SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

18
30 SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF DI SDIT RAFLESIA, DEPOK) Endang Sri Budi Herawati FKIP UNU Cirebon [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik di SDIT Raflesia Depok. Supervisi pendidikan adalah kegiatan pengawasan akademik untuk meningkatkan kinerja guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dilakukan secara formal dan terjadwal. Supervisi secara mendadak dilakukan kondisional (jika dibutuhkan). (2) Pelaksanaan supervisi yang dilakukan meliputi aspek: a) Administrasi persiapan mengajar (program tahunan, program semester, silabus, RPP/ lesson plan, KKM, daftar nilai; b) proses pembelajaran (Kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup); c) Penggunaan media pembelajaran; dan d) Proses penilaian sedangkan pada kegiatan tindak lanjut, pelaksanaan supervisi diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan kompetensi guru. (3) Teknik-teknik supervisi yang dilakukan adalah: teknik diskusi kelompok, teknik kunjungan kelas/ lapangan, teknik pembicaraan individual, dan teknik simulasi pembelajaran. (4) Kendala yang dialami oleh kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi adalah terbatasnya waktu, kadangkala jadwal supervisi berubah. Kata Kunci: Supervisi Pendidikan, Supervisi, Pendidikan, Guru. ABSTRACT The purpose of this research is to know the implementation of academic supervision in Integrated Islamic Elementary school (SDIT) Raflesia Depok. Supervision of education is academic supervision activities to improve teacher performance. This research used qualitative approach with descriptive method. The data was collected through interview, observation, and documentation. The result of the research shows that: (1) The implementation of academic supervision by principal, is one of efforts to improve the education quality. It’s conducted formally and schedully. Unschedule supervision is conducted conditionally if needed. (2) The implementation of supervision including aspects: a) Preparation of teaching administration (Annual program, Semester program, syllabi, lesson plans, KKM, score); b) Learning process (opening, main activities, closing); c) Teaching media; and d) assessment process. The follow up of implementation supervison is directed to coaching and training of teacher competence. (3) The techniques of supervision is: group discussion, classroom visits, individual discussion, and learning simulation. (4) The problem in conducting academic supervision is limited time and sometimes the schedule of supervision is change. Keywords: Supervision of Education, Supervision, Education, Teacher.

Transcript of SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

Page 1: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

30

SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN

(STUDI DESKRIPTIF DI SDIT RAFLESIA, DEPOK)

Endang Sri Budi Herawati

FKIP UNU Cirebon

[email protected]

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik di SDIT Raflesia Depok. Supervisi pendidikan adalah kegiatan pengawasan akademik untuk meningkatkan kinerja guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dilakukan secara formal dan terjadwal. Supervisi secara mendadak dilakukan kondisional (jika dibutuhkan). (2) Pelaksanaan supervisi yang dilakukan meliputi aspek: a) Administrasi persiapan mengajar (program tahunan, program semester, silabus, RPP/ lesson plan, KKM, daftar nilai; b) proses pembelajaran (Kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup); c) Penggunaan media pembelajaran; dan d) Proses penilaian sedangkan pada kegiatan tindak lanjut, pelaksanaan supervisi diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan kompetensi guru. (3) Teknik-teknik supervisi yang dilakukan adalah: teknik diskusi kelompok, teknik kunjungan kelas/ lapangan, teknik pembicaraan individual, dan teknik simulasi pembelajaran. (4) Kendala yang dialami oleh kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi adalah terbatasnya waktu, kadangkala jadwal supervisi berubah. Kata Kunci: Supervisi Pendidikan, Supervisi, Pendidikan, Guru.

ABSTRACT The purpose of this research is to know the implementation of academic supervision in Integrated Islamic Elementary school (SDIT) Raflesia Depok. Supervision of education is academic supervision activities to improve teacher performance. This research used qualitative approach with descriptive method. The data was collected through interview, observation, and documentation. The result of the research shows that: (1) The implementation of academic supervision by principal, is one of efforts to improve the education quality. It’s conducted formally and schedully. Unschedule supervision is conducted conditionally if needed. (2) The implementation of supervision including aspects: a) Preparation of teaching administration (Annual program, Semester program, syllabi, lesson plans, KKM, score); b) Learning process (opening, main activities, closing); c) Teaching media; and d) assessment process. The follow up of implementation supervison is directed to coaching and training of teacher competence. (3) The techniques of supervision is: group discussion, classroom visits, individual discussion, and learning simulation. (4) The problem in conducting academic supervision is limited time and sometimes the schedule of supervision is change. Keywords: Supervision of Education, Supervision, Education, Teacher.

Page 2: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

31

I. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Melalui pendidikan diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses

pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan guru

merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus

menerus.

Sebagai tenaga kependidikan guru merupakan individu sekolah yang selalu berhadapan

dengan berbagai masalah yang bisa jadi tidak mampu diselesaikan sendiri sehingga

membutuhkan bantuan. Guru selalu berhadapan dengan situasi yang berubah setiap saat, seperti

kurikulum, tuntutan masyarakat, pemenuhan kebutuhan hidupnya, dll. Menurut Prof. Dr.

Veithzal Rivai, MBA dalam bukunya Education Management: Analisis Teori dan Praktik,

terjadinya gangguan ini bisa saja karena faktor yang berasal dari guru itu sendiri seperti motivasi,

pemahaman tugas pokok, niat, tuntutan kebutuhan rumah tangga, dll. Selain faktor dari dalam,

terdapat juga faktor di luar guru yang bisa berupa iklim dan kultur sekolah, gaya kepemimpinan

kepala sekolah, penerapan reward dan punishment, undang-undang dan peraturan tenaga

kependidikan, mitos tentang guru, dll. Situasi seperti ini tidak kondusif bagi pelaksanaan tugas

guru, apalagi jika diperburuk oleh lemahnya pembinaan guru maupun faktor pribadi guru itu

sendiri.

Pembentukan profesi guru sebenar-nya dapat dilaksanakan melalui program pendidikan pra-

jabatan maupun program dalam jabatan. Namun demikian tidak semua guru yang dididik dalam

kegiatan tersebut, terlatih dengan baik dan qualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus

tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Untuk itulah

dibutuhkan adanya pengawas yang akan melakukan kegiatan supervisi dalam proses pendidikan.

Argumentasinya bahwa ketika perencanaan pendidikan dikerjakan, struktur organisasi sekolah

yang akan memfasilitasi pencapaian tujuan pendidikan pun telah disusun dengan baik, serta

semua stakeholders pendidikan (baik guru atau karyawan) dipimpin dan dimotivasi untuk men-

sukseskan pencapaian tujuan secara rutin, tidak selamanya menjamin bahwa semua kegiatan

akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Dalam siklus tersebut dibutuhkan adanya

pengawasan/supervisi untuk memastikan bahwa seluruh sistem telah berfungsi dan berjalan

Page 3: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

32

dengan baik sebagaimana mestinya. Pengawasan/supervisi sekolah itu penting karena merupakan

mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses manajemen

sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah yang terutama terletak pada hubungannya

terhadap perencanaan dan kegiatan-kegitan yang didelegasikan (Robbins, 1997).

Pengawasan/supervisi pendidikan merupakan ujung tombak penjamin mutu pendidikan.

Oleh karenanya berbagai persoalan mendasar yang berkaitan dengan kinerja guru menjadi satu

keprihatinan yang perlu disikapi dalam konteks pembelajaran. Rendahnya kinerja guru akan

berdampak terhadap rendahnya disiplin dan hasil belajar siswa. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa supervisi/ pengawasan dalam pendidikan merupakan hal yang

penting dan memiliki kontribusi nyata terhadap kinerja para guru. Penelitian yang dilakukan oleh

Yati Ruhayati, H. Yudha M. Saputra, dan Ahmad Hamidi berjudul “Kontribusi Layanan

Supervisi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Fasilitas Pembelajaran Terhadap Kinerja Guru

Pendidikan Jasmani SMPN se-Kota Cimahi menjelaskan bahwa selain faktor kepemimpinan

kepala sekolah dan ketersediaan fasilitas pembelajaran yang memadai, layanan supervisi juga

menjadi fatkor yang cukup berpengaruh. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi layanan supervisi

sebesar 73,45%, jauh lebih dominan dibandingkan kepemimpinan kepala sekolah (sebesar

31,36%) dan fasilitas pembelajaran (sebesar 33,2%) (Jurnal Penelitian UPI Vol 10, No. 2,

Oktober, 2009).

Selain itu, dominasi kontribusi supervisi/pengawasan pendidikan juga dijelaskan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Dalawi, Amrazi Zakso, dan Usman Radiana yang berjudul

“Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalisme Guru SMPN I Bengkayang”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

“Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMPN 1 Bengkayang dinilai dapat meningkatkan

kinerja/profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dari penelitian-penelitian

tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai

manakala proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, berdayaguna dan berhasil

guna, dibawah supervisi/pengawasan dari pengawas pendidikan (baik kepala sekolah maupun

pengawas pendidikan).

Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen

pendidikan, antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga

Page 4: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

33

administrasi, laboran dan teknisi, pustakawan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana,

pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian, dll. Ini berarti melalui

pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikannya. Itulah sebabnya fungsi supervisi harus menjadi bagian integral dalam

peningkatan mutu pendidikan agar seluruh elemen dapat berkolaborasi membina dan

mengembangkan mutu pendidikan sekolah seoptimal mungkin sesuai standar yang telah

ditetapkan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan analitik-deskriptif dengan

sifat kajian kualitatif. Pendekatan deskriptif digunakan karena penelitian ini memfokuskan kajian

terhadap gejala-gejala, perilaku, sikap, pandangan atau persepsi dari peristiwa atau kejadian-

kejadian yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pelaksanaan

proses pembelajaran. Lokasi penelitian ini adalah di SDIT Raflesia, Depok. Pertimbangan

pemilihan lokasi adalah karena peneliti pernah bertugas di sekolah tersebut sehingga lebih

mudah untuk melakukan seluruh rangkaian kegiatan penelitian. Dengan alasan subyektif ini

maka diharapkan penelitian ini dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien.

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri sehingga

peneliti merupakan instrumen kunci. Sumber data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu: data

kepustakaan dan data lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Dokumentasi (data kepustakaan) dikategorikan sebagai data

sekunder sedangkan data lapangan merupakan data primer. Dokumentasi (data kepustakaan)

dianggap sebagai data sekunder karena penelitian ini bersifat praktis aplikatif sehingga

penekanannya adalah pada data primer (data lapangan). Data sekunder diperoleh melalui studi

dokumen berupa catatan kegiatan supervisi yang telah dilakukan baik catatan yang dimiliki oleh

guru yang diobservasi maupun kepala sekolah sebagai supervisor. Melalui dokumen ini dapat

diperoleh informasi pendukung mengenai pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan.

Selain data kepustakaan terdapat juga data lapangan yang diperoleh melalui tiga jenis alat

pengumpul data yaitu: observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi yang dilakukan adalah

observasi partisipasi dan observasi terang-terangan. Observasi dilakukan secara langsung untuk

mengamati berbagai aktivitas supervisi dalam proses pembelajaran bagi guru kelas maupun guru

Page 5: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

34

bidang studi. Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan supervisi kepala

sekolah kepada tenaga administrasi dan pustakawan. Observasi dalam konteks ini dilakukan

secara sistematis bukan sebagai sambilan atau kebetulan saja. Dalam observasi ini dilakukan

pengamatan terhadap keadaan yang sebenarnya tanpa adanya usaha untuk mengatur,

memengaruhi dan memanipulasi objek pengamatan yang sedang diobservasi. Teknik observasi

ini menjadi teknik pengumpulan data terpenting dalam penelitian. Selain itu, teknik ini

memberikan manfaat besar karena dapat menangkap dan memahami realitas kongkrit yang

sebenarnya, baik yang bersifat material atau fisik.

Teknik pengumpulan data berikutnya adalah wawancara. Wawancara dilakukan terhadap

narasumber yaitu kepala sekolah (sebagai supervisor) dan guru serta karyawan SDIT Raflesia.

Proses pengumpulan data dalam teknik ini dilakukan dengan pemberian angket kepada sejumlah

informan yang dianggap mewakili populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua guru dan karyawan SDIT Raflesia. Berdasarkan hasil wawancara dan data dari bagian

Tata Usaha SDIT Raflesia, jumlah guru di SDIT Raflesia adalah 38 orang, 2 orang Tata Usaha, 1

orang pustakawan, 3 orang cleaning service dan 2 orang tenaga keamanan sekolah. Seluruh

tenaga pendidikan dan kependidikan di SDIT Raflesia akan menjadi responden dalam penelitian

ini sedangkan untuk informan dipilih beberapa orang yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, koordinator level 1 – 6, kepala tata

usaha, dan pustakawan. Dari responden dan informan yang dipilih diharapkan akan mampu

memberi data dan informasi mengenai fenomena yang terjadi sesuai masalah penelitian dan

dapat menjelaskan dengan baik masalah yang diteliti.

Dalam menganalisis data dilakukan pengorganisasian data ke dalam bentuk yang lebih

sederhana. Analisis menurut Moleong (2000) adalah proses pengorganisasian dan pengurutan

data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dirumuskan hipotesis kerja seperti

yang disarankan oleh data. Sehubungan dengan hal ini, maka langkah-langkah pengolahan dan

analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Editing, yaitu mengklasifikasikan data-

data hasil penelitian sesuai dengan teknik atau alat pengumpulan data yang digunakan seperti

analisis dokumen, pengamatan/observasi, wawancara, dan angket; b) Koding, yaitu memberikan

kode-kode khusus kepada masing-masing bentuk alat pengumpulan data dengan kategorinya

masing-masing, dan jenis informasi yang didapat yang tujuannya untuk memudahkan analisis; c)

Page 6: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

35

Analiting, yaitu proses akhir dari rangkaian kegiatan, berupa kegiatan mempelajari dan

memahami masing-masing bentuk data dan informasi untuk menemukan jawaban terhadap

masalah dan pertanyaan penelitian; d) Interpretating, yaitu proses untuk memaknai hasil analisis

guna menyusun kesimpulan akhir dari penelitian.

Fokus pengamatan dilakukan pada tiga komponen utama, yaitu: space (ruang, tempat),

actor (pelaku) dan activity (kegiatan). Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek yang

dapat memberikan informasi terhadap masalah penelitian yaitu 1) Kepala Sekolah, 2) Guru dan

karyawan SDIT Raflesia, 3) Dokumen yang relevan. Untuk menguji keabsahan data digunakan

metode triangulasi (gabungan), yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber. Model

triangulasi dalam penelitian ini terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1.

Model Triangulasi Penelitian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi di SDIT Raflesia

sebagai upaya peningkatan kinerja guru dan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut. Sumber

data dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah, tenaga administrasi dan pustakawan.

Tugas supervisi di SDIT Raflesia dilakukan sendiri oleh kepala sekolah. Perlu dipahami bahwa

Informan 1

Wawancara/ Kuesioner Informan 2

Wawancara/

Kuesioner

Informan 3, dst

Situasi Lapangan

Wawancara/ Kuesioner

Observas

i

Telaah dokumen

Dokumen/ Data

Page 7: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

36

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, kegiatan utama pendidikan di sekolah bertumpu

pada kegiatan pembelajaran. Dengan demikian seluruh aktivitas organisasi bermuara pada

pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Untuk itulah tugas kepala sekolah sebagai

supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dan

kependidikan di lingkungan SDIT Raflesia.

Kegiatan supervisi di SDIT Raflesia ditargetkan mampu memberikan pengawasan,

pengendalian, dan peningkatan kinerja seluruh stakeholders. Pengawasan dan pengendalian yang

dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor juga merupakan upaya preventif dari berbagai

kemungkinan tindakan penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan seluruh guru dan karyawan

di lingkungan SDIT Raflesia.

Dalam melaksanakan supervisinya kepala SDIT Raflesia memperhatikan prisip-prinsip

sebagai berikut:

a) Supervisi dilakukan berdasarkan hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hierarkis.

b) Supervisi dilakukan secara demokratis.

c) Supervisi berpusat pada pendidikan dan tenaga kependidikan.

d) Supervisi dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan.

e) Umpan balik dilakukan bedasarkan data hasil observasi.

f) Supervisi yang dilakukan merupakan bantuan pofesional.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, kepala sekolah SDIT Raflesia juga fokus pada

kegiatan negosiasi, kolaborasi dan nertworking. Negosiasi, dilakukan oleh kepala sekolah

terhadap stakeholder pendidikan SDIT Raflesia yaitu orang tua murid. Selama ini kepala sekolah

telah melakukan diskusi dan komunikasi terkait pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SDIT

Raflesia, harapan orang tua terhadap kualitas lulusan, dan pelayanan (sarana prasarana yang

tersedia di sekolah), serta sikap dan perlakuan guru dalam proses pembelajaran yang dirasakan

oleh peserta didik.

Kolaborasi, yang merupakan inti kegiatan dari kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala

sekolah melalui kerjasama yang sinergis dengan seluruh stakeholders SDIT Raflesia, khususnya

guru dan tenaga kependidikan terkait dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal

ini menjadi penting dan diprioritaskan oleh kepala sekolah karena muara terjadinya peningkatan

mutu pendidikan ada pada sekolah.

Page 8: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

37

Networking, merupakan kegiatan supervisi yang prospektif untuk dikembangkan

terutama pada era globalisasi dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini. Jejaring

kerjasama telah dilakukan baik secara horisontal maupun vertikal. Kerjasama secara horizontal

dilakukan dengan sesama sekolah yang ada di gugus VI Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis

yaitu SDN Tugu 10, SDN Tugu 6, SDN Tugu 8, SDN Tugu 5, SDIT Nurul Fikri, SDI Pondok

Duta, SDS Semut-Semut, MI Sa’adatuddarain, dan SDN Palsigunung untuk saling bertukar

informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu sekolah, melalui pertemuan KKG secara

periodik sebulan sekali bagi para guru dan KKKS untuk kepala sekolah sedangkan kerjasama

secara vertikal dilakukan dengan sekolah yang menjadi pemasok siswa baru, yaitu TK & PAUD

terutama di wilayah kecamatan Cimanggis dan kecamatan lain di wilayah kota Depok. Selain itu,

kepala sekolah juga mengadakan kerjasama dengan sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya

di wilayah kota Depok sebagai lembaga yang akan menerima siswa lulusannya, termasuk

beberapa boarding school di luar kota Depok yang selama ini sudah menjalin kerjasama dengan

SDIT Raflesia yaitu Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Lembang Bandung dan SMPIT As-

Syifa Subang.

Dalam rangka mengembangkan program inovasi sekolah, kepala SDIT Raflesia

menyusun program kerja supervisi sebagai berikut:

1) Menetapkan standar/kriteria untuk performansi sekolah berdasarkan evaluasi diri sekolah

yang disusun setiap tahun pembelajaran.

2) Membandingkan hasil performasi tersebut dengan kriteria/benchmark yang telah

direncanakan, kemudian menyusun program pengembangan sekolah.

3) Melakukan tindakan pengawasan dan pendampingan dalam implementasi program

pengembangan sekolah yang telah direncanakan dengan melibatkan waka bidang kurikulum,

waka bidang kesiswaan, dan para koordinator level (level 1 -3 dan level 4 -6).

Dalam rangka mengkondisikan agar kegiatan supervisi dapat berjalan efektif, maka

kepala sekolah SDIT Raflesia memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

a) Trust, kegiatan supervisi dilakukan dalam pola hubungan kepercayaan antara guru yang

disupervisi dengan kepala sekolah, sehingga guru yakin apa pun hasil supervisi tersebut

bukanlah untuk menjatuhkan atau mencari kesalahan guru, tetapi untuk membantu guru

dalam memperbaiki dan mempertahankan kinerjanya.

Page 9: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

38

b) Realistic, artinya kegiatan supervisi dan pembinaan dilaksanakan berdasarkan data eksisting

dari masing-masing guru.

c) Utility, artinya proses dan hasil supervisi bermuara pada manfaat bagi guru yang

bersangkutan dalam rangka mengembangkan mutu pendidikan dan prestasi kerja seluruh

stakeholders sekolah.

d) Testable, artinya supervisi yang dilakukan bersifat obyektif, dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya dan mampu menggambarkan kondisi sekolah dengan baik.

Dengan melaksanakan prinsip di atas, pada saat supervisi dilakukan guru betul-betul

merasakan kehadiran kepala sekolah sebagai mitra, dan bukanlah pengawas yang mencari

kesalahan kemudian menjatuhkan sanksi atas kekurangannya dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian secara bertahap kinerja guru akan semakin baik yang pada gilirannya akan

tercapai cita-cita SDIT Raflesia menjadi sekolah yang efektif.

Kemampuan kepala sekolah SDIT Raflesia sebagai supervisor diwujudkan dalam bentuk

kemampuannnya dalam menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta

memanfaatkan hasilnya. Beberapa program yang disusun oleh kepala SDIT Raflesia tekait

dengan kegiatan supervisi adalah:

1. Program supervisi kelas

2. Program supervisi untuk kegiatan ektra kurikuler

3. Program supervisi perpustakaan

4. Pogram supervisi ujian

1. Bentuk supervisi yang dilaksanakan di SDIT Raflesia.

Supervisi secara efektif oleh kepala SDIT Raflesia yang telah dilakukan adalah:

1) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru (bisa juga

melibatkan tenaga administrasi) untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah. Di antara

masalah yang telah dipecahkan melalui diskusi kelompok diantaranya peningkatan

kemampuan kinerja tenaga kependidikan dan masalah-masalah hasil temuan kepala sekolah

pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas. Diskusi kelompok ini biasanya dilakukan

di ruang guru atau ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang sehingga tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran. Terkadang diskusi kelompok ini juga dilakukan di sela-sela rapat

Page 10: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

39

rutin. Kepala sekolah senantiasa mengupayakan untuk tidak melakukan diskusi kelompok

pada jam efektif. Seandainya terpaksa harus menggunakan jam efektif, maka guru harus

memberikan tugas kepada peserta didik sesuai pokok bahasan yang dipelajari pada saat itu.

Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus menarik sehingga tidak menjadi beban bagi

mereka.

2) Kunjungan kelas

Kunjungan kelas digunakan kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati

kegiatan pembelajaran secara langsung. Melalui kegiatan kunjungan kelas ini, kepala sekolah

mendapatkan informasi secara langsung mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokok mengajarnya, terutama dalam

pemilihan dan penggunakan metode pembelajaran, media yang digunakan dalam

pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, serta mengetahui secara

langsung kemampuan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Berdasarkan

hasil kunjungan kelas ini kepala sekolah bersama guru bisa mendiskusikan berbagai masalah

yang ditemukan, mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi, serta menyusun

program pemecahan masalah untuk masa yang akan datang, baik yang berkaitan dengan

peningkatan profesionalisme guru maupun peningkatan proses pembelajaran. Pelaksanaan

kunjungan kelas oleh kepala sekolah sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu sesuai

program kerja kepala sekolah tetapi dalam kondisi tertentu, kepala sekolah juga melakukan

kunjungan secara mendadak atau berdasarkan kebutuhan.

3) Pembicaraan individual

Pembicaraan individual merupakan teknik bimbingan dan konseling yang digunakan oleh

kepala SDIT Raflesia untuk memberikan konseling kepada guru, baik terkait masalah

kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru.

Pembicaraan individual ini menjadi strategi pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan di

SDIT Raflesia. Meskipun demikian, ada sebagian guru yang menganggap negatif

pembicaraan individual karena mereka merasa terusik privasinya.

4) Simulasi pembelajaran

Page 11: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

40

Simulasi pembelajaran merupakan teknik supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran

yang dilakukan oleh kepala sekolah sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang

diamatinya sebagai bahan introspeksi diri, walaupun memang sebenarnya tidak ada cara

mengajar yang paling baik. Kegiatan simulasi pembelajaran ini telah dilakukan secara

terprogram oleh kepala SDIT Raflesia sebulan sekali secara bergantian ke semua kelas.

Selanjutnya, dalam melaksanakan supervisi akademik kepala SDIT Raflesia

menggunakan pendekatan klinis (selanjutnya akan disebut dengan program supervisi klinis).

Program supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah dalam hal pengawasan dan pengendalian

yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru. Supervisi ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran

yang efektif.

Supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah ini merupakan bagian dari supervisi

akademik sebagai bantuan profesional kepada guru. Supervisi dilakukan melalui siklus

perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat dan umpan balik yang obyektif dan

segera. Dengan cara ini guru dapat menggunakan balikan tesebut untuk memperbaiki kinerjanya.

Tujuan utama dari kegiatan supervisi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional

guru dan meningkatakan kualitas pembelajaran melalui pengajaran yang baik.

Sehubungan dengan supervisi klinis kebijakan kepala SDIT Raflesia adalah bahwa pada

prinsipnya setiap guru dalam melaksanakan tugasnya harus disupervisi secara periodik.

Mengingat jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah meminta bantuan wakil kepala

sekolah atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Dalam hal bidang studi guru

yang terlalu jauh dengan keilmuan kepala sekolah (sehingga kepala sekolah sulit memahami

materi), maka kepala sekolah meminta bantuan guru senior yang memiliki latar belakang bidang

studi yang sama dengan guru yang akan disupervisi.

Beberapa hal yang dilakukan oleh kepala SDIT Raflesia dalam melaksanakan supervisi

klinis adalah:

Supervisi yang diberikan berupa bantuan (bukan perintah) sehingga inisiatif tetap ada di

tangan guru.

Aspek yang disupervisi berdasarkan usulan dari guru, kemudian dikaji bersama kepala

sekolah (sebagai supervisor) untuk menjadi kesepakatan

Page 12: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

41

Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah

Umpan balik diberikan segera oleh kepala sekolah setelah selesai pengamatan

Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru

Supervisi klinis dilakukan melalui tatap muka langsung dalam suasana terbuka

Supervisi klinis dijalankan dalam tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan

balik

Kepala sekolah sebagai supervisor memberikan penguatan dan umpan balik terhadap

perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan

Supervisi dilakukan secara ber-kesinambungan sehingga tercapai proses pembelajaran yang

efektif, dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran.

Tahapan yang ditempuh kepala SDIT Raflesia dalam melakukan supervisi klinis:

a. Tahap pertemuan awal

Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

Kepala sekolah menciptakan suasana yang akrab dengan guru sehingga terjadi suasana

kolegial. Dengan kondisi ini diharapkan guru dapat mengutarakan pendapatnya secara

terbuka.

Kepala sekolah bersama guru membahas rencana pembelajaran yang dibuat guru untuk

menyepakati aspek mana yang menjadi fokus perhatian supervisi, serta menyem-

purnakan rencana pembelajaran tersebut.

Kepala sekolah bersama guru menyusun instrumen observasi yang akan digunakan, atau

menggunakan instrumen yang telah ada, termasuk bagaimana cara menggunakan dan

menyimpulkannya.

b. Tahap observasi kelas

Pada tahap ini guru mengajar di kelas, laboratorium atau lapangan, dengan menerapkan

keterampilan yang disepakati bersama. Kepala sekolah melakukan observasi dengan meng-

gunakan instrumen yang telah disepakati. Beberapa hal yang diperhatikan kepala sekolah

dalam melakukan observasi ini adalah:

Kepala sekolah menempati tempat yang telah disepakati bersama.

Kepala sekolah membuat catatan observasi secara rinci dan lengkap.

Observasi yang dilakukan terfokus pada aspek yang telah disepakati sebelumnya.

Page 13: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

42

Dalam hal tertentu, kepala sekolah membuat komentar yang sifatnya terpisah dengan

hasil observasi.

Kepala sekolah melakukan pencatatan mengenai ucapan atau perilaku guru yang dirasa

mengganggu selama proses pembelajaran.

c. Tahap pertemuan dan umpan balik

Pada tahap ini hasil observasi didiskusikan secara terbuka antara kepala sekolah dan guru.

Dalam tahap ini yang dilakukan kepala SDIT Raflesia adalah:

Kepala sekolah memberikan penguatan terhadap penampilan guru agar tercipta suasana

yang akrab dan terbuka.

Kepala sekolah mengajak guru menelaah tujuan dan aspek pembelajaran yang menjadi

fokus perhatian dalam supervisi.

Kepala sekolah menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran. Dalam hal ini

pertanyaan diawali dari aspek yang dianggap berhasil terlebih dahulu, baru dilanjutkan

dengan aspek yang dianggap kurang berhasil. Kepala sekolah tidak menyampaikan

penilaian apa pun dan memberi kesempatan pada guru untuk menyampaikan pendapat

terlebih dahulu terkait supevisi yang dilakukan.

Kepala sekolah menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan

diinterpretasikan. Selanjutnya kepala sekolah memberi kesempatan pada guru untuk

mencermati data tersebut, kemudian menganalisisnya.

Kepala sekolah menanyakan kepada guru bagaimana pendapatnya terhadap data hasil

observasi dan analisisnya. Kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan secara terbuka

tentang hasil observasi tersebut. Dalam diskusi kepala sekolah senantiasa menghindari

kesan “menyalahkan” guru. Kepala sekolah juga selalu mengupayakan agar guru

menemukan sendiri kekurangannya.

Kepala sekolah bersama guru selanjutnya secara bersama menentukan rencana

pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini kepala sekolah juga memberikan dukungan

moral untuk memotivasi guru dalam memperbaiki kekurangannya.

Keberhasilan kepala SDIT Raflesia sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi klinis

ditunjukkan oleh:

Page 14: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

43

a) Meningkatnya kesadaan tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya.

b) Meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai tindak lanjut hasil supevisi yang dilakukan oleh kepala SDIT Raflesia selama ini telah

dimanfaatkan untuk:

Meningkatkan mutu dan kinerja tenaga kependidikan (guru).

Membuat penilaian kinerja guru.

Mengembangkan sekolah.

B. PEMBAHASAN

Peran pengawas dalam membina guru atau lebih dikenal dengan istilah supervisi

pendidikan, memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan kenerja guru

khususnya dalam proses pembelajaran. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan

monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang

direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila

ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins 1997).

Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja

organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah

yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja, 2001). Dengan demikian, supervisi

merupakan fungsi manajemen yang perlu diaktualisasikan, seperti halnya fungsi-fungsi

manajemen yang lain. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan supervisi di sekolah, pengawas

diharapkan mampu membimbing, membina, dan mendorong guru dalam memecahkan

problematika kegiatan belajar mengajar yang dihadapi guru.

Supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para

pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel

sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Supervisi dapat berupa dorongan,

bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru, seperti bimbingan

dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-

alat pelajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis ter-

hadap fase seluruh proses pengajaran, dll (Ngalim Purwanto, 76).

Pendapat lain tentang supervisi dikemukan oleh Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru

(1982:18), yaitu usaha-usaha yang dilakukan petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas

Page 15: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

44

sekolah dalam hal memperbaiki pengajaran, menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan, dan

perkembangan guru, serta merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran serta metode mengajar.

Dari pengertian ini secara eksplisit menunjukkan beberapa komponen yang sangat memengaruhi

proses pembelajaran seperti pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru, adanya revisi tujuan

pendidikan, bahan pengajaran serta metode mengajar. Komponen inilah yang menjadi sasaran

atau obyek pelaksanaan supervisi.

Selain pendapat di atas, Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa supervisi adalah melihat

bagaimana dari kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan melihat

mana yang sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting

pembinaan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan

pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar

mampu bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada dasar-nya lebih didasarkan pada upaya

bagaimana membina para guru dalam rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang, me-

mecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki

oleh guru. Dalam pelaksanaan supervisi, kepala sekolah harus memperlakukan guru sebagai

orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang lebih baik sehingga tidak terkesan

pelaksanaan supervisi hanya mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugas tetapi lebih

diarahkan pada proses pembinaan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi pendidikan

merupakan aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah dalam

rangka meningkatkan performasi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas mengajarnya

sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran agar lebih efektif.

Pelaksanaan supervisi tidak hanya menilai penampilan guru dalam mengelola proses

pembelajaran melainkan esensinya yaitu bagaimana membina guru untuk meningkatkan

kompetensi profesionalnya yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.

Melalui kegiatan supervisi tersebut diharapkan akan ada perbaikan dalam proses belajar

mengajar yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan,

bimbingan, dan arahan. Melalui perbaikan pada proses belajar mengajar ini, maka diharapkan

akan meningkatnya mutu/kualitas pendidikan.

Page 16: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

45

Selanjutnya, dalam menjalankan perannya sebagai supervisor yang melakukan kegiatan

supervisi akademik, kepala sekolah harus menghindarkan tindakan-tindakan yang bersifat

menyuruh atau menggurui. Supervisi harus dilakukan dengan mengembangkan pola pendekatan

kemitraan dengan jalan mendukung, membantu, dan membagi tugas dan pekerjaan kepada

seluruh komponen pendidikan. Untuk itu, prinsip yang perlu dikembangkan dalam proses

pelaksanaan supervisi sebagaimana dikatakan oleh Imam Wahyudi (2012:48) mencakup;

sistematis, objektif, realistik, antisipatif, konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan.

Sistematis, artinya supervisi dikembangkan dengan perencanaan yang matang sesuai

sasaran yang diinginkan. Objektif, artinya supervisi memberikan masukan sesuai dengan aspek

yang terdapat dalam instrumen. Realistik, artinya supervisi didasarkan atas kenyataan

sebenarnya, yaitu pada keadaan atau hal-hal yang sudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru di

sekolah. Antisipatif, artinya supervisi diarahkan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang

mungkin akan terjadi. Konstruktif, artinya supervisi memberikan saran-saran perbaikan kepada

yang disupervisi untuk terus dikembangkan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku.

Kreatif artinya supervisi mengembangkan proses pembelajaran. Kooperatif, artinya supervisi

mengembangkan perasaan kebersamaan untuk menciptakan dan mengembangkan situasi

pembelajaran yang baik. Kekeluargaan, artinya supervisi mempertimbangkan saling asah, asih

dan asuh antar sesama warga sekolah.

Penerapan pola supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah SDIT Raflesia cukup

bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi memiliki

pengetahuan dan keterampilan bagaimana menerapkan pola supervisi agar kegiatan supervisi

yang dilakukan dapat menarik perhatian serta tidak membosankan bagi guru. Tahapan kegiatan

supervisi, waktu yang dipilih untuk melakukan kegiatan supervisi, media atau alat yang

digunakan dalam melakukan supervisi, maupun evaluasi kegiatan supervisi, secara keseluruhan

dilakukan secara bervariasi. Kepala sekolah juga selalu melibatkan guru dalam membuat

program pengawasan, selanjutnya program dan jadwal tersebut disosialisasikan kepada seluruh

guru. Kegiatan tersebut berdampak dengan adanya respon positif dari para guru pada saat

dilakukan kegiatan supervisi akademik. Hal ini disebabkan oleh terjalinnya komunikasi yang

baik selama ini sehingga terbentuklah persepsi yang sama mengenai program supervisi dan

tujuan dilaksanakannya supervisi.

Page 17: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

46

IV. PENUTUP

Dari penelitian tentang pelaksanaan supervisi akademik di SDIT Raflesia maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang

dilakukan oleh kepala sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yang dilakukan secara formal dan terjadwal serta secara mendadak yang dilakukan kondisional

(jika dibutuhkan). (2) Pelaksanaan supervisi yang dilakukan meliputi aspek: a) Administrasi

persiapan mengajar (prota, prosem, silabus, RPP/ lesson plan, KKM, daftar nilai; b) proses

pembelajaran (Kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup); c) Penggunaan media

pembelajaran; dan d) Proses penilaian sedangkan pada kegiatan tindak lanjut, kegiatan supervisi

diarahkan pada pembimbingan dan pelatihan kompetensi guru. (3) Teknik-teknik kegiatan

supervisi yang dilakukan adalah teknik diskusi kelompok atau rapat supervisi, teknik kunjungan

kelas/ lapangan, teknik pembicaraan individual, dan teknik simulasi pembelajaran. (4) Kendala

yang dialami oleh kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi adalah terbatasnya

waktu untuk menjalankan tugas supervisi akademik karena berbenturan dengan jadwa kegiatan

lain sehingga kadangkala jadwal supervisi berubah. (5) Tidak ada supervisi yang dilakukan oleh

pengawas sekolah.

Ada beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu: (1)

Pelaksanaan kegiatan supervisi perlu terus dijaga keberlanjutannya sehingga pembinaan,

pemantauan dan penilaian kinerja guru dapat berjalan dengan baik. (2) Menggunakan hasil

supervisi sebagai bahan pertimbangan pengembangan karir guru (3) Kendala melaksanakan

supervisi hendaknya dapat diatasi dengan berbagai cara, di antaranya: berkomitmen tinggi untuk

mengatur penjadwalan dengan baik sehingga dapat melaksanakan supervisi akademik sesuai

jadwal. (4) Hendaklah dilakukan pendekatan kepada Dinas Pendidikan setempat (UPT setempat)

untuk mengkomunikasikan tentang pelaksanaan supervisi pendidikan oleh Pengawas Sekolah.

Page 18: SUPERVISI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN (STUDI DESKRIPTIF …

47

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th. 2003.

Jakarta, Sinar Grafika.

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(2007). Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi Untuk Calon Kepala Sekolah/Kepala

Sekolah. Jakarta, Depdiknas.

Imron, Ali (2011). Supervisi pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara

Mulyono (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta, Ar-Ruzz

Media.

Purwanto, Ngalim (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung, PT Remaja

Rosdakarya

Rivai, Veithzal (2009). Education Management, Analisis Teori dan Praktik. Jakarta, Raja

Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful (2010). Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung, Alfabeta

_________ (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung, Alfabeta.

Sugiyono (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.

Tsauri, Sofyan (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jember: Centre for Society Study.

Jurnal:

Jurnal Penelitian UPI Vol 10, No. 2, Oktober 2009.