Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

20

Transcript of Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Page 1: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak
Page 2: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelin-dung: Prof dr Susilo Wibowo MS MED SpAnd Penasehat: Prof Dr Ignatius Riwanto SpBD, Dr H Muhammad Nasir MSi Akt, Sukinta SH MHum, Dr Muhammad Nur DEA, Dr Adi Nugroho Pemimpin Umum: Hendra Kusuma Wahyu H. Sekretaris Umum: Ratna Trianingsih Pemimpin Redaksi: Ridha Swasti Hapsari Pemimpin Litbang: Alan Prahutama Pemimpin Perusahaan: Ar-

vinda Hanugraheningtyas Sekretaris Redaksi: Satya Sandida Redaktur Pelaksana: Nurul Huda Staf Redaksi: Astri Nur Afidah, Muhammad Alfi M, Nedia Guswina, Mar’atush Sholihah, Destya Dwi Pangestika, Allaely Hardhiani. Redaktur Artistik dan Online: Siti Khatijah Staf Artistik dan Online: Furqon Abdi, Amalia Puspita Sari, Muhammad Reza Husain, Azam David Saifullah, Widya Prabandari, Ratih Putri Budiayanty. Manajer Iklan: Taufik Hidayat Staf Iklan: Hayattul Fitri, Rahman Adi Nugroho, Taufik Budiawan. Manajer Rumah Tangga: Eka Mei Fajar Y Manajer Produksi dan Distribusi: Tidar Priyo Santoso Staf Produksi dan Distribusi: Widayanti. Kadiv Data dan Informasi: Ali Budi Utomo. Staf Data dan Infor-masi: Andri Imam Subekhi. Kadiv Jaringan dan Kerjasama: Farah Melchalida. Staf Jaringan dan Kerjasama: Lutfi Agung Mardiansyah. Kadiv Kaderisasi: Bondika Ariandani Aprilia. Staf Kaderisasi: Septian Ananggadipa. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jl. Imam Bardjo, SH No.2 Semarang 50241 Telp: (024) 8446003 E mail [email protected] Website www.manunggal.undip.ac.id

Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca, resensi buku dan akademika. Tulisan diketik rapi dengan spasi 2 maksimal 3 folio. Redaksi berhak melaku-kan penyuntingan naskah seperlunya.

Menjaga Konsistensi

SURAT PEMBACARindu Kantin Kampus

Pindahnya gedung FISIP dari Pleburan ke Tembalang mem-bawa suasana baru, baik bagi para pengajar dan mahasiswa. Namun kepindahan ini ternyata masih mengalami beberapa kekurangan. Salah satunya adalah kantin kampus.

Kondisi daerah Tembalang cukup panas, apalagi jarak area parkir mahasiswa dengan gedung cukup jauh. Belum lagi, gedung yang tinggi membuat mahasiswa seringkali kelelahan setibanya di ruang kelas. Hasilnya, banyak mahasiswa yang tidak konsen mengikuti kuliah karena ini. Saya sering mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, saya berharap tersedia kantin di dalam area kampus.

Memang ada beberapa penjual makanan di area parkir maha-siswa, tetapi letaknya cukup jauh dan tidak resmi sehingga saya pun khawatir jika membeli makanan di sana. Kalau ada kantin resmi yang disediakan kampus, berarti kualitas makanan juga tidak diragukan.

Saya rasa hal ini penting untuk dipertimbangkan para pemegang otoritas di FISIP. Bukan cuma mahasiswa, dosen dan pegawai saya kira membutuhkan fasilitas tersebut. Saya rindu hadirnya kantin yang sehat seperti di Pleburan dulu. (Said Hidayat, FISIP)

Salam sejahtera bagi kita semua. Me-ngawali tahun 2011, Tabloid Manunggal kembali terbit dengan membawa pesona

baru. Kami menyadari masih memiliki berbagai kekurangan, tetapi hadirnya tabloid edisi ketiga ini merupakan bukti semangat konsistensi kami untuk memberikan yang terbaik bagi seluruh pembaca setia Tabloid Manunggal.

Dalam edisi kali ini, kami menyoroti eksploitasi terhadap anak, sebuah masalah klasik yang kembali menyeruak dengan munculnya kasus Arumi Bachsin. Seberapa kompleks ma-salah ini? Bagaimana keseriusan pemerintah menanggapi masalah ini? Dan bagaimana dam-paknya bagi anak sebagai korban eksploitasi? Semua tersaji lengkap dalam Sajian Utama.

Rubrik Fokus membahas mengenai kurang-nya minat mahasiswa mengikuti organisasi kampus karena kuliah yang semakin padat. Apakah kurikulum universitas memang tidak memberikan space bagi mahasiswa untuk ikut

organisasi? Selain itu, masih lekat pula dalam benak kita, bagaimana Merapi meletus Ok-tober silam. Oleh karena itu, dalam Lipsus kami menyuguhkan bagaimana penanganan terbaik bagi korban bencana alam, terutama dari aspek psikologis.

Jangan lewatkan pula pengalaman menarik, berwisata sembari mengagumi keajaiban-ke-ajaiban ilmu pengetahuan. Serunya obyek wisata Jawa Timur Park, yang memang menggabung-kan konsep belajar dan wisata, kami bungkus menarik dalam rubrik Perjalanan. Tak keting-galan, potret warisan budaya Buka Luwur, yang dihadirkan lewat rubrik Sastra Budaya.

Dengan selalu eksis menerbitkan produk, kami berharap kehadiran kami selama ini telah memberikan informasi yang terbaik bagi se-luruh pembaca Tabloid Manunggal. Semoga semangat konsistensi masih akan tetap terjaga. Selalu menjadi yang terbaik. (Redaksi)

Azam/ M

anunggal

2

Eksploitasi anak adalah masalah klasik.

Sudah menjadi budayakah?

Dampak eksploitasi anak dominan pada psikologis.

Yang jelas anak yang menjadi korban.

Kemampuan organisasi dimasukkan dalam kurikulum.

Mahasiswa makin sibuk dong…

Page 3: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Lusia Astrika, S.IP, M.Si *)

Legitimasi Eksploitasi Anak oleh Televisi

Dewasa ini, animo masyarakat melakukan tin-dakan agresi semakin meningkat. Terbukti dari munculnya kasus-kasus sebagaimana diberitakan di media massa, mulai dari me-

ningkatnya jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga sampai dengan meningkatnya kriminalitas yang berujung pada tindakan melukai individu lain.

Menurut pandangan behaviorism, tindakan agresi merupakan tindakan atau perilaku yang melukai orang lain. Sigmund Freud, seorang tokoh psikoanalis me-ngatakan bahwa sesungguhnya dalam diri manusia selalu mempunyai potensi bawah sadar yaitu suatu dorongan untuk merusak diri atau thanatos, yang pada mulanya dorongan untuk merusak diri tersebut ditujukan untuk orang lain.

Maraknya kasus kekerasan, tindak kriminal, dan me-ningkatnya amarah masyarakat pada masa sekarang ini memunculkan pertanyaan tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat dewasa ini. Mengapa bisa terjadi peralihan dari manusia sebagai makhluk sosial (homo homini socius) menjadi manusia sebagai ”serigala” bagi manusia lain (homo homini lupus)? Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, tetapi manusia juga mempunyai hasrat untuk berkuasa atas manusia lain. Definisi kekuasaan disini adalah kemampuan untuk me-maksakan kehendak kepada orang lain, demi tercapainya tujuan yang diinginkan yang punya kuasa.

Power tens to corrupt, kekuasaan ibarat pisau bermata dua, yang dapat digunakan untuk perbuatan baik tetapi juga dapat digunakan untuk melukai orang lain. Kekua-saan memang tergantung pada pemegang kekuasaannya, masalah mau dibawa kemana kekuasaan sangat tergantung pada si pemegang kekuasaan. Kekuasaan juga bergan-tung pada besar kecilnya sumber-sumber kekuasaan. Semakin besar sumber–sumber kekuasaan yang dimiliki

*) Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Masivitas transformasi informasi melalui media massa, terutama televisi memunculkan dam-pak serius. Daya tarik televisi sedemikian luar biasa, sehingga, kini pola-pola kehidupan

rutinitas manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Besarnya potensi media televisi terhadap pe-rubahan masyarakat menimbulkan pro dan kontra.

Pandangan pro menilai televisi merupakan wahana pen-didikan dan sosialisasi nilai-nilai positif masyarakat. Seba-liknya, pandangan kontra melihat televisi sebagai ancaman yang bersifat destruktif bagi pemirsanya Dalam dunia anak, banyak kasus menyiratkan bahwa perilaku bandel, nakal, agresif, bermusuhan, dan perilaku buruk anak yang lain berpangkal pada konsumsi keseharian mereka atas media, terutama (tontonan) televisi.

Eksploitasi ini mengandung dua dimensi, anak-anak sebagai “pekerja media televisi” dan sebagai penonton. Yang pertama, salah satunya ketika maraknya ajang adu bakat menyanyi dengan peserta anak-anak. Dalam konten ini, anak-anak dipaksakan untuk pantas ditonton-dengan cara mengenakan riasan, kostum, dan lagu-lagu yang dibawakan semuanya menyerupai orang dewasa.

Ajang kompetisi ini menjadi anak sebagai obyek ton-tonan yang dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. Sistem vote lewat sms dan atau telepon kerap membuat anak mengeksploitasi bagian dirinya yang seharusnya tidak menjadi milik publik. Misalnya, untuk menarik dukungan si anak akan dinaturalisasikan untuk menceritakan bahwa ibunya menjadi tenaga kerja di luar negeri dan sudah lama tidak bertemu.

Di lain waktu, anak-anak peserta kontes mengalami

cultural shock, dari kehidupan mereka yang sebelumnya biasa saja berubah dengan adanya sorotan kamera, hidup yang diatur, dan harus selalu tersenyum. Tentu saja mereka juga tidak boleh kelihatan lelah di depan kamera, di depan penggemar, dan wartawan, padahal sebagai manusia mereka memiliki kebebasan. Anak-anak yang tampil dalam kontes bakat kehilangan keceriaan khas anak-anak yang polos dan wajar. Mereka terlihat lebih dewasa dari usia yang sesung-guh Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung (Kuswandi, 1996 : 23).

Secara perlahan, kondisi tersebut akan mendorong pada perubahan psikologi anak, mereka menjadi sombong, susah diarahkan orang tua, membangkang, dan kecerdasan emosinya tidak berkembang baik.

Yang kedua, eksploitasi anak sebagai penonton dan pangsa pasar yang potensial untuk berbagai produk komersial. Mereka secara tidak langsung dieksploitasi demi kepentingan ekonomi. Ekspansi dan kebutuhan industri televisi mendo-rong anak untuk memiliki kecenderungan untuk memilih sajian sensasional dan eksentrik. Sikap latah dan imitasi anak kemudian diterjemahkan media melalui kacamata ekonomi industri dan keuntungan finansial. Kegandrungan anak pada konten televisi dianggap media sebagai pangsa pasar yang menggiurkan. Eksploitasi terhadap anak oleh televisi mewujud dalam tawaran yang indah, televisi mampu berdalih dengan visi kamuflatif: mengembangkan imajinasi, mencerdaskan, atau memperluas pengetahuan anak.

Apa yang dipaparkan tadi adalah bentuk imperialisme kultural. Kesadaran anak dijajah dengan cara yang sedemikian

halus oleh “ideologi” televisi. Pada perkembangan ekstrim-nya, imperialisme kultural tersebut berkembang ke arah legitimasi terhadap eksploitasi anak.

Dunia anak adalah dunia serba nyata, sehingga apa yang dilihat diterima sebagai realitas. Kebanyakan dari mereka belum mengenal analogi, gaya bahasa, atau metafora rumit yang menjadi bagian dominan dari tontonan. Hal ini me-ngandung konsekuensi bahwa keterlibatan mereka sejak dini dalam industri komersil ini, harus disertai dengan upaya pencerdasan tentang bagaimana industri ini bekerja, dan memengaruhi kehidupan, tentu saja lengkap dengan sisi negatif dan positif yang dijelaskan secara objektif dan proporsional.

Pada akhirnya media literasi atau melek media menjadi salah satu al-ternatif penacegahan dan penanggu-langan eksploitasi anak oleh televisi. Orang tua, utamanya, sudah saatnya mulai peduli dengan dampak tele-visi terhadap perkembangan anak-anak mereka ketika mereka hanya men-jadi konsumen pasif informasi, yang belum tentu sesuai dengan kondisi normal anak-anak tanpa mampu melakukan sikap kritis.

maka semakin besar pula hasrat untuk menguasai.Dalam hal ini, terjadi ketimpangan antara id, ego, dan

superego sebagaimana diungkapkan Sigmund Freud dalam pandangan psikoanalisa. Akan terjadi kepribadian yang ti-dak wajar dan akan muncul neurosis yang menghendaki penyaluran, jika id (dorongan nafsu), ego (prinsip realita), dan superego (hati nurani dan moral) tidak seimbang. Tim-bulnya neurosis pada kejiwaan manusia disebabkan oleh kesalahan penyesuaian secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya konflik tak sadar.

Dampak Ketidakseimbangan Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah

keseimbangan antara id, ego, dan superego. Permasalahan-nya masyarakat masa sekarang yang seharusnya semakin beradab, justru lebih berorientasi pada keutamaan id (hasrat/ dorongan nafsu) daripada menjaga keseimbangan antara id dengan ego (prinsip realita) dan superego (hati nurani dan moral). Apabila ketidakseimbangan ini diteruskan, masyarakat akan mengalami gejala skizofrenia.

Kata skizofrenia berakar dari bahasa Yunani, schizein (terbelah) dan phren- (pikiran). Di Indonesia, skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat yang terbanyak penderit-anya. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang sanggup merusak dan menghancurkan emosi. Selain faktor gene-tik, penyakit ini juga bisa muncul akibat tekanan tinggi di sekelilingnya.

Ada dua gejala yang menyertai Skizofrenia yakni gejala negatif dan gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak merugikan bagi lingkungannya, sementara gejala positif adalah tindakan yang mulai mem-bawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk dan melukai orang lain maupun merusak fasilitas umum. Gejala positif dari skizofrenia dapat kita lihat pada kasus-kasus demonstrasi dan konflik yang berdampak pada rusaknya

fasilitas umum sampai hilangnya nyawa korban. Tidak tercapainya tujuan atau input yang diinginkan-

nya, tingginya hasrat dan amarah, kurangnya kontrol diri, serta minimnya moralitas membuat masyarakat menjadi stres, dan pada akhirnya mengalami jiwa yang terpecah (skizofrenia). Harus diakui bahwa masyarakat masa kini lebih rentan mengalami gangguan kejiwaan yang dikatakan skizofrenia ini.

Hanya dengan berawal dari gejolak emosi, skizofrenia dapat dialami oleh setiap individu dalam masyarakat. Seperti dalam kasus gejolak emosi masyarakat Yogyakarta dalam kasus penetapan gubernur DIY dan polemik keiistime-waan Yogyakarta misalnya, jika masalah ini tidak segera terpecahkan dan justru semakin berbelit-belit, maka dapat diprediksikan bahwa masyarakat yang memiliki tuntu-tan, emosi, dan amarah tak segan-segan akan melakukan tindakan-tindakan yang mulai membawa dampak buruk bagi lingkungannya.

SolusiPencegahan skizofrenia perlu dilakukan. Apabila sudah

terlanjur mengalami gangguan jiwa ini, maka penderita skizofrenia perlu diajak kembali bersosialisasi dan dipu-lihkan. Jika skizofrenia telah menggejala dalam masyarakat masa kini, maka diperlukan situasi yang baik dan kondisi yang terkontrol supaya gejala ini tidak menjangkiti ma-syarakat lebih jauh lagi.

Adanya kondisi yang kondusif dalam faktor sosio-kultural juga dapat menekan gejala skizopfrenia. Untuk mencegah skizofrenia, diperlukan keseimbangan antara id (dorongan nafsu), ego (prinsip realita), dan superego (hati nurani dan moral). Harapan dengan adanya kes-eimbangan ini adalah terciptanya kepribadian yang wajar dan menekan penyimpangan kejiwaan/ mental disorder sebagai penyebab skizofrenia.

Oleh: ArvindA heningtiAs

3

Page 4: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Tanpa disadari, ada pelanggaran serius yang rentan terjadi terhadap mereka. Anak-anak yang ma-sih usia dini tersebut seharusnya menghabis-kan waktunya untuk pendidikan, bukan bekerja.

Meskipun potensi yang dimiliki anak sangat tinggi, orang tua wajib mengembangkannya hingga semakin matang, bukan memanfaatkan potensi anak secara berlebihan tanpa memperhatikan hak-hak mereka.

Masalah eksploitasi anak memang menjadi benang kusut yang tak kunjung terselesaikan. Diana Susilowati, ketua Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Semarang, mengamini fenomena itu. Menurutnya, memanfaatkan kemampuan anak tanpa memenuhi hak-hak yang harus mereka terima, adalah bentuk eksploitasi orang tua terhadap anak.

Diana melihat fenomena ini sangat rentan mengarah pada eksploitasi terhadap anak. “Intinya, jika anak sudah merasa tertekan dan dia tidak mendapatkan hak-haknya sebagai anak maka mereka adalah korban. Masalahnya, si anak juga mungkin merasa enak dan nyaman menerima kondisi tersebut dan tidak tahu bahwa dirinya telah di-manfaatkan oleh orang tuanya,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan Ida Anggrek, aktivis LSM Jaringan Perlindungan Perempuan Dan Anak ( JPPA). Ida menyatakan, eksploitasi terhadap anak merupakan masalah klasik yang sudah lama terjadi. “Sebenarnya anak yang diajak mengemis ibunya, anak jalanan, itu juga masuk eksploitasi. Namun, kini bentuknya saja yang berbeda. Anak-anak yang tampil di televisi itu pun seharusnya menghabiskan waktunya untuk pendidikan, bukan menampilkan bakatnya.”

Motif utama yang melatarbelakangi eksploitasi anak adalah ekonomi. “Yang sering terjadi adalah eksploitasi den-gan motif ekonomi. Masalahnya, anak terpaksa menuruti saja perintah orang tua karena ingin berbakti,” ungkapnya.

Diana juga menambahkan, pengaruh budaya menjadi salah satu faktor penyebab msaih adanya eksploitasi anak di Indonesia. “Budaya patriarki dan matriarki yang masig-masing daerah berbeda. Inilah yang juga berdampak pada

pandangan orang tua terhadap anak.”Ida melengkapi, ada berbagai faktor yang mendorong

terjadinya eksploitasi, mulaid ari orang tua, teman, lingkungan tempat tinggal, ekonomi, hingga budaya. Keduanya, juga sepakat bahwa tingkat kesadaran orang tua terhadap hak-hak anak masih minim, sehingga anak tidak sepenuhnya mendapatkan haknya. “Masalahnya anak tidak dianggap lagi sebagai amanat, melainkan alat untuk membantu orang tua,” ujar Ida.

TinggiDiana menilai eksploitasi anak di Kota Semarang cukup

tinggi. “Dalam tahun ini saja, sudah ada 20 kasus eksploi-tasi, khususnya pada kekerasan dan perdagangan anak,” ungkapnya. Banyaknya kasus eksploitasi di Kota Semarang dipengaruhi oleh lemahnya perlindungan hukum pada kasus ini. Berdasarkan pengalaman menanggani berbagai kasus eksploitasi anak, kelemahan kasus ini adalah pada saksi dan bukti. “Eksploitasi ini terjadi antara orang tua kepada anak. Kalau tidak ada yang berani melapor, mana bisa diproses. Lalu, kendala lain adalah bukti, mungkin untuk pelecehan seksual atau penyiksaan ada jelas buktinya. Tapi, jika anak disuruh bekerja dengan orang tua, buktinya sulit diungkap,” terangnya.

Diana mengaku pemerintah sebenarnya telah melakukan segala cara untuk melindungi hak-hak anak, yakni dengan membuat payung hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak anak. “Sebenarnya nafas dari diadakannya konferensi anak, merupakan bentuk keprihatinan dunia pada anak. Nah, bentuk dukungan Indonesia adalah dengan diben-tuknya undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.”

Pihaknya sendiri telah melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi maraknya eksploitasi anak di Semarang. “Banyak upaya telah kami lakukan, seperti sosialisasi, me-ngadakan jejaring dengan pemerintah, mengadakan forum diskusi dengan LSM, workshop, dan lainnya. Selain itu juga memberikan perlindungan, advokasi serta pendampingan

bagi anak yang menjadi korban eksploitasi,” terangnya.Namun, menurut Ida, masih ada kelemahan dalam proses

peradilan dalam menangani kasus ini. “Kebanyakan jaksa hanya menjerat pelaku eksploitasi dengan 1 tuntutan saja. Seperti, jika kekerasan pada anak hanya dituntut dengan pasal tentang penganiayaan saja, tidak menggunakan un-dang-undang tersebut,” jelasnya.

Perhatian terhadap eksploitasi anak di Jawa Tengah, dinilai Ida mulai meningkat setelah ada kasus Pudjiono yang menikahi anak dibawah umur. “Setidaknya terungkapnya kasus tersebut meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh anak,” pungkasnya.

Berkaca Kasus ArumiEksploitasi anak merupakan persoalan klasik yang kini

mengemuka kembali setelah muncul kasus Arumi yang kabur dari rumah karena merasa dimanfaatkan oleh orang tuanya. Arumi meminta bantuan KPAI untuk melindunginya.

Berkaca dari kasus tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa eksploitasi anak merupakan persoalan yang dapat menaungi berbagai dimensi masyarakat. Orang tua seha-rusnya dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak, sehingga anak memiliki kecerdasan dan terpenuhi kebutuhannya. Bukan malah menggunakan anak untuk tujuan-tujuan khusus orang tua.

Menyikapi maslah ini, baik KPAI, BP3AKB, JPPA, dan berbagai lembaga lain yang concern terhadap hak-hak anak siap memberikan perlindungan pada anak jika terjadi pelangggaran terhadap hak anak.

“BP3AKB selalu siap, apabila ada anak yang ingin me-minta perlindungan kepada kami, mulai dari proses advokasi, pendampingan, dan lainnya,” terang Diana. Selaras dengan itu, JPPA juga selalu siap memperjuangkan hak-hak anak. “Bila ada warga yang membutuhkan bantuan kami, kami siap membantu. Gratis, tanpa dipungut biaya,” lengkap Ida. (Huda)

Akhir-akhir ini, muncul fenomena menarik dengan hadirnya anak-anak kecil di layar kaca. Misalnya saja, artis cilik Baim, Radja Cilik, Lucky Laki band, Cinta Kuya, serta beberapa ar-tis lainnya. Kehadiran di berbagai stasiun televisi membuat mereka menjadi idola jutaan masyarakat. Tidak hanya itu,

berbagai limpahan materi juga mereka peroleh.

4

Seorang ibu sedang mengajak putrinya mengemis di salah satu jalan raya di Semarang. Satya/Manunggal

Page 5: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Seorang anak, masih mengenakan seragam sekolah, membawa krincingan sembari menyanyikan lagu-lagu pop di sebuah perempatan jalan. Wajahnya dekil dan pakaiannya kumal. Meski beberapa kali

pengemudi kendaraan menolak memberinya receh, si anak tak berputus asa dan berlalu mendekati kendaraan lain.

Nama anak itu Ali. Usia yang masih belia tak mem-buatnya surut mengais rizki dari mengamen dan mencuci piring di warung-warung. Melihat wajahnya yang polos, orang pasti merasa iba, mengapa anak sekecil itu sudah harus mencari uang sendiri. Ironisnya, justru sang ayah tiri yang memaksa dirinya mengamen. Ali mengaku kerap dihajar ayahnya bila uang yang diperolehnya sedikit.

Lain lagi dengan Asnal Muttaqin. Ia dan kakaknya disuruh sang ibu merantau hingga ke Semarang untuk mengamen dan mencari uang. Pasalnya, sekolah sedang libur dan keluarga mereka sangat membutuhkan uang untuk menyambung hidup sembilan orang anggota keluarganya. Alhasil, Asnal dan kakaknya mangkal di emperan toko sambil mengamen dan berjualan koran.

Fenomena tersebut tidak hanya dijumpai pada Ali dan Asnal. Banyak kejadian-kejadian eksploitasi serupa yang tidak terekspos. Sayangnya, anak-anak tersebut tidak mengerti diri mereka tengah dieksploitasi demi menopang ekonomi keluarga. Jelas, ini membawa dampak negatif bagi sang anak. Dampak yang paling dominan diterima adalah dari aspek psikologis.

Endang Sri Indrawati, M.Si, Psikolog yang juga Dosen Fakultas Psikologi menyatakan dampak psikologis memang yang paling banyak diterima dan paling tampak bagi korban

eksploitasi, yakni anak. “Biasanya terjadi perubahan perilaku dalam Mereka akan

suka diam atau marah-marah, menjadi penyendiri, dan lain-nya. Namun, mereka baru akan mengalami hal tersebut setelah mereka tahu bahwa dirinya telah dieksploitasi.”

Pemulihan TraumaEndang menjelaskan solusi untuk mengatasi korban

eksploitasi anak memang ada metodenya sendiri. “Me-reka harus diberi pengertian kembali akan makna hidup. Setelah itu yang paling penting adalah pemulihan dengan pendekatan religius. Dengan begitu, beban dan trauma dalam dirinya juga akan mudah dihilangkan karena semuanya akan kembali pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa,” terangnya.

Namun, menurutnya yang lebih penting dilakukan adalah penanaman pemahaman kepada orang tua mengenai hak-hak anak, sehingga peran orang tua dalam memberikan pendidikan dan semua kebutuhan anak dapat terlaksana dengan baik. “Kalau pemulihan itu cara penyembuhan, yang lebih penting adalah bagaimana orang tua itu paham akan kebutuhan anak, sehingga apabila semua orang tua sadar akan kebutuhan anaknya, tidak akan ada lagi yang namanya eksploitasi terhadap anak,” ujarnya.

Endang menyatakan, apabila orang tua tidak memberikan perhatian yang baik kepada anak, maka anak menjadi frustasi dan mudah mengekspresikannya pada perilaku-perilaku yang menyimpang. “Tidak ada lagi pihak yang bisa diajak berba-gi, selain kedua orang tuanya. Maka, jika tidak diatasi, yang terjadi bisa seperti Marshanda yang melu- apkan kekecewaannya dalam

sebuah video,” jelasnya.Diana Susilowati, sebagai per-

wakilan pemerintah yang mengurusi hak-hak anak, memberikan beberapa langkah preventif untuk mengantisipasi terjadinya eksploitasi terhadap anak. Pertama, ketahanan diri anak yang kuat dengan memberikan berbagai stimulan yang positif sehingga anak tidak mudah terpengaruh lingkungan luar yang juga dapat menjerumuskannya ke dalam hal-hal yang tidak baik.

Kedua, pemahaman orang tua terhadap hak-hak anak, se-hingga orang tua dapat memenuhi kebutuhan anak, baik secara formal, seperti pendidikan, ke-sehatan, dan lainnya, serta pada kebutuhan informal, seperti kasih sayang, perhatian, dan lainnya. Ketiga adalah perhatian pemerintah, kontrol yang kuat dari pemerintah akan meminimalisasi terjadinya eksploitasi terhadap anak. (Huda, Ridha)

Harus diakui, perlindungan anak di Indonesia masih lemah. Banyak orang memanfaatkan mereka untuk berbagai kepentingan. Salah satunya, untuk mem-

bantu kebutuhan finansial. Tindakan seperti itu tentunya dapat menghambat pertumbuhan pola pikir anak sehingga mengurangi kreativitas imajinasi mereka.

Kondisi yang memprihatinkan membuat perkembangan anak menuju kedewasaan tidak terkontrol dengan baik. Padahal, orang tua wajib mengawasi perkembangan anak. Namun dari berbagai kasus eksploitasi, justru orang tua pelakunya. Tidak tuntasnya penanganan eksploitasi tersebut membuat beberapa pihak kewalahan.

Berangkat dari permasalahan diatas, LPM Manunggal Undip mengadakan jajak pendapat terhadap 202 orang mahasiswa Undip dari berbagai fakultas. Dari pengetahuan responden tentang tindakan eksploitasi anak di Indone-sia, sebanyak 87,56 % menjawab ya. Sedangkan 11,44 % menjawab tidak dan hanya 1 % tidak tahu. Pengetahuan mereka tentang tindakan eksploitasi anak mereka lihat dari berbagai media massa dan materi perkuliahan.

Hadirnya UU Perlindungan anak nomor 23 Tahun 2002

sepertinya belum cukup u n t u k menyediakan payung hukum yang kuat dan tegas dalam perlindungan anak. Hasil itu terlihat dari angka 74,63 % responden yang menjawab tidak. Jawaban ya hanya sebanyak 6,97 % saja. Jumlah perbedaaan yang mencolok ini jelas diperlukan tin-dakan yang tegas dari penegakan hukum supaya tuntas.

Sisanya sebesar 17,91 % rsponden menjawab tidak tahu tentang adanya peraturan perundangan Perlindungan anak. Pengetahuan yang masih kurang mengakibatkan belum gen-carnya sosialisasi atas adanya undang-undang tersebut.

Kasus eksploitasi anak yang semakin meningkat jum-lahnya di tengah solusi untuk penyelesaian kasus masih belum tuntas. Akibatnya pelaku eksploitasi bak merebak dimana-mana, tak terkecuali oleh orang tua. Faktor eko-nomi masih mendominasi dengan perolehan jawaban 123 responden.

Kemiskinan sebagai faktor utama mencerminkan masih lemahnya kehidupan mereka. Kedua, disusul pendidikan rendah anak. Status pendidikan anak memang tergolong kurang layak, sebagai akibat dari kemiskinan yang dialami orang tua mereka. Sejumlah responden menjawab pendi-

dikan masih rendah. Sebagai akibat eksplotasi, tidak menutup kemungkinan

anak-anak menjadi objek eksploitasi. Hasilnya, eksploitasi sudah menjadi gaya hidup zaman modern. Modernisasi jaman mengakibatan tidak sedikit dari anak-anak menjadi sasaran eksploitasi, misalnya pernikahan.

Sisanya sebanyak jawaban lainnya berjumlah 9 suara dan tidak menjawab 4 suara. Alasan responden yang menjawab

lainnya antara lain ekspos pemberitaan media berlebihan dan kurangnya nilai religius dari pelaku. Keterbukaan informasi yang memuat kasus kejahatan anak hendaknya tak terlalu terbuka dalam pemberitaan kepada publik.

Berbagai upaya telah dilakukan aparat penegakan hukum untuk merebaknya tindakan eksploitasi anak dari berbagai kejahatan. Namun belum kuatnya pengawasan menjadikan anak menjadi korban eksploitasi. Hal ini diperkuat dengan jawaban responden sebanyak 60,70 % masih kurang baik. Setidaknya sistem pengawasan untuk perlindungan anak tethitung cukup dalam angka 36,32 %.

Sisanya sebanyak 1,49 % menjawab bagus, berturut-turut 1 % sangat bagus dan 0,50 % tidak menjawab. Se-baiknya prioritas ke depan dalam penanganan eksploitasi anak agar terhindar dari kepentingan orang tertentu ha-rus segera diungkap. Tidak hanya peran seorang penegak hukum saja, melainkan masyarakat harus partisipasi aktif dalam mencegah terjadinya perbuatan kriminal tersebut. (Litbang LPM Manunggal)

5

Page 6: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

26 Oktober 2010, Gunung Merapi meletus, menghamburkan abu vulkanik dan

material panas ke daerah di sekitarnya. Kini, tiga bulan telah berlalu dan status gunung paling aktif sedunia itupun telah diturunkan menjadi waspada. Namun,

banjir lahar dingin masih menjadi momok yang menakutkan bagi warga di sekitar

sungai yang berhulu di Merapi.

Oleh: Destya Dwi dan Mar’atush Sholihah

ing. Seperti terapi kognitif, save, bermain, bercerita, modalitas, relaksasi, grup, sampai ke terapi individu. Masing-masing terapi mempunyai kelebihan sendiri-sendiri dan diterapkan sesuai kebutuhan korban. “ Kami menerapkan terapi ini sesuai kebutuhan mer-eka dan tingkat trauma mereka. Misalnya, apabila seorang korban sudah diteapi grup dia tetap tidak bisa mengekspolore perasaan-nya, kami akan melakukan terapi individu ke dia dengan hanya dua orang, antara terapis dan korban,” jelas Nana.

Dengan banyaknya metode terapi terse-but terbukti mempunyai keampuhan yang cukup bagus. Menurut Nana banyak yang tadinya terlihat murung dan tidak bisa mengeksplore perasaannya, sekarang sudah bisa ceria dan bisa menceritakan apa yang dia rasakan. Walaupun tujuan tim trauma healing hanya sebatas menumbuhkan kemampuan adaptasi dari korban bencana, namun itu hanya tujuan jangka pendek.

Adapun tujuan jangka panjang dari tim trauma healing keperawatan, yaitu mendiri-kan desa siaga jiwa. Dimana di desa itu setiap anggota masyarakatnya bisa menyembuh-kan trauma diri mereka sendiri. “Nantinya kami ingin mendirikan desa siaga dengan bekerjasama juga dengan fakultas kedokteran undip dan PKPU Semarang. Kami ingin komunitas desa siaga itu bisa menyembuhkan trauma mereka sendiri.” jelas Nana.

Libatkan MahasiswaTim trauma healing ternyata tidak hanya

melibatkan dosen saja, tetapi juga melibat-kan mahasiswa. Terutama buat mahasiswa yang berjiwa sosial tinggi dan tulus ingin

membantu mereka yang kesusahan. Tim ini juga cukup menyedot banyak perhatian dari kalangan mahasiswa, baik itu di fakultas ke-dokteran ataupun psikologi.

Namun tak sembarang mahasiswa bisa masuk ke tim trauma healing. Karena aka nada seleksi dari tim dosen dan ditanyakan kesanggupannya mengenai kesiapan untuk menjadi relawan. Pasalnya, mahasiswa yang sudah tergabung dalam tim trauma healing harus siap sedia kapanpun dibutuhkan untuk terjun di lokasi bencana.

Ketika di lokasi bencana, mahasiswa ti-dak hanya memberikan terapi pengobatan trauma saja kepada korban bencana, tetapi juga membantu dalam pengobatan seperti menyiapkan obat untuk para korban, “ saya benar-benar mendapatkan pengalaman yang luar biasa di sana. Saya tidak hanya membantu mereka yang trauma, tetapi juga membantu tenaga medis lain untuk memberikan obat,” cerita Annisa.

Di Undip sudah ada tim trauma heal-ing walaupun belum menyeluruh di semua fakultas. Namun melihat animo mahasiswa dan dosen selama ini untuk berpartisipasi dalam penyembuhan trauma korban bencana sangatlah besar. Tidak hanya dari dosen mau-pun mahasiswa, dari institusi pemetrintah atau swasta juga sangat mendukung adanya pembentukan tim ini, seperti dari Dinas Ke-sehatan, PKPU, PMI, dan lain-lain.

“Saya berharap tim ini bisa terus berkem-ban. Bahkan bisa berdiri sendiri selayaknya organisasi di kampus, seperti himpunan ma-hasiswa jurusan. Sehingga untuk program kerja dan kepengurusan bisa lebih jelas dan terstruktur,” terang Nana.

6

Selama Merapi meletus, suasana di pengungsian pun sangat mem-prihatinkan. Distribusi bantuan harus dilakukan karena pengungsi masih kekurangan bantuan, teru-

tama pakaian dan makanan. Sarana kamar mandi saat itu bahkan hanya tersedia 2 kamar mandi untuk 500 pengungsi, sangat tidak seimbang. Banyak dari para pengungsi yang terkena diare. Belum terpenuhinya sarana MCK juga membuat angka penularan diare tinggi.

Para pengungsi pun harus dihadapkan dengan kesehatan. Banyak sekali pengungsi yang sakit, mengeluhkan pusing, diare, hi-pertensi, mual, muntah, dan banyak juga masalah psikologis misalnya cemas, sedih dan marah. Selama di pengungsian, beberapa terapi dilakukan, diantaranya Emotional Free-dom Technique (EFT) dan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Kedua terapi ini dikem-bangkan Program Studi Ilmu Keperawatan Undip dengan tujuan untuk meminimalkan efek cemas pasca bencana dan merupakan bagian dari program trauma healing.

Secara umum penanganan korban bencaa

terdiri dari 3 fase, seperti yang dikatakan oleh Nana Rochana, Pembina tim trauma healing di keperawatan Undip, “Ada tiga fase dalam penanganan bencana. Pertama fase tanggap darurat, ini merupakan fase awal, kedua ada rehabilitasi teruarama untuk anak-anak dan ibu-ibu, lalu yang ketiga ada pembangunan sarana fisik yang dilakukan pemerintah.”

Trauma HealingBagi mereka yang selamat pastinya akan

mengalami trauma yang hebat. Disinilah dibutuhkan formulasi khusus agar trauma yang dialami korban bencana cepat dipu-lihkan. Secara bahasa, trauma healing be-rarti penyembuhan trauma. Menurut Nana, trauma tidak bisa disembuhkan secara cepat, butuh waktu yang cukup lama, tetapi tarhet dalam penyembuhan trauma pada koprban bencana adalah menumbuhkan kemampuan adaptasi dan mengekspolore perasaan korban bencana.

Metode penyembuhan trauma juga ber-macam-macam. Banyak sekali terapi yang bisa diterpakn dalam program trauma heal-

Page 7: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Dunia organisasi memang bukan hal baru bagi mahasiswa. Buktinya, banyak mahasiswa yang berkecimpung di dalamnya. Jenis organisasi pun beragam, mulai organisasi yang sifatnya

eksekutif, seperti BEM dan Senat, hingga organisasi pe-nyaluran hobi, seperti paduan suara, pecinta alam dan fotografi. Puncak eksistensi organisasi mahasiswa terjadi pada 1998. Saat itu, aktivis kampus mampu meruntuhkan rezim orde baru yang otoriter.

Namun, potret itu hanya kisah lalu, karena kini orga-nisasi kampus mulai mengalami masa krisis. Pasalnya, kini banyak mahasiswa cenderung memilih tidak mengikuti organisasi kampus. Berbagai hal ditengarai menjadi fak-tor penyebab menurunnya minat mahasiswa berorganisasi. Salah satunya, tugas kuliah yang padat.

Ketatnya tugas kuliah membuat mahasiswa ragu beror-ganisasi. Hal ini dibenarkan Cahya Edi, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ketua KSR Undip. Menurutnya, kesibukan kuliah menyebabkan berkurangnya mahasiswa yang terjun di dunia organisasi. Bahkan, mahasiswa yang telah menjadi pengurus pun banyak yang “setengah hati” dalam berorganisasi. “Banyak diantara mereka yang mengesa-mpingkan rapat karena alasan kuliah,” terang Cahya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua LP2PM Undip Dr Ir Mukh Arifin menuturkan, kemampuan berorganisasi telah dimasukkan dalam proses pembelajaran. “Yang dipelajari dalam berorganisasi kan kemampuan bekerja sama dengan tim, berkomunikasi, menyesuaikan diri, bermasyarakat, dan lainnya. Nah, selama ini anggapannya itu hanya diperoleh di ekstra. Karena itu sejak 2007 dan 2008 muatan-muatan itu kami masukkan ke dalam kurikuler,” terangnya.

Arifin menguraikan, Kebijakan Akademik di Undip selalu dibahas dalam rapat senat setiap tahun. Kebijakan akademik tersebut diturunkan ke standar akademik. Standar inilah yang kemudian dijabarkan dalam kurikulum.“Sekarang ada beberapa fokus target pembelajaran, seperti membekali mahasiswa agar berkemampuan leadership, komunikator, entrepreneur, edukator, dan lainnya. Ini kan terjemahan dari organisasi,” ungkapnya.

Dengan dimasukkannya berbagai kemampuan organ-isasi dalam kurikulum, proses pembelajaran student learning

centered diperbanyak dengan kegiatan diskusi. Sedangkan proses pematangannya diperoleh melalui ekstrakurikuler. “Kebijakan universitas seperti itu, karena kenyataannya banyak juga mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi, se-hingga berbagai ketrampilan yang didapat dari berorganisasi dimasukkan dalam kurikuler,” jelas Arifin.

Manajemen WaktuFaktor lain menurunnya minat berorganisasi, banyak

mahasiswa yang kesulitan mengatur waktunya untuk kuliah dan berorganisasi. Cahya sendiri sebagai aktivis mahasiswa juga mengakui hal tersebut. “Tantangannya sekarang adalah harus pintar mengelola waktu kita. Soalnya banyak juga yang terjebak antara kuliah dan organisasi, sehingga keduanya malah keteteran,” terangmya.

Masalah ini dilihat Arifin sebagai konsekuensi proses pembelajaran yang menggunakan Sistem Kredit Semes-ter (SKS). Menurutnya, dalam aturan sistem kredit setiap satu SKS, dalam satu minggu harus diisi dengan 50 menit kegiatan tatap muka dan 300 menit kegiatan di luar (lapa-ngan) untuk melatih kemandirian. Artinya, jika mahasiswa mengambil 20 SKS berarti setiap minggu harus ada 1000 menit kegiatan tatap muka dan 6000 menit kegiatan di lapangan. “Sebenarnya yang mengambil 24 SKS itu juga tidak mendapatkan apa-apa, karena mengerjakan tugas yang banyak,” ujarnya.

Inilah yang membuat mahasiswa juga tidak mendapat-kan keterampilan secara optimal, terutama dari organisasi karena waktu yang sulit diluangkan untuk organisasi. Oleh karena itu, kompetensi yang seharusnya didapat dari organ-isasi dimasukkan ke dalam kurikuler sehingga mahasiswa mendapatkan ketrampilan organisasi dari kuliahnya. “Se-dangkan proses pematangan bisa didapatkan dari ekstr-akurikuler,” ujarnya.

Dia menambahkan, esensi dari semua organisasi adalah melatih kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berani mengembangkan gagasan. Karena itu, ada paradigma yang salah bila mengukur tingkat kelulusan hanya dari organisasi. “Ini masih dilakukan beberapa perusahaan. Padahal belum tentu yang aktif berorganisasi juga lebih baik daripada yang tidak. Bisa jadi mereka malah kurang menguasai kompetensi

keilmuan yang dipelajarinya,” ujarnya.

PragmatisTerlepas dari itu, kekurangaktifan mahasiswa dalam ber-

organisasi juga diakui Prof Nugroho, salah seorang pengamat pendidikan. Menurutnya, mahasiswa sekarang ini cenderung pragmatis. “Mereka hanya sebatas kuliah, yang penting cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan,” terangnya.

Ini didorong keberadaan aktivis organisasi yang cend-erung kurang menampilkan citra diri secara relevan. “Se-harusnya, aktivis sanggup melakukan pencarian intelektual dan membangun jaringan secara signifikan sehingga mereka mempunyai kemampuan lebih daripada mahasiswa lain. Namun, yang terjadi tidak demikian. Banyak yang terlalu asyik mengurus organisasi sehingga kuliahnya kalang kabut, tidak teratur,” terangnya.

Kondisi ini juga diperparah dengan banyaknya aktivis organisasi yang masuk ke jalur politik maupun pemerintahan setelah lulus dari bangku perkuliahan. Mereka kemudian mengingkari apa yang dulu sering diperjuangkan saat men-jadi mahasiswa. “Tidak ada perubahan yang dibawa dari organisasi setelah mereka lulus,” ujar Nugroho.

Ia juga menuturkan, sebenarnya bukan kurikulum yang menjadi pemicu utama permasalahan, melainkan kurang-nya kemampuan para dosen mengembangkan kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dalam proses pembelajaran, seperti problem solving. “Ini membuat mahasiswa sekarang malas membaca dan cend-erung menyelesaikan tugas secara copy paste dari internet,” tambahnya.

Untuk mengatasi paradigma di atas, maka aspek-aspek pembelajaran yang diperoleh dari organisasi dimasukkan dalam kurikulum, sehingga organisasi hanya sebagai me-dia pematangan saja. Dengan demikian, kualitas lulusan juga akan memenuhi target pembelajaran. “Tujuan dari mengikuti organisasi juga terukur jika dimasukkan dalam kurikulum. Kita mempunyai variable untuk mengevaluasi target yang sebenarnya diperoleh mahasiswa dari beror-ganisasi,” terangnya. (Huda, Destya)

Selama ini, sosok mahasiswa dike-

nal penuh dengan segudang aktivi-

tas, baik aktivitas di dalam maupun

di luar kampus. Selain kuliah, orga-

nisasi kampus adalah hal yang la-

zim bagi seorang mahasiswa.

Diskusi, salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam berorga-nisasi. Selain dapat berbagai pe-ngetahuan, diskusi juga bermanfaat mengasah keberanian mengeluarkan berbagai pendapat. Kegiatan ini kini sering dilakukan dalam kegiatan in-trakurikuler.

7

Page 8: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Banyak pihak menilai mahasiswa adalah agent of change bagi ke-hidupan sosial masyarakat. Art-inya, mahasiswa adalah sosok

yang mampu memberikan perbaikan bagi kondisi sosial masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, kon-tribusi mahasiswa sangat ditunggu demi meningkatkan kesejahteraan sosial.

Uraian di atas menggambarkan betapa ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa kian tinggi. Dengan kualitasnya, banyak mahasiswa menjadi pilar yang mengubah kondisi masyarakat. Inilah yang kemudian membentuk berbagai macam karakteristik mahasiswa saat ini. Ada yang sangat kuat belajar untuk menghasilkan ide-ide cemer-lang. Ada juga yang memilih berteriak dan mengepalkan tangan di jalanan.

Dari ekspektasi di atas, mahasiswa harus berintegrasi dengan kehidupan sosial ma-syakarat di daerah. Namun, menghadapi masyarakat berarti menghadapi berbagai karakter orang. Jangan mengharap pe-mikiran mereka sama dengan pemikiran kita. Ini menuntut mahasiswa agar dapat berkomunikasi secara baik dan aktif kepada masyarakat.

Berbagai permasalahan dan tantangan juga muncul ketika berintegrasi dengan masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa harus cermat dan dewasa menghadapinya. Dewasa dalam memahami berbagai karakter individu, serta cerdas menjawab berbagai keluhan masyarakat dengan wawasan kita. Dengan hal tersebut, otomatis mahasiswa akan selalu memotivasi diri untuk belajar berbagai pengetahuan.

Bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi, berhubungan dengan orang lain bukan hal baru. Memimpin, mengkoordinasi tim dan berkomunikasi tentu biasa. Demikian pula dalam bermasyarakat. Ketegasan dan keakra-ban diperlukan untuk mengelola masyarakat dengan berbagai karakter agar bergerak sesuai tujuan bersama. Dengan demikian, maha-siswa dapat membantu masyarakat menge-lola kehidupannya menjadi lebih baik.

Referensi PramukaLalu, bagaimana mewujudkan kepriba-

dian yang terbuka, santun, ramah, dan ko-munikatif dengan masyarakat? Apalagi di tengah percaturan era global yang kadang mengikis mental kepedulian mahasiswa terhadap masyakat. Apakah ada formulasi

efektif membentuk karakter pemuda yang peduli dengan masyarakat?

Semua pertanyaan di atas, jawabannya ada dalam Praja Muda Karana (Pramuka). Pramuka merupakan wadah pembinaan watak dan karakter pemuda Indonesia. Pembinaan Pramuka, seperti ketangkasan dan kepedulian terhadap sesama, dimulai sejak dini hingga dewasa.

Mulai dari Siaga (SD) dengan tingka-tan pembinaan Siaga Mula, Siaga Bantu, dan Siaga Tata. Selanjutnya dibina melalui Penggalang (Ramu, Rakit, dan Terap). Di tingkat SMA meningkat menjadi Panegak (Bantara dan Laksana). Tidak berhenti di situ saja, di dunia kampus pun juga masih terdapat pembinaan, melalui jenjang Kepan-degaan. Dalam hal ini, terdapat tiga jenjang kepandegaan, yakni Pandega Muda, Pandega Madya dan Pandega Bhakti.

Pembinaan karakteristik yang terprogram inilah yang sesungguhnya diperlukan. Den-gan semangat kekeluargaan dan persauda-raan, pramuka selalu mencetak generasi yang penuh kepedulian terhadap masyara-kat. Pramuka yang tidak hanya unggul se-cara teoritis, tetapi juga menghasilkan jiwa yang takwa kepada Tuhan YME, menolong

sesama dan peduli terhadap lingkungan. Pribadi yang terbina oleh Pramuka selalu

berusaha memecahkan berbagai permasala-han dengan penuh kreativitas, kemandirian, dan kecerdasan, tanpa mengabaikan kerama-han terhadap lingkungan. Ini yang membe-dakan Pramuka dengan organisasi lainnya. Dengan jiwa pramuka inilah, mahasiswa dapat membantu masyarakat menjadi lebih baik.

Terakhir, Wakil Presiden RI menyatakan, taruhannya besar jika anak-anak muda dibi-arkan. Karena itu, sekarang sudah ada revi-talisasi gerakan Pramuka untuk merangkul semua pihak agar ikut berkontribusi mem-bangun Pramuka. Tujuan akhirnya, pembi-naan karakter bagi generasi muda, sehingga tumbuh generasi penerus bangsa yang peduli dengan masyarakat.

*Ketua Dewan Racana Universitas Dipo-negoro 2010

Nurul Huda *)

Transportasi Publik, Bantu Kurangi Konsumsi BBM

Bukan tanpa alasan konsumsi BBM masyarakat semakin meningkat. Dengan berbagai permasalahan lalu lintas saat

ini, seperti kemacetan, polusi udara dan pelayanan transportasi publik yang bu-ruk, masyarakat lebih suka menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi publik. Apalagi masyarakat yang mampu, tidak masalah jika harus menggunakan mobil pribadi, karena kenyamananlah yang diinginkan.

Di Jabodetabek saja, volume mobil pribadi yang menggunakan BBM bersubsidi pada 2010 sebesar 53%, sedangkan motor men-capai 40%. Ini menunjukkan masyarakat lebih “nyaman” menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi publik. Asumsi pemerintah, larangan menggunakan BBM bersubsidi bagi mobil pribadi akan mengu-rangi beban APBN 2011 (UU Nomor 10 Tahun 2010).

Namun, kebijakan ini justru sangat rentan terhadap berbagai pelanggaran. Misalnya, pengguna mobil pribadi yang membeli BBM bersubsidi di luar SPBU (pengecer) atau membeli pertamax di SPBU asing yang lebih murah (Rp.7.000). Tidak menutup kemungkinan pula, para sopir taksi atau

angkutan umum juga akan beralih profesi menjadi makelar BBM bersubsidi.

Pertanyaan lain, apakah kebijakan ini efektif meminimalisir penggunaan BBM bersubsidi pada masyarakat? Jelas ini jus-tru menambah masalah lain ke depannya. Untungnya, DPR memberikan sejumlah syarat yang menjadi patokan bagi pemer-intah. Apabila syarat tersebut tidak terwu-jud, kebijakan ini belum dapat direalisasikan. Setelah disepakati bersama, pemerintah akh-irnya menunda implementasi kebijakan pen-gaturan konsumsi BBM. Pengunduran ini sudah mengindikasikan betapa pemerintah sebenarnya kurang siap. Seharusnya semua aspek sudah dipersiapkan matang sebelum mengimplementasikan kebijakan.

Pendekatan PartisipatorisSherry R Arnstein mengemukan konsep a

ladder of citizen’s participation, yang menekankan pendekatan partisipatoris dalam manajemen program dan pembangunan. Poin penting dalam konsep tersebut adalah kebijakan diambil dengan melibatkan semua elemen masyarakat sehingga pengambil kebijakan mengetahui as-pirasi dan peka terhadap kondisi masyarakat. Konsep inilah yang seharusnya menjadi ref-erensi pemerintah dalam mengatasi perma-

salahan konsumsi BBM.Dalam upaya mengurangi beban APBN

serta konsumsi masyarakat terhadap BBM bersubsidi, harusnya pemerintah mengambil kebijakan alternatif. Salah satu yang paling tepat adalah peningkatan kualitas pelayanan transportasi publik. Kebijakan ini justru lebih efektif dan efisien dalam mengatasi persoalan tersebut.

apabila pemerintah berusaha memper-baiki pelayanan transportasi publik yang baik, nyaman aman dan terjangkau. Ma-syarakat pasti lebih memilih menggunakan transportasi publik daripada menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian, selain dapat menggurangi beban APBN 2011 dan konsumsi BBM bersubsidi pada kendaraan

pribadi juga mengatasi berbagai permasala-han lalu lintas lainnya, seperti kemacetan. Tentu saja, pemerintah sebagai bapak juga memberikan contoh, bersama masyarakat menggunakan transportasi publik.

Kebijakan melarang mobil pribadi meng-konsumsi BBM bersubsidi, cukup baik. Na-mun, harus dipikirkan lagi berbagai resiko dan dampaknya ke depan. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih peka pada kondisi masyarakat sehingga dalam mengambil ke-bijakan yang tepat dan bijaksana.

Upaya pemerintah mengambil kebijakan mengatur konsumsi BBM per Maret 2011 merupakan kebi-

jakan yang bersifat indoktrinal. Mengapa? Karena kebijakan tersebut diambil tanpa melihat potensi kecemburuan sosial dan pelanggaran yang lebih besar. Pemerintah justru seharusnya berusaha

memperbaiki kualitas transportasi publik.

*) Ilmu Pemerintahan FISIP Undip

8

Page 9: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Di Indonesia, cengkeh menjadi penghasil minyak atsiri yang penting bagi dunia pengo-batan dan kosmetik. Namun,

pemanfaatan minyak dan daun cengkeh masih dinilai kurang maksimal. Inilah yang melatarbelakangi empat mahasiswa Undip melakukan penelitian tentang cengkeh.

Mereka adalah Andi, Dhita, Ferdian dan Mangesti yang berhasil memproduksi minyak daun cengkeh dengan kadar eu-genol 99 % dengan metode sederhana sehingga dapat meningkatkan harga jual minyak cengkeh. Keberhasilan Andi dan timnya ini juga diikutsertakan dalam Pro-gram Kreatifitas Mahasiswa Kewirausa-haan (PKMK) yang diselenggarakan Dikti.

Sedangkan, Eugenol merupakan salah satu komponen yang banyak diperlukan oleh industri analgesic, antiseptik, farmasi, kosme-tik, aromaterapi, citarasa & aroma, vanillin. Eugenol bisa didapat dari minyak cengkeh. Minyak cengkeh hasil sulingan petani/pen-grajin cengkeh memiliki kandungan eugenol 70 % dan saat ini produk minyak cengkeh yang beredar di pasaran didominasi dengan kadar eugenol 70 %, sedangkan industri mem-butuhkan kadar eugenol paling rendah 90 %.

Diawali Pertemuan dengan salah satu alumni di PT. Petro Kimia Gresik yang mem-berikan ide bagi Andi dan tim untuk melaku-kan penelitian. Alumni tersebut memberikan sebuah formula yang akhirnya dikembang-kan lagi oleh tim sehingga menghasilkan minyak dan cengkeh dengan kadar 99%.

Karena pentingnya eugenol dalam du-nia industri, produksi minyak daun cengkeh dengan eugenol sampai kadar 99% den-gan metode mudah dan murah sangatlah bermanfaat. Prospek dari usaha ini juga sangat menjanjikan dikarenakan harga jual yang didapat mencapai sekitar 10 kali lipat jika dibanding dengan minyak daun

cengkeh yang memiliki kadar eugenol 70%.“Saat ini minyak cengkeh yang dihasil-

kan oleh petani cengkeh di daerah hanya mempunyai kadar 70%”,ungkap Andi. Harga minyak cengkeh dengan eugenol 70% adalah berkisar Rp 50.000-Rp 60.000/kg. Sedan-gkan yang 98-99 % adalah Rp 500.000-Rp 700.000. (Harga per bulan Juli 2010, harga minyak atsiri-termasuk minyak ceng-keh di dalamnya- cenderung fluktuatif ).

Metode PendekatanMetode isolasi eugenol yang diterapkan

saat ini adalah distilasi vacuum. Metode ini memiliki banyak kekurangan, antara lain biaya instalasi mahal serta pengoperasian peralatan rumit. Dengan demikian diper-luan, metode yang sederhana serta biaya investasi yang murah untuk menghasil-kan minyak cengkeh den-gan kadar eugenol 98-99 %.

Kemudian, Andi dan timnya berinisiatif menin-gkatkan kualitas dan kuan-titas Minyak Daun Ceng-keh (MDC) petani dengan metode saponifikasi-distilasi. Saponifikasi dimaksudkan untuk mengisolasi kadar eugenol. Sedangkan distilasi bertujuan un-tuk memisahkan minyak cengkeh dengan komponen lain berdasarkan titik didihnya.

Proses isolasi eugenol ini menggunakan teknologi saponifikasi-distilasi. Pada tahap saponifikasi, eugenol 70 % dicampur den-

gan NaOH (p.a) sehingga terbentuk dua produk, yaitu air dan natrium-eugenol at. Air yang terbentuk dibuang, sedangkan na-trium-eugenol at dicampur dengan H2SO4 dan dilakukan proses distilasi pada suhu 2600C. Proses distilasi akan menghasil-kan residu berupa natrium sulfat dan dis-tilat berupa eugenol dengan kadar 99 %.

Proses ProduksiSebenarnya tanaman cengkeh send-

iri memiliki 3 bagian yang dapat diambil minyaknya dengan cara ekstraksi, yaitu batang, bunga, dan daun. Ekstraksi min-yak cengkeh dari daun lebih sering diterap-kan karena cara ini yang paling ekonomis.

Isolasi kadar eugenol 70 % menjadi lebih dari 90 % saat ini menggunakan metode distilasi vacuum. Ini me-miliki banyak kekurangan karena biaya instalasi mahal serta pen-goperasian peralatan yang rumit. Metode alternatif yang dipakai adalah distilasi saponifikasi.

Adapun tahapan produk-sinya adalah sebagai berikut:

Pada tahap pertama yaitu penyiapan bahan baku. Bahan baku yang disiapkan adalah eugenol 70%, NaOH (p.a), H2SO4 (p.a). Proses selanjutnya adalah pencampuran NaOH dengan eu-genol , disebut sebagai tahap saponifikasi.

Tahap kedua, pemisahan natrium-eugenol dengan air yang terbentuk. Pemisahan ini menggunakan prinsip perbedaan berat jenis. Tahap ketiga adalah pencampuran natrium-

eugenol dengan H2SO4 di tangki suling. Campuran ini menghasilkan eugenol 99% dan Na2SO4. Kedua bahan dicampur di mixing tank dan diaduk sampai homogen

Tahap keempat adalah distalasi campuran pada suhu tinggi. Distilasi akan menghasilkan 2 produk,

yaitu produk atas berupa uap eugenol dan produk bawah berupa cairan Na2SO4 yang tertinggal di tangki suling. Uap hasil distilasi selanjutnya dikondensasi di kondensor tubu-lar/ ulir dengan media pendingin air. Cairan hasil kondensasi berupa eugenol murni 99 %. Kondensor tubular dipilih karena transfer panas yang dihasilkan lebih besar daripada kondensor jenis lain. Recycle air pendingin yang keluar dari kondensor. Air keluar kon-densor akan ditampung di bak pendingin dan direcycle sebagai air umpan masuk konden-sor sehingga pemakaian air dapat lebih irit.

Tahap terakhir adalah pengemasan. Proses ini merupakan ta- hap yang penting karena tempat peny-impanan akan mempengaruhi kualitas eugenol . Eugenol disimpan dalam botol yang sebe-l u m n y a t e l a h d i c u c i meng-gunak-an alko-hol yang berguna u n t u k m e m -perkuat aroma. (Nedia)

Tanaman cengkeh (Eugenia aromaticum) merupakan tangkai bunga kering dari ke-luarga pohon Myrtaceae. Aromanya yang wangi membuat tanaman asli Indone-sia ini banyak digunakan sebagai bumbu masakan. Cengkeh juga menjadi bahan utama pembuatan rokok kretek.

Dok/ Istimewa

9

Page 10: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak
Page 11: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Sesuai dengan namanya, obyek wisata Jawa Timur Park ( JTP) ini meng-gunakan konsep taman. Namun, jangan bayangkan tempat wisata ini

layaknya taman-taman lain, yang dipenuhi bunga-bunga, rumput dan pepohonan. Di JTP, taman diisi galeri-galeri ilmu pengeta-huan dan wahana rekreasi sebagai perpaduan sarana belajar dan wisata yang lengkap.

Terletak di lereng timur Gunung Pan-derman, tepatnya di Jl Kartika, Batu, JTP memiliki lima puluh tiga wahana. Dengan area seluas 11 hektar dan ketinggian 850 meter diatas permukaan laut, pengunjung dapat menjajal semua wahana dengan balu-tan kesejukan, kenyamanan dan keindahan panorama pegunungan yang menjadi back-ground Kota Batu ini.

Setelah membeli tiket masuk seharga 45 ribu, pengunjung bisa berada seharian di JTP. Di dekat pintu masuk, pengunjung akan disambut sebuah gong besar. Konon, gong ini merupakan gong kedua terbesar di Indonesia. Sayangnya, gong berwarna keemasan ini selalu dijejali pengunjung yang ingin mengambil foto atau sekadar melihat-lihat, sehingga sulit melihatnya dari dekat.

Bersebelahan dengan gong, Galeri Etnik Nusantara dan Anjungan Jawa Timur men-jadi gerbang yang mengantarkan pengunjung ke wahana lain. Aneka ragam pakaian adat di Indonesia dan Jawa Timur terdapat disini, dengan konsep miniatur yang mirip Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Berjalan di kedua tempat ini seolah menyusuri lorong waktu, berpindah dari lokasi satu ke lokasi lainnya di seluruh Nusantara dan menjelajahi ragam budaya di dalamnya.

Puas melihat-lihat pakaian adat dan per-nak-perniknya, di rute awal ini wisatawan akan disuguhi wahana pendidikan yang sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti Galeri Belajar (Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia), serta Stadium Galeri Be-lajar yang dapat menampung hingga 300 pengunjung.

Di sini, pengunjung dapat menjumpai hal-hal unik, tetapi bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan. Misalnya, pusaran air (tornado vortex) di Galeri Fisika, yang ter-

jadi karena perbedaan tekanan di dalam air. Cermin-cermin dengan beragam lensa juga sangat menarik, hanya dengan bercermin, pengunjung bisa melihat bayangan di cer-min menjadi lebih kurus, gemuk, berkaki pendek, berkepala besar, bertangan panjang, atau berotot besar seperti Ade Rai.

Selain itu, Galeri Belajar masih dileng-kapi hal-hal informatif lainnya. “Ada wall of scientist, tabel unsur kimia yang tersusun rapi di tembok dengan lampu-lampu me-narik, replika organ tubuh, dan lain-lain. Lorong-lorongnya pun kami buat menarik, salah satunya berbentuk susunan mulut dan gigi manusia,” terang Titik S Arianto, pihak marketing JTP.

Setelah melalui lorong-lorong teknologi, pengunjung akan diajak bernostalgia den-gan sejarah. Pasalnya, JTP juga membuat miniatur fosil hewan purba, diorama sejarah perjuangan bangsa, serta adegan prasejarah. Rumah-rumah, makam kecil dan Taman Arca Dewata yang menggambarkan kejadian di masa silam tampak berjejer mungil dan rapi, terlihat indah dipandang.

Zona AdventureMemasuki zona adventure, pengunjung

mulai meninggalkan Galeri Belajar dan menuju wahana rekreasi. Beragam permain-an, baik yang menguji ketangkasan, nyali, maupun sekadar rileks, tersedia disini. Di deretan uji ketangkasan, jangan lewatkan wall climbing dan remote car, yang menuntut kita untuk bereaksi cepat.

Bila memilih mengetes nyali, JTP hadir dengan wahana-wahana permainan tidak jauh berbeda dengan Dunia Fantasi (Du-fan), seperti jet coaster, flying tornado, spin-ning coaster, flying fox, trampolin, dan masih banyak lagi. “Biasanya wahana permainan ini yang banyak diminati pengunjung. An-trean seringkali cukup panjang sehingga pengunjung disarankan untuk bersabar,” ungkap Titik.

Meskipun demikian, minat pengunjung mencoba setiap wahana sangat tinggi. An-trean panjang dan harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain seolah tidak menjadi soal. “Mau bagaimana lagi, kami kesini karena

penasaran mencoba, jadi ya harus dibela-be-lain antri,” tutur Tiwi, salah satu pengunjung yang datang bersama keluarganya.

Menurutnya, wahana yang telah ia coba sangat asyik dan membuat orang mencoba lebih dari sekali. “Misalnya jet coaster, rasa tegang tetapi bersemangat membuat orang-orang ingin terus mencoba,” katanya. “Juga Taman Sesat, bentuknya berkelok-kelok se-hingga kita sulit menemukan jalan keluarnya dan dibuat penasaran.”

Zona adventure juga diisi wahana ber-bau misteri. Sebut saja, Rumah Misteri 3 Dimensi, yang menghadirkan hantu-hantu tidak hanya dalam bentuk foto atau gambar. Atau Rumah Hantu yang menghadirkan nu-ansa seram bagi setiap pengunjung. Meskipun hantu-hantu yang ada tentu bukan hantu sebenarnya, kesan mistis tetap menyelimuti pengunjung hingga keluar wahana.

Tidak cukup itu saja, obyek wisata ini menghadirkan kolam renang dan water ad-venture bagi pengunjung, khususnya yang datang bersama keluarga dan anak-anak. Hampir semua wahana air, mulai dari kolam renang dengan berbagai kedalaman, papan loncat, sliding, hingga ember tumpah tersedia di sini. Pengunjung yang tidak ingin bere-nang dapat duduk-duduk di gezebo yang ada di sekitar kolam.

Terakhir, pengunjung dijejali muatan tentang dunia reptil, ikan dan burung se-belum beranjak keluar dari area JTP. Taman Reptil, Taman Ikan yang seperti miniatur Sea World, dan Taman Burung berlomba-lomba menarik minat wisatawan. Bahkan, JTP merupakan salah satu lembaga konser-vasi yang berhasil menangkarkan Gold and Blue Macau, jenis burung paruh bengkok langka dari Amerika Latin.

Wisata Kuliner dan BelanjaDidesain untuk kepentingan wisata, JTP

juga dilengkapi dengan arena food court. Lo-kasinya yang nyaman di dekat kolam re-nang menghadirkan nuansa tersendiri, apalagi bagi pengunjung yang lapar setelah berenang. Makanan yang disajikan cukup bervariatif, mulai dari makanan khas Jawa Timur seperti Soto

Lamongan, hingga kudapan-kudapan ke-cil. Harga yang ditawarkan pun terjangkau, cocok bagi wisatawan dengan kantong pas-pasan.

Satu lagi yang menarik dari tempat wisata ini, yaitu pasar wisata. Pengunjung yang hobi berbelanja tentu tertarik dengan keberadaan pasar ini. Berlokasi di pintu keluar JTP, pasar wisata tentu menyajikan berbagai pernak-pernik tentang JTP, entah kaos bergambar, gelang dan aksesoris lain, juga sandal dan sepatu.

Tidak ketinggalan, oleh-oleh makanan khas Batu dan Malang, seperti keripik apel dan nangka, dodol apel, bakpao waluh, dan lainnya ikut menghiasi kios-kios yang berjajar di sepanjang pintu keluar menuju tempat parkir. Bonsai dan tanaman hias juga bisa dijadikan alternatif belanja bagi pengunjung yang menyukai dunia nursery.

Karena itu, tak heran bila JTP selalu ramai dikunjungi wisatawan tiap harinya. “Di musim liburan, obyek wisata ini dikun-jungi lebih dari 8 ribu pengunjung. Hanya, sempat menurun setelah adanya Lumpur Lapindo,” keluh Titik. Meskipun demikian, JTP tetap menarik dengan paket wisatanya. Bagi wisatawan yang berkunjung ke Batu, tak lengkap rasanya bila belum mengunjungi obyek wisata satu ini. (Ridha)

Angin sejuk menerpa wajah begitu Manunggal turun dari

bus dan menginjakkan kaki di obyek wisata ini. Letihnya

perjalanan seolah sirna, digantikan pemandangan Gunung

Panderman yang menakjubkan. Tepat berhadapan dengan

lokasi parkir, berdiri sebuah bangunan dengan bentangan

tulisan “Jawa Timur Park” di atapnya.

Ridha/ Manunggal

Ridh

a/Man

ungg

al

11

Page 12: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

P ro Alma terbentuk pada 2003 silam. Saat itu, Undip sama sekali tidak memiliki stasiun radio. Hanya ada radio jurusan dan fakultas, seperti

DBS (Teknik Elektro), SBS (Fakultas Pe-ternakan) dan Omega (Fakultas MIPA). Akhirnya, tercetuslah ide membuat radio Undip yang mempunyai lingkup lebih be-sar, dengan nama Professional Almamater (Pro Alma).

Secara khusus, Pro Alma didirikan untuk mempromosikan Undip ke dunia luar. Salah satu tokoh yang berperan dalam pencetusan Pro Alma adalah Pembantu Rektor IV Undip Dr Muhammad Nur DEA. Tidak hanya itu, ia pula yang mencari mahasiswa berkompeten untuk penyiaran radio. Akhirnya, didapat beberapa mahasiswa yang cocok menjadi pengelola Pro Alma.

Stasiun radio ini dikelola sendiri oleh mahasiswa dan alumni. Joko, stasiun manajer di Pro Alma, juga merupakan alumni Undip. Ia menuturkan, banyak manfaat yang dapat diperoleh di Pro Alma. “Bisa digunakan un-tuk niaga, ajang kreatifitas mahasiswa, tetapi yang lebih penting mampu menginforma-sikan Undip lebih jauh,” ujarnya.

Meskipun telah lama ter-bentuk, Pro Alma juga tidak lepas dari b a n -

y a k cobaan yang menghadang. “Dulu sempat berganti frekuensi, dari 88,3 FM menjadi 88,2 FM karena kami menyesuaikan peraturan dari Menkominfo. Lalu setelah dicari, ternyata ada frekuensi kosong di tengah, akhirnya gelombang Pro Alma menjadi 97,7 FM sampai sekarang,” terang Joko menceritakan pasang surut Pro Alma.

Begitu pula dengan taglinenya. Awalnya Pro Alma menggunakan tagline: Education News kemudian berubah menjadi Spirit of Your Life. “Agar kesannya lebih ringan dan santai saja,” ujar Joko.

Pro Alma sendiri sebenarnya ti-dak termasuk dari Unit Kegiatan Maha-siswa (UKM), tetapi berdiri sendiri dengan

pendanaan langsung dari Rektor. Bahkan sampai sekarang, Muhammad Nur masih menjabat sebagai Pembina Pro Alma.

Dalam strutur organisasinya, Pro Alma memiliki beberapa peraturan. Meski-pun bukan termasuk UKM, tetapi dalam pengurus inti harus diisi oleh mahasiswa atau alumni Undip. Sedangkan untuk kursi penyiar, Pro Alma memberi keleluasaan. “Untuk penyiar boleh dari luar. Yang jelas, untuk struktural harus dari Undip,” tegas Joko.

Joko menerangkan hal tersebut di-lakukan untuk menjaga kualitas dan efekti-vitas Pro Alma sebagai radio Undip. Secara eksplisit, karena penyiarlah yang berinter-

aksi langsung dengan pendengar dan membawakan berbagai pro-

gram acara Pro Alma, maka kualitas

p e -

ny-iar sangat-

lah penting. Oleh karena itu, penyiar dipilih

berdasarkan seleksi yang ketat ber-dasarkan kompetensitas individu.

Untuk memilih penyiar yang mem-bawakan berbagai program acara Pro Alma diadakan seleksi penyiar, dalam satu tahun ada dua kali proses seleksi. “Untuk menjar-ing talenta baru, kami menggunakan ajang promosi melalui berbagai expo UKM. Selebi-hnya kami promosikan on air di radio,” lanjut Joko. Joko berharap talenta penyiar maha-siswa Undip juga semakin besar sehingga dapat ikut berkontribusi dalam memasarkan Undip melalui Radio Pro Alma.

Perhatian besar dari rektorat membuat Pro Alma semakin berkembang dan me-nyentuh kalangan mahasiswa, khususnya Undip. Sasaran pendengar pun mengalami

perubahan. “Awal kemunculan, segmentasi kami adalah umur 11 sampai 50 tahun, tetapi sekarang kita lebih fokus ke mahasiswa yang berumur kisaran 18 sampai 35 tahun,” terang Joko. Bukan hanya sasaran pendengar saja, tetapi jangkauan wilayah siaran juga semakin luas, mulai dari wilaya Semarang, Demak, Jepara, Kudus, hingga Pati.

Lewat InternetSekarang ini, media dituntut untuk

mengikuti perkembangan teknologi in-formasi yang semakin canggih. Pro Alma sebagai media siar radio telah menunjukkan hal tersebut.

Terobosan baru yang kini dikembangkan Pro Alma adalah siaran di internet. Para pendengar setia Pro Alma kini tidak hanya dapat menikmati siaran Pro Alma lewat radio biasa saja, tetapi juga dapat menikmatinya melalaui internet.

Diponegoro Cyber Radio adalah Pro Alma versi internet, yang merupakan proj-ect pengembangan dari pro alma. Program ini diambil alih oleh alumni Pro Alma yang sudah bekerja dan telah mengudara mulai Januari 2009.

Menurut Joko sebagai salah satu pence-tusnya, pendirian radio ini hanya untuk have fun saja. Namun, Joko menambahkan bahwa radio streaming ini tidak dibiayai oleh Undip, “Karena ini persembahan untuk Pro Alma dan dipegang oleh alumni Pro Alma yang sudah bekerja, jadi untuk pendanaan bisa diusahakan sendiri” terang Joko.

Jenis siaran Diponegoro Cyber Radio juga lebih dewasa dan informatif, berbeda dengan siaran Pro Alma di radio. Hal ini dikarenakan sasaran pendengar dari radio streaming ini adalah masyara-kat umum, antara usia 24 hingga 35 tahun. “Tetapi ada juga kok, beberapa siaran dari Radio Pro Alma yang masuk ke Cyber Radio ( baca radio straming-red), namun tentunya siaran yang dipilih adalah yang berkualitas, terang Joko.

Untuk menikmati Diponegoro Cyber Radio, pendengar dapat mem-buka alamat www.dcradio.undip.ac.id. Setelah itu, secara otomatis, pendengar setia Pro Alma akan menemukan inovasi baru dari jebolan-jebolan Pro Alma.

Hadirnya Diponegoro Cyber Radio merupakan bentuk inovasi yang diberi-

kan Pro Alma bagi para pendengar setianya. Selain itu, program ini berkontirbusi untuk menjaga eksistensi Pro Alma ke depan.

Kerjasama 3 RadioTujuh tahun mengudara, Pro Alma su-

dah berhasil menjalin kerjasama dengan 3 radio, baik di dalam ataupun di luar negeri, antara lain: Radio dari Jerman, Global Radio Jakarta, dan Asia Calling dari Jakarta. Bentuk kerjasama yang terjalin adalah berupa siaran yang setiap hari diperdengarkan lewat Pro Alma, misalnya Radio dari Jerman yang setiap jam 5 pagi selalu disiarkan Pro Alma, jenis acara siarannya adalah berita.

Saat ini total penyiar yang ada di Pro Alma berjumlah 8 orang, semuanya berasal dari Undip. Sistem kerjanya sendiri melalui sistem kontrak selama 1 periode. Untuk tahun ini, akhir kontrak mereka sampai bulan De-sember. Selama masa kontrak, penyiar tidak boleh siaran di radio lain. Nantinya kontrak akan diperpanjang apabila penyiar tersebut bersedia dan memang berkualitas.

Bagi penyiar memang tidak memperoleh fee dari kontribusinya kepada Pro Alam. Na-mun, karena perhatian Undip terhadap Pro Alma sangat besar, maka disediakan beasiswa untuk para penyiar di Pro Alma. “Undip memang menyediakan beasiswa bagi peny-iar di sini. Dibayarkan setiap akhir periode setelah masa kontrak berakhir,” pungkas Joko. (Destiya)

1 2

Tujuh tahun malang melintang di dunia radio, Pro Alma seolah ingin menunjukkan eksistensinya. Sta-

siun radio milik Undip ini tidak bubar dihempas gelombang pasang surut. Banyaknya perubahan

justru membuat Pro Alma kian matang.

Page 13: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Bisnis bisa berawal darimana saja, termasuk hobi. Adi Prakosa, misalnya. Berawal dari ke-sukaannya menyantap kuliner, mahasiswa Administrasi Bisnis 2006 ini, mulai memberani-kan diri membuka peluang bisnis baru di bidang kuliner bulan Agustus lalu.

Adalah dapur pastaku, nama yang diberikan untuk bisnis barunya tersebut. Tak tanggung-tang-gung, ia harus mengeluarkan

modal awal sebanyak sepuluh juta untuk mengawali bisnisnya. Dirasa kurang, ia pun menjual motornya dan mendapat tambahan dana sekitar dua juta rupiah.

Asal mula terbentuknya Dapur Pastaku ini cukup menarik. Hobi makan Sang empu-nya, membuat ia berpikir bisnis apa yang ia ciptakan. Adi yang tidak bercita-cita menjadi pegawai ini pun memutar otak bagaimana caranya ia memiliki usaha sendiri. Hobi makan itu pula yang mengarahkannya mem-

buat warung spaghetti. Namun, ia tidak mau terjebak dalam bentuk spaghetti yang biasa, maka ia pun melakukan grill terlebih dahulu kepada spaghetti buatannya.

Nama brand Dapur Pastaku diibaratkan dengan konsep dapur yang biasa ada di rumah untuk memasak. Nah, Adi menjelaskan kon-sep dapur ini diambil agar pengunjung bisa melihat bagaimana makanan yang mereka pesan disajikan. “Aku pengennya orang nggak cuma datang saja, terus nunggu makanan sambil diam atau ngobrol, tapi bisa juga sambil lihat makanan dimasak dan disaji-kan”, ujarnya.

Sebagai warung makan yang bergenre spaghetti, tentu saja menu yang ditawarkan adalah spaghetti. Na-mun, Dapur Pastaku menawarkan tiga saus yang berbeda untuk te-man spaghettinya. Ada bolognaise, carbonara, dan melano. Yang spe-cial dari Dapur Pastaku ini adalah ciri khas grill pada spaghettinya sebe-lum dimasak. Sehingga aroma mie-nya keluar. “Biasanya orang kalo bikin pasta mie-nya ya gitu-gitu saja, biasa. Tapi kalo aku, mie-nya digrill biar aromanya keluar. Baru di oven,” imbuh-nya.

Per menu nya pun dijual dengan harga yang terjangkau. Seki-tar delapan ribu rupiah. Disesuaikan dengan kantong mahasiswa yang memang men-dominasi area tempat Dapur Pastaku di Jalan Prof Soedharto 126 A Tembalang. Menariknya lagi, Dapur Pastaku juga memberikan diskon 10% selama dua bulan penuh yakni, bulan Desember-

Januari.A d i

mencer-i t a k a n b a h w a u s a h a ini sem-pat men-g a l a m i peralihan t e m p a t . Yang awal mula buka di Ngaliyan hingga ‘pin-dah gunung’ ke Temba-lang. Usaha yang juga m e n d a p a t dana dari P r o g r a m M a h a s i s w a W i r a u s a h a (PMW) ini taklepas dari kisah-kisah heroik di baliknya. Berawal dari modal sendiri untuk mendirikan usaha hingga Adi bertemu dengan Rektor Undip saat Dies Natalies yang kala itu sedang melihat standnya. Dari situlah sang rektor menginformasikan tentang PMW, dan Adi bersama empat orang temannya membuat proposal wirausaha tersebut.

Atas rekomendasi Sang Rektor, propo-salnya pun lolos, dan ia mendapat uang tunai total 40 juta dipotong pajak 5% sehingga tiap orang mendapat hampir delapan juta tiap orangnya. Uang hasil PMW inilah yang kemudian ia gunakan untuk mengembang-kan usahanya.

Tak Lagi TendaSaat ditanya hal yang tidak enak dalam

menjalankan bisnis Dapur Pastaku ini ia menjawab, “Kalau dulu masih pakai tenda di pinggir jalan, kalau hujan ya dipinggirin dulu. Kalau hujannya sudah reda ya dibenerin lagi. Kalo sekarang kan kios di Tembalang suda h ada atapnya, jadi tidak harus begitu lagi.”

Adi pun berharap usaha yang akan grand opening Februari ini bisa menjadikan Temba-

lang sebagai branding wi-

sata kuliner di Semarang, mengingat banyak sekali varian usaha kuliner di Tembalang. “Ka-lau bisa Tembalang jadi surganya makanan deh,” imbuhnya.

Adi yang sudah menjadikan wirausaha sebagai jalan hidup ini juga berpesan, jika kita mau memulai usaha jangan berpikir lama-lama. “Setiap punya ide atau gaga-san yang kamu anggap belum ada, bikin aja. Karena banyak orang yang mungkin punya ide yang sama. Tinggal siapa yang terlebih dahulu merealisasi-kannya. Jangan per-nah takut untuk memulai,” ka-tanya menu-tup perbin-c a n g a n . (Afid)

Huda/ Manunggal

Huda/ Manunggal

Huda/ Manunggal

1 3

Page 14: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Kadang kita memang ter-kejut menyak-

sikan wajah lain dari seseorang. Bukan

hanya si A yang seperti itu, tetapi kita semua punya bibit-bibit berperilaku ganda seperti itu. Dalam psikologi, kita menyebutnya persona, dari bahasa Latin yang berarti topeng pemain sandiwara. Topeng seperti ini bukan masalah asal kita tetap sadar kita sedang meng-gunakan topeng dan orang lain sekitar kita tetap bisa menoleransi topeng kita.

Masalah akan muncul ketika topeng itu sulit ditoleransi lagi dan si pemakai topeng tidak sadar kalau dia sedang memakai topeng. Saya kira inilah yang membuat Dik Johan merasa

cukup terkejut melihat perbedaan di luar dan di dalam rumah. Sebagai teman, upaya yang bisa Johan lakukan adalah menerima dia apa adanya (termasuk sisi lemahnya) sambil beru-saha membantu dia keluar dari masalah yang dipendamnya, yang mungkin saja berkaitan dengan situasi rumah.

Ada ungkapan Latin yang berbunyi, Am-icus certus in re in certa cernitur yang kemu-dian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “A friend in need is a friend indeed (Teman dalam kesulitan adalah teman sesung-guhnya)”. Lewat peristiwa seperti ini, Johan sebenarnya bisa belajar untuk menjadi teman curhat yang baik dengan tidak hanya melihat teman dengan mata tetapi juga mendengarkan dengan hati.

Ketegangan seperti ini sebenarnya merupakan hal yang wajar-wajar saja dalam menghadapi tuntutan dari luar atau yang Dik Siti sebut tugas. Menger-jakan sesuatu dalam keadaan santai tentu saja berbeda dengan mengerjakannya dalam keadaan tegang atau stres. Dalam keadaan santai, pekerjaan terasa ringan dan enteng. Sebaliknya, dalam keadaan tegang atau stres pekerjaan terasa mem-bebani.

Apa yang Dik Siti sebut “takut” bisa kita artikan sebagai “tegang” atau “stres”. Pertanyaannya, apakah yang me-nyebabkan ketegangan seperti ini. Jawa-bannya seder- h a n a : Perasaan, piki- r an , dan harapan kita mempen-garuhi cara kita melihat atau me-m a n d a n g tugas.

B a y -a n g - k a n dalam satu

kendaraan umum ada dua penumpang, yang satu sedang terburu-buru mengejar kereta dan yang satunya lagi pendatang baru yang han-ya ingin mutar-mutar menikmati kota. Bagaimana kedua orang ini melihat waktu 5 menit? Waktu yang lama atau singkat? Jawabannya tentu saja tergantung pada pikiran, perasaan, dan harapan masing-masing penumpang itu.

Nah, coba Dik Siti periksa lagi apa yang menjadi harapan terhadap tugas. Jika ada rasa terpaksa, maka bibit-bibit ketegangan mulai hidup dan pelan-pelan membesar menjadi stres atau rasa takut. Orang yang kesulitan tidur dan memaksa dirinya harus bisa tidur akan semakin sulit untuk tidur, bukan? Kerjakanlah tugas-tugas itu dengan perasaan dan pikiran yang santai dan ringan sambil berharap yang terbaik.

Bagaimana membuat orang yang kita suka juga suka kepada kita? Karena selama ini saya terus gagal

ketika suka sama orang. (Ariani)Setiap orang berhak untuk suka dan tidak suka.

Sekarang ini banyak buku-buku populer tentang bagaimana mempengaruhi orang lain dari tidak mau menjadi mau, dari menolak menjadi menerima, dari tidak suka menjadi suka. Jika menjalin hubungan dengan orang lain dengan tujuan disukai, kita akan repot sendiri. Misalnya, saya mau ketemu Dik Ariani supaya disukai, maka saya akan berperilaku dalam cara-cara yang menurut saya cocok, bagus, dan sesuai. Itu kan menurut saya, dan belum tentu menurut Dik Ariani dan orang lain.

Kita tidak bisa membuat orang lain suka kepada kita. Rasa suka itu muncul spontan ketika kita menampilkan sesuatu yang juga spontan menyenangkan perasaan orang lain. Rasa suka itu reaksi spontan, tidak bisa dibuat-buat. Kalau boleh menyarankan, ada bai-knya terlebih dahulu berusaha dan berlatih supaya bisa nyaman dengan diri sendiri.

Orang yang nyaman dengan dirinya sendiri akan menularkan rasa nyaman itu pada orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, orang yang tidak nyaman atau gelisah dengan dirinya sendiri akan menularkan kegelisahan pada orang-orang sekitarnya. Ada saatnya, rasa nyaman itu akan memunculkan rasa suka. Lakukan semua itu secara spontan dan tulus. Bawa selalu cinta dan ketulusan kemanapun kamu pergi dan kamu akan punya magnet untuk menarik kebaikan dari orang-orang di sekitarmu.

Saya mempunyai teman, sebut saja A. Ketika di lingkungan kerja, teman saya itu pribadi yang bisa diandalkan, tapi ketika di rumah, dia berubah menjadi orang yang berbeda. Di rumah dia menjadi

orang yang malas, padahal di luar dia orang yang tang-guh. Bagaimana bisa pribadi si A sangat cepat berubah? (Johan)

Semangat saya terkadang naik turun. Ketika banyak tugas saya malah tidak semangat sama sekali, rasanya takut tidak bisa diselesaikan.

Tapi ketakutan saya terus menghantui pikiran saya, saya malah tidak melakukan apa-apa untuk tugas itu. Hanya takut dan takut. Apa yang harus saya lakukan untuk tetap bersemangat? (Siti)

1 4

Diasuh oleh:Endang Sri Indrawawati, M. Si

Psikolog dan Dosen Fakultas PsikologiUndip

Kirimkan masalah seputar kehidupan pribadi atau kesehatan ke email: [email protected]

Page 15: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

1 5

Sepuluh Syuro atau sepuluh Muharram selalu menjadi hari yang

dinanti oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya. Sejak dini hari

warga telah memadati lingkungan Menara Kudus untuk mengan-

tre nasi bungkus. Tidak sekadar untuk dimakan, nasi yang diper-

caya mendapat barokah dari Sunan Kudus tersebut berkhasiat un-

tuk menyembuhkan penyakit dan menyuburkan tanah pertanian.

Pembagian berkat umum yang berupa nasi bung-kus kepada masyarakat Kudus merupakan acara puncak dari rangkaian kegiatan Buka Luwur Sunan Kudus. Sebelum hari itu, beberapa ke-

giatan telah dilaksanakan sejak 1 Syuro. Sebut saja kegiatan penjamasan pusaka, pengajian umum malam 1 Syuro, pelepasan luwur, munadharah masail diniyah (forum belajar ilmu agama), sholawatan, khataman Al-qur’an, santunan kepada anak yatim dan pengajian umum 10 Syuro.

Buka Luwur yang dalam Bahasa Indonesia berarti membuka dan mengganti kain penutup makam merupakan tradisi yang masih lestari hingga masa kini di Kota Kudus. Kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan kepada Ja’far Shodiq atau lebih dikenal Sunan Kudus. Salah satu tokoh Wali Songo tersebut selain sebagai penyebar agama Islam juga tokoh pendiri Kota Kudus.

Awalnya Buka luwur diadakan untuk memperingati haul Sunan Kudus karena tanggal wafatnya tidak diketahui pasti. Lalu, para ulama sepakat memilih 10 Syuro untuk melak-sanakannnya. Hingga saat ini, Buka Luwur dilaksanakan tiap tahun. Selain bertujuan untuk mengenang jasa Sunan Kudus, Buka Luwur bertujuan sebagai media dakwah dan menjalin kekerabatan masyarakat Kudus.

Sarat Makna SimbolikBuka Luwur yang merupakan tradisi asli masyarakat

Kudus ini tidak lepas dari makna-makna simbolik yang melekat pada tiap tahapannya. Sebelum memasuki bulan Syuro, rangkaian Buka Luwur sudah dimulai dengan penja-masan keris Sunan Kudus. Keris atau pusaka yang disucikan tersebut bernama Ciptoko. Keris Ciptoko merupakan simbol kepandaian, keuletan dan ketangkasan Sunan Kudus dalam menghadapi tantangan hidup.

Penjamasan keris ini dilakukan setelah hari raya Idul Adha pada Senin atau Kamis pertama setelah Hari Tasyrik. Penjamasan dilakukan disekitar Pendapa Tajug tepatnya de-pan gapura. Keris Ciptoko dicuci selama dua jam. Pencucian menggunakan air khusus rendaman merang ketan hitam. Mengeringkannya pun menggunakan brambut ketan hitam. Selesai disucikan, para kyai membaca tahlil dan syukuran dengan jajan pasar.

Pengajian umum malam 1 Syuro juga tak terlepas dari makna simbolik. Pengajian ini merupakan simbol kebebasan yang diperoleh umat Islam dari masa jahiliyah. Dalam pengajian ini dilakukan doa yang disebut dengan doa awal tahun dan akhir tahun. Doa tersebut dilakukan untuk merevitalisasi kadar keimanan dan agar dosa-dosa

yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat lebur dan membuka lembaran tahun baru dengan aktivitas yang lebih baik lagi.

Hari berikutnya adalah pelepasan luwur. Selama 24 jam, makam Sunan Kudus terbuka tanpa kelambu penutup. Biasanya saat-saat itu masyarakat membaca Al-Quran di lingkungan makam Sunan Kudus. Kain mori yang dilepas dipercaya menjadi perantara dalam memperoleh berkah atau rejeki.

Munadharah Masail Diniyah merupakan rangkaian se-lanjutnya. Kegiatan yang merupakan forum untuk belajar dan memperdalam ilmu-ilmu agama yang dihadiri oleh umum dan para Kyai ini dilaksanakan pada 4 Syuro di serambi depan Masjid Menara Kudus.

Tanggal 9 Syuro sesudah shubuh diadakan penyembe-lihan hewan shodaqoh dari masyarakat yang akan diolah menjadi masakan uyah asem dan masakan jangkrik serta nasi bungkus yang akan dibagikan pada keesokan harinya yaitu pada acara puncak Buka Luwur pada tanggal 10 suro.

Nasi bungkus yang dibuat mencapai 25.500 bungkus kecil untuk umum, 1.791 nasi dengan bungkus keranjang untuk tamu undangan, sedangkan dalam bungkus keranjang kecil dan sedang sebanyak 2.640 bungkus diberikan kepada para penyumbang. Sumbangan yang diterima panitia buka luwur berupa beras sebanyak 6,1 ton, kambing 62 ekor, dan kerbau 10 ekor. Tiap tahunnya, baik jumlah nasi bungkus ataupun jumlah sumbangan selalu bertambah.

Selanjutnya adalah pema-sakan dan pembagian bubur Asyuro. Bubur asyuro ini terbuat dari beras, kacang ijo, kacang tolo, jagung, singkong dan ketela rambat serta bahan-bahan lain seb-agai pelengkap. Bubur Asyuro merupakan simbol peringatan atas selamatnya Nabi Nuh dari air bah yang melanda waktu itu.

Acara puncak Buka Lu-wur adalah pemasangan luwur baru di makam Sunan Kudus yang dilaksanakan pada 10 Syuro pagi hari. Pemasan-gan dilakukan oleh beberapa orang saja. Mengawali prosesi pemasangan luwur baru di-

tandai dengan alunan kalam Ilahi (Al Qur’an), dilanjutkan pembacaan tahlil dan doa. Pada saat yang sama di pelataran Masjid Menara Kudus telah banyak masyarakat menanti dibagikannya nasi bungkus.

Rangkaian demi rangkaian dilaksanakan dengan khidmat sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Hal itu membuktikan masyarakat Kudus begitu meneladani nilai-nilai perjuangan Sunan Kudus. Sikap toleran terhadap kebudayaan dan ke-percayaan setempat menjadi jembatan dan memudahkan masyarakat dalam menerima ajaran Islam.

Pesta RakyatBagi masyarakat Kudus, Buka Luwur ibarat pesta rakyat.

Masyarakat aktif mengumpulkan bahan makanan, memasak dan membagikannya lagi ke masyarakat. Semua hal terkait Buka Luwur berasal dari sumbangan masyarakat. Uniknya, panitia dilarang mengajukan permohonan sumbangan ma-terial dalam bentuk apapun kepada masyarakat.

Pada hari dilaksanakan Buka Luwur, masyarakat ber-bondong-bondong mengantri mendapatkan nasi, berharap memperoleh keberkahan dari Sunan Kudus. Saking ban-yaknya masyarakat turut berpartisipasi, lalu lintas Jalan Sunan Kudus ditutup untuk sementara. Beberapa sekolah di lingkungan Menara Kudus juga sengaja diliburkan. Hal ini disebabkan baik guru dan murid sibuk menyemarakkan kegiatan Buka Luwur.

Begitulah masyarakat Kudus menjaga kebiasaan le-luhurnya. Ajaran tentang nilai-nilai luhur kehidupan tercermin dari setiap tahapan dalam Buka Luwur yang diperingati setiap tahun. Tradisi ini masih kental di ka-langan masyarakat Kudus terutama Kudus Kulon. Alhasil, kebudayaan yang masih terjaga hingga sekarang dapat dija-dikan alternatif wisata budaya oelh masyarakat luar Kudus. (Otit, Nastiti)

Page 16: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Menulis Itu Tools

Ahmad Fuadi

b i o d a t a

Menulis Itu Tools

Berbincang dengan seorang penulis tentu salah satu hal yang men-gasyikan. Selain bertukar pengala-man, ilmu pun bisa “dicuri” dari

lawan bicara tersebut. Terlebih jika sang penulis telah menghasilkan novel berpre-dikat “best seller”. Adalah Ahmad Fuadi, sang novelis tersebut. Novelnya Negeri Lima Menara tentu sudah menjadi perbincangan hangat bagi banyak kalangan.

Oktober silam, Manunggal berkesempa-tan mewawancarai A Fuadi. Ia berbagi cerita hidupnya, termasuk kecintaan menilis. Simak petikan wawancara reporter Astri Nurafidah dengan novelis yang memperoleh banyak beasiswa ke luar negeri tersebut.

Bagaimana awal cerita mencintai dunia tulis-menulis ?

Kalo awal mula menulis, dari waktu SD saya suka melihat ibu, panggilnya amak, men-ulis kejadian sehari-hari. Saya pikir bagus juga seperti itu. Makanya dari SMP saya mulai nulis diary juga. Kalau suka sama orang ditulis di diary pakai sandi pramuka, jadi tidak ada yang tahu. Waktu masuk Gontor saya juga suka menulis diary. Disana saya mendapatkan pengalaman baru. Ternyata menulis itu menarik. Waktu kuliah pun saya ikut majalah kampus.

Bedanya, pada saat kuliah ayah saya me-ninggal. Jadi waktu kuliah saya tidak dapat kiriman uang. Dari situ mulai berpikir bagaimana caranya dapet uang. Karena sudah kebiasaan menulis, saya jadi ber-pikir, jangan-jangan saya bisa dapet uang dari menulis. Terus saya menulis dan saya kirim ke beberapa media, yang akhirnya bisa membiayai kuliah. Inilah yang men-jadikan menulis, yang awalnya suka menjadi sesuatu.

Setelah tamat kuliah saya ker-ja di Tempo, j a d i

wartawan, ya ketemu menulis lagi. Tapi, menulis ketika menjadi wartawan kam-pus dan wartawan sungguhan itu ber-

beda. Saya juga tidak menulis buku. Setelah jadi wartawan, malah tidak sempat menulis buku, selalu dikejar deadline. Baru sekitar dua tahun yang lalu terpikir menulis buku dan arahnya ke novel ni.

Darimana ide pembuatan Negeri Lima Menara?

Novel Negeri Lima Menara, sejarahnya saya ditahtakan ibu masuk pesantren, tetapi saya tidak mau. Ternyata, setelah masuk pesantren selama 4 tahun, itu merupakan pengalaman luar biasa yang patut disyukuri. Saya pernah berpikir saya akan menulis-kan pengala-man selama berada di p e s a n t r e n itu ke dalam sebuah buku. Tapi itu tadi, selalau ada alasan.

Karena saya suka bercerita, saya ceritakan kisah-kisah saya di Gontor, bahkan mimpi dalam Bahasa Inggris pun saya ceritakan kepada istri saya. Istri saya bilang ini meru-pakan pengalaman yang unik, inspiratif dan harus diceritakan. Jadi, niatnya berbagi pen-g a l a - man inspiratif dalam berntuk

novel. Ada pengembangan karakter tetapi kembali lagi basisnya adalah pengalaman pribadi saya bersama teman-teman.

Mengapa mengang-

kat tema yang kurang lazim seperti pesantren ?Sebenarnya saya tidak

memper t imbangkan bagaimana ke depan.

Yang saya pertim-bangkan adalah saya ingin berbagi pengalaman inspi-ratif saya selama di pesantren. Na-manya berbagi, kalau dibaca orang syukur, tidak ya su-dah. Jadi bagi saya tidak jadi pertim-bangan apakah orang nantinya suka dengan karya saya.

Namun di saat yang sama,

ini malah menarik bagi orang lain. Mu-dah-mudahan bisa memperluas pandan-gan orang tentang

pesantren. Selama ini orang banyak tahu ten-

tang pesantren dari berita. Berita itu driven by effect,

dan biasanya dihubungkan pada kejadian. Padahal tidak semua kejadian mewakili re-alita. Dengan menyampaikan cerita tentang pesantren, orang mungkin bisa melihat lebih luas tentang pesantren.

Ada lho pesantren yang maju, berpiki-rannya modern. Dan ini hasilnya, banyak alumni pesantren yang sukses dan tidak berkaitan dengan teroris. Tapi, novel Negeri Lima Menara tidak didesain seperti itu pada awalnya. Hanya saja kebetulan bertepatan dengan Bom Marriot.

Pernah blank saat menulis? Bagaimana men-gatasinya?

M e n u l i s buku Negeri Lima Menara dimulai rasa syukur, bahwa saya belajar di pesantren. Dalam pros-

esnya pun saya juga banyak bersyukur. Ini yang menjadikan proses pembuatan novel lancar. Pernah mengalami writer’s block, ke-buntuan menulis. Tapi yang saya ceritakan adalah pengalaman. Kalau kebuntuan menu-lis itu datang, saya buka lagi diary. Di meja bahkan ada tumpukan diary lawas saya. Saat di Gontor pun saya terbiasa memiliki arsip pribadi yang baik seperti album foto. Setiap acara penting, kami diharuskan memiliki dokumentasi pribadi.

Saya sepertinya termasuk tipe orang visual. Setiap melihat foto, saya jadi bisa merasakan suasana pada saat itu bagaimana, bunyi-bu-nyi yang meliputi nuansa foto tersebut. Itu membantu saya dalam menulis. Pada waktu pulang ke Padang, saya cerita ke ibu. Ternyata ibu saya mengoleksi semua surat-surat saya saat masih di Gontor. Surat adalah ekspresi kita pada saat itu. Dan feel-nya akan sangat berbeda jika ditulis pada masa-masa seka-rang. Hal itu juga yang memudahkan saya menulis novel.

Sekarang ini banyak penulis novel pop mengangkat tema seks dangkal. Pendapat

Anda?Saya sebenarnya tidak bisa banyak

berkomentar mengenai hal itu. Karena se-tiap orang punya niat masing masing ketika menulis. Tapi, kalau saya ditanya untuk apa menulis, menulis menurut saya untuk mem-bawa kebaikan dan mencegah kemungkaran, amar ma’ruf nahi mungkar. Jadi bagaimana menulis untuk membawa orang menjadi lebih baik setelah membaca tulisan. Bagi saya pribadi itu merupakan misi menulis.

Menulis itu adalah tools, alat, dan tujuan-nya adalah pengabdian. Hidup sebenarnya adalah pengabdian. Pengabdian ke atas atau vertikal dan pengabdian ke samping atau horizontal. Menulis merupakan pengabdian kepada Tuhan dan pengabdian kepada ma-nusia. Dan tools-nya adalah bisa menjadi reporter, bisa menjadi ahli, jadi menulis juga dicocokkan dengan misi menulis.

Pengalaman paling menarik selama menu-lis?

Pengalaman paling menarik, pertama kali menulis di koran, karena situasi waktu itu saya harus mencari uang. Susah sekali dimuat. Pas sudah berhasil dimuat, senang-nya bukan main. Senang sekali pokoknya, wah saya kaya ini. Sudah membawa teman banyak buat ditraktir, ternyata waktu ambil honornya kurang, cuma lima belas ribu saat itu. Hikmah yang saya ambil dari menulis, ternyata menulis membuat alur berpikir men-jadi teratur dan menghasilkan sesuatu.

Menurut Anda, tulisan yang bagus seperti apa ?

Tulisan yang baik itu hasil dari empat langkah. Langkah pertama, mempertajam dan memperkuat niat. Tanyakan kepada diri kita tujuan menulis apa. Dari sana, masuk ke proses. Tulis yang kita tahu. Kalau kita punya perhatian tentang sesuatu, secara tidak sadar tulisan kita akan kuat. Ketiga, konsistensi. Biasakan menulis satu halaman sehari. Kalau orang bilang, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi buku. Terakhir, punya referensi.

Menulis itu tools, alat, dan tujuannya adalah pengabdi-an. Hidup sebenarnya adalah

pengabdian.

16

Nama Lengkap : Ahmad Fuadi Lahir : Bayur,Maninjau, 20 Desember 1972Pendidikan :KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992) Alumni Gon-tor 1992Universitas Padjadjaran, Indonesia, BA dalam Hubungan Internasional, (September 1997)The George Washington University, Washington DC, MA dalam Media and Public Affairs (Mei 2001)Royal Holloway, Universitas London, Inggris, MA dalam Media Arts, (September 2005)Pengalaman Profesional:Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa terkini untuk media massa di Indone-siaWartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St-Raymond, Quebec, Kanada, 1995

Page 17: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Iblis Menggugat TuhanTerjebak Skenario Alam Yang IndahIblis Menyelipkan NyanyianMewariskan Sum-Sum KehidupanIblis Menggugat TuhanDijadikan Potret Garisan TakdirDunia ini…Maha Karya…Drama Tuhan Dan Lukisan Tanpa CelaDunia…Kebohongan Terbesar Sepanjang SejarahIblis Menggugat TuhanTanpa Doa, Tanpa Tuhan Iblis BertahanIblis Nyanyikan Lagi… Doa Bagi TuhanTuhan Tiada TergugatNamun Iblis Tak Akan Berhenti BernyanyiTuhan…Iblis Bernyanyi

Aku adalah ibuNamun, kurelakan rahimku padamu

Begitulah caraku mencintaimuAku adalah rindu

Namun, kupinjamkan hatiku padamuBegitulah caraku mencintaimu

Aku adalah pahlawanNamun, kusematkan lencana di bahamu

Begitulah caraku mencintaimuAku adalah malaikat

Namun, kuberikan sepasang sayap untukmuBegitulah cara aku mencintaimu

Aku adalah yang hidupNamun, kuyakinkan matiku di genggammu

Begitulah caraku mencintaimuTiada yang kudustakan

Dari caraku mencintaimu

Rina Fitriyani (Sastra Indonesia 2007)

Begitulah AkuNyanyian Iblis Untuk Tuhan

Dilema. Setiap orang pernah mengalaminya. Seperti makan buah simalakama. Tak memakannya bapak mati, memakannya ibu yang mati. Tapi orang satu

m e - milih bapaknya mati dan orang

lainnya leb-ih memil-ih ibunya yang mati.

K e a d a a n menyajikan

pilihan yang sulit kepada kita.

Lalu

bagaimana ketika seseorang dihadapkan sesuatu pilihan yang pelik, namun ia harus tetap memilih? Bagaimana seseorang harus menyikapi sesuatu hal yang dua-duanya sangat tak mengenakkan?Dalam menentukan pilihan, ada pandangan orang yang lurus ke depan, tetapi di sisi lain juga ada orang yang jalannya zigzag, terasa agak nyleneh karena menyalahi adat kebiasaan orang, tetapi memiliki tujuan yang jelas.

Keputusan Adhipati Karna membela Kurawa dalam perang Baratayudha mungkin menjadi dilema tersendiri baginya. Pasalnya, Karna adalah saudara seibu Pandawa, musuh Kurawa. Duryudana, pemimpin bala Kurawa telah memberikan kemuliaan kepada Karna berupa penobatan menjadi Adhipati Ngawangga. Selain itu, Karna juga di-angkat menjadi panglima perang Negeri Ngastina.

Di sisi lain, Mahaguru Karna yang sangat tahu substansi sebenarnya, mana yang benar dan mana yang jahat, selalu memberi wejangan yang baik dan benar kepada Pandawa. Kurawa adalah karakter antagonis atau hitam dan Pandawa adalah karakter protagonis atau putih.

Sebagai seorang ksatria, Karna mempunyai mekanisme cara bersikap untuk menentukan pilihan dengan segala resikonya yang harus ditanggungnya. Ia tak mau terjebak

dan terseret arus pilu antara harapan dan kenyataan yang sedang dihadapinya. Ia pun tak mau terlalu larut ke dalam suasana dilema berkepanjangan yang tak ada ujungnya.

Penggambaran karakter Karna merupakan sim-bolisasi manusia yang kaya warna dalam kehidupan praktis. Karna mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi dilematiknya. Manusia yang dianugerahi akal budi sudah seharusnya mebuat pertimbangan lalu mengambil keputusan dengan tegas tanpa ragu. Setelah itu menerima resiko apa pun yang timbul akibat keputusan tersebut.

Menghadapi dilema, seseorang dapat meminjam cara filsafat dalam memutuskannya. Filsafat mempertanyakan, mengkritisi, menganalisis segala sesuatu. Question behind question, meaning behind meaning, idealisme, perfeksionis. Pilihan mana yang paling baik? Mengukur untung ruginya, menimbang baik dan buruknya sebuah pilihan.

Bahkan ketika seseorang dihadapkan pada dilema terse-but, seseorang itu juga dihadapkan pada dilema lain. Pilih menunda dan menghindari pilihan atau pilih menghadapi dan menyikapi pilihan? Kadang hasil pilihan tidak sesuai yang diharapkan. Dilema lain, pilih menyesali diri karena pilihan yang dipilih atau pilih menggunakan pengalaman tersebut sebagai pelajaran untuk masa depan?

Kadang seseorang menginginkan pilihan karena tidak mau dipaksa atau diatur, tapi kadang seseorang mengeluh kalau terlalu banyak pilihan. Tapi tak bisa dihindari bahwa hidup adalah pilihan. Keputusan akan sesuai dengan apa yang dipikirkannya dan hanya orang-orang lemah yang takut mengambil keputusan untuk diri sendiri.

Oleh: siti KhAtijAh

1 7

Page 18: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Hatenai Sora, “Badai” yang Kembali Menerpa

Penyuka Jepang mana yang tak mengenal Arashi? Boyband yang dibentuk Johnny’s Entertainment ini digawangi lima cowok keren, yaitu Sho Sakurai, Kazunari Ninomiya, Jun Matsumoto, Masaki Aiba

dan Ohno Satoshi. Nama “Arashi” dipilih agar dapat mem-buat “badai” di dunia artis, karena Arashi sendiri bermakna badai.

Setelah sukses dengan single kelima mereka, Dear Snow, kini mereka merilis single ke-6 berjudul Hatenai Sora (Endless Sky). Dirilis pada 10 November 2010 lalu, single baru ini juga akan digunakan sebagai lagu tema di dorama “Freeter, Ie wo Kau” yang dimulai pada 19 Oktober, dimana Kazunari Ninomiya akan ikut beradu akting di dalamnya.

Hatenai Sora ini dirilis dalam dua versi di Jepang, yaitu versi Limited Edition dengan DVD berisi promotion video Hatenai Sora dan versi reguler yang berisi 8 track lagu yaitu Hatenai Sora, Story, Maboroshi, Ano Hi no Merry Christmas, Hatenai Sora (Instrumental), Story (Instrumental), Maboroshi (Instrumental), dan Ano Hi no Merry Christmas (Instru-mental).

Dalam hal musik, Jepang memang menganut sistem yang berbeda dari Indonesia. Jika di Indonesia setiap artis mengeluarkan satu album sekali rilis, tidak demikian den-gan Jepang. Para artis negeri Sakura ini biasanya merilis

single terlebih dahulu. Setelah terkumpul beberapa single, barulah album dibuat.

Di Indonesia, setiap lagu dalam album yang dirilis me-miliki video klip, berbeda dengan Jepang. Mereka merilis sebuah single dalam dua versi, yaitu DVD dan VCD. Dalam DVD, biasanya turut disertakan video klip single mereka. Namun, versi VCD hanya dalam bentuk audio disertai beberapa lagu pendamping dan versi instrumental. Jadi, tidak semua lagu memiliki versi audio visual.

Hatenai Sora merupakan andalan Arashi dalam single ke-6 mereka. Lagu ini memiliki musik yang easy listening, seperti lagu-lagu mereka sebelumnya, memiliki irama yang mellow tetapi sedikit menghentak dan membuat semangat bangkit pada reff.

Promotion Video (PV) Hatenai Sora ini sendiri digarap dengan begitu apik, baik secara konsep maupun background. Meskipun tidak secara gamblang menceritakan sesuatu, sama seperti PV single sebelumnya yaitu Dear Snow, kita bisa langsung memahami makna lagu ini.

Melalui Hatenai Sora, Arashi memberi semangat untuk terus berjuang tanpa menyerah untuk menggapai impian kita. Meskipun banyak rintangan menghalangi dan terkesan mustahil. Seperti arti judul lagunya, yaitu “langit tanpa ujung berada di sana”, mengisyaratkan kita untuk meraih

impian tanpa rasa takut.Pada Maboroshi, irama yang lambat dan agak mellow

menjadi ciri khas pada lagu ini. Irama mulai menghentak dan mengajak kita untuk berdance ria, ditampilkan pada lagu Story. Sementara pada Ano hi no Merry Christmas, kental sekali dengan nuansa natal, memiliki irama yang gembira.

Di awal peluncurannya, Hatenai Sora langsung men-duduki peringkat pertama pada Oricon Chart (tangga lagu terpopuler Jepang). Yang jelas, single ke-6 Arashi ini men-yuguhkan sesuatu yang membuat kita terkesan dan irama yang easy listening. Tentu saja mereka berusaha yang terbaik untuk menyajikan penampilan yang menarik bagi fans. Penasaran? (Nabila-Mg)

Rilis : 10 Nov 2010Genre : J- popArtist : ArashiLabel : J - StormJudulSingle : Hatenai Sora

Hampir tiga dasawarsa sudah, publik dibuat berangan-angan tentang masa depan lewat film bertajuk Tron. Kini, setelah tak

ada lagi yang berharap film itu dibuatkan sekuel, tiba-tiba saja muncul Tron Legacy yang berwujud 3D. Film ini merupakan sekuel dari film fiksi ilmiah Tron bikinan Walt Disney.

Cerita diawali dari hilangnya Kevin Flynn ( Jeff Bridges), seorang kreator video game populer Tron. Kevin meninggalkan anak lelakinya, Sam Flynn (Garrett Hedlund), hidup penuh kesedihan bersama kakek dan neneknya. Setelah kedua walinya wafat, ia hidup mandiri di sebuah garasi dan tumbuh menjadi remaja yang pemberontak.

Suatu malam, setelah sukses menyabotase sebuah operasi di ENCOM untuk melind-

Ketika Masa Depan Menjadi Ancaman

ungi warisan sang ayah, Sam ditemui sahabat baik ayahnya yang juga merupakan konsultan di ENCOM, Alan Bradley (Bruce Boxleit-ner). Alan mengaku telah mendapatkan pesan yang menunjukkan lokasi keberadaan Kevin. Tanpa pikir panjang, Sam menyambangi se-buah markas tempat Tron diciptakan. Setelah mengutak atik sebuah komputer lawas milik Kevin, Sam langsung tersedot dan mendadak muncul kembali di The Grid, dunia rekaan sang ayah.

Untuk bisa bertahan, Sam harus mengiku-ti “permainan” rancangan kloningan ayahnya, Clu ( Jeff Bridges). Jika kalah dalam permain-an ini, maka Sam akan tewas. Untungnya, dalam posisi terjepit dia diselamatkan sebuah program berwujud gadis cantik kepercayaan Kevin, Quorra (Olivia Wilde), yang memper-temukannya kembali dengan Kevin. Tidak

ada waktu untuk saling melepas rindu karena Kevin, Sam dan Quorra harus mencari cara mencapai portal agar bisa kembali ke dunia nyata sembari menghindari Clu yang terus memburu mereka.

Meskipun demikian, 3D yang dihasil-kan oleh Tron Legacy biasa saja, tidak ter-lampau istimewa. Tidak masalah jika ingin

Tron Legacy

menyaksikannya dalam tampilan 2D, karena seting futuristiknya sudah cukup meman-jakan mata. Special effect yang menawan, ke-jeniusan Daft Punk dan kehebatan departe-men casting dalam memilih pemain yang tepat, membuat film ini semakin menarik untuk ditonton. (Taufiqur Rizal)

Judul : Tron LegacyGenre : Science FictionTglRilis : 16 Desember 2010Pemain : Jeff Bridges, G. Hedlund, B. Boxleitner, Olivia Wilde, B. GarrettSutradara : Joseph KosinskiScript : Adam Horowitz, Edward KitsisProduser : Sean Bailey, J. Silver, Brigham Taylor, S. Lisberger, Julien LemaitreDistributor : Walt Disney PicturesDurasi : 125 Menit

Tahun 2011 baru saja tiba, tetapi pembicaraan mengenai kandidat calon presiden pengganti SBY su-dah mengemuka sejak beberapa

waktu lalu. Isu yang cukup kuat berhembus adalah majunya Ani Yudhoyono sebagai salah satu calon penerus kepemimpinan SBY.

Berbicara tentang calon presiden berarti tidak lepas dari regenerasi kepemimpinan politik. Jika dilihat, terjadi putusnya generasi (cutting generation) trah politik. Artinya, su-lit mendeteksi calon generasi penerus Soe-harto, Gus Dur, Megawati dan juga SBY yang benar-benar mempunyai kapabilitas tinggi. Memang, trah Gus Dur masih me-

Memprediksi Capres 2014

Judul : Meramal Capres 2014Penulis : M Mufti Mubarok Jumlah Halaman : 146 halaman Ukuran : 14.5 x 20.5 cm Harga : Rp 29.000

miliki Yenny Wahid, Megawati ada Puan Maharani, SBY mempunyai Edi Baskoro Yudhoyono (Ibas), tetapi ketiganya dinilai belum mumpuni.

Kemudian, ada juga pemain politik lama, seperti Prabowo dan Wiranto yang kemungkinan juga akan menghiasi bursa calon presiden 2014.

Namun, jika melihat dari potensi yang dimiliki, belum ada kandidat yang sangat kuat atau dominan untuk menang. Hal ini menjadi persoalan dilematis apabila memang negara ini mengalami krisis kepemimpinan.

Buku ini hadir untuk membahas per-soalan di atas. Penulis mencoba mempre-

diksi berbagai calon kuat yang akan tampil pada Pemilu Presiden 2014. Yang menarik, cara yang digunakan untuk memprediksi calon-calon tersebut dilihat dari berbagai sudut yang unik. Mulai dari track record-nya, profil, prediksi lembaga survei, hingga aspek hongsui, klenik, dan ramalan Arab. Selain itu, juga dari gosip dan pemberitaan ma-sing-masing figur beserta calonnya.

M e m a n g metode yang di-gunakan cukup unik untuk men-

ganalisa peluang masing-masing figur. Pasal-nya, aspek ilmiah biasanya lebih ditekankan dalam menganalisa seorang figur politik. Namun, bagi yang ingin melihat prediksi calon presiden 2014 dari kaca mata berbeda, buku ini adalah jawabannya. (Huda)

dengan Kacamata Berbeda

1 8

Page 19: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

Setiap hari, Wahyu bekerja pu-kul delapan hingga pukul empat. Bersama teman sesama satpam, perempuan 25 tahun itu bertang-

gungjawab atas pengamanan di seluruh gedung Pascasarjana. Ia juga harus siap dimintai tolong menyambungkan telepon, memanggilkan seseorang, menyampaikan pesan bahkan mengangkat barang.

Tak ada perlakuan istimewa kepada satpam perempuan, termasuk Wahyu. Na-mun, kondisi yang demikian justru membuat perempuan yang hobi bermain voli ini merasa dihargai. “Saya diperlakukan sama dengan pria, baik pada tahap seleksi maupun dalam bekerja,” terangnya.

Bergaul dengan teman-teman pria, Wa-hyu tak sedikit pun merasa canggung. Bah-kan menurutnya, untuk hal-hal tertentu pria

Menapaki pintu masuk Gedung Pascasarjana Undip Pleburan, setiap tamu akan disambut han-gat oleh Dwi Wahyuningsih. Sopan, senyum, salam senantiasa diterapkan satpam perempuan satu-satunya di Undip itu. Meski memilih profesi yang tak populer di kalangan kaum hawa, Wahyu, pang-gilan akrabnya, sangat menikmati pekerjaannya.

justru lebih menyenangkan diajak berbagi cerita dibanding perempuan. “Kami sering curhat masalah masing-masing dan satu sama lain memberi solusi,” katanya.

Sebagai perempuan, Wahyu mengaku sempat merasa minder dan malu dengan profesinya. Perempuan lulusan SMA terse-but tak pernah berpikir kelak dirinya akan menjadi seorang satpam. Pada saat itu dir-inya tak punya pilihan selain menjalaninya dengan ikhlas.

Sebelumnya, perempuan yang tinggal di Jatingaleh, Semarang, tersebut telah mela-mar pekerjaan, tetapi tak kunjung mendapat panggilan. Sampai pada akhirnya seorang teman memberikan informasi Undip mem-buka lowongan satpam. Berbekal kebulatan niat, dijalaninya tahap demi tahap seleksi, hingga lolos menjadi satpam Undip pada

2008.Bekerja menjadi satpam diakui Wahyu

merupakan pekerjaan yang mengandung re-siko besar. Mobil dan motor yang terparkir di Pascasasrjana menjadi tanggungjawab sat-pam Undip. Namun, meski telah berusaha, kejadian yang tak diharapkan pun tak bisa terhindarkan.

“Dulu pernah kejadian dua motor yang terparkir hilang. Lalu, kami serahkan ka-sus ini ke polisi. Sejak saat itu, Pascasarjana menambah jumlah satpam yang mulanya 9 menjadi 13,” kenangnya.

Sikap Wahyu memilih pro-fesi sebagai satpam tidak mendapat halangan dari pi-hak keluarga dan kawan. Sejauh ini, dirinya sangat menik- m a t i profesi uniknya. Ia bahkan tak berkeinginan pin-dah ke profesi lain. “Menjadi satpam itu penuh tantangan dan pendapatan saya juga cukup,” ucapnya bangga.

Kecintaan Wa-hyu terhadap pro-fesinya seolah menun-jukkan kepada siapa saja bahwa perempuan juga mampu berkecimpung dalam

Zulfahmi

Belum lama ini, prestasi akademis diraihnya dalam Lomba Ran-cang Pabrik Tingkat

Nasional XI di Bandung. Dalam lomba yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB ini, Zulfahmi dan rekannya Agung Nur Hananto Putro menjadi Juara I kategori problem solving.

Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi Fakultas

Teknik, karena keduanya berhasil mengalahkan lawan dari berbagai perguruan tinggi bergengsi, termasuk ITB. “Saya tak pernah menyangka akan menang. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya, apalagi sudah

sekian lama Undip tidak muncul sebagai juara utama. Tahun ini saya bersama tim mampu membuktikanya,”

ungkap Zul, sapaan akrabnya. Selain berprestasi dalam bidang akademis, Zul juga

mempunyai banyak prestasi di bidang tilawatil Qur’an, atau membaca Qur’an dengan berbagai variasi nada. Kesuksesan laki-laki kelahiran Jambi, 29 Juli 1987 ini didukung peran keluarganya.

Sejak kecil, Zul dibesarkan di lingkungan yang kental dengan budaya islami. Selain itu sejak kecil, dia me-

mang terbiasa berlatih membaca al-qur’an, bahkan ia belajar membaca iqra (pelajaran membaca huruf

arab dasar) dan lancar membaca al-qur’an dalam waktu kurang dari lima bulan. Sejak SD-SMP

ia mendapatkan gelar Juara III MTQ (Mu-sabaqoh Tilawatil Qur’an) dalam kategori tartil al-qur’an. “Tidak ada yang sulit kok asal kita mau belajar. Kita bisa karena biasa,” terangnya.

Zul menambahkan bahwa keinginannya untuk mengikuti berbagai lomba tilawah bu-

kan hanya sekedar ingin menang saja tetapi lebih kepada menyalurkan hobinya. Sudah banyak Kompetisi MTQ yang pernah diikutinya, diantaranya Lomba MTQ tingkat Nasional di Universitas Sriwijaya Palembang. Dia jugs menjadi Juara pertama di rumah sendiri (Undip) dalam Lomba Cerdas Cermat Al-Qur’an, meraih juara III untuk kategori tartil Qur’an.

Selanjutnya, dalam dunia organisasi, Zul aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan. Salah satunya adalah Organisasi Rohis (Rohaniawan Islam).

Pada Bulan September 2010 kemarin, Zul menyele-saikan studinya. Dan berkat berbagai pencapaiannya, ia langsung ditarik bekerja di sebuah perusahaan kontaktor terbesar di Indonesia (PT. Rekayasa Industri) sebagai process engineer.

Zul merupakan contoh dari sekian mahasiswa yang berhasil. Semangat dan ketekunannya, membuahkan hasil yang dia petik hingga kini. Pelajaran yang dapat kita petik adalah tidak ada yang tidak mungkin bagi kita. Asalkan, kita bekerja keras dan bersungguh-sungguh, berbagai prestasi juga akan kita raih. Sebagai motivasi, mengutip pesan Zul kepada semua mahasiswa, “Kita me-mang bukan yang terbaik, tetapi kita bisa melakukan yg terbaik,” Semangatlah untuk menggapai masa depan yang cerah. (Lia)

Seorang mahasiswa aktif berorganisasi, sudah biasa. Berprestasi pada satu bakat tertentu

juga banyak. Apalagi, pintar dalam bidang akademis. Semuanya mudah dicari. Namun,

bila ketiganya ada pada satu sosok mahasiswa, itu baru luar biasa. Zulfahmi, mahasiswa

Teknik Kimia Undip 2006 adalah salah satunya.

pekerjaan berisiko tinggi. Kini, Wa-hyu berharap dirinya kelak diangkat men-jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah 5 tahun mengabdi sebagai satpam. (Otit)

19

Page 20: Tabloid Manunggal Eksploitasi Anak

1

LENSAS S P Rerba erbi elantikan ektor

Delapan belas Desember tahun lalumerupakan hari bersejarah bagiUndip. Rektor terpilih Prof SudhartoPrawata Hadi, resmi dilantik menjadiRektor Undip oleh MendiknasMuhammad Nuh. Rintik hujan yangsempat mewarnai pelantikan tidakmenyurutkan prosesi tersebut.Pelantikan ini disaksikan Bibit Waluyo,Gubernur Jawa Tengah danWalikota Semarang, Sumarmo sertasejumlah guru besar dan dosenUniversitas DIponegoro.Rektor baru, sistem kepemimpinanbaru. Semoga dengan pelantikan inib i s a m e m b a w a u n i v e r s i t a sdiponegoro ke arah yang lebih baik.Selamat bertugas Profesor Sudharto!

Pengalungan Samir

Tandatangan

Bersebelahan

Berdoa

Pengambilan Sumpah Foto dan Teks: Astri Nur Afidah dan Nurul Huda