TA AL WAHIDI
description
Transcript of TA AL WAHIDI
PERENCANAAN SISTEM PENGKONDISIAN
UDARA RUANG PERKANTORAN
TUGAS AKHIR
KONVERSI ENERGI
OLEH
AL WAHIDI
061.02.062
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2007
2
PERENCANAAN SISTEM PENGKONDISIAN
UDARA RUANG PERKANTORAN
Skripsi yang Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian
Sarjana pada Jurusan Teknik Mesin
Oleh
Al Wahidi
NIM 061.02.062
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2007
3
THE PLANNING OF AIR CONDITION SYSTEM
OF OFFICE ROOM
The Script is Arranged to Fulfil the Requirements Test of Bachelor Degree at
Technical Engineering Majors
By
Al Wahidi
NIM 061.02.062
MAJORING MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2007
4
LEMBAR PENGESAHAN
PERENCANAAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
RUANG PERKANTORAN
Disusun Oleh
NAMA : AL WAHIDI
NIM : 061.02.062
TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PRASYARAT
KURIKULUM SARJANA STRATA SATU (S-1)
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 5 Februari 2007 Jakarta, 29 Maret 2007
Disetujui oleh Disetujui oleh
Ir. Bambang Sunardi Ir. Senoadi, M.T.
Dosen Pembimbing Ketua Jurusan Teknik Mesin
5
ABSTRAK
Akan direncanakan sistem Air conditioning ruang perkantoran yang berada
di Jakarta. Perencanaan dimulai dari awal dengan data-data ruangan terbatas.
Beberapa asumsi digunakan dengan dasar-dasar yang cukup kuat. Langkah-
langkah perencanaan terdiri dari pengumpulan data-data ruangan dan perumusan
target perencanaan, penghitungan cooling load, analisa psikrometrik dan
pemilihan sistem serta perlengkapannya. Pengumpulan data dilakukan dari
gambar-gambar arsitek dan survey lokasi, penghitungan cooling load
menggunakan metode TETD, analisa psikrometrik menggunakan diagram
psikrometrik. Pemilihan sistem dan perlengkapannya meliputi mesin pendingin,
air handling unit, dan ducting dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dan
disesuaikan dengan target perencanaan. Semua proses diatas disusun laporannya
serta dilengkapi dengan landasan teori yang digunakan. Laporan juga dilengkapi
dengan gambar-gambar instalasi secara umum dan sederhana.
6
ABSTRACT
Will be planned a system of Air Conditioning of office room in Jakarta.
Planning is started from the first with data of space limited. Some assumption is
used in this planning which has a quite strong base. Steps of planning consisted of
data collecting and formulation of planning goals, calculation of cooling load,
analyse psikrometrik and choosing the equipment and the system. Data collecting
are taken from the location and architect pictures. Calculation of cooling load
used TETD method. Analyse psikrometrik used diagram psikrometrik. The
equipment and the system are consisted of cooler machine, air handling unit, and
ducting which done based on the result of calculation and adapted to the planning
goals. All the process is arranged into a report which provide with theory that
used. The report is provided with the installation pictures in general and
modestly.
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT, karena hanya
dengan Rahmat serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
Walaupun pada awalnya berjalan diantara keraguan dan kebimbangan, penulis
pun akhirnya percaya dan yakin dapat menyelesailan tugas ini dengan menyusun
dikit demi sedikit, bab per bab, dan berusaha semaksimal mungkin.
Tugas Akhir ini berisi pembahasan mengenai perencanaan sistem air
conditioning di ruangan perkantoran. Perencanaan disini meliputi perhitungan
beban pendinginan dan pemilihan sistem dan perlengkapan yang sesuai dengan
ruangan tersebut. Dalam buku laporan ini, juga dilengkapi dengan landasan teori
yang digunakan penulis serta lampiran-lampiran yang berguna sebagai data
penunjang dalam perencanaan.
Penyelesaian Tugas Akhir ini sangat bergantung pada orang-orang
disekitar penulis, fasilitas-fasilitas yang terdapat di kampus dan tentu yang paling
penting atas rahmat dan izin dari Allah SWT. Oleh sebab itu, disini penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu terutama sekali kepada:
1. Bapak Ir. Bambang Sunardi sebagai pembimbing Tugas Akhir, yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, pemikiran
teknis, ide dan dorongan, serta semua pengetahuannya, yang
8
memungkinkan penulis dapat merealisasikan menjadi hasil nyata berupa
Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Senoadi, MT. selaku ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas
Trisakti.
3. Kedua orang tua (Bapak Watasirin, Sh. dan Ibu Winariah) yang telah
menyekolahkan anaknya di Universitas Trisakti bidang Ilmu Teknik
Mesin, dan yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, doa, dan
yang telah sabar menyediakan waktu dan perhatian ketika penulis
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Kakak dan adik-adik saya, serta saudara-saudara saya, yang telah
memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan yang telah sabar
menyediakan waktu dan perhatian ketika penulis menyusun Tugas Akhir
ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa lainnya baik kakak kelas maupun adik kelas yang
telah membantu serta memberikan saran dan kritik, terutama kepada
mahasiswa satu angkatan karena telah memberikan dukungan dan
melewati tahun-tahun bersama dengan penuh suka dan duka sejak pertama
kuliah di Jurusan Teknik Mesin ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknik
Jakarta, Januari 2007 Al
Wahidi
9
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Balakang Masalah 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Metodologi dan Sistematika Perencanaan 2
BAB 2
LANDASAN TEORI 4
2.1 Prinsip Dasar Refrigeration 4
2.2 Komponen-komponen Mesin Pendingin 7
2.2.1 Kompresor 7
2.2.2 Kondensor 8
2.2.3 Eavorator 9
2.2.4 Katup ekpansi 10
2.3 Macam-macam Sistem Pengkondisian Udara 11
2.4 Cara Menentukan Beban Pendinginan (Cooling Load) 15
10
2.5 Metode TETD 17
2.6 Perencanaan Saluran Udara 19
2.6.1 Metode Perencanaan Saluran Udara 19
2.6.2 Prosedur Perencanaan Saluran Udara 20
BAB 3
METODOLOGI PERANCANGAN 21
3.1 Deskripsi Tugas 21
3.2 Target Perencanaan 21
3.3 Deskripsi Ruangan 22
BAB 4
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 24
4.1 Kondisi Udara Perencanaan 24
4.1.1 Kondisi Udara Luar 24
4.1.2 Kondisi Udara Ruangan 24
4.2 Perhitungan Beban (Heat Gain) 25
4.2.1 Perhitungan Beban Luar (External Heat Gain) 25
4.2.1.1 Perhitungan Beban Melewati Atap 25
4.2.1.2 Perhitungan Beban Melewati Jendela 26
4.2.1.3 Perhitungan Beban Melewati Dinding 29
4.2.2 Perhitungan Beban Ruangan (Internal Heat Gain) 31
4.2.2.1 Perhitungan Beban dari Manusia 31
4.2.2.2 Penerangan 32
4.2.2.3 Ventilasi 32
4.2.2.4 Infiltrasi 33
4.2.2.5 Peralatan 33
4.3 Ringkasan dan Pembahasan Hasil Perhitungan 34
4.4 Perhitungan Udara Suplai 36
4.5 Perhitungan Udara Balik (Return Air) 38
4.6 Perhitungan Saluran Udara Suplai 38
11
4.7 Penurunan Tekanan pada Sistem Saluran Udara 42
4.8 Perhitungan Daya Kipas 43
4.9 Perhitungan Daya Motor 44
BAB 5
SIMPULAN 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Susunan material pada atap 25
Tabel 4.2 Heat gain yang melewati atap (roof) 26
Tabel 4.3 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian selatan 27
Tabel 4.4 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian utara 27
Tabel 4.5 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian timur 28
Tabel 4.6 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian barat 28
Tabel 4.7 Heat gain yang melewati dinding bagian selatan 29
Tabel 4.8 Heat gain yang melewati dinding bagian utara 30
Tabel 4.9 Heat gain yang melewati dinding bagian barat 30
Tabel 4.10 Heat gain yang melewati dinding bagian timur 31
Tabel 4.11 Peralatan dalam ruang perkantoran 34
Tabel 4.12 Beban maksimum pada ruang perkantoran 34
Tabel 4.13 Heat gain berdasarkan tiap komponen 35
Tabel 4.14 Heat gain berdasarkan jenis komponen 36
Tabel 4.15 Udara suplai tiap ruangan 37
Tabel 4.16 Ukuran saluran udara pada ruang perkantoran 39
Tabel 4.17 Ukuran saluran udara pada ruang perkantoran 40
Tabel 4.18 Pressure drop pada saluran udara 42
Tabel 4.19 Pressure drop pada sistem saluran udara 43
13
DAFTAR GAMBAR
BAB 2 Hal
Gambar 2-1 : Simple cooling system 6
Gambar 2-2 : Mechanical Refrigeration System 6
Gambar 2-3 : Typical 8-Cylinder Compresor 7
Gambar 2-4 : Hermatic Compresor 8
Gambar 2-5 : Double Tube Condensor 9
Gambar 2-6 : Shell-and-Tube Condensor 9
Gambar 2-7 : Direct Expansion Shell and Tube Evaporator 10
Gambar 2-8 : Large Selenoid Valve 10
Gambar 2-9 : Small Selenoid Valve 10
Gambar 2-10 : Typical Valves used in Refrigeration System 11
Gambar 2-11 : Skema CV All-Air System 12
Gambar 2-12 : Skema VAV All-Air System 12
Gambar 2-13 : Air and Water Induction Unit 13
Gambar 2-14 : Fan Coil Unit 14
Gambar 2-15 : Unitary Air Conditioner 15
BAB 3
Gambar 3-1 : Sketsa Ruangan 23
BAB 4
Gambar 4.1 : Sketsa Saluran Udara 41
14
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Table for Converting Centrigrade Temperatures to Fahrenheit
LAMPIRAN 2 : Climatic Conditions for Other Countries
LAMPIRAN 3 : Diagram Psyichrometric
LAMPIRAN 4 : Diagram Psyichrometric
LAMPIRAN 5 : Coefficients of Transmission (U) of Solid Masonry walls
LAMPIRAN 6 : Total Equivalent Temperature Differentials for Walls
LAMPIRAN 7 : Heat Transfer Coefficient of Building Materials
LAMPIRAN 8 : Total Equivalent Temperature Differentials for Roofs
LAMPIRAN 9 : Direct Solar and Diffuse Sky Radiation for Single Common
Windows Glass
LAMPIRAN 10 : Heat Gain by Convection and radiation from Single Common
Windows Glass
LAMPIRAN 11 : Shading Coefficients - Single Glass and Insulating Glass
LAMPIRAN 12 : Multiplying Factors for Various Types of Glass
LAMPIRAN 13 : Heat Gain from Occupants of Conditioned Spaces
LAMPIRAN 14 : Outdoor Air Requirements
LAMPIRAN 15 : Infiltration Through Windows
LAMPIRAN 16 : Recommended Maximum Duct Velocities for Low Velocity
System (FVM)
15
LAMPIRAN 17 : Friction Chart for Air
LAMPIRAN 18 : Circular Equivalent of Rectangular Ducts for Equal Friction
LAMPIRAN 19 : Table for Load Estimate Sheet
LAMPIRAN 20 : Loss in 90 Degree Elbows of Rectangular Cross Section
LAMPIRAN 21 : Apparatus Dewpoints
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air conditioning telah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-
hari. Air conditioning kini tidak hanya menjadi bagian dari bangunan publik dan
komersial melainkan telah meluas kebangunan-bangunan residensial. Tujuan dari
air conditioning adalah menjaga kondisi dalam ruangan dan batas kenyamanan
serta kesehatan. Banyak hal yang sangat mempengaruhi dalam mencapai tujuan
tersebut. Oleh sebab itu, untuk dapat mengaplikasikan sistem air conditioning
seseorang harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai teori dasar,
perhitungan-perhitungan, pemilihan, instalasi pemeliharaan sistem. Untuk itu
penulis merasa tertarik untuk mendalami bidang ini dan menjadikan perencanaan
sistem air conditioning sebagai tugas akhir sarjana teknik mesin fakultas
teknologi industri, Universitas Trisakti.
1.2 Tujuan
Tujuan Tugas Akhir perencanaan sistem air conditioning ini adalah untuk
merencanakan sistem air conditioning didalam ruangan pada suatu
gedung/bangunan dengan mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang dimiliki
penulis. Diharapkan hasil perencanaan dapat memberikan sistem air conditioning
17
yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan. Hasil perencanaan disajikan dalam
bentuk laporan ini dan akan dipresentasikan di depan sidang sarjana. Dengan
demikian Tugas Akhir ini dapat dianggap sebagai suatu proyek sesungguhnya
bagi penulis sebagai seorang calon sarjana.
1.3 Ruang Lingkup
Perencanaan sistem air conditioning untuk Tugas Akhir ini dilakukan
terhadap sebuah gedung perkantoran dua tingkat. Ruang lingkup perencanaan
adalah melakukan perhitungan beban pendinginan, memilih sistem air
conditioning dan perencanaan saluran (ducting) udara pada ruangan tersebut.
1.4 Metodologi dan Sistematika Perencanaan
Dalam perencanaan ini digunakan metodologi sebagai berikut:
Pengumpulan data-data untuk perencanaan dengan mengusahakan
kondisinya seperti perencanaan sebenarnya.
Studi pustaka, literatur, standarisasi untuk dasar perencanaan.
Perumusan masalah, seperti mendefinisikan batas-batas ruangan yang akan
di-air conditioning, jenis-jenis dan jumlah beban, kebutuhan dan kondisi
yang ada dan sebagainya.
Perhitungan-perhitungan meliputi heat gain dan cooling load.
Pemilihan sistem dan perlengkapan AC yang ingin digunakan.
Perencanaan dan penentuan perlengkapan AC sesuai dengan sistem yang
dipilih.
18
Sedangkan sistematika penyusunan laporan perencanaannya adalah
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, tujuan, ruang
lingkup dan metodologi serta sistematika perencanaan yang dilakukan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai dasar-dasar teori yang digunakan penulis
sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang akan dibahas dalam
penulisan skripsi.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas permasalahan perencanaan yaitu deskripsi tugas
perencanaan, target perencanaan dan deskripsi ruangan yang akan
dikondisikan.
BAB 4 PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN
Dalam bab ini memuat perhitungan-perhitungan heat gain dan cooling
load ruangan yang akan dikondisikan, perhitungan saluran udara masuk dan
udara balik, penurunan tekanan pada saluran udara,perhitungan daya kipas,
serta perhitungan daya motor.
BAB 5 SIMPULAN
Merupakan bab terakhir dari skripsi ini, bab ini berupa ringkasan hasil
perencanaan atau kesimpulan
19
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Dasar Refrigeration
Refrigeration adalah metode perpindahan panas (method of removing
heat). Ilmu pengetahuan refrigeration berdasarkan bahwa suatu zat cair dapat
diuapkan pada temperatur berapa saja yang diinginkan dengan merubah tekanan
diatasnya.
Air dapat mendidih pada temperatur berapa saja bila tekanan diatasnya
yang berhubungan dengan temperatur didih yang diinginkan bisa dipertahankan.
Zat cair yang mendidih pada temperatur rendah adalah medium yang baik untuk
memindahkan panas.
Dalam sistem refrigerasi, refrigerant harus dialirkan ke evaporator atau
koil pendingin dalam bentuk cair, karena ia hanya bisa menyerap panas hanya
dengan penguapan. Refrigerant akan meninggalkan evaporator dalam bentuk uap,
dan ia harus dicairkan kembali agar bisa digunakan kembali.
Untuk mengembunkan uap refrigerant, panas laten yang harus dilepaskan
oleh refrigerant selama pengembunan harus dipandahkan ke medium yang lain.
Medium yang biasa digunakan adalah air atau udara. Temperatur air atau udara
udara yang digunakan harus lebih rendah daripada temperatur pengembunan dari
refrigerant.
20
Uap refrigerant yang meninggalkan evaporator harus dinaikkan
tekanannya sampai mencapai suatu tekanan, dimana temperatur pengembunan
lebih tinggi dari pada temperatur air atau udara yang tersedia. Setalah tekanan uap
refrigerant dinaikkan cukup tinggi, ia akan mencair didalam kondensor dengan
menggunakan air atau udara yang temperaturnya relatif agak tinggi. Satu-satunya
alasan digunakannya kompresor dan kondensor dalam sistem refrigeration adalah
agar refrigerant dapat dipakai berulang-ulang.
Sistem refrigerasi ditunjukkan pada Gambar 2-1. dimana diagram Mollier
(pressure-enthalpy diagram) ditunjukkan pada Gambar 2-2. Setelah
meninggalkan tabung penampung, refrigerant cair mengalir melalui katup
ekspansi, yang tidak lain adalah katup jarum. Kompresor mempertahankan
perbedaan tekanan refrigerant antara evaporator dan kondensor. Tanpa katup
ekspansi, perbedaan tekanan ini tidak bisa dipertahankan. Katup ekspansi
memisahkan daerah tekanan rendah dan tekanan tinggi dalam sistem. Katup
ekspansi bekerja sebagai alat untuk menurunkan tekanan (pressure reducing
valve) karena tekanan cairan refrigerant turun ketika melewati katup ini.
Cairan yang mengalir melalui evaporator semuanya menguap karena
menyerap panas yang mengalir melalui dinding evaporator. Panas ini berasal dari
udara atau medium lain yang didinginkan. Setelah meninggalkan evaporator, uap
refrigerant mengalir ke kompresor dimana tekanannya dinaikkan sampai suatu
titik dimana ia dapat diembunkan dengan air atau udara yang temperaturnya relatif
agak tinggi.
21
Setelah ditekan oleh kompresor, uap refrigerant mengalir ke kondensor.
Disini dinding dari kondensor didinginkan oleh air atau udara, akibatnya uap
menjadi cair. Panas laten dipindahkan dari uap refrigerant yang sedang
mengembun ke air atau udara melalui dinding kondensor. Dari kondensor,
refrigerant cair mengalir kembali ke receiver dan siklus refrigeration diulang
kembali.
Gambar 2-1 Sistem Refrigerasi
Keterangan :
1-2 : Kompresi Isobaris
2-3 : Kondensasi Isentropis
3-4 : Ekspansi Isobaris
4-1 : Evaporasi Isoentalpi
22
Gambar 2-2 Diagram Mollier
2.2 Komponen-Komponen Mesin Pendingin
Pada umumnya mesin pendingin mempunyai empat komponen utama,
yaitu:
1. Kompresor
2. Kondensor
3. Evaporator
4. Katup ekspansi
2.2.1 Kompresor
Fungsi dari kompresor adalah untuk memindahkan uap refrigerant dari
evaporator ke kondensor. Ketika torak (piston) bergerak kebawah, ia akan
mengisap uap refrigerant dari evaporator kedalam silinder. Ketika torak bergerak
keatas, ia akan menekan uap sampai batas atas dari langkahnya, volume dari uap
23
diperkecil atau dengan kata lain uap dimampatkan. Jelas bahwa kompresor harus
memindahkan uap refrigerant dari evaporator secepatnya ia menguap.
Bila refrigerant menguap lebih cepat dari pada kemampuan dari
kompresor untuk memindahkannya, uap yang terkumpul secara berlebihan akan
menambah tekanan didalam evaporator. Bila ini terjadi, titik didih dari cairan akan
naik. Akibatnya, kemungkinan tidak bisa diperoleh temperatur yang rendah dari
udara atau air yang mengalir melalui evaporator.
Gambar 2-3 Typical 8-Cylinder Compresor
Gambar 2-4 Hermatic Compresor
24
2.2.2 Kondensor
Pada suatu mesin pendingin ruangan, panas dari ruangan diserap oleh
cairan refrigerant yang sedang menguap didalam evaporator. Panas yang diserap
di evaporator ditambah dengan panas yang merupakan kerja dari kompresor harus
dipindahkan atau dibuang. Untuk memindahkan atau membuang panas tersebut
diperlukan suatu alat pembuang panas yang disebut kondensor.
Pada dasarnya ada dua jenis alat pembuang panas, yaitu:
1. Kondensor dengan pendinginan udara (Air cooled condenser)
2. Kondensor dengan pendinginan air (water cooled condenser)
Gambar 2-5 Double Tube Condensor
Gambar 2-6 Shell-and-Tube Condensor
25
2.2.3 Evaporator
Evaporator adalah alat untuk mendidihkan/menguapkan refrigerant
didalam pipa-pipa dan kemudian mendinginkan fluida yang lewat di luar pipa
tersebut. Evaporator yang mendidihkan refrigerant di dalam pipa biasa disebut
evaporator ekspansi langsung (direct ekspansi evaporators). Evaporator ekspansi
langsung yang digunakan untuk pengkondisian udara biasanya disuplai oleh katup
ekspansi yang mengatur aliran cairan sedemikian sehingga uap refrigerant
meninggalkan evaporator dalam keadaan panas lanjut.
Gambar 2-7 Direct Expansion Shell and Tube Evaporator
2.2.4 Katup ekspansi
Katup ekspansi mempunyai dua kegunaan, yaitu: menurunkan tekanan
refrigerant cair dan mengatur aliran refrigerant ke evaporator. Jenis-jenis katup
ekspansi, yaitu: pipa kapiler, katup ekspansi berpengendali-lanjut-panas
(superheat-controlled exspansi valve), katup apung (floating valve), dan katup
ekspansi tekanan konstan (constant-pressure expansion valve).
26
Gambar 2-8. Large Selenoid valve Gambar 2-9. Small Selenoid Valve
Gambar 2-10. Typical Valves used in Refrigerations System
2.3 Macam-Macam Sistem Pengkondisian Udara
Untuk memilih suatu sistem, perencana harus memperhatikan kelebihan
dan kekurangan sistem itu sendiri yang mana disesuaikan dengan kebutuhan.
Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam suatu sistem adalah: performance,
capacity, first cost, operating cost, dll.
27
Pemilihan sistem biasanya secara sendirinya terbatas oleh kebutuhan itu
sendiri. Hal-hal yang membatasi pilihan antara lain: cooling load, zoning
requirements, heating dan ventilation serta arsitektur bangunan.
1. All-air system. Prinsipnya adalah mendinginkan ruangan dengan hanya
menggunakan udara dingin/conditioned yang disalurkan kedalam ruangan.
All air system dapat dibagi atas dua jenis yaitu single duct (cooling dan
heating melalui satu duct) dan dual duct (cooling dan heating dengan duct
terpisah). Untuk single duct dapat dibagi menurut kemampuan pengaturan
pendinginan atas : constant volume (CV) dan variable air volume (VAV),
CV berfungsi untuk mengatur pendinginan yaitu temperatur udara dingin
yang diubah sedangkan pada VAV flow, udara dingin yang diubah.
Kelebihan sistem ini antara lain : lokasi mesin dan perangkat utama
lainnya terpisah dari ruangan yang dikondisikan sehingga memudahkan
pemeliharaan, terdapat banyak sekali pilihan dalam merangkai sistem ini,
dapat memanfaatkan free cooling menggunakan udara luar, pilihan
zooning, fleksibilitas dan kontrol kelembaban yang luas. Kekurangan
sistem ini adalah: memerlukan ruang ducting yang cukup, pada bangunan
bertingkat diperlukan tambahan shaft untuk ducting, perlu bekerja sama
dengan arsitektur untuk mendapatkan tempat untuk mesin.
28
Gambar 2-11 Skema CV All-Air System
Gambar 2-12 Skema VAV All-Air System
2. Air-and-water systems. Sistem ini memperoleh pendinginan dari
menyalurkan udara dingin dan air ke suatu terminal dalam ruangan, udara
sebagai pendingin utama (primary air) dan air sebagai pendingin sekunder
(secondary water). Terminal dalam ruangan dapat berupa: air and water
induction units, fan-coil units, radiant panels. Sistem ini digunakan untuk
bagian eksterior gedung yang tidak terlalu memerlukan kontrol
kelembaban.
29
Gambar 2-13 Air and Water Induction Unit
3. All-water system. System ini menggunakan air sebagai media pendingin
maupun pemanas, udara ruang dapat dipanaskan atau didinginkan dengan
cara konduksi, konveksi, maupun radiasi. Beberapa cara sistem ini adalah:
baseboard radiation, wall, floor, ceiling panels, bare pipe, fan-coil units.
Sistem ini banyak terdapat pada hotel, apartemen, gedung perkantoran.
Gambar 2-14. Fan Coil Unit
30
4. Unitary refrigerant-based systems for air conditioning. Sistem ini
memiliki semua komponen yang diperlukan sebuah air conditioner yang
terintegrasi dalam satu unit lengkap (unitary). Sistem ini diproduksi
massal dengan masing-masing komponen dipilih, dirakit, dites oleh pihak
pabrikan. Sistem ini secara umum dapat diaplikasikan untuk semua
kebutuhan. Kelebihan sistem ini adalah: kontrol individu setiap ruangan
mudah, murah, terserah pemakai, produksi pabrik dengan pilihan
komponen yang kemampuan dan kualitasnya lebih terjamin, tidak
memerlukan ruangan khusus yang besar, siap langsung digunakan, biaya
awal yang murah. Kekurangannya adalah: tidak ada pilihan kemampuan
karena telah tergantung pabrikan pembuat, efisiensi lebih rendah,
pemakaian energi lebih besar dibandingkan unit sentral, ventilasi tetap
tergantung mesin, pemeliharaan unit lebih banyak
Gambar 2-15. Unitary Air Conditioner
31
2.4 Cara Menentukan Beban Pendinginan (Cooling Load)
Dalam air conditioning dikenal beberapa istilah jumlah aliran panas yaitu:
1. Space heat gain. Jumlah aliran panas pada waktu tertentu adalah jumlah
panas yang mengalir masuk dan atau dihasilkan dalam suatu ruangan pada
waktu tertentu tersebut. Heat gain dapat dibedakan berdasarkan cara aliran
panasnya (radiasi matahari melalui permukaan transparan; penerangan dan
peralatan didalam ruangan; konduksi panas melalui dinding dan atap;
konduksi panas melalui partisi, plafon dan lantai; panas yang dihasilkan
penghuni; pertukaran panas akibat ventilasi dan infiltrasi udara luar; dan
lain-lain) dan jenis panasnya (sensible; latent).
2. Space cooling load. Jumlah panas yang harus dikeluarkan dari ruangan
untuk menjaga temperatur dalam ruangan konstan. Total space heat gain
pada waktu tertentu tidak langsung menjadi total space cooling load pada
waktu tersebut. Hal ini dikarenakan panas dari radiasi tidak langsung
menjadi cooling load melainkan diserap oleh permukaan-permukaan dan
objek-objek dalam ruangan dahulu. Setelah mereka menjadi lebih panas
dari udara ruangan, panas baru dilepaskan ke udara ruangan dengan cara
konveksi.
3. Space heat extraction rate. Jumlah panas yang dikeluarkan dari ruangan
akan sama dengan space cooling load apabila temperatur ruangan dijaga
konstan. Biasanya dalam sistem air conditioning perubahan kecil
temperatur ruangan masih diizinkan (temperature swing) sehingga space
heat extraction rate tidak sama dengan space cooling load.
32
4. cooling coil load. Jumlah panas yang harus dikeluarkan oleh cooling coil
yang melayani beberapa ruangan. Akan sama dengan jumlah space
cooling load (jumlah heat extraction rate bila temperatur dijaga konstan)
ruangan-ruangan yang dilayani coil ditambah dengan beban-beban
external.
Teknik perhitungan space cooling load yang diperkenalkan oleh ASHRAE
sampai saat ini ada tiga yaitu :
1. Total equipment temperature differential/time averaging method
(TETD/TA). Konsepnya menggunakan teknik respon faktor untuk
berbagai tipe dinding dan atap untuk menghitung nilai TETD sebagai
fungsi dari sol-air temperature dan temperatur ruangan yang ingin
dipertahankan. Berbagai komponen space heat gain dihitung dengan
TETD yang bersangkutan dan hasilnya ditambahkan dengan elemen
internal heat gain, menghasilkan instantaneous total rate of space heat
gain. Ini diubah menjadi instantaneous cooling load dengan teknik time-
averaging (TA), terhadap komponen radiasi heat gain untuk waktu
tertentu berdasarkan nilai waktu sebelumnya.
2. Transfer function methode (TFM). Konsepnya adalah menggunakan
koefisien conduction transfer function (CTF), sol air temperature dan
temperatur ruangan yang diinginkan dipertahankan untuk menghitung
space heat gain permukaan eksterior non-transparan. Solar heat gain dan
internal load dihitung untuk langsung pada waktu pembebanan. Kemudian
33
digunakan koefisien room transfer function (RTF) untuk
mengkonefersikan heat gain yang mengandung komponen radiasi menjadi
cooling load, dengan menghitung storage effect dan nilai cooling load
pada waktu sebelumnya.
3. CLTD/SCL/CLF Method. Metode ini menggunakan data penghitungan
dengan TFM untuk mendapatkan data cooling load temperature diffrential
(CLTD). Juga dikembangkan reset untuk memperoleh data-data cooling
load factor (CLF) dan solar cooling load (SCL). Dengan metode ini
perhitungan cooling load dapat dilakukan dalam satu langkah perhitungan.
2.5 Metode TETD
Perhitungan heat gain pada ruang perkantoran menggunakan metode
TETD. Secara ringkas cara perhitungan sebagai berikut:
Atap dan dinding (roofs and walls)
q = A x U x TETD
q = heat flow, Btu per hr
A = Area, ft2
U = Over-all heat transfer coefficient
TETD = Total equivalent temperature difference
Partisi, ceilling, dan lantai
q = A x U x TD
TD = (t2 – t1) = Difference in temperature between the bounding surface, F
34
Kaca
q = {A} x {[direct radiation] x [shade factor] + [convection] x [type
factor]}
A =Area, ft2
Manusia (people)
qs = n x sensible heat gain
ql = n x latent heat gain
qs = q sensible
ql = q latent
n = Number of people in space
Penerangan
q = Watt x 3.4 x Allowance factor
Ventilasi dan infiltrasi
qs = 1.08 x Q x (to - ti)
ql = 0.7 x Q x (HRo - HRi)
Q = Air flow rate, cfm
to = Outside air temperatur
ti = Room air temperatur
HRo = Humadity ratio of outside air, grains per lb
HRi = Humadity ratio of room air, grains per lb
35
2.6 Perencanaan Saluran Udara
Perencanaan ducting untuk semua aplikasi harus mempertimbangkan
faktor-faktor berikut, yaitu: ketersediaan ruangan, space air diffusion, tingkat
kebisingan, biaya investasi awal, dll. Hal-hal yang penting bagi sistem saluran
udara adalah mengalirkan udara dengan laju tertentu kelokasi-lokasi yang telah
ditentukan, ekonomis untuk setiap pembiayaan awal, pembiayaan kerja kipas, dan
harga ruang bangunan yang ditempati.
2.6.1 Metode Perencanaan Saluran Udara
Sampai saat ini dikenal tiga metode perancangan saluran udara (ducting),
yaitu:
1. Metode kecepatan (Velocity method)
Metode kecepatan, dalam metode ini terlebih dahulu dipilih/ditentukan
kecepatan di dalam saluran utama dan cabang-cabang, kemudian dihitung
penurunan tekanan pada semua aliran. Kipas dipilih sedemikian rupa
sehingga dapat membangkitkan tekanan yang mencukupi kebutuhan pada
saluran yang penurunan tekanannya terbesar.
2. Metode gesekan sama (Equal friction method)
Di dalam metode gesekan sama (equal friction method), friksi unit
(unit friction) dijaga konstan sepanjang sistem ini. Untuk menentukan
kerugian gesek (friction loss) didalam sistem saluran pipa, friksi unit sama
dengan panjangnya saluran pipa yang sejenisnya bekerja.
3. Metode tekanan total (Static regain method)
36
2.6.2 Prosedur Perencanaan Saluran Udara
Dalam menentukan perencanaan saluran udara terdiri dari beberapa
langkah, yaitu:
1. Mempelajari plan bangunan dan mengatur outlet untuk supply dan return
agar didapat distribusi yang merata. Menyesuaikan jumlah supply air
terhadap heat gains, losses dan kebocoran. Menyesuaikan jumlah supply
air, return air dan exhaust air untuk mendapatkan tekanan ruangan yang
diinginkan.
2. Memilih ukuran outlet dari katalog produk.
3. Sketsa sistem ducting dengan menghubungkan supply dan return dengan
mesin. Tempat yang tersedia biasanya sangat menentukan layout dan
ukuran ducting.
4. Membagi sistem menjadi bagian-bagian dan memberi nomor untuk setiap
bagian. Ducting harus dibagi bila jumlah aliran, ukuran dan bentuk ducting
berubah. Fitting dikelompokkan ke bagian didepannya (sesuai arah aliran).
5. Menentukan ukuran ducting dengan metode yang dipilih. Hitung kerugian
tekanan total dan pilih fan yang sesuai.
6. Menggambarkan sistem secara detail. Bila jalur ducting dan fitting banyak
berubah maka harus dihitung kembali kerugian tekanannya dan memilih
ulang fan yang sesuai.
7. Mengubah ukuran pada bagian-bagian tertentu untuk mengatur
keseimbangan tekanan sistem.
8. Analisa hasil perencanaan terhadap kemungkinan sumber kebisingan
37
BAB 3
METODOLOGI PERANCANGAN
Ruangan yang akan dikondisikan terletak dilantai atas dari gedung
perkantoran berlantai dua. Gedung yang akan dikondisikan berada di kota Jakarta.
Ruangan yang akan dikondisikan berfungsi sebagai ruang perkantoran. Ruangan
ini mulai digunakan (melakukan aktifitas) dari jam 07.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Perhitungan beban panas akan dilakukan pada jam 12.00, 14.00, 16.00 WIB
dengan menggunakan metode TETD.
3.1 Deskripsi Tugas
Dalam perencanaan sistem AC pemberi tugas adalah pemilik bangunan,
dan yang ditugaskan adalah konsultan HVAC. Tugas yang diberikan kepada
HVAC adalah merencanakan sistem AC diruangan perkantoran, dimana fungsi
utama dari ruangan tersebut adalah sebagai tempat bekerja.
3.2 Target Perencanaan
Untuk memulai perencanaan maka perlu diperjelas target yang ingin
dicapai. Target yang utama adalah menyediakan kondisi ruangan yang nyaman
bagi pekerja, sedangkan tantangannya adalah tetap memperoleh kondisi yang
38
nyaman pada keadaan operasi terberat. Oleh sebab itu perlu didefinisikan keadaan
target dan keadaan operasi yang terberat tersebut
3.3 Deskripsi Ruangan
Ruangan yang akan dikondisikan terletak dilantai paling atas dari gedung
perkantoran berlantai dua, dengan bentuk atap adalah roof-attic-ceilling . sketsa
gambar dalam bangunan secara sederhana ruangan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Pembagian kulit bangunan:
Lantai. Berhubungan dengan lantai satu, yang juga dikondisikan
Dinding 1. Dinding ini menghadap ke barat dan berhubungan dengan
udara luar. Dinding ini memiliki 11 jendela
Dinding 2. Dinding ini menghadap ke timur dan berhubungan dengan
udara luar. Dinding ini memiliki 30 jendela
Dinding 3. Dinding ini menghadap ke selatan dan berhubungan dengan
udara luar. Dinding ini memiliki 16 jendela
Dinding 4. Dinding ini menghadap ke utara dan berhubungan dengan
udara luar. Dinding ini memiliki 16 jendela
Atap berbentuk roof-attic ceiling.
39
Gambar 3.1 Skesta ruangan
40
BAB 4
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN
4.1 Kondisi Udara Perencanaan
4.1.1 Kondisi Udara Luar
Suhu bola kering : 32 °C = 89.6 F (Lampiran 2)
Suhu bola basah : 27 °C = 80.6 F
Daily range : 8 °C = 46.4 F
Dari diagram psyichrometric diperoleh :
Kelembapan relatif : 68 % (Lampiran 3)
Rasio kelembapan : 144 grains/pounds
Enthalphy : 44.3 Btu/lb
Volume spesifik : 14.3 ft3/pounds
4.1.2 Kondisi Udara Ruangan
Suhu bola kering : 77 F ( Lampiran 4)
Kelembapan relatif : 50 %
Dari diagram psyichrometric diperoleh :
Suhu bola basah : 64.2 F (Lampiran 2)
Rasio kelembapan : 70 grains/pounds
Enthalpy : 28.5 Btu/lb
Volume spesifik : 13.65 ft3/pounds
41
4.2 Perhitungan Beban (Heat Gain)
Pada bagian ini berisi semua data-data perhitungan beban yang dilakukan
dalam perencanaan Air Conditioning pada ruangan perkantoran. Dari hasil
perhitungan akan diperoleh data-data yang cukup untuk menjadi dasar pemilihan
sistem dan instalasi pada bangunan.
4.2.1 Perhitungan Beban Luar (External heat gain)
4.2.1.1 Perhitungan Beban Melewati Atap
Kontruksi atap (roof) : kombinasi roof-attic-ceiling
Luas penampang : (36 x 10) + (18 x 10) = 540 m2 = 5810.4 ft
2
Susunan material : out side surface resistance-corrugated metal sheet
roofing-wood-air space-asbes cement ¼’- inside surface resistance
Bahan atap (roof) dapat dilihat pada lampiran 7
q = A x U x TETD
Tabel 4.1 Susunan material pada atap
Item Description Resistance
1 Outside surface resistance 0,25
2 Asphalt rooffing roll, 1/C, 1/6,5 0,154
3 Wood, bevel, 1/C, 1/1,23 0,813
4 Air space resistance 1,15
5 Asbes cement 1/4', 1/C, 1/4,76 0,21
6 Inside surface resistance 0,68
Total resistance 3,26
42
3.26
1 =
R
1=U
U = 0.31 F ft hr
Btu 2
TETD (Lampiran 8)
Tabel 4.2 Heat gain yang melewati atap (roof)
Jam
TETD
(F) U
F ft hr
Btu2
Area
(ft2)
q
(Btuh)
12 45,1 0.31 5810,4 81235.2
14 57,6 0,31 5810,4 103750,5
16 58,5 0,31 5810,4 105371,6
4.2.1.2 Perhitungan Beban Melewati Jendela
Jendela 1 :
Orientasi : Selatan
Jumlah : 10 jendela terbuka dan 6 jendela tertutup
Luas penampang : 10 x (0.9 x 0.6) + 6 x (0.9 x 0.9) = 10.26 m2
= 110.4 ft2
Susunan material : single glazing, frame alumunium 1/8 in (3 mm)
( ) ( ) ( ) ( ){ } { }area x factor type convection factor shade radiation direct +=q
43
Direct radiation (Lampiran 9)
Convection (Lampiran 10)
Shade factor (Lampiran 11)
Type factor (Lampiran 12)
Tabel 4.3 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian selatan
jam DR SF C TF (DR x SF)+(C x TF) Area (ft2) q (Btuh)
12 78,9 0,2 14,8 1 30,58 110,4 3376
14 54,3 0,2 18,7 1 29,56 110,4 3263
16 17,8 0,2 17,6 1 21,16 110,4 2336
Jendela 2 :
Orientasi : Utara
Jumlah : 10 jendela terbuka dan 6 jendela tertutup
Luas penampang : 10 x (0.9 x 0.6) + 6 x (0.9 x 0.9) = 10.26 m2
= 110.4 ft2
Susunan material : single glazing, frame alumunium 3 mm (1/8 in)
( ) ( ) ( ) ( ){ } { }area x factor type convection factor shade radiation direct +=q
Tabel 4.4 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian utara
jam DR SF C TF (DR x SF)+(C x TF) Area (ft2) q (Btuh)
12 11,6 0,2 13,2 1 15,52 110,4 1713,4
14 11,4 0,2 17,6 1 19,88 110,4 2194,8
16 10,1 0,2 17,6 1 19,62 110,4 2166
44
Jendela 3 :
Orientasi : Timur
Jumlah : 18 jendela terbuka dan 12 jendela tertutup
Luas penampang : 18 x (0.9 x 0.6) + 12 x (0.9 x 0.9) = 19.44 m2
= 209.17 ft2
Susunan material : single glazing, frame alumunium 3 mm (1/8 in)
( ) ( ) ( ) ( ){ } { }area x factor type convection factor shade radiation direct +=q
Tabel 4.5 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian timur
jam DR SF C TF (DR x SF)+(C x TF) Area (ft2) q (Btuh)
12 17,4 0,2 13,2 1 16,68 209,2 3489
14 16,7 0,2 17,6 1 20,94 209,2 4380
16 13 0,2 17,6 1 20,2 209,2 4225,2
Jendela 4 :
Orientasi : Barat
Jumlah : 7 jendela terbuka dan 4 jendela tertutup
Luas penampang : 7 x (0.9 x 0.6) + 4 x (0.9 x 0.9) = 7.02 m2
= 75.54 ft2
Susunan material : single glazing, frame alumunium 3 mm (1/8 in)
( ) ( ) ( ) ( ){ } { }area x factor type convection factor shade radiation direct +=q
45
Tabel 4.6 Heat gain yang melewati jendela (windows) bagian barat
jam DR SF C TF (DR x SF)+(C x TF) Area (ft2) q (Btuh)
12 17,4 0,2 13,2 1 16,68 75,5 1260
14 114,2 0,2 19,9 1 42,74 75,5 3228,6
16 176,5 0,2 21,1 1 56,4 75,5 4260,5
4.2.1.3 Perhitungan Beban Melewati Dinding
Dinding 1:
Orientasi : Selatan
Luas penampang (A): (32 + 57.6) – (5.4 + 4.86) = 79.34 m2
= 964.096 ft2
Susunan material : plaster-batu bata–plaster
U = 0.35 (Lampiran 5)
Eq TD (Lampiran 6)
q = A x U x TETD
Tabel 4.7 Heat gain yang melewati dinding bagian selatan
Jam
Area
(ft2)
U F ft hr
Btu2
Eq TD
(F)
q
(Btuh)
12 964 0,35 4 1349,7
14 964 0,35 4 1349,7
16 964 0,35 12 4049,2
46
Dinding 2:
Orientasi : Utara
Luas penampang (A) : (32 + 57.6) – (5.4 + 4.86) = 79.34 m2
= 964.096 ft2
Susunan material : plaster-batu bata–plaster
U = 0.35 (Lampiran 5)
Eq TD (Lampiran 6)
q = A x U x TETD
Tabel 4.8 Heat gain yang melewati dinding bagian utara
Jam
Area
(ft2
)
U
F ft hr
Btu2
Eq TD
(F)
q
(Btuh)
12 964 0,35 2 674,9
14 964 0,35 2 674,9
16 964 0,35 4 1349,7
Dinding 3:
Orientasi : Barat
Luas penampang (A) = (115.2) – (3.78 + 3.24 + 0.875) = 107.305 m2
= 1154.60 ft2
Susunan material : plaster-batu bata–plaster
U = 0.35 (Lampiran 5)
Eq TD (Lampiran 6)
q = A x U x TETD
47
Tabel 4.9 Heat gain yang melewati dinding bagian barat
Jam
Area
(ft2)
UF ft hr
Btu2
Eq TD
(F)
q
(Btuh)
12 1154,6 0,35 8 3232,9
14 1154,6 0,35 8 3232,9
16 1154,6 0,35 8 3232,9
Dinding 4:
Orientasi : Timur
Luas penampang (A) = (115.2) – ( 9.72 + 9.72) = 95.76 m2
= 1030.38 ft2
Susunan material : plaster-batu bata–plaster
U = 0.35 (Lampiran 5)
Eq TD (Lampiran 6)
q = A x U x TETD
Tabel 4.10 Heat gain yang melewati dinding bagian timur
Jam
Area
(ft2)
UF ft hr
Btu2
Eq TD
(F)
q
(Btuh)
12 1030,4 0,35 10 3606,3
14 1030,4 0,35 12 4327,6
16 1030,4 0,35 12 4327,6
48
4.2.2 Perhitungan Beban didalam Ruangan (Internal heat gain)
4.2.2.1 Perhitungan Beban dari Manusia
Jumlah (n) : 90 orang
Kegiatan : aktif bekerja (Lampiran 13)
qs = n x sensible heat gain
= 70 x 215
qs = 15050 Btuh
ql = n x latent heat gain
= 70 x 185
ql = 12950 Btuh
4.2.2.2 Penerangan
Lampu penerangan : tipe lampu pijar halogen (fluorescent), pemakaian
tidak penuh, allowance factor = 1.2 untuk fluorescent
q = watt x 3.4 x allowance factor
= 2700 x 3.4 x 1.2
= 11016 Btuh
4.2.2.3 Ventilasi
Ventilasi = 15 cfm per orang (untuk aplikasi perkantoran, beberapa yang
merokok) (Lampiran 14)
Q = n x cfm
= 70 x 15
= 1050 cfm
49
qs = 1.08 x Q x (to-ti)
= 1.08 x 1050 x 12.6
qs = 14288.4 Btuh
ql = 0.7 x Q x (HRo-HRi)
= 0.7 x 1050 x 74
ql = 54390 Btuh
4.2.2.4 Infiltrasi
Infiltrasi untuk jendela terbuka dan jendela tertutup: Air change
methode(ACM) per hour = 2
Crack = (ACM x lebar jendela) + (ACM x panjang jendela)
= (2 x 1.97) + (2 x 2.95)
= 9.84
60
Crack xvelocity Wind =Q
cfm 3.77 =
60
9.84x 23 =
Wind velocity (Lampiran 15)
Maka infiltrasi untuk jendela terbuka adalah sebagai berikut:
qs = 1.08 x Q x (to-ti) x n
= 1.08 x 3.77 x 12.6 x 45
qs = 2308.5 Btuh
ql = 0.7 x Q x (HRo-HRi) x n
= 0.7 x 3.77 x 74 x 45
ql = 8787.87 Btuh
50
4.2.2.5 Peralatan
Dalam ruang perkantoran yang berada di lantai 2, terdapat peralatan
berupa:
24 buah komputer dengan daya input 550 watt
10 buah printer dengan daya input 350 watt
2 buah player/cassete recorder dengan daya input 60 watt
1 buah proyektor dengan daya input 550 watt
Tabel 4.11 Peralatan dalam ruang perkantoran
N
Jenis
daya input
(W)
qs
watt
qs
Btu/h
24 komputer 550 13200 45012
10 printer 350 3500 11935
2 casete recorder 60 120 409,2
1 proyektor 550 550 1875,5
total peralatan 59231,7
4.3 Ringkasan dan Pembahasan Hasil Perhitungan
Semua data-data hasil perhitungan space heat gain dan space cooling load
dirangkum dalam satu tabel Load Estimate Sheet (Lampiran 19). Dari data-data
tersebut terlihat cooling load terbesar terjadi pada jam-jam dimana penggunaan
ruangan maksimal. Dapat dilihat pula beban terbesar dari jam-jam pemakaian
51
penuh tersebut adalah saat beban eksternal terbesar terjadi. Berikut adalah hasil
daftar jam-jam saat beban maksimum terjadi:
Tabel 4.12 Beban maksimum pada ruang perkantoran
waktu Total sensible cooling load Total sensible + laten cooling load
12 187544 209282
14 213909 235646
16 218825 240563
Dapat dikatakan bahwa beban maksimum terjadi pada pukul 16.00 WIB
atau pukul 04.00 sore dengan Total Sensible Cooling Load adalah sebesar 218825
Btuh atau 18.24 Tons dan Total Sensible and Latent cooling load adalah sebesar
240563 Btuh atau 20.04 Tons. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan porsi
yang diberikan oleh komponen-komponen heat gain terhadap cooling load pada
pukul 16.00 WIB.
52
Tabel 4.13 Heat gain berdasarkan tiap komponen
Heat gains component Total cooling load Percentage
Exteri r wall (S) 4049,2 1,68
Exterior wall (N) 1349,7 0,56
Exterior wall (W) 3232,9 1,3
Exterior wall (E) 4327,6 1,8
Roof 105371,6 44
Exterior glass (S) 2336 1
Exterior glass (N) 2166 0,9
Exterior glass (W) 4260,5 1,8
Exterior glass (E) 4225,2 1,8
People 28000 12
Electric lights 11016 4,6
Peralatan 59131,7 25
Infiltrasi jendela terbuka 11096,4 4,6
Total 240563 100
53
Tabel 4.14 Heat gain berdasarkan jenis komponen
Heat gains component Total cooling load Percentage
Walls 12959,4 5,4
Roof 105371,6 44
Windows 12988 5,4
People 28000 12
Electric lights 11016 4,6
Peralatan 59131,7 25
Infiltrasi 11096,4 4,6
Total 240563 100
4.4 Perhitungan Udara Suplai
Udara suplai adalah jumlah udara yang melewati koil mesin pendingin
dimana termasuk didalamnya udara ventilasi dan udara balik. Perhitungan udara
suplai harus dilakukan dalam perencanaan sistem penyegaran udara sesuai dengan
beban pendinginan yang terjadi. Udara suplai dapat diketahui dengan
menggunakan perhitungan dibawah ini.
xTD08.1
q=Q
s
qs = sensible heat, Btuh
TD = Perbandingan temperatur ruangan dengan temperatur udara suplai, F
Q = Udara suplai, cfm
54
Tabel 4.15 Udara suplai tiap ruangan
Ruangan
Udara suplai
(cfm)
Presiden direktur 330
Sekretaris 325
Direktur 325
Pantry 120
General affairs 560
Procurement 500
Internal audit 180
Medical/special gasses 658
Gas aplication 580
Marketing 670
On-site 605
Eng/prod./distrib. 1490
Meeting room 540
Kamar mandi 347
Lobby 800
Jalan 1170
Total 9200
55
4.5 Perhitungan Udara Balik (Return Air)
Udara balik adalah udara suplai dikurangi udara ventilasi
Diketahui:
Udara suplai = 9200 cfm
Udara ventilasi = 1050 cfm
Dengan data-data diatas maka akan didapat udara balik sebagai berikut:
Udara balik = udara suplai – udara ventilasi
= 9200 – 1050
Udara balik = 8150 cfm
4.6 Perhitungan Saluran Udara Suplai
Akan dirancanang saluran udara seperti pada Gambar 4-1. Luas ruangan
perkantoran adalah 540 m2. Direncanakan akan dipasang 29 buah diffuser.
Dengan data-data sebagai berikut:
Jumlah udara suplai = 9200 cfm
Kecepatan udara suplai = 2000 fpm (Lampiran 16)
Kerugian gesek = 0.16 inch per 100 ft (Lampiran 17)
Diameter saluran utama = 28.7 inch
Lebar saluran utama = 40 inch (Lampiran 18)
Tinggi saluran utama = 18 inch (Lampiran 18)
Dengan metode yang sama yaitu dengan menggunakan metode gesekan sama
(equal friction method) maka akan didapat saluran-saluran udara yang lainnya
pada ruangan perkantoran tersebut. Ukuran saluran-saluran tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
56
Tabel 4.16 Ukuran saluran udara pada ruang perkantoran
sesi
Udara suplai
(cfm)
Diameter duct
(inch)
Lebar
(inch)
Tinggi
(inch)
A-B 9200 28,7 40 18
B-C 3190 20 20 17
C-D 120 6 6 6
C-E 360 8,8 8 8
E-F 180 6,7 6 6
E-G’-G 180 6,7 6 6
C-H 2710 18,3 18 16
H-I 325 8,3 8 7
H-J 180 6,7 6 6
H-K 2205 17 16 15
K-L 670 11 10 10
K-M 1535 15 14 14
M-N 320 8,3 9 7
M-O 1215 14 14 12
0-P 325 8,3 8 7
O-Q 890 12,2 14 9
Q-R 390 8,9 8 8
Q-S 500 9,8 9 9
S-T 330 8,4 9 7
S-U 170 6,7 6 6
B-V 6010 25,1 30 18
V-W 1058 13 12 12
W-X 240 7,5 8 6
W-Y 818 11,8 12 10
Y-Z 478 9,6 11 7
Y-1’-1 340 8,6 9 6
57
Tabel 4.17 Ukuran saluran udara pada ruang perkantoran
Sesi
Udara suplai
(cfm)
Diameter pipa
(inch)
Lebar
(inch)
Tinggi
(inch)
V-2 4925 23,8 30 16
2-3 310 8,3 8 7
2-4 4642 23 28 16
4-5 800 11,7 12 10
4-6 360 8,8 8 8
4-7 3482 20,3 22 16
7-8 170 6,7 6 6
7-9 180 6,7 6 6
7-10 3132 19,8 22 15
10-11 500 9,8 10 8
10-12 2632 18,1 22 13
12-13 177 6,7 6 6
12-14 425 9,2 10 7
12-15 2030 16,8 20 12
15-16 540 10,1 10 9
15-17 1490 14,7 16 12
17-18 640 10,8 10 10
17-19 850 12 11 11
19-20 400 9 9 9
19-21 450 9,5 10 8
21-21’-22 135 6 6 6
21-23 315 8,3 8 7
23-24 135 6 6 6
23-25 140 6 6 6
58
Gambar 4-1. Sketsa Saluran Udara
59
4.7 Penurunan Tekanan pada Sistem Saluran Udara
Penurunan tekanan (pressure drop) pada saluran udara dihitung
berdasarkan kerugian gesek pada saluran yang mempunyai kerugian gesek
terbesar ditambah kerugian gesek pada evaporator, filter, diffuser serta udara balik
. Berdasarkan perancangan maka saluran udara yang mempunyai kerugian gesek
terbesar terdapat pada saluran udara yang mempunyai jarak paling jauh dari
saluran utama. Pada Gambar 4-1 dapat dilihat saluran udara paling jauh, yaitu
saluran udara dari A-25. Maka total kerugian gesek yang timbul dapat dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini:
Pressure drop pada saluran udara = Unit friction x Equivalent length
Tabel 4.18 Pressure drop pada saluran udara
Sesi
Jenis
Equivalent length
(ft)
Friction loss
ft 100
wg. in
Pressure drop
(in . wg)
A-B Duct 7,3 0.0016 0.01
Elbow 28,7" 28 0.0016 0.05
B-V Duct 18,1 0.0016 0.03
Elbow 23,8" 21,5 0.0016 0.04
V-23 Duct 90,7 0.0016 0.15
Elbow 8,3" 6,4 0.0016 0.01
23-25 Duct 7,4 0.0016 0.01
Total 179.4 0.3
60
Tabel 4.19 Pressure drop pada sistem saluran udara
No. Nama Pressure drop
(in . wg)
1 Pressure drop pada saluran udara 0.3
2 Pressure drop pada coil evaporator 1.2
3 Pressure drop pada filter 0.15
4 Pressure drop pada diffuser 0.05
5 Pressure drop pada udara balik 0.05
Total 1.75
4.8 Perhitungan Daya Kipas
(%) kipas effisiensi x 6.63
)(pound/ft x tekanan(cfm) suplai Udara = kipas Daya
2
Diketahui :
Udara suplai = 9200 cfm
Tekanan = 0.287 in.wg = 20.29 pound/ft2
Effisiensi kipas = 80 %
(%) kipas effisiensi x 6.63
)(pound/ft x tekanan(cfm) suplai Udara = kipas Daya
2
80 x 63.6
20.29 x 9200 =
5088
186668 =
= 3.16 hp
Daya kipas = 3.16 hp
61
4.9 Perhitungan Daya Motor
motor effisiensi
kipas Daya =motor Daya
Diketahui :
Daya kipas = 3.16 hp
Efisiensi motor = 90 %
motor effisiensi
kipas Daya =motor Daya
0.9
3.16 =
= 3.51 hp
Daya motor = 3.51 hp
Motor yang digunakan adalah dengan daya sebesar 5 hp.
62
BAB 5
SIMPULAN
Bab ini akan menguraikan dan membahas secara singkat hasil perencanaan
yang telah dilakukan. Hasil-hasil ini akan dibuat pembahasan berupa kesimpulan
yang terdapat dari perencanaan ini.
Ruangan perkantoran yang berada di lantai dua pada gedung perkantoran
yang berlokasi di Jakarta, dengan fungsi utama sebagai tempat bekerja akan
dikondisikan agar memiliki temperatur ruangan db 77 F (25 C) dan kelembaban
relatif RH 50 % pada kondisi penuh. Perhitungan beban pendinginan yang
terdapat dalam ruangan menggunakan metode TETD. Dari perhitungan beban
menggunakan metode TETD menghasilkan beban pendingin ruangan (room
cooling load) sebesar 240563 Btuh dengan sensible heat ratio (SHR) adalah 91%
dan diperoleh kapasitas cooling load sebesar 25.8 TR.
Direncanakan sistem AC untuk ruangan tersebut adalah all-air system
(sistem udara penuh). Pada perancangan saluran pipa (ducting) direncanakan
dengan menggunakan metode gesekan sama (equal friction method).
63
DAFTAR PUSTAKA
ASHRAE, 1996. Systems and Equipment Handbook (SI), American Society
of Heating Refrigeration and Air-Conditioning Engineers Inc,
Atlanta.
ASHRAE, 1997. Fundamentals Handbook (SI), American Society of
Heating Refrigeration and Air-Conditioning Engineers Inc, Atlanta.
TRANE,1965. Air Conditioning Manual, Trane Company, La Crosse,
Wisconsin.
64
Lampiran 1
65
Lampiran 3
66
Lampiran 4
67
Lampiran 5
68
Lampiran 6
69
Lampiran 7
70
Lampiran 8
71
Lampiran 9
72
Lampiran 10
73
Lampiran 11
74
Lampiran 12
75
Lampiran 13
76
Lampiran 14
77
Lampiran 15
78
Lampiran 16
APPLICATION
CONTROLLING FACTOR
NOISE GENERATION
Main Ducts
CONTROLLING FACTOR- DUCT
FRICTION
Main Ducts Branch Duct
Residences 600 1000 800 600 600
Apartements
Hotel Bedrooms
Hospital Bedrooms
1500
1500 1300 1200 1000
Private Offices
Directors Rooms
Librararies
1200
2000 1500 1600 1200
Theatres
Auditoriums
800 1300 1100 1000 800
General offices
High Class Restaurants
High Class Stores
Banks
1500
2000 1500 1600 1200
Average States
Cafetarias
1800 2000 1500 1600 1200
industrial 2500 3000 1800 2200 1500
79
Lampiran 17
80
Lampiran 18
81
Lampiran 19
No Item Sensible heat gain Laten heat gain
1 Exterior wall (S) 4049,2
2 Exterior wall (N) 1349,7
3 Exterior wall (W) 3232,9
4 Exterior wall (E) 4327,6
5 Roof 105371,6
6 Exterior glass (S) 2336
7 Exterior glass (N) 2166
8 Exterior glass (W) 4260,5
9 Exterior glass (E) 4225,2
10 Total transmision & solar 131318.7
11 Total body heat gains 15050 12950
12 Electric lights 11016
13 Peralatan 59131,7
14 Lain-lain -----
15
16 Total equipment heat
gains 70147,7 ------
17 Jendela tebuka 2308,5 8787,87
18 Jendela tertutup ------ -----
19 Total infiltration heat
gains 2308,5 8787,87
20 Total sensible 218825,375
21 Total latent 21737,87
22 Total heat gains 240563,245
23 Sesible heat ratio 91
82
No Item Sensible heat gain Laten heat gain
1 Total heat gains 240563
2 Ventilation 14288,4 54390
3 Total ventilation 68678,4
4 Total cooling load 309242
5 Tonnage equivalent 25,8
of cooling load
83
Lampiran 20
84
Lampiran 21