SUSUNAN PENGASUH -...

80

Transcript of SUSUNAN PENGASUH -...

Page 1: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:
Page 2: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

i

SUSUNAN PENGASUH:

Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes.

Pimpinan Redaksi:

Kolonel Kes (Purn) Petrus Boli, B.Sc.

Wakil Pimpinan Redaksi: Ns. Nur Fajariyah, S.Kep., M.Kep.

Redaksi Pelaksana:

Kolonel Kes (Purn) Martini, S.Kp., M.Kes. Ns. Harwina Widya Astuti, S.Kep., M.Kep.

Poerwatiningsih, S.Kom.

Mitra Bestari: Drs. Imam Yuwono, MM.

Kolonel Kes drg. Kusmiati, Sp. Pros. Ns. Sri Mulyatiningsih, S.Kep., M.Kep.

Sekretariat:

Ns. Rizqi Nursasmita, S.Kep., M.Kep.

Anggota: Ns. Khaerul Amri, S.Kep.

Hariyati, S.Pd, M.Kes. Poerwatiningsih, S.Kom.

Indriana Prawitasari, AMK. Farrah Anggita

Alamat Redaksi: Jl. Merpati No. 2 Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta 13610

Telp/Fax: (021) 80884040

ISSN: 2089-4597

JURNAL KESEHATAN AKADEMI KEPERAWATAN RSP TNI AU

Diterbitkan Oleh : Akademi Keperawatan RSP TNI AU, Jakarta

Page 3: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

ii

KATA PENGANTAR

Pelayanan kesehatan yang terpadu dan berkualitas semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

Berbagai langkah telah dilakukan oleh pemerintah bersama dengan industri kesehatan.

Namun pelayanan ini dirasakan masih kurang dan perlu perbaikan secara terus menerus.

Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah melakukan

penelitian yang dapat bermanfaat secara langsung bagi pemerintah, industri kesehatan dan

masyarakat. Untuk ini sangat diharapkan peran dari perguruan tinggi, terutama perguruan

tinggi yang bergerak dalam bidang kesehatan. Jurnal kesehatan ini turut berperan dalam

meningkatkan pengetahuan dengan mempublikasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh

para ahli di bidangnya.

Dalam volume ini, pembaca dapat menikmati beberapa tulisan hasil riset dari dosen

perguruan tinggi Akademi Keperawatan RSP TNI AU dan Akademi Keperawatan Yaspen

Jakarta yang membahas tentang Analisis Kepuasan Pasien Unit Rawat Jalan di Rumkitdik

Pusdikkes TNI AD, Perawatan Kaki Diabetes, Efektifitas Pemberian Edukasi Berbasis

Audiovisual tentang ARV Terhadap Kepatuhan Pengobatan Pasien HIV/AIDS di RS TK II

Dustira Cimahi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Deteksi Hipoglikemia

pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Islam Jakarta.

Akhir kata semoga jurnal ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat.

Redaksi

Page 4: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

iii

DAFTAR ISI

Aplikasi Teori keperawtan Adaptasi Roy dan Peace End Of Life (PEOL) Pada Klien Dengan Kanker Serviks

Ety Nurhayati

Hal. 1-11

Penyerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta

Nur Fajariyah dan Siti Aisyah

Hal. 12-53

Asuhan Keperawatan Pada Klien Paska Partum Normal Di Ruang Nuri Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta

Hariyati, Luluk Eka Meylawati,Wahyuni Dwi Rahayu, & Zatul Pudla

Hal. 54-71

Pengaruh Jenis Kelamin, Minat dan Intelegence Quotien (IQ) Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Tingkat II Akper Yatna Yuana

Sarma Eko Natalia Sinaga

Hal. 72-77

Page 5: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

1

APLIKASI TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI ROY DAN PEACE END OF LIFE (PEOL) PADA KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS

Aplication Theory Roy Adaptation and Peace End of Life (PEOL) for Klien with Cervical cancer

Ety Nurhayati(1)

Staff Pengajar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

E-mail: ety [email protected]

Abstrak

Kanker serviks yang paling sering menyerang wanita dan menjadi salah satu penyakit serius di dunia yang mengancam jiwa. Insiden kanker serviks dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun. Karsinoma serviks tumbuh secara lokal dan dapat menyebar ke dalam jaringan uterus dan paraservikal, serta organ panggul. Kanker serviks juga dapat menyebar ke kelenjar getah bening regional, kemudian bermetastasis ke struktur yang lebih jauh. Perempuan yang didiagnosa menderita kanker serviks dan menjalani terapi pengobatan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Selain mempengaruhi kualitas hidup pasien, sifat kronik dari penyakit ini juga mempengaruhi kualitas hidup keluarga. Perempuan dengan masalah ini akan mengalami gangguan pada kualitas hidup seorang perempuan baik secara fisik, psikospiritual, lingkungan maupun sosiokultural. Tujuan dari laporan ini adalah memberikan gambaran tentang pelaksanaan praktik residensi ners spesialis yaitu pengelolaan kasus klien kanker serviks dengan pendekatan studi kasus yang menerapkan teori adaptasi roy dan Peace End of Life (PEOL). Asuhan diberikan untuk mengtasi ketidaknyamanan yang dialami klien baik secara fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultura. Pemilihan konsep teori keperawatan adaptasi roy dengan dielaborasikan dengan teori Peace End of Life (PEOL) dapat saling melengkapi sehingga asuhan dapat diberikan lebih maksimal. Kata Kunci: Kanker Serviks, Adaptasi Roy, Peace End of Life (PEOL)

ABSTRACT

Cervical cancer most often affects women and becomes one of the world's most life-threatening illnesses. The incidence of cervical cancer is reported to increase from year to year. Cervical carcinoma grows locally and can spread into uterine and paracervical tissues, as well as pelvic organs. Cervical cancer can also spread to regional lymph nodes, then metastasize to further structures. Women who are diagnosed with cervical cancer and undergoing treatment therapy are very influential on the quality of life of patients. In addition to affecting the quality of life of patients, the chronic nature of the disease also affects the quality of family life. Women with this problem will experience a disruption to the quality of life of a woman both physically, psychospiritually, environmentally and sociocultural. The purpose of this report is to provide an overview of the implementation of residency practice specialist ners case management of cervical cancer clients with case study approaches that apply the theory of adaptation roy and Peace End of Life (PEOL). Care is given to overcome the discomfort experienced by clients both physically, psychospiritually, environmentally and sociocultural. The selection of nursing adaptation theory concepts with elaborated with the theory of Peace End of Life (PEOL) can be complementary so that care can be given more leverage. Keywords: Servical Cancer, Roy Adaption, Peace End of Life (PEOL)

Page 6: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

2

PENDAHULUAN Kanker menjadi salah satu penyakit yang mengancam di Indonesia dengan prevalensi mencapai 1,4 per 1000 penduduk dan menduduki posisi ketujuh sebagai penyakit penyebab kematian (RISKESDAS, 2013). Menurut Kemenkes RI (2015) menyatakan bahwa kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,8‰ (98.692 kasus). Tidak seperti kebanyakan kanker lainnya, kanker serviks terjadi pada awal periode reproduksi kehidupan seorang perempuan. Rata-rata usia penderita kanker serviks 38 tahun (usia 21-67 tahun) dengan Kejadian kanker serviks meningkat pada usia 30-34 tahun dan memuncak pada 55-65 tahun (Singh, Shetty, Naveed, Pawar, Iska, & Alugubelli, 2016). Perubahan fisik yang terjadi pada penderita kanker serviks pada umumnya muncul perdarahan pervaginam yang abnormal. Rata- rata perempuan penderita kanker baru menyadari dirinya menderita kanker serviks setelah mengalami perdarahan pervaginam secara abnormal atau keputihan patologis. Pada tahap akhir kanker serviks menunjukkan adanya gejala nyeri panggul, asites, gangguan pencernaan, perkemihan, obstruksi ureter akibat penyebaran sel kanker ke arah parametrium, dapat menyebabkan uremia yang merupakan penyebab paling umum kematian pada kanker gyekologi sehingga pasien membutuhkan bantuan perawatan agar dapat beradaptasi mencapai kemandirian dalam mengelola kehidupannya secara normal (Aminimoghaddam, Mahmoudzadeh, & Maghsoudnia, 2015; Miller, Waters, Mody, & Tams, 2015; Pandey, Shetty, Sambhaji, Saxena, Mishra, & Chawla ; 2015). Hal ini terjadi karena sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan pemeriksaan dan deteksi dini baik

melalui test paps smear maupun inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) ( Gupta, Sitimani, & Gupta; 2015).

Pengobatan kanker serviks meliputi pembedahan, radiasi dan kemoterapi (Buckman & Whittaker, 2010). Salah satu efek samping yang paling umum dan tidak menyenangkan bagi pasien kemoterapi adalah mual muntah karena hal tersebut dapat menurunkan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan pasien hanya dapat terbaring ditempat tidur. Insiden mual muntah karena efek samping kemoterapi ini mencapai 70-80% kejadian (Lee, Dodd, Dibble & Abrams, 2008). Sumber lain melaporkan bahwa mual muntah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan metabolik, kurang gizi, penurunan imunitas, dan penurunan kemampuan aktivitas diri (Black & Hawks, 2014). Beberapa pasien dilaporkan memilih untuk tidak melanjutkan kemoterapi karena mual muntah yang tidak terkontrol (Hawkins & Grunberg, 2009). Penanganan terhadap mual muntah adalah faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting dalam menangani mual muntah pasien akibat kemoterapi. Dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya, seorang perawat professional akan mampu melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk merawat pasien kanker serta memberikan dukungan fisik maupun psikologis dalam upaya membantu meningkatkan kenyamanan pasien kanker yang mengalami masalah mual muntah. Kenyamanan adalah sebuah tujuan yang sangat diharapkan oleh pasien kanker (Miaskowski, Cleary & Burney, 2005).

Page 7: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

3

Sebagai perawat tindakan yang dilakukan meliputi mencegah, memonitoring, membebaskan ketidaknyamanan fisik, memfasilitasi untuk beristirahat dan relaksasi serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi yang akan menyebabkan ketidaknyamanan pasien, termasuk ketidaknyamanan akibat mual dan muntah. Teori keperawatan yang tepat dan dapat diaplikasikan kepada pasien dengan kanker serviks dalam mengatasi gejala yang muncul dan dampak baik secara fisik maupun psikologis adalah teori adaptasi yang dikemukakan oleh Callista Roy (Roy Adaptation Model) dan ruland and moore : peacefull end of Life. Proses keperawatan menurut Roy ditujukan untuk menolong pasien yang dideskripsikan sebagai suatu sistem dalam mencapai adaptasi dengan menghilangkan atau meminimalkan stimulus internal dan eksternal yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada bio-psikoemosional pasien. Model ini memungkinkan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan sehingga pasien dapat belajar beradaptasi dengan cara mempertahankan perilaku yang adaptif dan merubah perilaku yang mal adaptif dalam menghadapi masalah dan kesulitan yang memengaruhi seluruh anggota keluarga, beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan kebutuhan pasien akan terpenuhi dalam berbagai aspek kehidupan (Rosińczuk, Kołtuniuk, Górska, & Uchmanowicz, 2015). Sedangkan untuk Model ini juga melibatkan partisipasi secara aktif dari pasien dalam menyusun rencana keperawatan dan menentukan program perawatan kesehatan yang disesuaikan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai (Schaefer, 1996; Hoffman, 2013). Teori Peacefull End of Life (PEOL) bertujuan menyelesaikan permasalahan kesehatan pasien. PEOL berarti hidup damai diakhir kehidupan. Konsep tersebut meliputi : bebas dari rasa nyeri, merasa nyaman, merasa dihargai dan dihormati, merasa damai, dan

merasakan kedekatan dengan keluarga atau orang lain yang bermakna serta peduli dalam kehidupan pasien (Tomey & Alligood, 2010). Tujuan teori Peacefull End of Life bukan hanya memberikan perawatan yang baik dengan menggunakan alat-alat yang canggih, tetapi lebih berfokus kepada perawatan yang mengutamakan kenyamanan pasien serta memaksimalkan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien. Sehingga diakhir kehidupannya, pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dan menghadapi kematian dengan perasaan damai. Kualitas hidup pada konsep ini didefinisikan sebagai suatu kepuasan yang dapat dilihat melalui sembuhnya gejala dan kepuasan hubungan interpersonal (Ruland & Moore, 2001 di dalam Tomey & Aligood, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks dengan menggunakan pedekatan teori adaptasi roy dan piece end of life. Tujuan umum dari penulisan ilmiah ini adalah melakukan analisis deskriptif tetang pelaksanaan peran dan fungsi perawat maternitas dalam asuhan keperawatan pasien kanker serviks METODE Metode penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah kasus yanng diteliti adalah 5 kasus. Sampel yang diambil adalah anak yang dirawat di ruang rawat infeksi anak RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUP Persahabatan Jakarta pada pasien kanker serviks. Penelitian dilakukan pada bulan April-september 2016. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan catatan perkembangan pasien terintegrasi. Prinsip etik yang digunakan peneliti adalah anonymity, autonomy, beneficiency, non-maleficence. HASIL Kasus 1, Ny. S 52 tahun dengan kanker serviks stadium IIIB, Islam, Lulus SMP, Ibu rumah tangga tidak bekerja, suku jawa, menikah suami wiraswasta. Klien rawat inap di ruang Anggrek lantai III kelas III (ginekologi) sejak 7 September 2016 jam 12.00 WIB. Keluhan

Page 8: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

4

utama klien masuk rumah sakit karena klien mengalami penurunan kondisi fisik dan keluar darah dari kemaluan semakin banyak sejak 1 hari sebelum masuk RS ditampung dalam 8 pampers, lemas, nyeri perut skala 6 hilang timbul di daerah perut bawah. Pasien mengeluh nyeri pada perut setelah menjalani radioterapy internal ketiga. Klien diiagnosa kanker serviks stadium IIIB 6 bulan sebelum masuk rumah sakit setelah sebelumnya megalami perdarahan seperti flek-flek dan mengeluarkan darah seperti menstruasi padahal klien sudah menopause dua tahun yang lalu. Klien mengatakan sebelumnya ia sering mengalami keputihan berwarna putih susu terkadang agak berbau dan gatal. Klien sudah menjalani radioterapi luar sebanyak 25 kali, radioterapi dalam 3 kali, dan kemoterapi cisplatin 6 kali. Sebelum sinar dalam yang ketiga, klien sempat ditransfusi 3 september 2016 sebanyak 2 kantong darah (500ML) karena klien mengalami anemia Hb 7,8 mg%. Kemudian dilakukan radioterapi internal yang ketiga 5 september 2016 dan klien mengalami demam, nafsu makan turun, berat badan menurun mual, nyeri pada abdomen, perdarahan tidak ada dan klien tidak sesak, namun klien mengeluh susah untuk buang air kecil. Nyeri yang dirasakan tidak hilang dengan pemberian asam mefenamat, sehingga klien mengalami gangguan istirahat dan tidur. Kondisi umum: lemah, kesadaran: compos mentis. Hb awal: 6,6 g/dl (21/04/16), hasil TTV TD: 100/80 mmHg, N: 106 x/m, pernapasan: 20 x/m, T: 36,7oC. Pasien mengaku mengalami penurunan nafsu makan, penurunan BB ±10 kg dalam 6 bulan. Kasus 2, Ny. E 51 tahun dengan kanker serviks stadium IIIA masuk ruang Anggrek lantai III kelas III (ginekologi) 6 September 2016 jam 10.00 WIB. Pasien mengeluh keluar darah banyak disertai gumpalan setelah post koitus dan tidak berhenti sampai sekarang. Kondisi umum: lemah, kesadaran: compos mentis, pemeriksaan TTV TD= 140/90 mmHg, N= 82 x/m, S= 36,5oC, RR= 22x/m. Pasien mengeluh nyeri perut dengan skala 6 dan

mengalami gangguan istirahat tidur. Hasil periksa dalam: teraba seperti permukaan bunga kol pada mulut rahim. Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan BB 1 tahun terakhir ±10 kg. Hb awal= 6,6 gr/dl (6/9/2016).

Riwayat: pernah keluar darah ± 1 tahun yang lalu, nyeri perut (+), kesulitan BAB (+) ±7 hari, kemudian berobat ke RS. PMI Bogor dan perdarahannya berhenti. Riwayat menstruasi pertama: 11 tahun, status obstetrik G2A2, kehamilan pertama keguguran pada tahun 1987 diusia kehamilan 8 minggu dan anak kedua keguguran pada 1988 diusia kehamilan 12 minggu, menikah sebanyak 2 kali (pernikahan 1 selama 2 tahun [1977], pernikahan 2 sekarang [1986), tidak pernah menggunakan KB karena mengharapkan hamil. Selain itu,. Pasien pernah mengalami keputihan gatal, berbau, warna kuning kehijauan ±1 tahun terakhir. Ny. E sangat khawatir dengan penyakit yang dideritanya saat ini. Klien sangat mengharapkan kesembuhan. Klien merasa sakitnya semakin parah dan menyesal karena menunda pengobatan. Klien pasrah atas cobaan yang diberikan tuhan walau dirasa sangat berat dan sedih dengan penyakit yang dideritanya. Klien merasa tidak berdaya dan sangat bergantung pada suami dan keluarga. Klien merasa bersalah karena tidak dapat merawat dan memenuhi kebutuhan biologis suaminya. Selama masa perawatan, pasien selalu didampingi oleh suami dan mengungkapkan keluarga mendukung penuh proses pengobatan. Kasus 3, Ny. D 40 tahun dengan kanker serviks stadium IIIB rawat inap ruang anggrek lantai 3 kelas 3 sejak 7 September 2016 jam 15.30 WIB. Keluhan utama: perdarahan per vaginam sejak ± 3 hari sebelum masuk RS. Darah bergumpal-gumpal, merasa lemas, dan mata berkunang-kunang. Hasil lab Hb= 6,2 g/dl. Kondisi umum: lemah, kesadaran: compos mentis. Hasil pemeriksaan TTV TD: 90/70 mmHg, N:100

Page 9: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

5

x/m, RR: 18x/m, T: 36,5oC. Pasien mengeluh nyeri perut bawah skala 7 dan 9 mengalami gangguan istirahat dan tidur. Pasien juga mengeluh mengalami penurunan nafsu makan, namun mual muntah disangkal, penurunan BB ±5 kg dalam 6 bulan terakhir. Riwayat: Pasien mengaku menderita kanker serviks stadium IIIB dan sudah menjalani radiasi luar terakhir 7 September 2016 dan terpasang nefrostomi sejak tahun 2015. Riwayat menstruasi sejak dilakukan radiasi tidak mengalami haid lagi. Riwayat pernikahan 1x tahun 1996, riwayat KB pil selama 7 tahun dan sudah berhenti 7 bulan yang lalu. Riwayat obstetrik P2Ao (anak pertama: lakilaki spontan pervaginam BBL 2900 gr [1997], anak kedua: perempuan spontan pervaginam BBL 3000gr [2006]). Pasien mengatakan bahwa sebelumnya suami memiliki riwayat bergonta ganti pasangan selama pernikahan berlangsung, karena alasan anak maka pasien tetap mempertahankan pernikahannya. Kasus 4, Ny. S 46 tahun dengan kanker serviks stadium IIIB rawat inap di zona A lantai 2 sejak 5April 2017 jam 16.00 WIB. Keluhan utama keluar darah dari kemaluan semakin banyak sejak 1 hari sebelum masuk RS ditampung dalam 8 pampers, lemas, nyeri perut skala 6 hilang timbul di daerah perut bawah. Pasien mengeluh mengalami gangguan istirahat dan tidur. Kondisi umum: lemah, kesadaran: compos mentis. Hb awal: 6,6 g/dl (21/04/16), hasil TTV TD: 100/80 mmHg, N: 106 x/m, pernapasan: 20 x/m, T: 36,7oC. Pasien mengaku mengalami penurunan nafsu makan, penurunan BB ±10 kg dalam 3 bulan. Klien merasa cemas dan takut akan penyakitnya. Sejak dinyatakan kanker serviks. Klien ragu dengan rencana therapy sinar yang disarankan dokter. Klien merasa sedih, takut dan tak berdaya dan merasa ajal sudah dekat. Klien tidak menyangka bisa menderita sakit ini, Selama berobat klien ditemani oleh suami, namun klien merasakan perbedaan sikap suami terhadapnya. Klien merasa bersalah karena

tidak bisa melayani suami dan merasa menjadi beban. Klien beranggapan dirinya sudah tidak berguna dan tidak diharapkan lagi oleh keluarganya. Klien mengaku beragama islam dan taat beribadah, namun tuhan tidak adil telah memberikan cobaan berat kepadanya. Riwayat: pasien mulai berobat satu bulan yang lalu di RSCM Kencana dibiopsi dinyatakan hasilnya karsinoma sel skuamosa tanpa keratin berdiferensiasi sedang-buruk, rencana terapi sinar setelah perbaikan keadaan umum. Keluhan keluar darah sejak 3 bulan yang lalu, semakin lama semakin banyak, post coital bleeding ada, namun nyeri setelah berhubungan tidak ada. Riwayat menstruasi pertama 16 tahun, riwayat menikah 2x, pernikahan pertama sejak tahun 1996 dan pernikahan kedua 2002 suami 1x, riwayat obstetrik P2Ao (anak pertama: perempuan spontan pervaginam BBL 3500 gr [1998], anak kedua: laki-laki spontan pervaginam BBL 3500 gr [2001]), riwayat KB Suntik/3 bulan dan KB pil. Pasien merasa khawatir dengan kondisinya saat ini. Selama perawatan di RS, pasien selalu didampingi suami dan secara bergantian dengan saudara perempuan suaminya. Kasus 5, Ny. W 44 tahun dengan kanker serviks stadium IIIB merupakan pasien poli onkologi di RSCM ± 2 bulan. Pasien rawat inap di zona A lantai 2 pada tanggal 3 April 2017 jam 08.45 WIB. Kondisi umum: lemah, kesadaran: compos mentis. Hasil pemeriksaan TTV TD: 110/60 mmHg, N: 94x/m, RR: 20 x/m, T: 36,5oC. Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir ± 1 hr sebelum masuk RS hingga >10x ganti pembalut. Karakteristik keluaran darah segar dan menggumpal. Pasien pingsan ±1 jam sebelum masuk RS, Hb= 7,34 g/dl. Hasil biopsy: dibiopsi dinyatakan hasilnya karsinoma sel skuamosa dengan keratin berdiferensiasi sedang-buruk. Pasien merasa nyeri skala 8 pada perut bawah dan mengalami gangguan istirahat dan tidur. Selain itu, pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, mual, terdapat penurunan BB

Page 10: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

6

±10 kg dalam 1 tahun terakhir. Pasien didiagnosa kanker serviks stadium IIIB dan direncanakan untuk dilakukan operasi transposisi ovarium, kemudian dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Pasien mengalami demam hilang dan timbul. PEMBAHASAN Lima kasus yang dirawat adalah kasus kanker serviks pada rentang usia 40 sampai 52 tahun. Pada kasus kedua kanker serviks stadium IIIA dan keempat kasus stadium IIIB. Pada kasus pertama memiliki riwayat menikah tiga kali, kasus kedua, empat, dan lima menikah dua kali, dan kasus tiga hanya menikah satu kali, namun suami klien kasus ketiga memiliki riwayat bergonta ganti pasangan. Kelima kasus tersebut mengalami keluhan yang sama yaitu perdarahan, nyeri, mual dan muntah, keadaan umum lemah, mengalami kecemasan terhadap penyakit dan mengalami penurunan berat badan 10 Kg dalam rentang tiga sampai satu tahun. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kelima kasus kelolaan, yaitu terdapat satu pasien yang menyatakan bahwa memiliki suami dengan riwayat gonta ganti pasangan, empat pasien menikah lebih dari satu kali; satu pasien yang menyatakan bahwa suami pernah memiliki riwayat penyakit sifilis; dan satu pasien menyatakan bahwa memiliki riwayat suami yang suka bergonta ganti pasangan; serta tiga pasien menggunakan KB pil dan suntik tiga bulan jangka panjang (7 tahun). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Stanley (2012) menyatakan bahwa beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks, yaitu hubungan seksual di usia dini, poligami, merokok, multiparitas, dan penggunaan jangka panjang kontrasepsi oral. Beral (2015) menyatakan bahwa karakteristik pasangan merupakan faktor utama penyebab infeksi HPV. Seseorang yang memiliki pasangan dan kebiasaan bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan risiko infeksi

menular seksual dan sangat erat hubungannya dengan kejadian kanker serviks. Hasil pengkajian nutrisi pada kelima kasus kelolaan menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengalami gangguan nutrisi karena intake sulit. Berdasarkan data yang diperoleh, pasien makan dengan komposisi bervariasi dengan kandungan tinggi kalori dan protein, tidak terdapat pantangan makanan pada pasien. Penyebab primer anemia pada kasus kelolaan adalah perdarahan. Pengkajian kelima kasus kelolaan didapatkan mengeluh nyeri perut bagian bawah. Karakteristik nyeri menyebar kepinggang yang menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan eliminasi juga dapar terjadi karena proses penyebaran atau prognoses yang buruk. Pada kelima kasus kelolaan menunjukkan adanya perdarahan secara aktif. Menurut Subramaniam, Fauci, Schneider, Whitworth, Erickson, Kim, & Huh (2011) menyatakan bahwa perdarahan merupakan salahsatu gejala umum pada invasif kanker serviks. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Desen (2011) yang menyebutkan bahwa perdarahan yang terjadi pada pasien kanker serviks disebabkan adanya eksfoliasi jaringan kanker. Pada stadium awal terjadi karena periksa dalam atau paska koitus. Sedangkan pada stadium lanjut, perdarahan akan semakin banyak dan dapat menyebabkan perdarahan masif. Kelima kasus menunjukkan bahwa klien kanker serviks stadium III B sudah menopause, Dua kasus kelolaan mengalami menopose setelah dilakukan tindakan histerektomy total dan terapi sinar dalam serta kemoterapi yang terjadi pada kasus satu dan lima. Sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal seperti PIL dan suntik tiga bulan, menikah lebih dari satu kali. Sebelumnya sering mengalami keputihan berwarna putih susu berbau dan gatal, mengalami penurunan

Page 11: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

7

kondisi fisik dan mengeluarkan darah pervaginam post coital bleeding, anemia, mual, dan muntah penurunan berat badan ±10 kg dalam kurun waktu bervariasi yaitu dalam tiga bulan, enam bulan, sampai satu tahun, Hal ini terjadi karena klien mual. mengalami gangguan istirahat dan tidur karena merasa nyeri. Kelemahan atau keletihan menurut NANDA (2015) merupakan kelemahan secara terus menerus dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental pada tingkatan tertentu. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan manajemen diri terhadap gejala, sehingga pencapaian status kesehatan pasien tidak berjalan secara maksimal. Bedasarkan gejala yang muncul pada kelima kasus kelolaan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan rata-rata memiliki kesamaan, yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat perdarahan, keletihan berhubungan dengan anemia, malnutrisi, dan ansietas, nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat kanker serviks, dan kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada pasien dengan kanker serviks. Pada kasus pertama mendapatkan terapi radioterapi internal dan eksternal serta kemoterapi. Nyeri yang muncul hilang timbul terutama setelah dilakukan tindakan radioterapi internal. Klien sudah menopouse pada usia 50 tahun. Terapi yang didapat radioterapi eksternal sebanyak 25 kali, radioterapi internal 3 kali, dan kemoterapi cisplatin 6 kali. Sebelum dilakukan radioterapi dalam yang ketiga, dilakukan perbaikan keadaan umum dengan memberikan transfusi darah sebanyak 2 kantong (500 ml). Hal ini dilakukan karena klien mengalami anemia dengan Hb 7,8 mg%. Setelah dilakukan radioterapi yag ketiga klien mengalami demam, nafsu makan turun, berat badan menurun, mual, nyeri abdomen, susah buang

air kecil dan keadaan umum klien lemah. Kelemahan atau keletihan menurut NANDA (2015) merupakan kelemahan secara terus menerus dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental pada tingkatan tertentu. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam melakukan manajemen diri terhadap gejala, sehingga pencapaian status kesehatan pasien tidak berjalan secara maksimal. Kasus 2 direncanakan terapi sinar dan 4 baru direncanakan mendapat kemoterapy setelah perbaikan keadaan umum. Perbaikan keadaan umum selain diberikan diit tinggi kalori dan protein, klien juga mendapatkan transfusi darah sebanyak 4 kantong ± 750 ml sampai HB mencapai 9 gr%. Pada kasus 3 dan 5 dilakukan perbaikan keadaan umum pasien dan observasi perdarahan . karena pasien mengalami masalah perfusi, anemia, dan kelemahan serta nyeri sebagai dampak dari prognosis penyakit dan metastasis. Hipotesis dari proses keperawatan pada kanker serviks dengan perdarahan difokuskan pada proses adaptasi dan perubahan perilaku dalam melakukan manajemen diri terhadap gejala. Menurut Institute of Medicine (2011) menekankan bahwa manajemen gejala sebagai kebutuhan penting untuk meningkatkan perawatan pasien kanker. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Dongbo, Hua, & McGowan (2003) yang mengungkapkan bahwa program manajemen diri penyakit kronis di seluruh dunia (Amerika Serikat, Cina, Taiwan, Australia) dapat meningkatkan hasil kesehatan. Dari lima kasus kelolaan, terdapat tiga kasus yang memiliki dukungan sosial yang rendah. Penelitian yang dilakukan Ghant, Sengoba, Recht, Cameron, Lawson, & Marsh (2015) menunjukkan bahwa 20% partisipan memiliki dukungan sosial yang rendah. Dukungan sosial yang adekuat dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi dan menyelesaikan

Page 12: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

8

masalah. Dukungan sosial juga dapat melindungi seseorang dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan. Dukungan emosional dapat meningkatkan ketahanan biologis dan berfungsi sebagai penyangga dari stres yang muncul (Boynton-Jarret, Rich-Edwards, Jun, Hibert, & Wright, 2011). Bedasarkan gejala yang muncul pada kelima kasus kelolaan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan rata-rata memiliki kesamaan, yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat perdarahan, keletihan berhubungan dengan anemia, malnutrisi, dan kecemasan, nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat kanker serviks, dan kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada pasien dengan kanker serviks. Pada kasus 1 mendapatkan terapi radioterapi internal dan eksternal serta kemoterpi. Nyeri yang muncul hilang timbul terutama setelah dilakukan tindakan radioterapi internal. Klien sudah menopause pada usia 50 tahun. Terapi yang didapat radioterapi eksternal sebanyak 25 kali, radioterapi internal 3 kali, dan kemoterapi cisplatin 6 kali. Sebelum dilakukan radioterapi dalam yang ketiga, dilakukan perbaikan keadaan umum dengan memberikan transfusi darah sebanyak 2 kantong (500 ml). Hal ini dilakukan karena klien mengalami anemia dengan Hb 7,8 mg%. Setelah dilakukan radioterapi yag ketiga klien mengalami demam, nafsu makan turun, berat badan menurun, mual, nyeri abdomen, susah buang air kecil dan keadaan umum klien lemah. gejala yang muncul pada kelima kasus kelolaan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan rata-rata memiliki kesamaan, yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat perdarahan, keletihan berhubungan dengan anemia, malnutrisi, dan ansietas, nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat kanker serviks, dan kesiapan

meningkatkan manajemen kesehatan pada pasien dengan kanker serviks. Kasus 2 direncanakan terapi sinar dan 4 baru direncanakan mendapat kemoterapy setelah perbaikan keadaan umum. Perbaikan keadaan umum selain diberikan diit tinggi kalori dan protein, klien juga mendapatkan transfusi darah sebanyak 4 kantong ± 750 ml sampai HB mencapai 9 gr%. Pada kasus 3 dan 5 dilakukan perbaikan keadaan umum pasien dan observasi perdarahan . karena pasien mengalami masalah perfusi, anemia, dan kelemahan serta nyeri sebagai dampak dari prognosis penyakit dan metastasis. Hipotesis dari proses keperawatan pada kanker serviks dengan perdarahan difokuskan pada proses adaptasi dan perubahan perilaku dalam melakukan manajemen diri terhadap gejala. Menurut Institute of Medicine (2011) menekankan bahwa manajemen gejala sebagai kebutuhan penting untuk meningkatkan perawatan pasien kanker. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Dongbo, Hua, & McGowan (2003) yang mengungkapkan bahwa program manajemen diri penyakit kronis di seluruh dunia (Amerika Serikat, Cina, Taiwan, Australia) dapat meningkatkan hasil kesehatan. Dari lima kasus kelolaan, terdapat tiga kasus yang memiliki dukungan sosial yang rendah. Penelitian yang dilakukan Ghant, Sengoba, Recht, Cameron, Lawson, & Marsh (2015) menunjukkan bahwa 20% partisipan memiliki dukungan sosial yang rendah. Dukungan sosial yang adekuat dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dukungan sosial juga dapat melindungi seseorang dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan. Dukungan emosional dapat meningkatkan ketahanan biologis dan berfungsi sebagai penyangga dari stres yang muncul (Boynton-Jarret, Rich-Edwards, Jun, Hibert, & Wright, 2011).

Page 13: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

9

Dalam teori peaceful end of life, nyeri merupakan hal yang sangat mengganggu kenyamanan pasien dan memerlukan penanganan yang tepat. Keluhan nyeri yang diungkapkan Ny. S dengan skala nyeri 6 dan meningkat menjadi 8 sangat mengganggu kenyamanan Ny. S. Perasaan nyaman diartikan sebagai perasaan terbebas dan rasa ketidaknyamanan, merasa senang dan puas terhadap sesuatu serta merasa hidup lebih mudah, damai dan menyenangkan (Ruland & Moore (1998) di dalam Tomey & Alligood , 2010). Teori PEOL yang terdiri dari lima konsep yang saling berkaitan, yaitu bebas dan rasa nyeri, merasa nyaman, dihargai, damai dan dekat dengan orang yang bermakna dalam kehidupan pasien. Kriteria proses dari setiap konsep tersebut dapat digabungkan misalnya nyeri, kenyamanan dan damai dapat dijadikan satu konsep yang sederhana dalam manajemen gejala fisik maupun psikologisnya. Konsep nyeri dengan dua kriteria proses yaitu memantau dan menghilangkan rasa sakit serta memberikan tindakan farmakologi dan non farmakologi memiliki kedekatan hubungan dengan kriteria proses dan kenyamanan yang meliputi pencegahan, pemantauan dan pengurangan rasa ketidaknyamanan fisik dan kriteria proses dari kedamaian yaitu memonitor, memenuhi kebutuhan klien selama perawatan anti cemas. Intervensi non farmakologis yang bisa dilakukan misalnya terapi musik, humor, relaksasi, menghirup aromaterapi diberikan sebagai distraksi pasien terminal dan sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri, kecemasan dan rasa ketidaknyamanan fisik secara umum (Ruland & Moore (1998) di dalam Tomey & Alligood , 2010). Bedasarkan gejala yang muncul pada kelima kasus kelolaan diagnosa yang dapat ditegakkan rata-rata memiliki kesamaan, yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif akibat perdarahan, keletihan berhubungan dengan anemia, malnutrisi, dan ansietas, nyeri kronis

berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat kanker serviks, dan kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan pada pasien dengan kanker serviks. Intervensi dapat diterapkan dengan baik dan menghasilkan pencapaian evaluasi sesuai dengan kriteria hasil. KESIMPULAN Pasien dengan kanker serviks mengalami perubahan secara fisik di antaranya yaitu nyeri dan perdarahan yang dapat menyebabkan anemia. Anemia dapat mengakibatkan kelemahan sehingga pasien dengan kanker serviks memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kanker serviks juga dapat memengaruhi kondisi psikososial perempuan yaitu terjadi perubahan dalam konsep diri, perubahan fungsi peran dan interdependensi. Model adaptasi Roy memberi kesempatan bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi pasien kanker serviks. Proses keperawatan berdasarkan teori Callista Roy membutuhkan critical thinking perawat dalam memecahkan masalah pada pasien dengan mioma uteri. Struktur model adaptasi Roy memberikan alur yang komprehensif bagi pelayanan keperawatan dan tidak membatasi kontak dengan pasien. Mual muntah merupakan salah satu efek dari pemberian kemoterapi. Hal tersebut dapat menyebabkan permasalahan kualitas hidup pada pasien yang menjalani kemoterapi dan masalah kepatuhan dalam mengikuti prosedur pengobatan. Selain permasalahan fisik, pada klien kanker serviks juga mengalami masalah psikososiokultural dan spiritual sehingga resdien menggabungkan teori Adaptasi Roy dan Piece End Of Life. Teori ini tepat digunakan pada kasus kanker serviks, karena selain mengadaptasikan klien juga digunakan sebagai acuan dalam perawatan pasien paliatif

Page 14: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

10

karena lebih spesifik menilai kondisi klien dan kondisi keluarga serta peran perawat pada perawatan paliatif. Pada dasarnya tujuan peaceful end of life bukanlah mengoptimalkan perawatan yang paling baik dengan menggunakan teknologi tercanggih, tetapi lebih berfokus kepada perawatan yang mengutamakan kenyamanan pasien serta keterlibatan keluarga yang optimal. Sehingga pasien diakhir kehidupannya dapat meningkatkan kualitas hidup dan menghadapi kematian dengan tenang dan damai.. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kanker serviks pada kedua teori tersebut yaitu nyeri, nutrisi, keterbatasan aktifitas, dan cemas. Pada teori adaptasi roy, empat diagnosa keperawatan terkait mode fisiologis, satu diagnosa keperawatan terkait mode konsep diri, dan satu diagnosa keperawatan terkait fungsi peran. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai adaptasi klien secara utuh pada fisiologis, konsep diri, perubahan fungsi peran dan interdependensi. DAFTAR PUSTAKA Afroz, F., Rasool, M., Nasreen, S., Lone, M.,

Wani, M., Akhter, S., . . . Akhter, A. (2016). Cancer cervix: An uncommon malignancy in kashmir, india. Indian Journal of Cancer, 53(1) doi:http://dx.doi.org/10.4103/0019-509X.180817

Alligood, M.R. (2014). Nursing theory: Utilization & Application. St. Louis Missouri: Mosby Elsivier.

Aminimoghaddam, S., Mahmoudzadeh, F., & Maghsoudnia, A. (2015). Cervical Cancer Along with Unknown Cirrhosis: A Misdiagnosed Case. Journal of Reproduction & Infertility, 16(3), 174–177.

Asiedu, G.B., Breitkopf, C.R., & Breitkopf, D.M. (2014). Perceived risk of cervical cancer among low-income women. Journal of Lower Genital Tract Disease,

1 8 ( 4 ) , 3 0 4 - 3 0 8 . R e t r i e v e d f r o m : http://doi.org/10.1097/LGT.0000000000000015.

Bal, M.S., Goyal, R., Suri, A.K., & Mohi, M.K. (2012). Detection of abnormal cervical cytology in Papanicolaou smears. J Cytol, 29(1):45-7.

Bermudez, A., Bhatla, N., Leung, E. (2015). Cancer of the cervix uteri. International Journal of Gynecology and Obstetrics, 131, S88-S95.

du Toit, G. C., & Kidd, M. (2015). Prospective quality of life study of south african women undergoing treatment for advanced-stage cervical cancer Clinical T h e r a p e u t i c s , 3 7 (1 0 ) , 2 3 2 4 -2 3 3 1 . doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.clinthera.2015.08.018

Gandhi, A., Sharma, D., & Rath, G. (2014). Concurrent chemoradiation for carcinoma of cervix: What lies beyond? Journal of Cancer Research and Therapeutics, 10(2), 227-8 doi:http://dx.doi.org/10.4103/0973-1482.136537

Nicolussi, A.C., Sawada, N.O., Cardozo, F.M.C., Andrade, V., & Paula, J.M. (2014). Health-related quality of life of cancer patients undergoing chemotherapy. Rev Rene, 15(1),132-40. doi: 10.15253/2175- 6783.2014000100017.

Pandey, D., Shetty, J., Sambhaji, C., Saxena, P., Mishra, D., & Chawla, A. (2015). Cervical cancer as a silent killer: A rare case report with review of literature.Journal of Cancer Research and Therapeutics, 11(3) doi:http://dx.doi.org/10.4103/0973-1482.137997.

Singh, R., Shetty, N., Naveed, M., Pawar, S. B., Iska, S., & Alugubelli, N. R. (2016). Retrospective analysis of patients with carcinoma cervix in a rural/semi-urban setting in Western

Page 15: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

11

India. Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology : Official Journal of Indian Society of Medical & Paediatric Oncology, 37(1), 25–27. http://doi.org/10.4103/0971- 5851.177011

Stanley, M.A. (2012). Genital human papillomavirus infections: current and prospective therapies. J General Virol, 93, 681-91.

Torkzahrani, S., Rastegari, L., Khodakarami, N., Akbarzadeh-Baghian, A., Alizadeh, K. (2013). Quality of Life and its Related Factors Among Iranian Cervical Cancer Survivors. Iran Red Cres Med J, 15(4), 320-9. doi: 10.5812.ircmj.4410.

Page 16: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

12

PENERAPAN PROSEDUR TERAPI INDIVIDU SOSIALISASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI PANTI SOSIAL

BINA LARAS HARAPAN SENTOSA II CIPAYUNG JAKARTA

Ns. Nur Fajariyah, S.Kep, M.Kep.

Siti Aisyah

1. Staf Dosen Akademi Keperawatan RSP TNI AU 2. Mahasiswa Akademi Keperawatan RSP TNI AU

[email protected]

ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Penelitian ini untuk mengetahui Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta. Yang mana terapi ini berupaya memfasilitasi kemampuan individu terhadap klien dengan masalah hubungan sosial. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan atau action research yang bertujuan memecahkan masalah menggunakan metode ilmiah yang bersifat meneliti tentang prosedur dan juga menggunakan penelitian komparatif yang bersifat membandingkan. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial sebanyak 2 orang di panti sosial bina laras harapan sentosa II cipayung jakarta. Kemampuan bersosialisasi pada 2 orang eksperimen diharapkan ada pengaruh yang signifikan sehingga pasien dapat mempraktekkan terapi individu sosialisasi yang sudah diajarkan oleh peneliti, dan pasien dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi. Ada pengaruh terapi individu sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada pasien isolasi sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta. Dari perbandingan dua klien Tn.Y dan Ny.S didapatkan perbedaan, Tn.Y lebih menguasai 7 kegiatan yang telah dilakukan dengan presentasi nilai 100% sedangkan Ny.S tidak dapat mengikuti satu kegiatan yaitu pada sesi ke III dan didapatkan hasil presentasi 80%. Kata kunci: Isolasi Sosial, Terapi Individu Sosialisasi

Page 17: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

13

ABSTRACT

Social isolation is an attempt to avoid interaction with others, avoid a relationships with others. The client may feel rejected, not accepted, lonely, And unable to foster meaningful relationships with others. This research is to know the application of Individual Therapy Procedure of Socialization to Social Isolation Patient in Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta. This therapy seeks to facilitate individual ability of clients with social relations problems. This type of research is action research that aims to solve problems using scientific method that is researching about the procedure and also use comparative which is comparable. The sample in this study were patients with mental disorder who experienced social isolation as much as 2 people in Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta. The ability to socialize in 2 experiments is expected to have a significant influence so patients can practice the individual therapy socialization that has been taught by researchers and patients can improve their social skills. There are therapy influence of individual sosialization towards sosialization ability in social isolation patient in Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta. Comparison of two clients of Mr.Y and Mrs.S obtained difference, Mr.Y master 7 activities that have been carried out with 100% value of the presentation. While Mrs.S can not follow the one activity that is on 3rd session and obtained results 80%. Keywords : Social Isolation, Individual Therapy Socialization.

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organisation (WHO) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tidak mendapat perawatan. Dan pada tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia jangka panjang. Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk. (www.depkes.go.id).

Didapatkan data dari salah satu panti yaitu Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta Timur, terdapat 606 warga bina sosial yang mengalami gangguan jiwa, diantaranya 307 laki-laki dan 209 perempuan. Yang terdiri dari halusinasi 95%, harga diri rendah 40%, resiko perilaku kekerasan 40%, isolasi sosial 35% dan defisit perawatan diri 98%.

Menurut Depkes RI tahun 2000 isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaftif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan sosialnya (Trimelia, 2011)

Page 18: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

14

Kesehatan jiwa adalah berbagai karakeristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (menurut WHO). Menurut Clinton dan Nelson, perawat jiwa berusaha menemukan dan memenuhi kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti kebutuhan fisik (physiologis needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan mencintai dan disayangi (belonging loving needs), kebutuhan harga diri ( self esteem) dan kebutuhan aktualisasi ( actualization needs). Pasien gangguan jiwa yang dirawat rumah sakit ataupun dikomunitas umumnya dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu orang lain, meresa kecewa, putus asa, malu tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang sehingga pada akhirnya akan menimbulkan masalah kesehatan jiwa isolasi sosial yang akan menyebabkan kemampuan isolasinya memburuk. Keluarga juga sering merasa khawatir dan ketidakpastian keadaan pasien ditambah dengan kurangnya waktu petugas kesehatan seperti dokter dan perawat untuk membicarakan keadaan klien (Dalami 2009 cit penelitian Mimin Suryani 2014) Adapun upaya untuk mengatasi perilaku isolasi sosial tersebut adalah dengan memberikan terapi. Terapi yang diberikan bisa dengan terapi modalitas, yang dimaksud terapi modalitas adalah suatu proses pemulihan fungsi individu (klien) terhadap kebiasaan kebiasaan fisik, mental, sosial, ekonomi, termasuk pekerjaan menuju suatu kemampuan sebelumnya atau ke tingkat yang memungkinkan klien dapat hidup wajar ditengah-tengah keluarga dan masyarakat (Depkes 1983 cit sarka dan sri 2011). Yang mana didalamnya bisa menggunakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi atau terapi individu sosialisasi yang dapat dilakukan

untuk memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan sosialisasi dengan orang lain.

Kemampuan sosialisasi yang dimiliki oleh setiap individu akan mempermudah untuk berorientasi dan bersosialisasi pada dunia luar yaitu lingkungan masyarakat dan mempermudah dalam melakukan hubungan sosial secara mandiri. Kemampuan sosialisasi sangat terkait dengan perkembangan seseorang. Hasil penelitian juga diperoleh bahwa proses sosialisasi terapi yang mempunyai kedudukan strategis bagi seseorang untuk dapat membina hubungan dalam berbagai lingkungan (Badrujaman, 2008 cit Mimin Suryani, 2014) Dari hasil studi pendahuluan penelitian Mimin Suryani pada tahun 2014 di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta didapatkan hasil sesudah melakukan terapi individu sosialisasi selama 3 hari dengan durasi 90 menit setiap sesi, terjadi perubahan kemampuan berosialisasi pada pasien isolasi sosial. Didapatkan hasil sebanyak 9 orang (90,0%) memiliki kategori cukup mampu dan 1 orang (10,0%) memiliki kategori mampu dan 10 orang (100,0%) memiliki kurang mampu. Jumlah perilaku isolasi sosial berkurang menjadi 3 responded (20%). Dapat disimpukan bahwa pasien dengan isolaso sosial dapat bersosialisasi dengan baik setelah dilakukan terapi individu sosialisasi. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta Timur” Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan dari terapi individu sosialisasi terhadap pasien dengan menarik diri atau isolasi sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II Cipayung Jakarta Timur.

Page 19: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

15

METODE Pada bab ini diuraikan tentang metode penulisan yang diterapkan mahasiswa dalam studi kasus yang akan dilaksanakan. Bab ini berisi tentang desain/rancangan studi kasus, subyek studi kasus, fokus studi yang akan diteliti, definisi operasional, cara pengumpulan dan instrument pengumpulan datanya, cara pengolahan data dan etika penulisan.

Karya tulis menggunakan studi kasus. “Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial”. Peneliti memfokuskan studi terhadap “Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Pada pasien Isolsi Sosial” Tempat Penelitian dilakukan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa II, Penelitian akan dilakukan mulai tanggal 12 Juni 2017 s/d 14 Juni 2017.

HASIL

Pasien 1 : Sesuai hasil pengumpulan data yang sudah di dapatkan bahwa klien bernama Tn.Y berusia 30 tahun dengan berjenis kelamin laki-laki. Kontak mata Tn.Y krang, tidak dapat fokus terhadap suatu pembicaraan, selalu menunduk. Klien dapat mengontrol emosi ketika sedang dalam pembicaraan dengan cara berdiam diri. Afek klien tampak datar, tidak ada perubahan suasana perasaan maupun ekspresi dalam pembicaraan apapun, baik pembicaraan yang menunjukan perasaan atu ekspresi sedih maupun senang. Klien tidak dapat bersosialisasi dengan baik, klien lebih memilih berdiam diri dan menyendiri karena menurut pendapat klien berdiam diri dan menyendiri membuat hati dan pikiran damai, tidak ada beban.

Pasien 2 : Sesuai hasil pengumpulan data yang sudah di dapatkan bahwa klien bernama Ny.S berusia 31 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Kontak mata klien kurang, klien mudah bosan dan lebih memilih untuk pergi menyendiri. Klien dapat mengontrol emosi saat sedang dalam pembicaraan atau wawancara denga cara memberitahu terapis jika sudah mulai bosan. Afek klien tampak datar, tidak terdapat perubahan apapun dalam segi ekspresi maupun perasaan saat sedang dalam pembicaraan yang sedih ataupun pembicaraan yang senang. Klien tidak dapat bersosialisasi dengan baik, klien mudah bosan, malas berbicara dengan orang lain dan lebih senang duduk menyendiri.

Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi pertama Tn.Y mampu menyebutkan jati diri dari mulai nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan di sesi pertama.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Kontrak dengan klien sesuai

indikasi

DS : - Klien mengatakan mau

melakukan terapi individu sosialisasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan

DO : - Klien tampak duduk

Page 20: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

16

perawat) bersama perawat B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik DS :

- Klien menjawab salam dari terapis

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

DS : - Klien mengatakan sedih

perasaan yang dirasakan hari ini

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan perawat tentang terapi individu sosialisasi sesi pertama.

4. Menjelaskan aturan selama main a) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal hingga akhir

b) Bila ingin keluar, harus meminta izin kepada terapis

c) Lama kegiatan 45 menit d) Menyebutkan jati diri

klien

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Afek klien tampak datar - Kontak mata kurang

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang satu, saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis, menyebutka jati dirinya secara individu. Yaitu dengan menyebutkan salam, nama, nama pangilan dan hobby

DS : - Klien mengatakan namanya

Tn.Y, nama panggilan yang disukai Tn.Y, hobby nya adalah bermain sepak bola

DO : - Afek klien tampak datar

2. Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan

DO : - Klien tampak menulis

namanya dan memakainya. 3. Terapis memberikan pujian,

setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya

DO : - Afek klien masih tampak

datar D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan sedikit

senang

2. Memberi pujian atas pencapaian individu

DO : - Klien tampak biasa saja

setiap kali mendapat pujian

Page 21: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

17

- Afek klien datar 3. Menganjurkan agar pasien

melatih berkenalan dengan orang lain

DS : Klien mengatakan mau berkenalan dengan orang lain.

4. Membuat kotrak kembali untuk terapi individu sosialisasi selanjunya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi ditempat yang sama, di jam sehabis makan yaitu jam 13.00 WIB.

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi pertama Ny.S mampu menyebutkan jati diri dari mulai nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan di sesi pertama.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Kontrak dengan klien sesuai

indikasi

DS : - Klien mengatakan mau

melakukan terapi individu sosialisasi

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersaama perawat B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik DS :

- Klien menjawab salam dari terapis

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

DS : - Klien mengatakan

perasaannya biasa saja yang dirasakan hari ini

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan perawat tentang terapi individu sosialisasi sesi pertama

4. Menjelaskan aturan selama main e) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal hingga akhir

f) Bila ingin keluar, harus meminta izin kepada terapis

g) Lama kegiatan 45 menit h) Menyebutkan jati diri

klien

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Kontak mata kurang - Bicara lambat

Page 22: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

18

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang satu, saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis, menyebutka jati dirinya secara individu. Yaitu dengan menyebutkan salam, nama, nama pangilan dan hobby

DS : - Klien mengatakan namanya

Ny.S, nama panggilan yang disukai Ny.S, hobby nya adalah bernyanyi

DO : - Afek klien tampak datar - Bicara lambat

2. Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan

DO : - Klien tampak menulis

namanya dan memakainya. 3. Terapis memberikan pujian,

setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya

DO : - Afek klien masih tampak

datar

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan sedikit

senang 2. Memberi pujian atas pencapaian

individu DO :

- Klien tampak biasa saja setiap kali mendapat pujian

- Afek klien datar 3. Menganjurkan agar pasien

melatih berkenalan dengan orang lain

DS : Klien mengatakan mau berkenalan dengan orang lain.

4. Membuat kotrak kembali untuk terapi individu sosialisasi selanjunya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi ditempat yang sama, di jam sesudah makan siang yaitu jam 13.00 WIB.

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi I, kedua pasien sudah mampu menyebutkan jati diri masing-masing, mulai dari nama, nama panggilan,

asal sampai hobby. Dengan sikap dan jawaban yang berbeda, tetapi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam prosedur sesi I.

Page 23: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

19

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS

SESI I

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4.

Proses

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi 1 √ √ Pasien mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby √ √

Hasil Tercapai Tercapai

Page 24: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

20

1. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi II Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi kedua Tn.Y mampu menyebutkan jati diri dari mulai nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby dan klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hobby.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Kontrak dengan klien sesuai

indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg kedua

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya.

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini biasa saja.

- Klien mengatakan belum mencoba berkenalan

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main :

a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit d) Masing-masing

memperkenalkan diri dengan individu yang lain.

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Afek klien tampak datar - Kontak mata kurang

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, DS :

- Klien mengatakan namanya

Page 25: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

21

bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby.

Tn.Y, usia 30 tahun, hobbynya bermain sepak bola

DO : - Bicara lambat

2. Terapis menyalakan lagu dan mengedarkan bola lalu menghentikan saat musik dihentikan, individu yang sedang memegang tenis, menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hobby anggota individu lain yang ada disebelah.

DS : - Klien mengatakan nama ibu

disebelahnya adalah Ny.S usia 31 tahun, hobby nya menyanyi

DO : - Klien tampak kooperatif

3. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak senyum - Klien tampak bertepuk

tangan. D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

DO : - Klien tampak senang

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak tersenyum

dan bertepuk tangan. 3. Menganjurkan agar pasien

melatih berkenalan dengan individu lain.

DS : - Klien mengatakan mau

berkenalan dengan individu lain

DO : - Klien tampak kooperatif

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi selanjutnya pada pagi hari setelah makan pagi jam 08.00 WIB

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi kedua Ny.S mampu menyebutkan jati diri dari mulai nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby. Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hobby.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Kontrak dengan klien sesuai

indikasi DS :

- Klien mengatakan mau

Page 26: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

22

melakukan terapi individu sosialisasi yg kedua

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya.

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini sedih - Klien mengatakan belum

mencoba berkenalan 3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS :

- Klien mengatakan mengerti tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : e) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

g) Lama kegiatan 45 menit h) Masing-masing

memperkenalkan diri dengan individu yang lain.

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Afek klien tampak datar

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby.

DS : - Klien mengatakan namanya

Ny.S, usia 31 tahun, hobby menyanyi.

DO : - Kontak mata kurang

2. Terapis menyalakan lagu dan DS :

Page 27: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

23

mengedarkan bola lalu menghentikan saat musik dihentikan, individu yang sedang memegang tenis, menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hobby anggota individu lain yang ada disebelah.

- Klien mengatakan nama individu disebelahnya adalah Tn.Y usia 30 tahun, hobby nya bermain sepak bola

DO : - Bicara lambat

3. Ulangi langkah no 2 sampai setiap individu mendapat giliran.

4. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak bertepuk

tangan. D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

DO : - Klien tampak senang

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak tersenyum

dan bertepuk tangan. 3. Menganjurkan agar pasien

melatih berkenalan dengan individu lain.

DS : - Klien mengatakan mau

berkenalan dengan individu lain

DO : - Klien tampak kooperatif

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya.

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi selanjutnya pada pagi hari setelah makan pagi jam 08.00 WIB

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi II, kedua pasien sudah mampu menyebutkan jati diri masing-masing, mulai dari nama, nama panggilan, asal sampai hobby. Serta sudah mampu menyebutkan jati diri kelompok lain dengan baik, hanya sikap seperti kontak mata, afek dan bicara masih perlu ditingkatkan, tetapi terapi individu sosialisasi ke II sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam prosedur sesi II.

Page 28: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

24

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS SESI II

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4.

Proses

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi II √ √ Pasien mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby individu lain. √ √

Hasil Tercapai Tercapai

Page 29: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

25

2. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi III Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi ketiga Tn.Y mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS : Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg ketiga

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat dan individu yang lain

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya.

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini biasa saja.

- Klien mengatakan sudah mencoba berkenalan

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main :

a) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit d) Bertanya dan menjawab

kehidupan pribadi

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Afek klien tampak datar - Kontak mata mulai bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis

DS : - Klien mengatakan “selamat

pagi ibu S, saya mau bertanya, apakah ibu S sudah punya suami?”

Page 30: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

26

mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi individu lainnya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi misalnya orang terdekatnya siapa?

DO :

- Klien tampak antusias bertanya

2. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak antusias - Klien tampak senang

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

bisa bertanya kepada orang lain

DO : - Klien tampak senang

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak bertepuk

tangan 3. Menganjurkan agar pasien

bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan memasukkan ke dalam jadwal harian klien

DS : - Klien mengatakan sangat

ingin bercakap-cakap dengan orang lain membahas kehidupan pribadi

DO : - Klien tampak antusias.

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu selanjutnya, jam dan tempat menyesuaikan terapis.

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi ketiga Ny.S belum mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan belum dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS : Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg ketiga

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat

Page 31: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

27

dan individu yang lain B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya.

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini biasa saja.

- Klien mengatakan sudah mencoba berkenalan

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main :

e) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

g) Lama kegiatan 45 menit h) Bertanya dan menjawab

kehidupan pribadi

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Afek klien tampak datar - Kontak mata kurang

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi individu lainnya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi misalnya orang terdekatnya siapa?

DO : - Klien tampak hanya

menunduk - Klien tidak dapat

mengajukan pertaanyaan eputar kehidupan pribadi

- Klien tidak dapat menjawab pertanyaan individu lain seputar masalah pribadi.

2. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak menuduk - Kontak mata kurang

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu DS :

- Klien mengatakan malas

Page 32: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

28

sosialisasi bertanya dan menjawab DO :

- Bicara lambat 2. Memberi pujian atas pencapaian

setiap individu DO :

- Kontak mata kurang - Afek datar

3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan memasukkan ke dalam jadwal harian klien

DS : - Klien mengatakan akan

bercakap-cakap dengan orang lain membahas kehidupan pribadi

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu selanjutnya, jam dan tempat menyesuaikan terapis.

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi III, Tn.Y sudah mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi, tetapi Ny.S belum mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan belum dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi karena malas dan tidak tahu mau menanyakan apa, perlu ditingkatkan terapi individu sosialisasi, karena pasien isolasi sosial butuh terapis yang dapat membangkitkan semangat klien.

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS SESI III

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ X Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ X

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Page 33: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

29

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4.

Proses

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi III √ X Pasien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada individu atau orang lain dan dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

√ X

Hasil Tercapai Belum Tercapai 3. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi IV

Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi keempat Tn.Y mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg keempat

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : Klien tampak duduk bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah latihan bercakap-cakap dengan orang lain.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini senang.

- Klien mengatakan sudah mencoba berkenalan

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO :

Page 34: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

30

- Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : a) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit d) Masing-masing

membicarakan topik tertentu

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata mulai bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang satu, saat musik dihentikan individu yang memegang bola tenis, mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan, misalnya cara mencari teman.

DS : - Klien mengatakan

“bagaimana cara mencari teman?”

DO : - Klien tampak antusias

2. Tulis topik pada kertas, topik disamakan dan disampaikan secara berurutan.

DO : - Klien tampak menulis topik

apa yang tadi disampaikan pada kertas

3. Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis, individu yang mendapatkan bola tenis dapat memilih topik yang disuka dan dapat memberi pendapat tentang topik yang disukai

DO : - Klien tampak antusias

dengan terapi individu sosialisasi

4. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO ; - Klien tampak antusias - Klien tampak bertepuk

tangan D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

dengan apa yang disampaikan dan dibicarakan pada terapi kali ini.

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak bertepuk

tangan

Page 35: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

31

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak tersenyum - Klien tampak bertepuk

tangan

3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik tertentu

DS : - Klien mengatakan akan

bercakap-cakap dengan topik tertentu

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi selanjutnya, pada tempat yang sama dan jam sesudah makan siang

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi keempat Ny.S mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg keempat

2. Mempersiapkan alat dan tempat

(peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : Klien tampak duduk bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah latihan bercakap-cakap dengan orang lain.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini senang.

- Klien mengatakan sudah mencoba berkenalan

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

Page 36: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

32

4. Menjelaskan aturan main :

e) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

g) Lama kegiatan 45 menit h) Masing-masing

membicarakan topik tertentu

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Kontak mata mulai bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang satu, saat musik dihentikan individu yang memegang bola tenis, mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan, misalnya cara mencari teman.

DS : - Klien mengatakan

“bagaimana cara agar disukai orang lain sebagai teman?”

DO : - Klien tampak mulai antusias

2. Tulis topik pada kertas, topik disamakan dan disampaikan secara berurutan.

DO : - Klien tampak menulis topik

apa yang tadi disampaikan pada kertas

3. Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis, individu yang mendapatkan bola tenis dapat memilih topik yang disuka dan dapat memberi pendapat tentang topik yang disukai

DO : - Klien tampak mulai antusias

dengan terapi individu sosialisasi

4. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO ; - Klien tampak mulai antusias - Klien tampak bertepuk

tangan D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

dengan apa yang disampaikan dan dibicarakan pada terapi kali ini.

DO : - Klien tampak senyum - Klien tampak bertepuk

tangan 2. Memberi pujian atas pencapaian

setiap individu DO :

- Klien tampak tersenyum

Page 37: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

33

- Klien tampak bertepuk tangan.

3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik tertentu

DS : - Klien mengatakan akan

bercakap-cakap dengan topik tertentu jika tidak malas.

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

mengikuti terapi individu sosialisasi selanjutnya, pada tempat yang sama dan jam sesudah makan siang

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi IV, kedua pasien sudah mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu dengan topik yang berbeda, dan dapat berbincang-bincang satu sama dengan yang lain. Sikap kedua klien sudah mulai bagus, dari segi kontak mata, afek dan kemampuan bersosialisasi secara individu. Untuk Tn.Y sudah sangat bagus dalam bersosialisasi individu, dan untuk Ny.S harus lebih ditingkatkan lagi, karna dalam berbicara klien masih lambat dan masih sering mengatakan malas.

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS SESI IV

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4. Proses

Page 38: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

34

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi IV √ √ Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu √ √

Hasil Tercapai Tercapai 4. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi V

Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi kelima Tn.Y mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg kelima.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : Klien tampak duduk bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

DS : - Klien mengatakan

perasaannya pagi ini senang.

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : a) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

b) Bila ingin keluar dari

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO :

Page 39: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

35

kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit d) Bertanya dan menjawab

kehidupan pribadi

- Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata sudah bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan dan setelah masalah ditentukan memberikan pendapat

DO : - Klien tampak

mendengarkan masalah individu yang lain

- Klien tampak memberi pendapat tentang masalah individu yang lain.

2. Terapis menyalakan musik dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik berhenti, peserta yang memegang bola tenis, mendapat giliran untuk menyampaikan suatu masalah yang ingin dibicarakan.

DS : - Klien mengatakan tentang

masalalunya sebelum datang ke panti, yaitu karena sering dimarahi oleh ibunya karena tidak bekerja

DO : - Klien tampak berbincang-

bincang dengan individu lain dan dengan terapis.

3. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak antusias

dengan perbincangan terapi individu sosialisasi.

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

karena dapat mengutarakan perasaannya

DO : - Klien sangat antusias

memberikan pendapat dan menceritakan masalah kehidupan pribadi masing-masing individu

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak tersenyum - Klien tampak bertepuk

tangan

3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah

DS : - Klien mengatakan akan

Page 40: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

36

pribadi bercakap-cakap dengan individu lain tentang masalah pribadi

DO : - Klien tampak antusias

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

melakukan terapi individu sosialisasi selanjutnya, dengan tempat yang sama, waktunya sehabis makan siang yaitu pukul 12.30

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi kelima Ny.S mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg kelima.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : Klien tampak duduk bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : Klien tampak memasang name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini

DS : - Klien mengatakan

perasaannya pagi ini senang.

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : e) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat

Page 41: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

37

g) Lama kegiatan 45 menit h) Bertanya dan menjawab

kehidupan pribadi

- Kontak mata sudah bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan langkah

berikutnya : musik dinyalakan, bola tenis dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan dan setelah masalah ditentukan memberikan pendapat

DO : - Klien tampak

mendengarkan masalah individu yang lain

- Klien tampak memberi pendapat tentang masalah individu yang lain.

2. Terapis menyalakan musik dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik berhenti, peserta yang memegang bola tenis, mendapat giliran untuk menyampaikan suatu masalah yang ingin dibicarakan.

DS : - Klien mengatakan tentang

masalalunya sebelum datang ke panti, yaitu karena tidak dianggap oleh keluarganya sebagai bagian dari keluarga dan diusir oleh keluarganya.

DO : - Klien tampak berbincang-

bincang dengan individu lain dan dengan terapis.

- Klien tampak sedih akan masalahnya.

3. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak antusias

dengan perbincangan terapi individu sosialisasi.

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

karena dapat mengutarakan perasaannya

DO : - Klien sangat antusias

memberikan pendapat dan menceritakan masalah kehidupan pribadi masing-masing individu

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak tersenyum - Klien tampak bertepuk

tangan

Page 42: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

38

3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah pribadi

DS : - Klien mengatakan akan

bercakap-cakap dengan individu lain tentang masalah pribadi

DO : - Klien tampak antusias

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

melakukan terapi individu sosialisasi selanjutnya, dengan tempat yang sama, waktunya sehabis makan siang yaitu pukul 12.30

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi V, kedua pasien sudah mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. Kemampuan berosialisasi pada Ny.S tampak bagus, mau berbincang-bincang dengan individu lain, sebelumnya malas berbincang-bincang, dengan adanya terapi individu sosialisasi yang intensif, klien sudah mampu bersosialisasi dengan baik. Tn.Y sudah sangat bagus dalam bersosialisasi, terapi individu sosialisasi sangat diterapkan oleh Tn.Y

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS SESI V

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4. Proses

Page 43: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

39

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi V √ √ Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain √ √

Hasil Tercapai Tercapai 5. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi VI

Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi keenam Tn.Y mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi dan dapat melatih kemampuan bersosialisasinya dengan baik.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg keenam.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk bersama

dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini senang.

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : a) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang

Page 44: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

40

sampai akhir b) Bila ingin keluar dari

kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit

d) Mampu bekerja sama dan dapat melatih kemampuan bersosialisasi

dijelaskan perawat DO :

- Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata sudah bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan aturan

permainan, dari mulai melempar dadu hingga aturan setiap permainanya

DS : - Klien mengatakan mengerti

jalan cerita dari permainan ular tangga.

2. Memulai permainan dengan cara:

a) Meminta individu suit atau hompimpa untuk menentukan siapa yang memulai terlebih dahulu

b) Yang mendapat giliran pertama, mengocok dadu terlebih dahulu

c) Jika didalam permainan ada yang turun dari anak tangga diberi hukuman yaitu berkenalan dengan siapapun dengan orang yang ada disekitar.

DS : - Klien mengatakan mengerti

alur permainan, jika ada yang kalah maka harus mencari imdividu lain disekitar tempat untuk berkenalan, dari mulai menyebutkan nama, nama panggilan, umur, asal dan hobby

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak antusias

mengikuti permainan.

3. Terapis memberikan pujian seiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak tersenyum - Klien tampak antusias - Klien tampak bertepuk

tangan D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

mengikuti permainan - Klien mengatakan sangat

terhibur DO :

- Klien tampak berkenalan jika kalah

- Klien tampak senang - Klien tampak antusias - Klien tidak tampak bosan

Page 45: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

41

- Klien tampak terhibur 2. Memberi pujian atas

pencapaian setiap individu DO :

- Klien tampak senang - Klien tampak antusias - Klien tidak tampak bosan - Klien tampak terhibur

3. Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama

DS : - Klien mengatakan akan terus

berlatih bekerjasama - Klien mengatakan sangat

menyenangkan berlatih bekerjasama

DO : - Klien tampak antusias

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

melanjutkan terapi selanjutnyaa, di tempat yang sama, waktunya setelah makan sore jam 16.00 WIB

Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi keenam Ny.S mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi dan dapat melatih kemampuan bersosialisasinya dengan baik.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg keenam.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk bersama

dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya siang ini senang.

3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS : - Klien mengatakan mengerti

tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO :

Page 46: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

42

- Klien tampak mengerti 4. Menjelaskan aturan main :

e) Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

g) Lama kegiatan 45 menit

h) Mampu bekerja sama dan dapat melatih kemampuan bersosialisasi

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata sudah bagus

C. Kerja 1. Terapis menjelaskan aturan

permainan, dari mulai melempar dadu hingga aturan setiap permainanya

DS : - Klien mengatakan mengerti

jalan cerita dari permainan ular tangga.

2. Memulai permainan dengan cara:

d) Meminta individu suit atau hompimpa untuk menentukan siapa yang memulai terlebih dahulu

e) Yang mendapat giliran pertama, mengocok dadu terlebih dahulu

f) Jika didalam permainan ada yang turun dari anak tangga diberi hukuman yaitu berkenalan dengan siapapun dengan orang yang ada disekitar.

DS : - Klien mengatakan mengerti

alur permainan, jika ada yang kalah maka harus mencari imdividu lain disekitar tempat untuk berkenalan, dari mulai menyebutkan nama, nama panggilan, umur, asal dan hobby

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak antusias

mengikuti permainan.

3. Terapis memberikan pujian seiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tampak tersenyum - Klien tampak antusias - Klien tampak bertepuk

tangan

D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan senang

mengikuti permainan - Klien mengatakan sangat

terhibur

Page 47: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

43

DO : - Klien tampak berkenalan jika

kalah - Klien tampak senang - Klien tampak antusias - Klien tidak tampak bosan - Klien tampak terhibur

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak antusias - Klien tidak tampak bosan - Klien tampak terhibur

3. Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama

DS : - Klien mengatakan akan terus

berlatih bekerjasama - Klien mengatakan sangat

menyenangkan berlatih bekerjasama

DO : - Klien tampak antusias

4. Membuat kontrak kembali untuk terapi individu sosialisasi berikutnya

DS : - Klien mengatakan mau

melanjutkan terapi selanjutnyaa, di tempat yang sama, waktunya setelah makan sore jam 16.00 WIB

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi VI, kedua pasien sudah mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi dan dapat melatih kemampuan bersosialisasinya dengan baik. Tn.Y sangat antusias, kemampuan bersosialisasi Tn.Y sangat bagus dari segi sikap dan kemampuan. Ny.S sudah mampu melakukan setiap sesi dengan bagus. Kedua pasien sudah mampu melakukan kerjasama yang baik.

Page 48: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

44

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS SESI VI

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

1.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

2.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

3. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

4.

Proses

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi VI √ √ Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi

a) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain

b) Menjawab dan memberi pada orang lain

√ √

Hasil Tercapai Tercapai 6. Penerapan Prosedur Terapi Individu Sosialisasi Sesi VII

Pasien 1 (Tn.Y) Pada sesi ketujuh Tn.Y mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi individu sosialisasi yang telah dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan durasi kurang lebih 45 menit.

Page 49: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

45

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg ketujuh.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya sore ini senang. 3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS :

- Klien mengatakan mengerti tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : a) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

b) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

c) Lama kegiatan 45 menit d) Masing-masing dapat

menyampaikan manfaat 6 kali pertemuan terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata sudah bagus

C. Kerja 1. Terapis mnjelaskan langkah

berikutnya: setiap individu menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan terapi individu sosialisasi

DS: - Klien mengatakan selama

terapi berlangsung, klien jadi bisa bertukar pikiran, mudah berbicara dengan orang lain, dapat berteman dengan banyak orang, segala masalah menjadi

Page 50: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

46

mudah karena banyak pendapat yang diambil

- Klien mengatakan sangat berterimakasih dengan terapi individu sosialisasi yang sudah diterapkan kepada klien

DO : - kemampuan bersosialisasi

klien menjadi lebih baik. - Klien tampak mudah

berbicara denganorang lain tanpa ada stimulus.

2. Terapis memberikan pujian seiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tmpak antusias - Klien tampak bertepuk

tangan. D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan sangat

senang dan berterimakasih kepada terapis

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak lebih

bersemangat dan lebih terbuka.

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO: - Klien tampak tersenyum - Klien tampak bertepuk

tangan 3. Menyimpulkan 6 kemampuan

pada 6 kali pertemuan yang lalu DS:

- Klien mengatakan jadi bisa memperkenalkan jati diri klien

- Klien mengatakan bisa memperkenalkan jati diri anggota individu yang lain

- Klien mengatakan dapat bertukar pikiran dan masalah

- Klien mengatakan dapat menentukan topik

- Klien mengatakan dapat terbuka tentang masalah pribadi yang dihadapi

- Klien mengatakan mampu bekerjasama dalam bersosialisasi.

DO :

Page 51: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

47

- Klien tidak menyendiri - Klien tampak terbuka dan

tampak mudah bergaul. 4. Menganjurkan agar pasien

melatih diri untuk 6 terapi individu sosialisasi yang telah dimiliki

DS : - Klien mengatakan akan

menerapkan terapi individu sosialisasi yang sudah diajarkan oleh terapis

DO : - Kemampuan bersosialisasi

klien meningkat. Pasien 2 (Ny.S) Pada sesi ketujuh Ny.S mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi individu sosialisasi yang telah dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan durasi kurang lebih 45 menit.

NO BUTIR YANG DINILAI KETERANGAN

A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan

klien yang sesuai indikasi DS :

- Klien mengatakan mau melakukan terapi individu sosialisasi yg ketujuh.

2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk bersama dengan perawat)

DO : - Klien tampak duduk

bersama dengan perawat dan individu yang lain.

B Orientasi 1. Mengucapkan salam terapeutik

dan masing-masing memasang name tag

DO : - Klien tampak memasang

name tag yang sudah ditulis dan memasangnya

2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi.

DS : - Klien mengatakan

perasaannya sore ini senang. 3. Menjelaskan tujuan kegiatan DS :

- Klien mengatakan mengerti tujuan yang dijelaskan oleh perawat

DO : - Klien tampak mengerti

4. Menjelaskan aturan main : e) Klien harus mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

f) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis.

g) Lama kegiatan 45 menit

DS : - Klien mengatakan mengerti

tentang aturan main yang dijelaskan perawat

DO : - Klien tampak mengerti - Klien tampak bersemangat - Kontak mata sudah bagus

Page 52: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

48

h) Masing-masing dapat menyampaikan manfaat 6 kali pertemuan terapi individu sosialisasi

C. Kerja 1. Terapis mnjelaskan langkah

berikutnya: setiap individu menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan terapi individu sosialisasi

DS: - Klien mengatakan selama

terapi berlangsung, klien jadi bisa bertukar pikiran, mudah berbicara dengan orang lain, dapat berteman dengan banyak orang, segala masalah menjadi mudah karena banyak pendapat yang diambil

- Klien mengatakan sangat berterimakasih dengan terapi individu sosialisasi yang sudah diterapkan kepada klien

DO : - kemampuan bersosialisasi

klien menjadi lebih baik. - Klien tampak mudah

berbicara denganorang lain tanpa ada stimulus.

2. Terapis memberikan pujian seiap kali pasien selesai.

DO : - Klien tmpak antusias - Klien tampak bertepuk

tangan. D. Terminasi 1. Menanyakan perasaan pasien

setelah mengikuti terapi individu sosialisasi

DS : - Klien mengatakan sangat

senang dan berterimakasih kepada terapis

DO : - Klien tampak senang - Klien tampak lebih

bersemangat dan lebih terbuka.

2. Memberi pujian atas pencapaian setiap individu

DO: - Klien tampak tersenyum - Klien tampak bertepuk

tangan 3. Menyimpulkan 6 kemampuan

pada 6 kali pertemuan yang lalu DS:

- Klien mengatakan jadi bisa memperkenalkan jati diri klien

- Klien mengatakan bisa memperkenalkan jati diri

Page 53: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

49

anggota individu yang lain - Klien mengatakan dapat

bertukar pikiran dan masalah

- Klien mengatakan dapat menentukan topik

- Klien mengatakan dapat terbuka tentang masalah pribadi yang dihadapi

- Klien mengatakan mampu bekerjasama dalam bersosialisasi.

DO : - Klien tidak menyendiri - Klien tampak terbuka dan

tampak mudah bergaul. 4. Menganjurkan agar pasien

melatih diri untuk 6 terapi individu sosialisasi yang telah dimiliki

DS : - Klien mengatakan akan

menerapkan terapi individu sosialisasi yang sudah diajarkan oleh terapis

DO : - Kemampuan bersosialisasi

klien meningkat.

Dalam penerapan prosedur terapi individu sosialisasi sesi VII, kedua pasien sudah mampu menyebutkan manfaat terapi individu sosialisasi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan durasi 45 menit setiap sesinya. Kedua klien bisa memperkenalkan jati diri klien, bisa memperkenalkan jati diri anggota individu yang lain, dapat bertukar pikiran dan masalah, dapat menentukan topik, dapat terbuka tentang masalah pribadi yang dihadapi, dan klien mampu bekerjasama dalam bersosialisasi dengan baik.

Page 54: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

50

INSTRUMENT HASIL STUDI KASUS

SESI VII

No Kemampuan Pasien 1 Pasien 2

5.

Aktivitas YA (√ ) TIDAK (X) YA (√ ) TIDAK (X)

Pasien dapat mengikuti setiap langkah terapi individu sosialisasi yang dianjurkan √ √ Pasien dapat melakukan setiap sesi terapi individu sosialisasi secara mandiri √ √

6.

Interaksi Pasien dapat berinteraksi baik dengan terapis salama terapi dilakukan √ √ Pasien mengungkapkan perasaan yang dialaminya selama terapi individu sosialisasi berlangsung √ √

7. Ekspresi

Pasien dapat mengontrol emosinya √ √

8.

Proses

Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir √ √ Pasien mampu melakukan sosialisasi secara individu sesi VII √ √ Pasien mampu menyampaikan pendapatnya tentang manfaat kegiatan terapi individu sosialisasi yang telah dilakukan.

√ √ Hasil Tercapai Tercapai

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan data dan obervasi pada klien dengan masalah isolasi sosial dengan terapi individu sosialisasi yang perawat atau terapis sudah berikan dan implementasikan sesuai dengan sesi yang sudah dibuat, maka di dapatkan

presentasi hasil yang sudah dibuat terapis dengan kriteria sebagai berikut: - Bila pasien mampu melakukan 7

kemampuan yang ditetapkan maka Hasilnya 100%.

Page 55: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

51

- Bila pasien mampu melakukan 6 dari 7 kemampuan yang ditetapkan maka Hasilnya 80 %.

- Bila pasien mampu melakukan 5 dari 6 kemampuan yang ditetapkan maka Hasilnya 60 %.

- Bila pasien mampu melakukan 4 dari 5 kemampuan yang ditetapkan maka Hasilnya 40 %.

- Bila pasien mampu melakukan kurang dari 3 kemampuan yang ditetapkan maka Hasilnya 20 %

Didapatkan perbandingan hasil setiap klien sebagai berikut: Klien 1 : Dari segi kemampuan yang diberikan perawat, klien dapat mengikuti setiap sesi penerapan prosedur terapi individu sosialisasi dari sesi pertama hingga ke tujuh dengan tujuan yang berbeda disetiap sesinya. Selama 3 hari berturut-turut klien mampu mengikuti setiap sesi yang berdurasi 45 menit. Kemampuan bersosialisasi klien mulai meningkat dengan adanya terapi individu sosialisasi mulai dari mampu menyebutkan jati diri dari nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby, klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hobby, mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi, mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain, mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi dan dapat melatih kemampuan bersosialisasinya dengan baik, hingga klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi individu sosialisasi yang telah dilakukan. Dari fisik dapat dilihat perubahan mulai dari kontak mata yang bagus, atau dapat melihat lawan bicaranya, afek klien mulai normal, sesuai dengan perasaannya klien sudah mampu berekspresi sesuai dengan keadaan dan kemampuan sosialisasi klien mulai meningkat. Dilihat dari 7 kemampuan didalam 7 sesi, Tn.Y dapat melakukan semua kegiatan dengan baik, setiap sesi memiliki nilai 1. Tn. Y : 7 kemampuan tercapai ditetapkan maka Hasilnya 100%.

Klien 2 : Dari segi kemampuan yang diberikan perawat, Ny.S dapat melakukan 6 kegiatan atau 6 terapi individu sosialisasi dari 7 terapi individu sosialisasi yang diberikan, klien tidak mampu atau belum mencapai hasil yang maksimal di sesi ke III yaitu belum mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok dan belum dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi yang ditanyakan oleh individu lain, alasan klien adalah karena malas menjawab dan tidak tahu mau menanyakan apa, perlu ditingkatkan terapi individu sosialisasi, karena pasien isolasi sosial butuh terapis yang dapat membangkitkan semangat klien. Tetapi terapis terus memfasilitasi kemampuan bersosialisasi klien, sehingga klien mampu menyebutkan jati diri dari nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby, klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hobby, mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain, mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi dan dapat melatih kemampuan bersosialisasinya dengan baik, hingga klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan terapi individu sosialisasi yang telah dilakukan. Setelah dilakukan 7 terapi individu sosialisasi dari segi sikap, kontak mata klien sudah dapat melihat lawan bicara walaupun kadang masih suka menunduk, afek klien mulai normal yaitu klien sudah mampu berekspresi sesuai dengan perasaan yang dirasakan klien saat itu dan kemampuan bersosialisasi klien meningkat, klien mulai mau berkenalan dengan individu yang lain.

Page 56: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

52

Dilihat dari 7 kemampuan didalam 7 sesi, Ny.S dapat melakukan 6 kegiatan terapi individu sosialisasi dengan baik, setiap sesi memiliki nilai 1.

Ny.S : 6 kemampuan tercapai ditetapkan maka Hasilnya 80%. Dari perbandingan dua klien Tn.Y dan Ny.S didapatkan perbedaan yaitu Tn.Y

lebih menguasai 7 kegiatan yang telah dilakukan dengan presentasi nilai 100% sedangkan Ny.S tidak dapat mengikuti satu kegiatan yaitu pada sesi ke III dan didapatkan hasil presentasi 80%. Tingkatkan lagi kemampuan bersosialisasi klien.

KESIMPULAN Dari berbagai macam gejala gangguan jiwa dimasyarakat, salah satunya adalah isolasi sosial. Yang dimaksud isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2009). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1933 dikutip Budi keliat, 2007).

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh Tn.Y dan Ny.S pada tanggal 12 sampai 14 Juni 2017, merupakan langkah awal peneliti untuk melakukan penerapan terapi individu sosialisasi pada pasien isolasi sosial. Tahap ini dimulai dari pengumpulan data dimana data berupa daftar yang memuat nama observer disertai jenis gejala yang diamati sesuai dengan kriteria inklusi. Dalam memperoleh data penulis melakukan pendekatan pada klien dengan isolasi sosial melalui wawancara dan observasi langsung dan kolaborasi dengan petugas panti.

Penerapan prosedur terapi individu sosialisasi pada pasien isolasi sosial dapat meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi, dan dapat diterapkan pada inividu sendiri. Penulis sudah menerapkan prosedur penerapan terapi individu sosialisasi pada Tn.Y dan Ny.S sesuai dengan sesi yang telah dibuat, sikap klien terhadap terapi individu sosialisasi sangat baik dan klien dapat mengikuti terapi dari sesi satu hingga sesi tujuh dengan sangat baik. Keefektifan dari penerapan prosedur terapi individu sosialisasi mencapai 100% jika klien dapat mengikuti sesi satu hingga selesai. Pendekatan terapi individu sosialisasi ini dapat dilakukan dengan kontrak terlebih dahulu kepada klien kemudian perawat atau terapis dapat menjelaskan tujuan dari terapi individu sosialisasi.

Dari perbandingan dua klien Tn.Y dan Ny.S didapatkan perbedaan yaitu Tn.Y lebih menguasai 7 kegiatan yang telah dilakukan dengan presentasi nilai 100% sedangkan Ny.S tidak dapat mengikuti satu kegiatan yaitu pada sesi ke III dan didapatkan hasil presentasi 80%.

SARAN

Untuk meningkatkan kualitas penerapan prosedur terapi individu sosialisasi pada pasien isolasi sosial di masa yang akan datang, penulis memberikan beberapa saran

yang mungkin dapat diterima oleh Mahasiswa dan Pengelola panti, yaitu : 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa sebelum mulai berdinas agar terlebih dahulu memahami

Page 57: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

53

tentang penerapan prosedur terapi individu sosialisasi pada pasien isolasi sosial dengan cara memahami setiap sesi yang telah dibuat, mulai dari sesi pertama hingga sesi ketujuh, sehingga dalam pelaksanaannya lebih mudah untuk diterapkan sesuai dengan kasus yang ada. Serta diharapkan agar dapat bekerja sama atau kolaborasi dengan pihak pengelola panti dan lainnya.

2. Bagi Pengelola Panti Diharapkan pengelola panti dapat memberikan informasi secara mendetail dan dengan lebih lanjut secara terus menerus kepada penulis dan informasi yang didapat sesuai dengan pasien khususnya penderita isolasi sosial mengenai cara terapi individu sosialisasi.

Anna Keliat, Budi & Akemat. 2012. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Badar. 2016. Asuhan Keperawtan Profesional Jiwa: Pada Pasien Dengan Masalah Utama “Isolasi Sosial”. Jakarta: In Media

Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama Kusumawati, Farida & Hartono, Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Purwaningsih, Wahyu & Karlina, Ina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa : Dilengkapi Terapi Modalitas dan Standard Operating Procedure (SOP). Jogjakarta: Nuha Medika

Sarka Ade Susana, SIP, S.Kep, MA dan Sri Hendarsih, S.Kp, M.Kes. 2011. Terapi

Modalitas: keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Suryani, Mimin. 2014. Pengaruh Terapi Individu Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Trimeilia, S. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta: Trans Info Media

Yosep, Iyus. 2009. Keperawtan Jiwa: Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama Https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi. Diakses pada tanggal 19 Maret 2017 pkl. 00.26 WIB

Www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2016 pkl. 00:00:00 WIB

Page 58: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PASKA PARTUM NORMAL DI RUANG NURI RUMAH SAKIT dr. ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA

Hariyati, SPd., M.Kes, Ns. Luluk Eka Meylawati, S.Kep, Ns. Wahyuni Dwi Rahayu, S.Kep, Zatul Pudla

1. Staf Dosen Akademi Keperawatan RSP TNI AU 2. Staf Dosen Akademi Keperawatan RSP TNI AU 3. Staf Dosen Akademi Keperawatan RSP TNI AU 4. Mahasiswa Akademi Keperawatan RSP TNI AU

ABSTRAK

Masa post partum atau masa nifas adalah masa setelah enam minggu setelah melahirkan dimana organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil, serta masa penyesuain terhadap hadirnya anggota keluarga baru. Tujuan studi kasus kasus ini adalah diperolehnya gambaran dan pengalaman dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan paska partum normal. Jenis penelitian ini adalah rancangan deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian ini adalah 1 orang klien dengan post partum normal. Analisis asuhan keperawatan pada klien post partum dilakukan dan diukur menggunakan format proses asuhan keperawatan. Hasil studi kasus menunjukkan tidak terjadinya komplikasi pada ibu post partum yaitu perdarahan dan infeksi. Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Post Partum Normal

ABSTRACT

The era of post parturition period, or is the era after six weeks after childbirth in which reproductive organs back like before getting pregnant, as well as period adjustments against the presence of a new family member. The purpose of the case study is getting an idea and experience in the implementation of the nursing care of clients with post normal childbirth. Type of this research is a descriptive approach to the design of the case studies. The subject of this research is to 1 person clients with post normal childbirth. Analysis on the nursing care of clients post, performed and measured using the format of the process of nursing care. The results of the case studies shows that it is not the occurrence of complications in the mother post, namely bleeding and infection. Keywords: Nursing Care, Post Normal Childbirth

Page 59: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

55

PENDAHULUAN

Masa postpartum atau masa nifas sering dikenal juga dengan peurperium yang berasal dari kata peur yang berarti seorang anak dan parere berarti kembali ke semula yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Puspita Palupi, 2013). Kematian ibu adalah kematian selama masa kehamilan atau dalam jangka waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, dapat diakibatkan oleh semua sebab dan dapat diperberat oleh kehamilannya ataupun cara penanganan persalinan (kecelakaan/cedera). WHO (dalam Infodatin, 2013) Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, jumlah kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahahiran hidup, jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan SDKI tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini meningkat sebesar 57% dari tahun 2007. Dengan penyebab kematian ibu terbanyak pada tahun 2010-2013 yaitu karena perdarahan. Sedangkan penyebab kematian terendah yaitu karena partus lama. Adapun penyebab lain dari kematian ibu yaitu hipertensi, infeksi dan abortus. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2012 didapatkan hasil yaitu jumlah kematian ibu sebanyak 97 jiwa. Dengan jumlah kematian ibu tertinggi yaitu di Jakarta Timur sejumlah 34 jiwa dan di Jakarta Utara sejumlah 23 jiwa, sedangkaan di Kepulauan Seribu tidak ada kejadian kematian ibu. Data yang diperoleh dari Ruang Nuri Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa selama 3 bulan terakhir (Februari-April) didapatkan hasil ibu bersalin sebanyak 132 jiwa. Jumlah ibu bersalin dengan tindakan seksio caesaria

sebanyak 103 jiwa atau 78%, sedangkan jumlah ibu dengan persalinanan secara normal sebanyak 29 jiwa atau 22%. Komplikasi pada ibu setelah melahirkan atau 24 jam pertama post partum yaitu perdarahan dan infeksi. Agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, ibu post partum membutuhkan pemantauan serta bantuan yang maksimal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini tenaga kesehatan khususnya perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar baik fisik maupun psikologis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dari segi promotif, perawat dapat memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan mengenai manajemen ibu paska partum seperti nutrisi ibu paska partum untuk proses penunjang dalam pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan. Dari segi preventif, perawat dapat melakukan pengawasan terhadap adanya tanda-tanda komplikasi lebih lanjut seperti perdarahan serta melakukan pemeriksaan paska partum seperti tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, luka dan tanda-tanda homan. Dari segi kuratif, peran perawat yaitu berkolaborasi dengan tim medis memberikan terapi medis seperti pemberian analgetik dan antibiotik. Dari segi rehabilitatif, menganjurkan klien untuk melakukan kontrol atau kunjungan nifas setelah 7 hari pertama setelah melahirkan dan menganjurkan klien melakukan KB (Diyan Indriyani dan Asmuji, 2014). Berdasarkan masalah diatas penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Paska Partum Normal di

Page 60: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

56

Ruang Nuri Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa”.

METODE Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan studi kasus, melakukan asuhan keperawatan pada klien paska partum normal dan dilaporkan prosesnya secara narasi. Kajian utama pada kasus ini adalah studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien post partum normal dengan menggunakan 1 kasus dan dibandingkan dengan teori. Alat pengumpulan data, peneliti telah menyediakan instrument yang sebelumnya sudah diujicobakan, berupa lembar pengkajian kepada klien tentang data identitas, riwayat kesehatan, data

penunjang, serta penatalaksanaan yang telah dilakukan. Pengumpulan data akan dilaksanakan setelah memperoleh perizinan untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa, kemudian peneliti memberikan penjelasan sesuai dengan etika penelitian. Setelah klien menyetujui, peniliti memberikan inform consent untuk ditandatangani oleh klien, kemudian peneliti mulai melakukan pengkajian kepada klien untuk pengolahan data selanjutnya. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nuri Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa Jakarta dan dilakukan pada tanggal 15-16 Juni 2017.

HASIL Bagian ini berisikan tentang uraian hasil yang diperoleh dari studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Paska Partum Normal di Ruang Nuri Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa yang telah dilakukan selama 2 hari pada tanggal 15-16 Juni 2017. 1. Pengkajian

a. Identitas Klien dengan nama Ny. N berusia 21 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 16.00 WIB di Ruang Nuri Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa. Dilakukan pengajian pada tanggal 15 Juni 2017 pukul 07.30 WIB. Klien dengan suku bangsa Jawa, beragama Islam, berpendidikan terakhir SMK, dan klien sebagai Ibu Rumah Tangga. Suami klien bernama Tn. M berusia

28 tahun, suku bangsa Jawa, beragama Islam, pendidikan terakhir SMK, dan pekerjaan sebagai wiraswasta. Klien dan suami beralamat di jalan Kampung Baru I nomer 16 RT 10 RW 05 Kelurahan Halim Perdana Kusuma Kecamatan Makasar Jakarta Timur.

b. Resume Ny. N usia 21 tahun datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa pada pukul 15.40 rujukan dari Klinik Pratama Bahagia dengan diagnosa G1P0A0 hamil 39 minggu dengan hipertensi, dengan keluhan mules-mules sudah sering, ketuban pecah dini berwarna kehijauan. Klien dibawa ke Ruang Nuri pukul 16.00, dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 6, DJJ 137 kali per menit, kontraksi 3x10 menit dan portio tipis. Partus normal pukul 20.37 dengan jenis

Page 61: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

57

kelamin bayi perempuan. Data yang didapat dari status klien, klien mengatakan nyeri, TFU (tinggi fundus uteri) 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat, konsistensi keras, TTV (TD: 110/70 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit). Masalah keperawatan utama klien yaitu resiko perdarahan dan tindakan yang sudah dilakukan yaitu mengkaji kontraksi dan konsistensi uterus, serta mengukur TFU.

c. Riwayat Keperawatan 1) Keluhan utama yang dirasakan

klien saat ini yaitu klien mengatakan nyeri pada daerah luka jahitan jalan lahir, ASI yang keluar baru sedikit.

2) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan pada 14 Juni 2017 pukul 20.37 WIB dengan tipe persalinan spontan. Lama persalinan kala I (saat pembukaan serviks) mulai dari pukul 16.00 sudah memasuki pembukaan 6 dan pada pukul 20.00 WIB memasuki pembukaan lengkap. Kemudian kala II (pengeluaran janin) pada pukul 20.00 sampai dengan 20.37 WIB bayi lahir berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3300 gr, panjang badan 50 cm dan APGAR score 8/9. Kemudian bayi segera dibersihkan dan diberi vitamin K. Kala III (pengeluaran plasenta) berlangsung 5 menit setelah kala II, sehingga dapat dijumlahkan lama persalinan yaitu 4 jam 42 menit yang dilanjutkan dengan kala IV (masa setelah plasenta lahir sampai 2 jam post partum). Jumlah perdarahan sebanyak ± 250 cc.

3) Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri Ny. N yaitu P1A0 dengan anak hidup 1. Anak pertama lahir dengan masa kehamilan 39 minggu, lahir spontan dengan penolong persalinan Bidan I, tidak ada penyulit persalinan namun dilakukan episiotomi untuk membuka jalan lahir.

4) Riwayat Keluarga Berencana Saat ini dan sebelum hamil klien belum melaksanakan KB, namun rencana yang akan datang klien akan memakai KB dengan jenis KB suntik.

5) Riwayat Imunisasi TT Klien mengatakan selama kehamilan tidak mendapatkan imunisasi TT.

6) Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi dan lain-lain.

7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari Sebelum Dirawat a) Pola Nutrisi/Cairan

Klien biasa makan 3 kali sehari dengan jenis makanan yaitu nasi, ikan, dan sayur-sayuran. Nafsu makan klien baik, klien mengatakan tidak ada alergi makanan. Berat badan klien sebelum hamil yaitu 45 kg dan berat badan sekarang yaitu 60 kg.

b) Pola Eliminasi Klien biasa BAB rutin 1 kali sehari dengan karateristik feses yaitu lunak dan defekasi terakhir pada hari Minggu. Klien BAK 5-6 kali sehari dengan karakteristik urin berwarna kuning jernih.

c) Personal Hygiene

Page 62: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

58

Klien biasa mandi 2 kali sehari dengan menggunakan air bersih dan sabun.Membersihkan mulut dengan menggosok gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi. Membersihkan rambut 2 hari sekali dengan menggunakan shampoo.

d) Pola Aktivitas/Istirahat dan Tidur

Klien sebagai ibu rumah tangga, pada waktu luang biasa digunakan untuk bersih-bersih rumah dan tidak ada keluhan pada saat beraktifitas. Klien biasa beraktifitas secara mandiri, klien biasa tidur siang selama 4 jam dan tidak ada masalah atau keluhan pada pola tidurnya.

e) Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan

Klien mengatakan tidak merokok, tidak meminum minuman keras ataupun ketergantungan obat.

f) Pola Seksualitas Klien mengatakan tidak ada masalah pada pola seksualitasnya.

g) Riwayat Psikososial Klien mengatakan kehamilannya direncanakan. Perasaan klien dan keluarga tentang kehamilan dan persalinannya merasa senang dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, klien sudah siap menerima kehadiran anaknya dan dalam merawat anaknya akan dibantu oleh ibu klien.

8) Status Sosial Ekonomi 9) Suami klien berpenghasilan

lebih dariRp 1.000.000 per

bulan dan dengan pengeluaran per bulan yaitu lebih dari Rp 1.000.000, klien memiliki BPJS sebagai jaminan kesehatan.

d. Pemeriksaan Fisik e. Sistem Kardiovaskuler/Sirkulasi

Nadi klien 84 kali per menit dengan irama teratur dan denyut nadi kuat, tekanan darah klien 110/80 mmHg, suhu tubuh 36,3°C, pengisian kapiler > 3 detik, tidak terdapat edema, konjungtiva anemis, sklera anikterik dan klien tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

f. Sistem Pernafasan Jalan nafas klien bersih dengan frekuensi nafas 22 kali per menit, irama nafas teratur dan suara nafas vesikuler.

g. Sistem Pencernaan Pada sistem pencernaan dimulai dari keadaan mulut klien baik, gigi tidak caries, lidah tidak kotor, tidak memakai gigi palsu dan nafsu makan klien baik. Bentuk tubuh gemuk dengan berat badan 60 kg, tinggi badan 155 cm dan membran mukosa klien lembab. Klien mengatakan belum BAB dan tidak memiliki hemoroid.

h. Sistem Neurosensori Pada status neurosensori klien dapat berorientasi dengan baik, tidak menggunakan kacamata maupun alat bantu dengar, tidak ada gangguan dalam berbicara.

i. Sistem Endokrin Pada system endokrin klien tidak

dilakukan pemeriksaan gula darah.

j. Sistem Urogenital Pada sistem urogenital klien normal dengan BAK rutin 5-6 kali per hari berwarna kuning dan sejumlah kurang lebih 500 cc.

k. Sistem Integumen

Page 63: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

59

Turgor kulit elastis, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, rambut dan kulit dalam keadaan bersih.

l. Sistem Muskuloskeletal Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, ekstremitas klien simetris, tidak ada oedema dan varises.

m. Dada dan Axilla Mammae klien membesar dengan hiperpigmentasi pada areola mammae, papilla mammae klien exverted, kolostrum sudah kleuar, produksi ASI sudah keluar, tidak ada sumbatan ASI dan tidak ada pembengkakan payudara.

n. Perut/Abdomen Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dengan kontaksi kuat dan konsistensi uterus keras.

o. Anogenital Terdapat lochia rubra yang berwarna merah dan berbau amis. Perdarahan yang keluar kurang lebih 250 cc, perineum terdapat luka episiotomi. Dilakukan episiotomi saat persalinan dengan jenis episiotomi medialateral. Tidak ada tanda-tanda REEDA yaitu tidak adanya kemerahan disekitar luka episiotomi, tidak ada edema, kebiruan, pengeluaran cairan yang bukan selain lochia dan keregangan jahitan cukup.

p. Pemeriksaan Penunjang Hemoglobin: 11,7 gr/dl (normal: 11,7-15,5 gr/dl), leukosit: 20400 mm³ (normal: 3600-11000 mm³), hematoktrit 37% (normal: 35-47%), trombosit 245000 mm³ (normal: 150-440 ribu/mm³), waktu perdarahan 3 menit (normal: 1-3 menit), waktu pembekuan 6 menit (normal: 1-7 menit), dan gula darah sewaktu 128 mg/dl (normal: < 120 mg/dl).

q. Penatalaksanaan

Klien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes per menit, ceftriaxone 2x1 gr (intra vena), MgSO4 40% per drip, asam mefenamat 3x 500 mg per oral, dan nefedipine 3x10 mg per oral.

r. Data Fokus 1) Data Subyektif

Klien mengatakan nyeri pada daerah jahitan jalan lahir, klien mengatakan skala nyeri 5, klien mengatakan nyeri seperti berdenyut-denyut, klien mengatakan nyeri pada saat turun dari tempat tidur, klien mengatakan ASI yang keluar baru sedikit, klien mengatakan sudah mengganti pembalut 1 kali dan darahnya penuh 1 pembalut, klien mengatakan lemas, klien mengatakan belum mengetahui posisi menyusui dnegan benar dan klien mengatakan sudah memberikan ASI pada bayinya.

2) Data Obyektif Klien tampak menahan sakit, klien tampak lemas, kontraksi uterus kuat, konsistensi keras, tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pussat, tampak luka episiotomi di perineum 5 jahitan, puting exverted, perdarahan 1 pambalut, lochia rubra berwarna merah dan berbaru amis, ASI yang keluar tampak sedikit, tampak cara menyusui yang belum benar, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV): tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,3°C, dan hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin: 11,7 gr/dl, leukosit: 20.400 mm³, hematokrit: 37%, dan trombosit: 245.000 mm³.

Page 64: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

60

s. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi 1. DS:

- Klien mengatakan lemas - Klien mengatakan sudah 1

kali ganti pembalut - Klien mengatakan darah

penuh 1 pembalut DO:

- TFU 2 jari dibawah pusat - Kontraksi uterus kuat - Konsistensi uterus keras - Lochia rubra berwarna

merah dan berbau amis - Terdapat luka episiotomi

di perineum 5 jahitan - Perdarahan 1 pampers - TTV: TD: 110/80 mmHg,

N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit

Resiko Tinggi Perdarahan

Proses Involusi Uteri DS:

- Klien mengatakan lemas

- Klien mengatakan sudah 1 kali ganti pembalut

- Klien mengatakan darah penuh 1 pembalut

DO: - TFU 2 jari

dibawah pusat - Kontraksi

uterus kuat - Konsistensi

uterus keras - Lochia rubra

berwarna merah dan berbau amis

- Terdapat luka episiotomi di perineum 5 jahitan

- Perdarahan 1 pampers

- TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit

2. DS: - Klien mengatakan nyeri - P: nyeri luka jahitan

Q: seperti berdenyut-denyut R: jalan lahir atau perineum S: skala 5 T: ketika turun dari tempat tidur

Nyeri Episiotomi/Laserasi

Page 65: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

61

DO: - Klien tampak menahan

sakit - Tampak luka episiotomi

diperineum 5 jahitan - TTV: TD: 110/80 mmHg,

N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit

3. DS: - Klien mengatakan ASI

yang keluar baru sedikit - Klien mengatakan sudah

memberikan ASI pada anaknya

- Klien mengatakan belum mengetahui posisi menyusui dengan benar

DO: - ASI yang keluar tampak

sedikit - Puting tampak exverted - Tampak cara menyusui

yang belum benar

Ketidakefektifan Pemberian ASI

Kurang Pengalaman Akibat Pengalaman Pertama Menyusui

4. DS: - DO:

- Tampak luka episiotomi di daerah perineum 5 jahitan

- Hasil pemeriksaan laboratorium: hemoglobin: 11,7 gr/dl, leukosit: 20.400 mm³, hematokrit: 37%, trombosit: 245.000 mm³

- TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit

- Tidak ada tanda-tanda REEDA

Resiko Infeksi Episiotomi/Laserasi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses involusi uteri Tanggal ditemukan : 15 Juni 2017 Tanggal teratasi : 15 Juni 2017

b. Nyeri berhubungan dengan episiotomi/laserasi Tanggal ditemukan : 15 Juni 2017 Tanggal teratasi : 16 Juni 2017

c. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan

Page 66: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

vii

kurang pengalaman akibat pengalaman pertama menyusui Tanggal ditemukan : 15 Juni 2017 Tanggal teratasi : 16 Juni 2017

d. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomi/laserasi Tanggal ditemukan : 15 Juni 2017 Tanggal teratasi : 16 Juni 2017

3. Rencana Keperawatan, Catatan

Keperawatan dan Evaluasi a. Resiko perdarahan berhubungan

dengan proses involusi uteri Tujuan : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan

Kriteria Hasil: 1) TTV dalam batas normal

(TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-80 x/menit, S: 36,5-37,5°C, RR: 16-20 x/menit)

2) Kontraksi uterus kuat 3) Konsistensi uterus keras 4) Jumlah lochea dalam batas

normal (< 500 cc)

Rencana Tindakan: 1) Pantau TTV setiap shif 2) Pantau lochia untuk warna

dan jumlah minumal satu kali tiap shif

3) Kaji tinggi dan tonus fundus tiap shif

4) Hitung pembalut, perdarahan terjadi jika pembalut lebih berat daripada normal

5) Jelaskan tanda dan gejala hemoragi post partum

Catatan Keperawatan: Kamis, 15 Juni 2017 Pukul 08.00 mengkaji tinggi fundus uteri dan tonus fundus uteri (hasil: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat dan konsistensi keras), menjelaskan tanda dan gejala hemoragi post partum (hasil: klien tampak memahami tentang penjelasan

yang diberikan), pukul 10.00 mengkaji TTV (hasil: TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit). Pukul 13.00 memantau lochia untuk warna dan jumlah (hasil: klien mengatakan perdarahan ¼ pembalut, lochia tampak rubra berwarna merah dan berbau amis), menghitung pembalut (hasil: perdarahan tampak ¼ pembalut). Evaluasi: Kamis, 15 Juni 2017 S: Klien mengatakan perdarahan ¼ pembalut O: Tampak perdarahan ¼

pembalut, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat, konsistensi keras, TTV (TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S 36,3°C, RR: 22 x/menit), lochia tampak rubra berwarna merah dan berbau amis.

A: Tujuan tercapai, masalah teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dihentikan

b. Nyeri berhubungan dengan episiotomi/laserasi Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil: 1) Nyeri berkurang 2) Skala nyeri ringan (1-3) 3) TTV dalam batas normal

(TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-80 x/menit)

Page 67: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

63

Rencana Tindakan: Mandiri: 1) Kaji pemahaman mengenai

afterpain 2) Jelaskan tentang afterpain

pada ibu 3) Kaji karakteristik nyeri tiap

shif 4) Kaji TTV tiap shif 5) Anjurkan untuk mengerutkan

otot gluteus saat duduk, dan duduk di kursi dengan bantalan keras bukan empuk

6) Anjurkan untuk berbaring miring

Kolaborasi: 7) Untuk episiotomi, laserasi,

dan hemoroid, anjurkan pemberian krim atau semprotan anastesia pada perineum, secara tipis, tiga hingga empat kali tiap hari

8) Dorong penggunaan pembalut dengan hamamelis setelah berkemih atau defekasi

9) Berikan NSAID (misal naproksen natrium [Anaprox]) minimal 30 menit sebelum ibu menyusui.

Catatan Keperawatan: Kamis, 15 Juni 2017 Pukul 08.10 mengkaji pemahaman klien mengenai afterpain (hasil: klien mengatakan belum mengetahui apa itu afterpain), menjelaskan tentang afterpain pada ibu (hasil: klien tampak memahami penjelasan yang diberikan), menganjurkan klien untuk mengerutkan otot gluteus saat duduk dan duduk di kursi dengan bantalan keras bukan empuk (klien mengatakan lebih nyaman). Pukul 10.00 mengkaji TTV klien (hasil: TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit),

mengkaji karakteristik nyeri (hasil: klien mengatakan skala nyeri 4, nyeri seperti berdenyut-denyut), menganjurkan klien untuk berbaring miring (hasil: klien tampak rileks). Pukul 13.00 berkolaborasi memberikan analgetik asam mefenamat (hasil: asam mefenamat 1x500 gr per oral). Jumat, 17 Juni 2017 Pukul 10.00 mengkaji TTV klien (hasil: TD: 120/70 mmHg, N: 82 x/menit, S: 36,6°C, RR: 20 x/menit), mengkaji karakteristik nyeri (hasil: klien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2). Evaluasi: Kamis, 15 Juni 2017 S: Klien mengatakan belum

mengetahui apa itu afterpain, klien mengatakan lebih nyaman, klien mengatakan skala nyeri 4, nyeri seperti berdenyut-denyut

O: Klien tampak memahami penjelasan yang diberikan mengenai afterpain, klien tampak rileks, asam mefenamat 3x500 gr per oral, TTV (TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit)

A: Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan (kaji karakteristik nyeri tiap shif, kaji TTV tiap shif, kolaborasi pemberian NSAID)

Jumat, 17 Juni 2017 S: Klien mengatakan nyeri sudah

berkurang dan skala nyeri 2

Page 68: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

64

O: TTV (TD: 120/70 mmHg, N: 82 x/menit, S: 36,6°C, RR: 20 x/menit)

A: Tujuan tercapai, masalah teratasi

P: Rencana tindakan keperawatan dihentikan

c. Ketidakefektifan pemberian ASI

berhubungan dengan kurang pengalaman akibat pengalaman pertama menyusui Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan pemberian ASI kembali efektif

Kriteria Hasil: 1) Mengungkapkan kenyamanan

selama menyusui 2) Mengenali isyarat awal bayi

lapar 3) ASI keluar banyak Rencana Tindakan: 1) Kaji pengetahuan tentang

menyusui 2) Kaji tingkat maturitas dan

usia gestasi bayi 3) Observasi kemampuan bayi

untuk menghisap 4) Pantau kemampuan bayi

untuk meraih puting dengan benar

5) Pantau bayi untuk bunyi kecapan dan sesapan saat menyusu

6) Kaji ibu untuk nyeri saat bayi menghisap

7) Kaji aliran ASI 8) Instruksikan ibu posisi yang

tepat, dan bantu memosisikan bayi bila diperlukan

9) Jelaskan tentang perawatan puting yang tepat, mencakup cara mencegah nyeri pada puting (ajarkan perawatan payudara)

Catatan Keperawatan: Kamis, 15 Juni 2017 Pukul 09.00 mengkaji pengetahuan tentang menyusui (hasil: klien mengatakan belum mengetahui posisi menyusui dengan benar), menginstruksikan ibu posisi yang tepat dan membantu memosisikan bayi (hasil: klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi menyusui saat ini), mengkaji tingkat maturitas dan usia gestasi bayi (hasil: klien mengatakan usia gestasi bayi 39 minggu), memantau kemampuan bayi untuk meraih puting dengan benar (hasil: tampak mulut bayi menutupi seluruh bagian puting), mengobservasi kemampuan bayi untuk menghisap (hasil: tampak reflek rooting baik), memantau bayi untuk bunyi kecapan dan sesapan saat menyusu (hasil: tidak terdengar bunyi kecapan dan sesapan), mengkaji ibu untuk nyeri saat bayi menghisap (hasil: klien mengatakan tidak nyeri), mengkaji aliran ASI (hasil: tampak ASI yang keluar sedikit). Pukul 13.30 mengajarkan perawatan payudara (hasil: klien mampu mengulangi tahap-tahap perawatan payudara dengan benar). Jumat, 16 Juni 2017 Pukul 09.00 mengkaji aliran ASI (hasil: ASI yang keluar banyak), mengkaji ibu untuk nyeri saat bayi menyusu (hasil: klien mengatakan tidak nyeri). Evaluasi: Kamis, 15 Juni 2017 S: Klien mengatakan belum

mengetahui posisi menyusui dengan benar, klien mengatakan lebih nyaman

Page 69: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

65

dengan posisi menyusui setelah diinstruksikan, klien mengatakan usia gestasi bayi 39 minggu, klien mengatakan tidak nyeri saat menyusui.

O: Tampak mulut bayi menutupi seluruh bagian puting, tampak reflek rooting baik, tidak terdengar bunyi kecapan atau sesapan pada saat bayi menyusu, tampak ASI yang keluar sedikit, klien mampu mengulangi tahap-tahap perawatan payudara dengan benar.

A: Tujuan teratasi sebagian, masalah belum teratasi P: Rencana tindakan

keperawatan dilanjutkan (kaji ibu untuk nyeri saat bayi menyusu, kaji aliran ASI)

Jumat, 16 Juni 2017 S: Klien mengatakan tidak nyeri saat menyusui O: ASI yang keluar banyak A: Tujuan tercapai, masalah teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dihentikan (pasien pulang)

d. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomi/laserasi Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil: 1) Tidak ada tanda-tanda infeksi

(rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolaesa)

2) TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-80 x/menit, S: 36,5-37,5°C, RR: 16-20 x/menit)

Rencana Tindakan:

1) Pantau TTV satu kali tiap shif 2) Kaji area episiotomi satu kali

tiap shif 3) Kaji tingkat nyeri 4) Kaji lochia satu kali tiap shif 5) Kaji fundus uteri satu kali tiap

shif 6) Periksa puting untuk pecah,

kemerahan atau nyeri 7) Ajarkan dan dorong teknik

hygiene perineum 8) Ajarkan teknik mencuci

tangan dengan benar 9) Kolaborasi pemberian

antibiotik ceftriaxone 2x1 gr (intra vena)

Catatan Keperawatan: Kamis, 15 Juni 2017 Pukul 08.00 mengkaji fundus uteri (hasil: TFU 2 jari dibawah pusat, kontaksi kuat, konsistensi keras). Pukul 10.00 mengkaji TTV (TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit), mengkaji tingkat nyeri (hasil: klien mengatakan skala nyeri 4). Pukul 13.00 mengkaji lochia (hasil: lochia rubra berwarna merah, berbau amis), mengkaji area episiotomi (hasil: tidak ada tanda tanda infeksi). pukul 13.25 mengajarkan klien teknik mencuci tangan dengan benar (hasil: klien mampu melakukan teknik mencuci tangan dengan benar). Pukul 13.30 memeriksa keadaan puting (hasil: puting tampak tidak pecah dan merah). Jumat, 16 Juni 2017 Pukul 08.00 mengkaji fundus uteri (hasil: TFU 3 jari dibawah pusat). Pukul 09.00 memeriksa keadaan puting (hasil: puting tampak tidak pecah dan merah). Pukul 10.00 mengkaji TTV (hasil: TD: 120/70 mmHg, N: 82

Page 70: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

66

x/menit, S: 36,6°C, RR: 20 x/menit), mengkaji tingkat nyeri (hasil: klien mengatakan skala nyeri2). Pukul 11.00 mengkaji lochia (hasil: lochia rubra, berwarna merah dan berbau amis), mengkaji area episiotomi (hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi). Evaluasi: Kamis, 16 Juni 2017 S: Klien mengatakan skala nyeri 4 O: TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi kuat, konsistensi keras, TTV (TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,3°C, RR: 22 x/menit), lochia rubra, berwarna merah, berbau amis, tidak ada tanda-tanda infeksi, klien mampu melakukan teknik mencuci tangan dengan benar, puting tampak tidak pecah dan merah.

A: Tujuan teratasi sebagian, masalah belum teratasi P: Rencana tindakan

keperawatan dilanjutkan (kaji tinggi fundus uteri tiap shif, kaji TTV tiap shif, kaji area episiotomi satu kali tiap shif, kaji tingkat nyeri, kaji lochia satu kali tiap shif, periksa puting untuk pecah dan kemerahan).

Jumat, 16 Juni 2017 S: Klien mengatakan skala nyeri 2 O: TFU 3 jari dibawah pusat,

puting tampak tidak pecah dan merah, TTV (TD: 120/80 mHg, N: 82 x/menit, S: 36,6°C, RR: 20 x/menit), lochia rubra, berwarna merah, berbau amis, tidak ada tanda-tanda infeksi.

A: Tujuan tercapai, masalah teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dihentikan

PEMBAHASAN Setelah melakukan asuhan keperawatan paska partum normal pada Ny. N di Ruang Nuri Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa yang dilakukan pada tanggal 15-16 Juni 2017, maka pada sub bab ini penulis akan mengemukakan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan dilahan, serta faktor-faktor pendukung, penghambat dan solusi atau alternatif pemecahan masalah. Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahapan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawaran, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses asuhan keperawatan. Dari

pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017, terdapat kesenjangan pada pemeriksaan diagnostik antara teori dengan kasus. Pada teori pemeriksaan diagnostik post partum meliputi urinalisis, hitung sel darah putih (SDP), Hb dan Ht. Sedangkan pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik post partum. Untuk pemeriksaan diagnostik Hb dan Ht tidak dilakukan pada klien dengan alasan karena pada proses persalinan, jumlah perdarahan klien masih dalam batas normal yaitu < 500 cc. Pemeriksaan urinalisis dan hitung sel darah putih tidak dilakukan karena tidak ada peningkatan suhu tubuh yang menandakan terjadinya infeksi.

Pada penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

Page 71: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

68

Pada teori penataksanaan medis post partum meliputi evaluasi status hepatitis B, pemberian analgesik topikal untuk episiotomi, pengobatan oksitosik untuk perdarahan hebat, pemberian analgesik oral dan pelunak feses. Namun pada kasus, klien hanya diberikan analgesik oral. Evalusi status hepatitis B tidak dilakukan karena pada pemeriksaan fisik sklera klien anikterik dan BAK klien berwarna kuning jernih. Pemberian analgesik topikal untuk episiotomi tidak diberikan karena klien sudah mendapatkan analgesik oral. Pengobatan oksitosik untuk perdarahan tidak diberikan karena jumlah perdarah klien masih dalam batas normal (< 500 cc). Dan pelunak feses tidak diberikan karena klien tidak mengalami keluhan pada sistem pencernaannya.

Faktor pendukung pada pengkajian yaitu klien dan keluarga sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan saat penulis melakukan pengkajian, klien terbuka pada keluhan yang dirasakan dan saat pemeriksaan fisik, status klien dapat dilihat secara lengkap, adanya kerjasama antara penulis dengan klien, perawat ruangan dan tim medis. Pada pengkajian penulis tidak menemukan faktor penghambat karena klien kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap perumusan diagnosa keperawatan penulis berusaha melakukan analisa data melalui identifikasi masalah keperawatan yang tepat. Dari hasil pengumpulan data saat pengkajian, maka penulis mengangkat diagnosa keperawatan dan membandingkan dengan teori pada asuhan keperawatan paska partum normal. Diagnosa keperawatan pada teori terdapat 8 diagnosa

keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat 4 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan pada teori tetapi tidak muncul pada kasus ada 4 diagnosa keperawatan, diantaranya: a. Komplikasi potensial post partum:

retensi urine, penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena klien sudah melakukan aktivitas BAK kekamar mandi secara mandiri dan tidak memiliki keluhan.

b. Risiko konstipasi, penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena klien tidak mengalami keluahan dalam BAB dan menurut teori pada bab 2 defekasi spontan terjadi pada 2-3 hari post partum.

c. Risiko kekurangan volume cairan, penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena turgor kulit klien elastis, membran mukosa klien lembab, dan tidak terjadi diaphoresis atau keringat berlebih pada klien.

d. Defisiensi pengetahuan (perawatan bayi), penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena klien masih tinggal dengan orang tua dan dalam merawat bayinya dibantu oleh ibunya dan diajari oleh ibunya.

Faktor pendukung yang memudahkan penulis dalam menegakkan diagnosa keperawatan yaitu diperolehnya data yang lengkap sehingga dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Klien yang kooperatif dan adanya sumber atau literatur yang menjadi pedoman dalam menegakkan diagnosa keperawatan. Faktor penghambat dalam merumuskan diagnosa keperawawatan tidak ditemukannya hambatan yang berarti.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang ditemukan dengan tidak mengabaikan teori yang

Page 72: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

69

ada dan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan. Pada tahap perencanaan ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu: prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil yang berdasarkan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realible, Timeable), dan merumuskan intervensi.

Pada diagnosa keempat yaitu risiko infeksi berhubungan dengan episiotomi atau laserasi terdapat kesenjangan pada teori dan kasus. Pada teori tidak terdapat rencana tindakan keperawatan kolaborasi pemberian antibiotik, sedangkan pada kasus terdapat rencana tindakan keperawatan kolaborasi pemberian antibiotik karena antibiotik dirasakan perlu diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.

Dalam penulisan intervensi tidak terlepas dari faktor pendukung yaitu: tersedianya literatur-literatur untuk menetapkan intervensi keperawatan. Faktor penghambatnya pada rencana tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan yang berarti.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan diselesaikan berdasarkan kebutuhan klien. Pada diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan proses involusi uteri, nyeri

berhubungan dengan episiotomi atau laserasi, ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengalaman akibat pengalaman pertama menyusui, dan risiko infeksi berhubungan dengan episiotomi atau laserasi, hampir semua rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik karena klien kooperatif dan penulis juga bekerjasama dengan perawat ruangan. Namun ada dua rencana tindakan keperawatan yang tidak dapat dilaksanakan yaitu: a. Untuk episiotomi atau laserasi dan

hemoroid, anjurkan pemberian krim atau semprotan anastesia pada perineum secara tipis: tidak dilakukan karena klien sudah mendapatkan mendapatkan analgesik oral.

b. Dorong penggunaan pembalut dengan hamamelis setelah berkemih atau defekasi: tidak dilakukan karena klien sudah mendapatkan analgesik oral.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap ini merupakan akhir dari proses keperawatan. Dilihat dari 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada klien, semua tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan oleh penulis pada rencana tindakan keperawatan. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karena klien dan keluarga sangat kooperatif.

KESIMPULAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan paska partum normal di Ruang Nuri Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa selama 2 hari mulai dari tanggal 15-16 Juni 2017, penulis dapat menyimpulkan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Penulis melakukan

pengkajian dengan wawancara dan pemeriksaan fisik lengkap pada ibu post partum dan penulis mendapatkan hampir semua data sama dengan yang ada pada teori, namun pada pemeriksaan diagnostik ada beberapa yang tidak dilakukan pada klien dan pada penatalaksanaan medis ada beberapa juga yang tidak diberikan pada klien. Hal itu dikarenakan tidak adanya

Page 73: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

70

instruksi untuk berkolaborasi pemberian terapi tersebut. Pada pengkajian penulis tidak menemukan faktor penghambat karena klien kooperatif.

Diagnosa keperawatan dalam teori terdapat 8, sedangkan pada kasus hanya 4 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori namun tidak muncul pada kasus ada 4 yaitu komplikasi potensial post partum retensi urin, risiko konstipasi, risiko kekurangan volume cairan, dan defisiensi pengetahuan perawatan bayi. Faktor penghambat dalam merumuskan diagnosa keperawawatan tidak ditemukannya hambatan yang berarti.

Pada perencanaan tindakan keperawatan ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Rencana tindakan keperawatan risiko infeksi yang terdapat pada teori tidak ada kolaborasi pemberian antibiotik, sedangkan rencana tindakan keperawatan pada kasus terdapat kolaborasi pemberian antibiotik. Pada rencana tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan yang berarti.

Pelaksanaan yang telah dilakukan disesuaikan dengan tujuan dan rencana keperawatan yang telah dibuat dengan melibatkan klien dan tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan keperawatan dilakukan selama 2 hari yaitu mulai dari tanggal 15-16 Juni 2017. Terdapat 2 rencana tindakan keperawatan yang tidak dilakukan pada klien yaitu untuk episiotomi atau laserasi dan hemoroid, anjurkan pemberian krim atau semprotan anastesia pada perineum secara tipis, dan dorong penggunaan pembalut dengan hamamelis setelah berkemih atau defekasi. Kedua rencana tindakan keperawatan tersebut tidak dilakukan karena klien sudah mendapatkan analgesik oral.

Evaluasi keperawatan merupakan akhir dari proses keperawatan. Dilihat dari 4

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien, semua tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan oleh penulis pada rencana tindakan keperawatan.

SARAN Setelah melakukan serangkaian proses keperawatan dan pendokumentasian dalam melaksanakan “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Paska Partum Normal di Ruang Nuri Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa”, penulis menyertakan saran-saran yang diharapkan agar pada waktu yang akan datang dalam melakukan proses keperawatan menjadi lebih baik. 1. Institusi

a. Diharapkan penyediaan literatur-literatur yang lebih banyak lagi serta literatur-literatur dengan tahun pembuatan atau cetakan terbaru agar dapat digunakan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya ataupun pembuatan makalah yang ditugaskan. Sehingga mahasiswa/i tidak perlu mencari literatur-literatur ke perpustakaan lain yang lebih lengkap.

b. Diharapkan penyediaan waktu yang lebih panjang untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah, karena pada proses mencari pasien yang sesuai dengan proposal terlalu berdekatan dengan sidang hasil Karya Tulis Ilmiah. Sehingga tidak dapat melakukan prosedur yang sesuai dengan proposal yang telah dibuat dan disidangkan.

2. Mahasiswa/i

a. Diharapkan mahasiswa/i lebih aktif lagi dalam pengumpulan data (mencari pasien), mintalah arahan pada pembimbing jika berkenan agar pada proses pengambilan data di Rumah Sakit (mencari pasien yang sesuai dengan proposal) dapat

Page 74: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

71

dilakukan bersamaan dengan pembuatan proposal.

b. Diharapkan mahasiswa/i dapat meguasai teori dengan baik, sehingga pada saat melakukan

proses keperawatan dapat melakukannya sesuai dengan teori.

c. Diharapkan mahasiswa/i dapat bekerjasama dengan baik dengan perawat atau bidan ruangan di lahan praktik yang telah disediakan.

DAFTAR PUSTAKA Aspiani, Reny Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: CV Trans Info Media. Green, Carol J dan Judith M Wilkinson. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir. (Monica Ester, dkk Penerjemah). Jakarta: EGC. Indriyani, Diyan dan Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya Promotif dan Preventif dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Infodatin. (2012). Infodatin Ibu. Diunduh pada Tanggal 24 Mei 2017, Pukul 12.00

WIB dari website www.depkes.go.id/resources/download/pu

s atin/infodatin/infodatin-ibu.pdf. Lowdermilk, Deitra Leonard. dkk. (2013). Keperawatan Maternitas. (Felicia Sidartha dan Anesia Tania Penerjemah ). Edisi 8. Indonesia: Salemba Medika. Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan

Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Nurbaeti, Irma. dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum dan

Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit Mitra

Wacana Media. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2012). Diunduh pada Tanggal 24 Mei

2017, Pukul 13.48 WIB dari website www.depkes.go.id/resources/...KES.../11% 0Profil_Kes.Prov.DKIJakarta_2012.pdf. Reeder, Sharon J, dkk. (2011).

Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga, Edisi 18, Volume 2. Jakarta:

EGC.

Page 75: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

72

PENGARUH JENIS KELAMIN, MINAT DAN INTELLIGENCE QUOTIEN (IQ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT II AKPER YATNA YUANA

Sarma Eko Natalia Sinaga1

Email :[email protected]

ABSTRAK

Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dan usaha penilaian belajar dalam periode waktu tertentu. Prestasi belajar itu dipengaruhi oleh jenis kelamin, minat dan Intelligence Quotien (IQ).Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, minat dan Intelligence Quotien (IQ) dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat II AKPER Yatna Yuana Lebak tahun akademik 2016/2017. Metode penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 77 orang. Analisa data yang digunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistika T.Test Independent. Hasil yang didapatkan adalah ada pengaruh antara jenis kelamin dengan prestasi belajar (p = 0.003), ada pengaruh minat dengan prestasi belajar (p = 0.007). Kata Kunci :Intelligence Quotien, Jenis Kelamin, Minat, Prestasi Belajar

ABSTRACT

Academic achievement is the result of measurements and assessments of learning in specific time period. Academic achievement is influenced by genders,interests, and Intelligence Quotient ( IQ). The purpose of this study was to determined effect of genders,interests, and Intelligence Quotient (IQ), with students achievement in Second years of Academic, AKPER Yatna Yuana,Lebak, at Academic year 2016/2017. This research method is descriptive quantitative with the number of research sample counted 77 students.The data analysis used univariate and bivariate with statistical test, Independent T.test. As a result, the gender had a significant effect to academic achievement( p = 0,003), interest had a significant to academic achievement ( p = 0,007). Key word :Academic Achievements, Genders, Interest, Intelligence Quotien

Page 76: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

73

PENDAHULUAN Prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang diperoleh mahasiswa selama proses kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif sesuai nilai yang diperolehnya (Hadi, 2012). Keberhasilan belajar mahasiswa diukur dengan Indeks Prestasi Kumulatif /IPK (Grade Point Average/GPA), ukuran kinerja akademik mahasiswa. Pencapaian indeks prestasi mahasiswa yaitu rerata nilai perolehan mahasiswa selama masa studi yaitu indeks prestasi 0.00 sampai dengan 4.00. Indeks Prestasi Kumulatif diperoleh dari perkalian angka kualitas dengan sks tiap matakuliah yang hasilnya dibagi dengan total sks yang telah ditempuh sampai dengan masa studi terakhir. Ketentuan Pedoman Predikat Kelulusan AKPER Yatna Yuana Lebak adalah Cum Laude > 3.50, sangat memuaskan 3.00 – 3.50, memuaskan 2.75 – 2.99, baik 2.50 – 2.74, cukup 2.00 – 2.49. Adabeberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa,dan penelitidisini, hanya memfokuskan pada faktor jenis kelamin, minat dan Intelligence Quotien (IQ). Menurut Siti Aizah (2008), jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar, khususnya untuk anak perempuan, Hal ini disebabkan karena anak perempuan diasumsikan sebagai anak yang rajin dan patuh. Sifat ini memungkinkan anak perempuan lebih rajin dalam belajar dan selalu patuh terhadap guru serta orang tua, sehingga lebih banyak anak perempuan yang memperoleh prestasi yang tinggi. Begitu juga dengan minat, memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Syah (2005) minat adalah keinginan seseorang yang sangat besar terhadap yang disukainya.Dalyono (2010), juga mengatakan bahwa minat aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar. Oleh karena itu apabila seseorang memiliki ketertarikan terhadap sesuatu dan menyukainya maka dia akan belajar dengan

sebaik-baiknya.Desmita (2006), menjelaskan bahwa “IQ adalah kemampuan berfikir secara abstrak, memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari”.Inteligensi mempunyai pengaruh yang besar dalam prestasi belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi biasanya memiliki prestasi belajar yang lebih baik pula dibandingkan dengan inteligensi yang rendah.Dari data penelusuran para dosen dan administrasi AKPER Yatna Yuana Lebak, mulai dari tahun akademik 2012/2013 sampai dengan tahun akademik 2015/2016, mahasiswa yang berprestasi sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan. Mahasiswa yang memiliki keberminatan terhadap keperawatan memiliki kecenderungan prestasi yang lebih baik dibandingkan yang tidak berminatkeperawatan dan berlatar belakang pendidikan IPA dan IPSdalam kurun waktu tersebutmemiliki kecenderungan yang berubah-ubah dan sangat bervariasi untuk mahasiswa yang berprestasi. Sedangkan untuk Intelligence Quotien (IQ) sangat bervariasi.Karena berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengkaji apakah pengaruh jenis kelamin, minat dan Intelligence Quotien (IQ)terhadap prestasi akademik Mahasiswa Tingkat II AKPERYatna Yuana Lebak. METODE Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan pada Maret 2017 di AKPER Yatna Yuana Lebak pada mahasiswa semester IV (tingkat II). Pengumpulan data dengan cara wawancara berpedoman dengan kuisioner, pengukuran, dokumen hasil psikotest (Test IQ), dan laporan hasil evaluasi semester (IPK semester I sampai dengan semester III).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV tingkat II AKPER Yatna Yuana Lebak tahun Akademik 2016/2017 yang berjumlah 77

Page 77: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

74

orang. Dan seluruh populasi mahasiswa menjadi sampel dalam penelitian ini (Total Sampling). Analisa data yang digunakan antara lain analisa univariat, analisa bivariat dengan Uji Statistika T.Test Independent. HASIL PEMBAHASAN Hasil penelitian indeks prestasi mahasiswa tingkat II di AKPER Yatna Yuana Lebak

menunjukkan dari 77 mahasiswa,terdapat 31 mahasiswa (40.3%) memiliki indeks prestasi sangat memuaskan, 35 mahasiswa (45.5%) dengan indeks prestasi memuaskan, 7 mahasiswa (9.1%) dengan indeks prestasi baik, 4 mahasiswa (5.2%) indeks prestasi cukup.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Indek Prestasi Kumulatif,

Jenis Kelamin, Minat dan Inteligensi Variabel Frekuensi % Indeks Prestasi Kumulatif Sangat memuaskan 31 40.3 Memuaskan 35 45.5 Baik 7 9.1 Cukup 4 5.2 Jenis Kelamin Laki-laki 36 46.8 Perempuan 41 53.2 Minat Keperawatan 42 54.5 Non Keperawatan 35 45.5 Intelligence Quotien (IQ) Superior 2 2.6 Normal 75 97.4

Tabel 2.Pengaruh Variabel dengan Prestasi Akademik Variabel Mean SD SE P-Value N Jenis Kelamin Laki-laki 2.86 0.25 0.041 0.003 36 Perempuan 3.02 0.20 0.032 41 Minat Keperawatan 3.01 0.20 0.031 0.007 42 Non-Keperawatan 2.86 0.26 0.444 35

Intelligence Quotien (IQ)

Superior 3.10 0.36 0.260 0.370 2 Normal 2.94 0.23 0.027 75

PEMBAHASAN Diketahui nilai mean mahasiswa laki-laki 2.86 dengan standar deviasi

0.25 sedangkan mahasiswa perempuan 3.02 dengan standar deviasi 0.20, jadi mahasiswa

Page 78: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

75

perempuan memiliki rata-rata indeks prestasi lebih tinggi dari pada mahasiswa laki-laki. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata indeks prestasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan sebesar p=0.03. Demikian juga dengan hasil penelitian Siti Aizah (2008) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar p= 0.000. Didukung juga dengan penelitian Suparto (2016) yang mengatakan ada keterkaitan antara jenis kelamin dengan indeks prestasi (p= 0.020). Hubungan kerterkaitan ini disebabkan karena setelah zaman emansipasi mengakibatkan terbukanya kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan dalam memperoleh pendidikan sehingga perempuan memiliki kebebasan dalam pemberdayaan dan kemajuan. Selain itu juga, perempuan lebih memiliki kerajinan dan ketekunan dalam belajar dan memiliki keterlibatan dengan kegiatan kampus yang mendukung proses belajar, sedangkan laki-laki lebih tertarik dengan kegiatan kampus yang bersifat refreshing dan olah tubuh (Chafetz; serta Kuh, Hu,dan Vesper dalam Chee, Pino dan Smith, 2005). Nilai mean mahasiswa yang berminat dengan keperawatan 3.01 dengan standar deviasi 0.20 sedangkan mahasiswa yang berminat non-keperawatan 2.86 dengan standar deviasi 0.26, jadi mahasiswa yang berminat keperawatan memiliki rata-rata indeks prestasi lebih tinggi dari pada mahasiswa yang berminat non-keperawatan. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata indeks prestasi mahasiswa yang berminat keperawatan dengan yang berminat non-keperawatan sebesar p=0.007.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Rudhi Achmadi (2007) ada hubungan yang signifikan antara minat mahasiswa terhadap indek prestasi kumulatif p= 0.000. Demikian juga dengan penelitian Atiek Setiyaningsih (2011) yaitu terdapat hubungan antara minat masuk jurusan DIII Kebidanan dengan prestasi belajar mahasiswa p= 0.000. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Sandjaja (2010), seseorang akan melakukan atau tidak sesuatu aktivitas, tergantung dari minat dari orang tersebut, jadi minat adalah motivator yang kuat dalam melakukan aktivitas. Menurut Slameto (2013), minat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pencapaian prestasi belajar, seseorang akan merasa senang ketika melakukan aktivitas yang sesuai dengan minatnya.Nilai mean mahasiswa yang berinteligensi superior 3.1 dengan standar deviasi 0.36, sedangkan mahasiswa yang berinteligensi normal 2.94 dengan standar deviasi 0.23 , jadi mahasiswa yang ber-inteligensi superior memiliki rata-rata indeks prestasi lebih tinggi dari pada mahasiswa yang berinteligensi normal. Hasil uji statistika didapatkan nilai p= 0.370, yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata mahasiswa yang berinteligensi superior dengan mahasiswa yang berinteligensi normal. Penelitian Dyah Woro (2014) menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara inteligensi terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa p= 0.457. Tidak sejalan dengan yang ditemukan pada penelitian Dwi Rani (2013) dimana hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh antara inteligensi terhadap prestasi belajar

Page 79: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

76

(p= 0.010). Slameto (2013) mengatakan inteligensi sangat mempengaruhi prestasi akademik karena pelajar yang mempunyai inteligensi yang baik akan memiliki prestasi belajar yang baik. Inteligensi yang baik akan menghasilkan proses belajar yang baik dan mengarahkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga konsekuensi dari inteligensi yang tinggi adalah hasil belajar yang tinggi (Fatimah,Karyanto, Rosyidi, 2012). Perbedaan hasil penelitian ini juga dimungkinkan karena jumlah sampel yang sangat sedikit, teknik analisa data dan juga perbedaan tempat lokasi penelitian. Dan perbedaan ini juga dimungkinkan karena inteligensi bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang baik, seperti menurut Goleman (2000), kecerdasan inteligensi hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor lain yaitu kecerdasan emosional yaitu kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. KESIMPULAN Dari hasil penelitian mahasiswa tingkat II AKPER Yatna Yuana Lebak, indeks prestasi menunjukkan dari 77 mahasiswa, terdapat 31 mahasiswa (40.3%) memiliki indeks prestasi sangat memuaskan, 35 mahasiswa (45.5%) dengan indeks prestasi memuaskan, 7 mahasiswa (9.1%) dengan indeks prestasi baik, 4 mahasiswa (5.2%) indeks prestasi cukup. Nilai mean mahasiswa laki-laki 2.86 dengan standar deviasi 0.25

sedangkan mahasiswa perempuan 3.02 dengan standar deviasi 0.20, jadi mahasiswa perempuan memiliki rata-rata indeks prestasi lebih tinggi dari pada mahasiswa laki-laki. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata indeks prestasi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan sebesar p=0.03. Nilai mean mahasiswa yang berminat dengan keperawatan 3.01 dengan standar deviasi 0.20 sedangkan mahasiswa yang berminat non-keperawatan 2.86 dengan standar deviasi 0.26, jadi mahasiswa yang berminat keperawatan memiliki rata-rata indeks prestasi lebih tinggi dari pada mahasiswa yang berminat non-keperawatan. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata indeks prestasi mahasiswa yang berminat keperawatan dengan yang berminat non-keperawatan sebesar p=0.007. DAFTAR PUSTAKA Atik Setiyaningsih (2011). Hubungan antara Minat masuk Jurusan D III Kebidanan dan Motivasi Belajar dengan Prestasi belajar Mahasiswa. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 Chee, Kyong Hee; Nathan W. Pino dan William L. Smith. (2005). Gender Differences in the Academic Ethic and Academic Achievement. College Student Journal, Sept 2005. Dalyono (2010). Psikologi Pendidikan .Jakarta: RinekaCipta

Page 80: SUSUNAN PENGASUH - akper-rspau.ac.idakper-rspau.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Jurnal-Vol.3-2017.pdfSUSUNAN PENGASUH: Penanggung Jawab: drg. Hari Prajogo, M H Kes. Pimpinan Redaksi:

77

Desmita (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.Rosda Karya Dwi Rani (2013). Pengaruh Sikap, Tingkat Inteligensi, dan Metode Pembelajaran t erhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Widya Kuoarjo. Jurnal Oikonomia. Vol 2 No.2 Dyah Woro (2014). Hubungan antara Asal Jurusan SMA dan Intelligence Question (IQ) dengan Prestasi Belajar di Program Studi D III Kebidanan STIK Sint. Carolus Jakarta Tahun 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus. Fatimah, Karyanto, Rosyidi (2012). Kontribusi IQ (Intelligence Quotien) dan EQ (Emotional Quotien) terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri & Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi .Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Goleman, D (2000). Emotional Intelligence, (terjemahan). J akarta: PT Gramedia Hadi, (2012). Peraturan Rektor

Universitas Diponegoro No. 209/PER/UN7/2012. Semarang. Universitas Diponegoro

Pustaka Utama Rudhi Achmadi (2007). Pengaruh Minat terhadap Prestasi Mahasiswa Jurusan Perhotelan. Panorama Nusantara. Vol.2 No.1 . Januari – Juni 2007

Sanjaya (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group Siti Aizah (2008). Analisa Prestasi Belajar Mahasiswa AKPER PGRI di kota Kediri Tahun 2008.Tesis. Universitas Sebelas Maret Slameto. 2013. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta Suparto (2016). Analisa Faktor- faktor yang mempengaruhi Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa ITATS Jurusan Teknik Industri. Jurnal Seniati Institut Teknologi Nasional Malang. ISSN : 2085- 4218 Syah (2005). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada