Tabel Model Evaluasi

13
Konteks Evaluasi Masukan Evaluasi Proses Evaluasi Hasil Evaluasi Tujuan Untuk menentukan konteks institusion al, untuk mengidentif ikasi target populasi dan menilai kebutuhan mereka Untuk mengidentif ikasi dan menilai kemampuan system, alternatif program strategi, desain procedural untuk menerapkan strategi. Untuk mengidentif ikasi atau memprediksi , pada proses, cacat dalam desain prosedural atau pada penerapanny a, untuk menyediakan informasi untuk keputusan sebelum diprogamkan , dan untuk merekam dan menilai kegiatan procedural dan aktivitas Untuk mengumpulk an keterangan dan penilaian dari hasil dan untuk menghubung kannya dengan tujuan dan konteks, masukan dan memproses informasi serta untuk menafsirka n manfaat dan kegunaanya

description

Tabel Model Evaluasi

Transcript of Tabel Model Evaluasi

Konteks EvaluasiMasukan EvaluasiProses EvaluasiHasil Evaluasi

TujuanUntuk menentukan konteks institusional, untuk mengidentifikasi target populasi dan menilai kebutuhan merekaUntuk mengidentifikasi dan menilai kemampuan system, alternatif program strategi, desain procedural untuk menerapkan strategi.Untuk mengidentifikasi atau memprediksi, pada proses, cacat dalam desain prosedural atau pada penerapannya, untuk menyediakan informasi untuk keputusan sebelum diprogamkan, dan untuk merekam dan menilai kegiatan procedural dan aktivitas

Untuk mengumpulkan keterangan dan penilaian dari hasil dan untuk menghubungkannya dengan tujuan dan konteks, masukan dan memproses informasi serta untuk menafsirkan manfaat dan kegunaanya

MetodeDengan menggunakan metode seperti system analisis, survey, ulasan dokumen, pendengaran, wawancara, tes diagnosa.

Hubungan pengambilankeputusandalamprosesperubahan

A.Pengertian Goal Free Evaluation Model

Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak diharapkan).

Evaluasi model goal freeevaluation, focus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan. Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost benefit analysis.

Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa, dalam model ini bukan berarti lepas dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen yang ada.Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi Judgement ataupun explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Ciri Ciri EvaluasiBebas Tujuan yaitu :1.Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program2.Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkanfokus evaluasi3.Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan4.Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin5.Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkanMungkin akan lebih baik apabila evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan evaluasi bebas tujuan dikawinkan,karena mereka akan saling mengisi dan melengkapi. Evaluator internal biasanya melakukan evaluasi yang berorientasi pada tujuan,karena ia sulit menghindar atau mau tidak mau ia akan mengetahui tujuan program,akan tidak pantas apabila ia tidak acuh. Menejer progam jelas ingin mengetahui sampai seberapa jauh progam telah dicapai, dan evaluator internal akan dan harus menyediakan informasi untuk menejernya.Di samping itu, perlu diketahui bagaimana orang luar menilai program bukan hanya untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilakukan di semua bagian, pada semua yang telah dihasilkan, secara sengaja atau tidak sengaja. Yang belakangan ini merupakan tugas operatorbebas tujuan yang tidak mengetahui tujuan program. Jadi, evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan evaluasi bebas tujuan dapat bekarja sama dengan baik.

B.Fungsi Goal Free EvaluationScriven dalam Tujuan Evaluasi Model Gratis (1972) menunjukkan bahwa fokus pada program atau tujuan kegiatan ini dapat menjadi tempat awal yang penting untuk teknolog bekerja dalam domain evaluasi . Scriven ( 1972) percaya bahwa " tujuan program tertentu tidak harus diambil sebagai yang diberikan, " tapi diperiksa dan dievaluasi juga ( Guskey , 2000) .

Model Goal -Free berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis model memungkinkan teknolog untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang tidak mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program ( Guskey, 2000). Melalui proses teknik baik terang-terangan dan terselubung , metode ini berusaha untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi proses akurat , dan menentukan pentingnya mereka ke program ( Boulmetis & Dutwin , 2005 ). Sementara model ini berfokus pada hasil tanpa gol , model lain berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias .

Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan.Dalam evaluasi bebas tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.

C . Kekurangan dan Kelebihan Goal Free EvaluationModel evaluasi Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari model bebas tujuan di antaranya adalah:

1.Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci setiap komponen, tetapi hanya menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka (bias).2.Model ini menganggap pengguna sebagai audiens utama. Melalui model ini, Scriven ingin evaluator mengukur kesan yang didapat dari sesuatu program dibandingkan dengan kebutuhan pengguna dan tidak membandingkannya dengan pihak penganjur.3.Pengaruh konsep pada masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang telah dilakukan, seorang penilai bisa melakukan evaluasi.4.Kelebihan lain, dengan munculnya model bebas tujuan yang diajukan oleh scrieven, adalah mendorong pertimbangan setiap kemungkinan pengaruh tidak saja yang direncanakan, tetapi juga dapat diperhatikan sampingan lain yang muncul dari produk.Walaupun demikian, yang diajukan scrieven ternyata juga memiliki kelemahan seperti berikut:

1.Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting, seperti apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan bagimana mengidentifikasipengaruh tersebut.2.Walaupun ide scrieven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang paralel dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scrieven tidak terlalu berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya benar-benar dilaksanakan.3.Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau pada akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.4.Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan evaluasi model ini.5.Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya menekankan pada objek sasaran saja.

Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.

Discrepancy ModelKata discrepancy adalah istilah bahasa inggris, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi kesenjangan. Model yang dikembangkan olehMalcolm Provusini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan didalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen.Dari sebelas model yang disebutkan diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa model yang menunjuk pada langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi, sbagian lain menunjuk pada penekanan atau objek sasaran, dan ada yang sekaligus menunjukkan sasaran dan langkah atau pentahapan. Khusus untuk model yang dikembangkan olehMalcolm Provus, menekankan pada kesenjangan yang sebetulnya merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai.

CSE-UCLA Evaluation modelCSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA. Yang pertama, yaitu CSE, merupakan singkatan dariCenter for the Study Of Evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dariUniversity of Clifornia in Los Angeles. Ciri dri model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, inplementasi, hasil, dan dampak[2]. Fernandes (1984) memberikan penjelasan tentang model tersebut menjadi empat tahap yaitu :1. CSE model : need AssessmentDalam hal ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan pertanyaan yang diajukan :a.Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan program ?b.Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksana program ini ?c.Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini ?2.CSE Model : Program PlanningDalam tahap kedua dari CSE model ini evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah kepada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program PMB dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran teleh disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan.3.CSE model : formatif EvaluationDalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program, karna harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pngembang program.4.CSE model : summative evaluationDalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan danpak dari progaram. Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat ddiketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana yang belum dan penyebabnya.

Model evaluasi Stake (1967), merupakan analisis proses evaluasi yang membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini, meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan pada dua jenis operasi yaitu deskripsi (descriptions) dan pertimbangan (judgments) serta membedakan tiga fase dalam evaluasi program yaitu : Persiapan atau pendahuluan (antecedents) Proses/transaksi (transaction-processes) Keluaran atau hasil (outcomes, output)

Model stake tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut : Descriptions matrix menunjukkan Intents (goal=tujuan) dan observations (effect=akibat) atau yang sebenarnya terjadi. Judgment berhubungan dengan standar (tolak ukur = kriteria)/dan judgment (pertimbangan). Stake menegaskan bahwa ketika kita menimbang-nimbang di dalam menilai suatu program pendidikan, kita tentu melakukan pembandingan relatif (antara satu program dengan standard).

C EVALUASI RESPONSIF Evaluasi menurut stake adalah usaha untuk mendeskripsi program-program dan memberikan judgment kepadanya . Evaluasi responsive adalah sebuah ependekatan untuk evaluas penddikan dan program lainya . Di bandingkan dengan pendekata lainya , evaluasi responsive lebih berorientasi kepada aktivitas , keunikan dan keragaman social dari suatu program . Keistimewaan dari pendekatan ini adalah kemampuan reaksi terhadap isu kunci atau masalah yang di kenal masyarakat di lapangan . Tujuan evaluasi di rancang secara perlahan da terus berkembang selama proses pengumpulan data berlangsung . Evaluasi responsive di tandai leh ciri- ciri penelitian kualitatif naturalistik . Evaluasi responsive percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari pengertian isu terhadap sudut pandang orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dalam program . Data lebih banyak di kumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi daripada tes dan angket . Keberadaan data yang kualitatif ini membuat analisis dan interpretasi data bersifat subyektif. Bentuk laporan evaluasi adalah studi kasus atau gambaran yang diskriptif . Fokus utama evaluasi responsive adalah menunjukan perhatian dan isu peserta . Tujuan kerangka dan focus evauasi responsive muncul dai interaksi dengan unsur, dan pengamatan terhadap interaksi . Kondisi ini mengakibatjkan evaluais berkembang secara progresif. Artinya isu dalam evaluasi responsif berkembang sepanang evaluasi di lakukan , sepanjang data-data di kumpulkan . Kunci dalam evaluasi responsive adalah evaluator harus mau mendengarkan audienya.

Model Evaluasi CIPPTerdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli. Salah satunya adalah model CIPP (context input process product). Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam , model CIPP oleh Stufflebeam 1971 (Ward Mitchell Cates, 1990). Model CIPP melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi Produk.Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :Tipe EvaluasiKonteksInputProsesProduk

Pembuat KeputusanObyektifSolusi strategi desain prosedurImplementasiDihentikanDilanjutkanDimodifikasiProgram Ulang

AkuntabilitasRekaman ObyektifRekaman pilihan strategi desainRekaman proses aktualRekaman pencapaian dan keputusan ulang

1.Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan (1983). Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akanon going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis.2.Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, dan alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.3.Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.4.Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi danjudgement outcomesdalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield, 1986). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evauasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dkembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan sebaginya yang dapat ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.Keempat macam evaluasi tersebut divisualisasikan sebagi berikut :a.Bentuk pendekatan dalam melakukan evaluasi yang sering digunakan yaitu pendekatan eksperimental, pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang berfokus pada keputusan, berorientasi pada pemakai dan pendekatan yang responsif yang berorientasi terhadap target keberhasilan dalam evaluasi.b.Jenis konsep evaluasi diantaranya; yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama program itu berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi konsumen tentang manfaat atau kegunaan program.c.Bentuk kegiatan dalam evaluasi adalah evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek sedangkan eksternal dilakukan evaluator dari luar institusi.Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPPModel evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi.