Tafsir Al-qur'an Tentang Belajar
-
Upload
ilham-hamdani -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of Tafsir Al-qur'an Tentang Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang
dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada
pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan
untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak
ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang
terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu
menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan
megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-
tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah
mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan
manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur
oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia.
Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu
manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan
dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun maslah-masalah yang kami bahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu yang dimaksud dengan belajar?
2. Mengapa menuntut ilmu (belajar) itu merupakan suatu
kewajiban?
3. Kapan proses belajar berlangsung dan sampaikan kapan manusia
harus belajar?
1
4. Bagaiamana pendapat Al-Qur’an tentang kewajiban belajar bagi
manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar.
2. Ingin mengetahui mengapa menuntut ilmu itu suatu kewajiban
bagi muslim laki-laki maupun perempuan.
3. Ingin mengetahui kapan proses belajar itu dimulai dan kapan
berakhir.
4. Ingin menambah wawasan atau pengetahuan mengenai
kewajiban menurut pandangan Al-Qur’an.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan tugsa makalah ini, kami menggunakan metode
studi kepustakaan. Artinya, kami mencari, mengumpulkan dan membaca
sumber-sumber yang berkaitan dengan pembahsan makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat
tafsirannya tentang “Belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran
berbeda satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or
trengthening of behavior through experiencing.
Menurut pengertian diatas, belajar adalah merupakan proses
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengiat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan
kelakuan. Ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh
pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan
secara otomatis, dan seterusnya. Didalam ilmu pendidikan islam adalah
setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung
jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Atau konsekuensi dari pada
pengetahuan yang didapat.
B. Alasan Menuntut Ilmu ( Belajar).
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia.
Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu
manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan
dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik. Karena menuntut ilmu
merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban bagi
setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi keseharusan dalam
menuntut ilmu.
3
C. Awal Perintah Membaca ( Belajar )
Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun
kepada nabi SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut
ilmu). Yakni Surat Al-Alaq ayat 1:
خلق ى اّل�ذ ربك إقرأباسمArtinya
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”
Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya
berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian
mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni
membacanya.1 Dengan Dengan demikinan, realisasi perintah tersebut
tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan,
tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena
dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut
adalah bisa menyampaikan, menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.1
[2]
Syekh “Abdul Halim Mahmud (mantan pemimpin tinggi Al-
Azhar Mesir) sebagaimana dikutip Quraish Shihab dia menulis dalam
bukunya al-Qur’an Fi Syahr al-Qur’an: “ dengan kalimat iqra’ bismi
Rabbika, al-Qur’an tidak hanya sekedar menyuruh membaca, tetapi
membaca adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia,
baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian
dan semangatnya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu,
bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu” . demikian juga
ketika kita berhenti melakukan aktifitas hendaklah didasari pada Bismi
rabbika sehingga akhirnya ayat itu berarti “jadilah seluruh kehidupanmu,
11 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, (: lentera Hati, 2002. Volume 15) hal 392
1[2] Ibid hal 393
4
Wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, kesemuanya demi karena Allah
semata”.[3][3]
Adapun Asbabun Nuzul ayat ini adalah Dalam hadis sahih
riwayat Bukhari dinyatakan bahkan Nabi SAW. datang ke gua Hira'
suatu gua yang terletak di atas sebuah bukit di pinggir kota Mekah untuk
berkhalwat beberapa malam. Kemudian sekembali beliau pulang
mengambil bekal dari rumah istri beliau, Khadijah, datanglah jibril
kepada beliau dan menyuruhnya membaca.
Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca" Jibril merangkulnya
sehingga Nabi merasa sesak nafas. Jibril melepaskannya; sambil berkata:
"Bacalah". Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Lalu.
dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata: "Bacalah". Nabi
menjawab: "Aku tidak bisa membaca" sehingga Nabi merasa payah,
maka Jibril membacakan ayat 1 sampai ayat 5.
D. Peranan Akal dalam Proses Belajar
Segala potensi yang dimiliki manusia sebagai jalan untuk
mengetahui sesuatu baik berupa isyarat yang jelas (tampak) maupun yang
tersembunyi yang hanya mampu ditangkap dengan indra yang abstrak
merupakan cara Allah mendidik manusia.
Jelaslah alasan manusia menuntut ilmu (Belajar) tidak luput
dari unsur wahyu ilahiyah, maka tidak pantas manusia sebagai penuntut
ilmu melepaskan diri dari wahyu Ilahi Sebagai ayat-ayat Qauliyah.
Karena petunjuk yang tidak akan ditemui di alam (ayat-ayat kauniyah
Allah) hanya dapat ditemukan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. Disini peranan akal sangat mempunyai otoritas yang sangat tinggi
dalam proses belajar yakni menuntut ilmu. Karena akal adalah sebagai
alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu adalah alat untuk menghilangkan
kesulitan manusia, maka didalam islampun memerintahkan manusia
[3][3] Ibid hal 394
5
untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu
lainnya.
E. Waktu dan Derajat atau Kedudukan Menuntut Ilmu (Belajar)
Sebagai makhluk yang berakal, umat islam mempertahankan
kemuliaannya diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang
tidak terbatas selama hayat dikandung badan. Prinsip belajar selama
hidup ini merupakan ajaran islam yang penting. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
Tuntutan ilmu itu sejak dari ayunan sampai keliang lahat (mulai
dari kecil sampai mati). (H.R Ibn.Abd.Bar).
Lebih tegas lagi, islam mewajibkan orang menuntut ilmu
melalui sabda Nabi SAW :
Yang artinya :
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang islam,
laki-laki ataupun perempuan”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan didalam Al-qur’an meraka yang berilmu dan tidak
berilmu itu berbeda dalam pandangan islam.
Firman Allah :
Artinnya :
6
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. Ar-Zumar: 9).
Allah meninggikan derajat orang yang berilmu itu, Firmannya :
Artinya :
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. Karena sungguh dalam Islam mereka yang tekun
mencari ilmu lebih dihargai daripada mereka yang beribadah sepanjang
masa. Kelebihan ahli ilmu, al-‘alim daripada ahli ibadah, al- ‘abid,
adalah seperti kelebihan Muhammad atas orang Islam seluruhnya. Di
kalangan kaum muslimin hadits ini sangat popular sehingga mereka
memandang bahwa mencari ilmu merupakan bagian integral dari
ibadah ”.
Dalam Islam, nilai keutamaan dari pengetahuan keagamaan
berikut penyebarannya tidak pernah diragukan lagi. Nabi menjamin
7
bahwa orang yang berjuang dalam rangka menuntut ilmu akan diberikan
banyak kemudahan oleh Tuhan menuju surga. Para pengikut atau murid
Nabi telah berhasil meneruskan dan menerapkan ajaran tentang semangat
menuntut dan mencari ilmu. Motivasi religius ini juga bisa ditemukan
dalam tradisi Rihla. Suatu tradisi ulama yang disebut al-rihla fi talab
al-‘ilm ‘ Suatu perjalanan dalam rangka mencari ilmu’adalah bukti
sedemikian besarnya rasa keingintahuan dikalangan para ulama.
Ridhla, tidak hanya merupakan tradisi ulama, tapi juga
merupakan kebutuhan untuk menuntut ilmu dan mencari ilmu yang
didorong oleh nilai-nilai religius. Hadits-hadits Nabi membuktikan suatu
hubungan tertentu :” Seseorang yang pergi mencari ilmu dijalan Allah
hingga ia kembali, ia memeperoleh pahala seperti orang yang berperang
menegakkan agama. Para malaikat membentangkan sayap kepadanya dan
semua makhluk berdoa untuknya termasuk ikan dan air”.
Islam secara mutlaq mendorong para pengikutnya untuk
menuntut ilmu sejauh mungkin, bahkan sampai ke negeri Cina. Nabi
menyatakan bahwa jauhnya letak suatu Negara tidaklah menjadi masalah,
sebagai ilustrasi unik terhadap kemuliaan nilai ilmu pengetahuan.
Siapaun sepakat hadits Nabi yang berbunyi Utlub al ‘ilm walau kana bi
al-shin, menekankan betapa pentingnya mencari ilmu lebih-lebih ilmu
agama yang dikategorikan Imam Ghozali sebagai fardlu ‘ain.
Disamping Hadits Nabi yang berkenaan dengan al- shin nabi
juga menyinggung tentang al-yahud yang mana dikisahkan bahwa Nabi
menyuruh sekretarisnya untuk mempelajari kitab al-Yahud sebagai
proteksi diri dari penipuan kaum yahudi. Dari kedua hadits tersebut
diungkapkan untuk memberi penekananan bahwa terdapat hubungan
simbiosis antara ilmu pengetahuan dan dengan kemajuan serta ketahanan
peradapan Islam. Menurut Nabi , tinta para pelajar nilainya setara dengan
darah para syuhada’ pada hari pembalasan.
F. Orang-Orang yang Terpilih dalam Proses Belajar Mengajar
8
Dalam hal ini, para pelaku dalam proses belajar mengajar, yaitu
guru dan murid dipandang sebagai ‘‘ orang-orang terpilih’’ dalam
masyarakat yang telah termotivasi secara kuat oleh agama untuk
mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan mereka. hal ini
sejalan dengan ayat al-Qur’an surat al-Taubah ayat 122 yang artinya
berbunyi :
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
( Q.S. Al-Taubah: 122)
Penjelasan :2
Ada dua versi yang kami temukan yaitu pada tafsir Al-Misbah
karya M. Quraish Shihab dan tafsir Al-Maraghi Karya Ahmad Musthafa
Al-Maraghi. Yang pertama mari kita lihat penjelasan yang kami dapatkan
dari tafsir Al-Misbah. Ayat itu menuntun kaum muslimin untuk membagi
tugas dengan menegaskan bahwa “Tidak sepatutnya bagi orang-orang
mu’min yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang
pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang
melaksanakan tugas yang lain”. Jika memang ada panggilan yang bersifat
mobilisasi umum maka mengapa tidak pergi dari setiap golongan, yakni
2 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. (2009) Tafsir Ibnu Kasir.( Bandung : Sinar Baru Algensindo ). Cet.2. hal. 123.
9
kelompok besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk
bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga
mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan orang lain dan
juga untuk memberi peringatan kepada kaum merka yang menjadi
anggota yang di tugaskan oleh Rasulullah SAW.
Terbaca di atas bahwa yang dimaksud dengan orang yang
memperdalam pengetahuan demikian juga yang memberi peringatan
adalah mereka yang tinggal bersama Rasulullah SAW. Ini adalah
pendapat mayoritas ulama.
Ayat ini mengggaris bawahi terlebih dahulu motivasi
bertafaqquh/ memperdalam pengetahuan bagi mereka yang dianjurkan
keluar sedang motivasi utama mereka yang berperang bukanlah tafaqquh.
Yang kedua kita lihat menurut tafsir Al-Maraghi. Ayat ini
menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut
perjuangan yakni hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya
bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan
menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan
rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakan sendi-
sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri
tidak di syaratkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari da’wah
tersebut agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari
orang-orang kair dan munafik.
Berdasarkan dua penafsiran bahwa kami dari penulis makalah
cenderung kepada tafsir Al-Maraghi bahwa pendalaman ilmu agama itu
merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian
bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada
iman dan menegakan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak di syaratkan kecuali untuk jadi
benteng dan pagar dari da’wah tersebut agar jangan dipermainkan oleh
tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Karena
kebaikan menuntut ilmu dan mengajarkannya sama pahalanya disisi
10
Allah dengan jihad. Barang siapa yang memberi contoh kebaikan ,
kemudian kebaikan itu dicontoh oleh orang lain, maka dia akan mendapat
kebaikan yang sama dengan orang yang melakukan tersebut, tanpa
mengurangi pahala orang yang melakukannya, begitu juga sebaliknya.
Demikian ungkapan yang sementara dianggap dari Rasulullah SAW.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman agar lebih baik. Oleh karena itu proses belajar atau
menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan
kewajiban bagi setiap muslim yang harus benar-benar dilaksanakan,
tentunya dalam hal ini ada kaitannya dengan membaca maupun
mengamati baik itu yang berbaur Agama maupun ilmu-ilmu umum.
Sebagai makhluk yang berakal, umat islam mempertahankan
kemuliaannya diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang
tidak terbatas selama hayat masih dikandung badan.
B. Saran
Dari uraian diatas penulis dapat memberikan saran kepada
pembaca khususnya untuk penulis sendiri.
1. Mengingat belajar mengajar adalah suatu keharusann dilakukan
oleh seorang muslim dalam rangka memanfaatkan potensi akal
yang diberikan Allah SWT maka isilah akal itu dengan
pengetahuan Al-Qur’an (Agama) agar bisa tertujunya tujuan
insane kamil.
2. Dengan semakin banyak belajar atau mengkaji dan mendalami
ayat-ayat Allah Baik Qauliyah maupun Qaauniayah, akan
semakin membuka peluan terciptanya ilmu-ilmu baru dan
peradaban baru yang lebih baik.
3. Mengingat orang yang menuntut ilmu lalu mengajarkannya
memiliki kedudukan yang sama dengan kebaikan orang yang
12
jihad di perang melawan orang-orang kafir. Maka hal ini bisa
digunakan sebagai motivasi dalam meraih kehidupan yang lebih
baik diakherat kelak.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Mas’ud. (2002). Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik.
( Yogyakarta: Gema Media ).
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. (,2009). Tafsir Ibnu Kasir. ( Bandung:
Sinar Baru Algensindo).
Shihab. Quraish. (2002). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-
Qur’an. ( Jakarta: lentera Hati ). Volume 15
14