Studos Insyallah benar

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV). Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total. Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral. Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)

description

studi diagnosis

Transcript of Studos Insyallah benar

Page 1: Studos Insyallah benar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas

dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5

kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus

Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus

Hepatitis E (HEV).

Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya,

tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi

dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.

Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis

B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan

hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non

parenteral.

Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B

melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH)

dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis

hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral

(Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan

secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers

for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai

Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).

Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang

menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat

timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di

Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga

diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya

dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di

kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke

Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang

sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas

Page 2: Studos Insyallah benar

akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka

morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksut penyakit hepatitis B ?

2. Bagaimana Konsep penyakit dari Hepatitis B?

3. Bagaimana Pemeriksaan Studi Diagnostik pada penyakit Hepatitis B?

1.3 Tujuan

1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit hepatitis BA

2. gar menegetahui bagaimana konsep dari penyakit Hepatitis B

3. Agar mengetahui bagimana cara pemeriksaan Studi Diagnostik pada Penyakit

Hepatitis B

Page 3: Studos Insyallah benar

BAB 2

KONSEP HEPATITIS B

2.1 DEFINISI

Hepatitis B adalah infeksi pada hati yang berpotensi menyebabkan kematian

yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B merupakan masalah kesehatan

global utama dan merupakan jenis yang paling serius dari semua jenis Hepatitis.

Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis dan bisa menyebabkan

penderitanya beresiko tinggi mengalami kematian akibat komplikasi lebih lanjut

menjadi sirosis hati dan kanker hati. (WHO, 2008)

Hepatitis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus disertai

dengan nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan

perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. Hepatitis B merupakan

peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh HBV (Hepatitis B Virus) dan

ditularkan melalui kontak darah maupun cairan tubuh. (Brunner & Suddarth, 2002:

1169).

Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut,

terutama ditularkan secara parenteral tetapi bisa juga secara oral, melalui hubungan

seksual antara penderita dan orang lain, dan dari ibu ke bayi. (Dorland, 1998: 502)

2.2 EPIDEMIOLOGI

Hepatitis B bersifat serius yang tersebar di seluruh dunia, dengan penderita

infeksi kronis lebih dari 300 juta orang. Di beberapa negara, terutama di Asia

Tenggara, Cina dan Afrika, HBV terjadi endemik, dengan separuh dari penduduknya

pernah terinfeksi dan lebih dari 8% penduduknya menjadi pembawa kronis virus

tersebut. (Elizabeth J. Corwin, 2009: 667)

Di dunia, setiap tahun sekitar 10-30 juta orang terkena penyakit Hepatitis B.

Walaupun penyakit Hepatitis B bisa menyerang setiap orang dari semua golongan

umur tetapi umumnya yang terinfeksi adalah orang pada usia produktif. Ini berarti

merugikan baik bagi si penderita, keluarga, masyarakat atau negara karena sumber

daya potensial menjadi berkurang.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Hepatitis B endemik di China dan

bagian lain di Asia termasuk di Indonesia. Sebagian besar orang di kawasan ini bisa

Page 4: Studos Insyallah benar

terinfeksi Hepatitis B sejak usia kanak-kanak. Di sejumlah negara di Asia, 8-10

persen populasi orang dewasa mengalami infeksi Hepatitis B kronik. Penyakit hati

yang disebabkan Hepatitis B merupakan satu dari tiga penyebab kematian dari kanker

pada pria, dan penyebab utama kanker pada perempuan.

Presiden Perkumpulan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Prof Dr Laurentius A

Lesmana, mengungkapkan tingkat prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia

sebenarnya cukup tinggi. Secara keseluruhan jumlahnya mencapai 13,3 juta penderita.

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi tahun 2003 (lampiran), di Indonesia

jumlah kasus Hepatitis B sebesar 6.654 sedangkan di Sumbar 649, berada pada urutan

ke tiga setelah DKI Jakarta dan Jatim. Dari sisi jumlah, Indonesia ada di urutan ketiga

setelah Cina (123,7 juta) dan India (30-50 juta) penderita. Tingkat prevalensi di

Indonesia antara 5-10%.

2.3 ETIOLOGI

Hepatitis disebabkan oleh infeksi dari HBV (Hepatitis B Virus). Beberapa

faktor predisposisi terjadinya penularan Hepatitis B adalah:

1. Kontak dengan darah, sekresi dan tinja dari manusia yang terkontaminasi.

2. Kontak melalui hubungan intim seksual.

3. Penularan perinatal (Lippincott William & Wilkins, 2008: 261)

Cara umum penularan Hepatitis B di negara berkembang adalah:

1. perinatal (dari ibu ke bayi saat kelahiran).

2. infeksi awal pada masa kanak-kanak (infeksi subklinis melalui kontak

interpersonal dengan kelompok yang terinfeksi).

3. penggunaan jarum suntik sembarangan.

4. transfusi darah.

5. hubungan seksual. (WHO, 2008)

HBV adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel Dane. Virus

ini memiliki beberapa antigen inti dan antigen permukaan yang telah diketahui

secara rinci dan dapat diidentifikasi dari sampel darah hasil pemeriksaan lab. HBV

memiliki masa tunas yang lama, antara 1-7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2

bulan. (Elizabeth J. Corwin, 2009: 667)

Page 5: Studos Insyallah benar

2.4 PATOFISIOLOGI

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut

"Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel

inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat

Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg).

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat

pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan

nekrosis sel perenchym hati. Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dalam

memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini

menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong

empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai

hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbunya sakit

dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3

bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan

sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati.

Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang

biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

Perjalanan infeksi virus hepatitis B kronik mengalami 3 fase, yaitu :

a) Fase replikasi virus yang tinggi tanpa menimbulkan kerusakan jaringan

hati, yang ditandai oleh adanya kerusakan jaringan hati oleh kadar

transaminase normal, kadar HbeAG dan DNA serum yang tinggi.

Dengan kelainan hitologis hati minimal terjadi pada pemeriksaan

jaringan hati secara histokimiawi ditemukan HbsAG dan HbeAg.

b) Fase hepatitis rendah berupa hepatitis kronik ekserbasi akut yang

terjadi secara spontan ditandai dengan kadar transminase (SGOT &

SGPT) meninggi dan menggambarkan usaha host yang peresisten

untuk mencoba mengeliminasi virus yang dari dalam tubuh.

c) Fase nonreplikasi ditemukan adanya anti Hbe tanpa adanya DNA virus

hepatitis B.

Gambaran klinis virus hepatitis B kronik adanya hubungan dengan

kemungkinan hepatitis B berasal dari daerah endemik yang mana virus hepatitis B

dengan carier rate yang meninggi bisa terjadi pada pengidap hepatitis kronik.

Hepatitis kronik berlangsung secara perlahan dan gejala penyakit tidak sesuai dengan

Page 6: Studos Insyallah benar

keluhan pasien. Kelainan hasil labolatorium terjadi pada bilirubin yang meningkat,

kadar HbsAG positif, dan DNA positif.

2.5 GEJALA KLINIS

Gejala Hepatitis B mirip gejala flu. Kadang-kadang sangat ringan bahkan tida

menimbulkan gejala sama sekali. Hanya sedikit orang yang terinfeksi menunjukkan

semua gejala. Karena alasan ini banyak kasus Hepatitis B yang tidak terdiagnosis dan

terobati. Gejala utama dari Hepatitis B adalah sebagai berikut:

1. Urtikaria atau artralgia sebelum terjadinya tanda sakit kuning menunjukkan

infeksi HBV (Lippincott William & Wilkins, 2008: 260)

2. Mudah lelah

3. Demam ringan

4. Nyeri otot dan persendian

5. Mual dan muntah

6. Sakit kepala

7. Kehilangan nafsu makan

8. Nyeri perut kanan atas

9. Diare

10. Warna tinja seperti dempul (keabu-abuan)

11. Warna urine seperti teh

12. Warna kulit dan sklera mata kuning (jaundice), sering disebut penyakit

kuning.

13. Penurunan berat badan 2.5 - 5 kg (sumber: Unit Transfusi Darah PMI Cabang

Kota Yogyakarta)

2.6 PEMERIKSAAN FISIK

a. KU (Keadaan Umum)

a) Kesadaran : compos mentis

b) Bentuk tubuh : sedang

c) Postur tubuh : normal

d) Warna kulit : putih

e) Turgor kulit : normal

b. Tanda-Tanda Vital

a) Suhu

Page 7: Studos Insyallah benar

b) Nadi

c) Tekanan darah

d) Respirasi

c. Keadaan Fisik (head to toe)

a) Kepala : bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut

dan kulit kepala baik, tidak ada nyeri saat ditekan.

b) Mata : Posisi mata simetris, pupil isokor, konjungtiva pucat,

penglihatan kabur, sklera ikterus.

c) Telinga : bentuk simetris, pendengaran baik, telinga tampak bersih, dan

tidak ada sekret.

d) Hidung : lubang hidung simetris, tidak terdapat sekret, tidak terdapat

pernapasan cuping hidung.

e) Mulut dan gigi: keadaan bibir normal, bersih.

f) Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.

g) Thorax: Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-20 kali/menit)

h) Abdomen: Permukaan asimetris, terdapat nyeri tekan dan bising

normal.

i) Ekstremitas :

- Atas : keadaan baik, lemah.

- Bawah : keadaan baik, lemah.

j) Genitalia :

Tidak dikaji.

2.7 Pemeriksaan diagnostik

1. CRP ( C- Reaktive Protein)

Pengukuran kadar CRP sering digunakan untuk memantau keadaan pasien

setelah operasi. Pada umumnya, konsentrasi CRP akan mulai meningkat pada 4-6

jam setelah operasi dan mencapai kadar tertinggi pada 48-72 jam setelah operasi.

Kadar CRP akan kembali normal setelah 7 hari pasca-operasi. Namun, bila setelah

operasi terjadi inflamasi atau sepsis maka kadar CRP di dalam darah akan terus

menerus meningkat

Pada kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh dapat meningkat

hingga 100x kadar CRP pada orang normal sehingga pengukuran CRP sering

digunakan untuk mengetahui apakah pasien dalam kondisi terinfeksi atau

mengalami inflamasi tertentu. Pada saat terjadi infeksi bakteri atau inflamasi,

Page 8: Studos Insyallah benar

leukosit akan teraktivasi kemudian melepaskan sitokin ke aliran darah. Sitokin

akan merangsang sel-sel hati (hepatosit) untuk memproduksi CRP.

Pada tahun 2003, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the

American Heart Association (AHA) merekomendasi penggunaan hsCRP untuk

memprediksi risiko penyakit kardiovaskular terutama untuk pasien penderita

sindrom koroner akut dan penyakit koroner stabil. Nilai yang dijadikan acuan

untuk penilaian risiko penyakit kardiovaskular tersebut adalah :

a. < 1 mg/L : risiko rendah

b. 1-3 mg/L : risiko menengah (intermediate)

c. > 3 mg/L : risiko tinggi

d. > 10 mg/L mengindikasikan adanya inflamasi atau infeksi aktif.

Page 9: Studos Insyallah benar

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS B

3.1 PENGKAJIAN

1.  Biodata

Identitas pasien

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku,

kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, no. Rekam

medis.

2.      Alasan dirawat di rumah sakit

Alasan dirawat:

Terjadi penurunan fungsi hati

Keluhan utama:

Pasien merasa lemah, nyeri abdomen, mengeluh tubuhnya berwarna kuning.

3.      Riwayat kesehatan

1.      Riwayat kesehatan sebelum sakit ini:

Pasien pernah mengalami tifus 5 bulan yang lalu.

2.      Riwayat kesehatan sekarang:

Pasien merasakan keluhan ini sejak 1 tahun terakhir, namun hal

tersebut belum sampai mengganggu aktivitasnya. Tetapi tiba-tiba saja

2 hari yang lalu pasien mengalami nyeri hebat pada ulu hati dan

langsung dilarikan ke rumah sakit.

3.      Riwayat kesehatan keluarga:

Seluruh keluarga pasien (nenek ayah dan ibu) tidak pernah ada yang

menderita sakit yang parah, namun kakek pasien meninggal karena

mengidap Stroke.

4.      Data Bio-Psiko-Sosio-Spiritual

Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan

pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi:

1.      Bernafas

Pada saat pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan saat bernafas.

2.      Makan

Page 10: Studos Insyallah benar

Pasien makan tiga kali sehari dan hanya habis sepertiga porsi karena

pasien merasa mual dan pasien mengatakan terjadi penurunan nafsu

makan.

3.      Minum

Pada saat pengkajian pasien mengatakan minum kira – kira 7 kali

perhari dengan jumlah kira – kira 240 ml.

4.      Eliminasi BAB & BAK

Pasien BAB 1 kali sehari dengan konsisitensi lembek. Pasien

mengatakan 3 – 4 kali sehari, baunya khas dan berwarna gelap, diare

feses berwarna seperti tanah liat.

5.      Gerak aktivitas

1.      Kemampuan ADL :

a)      Kemampuan untuk makan: Pasien mampu menyuap makanan

sendiri.

b)      Kemampuan untuk mandi: Sejak sakit pasien dibantu mandi oleh

keluarga 2 kali sehari.

c)      Kemampuan untuk toileting: Pasien mampu ketoilet untuk BAB

dan BAK.

d)     Kemampuan untuk berpakaian: Pasien mampu menggunakan

pakaian sendiri.

e)      Kemampuan untuk instrumentalia : Pasien mampu mengunakan

alat – alat disekitarnya.

2.      Kemampuan mobilisasi

Pasien mampu mengubah posisi di tempat tidur, mampu duduk di tempat

tidur, ketika pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.

6. Istirahat tidur

Jumlah tidur pasien 10 jam, pasien tidur dari pukul 21.00 wita –

07.00 wita.

7.     Pengaturan suhu tubuh

Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien normal yaitu 38° C.

8.      Kebersihan diri

Kebersihan diri pasien terjaga. Untuk aktivitas mandi, pasien dibantu

oleh keluarga pasien.

9.      Rasa nyaman

Page 11: Studos Insyallah benar

Pasien mengatakan sakit pada bagian kepala, terkadang disertai nyeri

ulu hati atau nyeri pada bagian abdomen.

10.   Rasa aman

Pada saat pengkajian pasien mengatakan cemas dan raut wajah pasien

tampak khawatir.

11.   Sosial

      Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain namun pada saat

berkomunikasi pasien tampak lemah.

      Sosialisasi orientasi terhadap orang, waktu dan tempat baik.

12.  Pengetahuan belajar

Pasien barsedia mengikuti prosedur keperawatan dan mampu

mengikuti pada saat pemberian informasi mengenai penyakit yang

diderita pasien. Pasien mampu mengikuti nasehat-nasehat yang

diberikan oleh tenaga medis.

13.  Rekreasi

Pasien mengatakan untuk mengisi waktu luang, pasien menonton TV

dan kadang – kadang berbincang-bincang dengan keluarga atau

kerabat.

14.  Spiritual

Pasien beragama hindu, dan hanya bersembahyang di tempat tidur saja.

Setiap hari keluarga pasien mengahaturkan banten dan bersembahyang

di padmasana rumah sakit.

5.      Pemeriksaan Fisik

a.       KU (Keadaan Umum)

1)      Kesadaran : compos mentis

2)      Bentuk tubuh : sedang ( TB : 160, BB : 58 )

3)      Postur tubuh : normal

4)      Warna kulit : putih

5)      Turgor kulit : normal

b.      Tanda-Tanda Vital

1) Suhu

2) Nadi

3) Tekanan darah

4) Respirasi

Page 12: Studos Insyallah benar

c.       Keadaan Fisik (head to toe)

1.   Kepala : bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut

dan kulit kepala baik, tidak ada nyeri saat ditekan.

2.   Mata : Posisi mata simetris, konjungtiva pucat, penglihatan kabur,

sklera ikterus.

3.   Telinga : bentuk simetris, pendengaran baik, telinga tampak bersih, dan

tidak ada sekret.

4.   Hidung : lubang hidung simetris, tidak terdapat sekret, tidak terdapat

pernapasan cuping hidung.

5.   Mulut dan gigi : keadaan bibir normal, gigi lengkap, tidak

menggunakan gigi palsu.

6.   Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.

7.   Thorax : Bentuk thorax simetris, respirasi normal (16-20 kali/menit)

8.   Abdomen : Permukaan asimetris, terdapat nyeri tekan dan bising

normal.

9.   Ekstremitas :

- Atas : keadaan baik, lemah.

- Bawah : keadaan baik, lemah.

10.  Genitalia :

Tidak dikaji.

Data subjektif :

~   Pasien mengeluh sakit kepala, nyeri pada otot, nyeri pada perut bagian kanan atas,

mual, anoreksia

Data objektif :

~   Pasien muntah hingga 4 kali dalam 24 jam

~   Perut kanan atas membesar dan nyeri saat ditekan

~   Jumlah makanan yang dimakan sedikit

~   Sklera menjadi kuning dan selanjutnya diikuti oleh seluruh tubuh

~   Urin secara makroskopik berwarna seperti teh tua dan bila dikocok akan

mengeluarkan busa berwarna kuning kehijauan

~   Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinimia ringan dan

hiperbilirubinuria.

Page 13: Studos Insyallah benar

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (bilirubin indirek) dan

distensi abdominal ditandai dengan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3,

klien tampak meringis, klien tampak melindungi area yang nyeri.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan (gangguang emulsi lemak) ditandai dengan

IMT kurang dari batas normal (nilai normal IMT: 18,5 – 24,9), perasaan nyeri

perut saat makan.

3. Hipertermi berhubungan dengan pengeluaran prostaglandin ditandai dengan kulit

klien teraba hangat, suhu aksila diatas normal (normal: 36,50 – 37,50 C).

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik

(peningkatan garam empedu pada darah) ditandai dengan kulit tampak kemerahan,

adanya pruritus.]

5. Keletihan berhubungan dengan status penyakit (penurunan kadar glukosa darah)

ditandai dengan klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas seperti

biasanya, klien tampak mengantuk, klien sering mengeluh mengenai fisiknya,

klien mengalami peningkatan kebutuhan dalam beristirahat.

6. PK: Anemia

7. PK: Perdarahan

8. PK: Infeksi

9. PK: Hipoalbuminemia

10. PK: Hiperglikemia

11. Gangguan sensori persepsi: pengelihatan berhubungan dengan perubahan dalam

ketajaman sensori (sklera ikterik) ditandai dengan pandangan kabur.

12. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

klien tidak mampu mengakses kamar mandi, ketidakmampuan membersihkan diri

sendiri.

13. Gangguan body image berhubungan dengan kondisi penyakit (ikterik) ditandai

dengan klien mengatakan malu dengan kondisi yang dialaminya.

14. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien

tampak gelisah, klien mengalami insomnia, klien tampak khawatir akan

kondisinya.

Page 14: Studos Insyallah benar

15. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi mengenai

penyakit ditandai dengan klien tampak gelisah, klien selalu bertanya-tanya

mengenai kondisinya.

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (bilirubin indirek) dan

distensi abdominal ditandai dengan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3,

klien tampak meringis, klien tampak melindungi area yang nyeri.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

distensi abdominal ditandai dengan IMT kurang dari batas normal (nilai normal

IMT: 18,5 – 24,9), perasaan nyeri perut saat makan.

3. Hipertermi berhubungan dengan pengeluaran prostaglandin ditandai dengan kulit

klien teraba hangat, suhu aksila diatas normal (normal: 36,50 – 37,50 C).

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik

(peningkatan garam empedu pada darah) ditandai dengan kulit tampak

kemerahan, adanya pruritus.

5. Keletihan berhubungan dengan status penyakit (penurunan kadar glukosa darah)

ditandai dengan klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas seperti

biasanya, klien tampak mengantuk, klien sering mengeluh mengenai fisiknya,

klien mengalami peningkatan kebutuhan dalam beristirahat.

C.    PERENCANAAN

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (bilirubin indirek) dan

distensi abdominal ditandai dengan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 3,

klien tampak meringis, klien tampak melindungi area yang nyeri.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan nyeri klien dapat

teratasi dengan outcomes:

Klien tidak tampak meringis.

Klien tidak melindungi area nyeri.

Skala nyeri: 0 (skala 0-10)

Intervensi:

1. Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Kaji faktor yang dapat memperberat atau

mengurangi nyeri : lokasi, durasi, intensitas dan karakteristik nyeri serta gejala

psikologis.

Page 15: Studos Insyallah benar

Rasional : Memantau status nyeri pasien.

2. Minta pasien untuk menggunakan skala 1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat

nyeri pasien.

Rasional : Untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang tingkat nyeri

pasien.

3. Pantau dan catat TTV.

Rasional : Perubahan TTV dapat menunjukkan penurunan ataupun perkembangan

kondisi.

4. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan (ex. Temperatur ruangan, penyinaran, dll)

Rasional : Suhu ruangan dan penyinaran yang berlebih dapat meningkatkan

ketidaknyamanan.

5. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakan bantal untuk

membebat atau menyokong daerah yang sakit bila diperlukan.

Rasional : Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk

mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh.

6. Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri.

Rasional : Kenyamanan menunjukkan manajemen nyeri yang adekuat.

7. Kolaborasi

Berikan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis.

Rasional : Analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

distensi abdominal ditandai dengan IMT kurang dari batas normal (nilai normal

IMT: 18,5 – 24,9), perasaan nyeri perut saat makan.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan ketidakseimbangan

nutrisi dapat teratasi dengan outcomes:

IMT dalam batas normal (18,5 – 24, 59)

Terjadi peningkatan dalam porsi makan.

Berat badan pasien bertambah ... kg setiap minggu.

Pasien makan secara mandiri tanpa didorong.

Intervensi:

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat

masukan makanan pasien.

Page 16: Studos Insyallah benar

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukan kalori dan kualitas

2. kekurangan konsumsi makanan.

Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi

3. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu

makan.

Rasional : Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

pemasukan juga mencegah distensi gaster.

4. Berikan dan bantu higiene mulut dengan baik, sebelum dan sesudah makan.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

5. Kolaborasi

Konsul dengan ahli gizi

Rasional : Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan

individual.

6. Pantau pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht, BUN, albumin, B12,

elektrolit serum

Rasional : Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet

nutrisi yang dibutuhkan.

Hipertermi berhubungan dengan pengeluaran prostaglandin ditandai dengan kulit

klien teraba hangat, suhu aksila diatas normal (normal: 36,50 – 37,50 C).

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan hipertermi dapat

teratasi dengan kriteria hasil:

Suhu tubuh dalam batas normal (36,50 – 37,50 C)

Kulit teraba normal

Intervensi:

1. Pantau suhu klien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/diaphoresis.

Rasional : Suhu 38,90 – 41,10 menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola

demam dapat membantu dalam diagnosis, misalnya kurva demam lanjut berakhir

lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pneumotokal, demam scarlet atau

tifoid; demam remiten menunjukkan infeksi paru; kurva intermiten atau demam

yang kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukkan episode septic,

endokarditis septic, atau TB. Menggigil sering mendahului puncak suhu.

Page 17: Studos Insyallah benar

2. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

Rasional : Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

3. Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan yang adekuat (>2000

ml/hari kecuali terdapat kontraindikasi penyakit jantung atau ginjal)

Rasional : Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh

yang tinggi.

4. Berikan kompres hangat.

Rasional : Membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu

mengurangi demam

5. Kolaborasi

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik

(peningkatan garam empedu pada darah) ditandai dengan kulit tampak

kemerahan, adanya pruritus.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan kerusakan

integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit.

Menunjukkan turgor kulit yang normal.

Pruritus berkurang

Intervensi:

1. Inspeksi kulit pasien, jelaskan dan dokumentasikan kondisi kulit pasien dan

laporkan perubahan.

Rasional : Untuk menentukan keefektifan regimen perawatan kulit.

2. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang masalah

kulitnya.

Rasional : Tindakan ini membantu untuk mengurangi ansietas dan meningkatkan

keterampilan koping.

3. Laksanankan program regimen penanganan untuk kulit yang rusak dan pantau

kemajuannya. Laporkan respon terhadap regimen penanganan.

Rasional : Untuk mempertahankan atau memodifikasi terapi saat ini.

Page 18: Studos Insyallah benar

4. Berikan pengarahan kepada pasien dan keluarga dalam program perawatan kulit.

Rasional : Untuk mendorong kepaatuhan.

5. Atur posisi pasien supaya nyaman dan meminimalkan tekanan pada kulit yang

rusak. Ubah posisi pasien selama 2 jam. Pantau frekuensi pengubahan posisi

pasien dan kondisi kulitnya.

Rasional : Tindakan tersebut mengurangi tekanan, meningkatkan sirkulasi, dan

mencegah kerusakan kulit.

6. Bantu pasien untuk melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan.

Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan dan untuk

mencegah infeksi.

7. Kolaborasi

Berikan obat nyeri sesuai program dan pantau keefektifannya.

Rasional : Pengurangan nyeri diperlukan untuk mempertahankan kesehatan.

Keletihan berhubungan dengan status penyakit (penurunan kadar glukosa

darah) ditandai dengan klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas

seperti biasanya, klien tampak mengantuk, klien sering mengeluh mengenai

fisiknya, klien mengalami peningkatan kebutuhan dalam beristirahat.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan keletihan dapat

teratasi dengan kriteria hasil:

Menunjukkan kemampuan dalam melakukan aktivitas

Kebutuhan dalam beristirahat kembali normal

Menunjukkan pengetahuan mengenai tindakan-tindakan untuk mengurangi

keletihan

Intervensi:

1. Ajarkan pasien untuk hemat energy dengan cara istirahat, perencanaan dan

penentuan prioritas.

Rasional : Untuk mencegah atau meringankan keletihan.

2. Anjurkan pasien untuk selingi aktivitas dengan periode istirahat.

Rasional : Penjadwalan periode istirahat yang teratur dapat membantu

menurunkan keletihan dan meningkatkan stamina.

3. Dorong pasien untuk makan makanan yang kaya zat besi dan mineral, jika tidak

dikontraindikasikan.

Page 19: Studos Insyallah benar

Rasional : Tindakan tersebut dapat membantu menghindari anemia dan

demineralisasi.

4. Tunda makan bila pasien mengalami keletihan.

Rasional : Agar kondisi pasien tidak memburuk.

5. Berikan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

Rasional : Untuk menghemat energi pasien dan mendorong peningkatan asupan

diet.

6. Tetapkan pola tidur yang teratur.

Rasional : Tidur pada malam hari 8 sampai 10 jam dapat membantu mengurangi

keletihan.

7. Hindari situasi penuh emosional.

Rasional : Dapat memperburuk keletihan pasien.

8. Diskusikan efek keletihan terhaadap aktivitas hidup sehari-hari dan tujuan

personal. Gali bersama pasien hubungan antara keletihan dan proses penyakit.

Rasional : Membantu meningkatkan kepatuhan pasien terhadap jadwal istirahat

dan aktivitas. 

D.    EVALUASI

1)      Nyeri akut teratasi dengan respon:

Klien tidak tampak meringis.

Klien tidak melindungi area nyeri.

Skala nyeri: 0 (skala 0-10)

2)      Kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi dengan respon:

         IMT dalam batas normal (18,5 – 24, 59)

         Terjadi peningkatan dalam porsi makan.

         Berat badan pasien bertambah ... kg setiap minggu.

         Pasien makan secara mandiri tanpa didorong.

3)      Hipertermi dapat teratasi dengan respon:

         Suhu tubuh dalam batas normal (36,50 – 37,50 C)

         Kulit teraba normal

4)      Kerusakan integritas kulir dapat teratasi dengan respon:

         Menunjukkan tidak adanya kerusakan kulit.

         Menunjukkan turgor kulit yang normal.

         Pruritus berkurang

Page 20: Studos Insyallah benar

5)      Keletihan dapat teratasi dengan respon:

         Menunjukkan kemampuan dalam melakukan aktivitas

         Kebutuhan dalam beristirahat kembali normal

         Menunjukkan pengetahuan mengenai tindakan-tindakan untuk mengurangi

keletihan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=37 (akses tanggal 17 Mei 2011)

Anonim. 2007. Hepatitis B. (online).

http://golongandarah.net/artikel_detail.php?act=view&id=1 (akses 17 Mei 2011)

Anonim. 2008. Hepatitis B. (online).

http://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb1.htm