Suntik ya (kel. 1)

5
1 SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN “SUNTIK YA?” OLEH: KELOMPOK 1 ANINDITYA KARINA R. 100810014 LILA ULVIANINGTIAS 100810020 PUTU DESI ARIANI 100810021 NOVYAN HARDAR S. 100810082 ASTARI MARULLYTA 100810091 BAMBANG PURNOMO 100810095 IRENE NOVIANTARI 100810098 STEPHANY PONDAANG 100810349 NURUL JANNATUL 100810381 NUR SAIDATUL ULFA 100810444 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2010

description

suntik - kesehatan masyarakat

Transcript of Suntik ya (kel. 1)

Page 1: Suntik ya (kel. 1)

1

SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN

“SUNTIK YA?”

OLEH:

KELOMPOK 1

ANINDITYA KARINA R. 100810014

LILA ULVIANINGTIAS 100810020

PUTU DESI ARIANI 100810021

NOVYAN HARDAR S. 100810082

ASTARI MARULLYTA 100810091

BAMBANG PURNOMO 100810095

IRENE NOVIANTARI 100810098

STEPHANY PONDAANG 100810349

NURUL JANNATUL 100810381

NUR SAIDATUL ULFA 100810444

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010

Page 2: Suntik ya (kel. 1)

2

SUNTIK YA?

Sebuah penelitian di Puskesmas Salam Jawa Tengah, pada tanggal 10 Nopember 1990

pukul 09.00 WIB.

PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang Puskesmas Salam Jawa Tengah ini, sebagai berikut :

1. Pengobatan secara suntik merupakan pengobatan utama di puskesmas ini, meskipun pada

dasarnya penyakit tersebut dapat disembuhkan dengan pengobatan secara oral.

2. Pemberian pengobatan secara suntikan menyebabkan variasi obat di puskesmas ini rendah.

Hanya ada 5 variasi obat.

3. Puskesmas juga mengalami kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan suntikan. Selain

itu, vitamin yang digunakan merupakan vitamin dengan harga yang murah.

4. Dalam melakukan pengobatan, di puskesmas ini jarang dilakukan pemeriksaan fisik,

anamnesis, pemberian informasi mengenai penyakit pasien, tidak ada penyampaian diagnosis

dan alokasi waktu untuk menjawab pertanyaan pasien.

5. Untuk menekan dana tersebut, maka 1 buah suntikan digunakan untuk 10-15 pasien.

Pemberian suntikan bergantian juga terjadi pada saat mengobati PSK (Pekerja Seks

Komersial) yang mengalami PMS (Penyakit Menular Seksual).

6. Kepopuleran pengobatan suntik ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

a. Kesuksesan dalam mengobati beri-beri dan kala azar.

b. Kepercayaan masyarakat bahwa kesembuhan dapat diperoleh setelah menderita terlebih

dahulu.

c. Pelayan kesehatan akan mendapat pengakuan sosial sebagai wakil sah dari pengobatan

biomedis jika sering memberikan pengobatan secara suntik kepada pasiennya.

d. Kepercayaan dari sisi tenaga kesehatan (pelayan kesehatan) bahwa obat dapat mencapai

sasaran dengan cepat melalui suntikan. Bahkan, pada saat seorang perawat lupa

membawa alat suntik pada saat akan mengobati pasien, maka perawat tersebut akan

mencubit pantat pasien seolah-olah disuntik dan tindakan ini dilakukan atas permintaan

pasien.

e. Kepercayaan bahwa pengobatan secara suntik merupakan pengobatan yang paling

esensial merupakan kepercayaan turun-temurun. Namun, saat ini generasi muda dan ibu-

ibu yang memiliki balita sering melakukan penolakan terhadap pengobatan suntik. Hal

ini secara dominan disebabkan oleh ketakutan akibat adanya reaksi alergi dan demam

tinggi pada balita setelah disuntik sehingga ibu menjadi panik.

Page 3: Suntik ya (kel. 1)

3

f. Keberatan pasien bukan berarti pasien akan menolak untuk disuntik sebab sebagai pasien

diharapkan mengikuti segala perintah dari ahli medis dan merupakan suatu tindakan yang

tidak pantas dan tidak sopan bagi masyarakat desa dengan strata ekonomi lebih rendah

untuk menolak anjuran orang dengan status sosial lebih tinggi (perawat).

7. Kepercayaan bahwa suntikan merupakan pengobatan yang manjur dan membawa

keselamatan. Pemberian suntikan dianggap sebagai tugas paling esensial bagi tenaga

kesehatan kepada pasien dan tenaga kesehatan berpikir bahwa pasien akan

menerimanya.

LEVEL SASARAN

Level sasaran pada permasalahan “ suntik ya!” adalah individu yaitu pasien karena

masalah ini terkait dengan persepsi masing-masing pasien terhadap pengobatan suntik.

TEORI

Teori yang sesuai untuk mengkaji masalah tersebut adalah Health Belief Model. Health

Belief Model merupakan model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan

memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan

keyakinan individu. Teori ini memiliki 4 variabel kunci, yaitu:

a. Perceived susceptibility/ kerentanan yang dirasakan

b. Perceived seriousness/ keseriusan yang dirasakan

c. Perceived benefit/ manfaat yang dirasakan

d. Perceived barriers/ rintangan yang dirasakan

e. Cues to action

f. Self efficacy

Page 4: Suntik ya (kel. 1)

4

Analisis teori Health Belief Model dengan kasus “Suntik Ya !”

Konsep Penyembuhan penyakit dengan suntikan

1.Perceived Susceptibility

(Kerentanan yang dirasakan)

Masyarakat Jawa Tengah percaya bahwa mereka tidak

bisa sembuh jika tidak mendapat suntikan

2. Perceived Severity

(Severity Dirasakan)

a.Mereka merasa tidak puas jika tidak disuntik

b.Mereka percaya bahwa suntikan adalah unsur essensial

dalam proses penyembuhan

c.Mereka percaya bahwa obat yang diberikan melalui

suntikan lebih efektif daripada obat yang diberikan secara

oral karena larutan langsung masuk ke dalam peredaran

darah dan segera mencapai sasaran

d.persepsi turun temurun tentang suntikan ganda di sisi

kanan dan kiri untuk memulihkan keseimbangan tubuh

3. Perceived Benefits

( Manfaat yang dirasakan)

a. Mereka percaya bahwa suntikan dapat bekerja lebih

cepat dibandingkan obat-obatan

b. mereka percaya bahwa penyakit yang serius hanya

dapat diobati secara permanen dengan suntikan

4. Perceived Barriers

(Hambatan yang dirasakan)

Mereka tidak mampu menolak saat ditawari suntikan

karena:

a.sebagai pasien mereka diharapkan mengikuti segala

perintah dari ahli medis

b.sebagai penduduk desa dengan status sosial ekonomi

lebih rendah dianggap tidak pantas dan tidak sopan untuk

menentang atau menunjukkan keraguan kepada orang

yang berstatus sosial lebih tinggi,dalam hal ini perawat

puskesmas

5. Cues to Action

(Isyarat untuk Aksi)

a.Memberikan informasi bahwa tidak semua penyakit

dapat disembuhkan dengan suntikan melainkan dapat

disembuhkan dengan hanya menggunakan obat-obatan

oral.

b.Memberikan informasi bahwa pasien mempunyai hak

untuk menolak dan menerima pelayanan kesehatan yang

Page 5: Suntik ya (kel. 1)

5

diberikan kepadanya.

6. Self-Efficacy Mereka dapat memutuskan secara tepat pengobatan apa

yang sesuai dengan penyakit mereka baik dengan suntik

maupun dengan obat-obatan oral.

SOLUSI

Solusi yang dapat digunakan:

a. Berkoordinasi dengan dokter atau tenaga kesehatan di Puskesmas untuk memberikan

informasi kepada pasien bahwa tidak semua jenis penyakit wajib disuntik, ada penyakit

yang dapat diobati dengan hanya menggunakan obat-obat oral. Dokter atau petugas

kesehatan wajib menjelaskan tentang diagnose penyakit dengan jelas dan alternatife

pengobatan yang dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit pasien tersebut.

b. Mengubah tingkah laku petugas kesehatan agar tidak memberikan tawaran “ suntik ya!”

kepada pasien yang datang berobat. Petugas kesehatan harus menyadari bahwa tidak

semua pasien selalu menginginkan suntikan sekalipun mereka tidak menolaknya.

c. Menyisipkan informasi tentang hak pasien untuk menolak dan menerima pelayanan

kesehatan yang diberikan kepadanya pada ketoprak atau wayang kulit yang merupakan

kebudayaan masyarakat Jawa Tengah agar mudah diterima oleh masyarakat (pasien).

d. Mengubah persepsi para penyedia layanan kesehatan agar tidak memandang rendah

penduduk desa karena penduduk desa memiliki hak untuk ikut mengambil keputusan

terkait dengan jenis pengobatan yang akan dipilih.