PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan...
Transcript of PEDOMAN - bpsdm.pu.go.id · Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan...
PEDOMAN STUDI KASUS DAN SEMINAR
PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN
JALAN DAN JEMBATAN
KATA PENGANTAR
Volume/kuantitas item pekerjaan dijadikan dasar penawaran oleh penyedia
jasa dalam membuat dokumen penawaran pengadaan pekerjaan jalan dan
jembatan. Langkah – langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya review
desain perlu diketahui oleh personil di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga dan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab atas proyek
kebinamargaan sebagai upaya mendukung percepatan Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia yang terkadang terganjal sengketa konstruksi.
Oleh karena itu Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah menyelenggarakan pelatihan Perhitungan Kuantitas
Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Marga, agar mampu menerapkan perhitungan kuantitas pekerjaan jalan
dan jembatan, sehingga tidak terjadi permasalahan/dispute dalam
pelaksanakan pekerjaan di lapangan serta meminimalisir terjadinya review
desain.
Kami mengaharapkan agar peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Jalan dan Jembatan dapat memanfaatkan modul ini secara optimal, bahkan
dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para
Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan
berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami
ucapkan terima kasih. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Bandung, Desember 2018
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah
Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng NIP. 19640520 198903 1020
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ..................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat.................................................................................. 3
C. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3
D. Estimasi Waktu .................................................................................... 3
BAB 2 PEDOMAN STUDI KASUS ................................................................. 4
A. Pengertian Pembelajaran Studi Kasus ................................................. 5
B. Penentuan Tema Kasus ....................................................................... 6
C. Pelaporan ............................................................................................ 6
D. Presentasi ............................................................................................ 8
E. Penilaian .............................................................................................. 9
BAB 3 PENUTUP ......................................................................................11
A. Evaluasi Kegiatan Belajar ................................................................... 12
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14
GLOSARIUM ............................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Latar Belakang
Proyek (Kegiatan Satuan Kerja/Satker) yang ditangani oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sangat bervariasi, dari yang
sederhana/kecil sampai ke yang besar dan kompleks. Dalam setiap kegiatan
satker ada 3 jenis pelaku kegiatan, yaitu Pemilik/Pengguna Jasa, Pelaksana dan
Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan
konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil,
maka ketiga jenis pelaku kegiatan tersebut dapat ditangani sendiri oleh
pemilik, yang sekaligus berperan sebagai Pelaksana dan juga Pengawas. Satker
seperti ini disebut Satker Swakelola. Akan tetapi kalau kegiatan satker itu
semakin besar dan kompleks, maka ketiga pelaku tersebut seharusnya
dipisahkan, sehingga baik pelaksana maupun pengawas ditangani secara
professional oleh pihak kontraktor dan konsultan secara terpisah, dan
mengikat kontrak dengan pemilik pekerjaan.
Dalam pelaksanaan di lapangan, para pihak tersebut diatas berpedoman
dengan gambar rencana dari Detail Engineering Design (DED) yang merupakan
dokumen lelang dan juga dokumen kontrak. Walaupun dalam gambar
rencana, spesifikasi teknis dan hasil rapat pra pelaksanaan (PCM) sudah
disepakati, namun masih sering terjadi perbedaan persepsi dalam cara
mengukur dan menghitung kuantitas/volume pekerjaan, termasuk dalam
mengoreksi gambar rencana, pengukuran awal, pengukuran ulang dalam
kajian teknis, opname hasil pekerjaan sebagai back up data Monthly
Certificate (MC) dan juga dalam pemeriksaan hasil pekerjaan dari auditor
(Inspektorat Jenderal maupun BPKP/BPK) dan bahkan perselisihan ini harus
diselesaikan melalui Badan Arbritase (BANI/BADAPSKI).
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kelancaran penyelenggaraan
kegiatan satker, Kasatker/PPK perlu melakukan tindakan pengendalian
pelaksanaan Satker khususnya dari aspek manajemen desain dan penyiapan
back up data dengan pengukuran dan perhitungan yang benar, tepat, efektif
dan efisien, maka diperlukan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat di
lapangan, baik dari penyiapan perencanaan teknis, penyiapan kuantitas dalam
Bill of Quantity (BOQ) dokumen lelang, persiapan pelaksanaan, proses
pelaksanaan di lapangan dan juga dalam penyiapan laporannya.
3
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
B. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan Studi Kasus Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan
Jembatan ini membekali para peserta agar mampu mengalisis, mengevaluasi
dan mempresentasikan penyelesaian kasus perhitungan kuantitas pekerjaan
jalan dan jembatan.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar
sebagai berikut :
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu
menganalisis penyelesaian kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan
dan jembatan.
2. Indikator Hasil Belajar
Keberhasilan yang diharapkan dari peserta adalah setelah mengikuti
pelatihan ini peserta diharapkan akan mampu :
a. Menganalisis kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan
jembatan.
b. Mempresentasikan hasil analisis kasus perhitungan kuantitas
pekerjaan jalan dan jembatan.
c. Menilai hasil analisis kasus perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan
jembatan.
D. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata pelatihan “Studi Kasus Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan
dan Jembatan” pada peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Jalan dan Jembatan ini adalah 7 (tujuh) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.
Sedangkan alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan
“Seminar” adalah 6 (enam) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.
BAB 2
PEDOMAN STUDI KASUS
5
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Pengertian Pembelajaran Studi Kasus
PBL (Problem Base Learning) adalah metode belajar yang mendekatkan materi
pembelajaran pada kehidupan yang sebenarnya. Dalam kehidupan yang nyata
setiap insan menghendaki bagaimana setiap saat kita dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut bisa
sederhana tetapi sering juga sangat kompleks. Masalah kompleks menjadi
sederhana karena cara mengatasinya pernah dialami, sebaliknya yang
sederhana bagi sebagian orang menjadi kompleks karena belum pernah
mengalaminya.
Dalam PBL peserta didik secara individu dituntut untuk mampu melakukan
dua cabang utama cara berpikir yaitu berpikir kreatif dan berpikir analitis
secara bertanggung jawab. Berpikir kreatif adalah berpikir untuk
menghasilkan gagasan dan produk baru, melihat suatu pola atau hubungan
baru antara satu hal dan hal lainnya yang semula tidak tampak, atau
menemukan cara atau cara-cara baru untuk mengungkapkan suatu hal.
Berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam memberikan alternatif pemecahan
masalah yang dilihat dari berbagai sudut pandang, sedangkan berpikir analitis
khususnya digunakan dalam memutuskan pilihan yang mana yang terbaik.
Untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien, penerapan PBL
perlu dikombinasikan pendekatan pembelajaran lainnya, misalnya
Experiential learning, Cooperative atau Colaborative Learing dan Self Directed
Learning. Penerapan berbagai strategi pembelajaran diatas dalam rangka
menuju penerapan Contextual learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
dengan tantangan hidup yang nyata.
Contextual Learning menumbuhkan pemahaman kepada pembelajar, dalam
hal antara lain :
1. Subyek ilmu yang dipelajari tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait
dengan ilmu-ilmu lainnya.
2. Materi ajar selalu terkait dengan apa yang terjadi di tengah kehidupan,
khususnya ditempat kerjanya.
3. Keahlian yang dipertoleh dapat diterapkan.
4. Dalam penerapan ilmu dan keahliannya mampu bekerja dengan para ahli
lainnya.
5. Ilmu dan keahlian yang diperoleh bermanfaat bagi kehidupannya.
6
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
6. Ilmu yang diperoleh belumlah cukup sehingga harus terus menerus
dikembang-tumbuhkan dalam menghadapi lingkungannya yang terus
berubah dengan cepat.
Menurut Stemberg (1999) metodologi pemecahan masalah merupakan suatu
proses yang teridiri dari kegiatan-kegiatan: identifikasi, perumusan definisi,
penyusunan strategi pengorganisasian informasi untuk merumuskan masalah
dan tidakan pengalokasian sumberdaya untuk berbagai alternatif solusi,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas solusi yang dipilih. Kegiatan terus
berulang, sehingga membentuk lingkaran daur ulang.
B. Penentuan Tema Kasus
Dalam penentuan Tema Studi Kasus, peran dari Pengajar perlu menetapkan
tema penyusunan tugas, dimana tema harus terkait dengan Tujuan Umum
Pembelajaran. Tema yang dipilih diharapkan dapat menjadi wahana
penerapan iptek yang dipelajari.
Tema tugas sebaiknya diinformasikan seawal mungkin kepada peserta atau
sekurang-kurangnya tercantum dalam pedoman pelaksanaan pelatihan.
Panitia menyediakan gambar teknis suatu proyek sebagai bahan Studi Kasus.
Namun apabila pengajar memiliki bahan yang lain, pengajar diperkenankan
untuk menggunakannya selama tujuan umum pembelajaran terpenuhi.
Pembuatan kelompok sebaiknya dilaksanakan pada hari pertama melalui
proses team building. Setiap kelompok minimal beranggotakan 3 orang dan
maksimal 5 orang. Penyusunan keanggotaan kelompok harus adil, yaitu setiap
kelompok memiliki potensi akademis dan praktis yang setara. Untuk itu,
pembimbing sebaiknya memiliki data potensi masing-masing peserta
pelatihan. Berdasarkan potensi tersebut pembimbing dapat merekayasa
proses pembagian kelompok.
C. Pelaporan
1. Kerangka Isi Laporan :
a. Pendahuluan
b. Kondisi sekarang
c. Kondisi yang diinginkan
d. Cara mencapainya
7
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
e. Kesimpulan
f. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Selama proses penyusunan, substansi laporan dikonsultasikan dengan
Pengajar. Laporan akhir hasil kerja kelompok dinilai dan
didokumentasikan untuk keperluan referensi pengalaman belajar dan
evaluasi peningkatan kualitas pada masa mendatang.
2. Bagian-bagian laporan Studi kasus Awal laporan terdiri dari:
a. Bagian Awal laporan terdiri atas :
1) Sampul
2) Halaman Sampul
3) Halaman Pengesahan
4) Halaman Pedoman Penggunaan Laporan
5) Halaman Peruntukan
6) Halaman daftar isi
7) Halaman daftar tabel
b. Halaman daftar singkatan
c. Bagian Tubuh Utama Laporan
1) Pendahuluan,
2) Hasil Diskusi
3) Tinjauan pustaka
d. Daftar Pustaka
ditulis pada halaman baru dan judul DAFTAR PUSTAKA di bawah batas
atas.
1) Jika rujukan terkutip terdiri atas penulis tunggal:
2) Jika rujukan terkutip dari dua penulis:
3) Jika rujukan terkutip terdiri dari dua penulis atau yang dituliskan
dengan dkk:
e. Lampiran
1) Lampiran dapat terdiri atas beberapa buah Lampiran dapat
memuat keterangan tambahan, penurunan rumus, contoh
perhitungan, data mentah, penelitian dan sebagainya, yang
kalau dimasukkan ke dalam tubuh laporan utama akan
mengganggu kelancaran pengutaraan laporan Group Work.
2) Setiap lampiran diberi nomor yang berupa angka 1, 2, 3, atau
huruf kapital abjad Latin A, B, C, ….. dan seterusnya.
3) Lampiran didahului oleh satu halaman yang hanya memuat kata
LAMPIRAN di tengah halaman. Halaman ini tidak diberi nomor.
8
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Lampiran dapat berupa table, gambar, dan sebagainya yang
dianggap tidak merupakan bagian utama laporan Group Work.
Halaman tubuh utama Laporan Group Work diberi angka Arab 1, 2, 3,
…. Nomor halaman ditulis ditengah, 1,5 cm di bawah tepi atas kertas.
Nomor halaman lampiran adalah kelanjutan dari tubuh utama . Cara
menuliskan nomor halaman sama dengan cara menuliskan nomor
halaman tubuh utama.
3. Format Kertas dan pengetikan
a. Laporan diketik pada kertas HVS ukuran A4 (8.5” x 11”/210 mm x
297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), naskah laporan dicetak
dengan batas 4 cm dari tepi kiri kertas dan 3 cm dari tepi kanan,
tepi atas dan tepi bawah kertas.
b. Naskah asli laporan studi Kasus dalam bentuk final yang telah
disahkan/ditandatangani oleh Pengajar, dicetak sebanyak
beberapa buah (eksemplar) sesuai dengan kebutuhan,
c. Judul laporan dan identitas penulis serta halaman pengesahan
masing-masing dibuat tersendiri.
d. Jenis huruf Arial 12.
e. Baris-baris kalimat naskah laporan berjarak satu setengah spasi.
f. Kaidah Penulisan; Penulisan Laporan Studi Kasus harus mengikuti
kaidah penulisan yang layak seperti:
g. Penggunaan bahasa dan istilah yang baku dengan singkat dan jelas.
h. Mengikuti kelaziman penulisan pada disiplin keilmuan yang diikuti.
4. Pemakaian Bahasa Laporan
Gunakanlah buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan kamus-kamus bidang khusus yang diterbitkan oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
D. Presentasi
Konsep akhir hasil kerja kelompok dipresentasikan di kelas. Dimana pada
waktu sesi presentasi dihadiri oleh seluruh peserta yang bersangkutan,
pengajar, serta narasumber.
Sesi presentasi mencakup kegiatan-kegiatan berikut :
9
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
1. Pengelola mata Pelatihan perlu menyiapkan ruang dan perlengkapan
yang layak digunakan untuk kegiatan seminar dan disesuaikan dengan
jumlah peserta yang hadir.
2. Konfigurasi ruang perlu dirancang untuk menghasilkan kegiatan
seminar yang efektif.
3. Jadwal presentasi diatur dan disesuaikan banyaknya kelompok kerja.
Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan presentasi/seminar pada pelatihan
perhitungan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan di kelas jalan maupun
kelas jembatan:
1. Sebelum pelaksanaan seminar, setiap kelompok dibagi tugas untuk
berperan sebagai penguji yang mengevaluasi hasil pekerjaan kelompok
lain.
Contoh: Kelompok 1 paparan, kelompok 2 berperan sebagai penguji;
Kelompok 2 paparan, kelompok 3 berperan sebagai penguji, dst.
2. Bahan paparan setiap kelompok tidak boleh melebihi 20 slide.
3. Setiap kelompok diberi waktu presentasi 15 menit.
4. Setiap anggota kelompok penguji wajib mengajukan pertanyaan
mengenai hasil analisis yang dipresentasikan.
5. Sesi tanya jawab untuk setiap kelompok maksimal 30 menit.
6. Anggota kelompok lain (diluar kelompok penguji) dan pengajar
diperkenankan untuk memberikan pertanyaan, selama waktu sesi tanya
jawab masih tersisa.
7. Pengajar memberikan penilaian dan memberikan masukan terkait
dengan penyajian dan substansi pada akhir sesi presentasi setiap
kelompok.
8. Pengajar mengendalikan penuh jalannya acara seminar.
E. Penilaian
1. Penilai terdiri dari pembimbing perkuliahan terstruktur, pengajar dan atau
narasumber.
2. Pembimbing/Pengelola memberikan arahan persiapan yang harus
dilakukan kepada seluruh peserta didik, antara lain :
a. Setiap kelompok harus menunjuk petugas Ketua, penyaji dan
moderator. Penyaji menyiapkan konsep materi presentasi. Konsep
akhir materi tersebut harus disetujui oleh seluruh anggota kelompok.
10
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Sedangkan tugas utama moderator adalah mengatur jalannya diskusi
khususnya pengendalian waktu dan pemberian kesempatan bertanya
kepada kelompok penyanggah dan kesempatan
menjawab/menjelaskan oleh masing-masing anggota kelompok.
b. Pengaturan waktu diskusi setiap kelompok dijelaskan di Bab 3.
3. Sistem penilaian presentasi baik nilai individu maupun kelompok.
4. Tugas utama Pengajar adalah mengajukan pertanyaan, memberikan
penilaian, dan memberikan masukan terkait dengan penyajian dan
substansi. Perioritas pertanyaan diajukan kepada anggota kelompok
penyaji yang belum aktif berpartisipasi. Setelah selesai acara presentasi
hasil penilaian disampaikan Penyelenggara.
BAB 3
PENUTUP
12
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Evaluasi Kegiatan Belajar
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan,
yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut
kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber,
berupa soal/kuisioner tertulis:
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan
evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait
dengan isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara dilakukan oleh para peserta
dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,
kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran,
ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-
lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Pelatihan, yaitu peserta
dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/ Penyelenggara
Pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan
prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada
peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun
pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Dari evaluasi proses kegiatan pelatihan dari peserta, pengajar/ widyaiswara
maupun penyelenggara melalui system monitoring, yang harus dilakukan
evaluasi secara keseluruhan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait
untuk perbaikan dan peningkatan pada proses yang akan datang.
1. Evaluasi dan umpan balik untuk peserta :
a. Jumlah peserta dan persyaratan peserta perlu dievaluasi terhadap
persyaratan dalam kurikulum yang direncanakan, dan perlu diseleksi
lebih baik dimasa akan datang;
b. Hasil internalisasi peserta setelah pelatihan di Unit Organisasinya
(UNOR) untuk mengetahui keberhasilan dari proses pelatihan dan
peningkatan proses pelatihan selanjutnya.
13
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
2. Evaluasi dan umpan balik untuk pengajar
Hasil evaluasi/penilaian pengajar oleh peserta perlu segera disampaikan
kepada pengajar bersangkutan agar diketahui hasil penilaiannya dan
untuk perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
3. Evaluasi dan Umpan Balik untuk Penyelenggara
Evaluasi Penyelenggara yang dilakukan oleh Peserta dan Pengajar, perlu
segera ditindaklanjuti untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2018. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.
02/SE/Db/2018, tanggal 20 September 2018 tentang Spesifikasi
Umum Tahun 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan.
Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta
GLOSARIUM
Pembelajaran Studi Kasus (Problem Base Learning, PBL)
: adalah metode belajar yang mendekatkan materi pembelajaran pada kehidupan yang sebenarnya.