dan

kebutuhan mendaki, khususnya medical first aid ya

intinya keperluan medis buat kegiatan-kegiatan

outdoor. Dalam waktu kedepan kita punya rencana

bikin brand yang menjual barang-barang di luar

medical atau kegiatan outdoor dengan konsep yang

jauh sebenarnya dari kegiatan KUN. Alesannya ya

karna kita mau ngembangin sumber pendapatan dari

sektor bisnis gak terpaku dengan konsep

merchandising KUN yang sebelumnya. Terus kita

juga ada pendapatan dari hasil kolaborasi dengan

Aksa7 sebagai media partner. Jadi bentuk

kerjasamanya itu KUN ini sebagai objek dan Aksa7

adalah medianya. Pendapatan ini diperoleh melalui

hasil pembuatan film, salah satu filmnya yaitu Negeri

Page 170: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

8

Dongeng yang berkaitan dengan ekspedisi pendakian

ke-7 puncak gunung tertinggi di Indonesia.”

Transkip Wawancara (Informan Kepala Program)

A. Identitas Informan

Nama Lengkap : Putri Annisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Program Officer

Posisi Khusus : Pelaksana Program WASH

Topik Wawancara : Gambaran Umum Program

WASH

Waktu Wawancara : 15 Desember 2019, 16.00-16.30

WIB

Tempat Wawancara : Kediaman Informan di Bandung

B. Gambaran Umum Program WASH

1. Apa itu program WASH?

Jawaban: “WASH itu kepanjangannya Wash, Water,

and Sanitation yang merupakan salah satu program

yang kita laksanakan di Banten kemarin. WASH ini

berfokus pada isu hygiene practice dan hygiene

promotion yang di dalamnya ada beberapa project.

Yang pertama ada pengelolaan limbah, yaitu

kaitannya dengan edukasi bagaimana pengelolaan

sampah atau limbah yang baik. Yang kedua adalah

project CTPS, yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun.

Page 171: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

9

Namun, di akhir kita tambahin satu isu lagi ke anak-

anak soal kebersihan gigi. Jadi, promosi kesehatannya

gak cuma pengelolaan sampah, CTPS, tapi juga

bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar

yang kita khususkan ke anak-anak.”

2. Apa latar belakang dibentuknya program WASH?

Jawaban: “Program WASH ini dilaksanakan

sebetulnya berbarengan dengan program Emergency

Response (ER) dan Disaster Risk Reduction (DRR)

yang berfokus dalam penanggulangan bencana secara

cepat. Mengapa ada WASH di dalamnya, karena

isunya kan hak dasar manusia yaitu, sandang, pangan,

papan, termasuk di dalamnya adalah kebersihan.

Kebersihan ini kaitannya dengan air yang berarti

berpotensi munculnya penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh pencemaran air, kayak diare, dan

segala macem. Apalagi kaitannya dengan

pengungsian, yang mana kebersihan ini merupakan

salah satu yang perlu didahulukan dalam konteks

pasca bencana. Walaupun sebenarnya dalam

kehidupan sehari-hari pun hal-hal yang berkaitan

dengan kebersihan ini sangatlah penting, kayak

kemana kita buang air, gimana harusnya kita ngegali

tanah buat septictank gitu-gitu kan perlu. Cuci tangan

itu masuk bagian dari WASH, karna isunya kan

Page 172: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

10

hygiene, lalu di dalamnya ada hygiene practice dan

hygiene promotion. Pokoknya hal-hal yang berkaitan

dengan air kayak pengelolaan sampah, santasi yang

kaitannya dengan saluran air, gimana caranya dapet

air bersih itu juga bagian dari program WASH.

Namun, memang yang benar-benar kita fokus angkat

adalah CTPS dan edukasi pengelolaan sampahnya,

dalam pengelolaan juga kita sedikit lakukan edukasi

pengolahan, yaitu membuat pupuk dari limbah atau

sisa-sisa makanan.”

3. Siapa pencetus program WASH?

Jawaban: “Sebetulnya kan WASH ini pada dasarnya

kita ambil dari 13 pengelompokkan menurut UN

terkait program apa yang harus dilakukan pada saat

pasca bencana yang berkaitan dengan

penanggulangan bencana itu sendiri, salah satunya itu

WASH. Kalo pencetus kaitannya dengan siapa yang

mengusulkan, salah satunya ya datang dari Teh Mata.

Dia juga yang menjadi penggerak sekaligus yang

mengepalai kami dalam program WASH ini. Selain

memang keputusan kenapa kita pilih WASH itu

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat disana

juga dan kaitannya dengan hasil identifikasi yang

sudah kita lakukan.”

Page 173: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

11

4. Apakah ada divisi khusus yang terbagi dalam

pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Kalo divisi khusus sih gak ada ya di

WASH. Pokoknya dalam kurun waktu 8 bulan, untuk

program WASH itu di pegang sama 3 orang, yaitu

Teh Mata, Vina, sama saya sendiri yang kemudian

dibantu sama volunteer lokal kayak Ibu-Ibu PKK dan

volunteer lokal lainnya kayak pemuda-pemuda

disana. Sisanya ada Afdal dan Fabio yang peran

mereka adalah sebagai media dokumenter.”

5. Apakah ada kerjasama dengan pihak atau lembaga

lain terkait pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Kerjasama dengan pihak lain sih enggak

ada. Walaupun sebenernya kita sangat amat terbuka

untuk bekerja sama dengan NGO (Non-Government

Organitation) lain yang memang bergerak juga

disana. Jadi, ya pada akhirnya kita berjalan sendiri-

sendiri aja sesuai dengan program dan isu apa yang

mau diangkat masing-masing NGO.”

6. Kapan program WASH dilaksanakan? Dalam jangka

waktu berapa lama?

Jawaban: “Program kami dari awal dilaksanakan

pada akhir Desember dan selesai pada akhir Agustus

tepatnya tanggal 31. Jadi, kalau dihitung, jangka

waktu kita di sana adalah 8 bulan, namun sempat

Page 174: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

12

kepotong kita pulang ke kediaman masing-masing

sekitar seminggu sampai dua minggu karna lebaran

waktu itu. Tapi abis itu balik lagi, dan ya sekitar 8

bulan kita disana. Tapi khusus WASH kita baru

laksanakan programnya di bulan ke-3 kita disana

untuk yang di handle sama Ibu-Ibu PKK, sedangkan

untuk anak-anak yang di sekolah, WASH baru

dilaksanakan di bulan ke-6. Kita fokuskan WASH di

2 bulan terakhir disana dengan rata-rata seminggu itu

kita ke 3 sekolah.”

7. Dimana program WASH dilaksanakan?

Jawaban: “Kami bergerak di tiga desa di Kecamatan

Sumur, Pandeglang, Banten, yaitu Sumber Jaya,

Cigorondong, dan Taman Jaya. WASH sendiri

terbagi menjadi dua tempat, untuk orang dewasa di

Posyandu Kecamatan Sumur dan untuk anak-anak

kita laksanakan di 13 sekolah dari tiga desa tersebut.

Sekolahnya kebanyakan SD dan TK, kita sempet

sekali ke SMP tapi enggak ke SMA. Beberapa kali

kita juga lakukan edukasinya di lingkungan rumah,

yang biasa mereka jadikan tempat bermain, kita

masuk kesana.”

Page 175: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

13

Transkip Wawancara (Informan Pelaksana Program)

A. Identitas Informan

Nama Lengkap : Permata Andhika

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Psikolog

Posisi Khusus : Ketua Pelaksana Program WASH

Topik Wawancara : Tahapan Manajemen Pemasaran

Sosial

Waktu Wawancara : 12 Desember 2019, 20.00-21.00

WIB

Tempat Wawancara : Kediaman Informan di Bandung

B. Tahapan Manajemen Pemasaran Sosial

a. Defining The Product Market Fit (Identifikasi

Masalah)

1. Bagaimana KUN Humanity System

mengidentifikasi masalah sosial yang terjadi?

Jawaban: “Yang pertama kali kita lakukan

adalah gathering information karna kan kita

Page 176: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

14

belum ada disana. Jadi, kita mencari informasi-

informasi yang cukup sahih dari sumber-sumber

yang terpercaya dan dari sana kita bergerak, kita

merespon. Jadi, kita tau area yang terdampak

berapa besar, berapa banyak warga yang

terdampak, dan siapa saja yang memang urgent

untuk dibutuhkan. Kita udah punya SOP-nya,

yang pertama itu medis dan PFA masuk

berbarengan. Untuk psycosocial-support itu

biasanya kita lakukan seminggu sampai dengan

dua minggu setelah bencana terjadi. PFA

sebetulnya masuk bagian dari psycosocial-

support juga, cuma dia kayak first aid-nya medis

tapi arahnya lebih ke sesegera mungkin

mengamankan, menstabilkan, dan jejaringkan

psikologis masyarakat pasca bencana. Di awal

berbarengan masuk dengan logistik, yaitu

sandang pangan papan, dan kebutuhan-kebutuhan

sanitasi, air bersih, dan alat-alat kebersihan.

Namun, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini

biasanya disesuaikan situasi dan lokasi daerah

mana yang ingin kita sisir. Setelahnya kita

lakukan rapid assessment, jadi assessment secara

cepat dengan standar Internasional yang kita

dapatkan dari IMC, guna mencari tahu ada

Page 177: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

15

berapa titik pengungsian, ada berapa kartu

keluarga, ada berapa kelompok rentan, jadi

semua data ini dikumpulkanlah kebutuhan

mereka apa, sudah ada tempat pengungsian atau

tidak, tempatnya layak atau tidak, kalau tidak

layak apa yang kurang, termasuk kebutuhan

berupa dana. Waktu itu dari sekian banyak orang

kenyataannya kita hanya bisa memberikan

bantuan untuk 500 KK karna yang kita miliki

juga terbatas. Namun, sebelumnya kita ngecheck

dan berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD

karna mereka punya sistem untuk organisasi-

organisasi yang ingin terlibat dalam

penanggulangan agar berkoordinasi. Siapa yang

ingin memberikan bantuan WASH, siapa yang

ingin memberikan bantuan medis, siapa yang

ingin memberikan bantuan shelter, dan seberapa

banyak, dan di titik mana aja. Dan biasanya

langsung terlihat, yang belum terpenuhi tuh desa

yang mana di bagian mana, jadi kita tahu kalau

kita bisa kasih apa dan kemana, semuanya jelas

dan sesuai dengan apa yang kita mampu. Karna

sebetulnya kami NGO itu fungsinya mengisi gap

yang belum dipenuhi sama pemerintah dan

WASH pada akhirnya menjadi salah satu yang

Page 178: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

16

menjadi program kami selama disana yang

memang pemerintah pada saat itu tidak bergerak

dalam isu hygiene practice dan hygiene

promotion yang kita lakukan berdasarkan hasil

dari in-depth assessment, yaitu lanjutan dari

rapid assessment. Jadi, intinya identifikasi itu

dari semua sisi, bukan hanya kebutuhan, bukan

hanya apa yang bisa kita berikan, bukan hanya

dua itu aja tapi juga kondisi sosialnya mereka.

Kita lakukan proses identifikasi selama kurang

lebih sebulan untuk program pasca bencana dan

prosesnya berbarengan dengan pelaksanaan

MHPSS. Sebulan itu sudah termasuk dengan

waktu verifikasi dari pihak donor karna

identifikasinya sendiri hanya membutuhkan

waktu 2 minggu.”

2. Bagaimana KUN Humanity System mencari ide

dan praktik sosial sehingga terbentuklah program

WASH sebagai produk sosial?

Jawaban: “Kalo misalnya kita ngikutin UN

(United Nation) itu ada kurang lebih 11 sampai

dengan 13 kalo gak salah, aku lupa tepatnya

berapa tapi intinya belasan cluster atau

pengelompokkan yang memang itu harus

dipenuhi ketika kita mau melaksanakan program

Page 179: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

17

pasca bencana, salah satunya WASH. Jadi, ada

food in nutrition, ada shelter, ada WASH, ada

communication, ada health, dan lain-lain,

belasan. Mana nih yang sekiranya KUN bisa

support, mana nih yang kita punya sumber daya

nya, dan mana nih yang juga memang sangat

dibutuhkan. Tiga lah ini yang muncul dari yang

memang kita rasa paling penting. MHPSS,

kenapa MHPSS karna kita gak mau kan kalo

misalnya masyarakat kan berkelanjutan trauma.

Lalu yang kedua itu, WASH yang menurut kita

cukup parah juga isu kesehatan disana. Kalo

dilihat dari luar sebenarnya mereka bersih-bersih

aja, perkampungannya juga bersih tapi mereka

bakar sampah, mengelola sampahnya tidak sehat.

Ada yang buangnya ke sungai, ada lah yang ke

pantai, terus buang air nya juga masih begitu.

Intinya yang berkaitan dengan perilaku atau

kesadaran akan kebersihannya masih kurang

baik. Apalagi ditambah dengan situasi dimana

mereka telah terdampak oleh bencana tsunami

yang semakin memperburuk dan berpotensi

munculnya penyakit-penyakit akibat pencemaran

air, seperti diare yang mana sering kali

menyerang anak-anak karna lebih rentan kan

Page 180: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

18

terkena penyakit, maka dari itu muncul juga

edukasi tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS)

yang dikhususkan kepada anak-anak kecil disana.

Lalu yang ketiga, ada DRR yang mana mereka

harus tau kalo mereka tinggal di wilayah rawan

bencana kan, dan kesiapan mereka akan

menghadapi itu tidak terlalu baik.”

3. Siapa yang menjadi sasaran program WASH?

Jawaban: “Kalo WASH sebetulnya sasarannya

ke semua warga yang terdampak ya. Supaya

program ini berjalan terus, awalnya kita masuk

ke Ibu-Ibu PKK karna mereka yang memegang

Posyandu, jadi mereka yang ngurusin kelompok

rentan, ibu hamil, bayi, lansia, ya orang dewasa.

Jadi, untuk target pelatihan dan edukasi

pengelolaan dan pengolahan sampah kepada

kelompok rentan dan orang dewasa kita bekerja

sama dengan Ibu-Ibu PKK disana yang kita

jadikan volunteer lokal. Lalu, kita juga masuk ke

sekolah-sekolah dan juga menyisir ke

perkampungan untuk melakukan edukasi dan

promosi pengelolaan sampah organik non-

organik misalnya dan juga CTPS dan diorama

gigi yang targetnya adalah anak-anak kecil di

sekolah maupun di luar ruang lingkup sekolah.

Page 181: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

19

Jadi tergetnya ada dua, orang dewasanya ada,

anak-anaknya juga punya segmennya sendiri.”

4. Bagaimana cara KUN Humanity System

menentukan siapa yang menjadi sasaran program

WASH?

Jawaban: “Situasi disana kita tidak bisa

memfokuskan ke setiap pengungsian, karna

orang-orang disana lebih memilih untuk tinggal

di rumah saudaranya. Jadi kita nembaknya ke

satu desa. Sasarannya atas bawah, di bawah kita

kasih pelatihan, promosi kita sebarkan supaya

mereka bisa merubah tingkah laku, tapi di atas

nya kita tekankan untuk mengeluarkan

kebijakan-kebijakan yang benar terkait

kebersihan misalkan terkait tempat pembuangan

sampah, dan program mitigasi. Jadi, program ini

terintegrasi dengan aparatur desa biar program

kita sustainable dan supaya saat kita gak ada

nanti, program ini masih bisa terus berjalan.”

5. Apa alasan dipilihnya sasaran program WASH

tersebut?

Jawaban: “Kalo anak-anak, karna jelas ya

mereka butuh yang namanya edukasi terkait

kebersihan. Hal tersebut menjadi pennting karna

anak-anaklah yang rentan terkena penyakit yang

Page 182: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

20

diakibatkan oleh pencemaran air. Kalo orang-

orang dewasanya lebih kepada perubahan karna

bisa dibilang perilaku mereka disana dalam hal

menjaga kesehatan diri dan lingkungan juga

masih kurang. Seperti yang tadi saya bilang kalo

mereka buang sampahnya aja masih ada yang ke

sungai, ke pantai, karna mereka tinggal di pesisir

pantai kan. Lalu tidak ada juga pengolahan

sampah yang benar, cara satu-satunya yang

mereka lakukan ya bakar itu sampah yang mana

pada akhirnya juga merusak kesehatan juga.

Makanya kita juga buat sedikit pelatihan soal

pengolahan sampah organik menjadi pupuk.”

b. Designing The Product Market Fit (Rancangan

Produk)

1. Bagaimana KUN Humanity System

menyesuaikan program WASH dengan

kebutuhan target?

Jawaban: “Diluar konteks bencana aja isu

kesehatan jadi hal yang penting banget, apalagi

ini konteksnya pasca bencana ya. Sesuai dengan

apa yang udah kita lakuin dari mulai mencari

informasi di awal, lalu kita lakukan rapid

assessment sampai dengan in-depth assessment,

Page 183: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

21

kita pikir isu hygiene practice dan hygiene

promotion ini adalah salah satu yang dibutuhkan

oleh masyarakat disana. Jadi cara

menyesuaikannya adalah dengan identifikasi

masalahnya dulu, abis itu koordinasi dengan

BNPB, BPBD dan NGO lain yang sama-sama

terjun disana terkait bidang-bidang mana nih

yang KUN bisa bantu untuk mengisi

kekosongan.”

2. Bagaimana KUN Humanity System membuat

perencanaan pada program WASH untuk

disosialisasikan pada target sasaran?

Jawaban: “Kalo udah tau nih kondisi nya disana

gimana dan udah tau kita bisa bantu dimana, di

bidang apa, dan harus ngapain, kita koordinasi ke

aparatur desa dan bilang ke mereka kalo kita

punya program soal pengelolaan dan pengolahan

sampah walau lebih banyak ke edukasi

pengelolaannya, kita kasih tau juga ada program

CTPS yang targetnya adalah anak-anak, birokrasi

tuh. Birokrasi juga kita lakuin ke sekolah-sekolah

untuk program CTPS karna memang kita ambil

banyak lokasi untuk CTPS ini di sekolah-

sekolah, jadi terkait waktu dan tempat kita harus

koordinasi sama pihak sekolah. Selain itu kalo ke

Page 184: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

22

anak-anak paling kita kasih edukasi soal sampah

organik dan non-organik, harus buang kemana,

dan lain sebagainya.”

3. Apakah ada hal yang memperkuat produk sosial

yang dipilih, misalkan dengan diberikan merk

atau nama khusus dan kemasan yang menarik?

Jawaban: “Kalo merk jelas enggak ya, karna

yang kita lakukan di WASH ini yang kita bagi

bukan dalam bentuk barang. Sekalipun barang

pun cuma tempat sampah aja, organik dan non-

organik. Yang menarik menurut saya bukan

kemasannya, tapi prosesnya. Proses operasi

bersih-bersih sampah kita lakuin bareng-bareng

sama masyarakat disana. Tempat sampah pun

setelah jadi, yang pasang itu mereka. Kalo untuk

anak-anak kita sempat bikin gigi berukuran besar

gitu untuk kasih tau ke anak-anak gimana cara

menyikat gigi yang benar yang tujuannya itu agar

bikin anak-anak lebih tertarik. Cuma itu sih ya

paling cara penyampaiannya yang lebih atraktif

ke anak-anak, karna mereka suka hal-hal yang

seru dan bernenergik.”

4. Apa makna dari kemasan yang menarik tersebut?

Jawaban: “Gini, anak-anak itu kan emang lebih

suka hal-hal yang berbau visual lah ya. Jadi,

Page 185: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

23

anak-anak bisa lebih nangkep tuh kalo kita pake

simulasi gigi yang besar gitu, yang biasa kita

sebut diorama gigi. Emang terbukti sih jadi

munculin rasa penasaran atau rasa ingin tau

mereka kalo edukasinya menarik. Selain memang

ya itu balik lagi, cara penyampaian juga menjadi

kunci. Kalo kita lemes ya, anak-anak akan lemes

juga.”

5. Apakah ada yang membedakan produk sosial

tersebut dengan produk sosial di lembaga lain?

Jawaban: “Saya sebenernya kurang begitu

paham apa yang dikerjakan sama NGO lain,

kayaknya sih ada ya beberapa dari mereka juga

bikin WASH tapi saya gak tau spesifik siapa dan

bagaimana. Sepengelihatan saya sih selama kita

disana, kita merasa kalo KUN itu lebih

terorganisir secara keseluruhan. Saya pribadi sih

merasa kalo KUN ini lebih terintegrasi dengan

baik ketimbang NGO lain yang terjun juga di

Banten secara mungkin ya kita yang paling lama

disana. Jadi ya mungkin perbedaannya dari sisi

itu. Selain memang cara komunikasi yang kita

gunakan khususnya kepada anak-anak itu unik

ya. Contohnya, salah satu yang dilakukan Vina,

salah satu yang menjadi bagian dan sama-sama

Page 186: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

24

bergerak di WASH selain saya dan Putri. Yang

dia lakukan itu benar-benar menarik banget loh.

Dia mengedukasi anak-anak tentang isu

kesehatan pake gerakan-gerakan pertunjukan

dongeng atau seni dan cara itu gak dilakuin sama

NGO lain dalam hal mengedukasi dengan isu

kesehatan disana.”

6. Bagaimana KUN Humanity System membuat

sasaran tertarik dengan program WASH?

Jawaban: “Kayak yang saya bilang tadi, cara

penyampaiannya kita tuh unik. Nah Vina ini,

bikin semacam pertunjukan dongeng atau

semacam lenonglah dengan gestur yang menarik.

Jadi, anak-anak disana juga seneng, ya ibaratnya

bahasanya apa ya. Vina kasih edukasi dengan

gerakan-gerakan yang menarik dan lucu bagi

anak-anak dan disertai juga penekanan

penekanan yang ketika anak-anak denger tuh,

seru apa yang disampaikan. Selain itu yang tadi

saya bilang kita bikin diorama gigi gitu di akhir

sih karna bosen ya cuci tangan terus, muncul lah

ide untuk edukasi cara yang benar menyikat gigi.

Jadi edukasi pake gigi dan sikat gigi yang besar.”

Page 187: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

25

7. Bagaimana KUN Humanity System

mempertimbangkan harga produk sosial yang

ingin dipasarkan? Misalnya, seperti waktu?

Jawaban: “Harga jelas gak ada dong, mereka

bisa menikmati edukasi yang kita berikan itu

gratis. Kalo waktu, gini saya pikir juga mereka

sadar bahwa mereka itu dalam kondisi butuh

bantuan dalam sektor apapun, gak luput juga soal

kebersihan. Iya dong, mereka adalah korban

tsunami loh dampaknya besar. Jadi menurut saya

mereka rela-rela aja untuk meluangkan waktunya

untuk ikutin kegiatan KUN, karna pada dasarnya

mereka itu butuh. Walaupun ada yang memang

beberapa volunteer lokal kita yang menjalani

harinya lebih ekstra, contohnya guru kan.

Paginya mereka ngajar, sorenya mereka harus

ikut kegiatan kami kan lumayan capek tuh. Tapi

dengan komunikasi dan pendekatan yang baik,

mereka mau untuk meluangkan waktunya. Kalo

ke sekolah-sekolah ya pastinya kita dateng ke

sekolah, kita ijin mau adain kegiatan edukasi

kesehatan, kita buat janji terkait waktunya kapan,

dengan kesepakatan dan lagi-lagi ya memang

komunikasi dan niat yang baik juga, sekolah mau

Page 188: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

26

luangin waktunya agar KUN berkegiatan disana

pada hari yang sudah disepakati.”

8. Apakah ada kendala dalam hal membangun

kepercayaan terhadap produk sosial yang ingin

dipasarkan? Seperti penolakkan produk sosial?

Jawaban: “Kalo penolakkan sih menurut saya

gak ada ya, ya mungkin kalo anak-anak ada lah

yang ketika dalam proses edukasi, ada satu dua

yang cari-cari perhatian kayak misalnya lari-lari

atau ada lah satu dua anak yang ganggu anak-

anak lain yang sedang serius dan menikmati

proses edukasi, wajar sih menurut saya dan

bukan kendala yang besar. Kalo untuk yang

dewasa kebanyakan kita serahkan ke Ibu-Ibu

PKK walaupun kita juga pantau prosesnya, jadi

konsep dan ide dari kita namun terkait

pelaksanaannya mereka yang bergerak, kayak

bikin tempat sampah organik dan non-organik itu

mereka sendiri yang buat dan pasang sekaligus

kami bergerak bersama-sama untuk

membersihkan sampah yang berserakan akibat

tsunami. Dalam membangun kepercayaan kepada

orang dewasanya sebagaimana mungkin kita

gunain komunikasi yang benar juga terkait tujuan

kita apa, supaya mereka mudah paham. Memang

Page 189: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

27

butuh effort gimana agar mereka sadar bahwa

mereka butuh itu untuk desa mereka agar lebih

baik.”

9. Bagaimana cara KUN Humanity System

membangun kepercayaan terhadap produk sosial

tersebut?

Jawaban: “Yang pertama itu kita lakukan

pendekatan dan komunikasi secara terus menerus

pastinya, saya pikir kalo kita mau kasih tau

sesuatu yang lebih baik ke orang lain, kita harus

saling mengenal dulu, minimal dengan beberapa

orang lokal sana yang berpengaruh. Salah satu

volunteer lokal yang sangat membantu itu ada,

Pak Irfan contohnya. Melalui Pak Irfan juga kita

lebih mudah untuk menjangkau orang-orang

disana, secara gak semua dari kita kan juga bisa

Bahasa Sunda ya, jadi Pak Irfan ini sangat

membantu proses kita disana. Salah satu cara kita

untuk menyentuh hati masyarakat yang lain itu

dengan kalimat-kalimat menakuti. Memang

sepertinya berlebihan, tapi memang harus begitu

saya kira untuk mengubah pola pikir mereka

yang sudah terlanjur terbentuk, khususnya orang

dewasa. Bu, desa ini kan deket pesisir pantai,

kalo kita buang sembarangan ke pantai itu gini

Page 190: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

28

loh akibatnya, nanti merembet gini gini,

emangnya ibu mau kalo keluarga ibu, anak ibu

makan makanan yang tercemar, ikan-ikan yang

mau ibu masak di dalemnya nanti micro plastic

loh bu, bahaya bu emangnya mau ibu dan

keluarga ibu sakit karna itu. Ya contoh kalimat-

kalimat menakutinya kurang lebih kayak gitu lah.

Kalo untuk anak-anak gak sesulit bicara sama

orang dewasa ya menurut saya, asal gimana

caranya edukasi yang kita kasih itu gak

membosankan aja.”

c. Delivering The Product Market Fit (Distribusi dan

Promosi Produk)

1. Dimana KUN Humanity System melakukan

sosialisasi program WASH?

Jawaban: “WASH lokasinya sama dengan

program lainnya di Kecamatan Sumur,

Pandeglang, Banten. Kita punya tiga desa yang di

arsir, yaitu Sumber Jaya, Cigorondong, dan

Taman Jaya. Untuk anak-anak, kita ke 13 sekolah

dari tiga desa tersebut. Tapi selain ke sekolah kita

juga sempet beberapa kali ke anak-anak yang

berada di lingkungan rumah. Jadi, dimana ada

anak-anak rame, kita dateng kesana spontan

Page 191: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

29

untuk kasih edukasi tentang kebersihan. Untuk

WASH yang berkolaborasi dengan Ibu-Ibu PKK

disana, kita lakukan di Posyandu Kecamatan

Sumur yang banyak orang dewasa terlibat.”

2. Bagaimana KUN Humanity System menentukan

sasaran lebih rinci, seperti, usia, pekerjaan, atau

adakah penentuan sasaran berdasarkan latar

belakang tertentu?

Jawaban: “Program WASH kita gak tentuin

sasaran berdasarkan pekerjaan atau usia tertentu

sebetulnya. Kita hanya membagi menjadi dua,

untuk orang dewasa dan untuk anak-anak. Untuk

anak-anak lebih banyak di sekolah, walaupun ada

juga di lingkungan rumah. Jadi, gak ada

berdasarkan latar belakang tertentu. Yang paling

khusus ya untuk anak-anak, karna kita mau

menanamkan kesadaran pentingnya perilaku

hidup sehat sejak dini.”

3. Bagaimana KUN Humanity System menentukan

tempat pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Tempat pelaksanaannya kita

koordianasi dengan aparatur desa, dari sebelum

program ini terlaksana kita lakukan diskusi dulu

kan dengan mereka, gak luput juga persoalan

tempat. Dengan orang dewasa pada akhirnya

Page 192: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

30

dengan bekerjasama dengan Ibu-Ibu PKK, kita

dapet akses untuk lakukan kegiatan di Posyandu.

Sedangkan dengan sekolah-sekolah, kita datang

ke mereka, ke kepala sekolah nya dan

berkoordiasi juga dengan guru-guru terkait

perijinan dan enaknya dimana nih kita lakukan

kegiatannya. Penentuan tempat ini berdasarkan

ijin yang kita lakukan ke pihak-pihak

bersangkutan. Kalo pun tempat mana yang kita

sisir untuk kita lakukan operasi bareng warga itu

kondisional, jadi kita bekerjasama dengan warga

sekalipun dengan anak-anak untuk melakukan

bersih-bersih sampah tuh sekaligus milah-milah

mana organik mana non organik. Selebihinya

yang tadi saya bilang, dimana ada anak-anak, di

lingkungan rumah biasanya, di situ pula kita

adakan kegiatan edukasi.”

4. Kapan waktu pelaksanaan program WASH? Dan

berapa lama?

Jawaban: “WASH yang kolaborasi kita dengan

Ibu-Ibu PKK di Posyandu itu jalan dari bulan

Februari. Program yang untuk anak-anak baru

kita lakuin di bulan Juni. Kalo Ibu-Ibu PKK itu

total 6 bulan, yang anak-anak total waktunya 2

bulan.”

Page 193: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

31

5. Bagaimana KUN Humanity System menentukan

waktu pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Waktu ini sebetulnya berbarengan

dengan ketika kita ingin tentuin tempat. Sama

prosesnya, melalui ijin dulu dari aparatur desa

dan sekolah-sekolah. Kalau yang di luar sekolah,

lebih ke random situation aja. Misalkan kita lagi

jalan mau kemana terus ketemu sama

sekumpulan anak-anak, ya kita samperin. Kita

kumpulin, kita kasih edukasi langsung di

tempat.”

6. Bagaimana KUN Humanity System melakukan

perencanaan promosi program WASH?

Jawaban: “Yang pertama kita siapin apa aja nih

yang diperluin, contoh misalnya sabun kita

sediakan, lalu tempat untuk menaruh sampahnya,

diorama gigi, dan lain-lain deh pokoknya yang

kita butuhin untuk melakukan penyampaian

edukasi. Setelah itu, itu tadi, ijin ingin melakukan

kegiatan disana. Setelah ijin, diskusi dengan

pihak aparatur, Ibu-Ibu PKK, volunteer lokal,

sekolah, untuk menentukan kapan dan dimana

kita lakukan kegiatan. Setelahnya, di hari H ya

kita langsung lakukan promosi dan praktik

kesehatannya.”

Page 194: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

32

7. Bagaimana cara penyampaian KUN Humanity

System dalam mempromosikan program WASH?

Komunikasi apa yang digunakan dalam promosi

produk sosial?

Jawaban: “Cara penyampaian yang kita lakukan

biasanya kita setelah kenalan, kenalan dulu ya

pasti. Setelah kenalan biasanya yang pertama kali

kami lontarkan itu pertanyaan yang berkaitan

dengan kesehatan, apa pentingnya cuci tangan,

sampah organik non organik, cara menyikat gigi,

dampaknya, dan lain sebagainya. Jadi, caranya

adalah kita coba untuk tau dulu apa yang mereka

tau. Gimana caranya bikin anak-anak terangsang

untuk berpikir. Dan kita juga lakukan apresiasi

terhadap jawaban mereka. Setelah itu, baru di

akhir kita kasih penjelasan biasanya yang lebih

lengkap. Cara penyampaiannya seperti itu sih

kurang lebih ya.”

8. Apakah ada media khusus yang digunakan? Jika

ada, media apa?

Jawaban: “Media itu yang pertama lagu. Kita

bikin lagu tentang kesehatan, cara cuci tangan

yang benar. Jadi untuk anak-anak sebelum kita

melakukan hygiene practice kita nyanyi dulu.

Lagu sebagai media kita memberi informasi. Ada

Page 195: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

33

juga diorama gigi, lebih ke alat sih ya peralatan

yang kita pake pada saat memberi edukasi. Untuk

media penyampaian dua hal itu aja sih.”

9. Bagaimana proses presentasi program WASH?

(eksekusi pemasaran produk sosial) yang

dilakukan?

Jawaban: “Tahapannya gitu ya, oke. Yang

pertama kita kumpulin dulu anak-anaknya di satu

tempat. Sebelum kita sampaikan edukasinya, saat

proses perkenalan kita ajak mereka gerak dulu,

semacam senam aja, pemanasan lah sebeleum

berkegiatan. Kalo sudah, kita lakukan edukasi

tuh dengan cara penyampaian yang tadi itu.

Penyampaiannya dibarengi dengan kita bikin

lagu soal cara cuci tangan yang benar, dan kalo

gigi cara menyikat gigi yang benar juga gimana,

abis itu kita nyanyiin bareng-bareng. Kalo yang

pake diorama gigi, kita kasih tau cara yang benar

menggunakan gigi itu sih karna besar jadi mereka

bisa lihat semua kan. Setelah itu kita lakukan

hygiene practice nya, kita ajak mereka untuk

mungutin sampah dulu biasanya di lingkungan

sekitar sekolah untuk anak-anak yang di sekolah,

di lingkungan rumah kalo anak-anak yang kita

kasih edukasinya di lingkungan rumah. Setelah

Page 196: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

34

itu kita bawa anak-anak ke kamar kecil, kamar

mandi, atau toilet, dimana ada keran deh disitu

baru kita lakukan praktik cuci tangan bareng-

bareng tuh. Prosesnya kurang lebih semua begitu.

Untuk yang dewasa juga prosesnya kurang lebih

sama, yang beda itu cara komunikasinya aja.

Bicara dengan orangtua dan bicara dengan anak

kecil kan udah pasti beda ya penekanannya.”

10. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pada

proses presentasi program WASH?

Jawaban: “Kalo secara keseluruhan program ya

menurut saya, yang sulit adalah di ranah sistem.

Kaitannya dengan sampah yang mereka hasilkan

misalkan sehari-hari, dengan tempat pembuangan

sampah yang sedikit dan tidak adanya

pengelolaan dan pengolahan sampah yang

dilakukan secara serius otomatis akan berdampak

buruk dong ya. Nah, terkait pengadaan TPS dan

lain sebagainya ini kan berkaitan dengan

pemerintahan setempat yang dimana kita sulit

untuk masuk di ranah ini. Belum lagi pada saat

itu situasi politik disana juga sedang tinggi

tensinya. Yang paling menyebalkan adalah ketika

kita sudah punya planning dengan aparatur desa,

tiba-tiba kepala desanya ganti tuh. Hal-hal yang

Page 197: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

35

seperti ini saya pikir menghambat, yang

kaitannya dengan sistem. Makanya, kita di sana

lebih ke ranah hygiene practice dan promotion.

Kalo soal pengadaan, juga hubungannya dengan

uang kan, kalo bicara uang berarti sensitif di

ranah itu. Selebihnya ini, kita membayangkan,

andaikan remaja disana lebih mau untuk bergerak

mungkin program ini akan lebih baik dalam

prosesnya. Walaupun kita sudah sangat terbantu

oleh Ibu-Ibu PKK dan beberapa volunteer lokal

ya menjadi keuntungan tersendiri bagi kami. Tapi

andaikan remaja-remaja nya bisa lebih aktif, kita

akan lebih terbantu lagi. Kalo hal-hal yang

menghambat lain misalkan anak-anak yang sulit

diatur itu masih dalam kewajaran kalo menurut

saya.”

11. Apakah ada upaya melakukan adoption

triggering (membiarkan sasaran mencoba produk

sosial)? Jika ada, bagaimana respon sasaran

produk sosial?

Jawaban: “Mungkin kalo berupa barang atau

suatu benda yang kita kasih, kita akan melakukan

itu sih ya. Kalo apa yang kita berikan kan itu

berupa edukasi, jadi ya bukan benda. Palingan

apa yang mereka coba itu praktiknya. Yang

Page 198: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

36

CTPS tentu mereka praktik langsung, kita

sediakan sabunnya jadi setelah edukasi tuh

mereka langsung coba praktik. Yang edukasi

menyikat gigi juga tuh mereka cobain sendiri

pake diorama giginya. Tapi, ya gitu terlalu

gembira mereka jadi giginya rusak. Tapi yang

kita lakukan cuma kasih edukasi tapi

membimbing mereka langsung lewat praktiknya

juga.”

d. Defending The Product Market Fit (Monitoring dan

Evaluasi)

1. Apakah ada monitoring terkait program yang

telah dilaksanakan? Jika ada, bagaimana cara

KUN Humanity System melakukan monitoring

tersebut?

Jawaban: “Monitoring kita kesana langsung itu

enggak. Jadi kan total 8 bulan kita disana, pada

saat bulan ke delapan saat kita merasa bahwa

mereka sudah bisa di tinggal, udah kita minta ijin

untuk mundur dan pulang. Monitoring yang

dilakukan itu paling kabar-kabaran via telepon.

Belum lama ini saya sempet kok telepon ada

warga disana dan kita ngobrol, harus kita akui

juga kalo di beberapa tempat programnya mereka

Page 199: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

37

bilang udah gak jalan. Tapi kalo yang di

Cigorondong masih tuh, mereka masih aktif bikin

pupuk organik dari sisa makanan. Kalo dari sikap

gaya hidup sehat terkait apa yang kita edukasi,

mungkin saya gak akan bisa nilai karna emang

belum sempat kesana, tapi saya rasa mereka udah

tau sekarang dampaknya dari perilaku hidup

tidak sehat itu apa. Jadi, saya punya keyakinan

tersendiri sih mungkin gak semua orang tapi

banyak atau beberapa dari mereka udah tergerak

untuk melakukan gaya hidup sehat.”

2. Apakah ada penelitian terhadap situasi atau

kondisi sasaran pasca pelaksanaan program

WASH?

Jawaban: “Kalo penelitian gak ada sih. Kita

cuma monitoring aja. Itu juga sekedar

komunikasi via telepon. Sekaligus kita berusaha

untuk gak putus silaturahim dengan warga sana.”

3. Apakah ada kekeliruan atau kesalahan yang

terjadi terkait proses pelaksanaan program

WASH? Jika ada, seperti apa?

Jawaban: “Kekeliruan program enggak menurut

saya. Karna proses yang kita lakukan cukup

panjang dari indentifikasi di awal sampai akhir.

Kalo kesalahan mungkin dari segi sumber daya

Page 200: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

38

manusia yang kita punya dari KUN ya, itu

tergolong sedikit sih. WASH dalam

pelaksanaannya cuma di tanganin sama tiga

orang sedangkan apa yang kita lakukan disana

cukup banyak, kita juga gak hanya WASH aja

kana da program lainnya juga makanya jadi

memakan waktu yang panjang juga. Jadi,

kesalahannya bukan terletak pada proses tapi

mungkin lebih ke perencanaan. Karna SDM itu

bagian dari perencanaan kan, sebelum kita

kesana kita harus selain siapkan barang atau

uang, tapi juga sumber daya manusianya.

Andaikan kita punya orang lebih banyak,

mungkin kejadian kayak diorama gigi yang rusak

gak akan terjadi, karna lumayan sulit juga

mengontrol rasa gembira anak-anak yang terlalu

tinggi walaupun lagi, kita masih saya ya masih

anggap itu adalah sebuah kewajaran. Kalo

kesalahan terhadap proses, saya pikir semua

sesuai rencana.”

4. Apakah ada evaluasi yang dilakukan terkait

program yang telah dilaksanakan? Jika ada,

Bagaimana hasilnya?

Jawaban: “Evaluasi yang kita lakukan setelah

kita selesai dan pulang gak ada. Kalo evaluasi

Page 201: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

39

pada saat prosesnya, ada. Untuk anak-anak kita

lakukan WASH kan selama 2 bulan ya, waktu itu

kita merasa bahwa monoton kalo cuci tangan

lagi, cuci tangan lagi. Karna isu kesehatan itu

luas kan, maka dari itu di pertengahan kita

menginisiasi untuk sedikit melebar dari cuci

tangan, pengelolaan sampah, ke cara menyikat

gigi yang benar. Jadi diorama gigi itu ada saat di

pertengahan, bukan hal yang kita rencanain dari

awal. Kalo evaluasi yang kita lakukan pasca

selesai dari sana, gak ada.”

5. Apakah ada strategi lain yang dilakukan setelah

mengetahui perubahan yang terjadi? Jika ada,

strategi lain apa yang digunakan?

Jawaban: “Ini kaitannya sama dengan evaluasi

tadi, pergeseran isu bukan isu ya tapi fokus dari

yang tadinya cuma cuci tangan dan pengelolaan

sampah lalu kita tambah ke cara menyikat gigi

itu bagian dari strategi yang kita lakukan juga.

Selain kita yang bosen, kita juga menghindari

anak-anak bosen, supaya ada kebaruan juga yang

kasih.”

Transkip Wawancara (Informan Pelaksana Program)

A. Identitas Informan

Page 202: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

40

Nama Lengkap : Devina

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswi

Posisi Khusus : Pelaksana Program WASH

Topik Wawancara : Proses Pelaksanaan Pemasaran

Sosial

Waktu Wawancara : 13 Desember 2019, 22.30-23.30

WIB

Tempat Wawancara : Markas Besar KUN Humanity

System di Bandung

B. Proses Pelaksanaan Pemasaran Sosial

1. Bagaimana cara anda membuat sasaran tertarik

dengan program WASH?

Jawaban: “Aku jawab untuk ke anak-anaknya aja ya.

Karna aku lebih ke anak-anak kan. Kalo untuk

program kreatif emang aku yang kembangin kalo ke

anak-anak. Kalo anak-anak kan biasanya di edukasi

nya pakai video animasi gitu, karna mungkin lebih

mudah mereka menyerap informasi. Tapi kalo yang

kita lakuin, gak hanya video aja karna menurut kita

kalo cuma nonton video itu engagement nya kurang.

Jadi, kita bikin lagu untuk bikin promosi nya makin

menarik. Jadi kalo di TK kita tuh mainin lagu cuci

tangan, kita nyanyiin bareng-bareng. Sama kita bikin

Page 203: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

41

pertunjukan kecil gitu pake boneka sambil cerita ke

anak-anak melalui boneka itu tentang keseharian

kayak misalnya bangun pagi, cuci muka, sikat gigi,

rapihin tempat tidur, jangan lupa cuci tangan, mandi

dan sebagainya walaupun gak di semua TK kita

kayak gitu, di SD juga ada contohnya SD Bahari ya

kita story telling kayak gitu. Kita kan gak cuma di TK

dan SD ya, ada juga yang di huntara dan di

lingkungan rumah mereka. Kalo yang di huntara, aku

bikin cerita disitu tentang kebersihan jadi lebih ke

menjaga gimana caranya jangan buang sampah

sembarangan. Yang menarik adalah cerita nya gak

yang hanya berupa narasi, tapi aku kayak semi lenong

gitu disana cerita dengan gerakan-gerakan dan disitu

kelihatan banget loh, ketimbang kalo cuma sekitar

cerita.”

2. Apakah terjadi penolakkan oleh sasaran terkait

pelaksanaan program WASH? Jika ada, seperti apa

bentuk penolakkannya?

Jawaban: “Kalo di lapangan lebih keliatan di sekolah

sih, karna kan crowd nya lebih banyak. Jadi, keliatan

banget tuh ada memang yang bener-bener dengerin

dan ada yang sukanya cari attention, ada bahkan yang

saling tonjok-tonjokkan lah. Problemnya di Banten

mungkin karna orangtua nya keras kali ya, jadi

Page 204: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

42

pembawaannya anak-anaknya mereka jadi kasar juga

attitude nya. Sebenernya gak bapak-bapak, ibu-ibu,

gak remaja, anak-anak mereka cari attention. Jadi

kita selalu gitu, oke kalo mereka gak mau dengerin

kita lebih ke anak-anak yang memang mau dengerin

aja kan. Nah anak-anak yang nyari attention ini

jatohnya malah ribut sendiri, gangguin temen-

temennya yang lain yang memang mau dengerin.

Kalo secara general tidak ada penolakkan, tapi kalo

dari attitude kadang mereka sulit untuk dikontrol.”

3. Bagaimana cara penyampaian anda dalam

mempromosikan program WASH? Komunikasi apa

yang digunakan?

Jawaban: “Nah ini menarik juga nih. Soal cara

penyampaian ke anak-anak karna mungkin aku juga

kebanyakan nonton kartun kali ya. Jadi pembawaan

dan komunikasi ke anak-anak nya itu kayak semi

lebay gitu, lebih ekspresif dengan penekanan-

penekanan. Karna itu juga anak-anak jadi lebih

tertarik untuk dengerin, terutama yang cowok-cowok

ya yang memang lebih tergolong susah diaturnya.

Saat penjelasan, ada prosesnya awalnya kan

pengenalan, setelah itu baru proses pengajaran. Yang

coba kita terapin itu gimana caranya kita narik

jawaban dari anak-anak itu sendiri. Normalnya kan

Page 205: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

43

kita ya yang kasih tau bahaya perilaku tidak sehat

gimana, tapi yang kita lakuin lebih ke kasih

pertanyaan ke mereka. Dan uniknya, jawaban mereka

luar biasa loh mereka tau soal pentingnya kebersihan,

dan bahaya perilaku hidup tidak sehat, mereka tau

kalo gak cuci tangan itu kaitannya penyakit, tanpa

kita kasih penjelasan diawal. Jadi, jangan mentang-

mentang kita datang dari kota misalkan, lalu

menganggap anak-anak ini bodoh. Gak sama sekali,

pada kenyataannya mereka itu tau soal pentingnya

kesehatan tanpa harus kita kasih tau di awal. Nah,

cara-cara penyampaian seperti yang kami pikir yang

seharusnya dilakukan. Setelah itu, baru kita kasih

ilmu-ilmu tambahan yang bertujuan untuk

memotivasi mereka agar lebih aware dengan tubuh

mereka dan aware kepada kesehatan sesama. Terlebih

lagi kita juga kasih pujian atas apa yang mereka tau

berdasarkan jawaban mereka dengan lebih ada

penekanan lagi, supaya mereka semakin semangat

untuk belajar lebih, untuk tahu lebih banyak lagi. Kita

berikan apresiasi untuk mereka. Jadi, kenapa gak kita

melihat apa yang mereka tau dulu, dan encourage apa

yang mereka tau itu adalah sesuatu yang berharga.

Pada intinya kita hadir untuk gimana caranya kita

encourage mereka untuk berpikir sendiri. Karna kita

Page 206: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

44

sadar, berapa banyak coba pihak yang udah dateng

kesana? Gak cuma kita doang. Jadi, janganlah

menaggap mereka itu gak tau apa-apa. Jadi, cara

penyampaiannya kita ubah seperti itu.”

4. Apakah ada media khusus yang digunakan dalam

mempromosikan program WASH?

Jawaban: “Media khusus dalam penyampaian

edukasinya ya, ada. Jadi, aku sama Afdal, salah satu

volunteer KUN juga tapi sebetulnya dia lebih sebagai

dokumenter dan media disana. Kita berdua bikin

miniatur gigi yang gede gitu tujuannya supaya anak-

anak lebih tertarik. Selain kita bikin lagu juga sebagai

media promosi kebersihan. Kalo kebaruan yang kita

coba lakukan cuma itu sih ya, diorama gigi sama lagu

sebagai medianya. Ada yang menarik sih soal lagu,

waktu itu kita ketemu sama anak-anak sekitar usia ya

8 sampai dengan 9 tahun lah ya masih kecil banget itu

mereka ngamen, bawa ukulele sama drum dari pipa

gitu. Mereka ketemu kita di jalan, terus Teh Mata

kasih tantangan tuh ke mereka bisa atau enggak bikin

lirik nanti kita jadiin lagu tentang jangan buang

sampah sembarangan. Dan akhirnya mereka bikin tuh

bareng kita, terus kita nyanyiin deh. Ini di luar dari

apa yang kita lakuin di sekolah.”

5. Bagaimana respon sasaran terkait program WASH?

Page 207: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

45

Jawaban: “Kalo dilihat dari antusiasmenya mereka

sangat antusias ya. Ngeliat gigi, gusi dan sikat gigi

yang gede gitu mereka seneng banget. Nyatanya ya

memang anak-anak kelihatan lebih antusias. Pake

media lagu juga bikin suasananya lebih menarik kan.

Apalagi yang semi lenong itu, keliatan mereka jadi

lebih senang dan jadinya mengurangi kemungkinan

ada rasa bosannya juga soal edukasi yang kita kasih.

Keseluruhan sih respon mereka ya senang, antusias

walaupun ada lah kendala kecil-kecil dalam

prosesnya. Penolakkannya mungkin lebih keliatan

kalo untuk remaja agak susah sih untuk diajaknya. Di

SMP waktu itu pernah sekali tentang psycho

education dan kebersihan daerah kewanitaan, tapi aku

waktu itu gak ikut sih tapi ada sekali setau aku. Dan

penolakkannya berupa kayak apa yang kita ajarin itu

menurut mereka kayak yang buat bocah gitu, jadi

mereka merasa gak terlalu penting mungkin.”

6. Apa faktor penghambat dan pendukung pada proses

pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Nah itu, aku gak tau ini terjadi di semua

daerah atau gimana ya. Yang keliatan adalah kita

punya keuntungan dateng sebagai orang baru, orang

kota. Jadi, ya kita semua diterima aja gitu, kita kayak

ibaratkan lenong badut. Mereka sangat terlihat sangat

Page 208: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

46

butuh hiburan, bahkan kita bercanda receh diajak

main gajelas aja sebenernya mereka senengnya bukan

main. Kita lakuin hal-hal aneh aja mereka seneng

banget, lagi kak lagi kak lagi. Jadi, kita lihat itu

sebagai keuntungan. Kalo yang menghambat di

WASH itu paling ya itu tadi kita cuma bertiga atau

bahkan beberapa tempat kita berdua, dan nanganin

segitu banyak anak di sekolah, mengontrol anak-anak

yang suka cari-cari perhatian dan cenderung

mengganggu temannya itu sih yang jadi penghambat

proses pelaksanaannya. Satu sisi adalah sebuah

kewajaran, tapi kalo dibilang penghambat ya itu

adalah hal yang menghambat memang. Yang diorama

gigi itu misalnya, karna antusias mereka yang terlalu

tinggi dan cenderung susah dikontrol, gigi nya tuh

jadi banyak yang copot, dan rusak yang akhirnya bisa

kepake sekali.”

7. Apakah ada monitoring dan evaluasi yang anda

lakukan pasca program?

Jawaban: “Kalo aku pribadi, karna handphone ku

sempet ilang jadi kontak orang-orang sana juga ilang.

Jadi, kalo aku sendiri belum sempet punya kontak

komunikasi langsung lagi sama orang sana. Tapi

mungkin Teh Mata atau Teh Putri masih sesekali

kontak mereka. Monitoring yang kita lakuin juga

Page 209: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

47

cuma sebatas itu. Gak yang kita balik lagi kesana

untuk pantau langsung, tapi komunikasi via telepon

dengan mereka dan setau aku yang melakukan itu

Teh Mata dan Teh Putri. Evaluasi juga aku pikir

setelah kita pulang, programnya ya kita anggap

selesai. Jadi, ya hal itu gak jadi bagian dari apa yang

kita harus lakuin setelah kita pulang. Kalo evaluasi di

tengah-tengah program berjalan sih ada, kayak

misalkan diorama gigi itu kan bukan rencana awal

kita. Karna kita melihat ada sisi kebosanan disitu

juga, jadi kita mau nambahin apa yang mau kita

edukasi, yaitu cara menyikat gigi yang benar.

Selebihnya paling, cara penyampaian yang tadi aku

bilang itu yang harus kita ubah. Kayak misalkan wah

gak kena nih kalo cara penyampaiannya gini, kita

coba dengan cara penyampaian yang lain.

Evaluasinya lebih ke arah proses yang kayak gitu.”

Transkip Wawancara (Informan Pelaksana Program)

A. Identitas Informan

Nama Lengkap : Afdhal Lesmana

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Media Editor

Page 210: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

48

Posisi Khusus : Dokumenter Program WASH

Topik Wawancara : Gambaran Pelaksanaan Program

WASH

Waktu Wawancara : 15 Desember 2019, 10.00-10.20

WIB

Tempat Wawancara : Markas Besar KUN Humanity

System di Bandung

B. Proses Pelaksanaan Pemasaran Sosial

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan program WASH?

Jawaban: “Karna apa yang gua lakuin sebetulnya

gak semerta-merta terjun langsung dalam program

juga karna gua lebih megang dokumentasi disana.

Jadi, ini berdasarkan pengamatan gua aja ya. Dari

awal setau gua itu kita kan pengen satu lapisan itu

bergerak. Jadi tuh kalo yang dewasa gambarannya

gini, ibu-ibu yang ngurusin sampah, bapak-bapak

yang ngurus sistemnya, dan anak-anak itu kita

edukasi sejak dini. Tahapannya juga pertama kita

masuk ke orang dewasanya dulu, melalui Ibu-Ibu

PKK juga. Pertama kita edukasi dulu sama

masyarakat setempat soal walaupun klise sih ya tapi

perlu lah untuk diingatkan tentang sampah organik

atau non organik. Kita buatlah tempat sampahnya,

kita taruh di beberapa titik. Habis itu kita melakukan

Page 211: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

49

pengumpulan sampah bareng-bareng sama warga tuh.

Setau gua kita masuk juga ke pengolahannya,

khususnya sampah organik menjadi pupuk. Sisa-sisa

makanan biasanya. Kalo yang anak-anak juga sama

kayak gitu, tapi lebih banyak kontennya. Selain

pengelolaan sampah, ada cuci tangan pakai sabun,

dan cara menyikat gigi yang benar. Prosesnya kurang

lebih sama, yang beda ya mungkin penyampaiannya

aja ke anak-anak lebih gimana caranya mereka

tertarik dan mau untuk ikutin prosesnya.”

2. Apa yang menarik dari pelaksanaan program WASH

menurut anda?

Jawaban: “Yang menarik menurut gua itu prosesnya.

Bagi gua ngejalanin program dengan jangka waktu

yang lama dan menyisir 3 desa, 13 sekolah dan cuma

dilakuin bertiga yang perempuan semua, itu menarik

banget sih. Daya juang dan dedikasi mereka itu hebat.

Terus yang paling menarik menurut gua ini, yang

dilakuin sama Vina. Dia ini keliatan totalitas banget

dalam hal penyampaian, walaupun The Mata dan The

Putri juga sama tapi yang dilakuin Vina ini lebih dari

sekedar edukasi tapi juga ada sisi entertainment nya

juga. Jadi, anak-anak selain dapat ilmu dia juga dapat

hiburannya. Untuk mencairkan anak-anak yang rame,

Page 212: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

50

yang dilakuin sama Vina itu efektif menurut gua dan

jadi sangat menarik.”

3. Apakah terjadi penolakkan oleh sasaran terkait

pelaksanaan program WASH? Jika ada, seperti apa

bentuk penolakkannya?

Jawaban:

4. Bagaimana respon sasaran terkait program WASH

dari apa yang anda lihat?

Jawaban:

5. Apa faktor penghambat dan pendukung pada proses

pelaksanaan program WASH menurut anda?

Jawaban: “Menurut gua sih dengan program yang

cuma di handle sama dua atau tiga orang sedangkan

anak-anaknya itu banyak agak susah untuk supaya

mereka itu mau ikutin semua proses yang kita arahin.

Contohnya yang diorama gigi, karna terlalu

digandrungi sama anak-anak, jadinya giginya ya gitu

berantakan deh. Dampaknya, cuma bisa dipake sekali

tuh. Sepengelihatan gua itu aja sih. Kalo pendukung,

untuk program yang dewasa itu kita didukung sama

volunteer lokal, ada Ibu-Ibu PKK kan jadi sangat

membantu kita lah disana untuk handle orang

dewasa.”

Page 213: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

51

Page 214: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 7

HASIL OBSERVASI

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

No Kegiatan

Obsevasi

Keterangan Hasil Observasi

1. Profil

Kelembagaan

Pada tanggal 12 Desember 2019 s/d 16

Desember 2019. Peneliti berkunjung ke

Markas Besar KUN Humanity System di

Bandung. Peneliti mengamati dan

melakukan pendokumentasian ruangan-

ruangan kerja organisasi. Terdapat

didalamnya ruang rapat, ruang kerja

masing-masing jobdesk, ruang

merchandise dan kreatif, sampai dengan

coffee corner yang digunakan dalam

proses pembuatan kopi untuk di jual.

2. Designing

The Product

Market Fit

Pada tanggal 12 s/d 16 Desember 2019.

Peneliti mengamati dan melakukan

pendokumentasian salah satu ruangan

yang digunakan untuk gathering

information sebelum terjun ke lapangan.

Tempat dimana mereka mencari ide dan

praktik (produk sosial) untuk dibawa ke

Page 215: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

lapangan.

3. Designing

The Product

Market Fit

-

4. Delivering &

Defending

The Product

Market Fit

-

Page 216: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Lampiran 8

HASIL DOKUMENTASI

TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM

PROGRAM PROMOSI KESEHATAN KUN HUMANITY

SYSTEM PASCA BENCANA TSUNAMI BANTEN

No Dokumen Bentuk

Dokumen

Keterangan

(Ada/Tidak

Ada)

1. Defining The Product Market

Fit

Foto Ada

2. Designing The Product Market

Fit

Foto Ada

3. Delivering The Product Market

Fit

Foto Ada

4. Defending The Product Market

Fit

Foto Ada

Page 217: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Coffee Corner

Lampiran 9

KEGIATAN FOTO PENELITIAN

Ruang Gathering Information

Page 218: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Wawancara dengan Informan Permata Andhika

Wawancara dengan Informan Devina

Page 219: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Wawancara dengan Informan Afdhal Lesmana

Wawancara dengan Informan Putri Annisa

Page 220: TAHAPAN MANAJEMEN PEMASARAN SOSIAL DALAM …

Markas Besar KUN Humanity System