Tablet Konvensional Ani

42
FORMULA TEKNO I I. Formula Asli Tablet Antiinfluenza II. Rancangan Formula Nama Produk : Fenilpropanolaminofen® Tablet Jumlah Produk : 100 tablet @ 600 mg Tanggal Formulasi : 2 Mei 2013 Tanggal Produksi: 5 Juni 2013 Nomor Registrasi: DTL 1399900110A1 Nomor Batch : 03150001 Komposisi : Tiap 600 mg mengandung: Fenilpropanolamin HCl 30 mg Asetaminofen 500 mg CTM 8 mg Povidone 2 % Avicel 5 % Talk 1 % Laktosa monohidrat ad 600 mg III. Master Formula Diproduk si Oleh Tanggal Formula Tanggal Produksi Dibuat Oleh Disetuju i Oleh

description

tablet influenza

Transcript of Tablet Konvensional Ani

Page 1: Tablet Konvensional Ani

FORMULA TEKNO I

I. Formula Asli

Tablet Antiinfluenza

II. Rancangan Formula

Nama Produk : Fenilpropanolaminofen® Tablet

Jumlah Produk : 100 tablet @ 600 mg

Tanggal Formulasi : 2 Mei 2013

Tanggal Produksi : 5 Juni 2013

Nomor Registrasi : DTL 1399900110A1

Nomor Batch : 03150001

Komposisi : Tiap 600 mg mengandung:

Fenilpropanolamin HCl 30 mg

Asetaminofen 500 mg

CTM 8 mg

Povidone 2 %

Avicel 5 %

Talk 1 %

Laktosa monohidrat ad 600 mg

III. Master Formula

Diproduksi Oleh

Tanggal Formula

Tanggal Produksi

Dibuat Oleh

Disetujui Oleh

Khanza

Farma

2 Mei 2013 5 Juni 2013 HasrianiFitria Alwi

Kode Bahan

Nama Bahan Kegunaan Per Tablet Per Batch

01-Fp Fenilpropanolamin Zat aktif 30 mg 3 g

Page 2: Tablet Konvensional Ani

02-Am

03-Ct

04-Av

05-Tk

06-Pv

07-Ls

Asetaminofen

CTM

Avicel

Talk

Povidone

Laktosa

(antiinfluenza)Zat aktif

(analgetik)Zat aktif

(antihistamin)

Zat penghancur

Zat pelincir

Zat pengikat

Zat pengisi

500 mg

8 mg

30 mg

6 mg

12 mg

14 mg

50g

0,8 g

3g

0,6g

1,2 g

1,4 g

IV. Alasan Pebuatan Produk

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan

digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh dokter

maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai

keuntungan antara lain:

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan

dalam pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

2. Tablet menawarkan kemampuan terbaik diantara semua bentuk sediaan

oral dalam hal ketetapan ukuran serta memiliki variabilitas kandungan

yang paling rendah.

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume kecil

dibandingkan dengan sediaan lain.

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air

6. Pemberian identitas produk pada tablet relative mudah dan murah

7. Tablet paling mudah ditelan serta memiliki paling kecil kemungkinan

tertinggal ditenggorokan

Page 3: Tablet Konvensional Ani

8. Dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus misalnya tablet

lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali

9. Dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang

tidak enak dan untuk terapi lokal (salut enterik)

10. Merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi secara massal

dengan proses pengemasan yang mudah dan murah sehingga biaya

produksi lebih rendah

11. Pemakaian oleh pasien lebih mudah, sehingga keberterimaan pasien relatif tinggi.

(Yohana.2009 : 79)Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa

atau dengan mencetak dan mengandung zat obat dengan atau tanpa

pengencer yang cocok, zat penghancur, zat penyalut, zat pemberi warna, dan

zat pembantu lainnya (Ansel. 2008 : 96).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,

dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau

cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa

tambahan. Zat tambahan berupa zat pengisi, zat pengembang, zat pelican,

zat pembasah atau zat lain yang cocok (Dirjen POM RI. 1979: 6).

Penyakit yang paling umum yang menyerang manusia adalah flu

biasa.Sebagian besar flu disebabkan oleh virus yang disebut rinovirus dan

koronavirus.Virus ini tersebar di udara pada saat orang bersin atau batuk

atau karena kontak jasmani.Flu mulai secara mendadak.Gejala awal dapat

berupa kekeringan dan rasa gatal pada leher dan hidung, sakit kepala dan

sakit pada bagian tubuh yang lain, atau batuk.Pada anak-anak biasanya

disertai demam.Sekresi biasanya meningkat, hidung tersumbat banyak

ingus, mata berair dan terjadi iritasi hidung sehingga menyebabkan bersin.

Yang menyebabkan gejala ini adalah zat yang disebut histamin yang

dibebaskan oleh tubuh sebagai tanggapan terhadap serangan virus

(Harkness. 1984: 65)

Influenza disebabkan oleh virus-RNA yang dapat hidup pada

manusia, kuda, babi, ikan paus, ayam, itik dan burung.Infeksi terjadi melalui

Page 4: Tablet Konvensional Ani

inhalasi dan tetesan liur (pada waktu bersin, batuk, berbicara).Masa

inkubasinya 1-3 hari. Gejalanya muncul setelah masa inkubasi dan berupa

demam sampai 40oC, nyeri sendi dan otot di seluruh tubuh, sakit

tenggorokan dan kepala, radang mukosa hidung dan batuk kering yang

dapat bertahan berminggu-minggu (Tjay dan Rahardja. 2006: 121).

Rhinovirus dan selesma, disamping virus influenza masih terdapat

lebih dari seratus jenis rhinovirus penyebab selema/pilek. Gangguan ini

sering kali dikelirukan dengan influenza, karena gejala-gejalanya sama

walaupun tidak sehebat dan praktis tidak pernah mengakibatkan

kematian .Selesma juga sembuh spontan melalui pengobatan simtomatis

dengan analgetika, obat batukdan tetes hidung atau telinga. (Tjay dan

Rahardja. 2006 : 121).

Seusai suatu epidema dan setiap tahun, virus-virus influenza A dan B

bermutasi ringan khusus mengenai enzim hemagglutinnya. Berhubung

dengan mutasi-mutasi kecil ini (antigenic drift) glikoproteinnya (H dan N)

selalu berubah sedikit, sehingga secara sangat berangsur-angsur

“menjauhkan diri” dari antibodies yang sudah terbentuk dalam tubuh.Oleh

karena itu, tidak mungkin membuat suatu vaksin influenza universal. Mutasi

besar (antigenic shift) terjadi setiap 8-15 tahun pada virus A, dimana

terbentuk suatu subtype A baru dengan protein permukaan yang seluruhnya

berlainan. Mutan demikian dapat mengakibatkan epidemi hebat, munculnya

virus-virus A baru dalam abad ini sudah beberapa kali menimbulkan

pandemic. Yang terkenal adalah pandemi di tahun 1919 (Spanish flu)

dengan 20-50 juta kematian, terutama orang muda.Menurut penyelidikan

baru, epidemic itu disebabkan oleh subtype H1-N1 yang berkerabat dengan

virus flu babi. Virus-virus yang terdapat dewasa ini adalah (Tjay dan

Rahardja.2006 : 121).

Fenilpropanolamin adalah derivat tanpa gugusan –CH3 dengan kerja

dan penggunaan yang sama, tetapi bertahan lama. Efek sentralnya lebih

ringan. Obat ini banyak terdapat dalam sediaan anti-pilek dan anti-selesma,

Page 5: Tablet Konvensional Ani

dalam kombinasi dengan analgetika, antihistaminika dan/atau obat batuk

(Tjay dan Rahardja.2002: 650)

Fenilpropanolamin adalah derivate tanpa gugus-CH pada atom-N

dengan khasiat yang menyerupai efedrin.Kerjanya lebih panjang, efek

sentral dan efek jantungnya lebih ringan.Namun, pada kkurang lebih.20 %

dari pemakai tekanan darahnya meningkat dengan nyata (Tjay dan Rahardja.

2002: 488).

Mekanisme kerja dari ketiga zat aktif yakni sebagai berikut:

a. Fenilpropanolamin HCl

Fenilpropanolamin bekerja pada reseptor α, β1, dan β2.

Sehingga menyebabkan vasokonstriksi perifer, Obat ini menyebabkan

vasokontriksi pada mukosa hidung & mengurangi aliran darah pada

daerah yang bengkak karenanya dapat digunakan sebagai dekongestan

hidung (Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran

UI. 2007: 74)

b. Parasetamol

Golongan obat ini menghambat enzim oksigenase sehingga

konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.Enzim

siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan COX-2.

Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai

fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal,

saluran cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivitas COX-1

menghasilkanprostasiklin yang bersifat sitoprotektif.Siklooksigenase-2

semula diduga diinduksi berbagai stimulus inflamator, termasuk

sitokinin, endotoksin dan faktor pertumbuhan. Ternyata sekarang

COX-2 juga mempunyai fungsi fisiologis yaitu di ginjal, jaringan

vaskular dan pada proses perbaikan jaringan. Tromboksan A2 yang

disintesis oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit, vasokontriksi

dan poliferasi otot polos.Sebaliknya (PGl2) yang disintesis oleh COX-2

di endotel makrovaskular melawan efek tersebut menyebabkan

Page 6: Tablet Konvensional Ani

penghambatan agregasi trombosit, vasodilatai dan efek anti-

proliferatif.

Khusus parasetamol hambatan biosintesis prostaglandin hanya

bisa terjadi bila lingkunganya rendah kadar peroksid yakni di

hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid

yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti-

inflamasi parasetamol praktis tidak ada.Parasetamol diduga

menghambat isoenzim COX-3 (variant COX-1. COX-3 ini hanya ada

di otak ((Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas

Kedokteran UI. 2007: 231-232)

c. Klorfeniramin Maleat

Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai

antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek

histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot

polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun

menghambat susunan saraf pusaf (Tjay. 2002; Siswandono, 1995).

Adapun mekanisme influenza yakni Influenza atau kita biasanya

menyebutnya dengan flu merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan

oleh virus influenza.Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran

napas.Jaringan menjadi bengkak dan meradang. Tetapi jaringan yang

meradang tersebut akan kembali ke keadaan semula dalam beberapa

minggu. Infeksi virus flu ini dapat mengakibatkan penyakit yang berkisar

dari komplikasi ringan sampai komplikasi berat yang berujung pada

terancamnya nyawa

Hubungan mekanisme zat aktif dengan mekanisme influenz yakni

Mekanisme kerja obat influenza ini yakni influenza disebabkan oleh virus

influenzayang menyerang sel-sel permukaan saluran napas, sehingga

jaringan menjadi bengkak dan meradang.Fenilpropanolamin HCl

menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung & mengurangi aliran

darah pada daerah yang bengkak sehingga bengkak dapat dikurangi dan

Page 7: Tablet Konvensional Ani

akhirnya akanmelegakan hidung yang tersumbat (dekongestan hidung) dan

peradangan yang terjadi dapat diatasi dengan parasetamol dan CTM, dimana

parasetamol berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik dan CTM yang

merupakan antagonis reseptor H1. CTM ini akan berikatan dengan reseptor

H1 sehingga mencegah efek dari H1 dimana efek dari histamine akan

menyababkan peradangan.

Adapun contoh-contoh obat flu yang lain, Obat flu pada umumnya

adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di apotek-apotek dan

toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa

zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :

1. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan

2. Analgesik/antipretik + nasal dekongestan + antihistamin

3. Analgesik/antipiretik + nasal dekongestan + antihistamin + antitusif /

ekspektoran

V. Alasan Penambahan Bahan

1. Fenilpropanolamin HCl (zat aktif)

a. Efek farmakodinamik propanolamin sama dengan efedrin dan

potensinya hampirs sama dengan efedrin. Sama dengan efdrin

fenilpropanolamin efektif pada pemberian oral (Farmakologi Fakultas

Kedokteran UI. 1995:68).

b. Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obese dalam dosis

besar (> 75 mg sehari), ternyata meningkatkan kejadian stroke.

Karena itu indikasi obat ini hanya boleh digunakan dalam dosis

maksimal 75 mgsehari sebagai dekongestan ( Departemen

Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI. 2007: 83)

c. Khasiat fenilpropanolamin menyerupai efdrin yakni kerjanya panjang,

tetapi efek sentral dan efek jantungnya lebih ringan dibanding efedrin

(Tjay. 2002: 489)

Page 8: Tablet Konvensional Ani

2. Asetaminofen (zat aktif)

a. Asetaminofen umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling

aman, juga untuk swamedikasi. Reabsorpsinya dari usus cepat dan

praktis tuntas, secara rektal lebih lambat (Tjay. 2002: 318).

b. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak telihat, demikian

juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Departemen

Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran UI.2007 : 238).

c. Digunakan pada nyeri ringan sampai sedang dan dapat digunakan

bersama dengan obat opioid untuk mengurangi dosis masing-masing

(Sukandar, Ellin dkk.2008 : 174).

3. CTM (zat aktif)

a. Diabsorbsi secara baik baik oral maupun parenteral. Efeknya timbul

15-30 menit setelah 1-2 jam (Departemen Farmakologi dan Teraupetik

Fakultas Kedokteran UI. 2007: 279)

b. Efek sampingnya sedatif ringan dan sering kali digunakan (Tyay.

2010: 822)

c. Digunakan untuk pengobatan simtomatik batuk dan pilek (Rowe. 2009: 564)

4. Avicel

a. Avicel PH MCC diduga menimbulkan perubahan bentuk yang

melepas stress menurut beberapa mekanisme. Proses ini akan

menghasilkan tablet keras dengan forsa pengempaan rendah. Dapat

digunakan sendiri (sebaiknya tidak kurang dari 20 % dari massa total)

atau dalam campuran dengan eksipien kempa langsung, seperti

laktosa, amilum (Agoes. 2008: 199)

b. Avicel digunakan sebagai diluents (zat pengisi) dan desintegrasi ( zat

penghancur) (Rowe. 2009: 129)

c. Avicel bersifat unik karena pada saat menghasilkan kohesi gumpalan,

zat ini juga bertindak sebagai pengisi dengan kadar tinggi, karena itu

Page 9: Tablet Konvensional Ani

sering dikombinasi dengan zat lain. Sifat mengalirnya baik dan sifat

pencetakan langsungnya bagus sekali (Lachman. 2008 :701)

5. Talk

a. Talk digunakan karena talk tidak diserap secara sistemik setelah

konsumsi oral sehingga dianggap tidak beracun (Rowe. 2009: 728)

b. Talk diguanakan sebagai glidan (pelicin) dan lubrikan (pelincir)

(Rowe. 2009: 728)

c. Talk merupakan bahan pelincir kedua terbanyak yang digunakan

setelah asam stearat, garam-garam stearat dan derivat-derivatnya

(Lachman. 2008:703)

6. Laktosa monohidrat

a. Laktosa monohidrat sekaligus bertindak sebagai pengikat tablet dan

pengisi tablet (Rowe. 2009: 364).

b. Pada kempa langsung, bentuk kasar, derajat regular, atau sudah

diayak, fraksi kristalin laktosa α monohidrat dapat digunakan karena

sifat alirannya bagus (Agoes. 2008: 202).

c. Zat tambahan yang cocok untuk bahan aktif yang kelarutan dalam air

rendah (Swarbrick. 2007: 3655).

7. Povidone

a. Povidone yang umum digunakan adalah K-29/32, yang biasanya

digunakan dalam konsentrasi 2%-5% dari formulasi ( Agoes. 2008:

207)

b. Digunakan sebagai zat pengikat, pensuspensi dan penghancur pada

sediaan tablet (Rowe. 2009: 611)

c. PVP bersifat inert, larut air, dan alkohol. PVP digunakan dalam

konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama

penyimpanan (http://wahyutensai.blogspot.com)

Page 10: Tablet Konvensional Ani

VI. Uraian Bahan

1. Fenilpropanolamin HCl (Sweetman. 2009: 1569)

Nama resmi : Phenylpropanolamine

Naman lain : Fenilpropanolamina, Fennylpropanolamin;

Fenyylipropanoliamiini dan phénylpropanolamine

serta Phenylpropanolaminum.

Nama kimia : (1RS, 2RS)-2-Amino-1-phenylpropan-1-ol.

Rumus molekul : C9H13NO

Berat molekul : 151,2

Rumus struktur :

Pemeriaan : Serbukputih atauhampir putih, bubuk kristal,

sedikit berbau aromatik

Kelarutan : Larutdalam 11,1bagian airdan 7,4 bagianalkohol,

dan dalam 4100 bagian kloroform serta

praktistidak larut dalameter.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap air dan terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Dekongestan ( menghilangkan sumbatan pada

hidung

Kestabilan : -

Farmakologi : Farmakokinetik: Fenilpropanolamin hidroklorida

merupakan senyawa adrenergik yaitu

adrenomimetik yang berefek campuran yang dapat

menimbulkan efek melalui pengaktifan

adrenoseptor dan melepaskan katekolamin dari

Page 11: Tablet Konvensional Ani

tempat penyimpanan atau menghambat pemasukan

katekolamin. Tempat kerja beberapa senyawa

adrenomimetik adalah pada ujung saraf simpatetik.

Farmakodinamik: efek farmakodinamiknya

menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama

dengan efedrin kecuali bahwa obat ini kurang

menimbulkan perangsangan pada SSP.

Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai

efek Epi.Perbedaannya ialah bahwa efedrin bukan

katekolamin, maka efektif pada pemberian oral,

masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya

lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih

besar daripada dosis Epi.Seperti halnya dengan

Epi, efedrin bekerja pada reseptor α, β1 dan

β2.Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan

melalui penglepasan NE endogen.Kerja tidak

langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis

terhadap efek perifernya.Hanya l-efedrin dan

efedrin rasemik yang digunakan dalam klinik.Efek

kardiovaskular efedrin menyerupai efek Epi tetapi

berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama.Tekanan

sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan

diastolik, serta tekanan nadi

membesar.Peningkatan tekanan darah ini sebagian

disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama

oleh stimulasi jantung yang meningkatkan

kekuatan kontraksi jantung dan curah

jantung.Denyut jantung mungkin tidak berubah

akibat refleks kompensasi vagal terhadap kenaikan

tekanan darah.Aliran darah ginjal dan viseral

berkurang, sedangkan aliran darah koroner, otak

Page 12: Tablet Konvensional Ani

dan otot rangka meningkat.Berbeda dengan Epi,

penurunan tekanan darah pada dosis rendah tidak

nyata pada efedrin.

Efek samping : Kerusakan hati pada penggunaan dosis tinggi

Dosis : Diberikan secara oral 3 kali sehari 25-30 mg

Indikasi : Meringankan influenza yang disertai gejala

demam, pilek, bersin-bersin, sakit kepala, dan

batuk

Kontra Indikasi : Penderira dengan gangguan jantung dan diabetes

mellitus (DM), gangguan fungsi hati berat,

hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.

2. Parasetamol (Dirjen POM. 1979: 37)

Nama Resmi : ACETAMENOPHENUM

Nama Lain : Acetaminofen; Acetaminophen; N-Acetyl-p-

aminophenol;Asetaminofen; Paracétamol;

Paracetamolis; Paracetamolum;

Parasetamol;Parasetamoli.

Nama Kimia : 4-Hydroxyacetanilide; N-(4-

Hydroxyphenyl)acetamide.

Rumus Molekul : C8H 9NO2

Berat Molekul : 151,2

Rumus Struktur :

Pemerian : Putih, tidak berbau, mirip serbuk kristal, rasa pahit.

Page 13: Tablet Konvensional Ani

Kelarutan : 1 gram larut dalam 70 ml air, 20 ml air panas, 10

ml alkohol, 50 ml kloroform, 40 ml gliserin,

mudah larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya

Kegunaan : Sebagaantipiretik dan analgesik.

Farmakologi : Farmakodinamik: efek analgesik parasetamol

serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau

mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang

diduga juga berdasarkan efek sentral seperti

salisilat.

Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena

itu parasetamol tidak digunakan sebagai

antireumatik.Parasetamol merupakan penghambat

biosintesis prostaglandin yang lemah.Efek iritasi,

erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada

kedua obat ini, demikian juga gangguan

pernapasan dan keseimbangan asam-basa.

Farmakokinetik: parasetamol diabsorpsi cepat dan

sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi

tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam

dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini

tersebar ke seluruh cairan tubuh.Dalam plasma,

25% parasetamol terikat protein plasma.Obat ini

dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.Sebagian

asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam

glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam

sulfat.Selain itu obat ini juga dapat mengalami

hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat

menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis

eritrosit.Obat ini diekskresi melalui ginjal,

Page 14: Tablet Konvensional Ani

sebagian parasetamol (3 %) dan sebagian besar

dalam bentuk terkonjugasi.

Efek samping : Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas

dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari

3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada

dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang

reversible.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh

metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal

dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida

dengan –SH).Pada dosis diatas 10 g, persediaan

peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit

mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati,

dan terjadilah kerusakan irreversible.Parasetamol

dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over

dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah,

dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci

lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar

(asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini

mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah

intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002).Wanita

hamil dapat menggunakan parasetamol dengan

aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air

susu ibu.

Indikasi : Berguna untuk mengobati nyeri ringan sampai

sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pasca

persalinan, dan keadaan lain.

Kontraindikasi : Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

Kestabilan : Stabil terhadap bahan padat dan bahan tambahan

Stabilitas : Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30° C.

Sediaan bentuk larutan atau suspensi tidak boleh

dibekukan.

Page 15: Tablet Konvensional Ani

Dosis : Digunakan secara oral,

Dewasa : 4-6 kali sehari 325-650 mg; maks. Sehari

4 g. Anak: 60-120 mg, maks. Sehari 1,2-2,4 g

3. CTM (Sweetman. 2009: 571)

Nama resmi : CHLORPHENIRAMINI MALEAS

Nama lain : Klorfeniramina maleat; Chlorfenamin-maleat;

Chlorfenamino maleatas; Chlorofenaminy

maleinian; Chlorphénamine, maléate de;

Chlorphenamini maleas; Chlorpheniramine

Maleate; Chlorprophenpyridamine Maleate;

Kloorifenamiinimaleaatti; Klorfenaminmaleat;

Klórfenamin-maleát

Nama kimia : 3-(4-Chlorophenyl)-NN-dimethyl-3-(2-

pyridyl)propylamine hydrogen maleate, 2-[p-

kloro,α-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina

maleat

Rumus molekul : C16H19ClN2,C4H4O4

Berat molekul : 390,87

Rumus molekul :

Pemeriaan : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 4 bagian; dalam 10 bagian etanol (95

%) P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut

dalam eter P.

Page 16: Tablet Konvensional Ani

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan : Antihistamin

Farmakologi : Farmakokinetik;

- Pemberian antihistamin H1 secara oral bisa

diabsorpsi dengan baik dan mencapai konsentrasi

puncak plasma rata-rata dalam 2 jam. Ikatan

dengan protein plasma berkisar antara 78-

99%.Sebagian besar antihistamin H1

dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-

function oxygenase system.Konsentrasi plasma

yang relative rendah setelah pemberian dosis

tunggal menunjukkan kemungkinan terjadi efek

lintas pertama oleh hati.

- Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi.

Klorfeniramin memiliki waktu paruh cukup

panjang sekitar 24 jam, sedang akrivastin hanya 2

jam. Waktu paruh metabolit aktif juga sangat

berbeda jauh dengan obat induknya, seperti

astemizole 1,1 hari sementara metabolit aktifnya,

N-desmethylastemizole, memiliki waktu paruh 9,5

hari. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa

efek antihistamin H1 ratarata masih eksis meski

kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi

lagi.Waktu paruh beberapa antihistamin H1

menjadi lebih pendek pada anak dan jadi lebih

panjang pada orang tua, pasien disfungsi hati,

danm pasien yang menerima ketokonazol,

eritromisin, atau penghambat microsomal

oxygenase lainnya.

Page 17: Tablet Konvensional Ani

Farmakodinamik; secara umum yaitu antagonisme

Histamin H1 yang mempengaruhi otot polos

terutama bronkus, permeabilitas kapiler yaitu untuk

mengurangi udem, untuk reaksi anafilaksis dan

alergi, pada kelenjar eksokrin AH1 mempengaruhi

sekresi saliva dan eksokrin lain akibat histamine,

pada susunan saraf pusat dapat merangsang atau

menghambat SSP umumnya terjadi kantuk atau

sedasi pada pemakaian AH1, antikolinergik nemun

tidak memadai untuk dosis terapeutik,

Efek samping : Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif,

gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran

miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini

menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat

memperburuk asma bronkial, retensi urin,

glaukoma. Klorfeniramin memiliki interaksi

dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti

kolinergik

Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk

urtikaria

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap klorfeniramin maleat atau

komponen lain dalam formulasi; glukoma sudut

sempit;gejala hipertrofi prostat; sewaktu terjadi

serangan asma akut; ulkus peptik; obstruksi

pyloroduodenal. Hindari penggunaan pada bayi

prematur atau baru lahir karena kemungkinan

mengalami SIDS.

Stabilitas : Simpan pada suhu kamar, antara 15 -30°C. Tutup

wadah rapat-rapat setelah digunakan.Buang obat

jika sudah melampaui waktu kadaluwarsa.

Page 18: Tablet Konvensional Ani

Dosis : Dewasa dan remaja : Dosis oral : Dosis yang

disarankan adalah 4 mg tiap 4-6 jam, hingga 24

mg/hari.

Usia lajut : Mulai dengan dosis serendah mungkin.

Pasien usila lebih sensitif terhadap efek

antikolinergik.

Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan

adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr.

Anak-anak 6-12 tahun: Dosis yang disarankan

adalah 2 mg setiap 4-6 jam, hingga 12 mg/hr.

4. Avicel (Rowe. 2009: 129)

Nama Resmi : MICROCRYSTALLINE CELLULOSE

Nama Lain : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel;

hellulosum microcristallinum; Celphere; Ceolus

KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel;

Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel;

Tabulose; Vivapur.

Rumus Molekul : (C6H10O5)n

Rumus Struktur :

Berat Molekul : ≈3600

Pemerian : Berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk

krisatal, higroskopik.

Page 19: Tablet Konvensional Ani

Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% w/v NaOH solute, praktis

tidak larut dalam air, asam lemah, dan beberapa

pelarut organic

Range : Penghancur (5-15%)

Pengikat (20-90%)

Pengisi (20-90%)

Stabilitas : Material higroskopik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat yang

kering.

Inkompatibilitas : Inkom dengan agen oksidator kuat

Kegunaan : Zat penghancur

5. Talk (Rowe. 2009: 728-729)

Nama Resmi : TALCUM

Nama Lain : Altalc, E553b, hydrous magnesium calcium

silicate, hydrous magnesium silicate,imperial,

magnesium hydrogen metasilicate, Magsil

Osmanthus, magsil star, powdered talc, p purtalc,

soapstone, steatite, superior, talc.

Nama Kimia : Talc [14807-96-6]

Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH4

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 667

Page 20: Tablet Konvensional Ani

Pemerian : Putih hingga putih keabu-abuan, tidak berbau,

serbuk kristal, mudah melekat pada kulit dan bebas

butiran

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam lemah dan alkalis,

pelarut organic dan air

Range : Pelincir (1,0-10,0%)

Stabilitas : Talk merupakan materil stabil dan bias disterilkan

pada suhu 160℃ tidak kurang dari 1 jam

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat kering

Inkompatibilitas : Inkom dengan campuran amoniak

Kegunaan : Zat pelincir tabelet

6. Laktosa Monohidrat (Rowe. 2009: 364-366)

Nama Resmi : LACTOSUM

Nama Lain : CapsuLac, GranuLac, Lactochem, lactosum

monohydricum, Monohydrate, Pharmatose,

PrismaLac, SacheLac, SorboLac, SpheroLac,

Super Tab 30GR, Tablettose.

Nama Kimia : O-β-D-Galactopyranosyl-(14)-α-D-

glucopyranosemonohydrate [5989-81-1]

Rumus Molekul : C12H22O11.H2O

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 360,31

Pemerian : Dalam bentuk padat, laktosa terlihat memiliki

variasi bentuk isomeric, tergantung pada

kristalisasi dan kondisi pengeringan. Laktosa

berwarna putih atau tidak berwarna dalam bentuk

Page 21: Tablet Konvensional Ani

kristalnya maupun serbuk. Tidak berbau, rasa

manis.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan

eter. Larut dalam air dan semakin meningkat

kelarutannya dengan pemanasan

Range : -

Stabilitas : Jamur tumbuh saat kelembapan tinggi. Laktosa

berubah menjadi kecoklatanpada penyimpana,

adanya reaksi yang dipercepat dengan pemanasan,

kondisi basah.Kemurnian dari laktosa yang

berbeda dapat berubah-ubah dan penting untuk

dilakukan evaluasi warna, terutama jika tablet

sedang diformulasi.Stabilitas warna dari berbagai

jenis laktosa juga berbeda.

Penyimpanan : Simpan pada wadah yang tertutup baik, dingin dan

tempat yang kering.

Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi (Maillard-type) seperti terjadi

antara laktosa dan senyawa amina primer menjadi

produk yang berwarna coklat atau kuning. Interaksi

Maillard juga terjadi antara laktosa dan amina

sekunder.Laktosa juga inkompatibel dengan asam

amino, amfetamin, dan lisinopril.

Kegunaan : Zat pengisi tablet.

7. Povidone (Rowe. 2009: 611)

Nama resmi : POVIDONE

Nama lain : Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1-

pyrrolidinyl)ethylene]; dan polyvidone;

polyvinylpyrrolidone; serta PVP.

Nama kimia : 1-vinyl-2-pyrrolidinonepolymer.

Rumus molekul : (C6H9NO)n

Page 22: Tablet Konvensional Ani

Rumus struktur :

Berat molekul : 2500-3.000.000

Pemierian : Serbuk berwarna putih, krem-putih, tidak berbau

atau hamper tidak berbau, higroskopik.

Kelarutan : Larut dalam asam bebas, kloroform, etanol (95 %),

keton, methanol, dan air, praktis tidak larut dalam

eter, hidrokarbon dan minyak mineral.

Range : Pengikat (0,5-5 %)

Stabilitas : Stabil pada paparan panas sekitar 110-130oC, dapat

disimpan di tempat biasa tanpa mengalami

dekomposisi atau degradasi

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara dan di tempat

yang sejuk dan kering

Inkompabilitas : Kompatibel dalam larutan dengan berbagai gram

organik, resin alami, dan sintesis dan bahan kimia

lainnya. Senyawa ini membentuk molekul dalam

larutan sulfathiazole, natrium salisilat, asam

salisilat, fenobarbital, tannin, dan senyawa lainnya.

Kemanjuran beberapa pengawet misalnya

thimerosal, mungkin akan terpengaruh dengan

pembentukan kompleks dengan povidone.

Kegunaan : Sebagai zat pengikat

Page 23: Tablet Konvensional Ani

VII. Perhitungan Bahan

1. Pertablet

a. FenilpropanolaminHCl = 30 mg

b. Asetaminofen = 500 mg

c. CTM = 8 mg

d. Povidone = 2

100×600 = 12 mg

e. Avicel = 5

100×600 = 30 mg

f. Talk = 1

100×600 = 6 mg

g. Laktosa monohidrat = 600 – (500 + 8 + 12 + 30 + 6) = 14 mg

2. Perbatch

a. Fenilpropanolamin HCl = 30 mg × 100 = 3000 mg = 3 g

b. Asetaminofen = 500 mg × 100 = 50.000 mg = 50 g

c. CTM = 8 mg× 100 = 800 mg = 0,8 g

d. Povidone = 12 mg × 100 = 1200 mg = 1,2 g

e. Avicel = 30 mg × 100 = 3000 mg = 3 g

f. Talk = 6 mg × 100 = 600 mg = 0,6 g

g. Laktosa monohidrat = 14 mg × 100 = 1400 mg = 1,4 g

Page 24: Tablet Konvensional Ani

VIII. Cara Kerja

Metode pembuatanFenilpropanolaminofen® Tabletini adalah

dengan cetak langsung. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang zat aktif (fenilpropanolamin 3 g, paracetamol 50 g, dan

CTM 0,8 g) serta zat tambahan (povidon 1,2 g, avicel 3 g, talk 0,6 g,

dan laktosa monohidrat 1,4 g)

3. Digerus zat aktif pada lumping

4. Ditambahkan povidon, avicel, dan laktosa monohidrat, kemudian

digerus homogen

5. Ditambahkan zat pelincir dan pelicin (talk) pada mesin cetakan

6. Dikempa tablet pada mesin pencetak tablet.

7. Dibersihkan tablet yang telah jadi,

8. Dimasukkan ke dalam wadah botol gelap

9. Diberi etiket, dan

10. Dimasukkan botol ke dalam wadah obat dan dimasukkan brosur obat.

Page 25: Tablet Konvensional Ani
Page 26: Tablet Konvensional Ani

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. 2008. PengantarbBentuk Sediaan Farmasi, Jakarta: UIP

Agoes, Goeswin. 2008,Pengembangan Sediaan Farmasi, Bandung: Penerbit ITB.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: FK-UI.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: FK-UI.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB.

Lachman, Leon,dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI- Pres.

Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.

Sukandar, Elin Yulinah,dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI

Penerbitan.

Sweetman, Sean C.2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Yohana, Anis Chaerunnisa, dkk. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya.

Page 27: Tablet Konvensional Ani

c

RAMIDIPINE®Tablet FENILPROPANOLAMINOFE

N®TabletKomposisi : Tiap Fenilpropanolaminofen®Tablet mengandung Fenilpropanolamin HCl 30 mg, paracetamol 500 mg dan CTM 8 mg.

Farmakologi : Fenilpopanolaminofen HCl merupakan senyawa adrenomimetik, merupakan simpatomimetik amin yang mempunyai aktivitasvasopresor sedikit lebih besar disbanding efedrin dengan efek rangsangan susunan syaraf pusatdan toksisitas lebih rendah. Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung dan mengurangi aliran darah pada daerah yang bengkak, karenanya dapat digunakan sebagai dekongestan hidung.

Indikasi : Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk.

Kontraindikasi : Penderita dengan gangguan jantung dan DM,

Diproduksi Oleh:PT KHANZA

FARMAMakassar -

SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK, TERLINDUNG CAHAYA SERTA

JAUHKAN DARI ANAK-ANAK

Harus dengan resep dokter

Page 28: Tablet Konvensional Ani

Diproduksi oleh:PT KHANZA

FARMA

Komposisi per tablet @ 600 mgFenilpropanolamin…….30 mgAsetaminofen…………..500 mgCTM……………………….8 mg

Indikasi :Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk

Fenilpropanolaminofen ®Tablet

Diproduksi oleh:PT KHANZA

FARMA

Aturan pakai : 3 x sehari

Penyimpanan : Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya

Fenilpropanolaminofen ®Tablet

Netto: 100 tablet

No. Reg :DTL1399900110A1No. Batch : 03150001

Fenilpropanolaminofe

n®Tablet

Netto: 100 Tablet

PT KHANZA FARMA

MAKASSAR-INDONESIA

Komposisi per tablet @600 mg

Fenilpropanolamin…….30 mgAsetaminofen…………..500 mgCTM……………………….8 mg

Indikasi :

Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin disertai batuk.

Penyimpanan: Simpan di tempat kering, sejuk, dan terlindung dari cahaya.

Aturan Pakai : LIHAT BROSUR

No. Reg :DTL 1399900110A1