STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase...

175
i STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Michael Jordi Kurniawan NIM. E0012248 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Transcript of STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase...

Page 1: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

i

STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA

(STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Michael Jordi Kurniawan

NIM. E0012248

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 2: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

ii

Page 3: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

iii

Page 4: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama : Michael Jordi.K

NIM : E0012248

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA

(STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

(skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di

kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang

saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 29 Maret 2016

Yang Membuat Pernyataan,

Michael Jordi Kurniawan

NIM. E0012248

Page 5: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

v

HALAMAN MOTTO

“THERE IS NOTHING NOBLE IN BEING SUPERIOR TO YOUR

FELLOW MEN, TRUE NOBILITIY IS BEING SUPERIOR TO YOUR

FORMER SELF”

-ERNERST HEMINGWAY-

Page 6: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

vi

ABSTRAK

Michael Jordi Kurniawan. 2016. E0012248. STUDI TENTANG

PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN

NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR). Penulisan Hukum

(Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini mendiskripsikan dan mengkaji permasalahan, pertama,

apakah pertimbangan majelis hakim pengadilan negeri jakarta utara dalam

membatalkan putusan BANI nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase). Kedua, Apakah akibat hukum

dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

studi dokumen dan studi kepustakaan, instrumen penelitian adalah Putusan Nomor

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.Utr. dan UU Arbitrase. Teknik analisis yang

digunakan adalah metode deduktif silogisme.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan hakim dalam

membatalkan Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai

dengan UU Arbitrase dengan ditemukannya tipu muslihat yang dilakukan PT.

Pembangunan Jaya Ancol dalam pemeriksaan sengketa, tipu muslihat yang

dimaksud adalah dengan diajukkan Ahli dan Arbiter yang keduanya memiliki

hubungan kerja. Akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 adalah dinafikkannya putusan tersebut atau dianggap

tidak pernah ada atau dibuat.

Kata Kunci: Pembatalan, Putusan BANI

Page 7: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

vii

ABSTRACT

Michael Jordi Kurniawan. E0012248. 2016. A Study In Cancellation of BANI’s

Verdict in Indonesia (Study in Verdict Number

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR). Legal Writing. Law Faculty of

Universitas Sebelas Maret.

This study describes and examines the problems regarding the

consideration of the judges of Court District of North Jakarta in granting the

petition of cancellation BANI’s Verdict Number 513/IV/ARB-BANI/2013 whether

it is inaccordance to Act Number 30/1999 relating to Arbitration and Alternatives

Disputes Resolution (Act of Arbitration); as well as law consequences from the

cancellation of BANI’s Verdict Number 513/IV/ARB-BANI/2013.

This study is normative legal study which is a descrptive legal study. In

nature the data to be used in this study is secondary data, which includes primary

legal materials and secondary legal materials. Data collecting tehnique that used

in this study is documentary study and library study. Verdict Number

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR. and Act of Arbitration will be the main

instrument to be considered.

The results show that judges’s consideration is inaccordance Act of

Arbitration by discover the fact that PT. Pembangunan Jaya Ancol has Presented

arbitrator and expert witness that both had connection relating to their job. The

law consequences from the cancellation is that the verdict considered never

existed.

Keyworda: Camcellation, BANI’s Verdict

Page 8: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang

telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga Penulis

akhirnya dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul:

“STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI

INDONESIA (Studi Putusan Nomor:

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)”.

Penulisan hukum ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Univeritas Sebelas

Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan besar hati akan

menerima segala masukan yang dapat memperkaya pengetahuan penulis di

kemudian hari.

Dengan selesainya penulisan hukum ini, maka dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya

dalam penulisan hukum ini:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Supanto, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam

penulisan hukum ini.

3. Bapak Harjono, S.H.,M.H selaku pembimbing I yang telah

memberikan segala ilmu dan penuh dengan kesabaran membimbing

serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum

(skripsi) ini.

4. Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H.,M.H selaku Pembimbing II yang

telah membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Soehartono, S.H.,M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum

Acara Fakultas Hukum Univeritas Sebelas Maret Surakarta.

Page 9: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

ix

6. Bapak Heri Hartanto, S.H.,M.H selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis belajar di

Kampus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang dengan keikhlasan dan kemuliaan hati telah

memberikan bekal ilmu kepada penulis selama penulis belajar di

Kampus Fakultas Hukum.

8. Orang Tua, Ayah Yeremia Sandy dan Ibu Natalia Yulia yang telah

memberikan kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, dan dorongan serta

semangat kepada penulis dengan penuh keikhlasan, serta keluarga

besar atas doa dan harapan yang luar biasa.

9. Kawan-kawan di PMK Fakultas Hukum yang memberi masukan dan

bantuan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Teman-teman seangkatan 2012 Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret, tak pernah ada kata sesal berada di antara kalian, terima kasih

atas kebahagiaan dan kegembiraan yang diberikan dan semoga sukses

untuk kita semua.

11. Almamaterku, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberi bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi

kehidupan yang sesungguhnya.

Demikian semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada

khususnya.

Surakarta, Maret 2016

Penulis

Michael Jordi.K

Page 10: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ......................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 8

E. Metode Penelitian................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................. 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori..................................................................... 16

1. Tinjauan umum penyelesaian sengketa .......................... 16

2. Tinjauan umum arbitrase................................................ 23

B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 37

Page 11: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

xi

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................... 39

1. Nomor perkara ............................................................... 39

2. Identitas para pihak ........................................................ 39

3. Kasus posisi .................................................................... 39

4. Dasar permohonan ......................................................... 44

5. Putusan ........................................................................... 58

B. Pembahasan .......................................................................... 58

1. Pertimbangan Majelis Hakim ......................................... 58

2. Akibat Hukum ............................................................... 70

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 76

B. Saran ..................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 79

Page 12: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Kerangka Pemikiran ......................................... 36

Page 13: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

xiii

DAFTAR GAMBAR

Lampiran 1. Lampiran Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/Pn.Jkt.Utr...........82

Page 14: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali

tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

Hubungan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban antar pihak yang

mengikatkan dirinya. Hubungan semacam ini disebut dengan hubungan

hukum dan karena hubungan ini diatur oleh hukum maka hubungan

hukum menjadi objek hukum.

Perjanjian antara pihak yang melakukan hubungan hukum, dalam

Hukum Perdata, menjadi hukum bagi kedua belah pihak sehingga kedua

belah pihak wajib mematuhinya. Ada pihak-pihak yang tetap tidak

mematuhi perjanjian yang telah dibuat dan berdampak dengan tidak

terpenuhinya hak dan kewajiban pihak lain. Tidak terpenuhinya hak dan

kewajiban menimbulkan pihak yang merasa dirugikan, menuntut keadilan

melalui penyelesaian sengketa dengan proses pengadilan sesuai dengan

yang diatur dalam Hukum Acara Perdata.

Seiring berjalannya waktu, serta semakin majunya perdagangan

dan bisnis maka tingkat kerumitan sengketa yang timbul juga semakin

bertambah. Selain itu, arus globalisasi yang menimbulkan perkembangan

bisnis yang cepat juga berakibat bagi dituntutnya hukum untuk

berkembang dalam mengatasi sengketa yang timbul dalam sebuah

hubungan hukum. Penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan

(judicial settlement of dispute) seringkali, tidak memenuhi asas peradilan

sederhana, cepat, dan biaya ringan. Para pelaku usaha, dalam dunia bisnis

yang berkembang menuntut penyelesaian sengketa yang memenuhi asas

peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Penyelesaian sengketa yang

dipilih seringkali merupakan penyelesaian sengketa di luar proses

pengadilan.

Page 15: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

2

Menurut M.Yahya Harahap, pengalaman dan pengamatan telah

membuktikan, penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan relatif

lambat dikarenakan (M.Yahya Harahap, 1993:232) :

a. Penuh dengan formalitas

b. Terbuka upaya banding, kasasi, dan peninjauan kembali

sehingga jalannya proses penyelesaian, bias berlikuliku dan

memakan waktu yang sangat panjang, bisa sampai memakan

waktu bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

c. Belum lagi munculnya berbagai upaya perlawanan atau

intervensi dari pihak ketiga (derden verzet), menyebabkan

penyelesaian semakin rumit dan panjang.

Para pelaku usaha dan bisnis dalam dunia modern lebih memilih

penyelesaian sengketa di luar proses pengadilan, baik dengan cara

mediasi, negosiasi, rekonsiliasi, atau arbitrase. Paradigma ini dalam

mencapai keadilan lebih mengutamakan pendekatan konsesus dan

berusaha mempertemukan kepentingan pihak-pihak yang bersengketa seta

bertujuan untuk mendapatkan hasil penyelesaian sengketa kearah win-win

solution (Adi sulistiyono, 2006:5).

Para pihak yang bersengketa merupakan perusahaan-perusahaan

besar. Para pihak ini menginginkan kepentingan dan hak-haknya tercapai.

Selain itu, para pihak yang merupakan perusahaan-perusahaan besar ini

juga menginginkan agar hak-haknya dan kepentingan-kepentingannya

diperhatikan dan dipertahankan. Para pihak yang bersengketa lebih

memilih penyelesaian melalui jalur non litigasi yang berupa arbitrase.

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase sendiri berbeda jika dibandingkan

dengan penyelesaian melalui mediasi, negosiasi, dan konsiliasi. Arbitrase

merupakan institusi penyelesaian sengketa yang menggunakan pendekatan

pertentangan (adversial)dengan hasil win lose yang dipilih sebagai

alternatif oleh pelaku bisnis (Adi Sulistiyono, 2006:139).

Page 16: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

3

Pada Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman juga diatur mengenai penyelesaian sengketa di luar

pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan diatur pada Pasal 58

yang berbunyi: “upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di

luar pengadilan negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian

sengketa”. Arbitrase dalam sebuah alternatif penyelesaian sengketa di

bidang bisnis di Indonesia sangat penting. Arbitrase di Indonesia lebih

rinci diatur di Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut UU Arbitrase).

Alasan dari dipilihnya arbitrase sebagai alternatif penyelesaian

sengketa adalah karena arbitrase memiliki beberapa keunggulan yaitu :

(Rahmadi Indra Tektona, Arbitrase Sebagai Alternatif Solusi Penyelesaian

SengketaBisnis di Luar Pengadilan,

http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/pandecta/2327, (diakses pada tanggal

18 November 2015)).

a. Adanya kerahasiaan putusan arbitrase dan hubungan para pihak

tetap terjaga.

b. Prosedurnya sederhana dan cepat

c. Para pihak yang bersengketa dapat memilih orang atau lembaga

(arbiter) yang akan menyelesaikan sengketa sehungga

menjamin kualitas putusannya

d. Putusannya bersifat final, binding (mengikat), dan memiliki

daya paksa.

Kelebihan-kelebihan dalam hal penyelesaian sengketa melalui

arbitrase sangatlah banyak sehingga kalangan pelaku bisnis lebih memilih

arbitrase daripada melalui pengadilan. Peranan dan penggunaan lembaga

arbitrase dalam menyelesaikan sengketa dibidang bisnis sudah

berkembang sangat pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan fakta

bahwa banyaknya kontrak dagang yang mencantumkan klausula arbitrase

sebagai forum dalam penyelesaian sengketa.( Erman Rajagukguk, 2000:1 )

Page 17: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

4

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemilihan alternatif

penyelesaian sengketa melalui arbitrase berkembang sangat pesat yaitu

(Huala Adolf, 2008:14) :

a. Berperkara melalui arbitrase tidak begitu formal dan fleksibel

b. para pihak yang bersengketa diberi kesempatan untuk memilih

arbitrator yang mereka anggap dapat memenuh harapan

mereka baik dari segi keahlian maupun pengetahuan pada suatu

bidang tertentu; dan

c. Faktor kerahasiaan proses berperkara dan putusan yang

dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase

dinikmati.

Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti

arbitrase selalu menguntungkan semua pihak seperti yang diharapkan pada

prakteknya. Seperti contoh ada juga proses arbitrase yang memakan waktu

yang lama seperti; Kasus AMCO Asia Corp melawan Republik

Indonesia.( Aldo Rico Geraldi,dkk, Penyelesaian Sengketa Kasus Investasi

AMCO vs Indonesia Melalui ICSID,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=150949&val=907&tit

le=PENYELESAIAN%20SENGKETA%20KASUS%20INVESTASI%20

AMCO%20VS%20INDONESIA%20MELALUI%20ICSID (diakses pada

tanggal 19 November 2015))

Contoh lain, dalam praktek putusan arbitrase terutama arbitrase

asing tidak dapat dilaksanakan karena alasan-alasan tertentu, seperti

misalnya permasalahan ketertiban umum, putusan arbitrase tidak sah, dan

sebagainya (Sudargo Gautama, 2004:10). Selain kelebihan penyelesaian

sengketa melalui arbitrase juga memiliki kelemahan diantaranya sebagai

berikut : (Munir Fuady, 2000:94)

a. Tidak mudah untuk mempertemukan kehendak para pihak yang

bersengketa untuk membawa sengketa mereka kepada forum

arbitrase. Harus terdapat kesepakatan antara kedua bela pihak

yang bersengketa. Saat penentuan kesepakatan tersebut sering

Page 18: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

5

terjadi konflik kepentingan mengenai permasalahan pilihan

hukum dan pilihan forum yang berlaku atas perjanjian tersebut

b. Hal pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional

masih menjadi persoalan yang rumit. Hal tersebut dikarenakan

masing-masing Negara mempunyai ketentuan yang berbeda

dalam hal pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase

internasional

c. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak selalu memakan

biaya yang sedikit. Hal tersebut dikarenakan biaya arbitrator

yang ditunjuk dapat memakan biaya yang cukup banyak

mengingat para pihak dapat memilih arbitrator yang menurut

mereka ahli di bidangnya masing-masing.

d. Arbitrase dapat pula berlangsung lama dan karenanya

membawa akibat biaya yang tinggi terutama dalam hal

arbitrase dilakukan di luar negeri.

Arbitrase sebenarnya merupakan alternatif penyelesaian sengketa

di luar pengadilan, namun meskipun begitu, pengadilan masih tetap

mempunyai peranan dalam pendaftaran, pengakuan, dan pelaksanaan

putusan yang dibuat oleh arbitrase (Erman Rajagukguk, 2000:9). Pada

Pasal 59 ayat (1) UU Arbitrase diatur tentang proses pelaksanaan putusan

arbitrase yang harus didaftarkan ke pengadilan negeri.

Menurut urutan proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase,

pemeriksaan sengketa akan diakhiri dengan putusan arbitrase, seperti

halnya dengan penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan. Pasal 60

UU Arbitrase menyatakan bahwa putusan arbitrase bersifat final dan

mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. UU Arbitrase

juga mengatur mengenai pembatalan putusan arbitrase. Putusan arbitrase

dikatakan bersifat final dan mengikat, tetapi pihak yang merasa keberatan

dengan putusan arbitrase tersebut dapat mengajukan permohonan

pembatalan putusan arbitrase ke pengadilan negeri.dengankata lain,

Page 19: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

6

permohonan pembatalan putusan arbitrase merupakan sebuah upaya

hukum dari pihak yang tidak puas dari dijatuhkannya putusan arbitrase.

kemungkinan untuk dibatalkannya putusan arbitase, menimbulkan

sebuah kerancuan dalam penafsiran Pasal 60 UU Arbitrase. Kerancuan

tersebut adalah dengan adanya kemungkinan dibatalkannya putusan

arbitrase, apakah menghilangkan sifat putusan arbitrase yang final dan

mengikat. Lebih lanjut, UU Arbitrase tidak menyebutkan mengenai

adanya upaya hukum untuk pihak yang tidak puas dengan putusan

arbitrase.

Penulisan hukum ini lebih lanjut akan membahas mengenai

pembatalan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (selanjutnya

disebut Putusan BANI) dalam kasus sengketa antara PT. Sea World

Indonesia melawan PT. Pembangunan Jaya Ancol yang diselesaikan di

lembaga arbitase BANI. Namun demikian, atas ketidakpuasan Putusan

BANI tersebut PT. Sea World Indonesia mengajukan permohonan

pembatalan Putusan BANI ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Permohonan pembatalan putusan BANI tersebut dikabulkan oleh Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam Putusan Nomor :

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.jkt.utr.

Berdasarkan pemaparan yang dilakukan dapat dilihat polemik yang

menarik penulis untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pembatalan putusan

BANI tersebut. Berdasarkan uraian dalam latar belakang, penulis memilih

judul “ STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI

INDONESIA ( STUDI PUTUSAN NOMOR :

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR )”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis

merumuskan masalah masalah untuk mengetahui dan menegaskan

masalah-masalah apa yang hendak diteliti. Perumusan masalah dalam

suatu penelitian sangatlah penting karena dibuat untuk memecahkan

Page 20: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

7

masalah pokok yang timbul sehingga jelas dan sistematis sehingga dapat

menemukan pemecahan masalah yang tepat dan dapat mencapai tujuan.

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Apakah pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Utara dalam membatalkan putusan BANI Nomor :

513/IV/ARB-BANI/2013 telah sesuai dengan Ketentuan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa ?

b. Apakah akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI

Nomor : 513/IV/ARB-BANI/2013 ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentu ada suatu tujuan yang hendak dicapai.

Penelitian ini terdapat dua jenis tujuan dalam pelaksanaan suatu penelitian,

yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif merupakan

tujuan yang berasal dari tujuan peneletian itu sendiri, sedangkan tujuan

subjektif berasal dari penulis. Adapun tujuan objektif dan subjektif yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Tujuan Objektif

1) Untuk mengetahui secara jelas pertimbangan hukum

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam

membatalkan putusan BANI telah sesuai atau tidak dengan

ketentuan UU Arbitrase.

2) Untuk mengetahui secara jelas akibat hukum bagi kedua

belah pihak dari dibatalkannya putusan BANI.

b. Tujuan Subjektif

1) Untuk memenuhi persyaratan akademis dalam memperoleh

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Page 21: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

8

2) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan

penulis di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum

acara perdata pada khususnya.

3) Untuk melatih kemampuan penulis dalam mempraktekkan

teori ilmu hukum, mengembangkan dan memperluas

pemikiran serta pengetahuan yang diperoleh selama masa

perkuliahan guna mengkaji tentang pembatalan putusan

BANI di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya dapat memberikan manfaat baik bagi

penulis sendiri maupun masyarakat umum, terutama bagi bidang yang

diteliti. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum

pada umumnya dan Hukum Acara Perdata pada khususnya.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi

dan literatur kepustakaan Hukum Acara Perdata mengenai

pembatalan putusan BANI di Indonesia.

3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap

penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap

berikutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Mengembangkan penalaran dan pola pikir yng dinamis

serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis

dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban

atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti secara benar

dan bukan hanya penalaran saja sehingga sesuai dengan

tujuan hukum yaitu kepastian hukum.

Page 22: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

9

3) Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan dapat

bermanfaat terhadap penerapan ilmu hukum bagi

masyarakat pada umumnya dan bagi pihak-pihak yang

terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. Proses penelitian hukum memerlukan

metode penelitian yang akan menunjang hasil penelitian. Penelitian hukum

juga merupakan suatu kegiatan know-how bukan sekedar know-about.

Sebagai kegiatan know-how penelititan hukum digunakan untuk

memecahkan isu hukum yang dihadapi. Di sinilah dibutuhkan kemampuan

untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum,

menganalisis masalah yang dihadapi, dan memberikan pemecahan atas

masalah tersebut ( Peter Mahmud Marzuki, 2014:60).

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian hukum

ini adalah :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian hukum ini adalah

penelitian hukum normatif atau biasa dikenal dengan penelitian

hukum doktrinal (doctrinal research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier. Menurut Peter Mahmud

Marzuki, segala penelitian yang berkaitan dengan hukum (legal

research) adalah selalu normatif (Peter Mahmud Marzuki,

2014:55-56 ).

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian normatif adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data

sekunder atau bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan

Page 23: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

10

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

tersier (Soejono Soekanto, 1986:10)

b. Sifat Penelitian

Berdasarkan sifatnya, penelitian hukum dibagi menjadi

tiga yaitu (Abdulkadir Muhammad, 2004:59):

1) Penelitian Hukum Eksploratori (exploratory legal

study). Penelitian Hukum ini bersifat mendasar dan

bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi,

dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui.

Penelitian Hukum Eksploratori tidak memerlukan

hipotesis atau teori tertentu. Metode Pengumpulan

data primer yang digunakan adalah observasi di

lokasi penelitian dan wawancara dengan responden.

2) Penelitian Hukum Deskriptif (descriptive legal

study). Penelitian Hukum ini bersifat pemaparan

dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang

berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu,

atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam

masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti harus

menggunakan hipotesis atau teori.

3) Penelitian Hukum Eksplanatori (explanatory legal

study). Penelitian ini bersifat penjelasan dan

bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis

guna memperkuat atau menolak teori atau hipotesis

hasil penelitian yang sudah ada.

Menurut uraian diatas, maka sifat penelitian ini adalah

Penelitian Hukum Deskriptif. Pertimbangan Penulis

dilatarbelakangi oleh karena Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh pemaparan tentang Pertimbangan Hakim dan

Page 24: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

11

Akibat Hukum dari dibatalkannya Putusan Badan Arbitrase

Nasional (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013.

c. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum, di dalamnya, terdapat beberapa

pendekatan, yang mana dengan pendekatan tersebut maka

peneliti akan mendapatkan informasi dan beberapa aspek

mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian

hukum adalah pendekaan Undang-Undang ( statute approach ),

pendekatan kasus ( case Approach ), pendekatan historis (

historical approach ), pendekatan komparatif ( comparative

approach ), dan pendekatan konseptual ( conseptual approach

) (Peter Mahmud Marzuki, 2014:133).

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan penulis

dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (

statute approach) dan pendekatan kasus ( case approach ).

Pendekatan undang-undang ( staute approach) dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

terkait dengan isu hukum yang dianalisis. Pendekatan kasus

(case approach ) digunakan oleh penulis untuk menelaah

pertimbangan hakim dalam mengabulkan pembatalan putusan

BANI.

d. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui

pengkajian pustaka-pustaka yang ada, yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini

mencakup :

(a) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang

sifatnya mengikat dan mendasari bahan hukum lainnya,

terdiri dari :

Page 25: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

12

1) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor :

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.utr.

2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

3) Herziene Inlandsch Reglement ( HIR )

4) Rechtsreglement voor de Buitengewesten ( RBG )

5) Reglement op de Bergerlijk Rechtsvordering ( Rv)

6) Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang

Ratifikasi Konvensi New York 1958

(b) Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang

hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer (

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13 ). Bahan

hukum primer yang penulis gunakan adalah jurnal-jurnal,

buku-buku, dan doktrin dari para ahli mengenai pembatalan

putusan arbitrase.

e. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Penelitian hukum ini menggunakan teknis yang dalam

pengumpulan bahan hukum studi dokumen atau studi

kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan bahan ini

dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengkaji, dan

menganalisis bahan-bahan hukum (bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder) dengan menyesuaikan permasalahan

yang dikaji oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan

penelitian hukum yang penulis kaji.

f. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah

analisis bahan hukum yang bersifat deduksi dengan metode

silogisme. Artinya bahwa analisis bahan hukum ini

Page 26: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

13

mengutamakan pemikiran secara logika sehingga akan

menemukan sebab dan akibat yang akan terjadi.

Menurut Philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip oleh

Peter Mahmud Marzuki metode deduksi sebagaimana

silogisme yang diajarkan, Aristoteles, penggunaan metode

deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor (pernyataan

bersifat umum), kemudian diajukan premis minor (bersifat

khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik sebuah

kesimpulan. Logika atau silogistik untuk penalaran hukum

yang bersifat premis mayor adalah aturan hukum sedangkan

premis minornya adalah fakta hukum (Peter Mahmud Marzuki,

2014: 89-90).

Premis mayor yang digunakan penulis dalam penelitian

hukum ini adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa,

Herziene Inlandsch Reglement ( HIR ), Rechtsreglement voor

de Buitengewesten ( RBG ), Reglement op de Bergerlijk

Rechtsvordering ( Rv), Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun

1981 tentang Ratifikasi Konvensi New York 1958, dan Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor :

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.utr. Premis minor dalam

penelitian hukum ini adalah fakta hukum mengenai Pembatalan

Putusan BANI mengenai perkara perselisihan sengketa.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan

gambaran secara menyeluruh dan mempermudah pemahaman terkait

seluruh isi penulisan hukum, maka penulis membagi sistematika penulisan

hukum dalam empat bab yang saling berkaitan dan berhubungan yang

dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penulisan

hukum ini. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

Page 27: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

14

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah yang

mendorong penulis untuk melakukan penelitian hukum ini,

perumusan masalah yang merupakan inti dari maslaah yang ingin

penulis teliti, tujuan penelitian mengadakan penelitian, manfaat

penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, metode penelitian

berupa jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian,

jenis dan sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum

dan teknik analisis bahan hukum penelitian penulis, dan

sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis memberikan kerangka teori dan kerangka

pemikiran yang bersumber pada bahan hukum yang penulis

gunakan mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang penulis teliti. Kerangka teori tersebut meliputi

Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa dan Tinjauan

Umum Tentang Arbitrase. Kerangka pemikiran berisi uraian

bagan mengenai alur pemikiran penulis terhadap isi penelitian

hukum yang diteliti.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian,

menguraikan dan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan

masalah yang penulis teliti. Bab ini akan menjawab permasalahan

yang diangkat, yaitu mengenai pembatalan putusan arbitrase dalam

sengketa antara PT. Sea World Indonesia melawan PT.

Pembangunan Jaya Ancol.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini, penulis mengemukakan simpulan dari hasil penelitian

dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya serta

Page 28: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

15

memberikan saran atau rekomendasi terkait dengan permasalahan

yang penulis teliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 29: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1) Tinjauan Umum tentang Penyelesaian Sengketa

a) Proses Ajudikasi (Ajudicative procedure)

(1) Litigasi

Litigasi adalah proses gugatan atas suatu konflik yang

diritualisasikan untuk menggantikan konflik sesungguhnya, dimana

para pihak memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua

pilihan yang bertentangan (Suyud Margono, 2004:23). Litigasi

merupakan proses yang sangat dikenal bagi praktisi hukum dengan

karakteristik pihak ketiga yang mempunyai kekuatan untuk

memutuskan solusi diantara para pihak yang bersengketa.

Litigasi, dalam mengambil alih keputusan dari para pihak,

sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa

kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin

ketentraman sosial. Sebagai suatu ketentuan umum atau suatu

proses yang melalui proses gugatan, litigasi sangat baik sekali

dalam menemukan kesalahan-kesalahan dan masalah-masalah

dalam posisi pihak lawan. Litigasi juga memberikan suatu standar

bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada

para pihak untuk didengar keterangannya sebelum diambil

keputusan.

Selain menjamin pengakuan yang adil kepada para pihak,

kesempatan untuk didengar dan menyelesaikan sengketa, litigasi

juga memiliki keuntungan dalam membawa nilai-nilai masyarakat

yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa

(Suyud Margono, 2004:24). Litigasi tidak hanya menyelesaikan

sengketa tetapi juga menjamin suatu ketertiban umum. Dengan

demikian, litigasi mengenai sengketa perdata pada taraf tertentu

merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan masyarakat.

Page 30: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

17

Keputussan pengadilan merupakan sebuah preseden, sehingga

litigasi sangat bernilai. Litigasi memaksa para pihak berada pada

posisi dimana memerlukan pembelaan yang dapat mempengaruhi

keputusan.

Litigasi mengangkat seluruh persoalan atau perkara.

Perkara yang diangkat bukan hanya mengenai materi tetapi juga

prosedur. Hal itu dilakukan untuk memberikan kesamaan

kepentingan dan mendorong para pihak untuk melakukan

penyelidikan fakta. Litigasi kurang baik untuk sengketa yang

bersifat melibatkan banyak pihak dan banyak persoalan dan juga

kompelksitasnya. Selain itu, litigasi juga kurang cocok untuk

sengketa yang memeiliki kemungkinan untuk diselesaikan melalui

alternatif penyelesaian sengketa. Proses-proses litigasi

mensyaratkan pembatasan sengketa dan persoalan-persoalan

sehingga para hakim atau para pengambil keputusan lainnya dapat

lebih siap membuat keputusan (Garry Goodpaster, 1995:6)

(2) Arbitrase

Arbitrase dalam pelaksanaannya, para pihak menyetujui

untuk menyelesaikan sengketanya kepada pihak netral yang

mereka pilih untuk membuat keputusan. Arbitrase merupakan

suatu bentuk lain dari ajudikasi, yakni ajudikasi privat. Beberapa

hal dalam arbitrase sama dengan litigasi dengan keuntungan dan

kelemahannya. Perbedaanya adalah pada arbitrase melibatkan

litigasi sengketa pribadi. Sifat pribadi pada arbitrase memberikan

keutungan-keuntungan melebihi ajudikasi melalui

pengadilan.Arbitrase pada dasarnya menghindari pengadilan.

Arbitrase dalam pelaksanaannya, para pihak dapat memilih

hakim yang mereka inginkan, berbeda dengan sistem pengadilan

yang telah menetapkan hakim yang akan memeriksa sengketa.

Dengan adanya pemilihan hakim dapat menjamin kenetralan dan

keahlian yang para pihak anggap perlu dalam sengketa mereka.

Page 31: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

18

Para pihak juga dapat memilih hukum yang akan diterapkan dalam

penyelesaian sengketa. Dengan demikian arbitrase melindungi para

pihak yang khawatir akan hukum materi dalam suatu yurisdiksi

tertentu. Sifat arbitrase yang menjaga rahasisa

membantumelindungi para pihak dari penyingkapan kepada umum

yang merugikan mengenai sengketa atau pengungkapan informasi

dalam proses ajudikasi.

Arbitrase dapat lebih cepat dan murah dalam

menyelesaikan sengketa dibandingkan melalui pengadilan.

Arbitrase tidak selalu lebih murah dan cepat terutama dalam

sengketa internasional. Dengan adanya pemilihan hakim oleh para

pihak, para pihak yang bersengketa tidak perlu lama menunggu

pemeriksaan seperti pemeriksaan oleh pengadilan.

Proses melalui arbitrase cenderung lebih informal

dibandingkan dengan proses pengadilan. Hal ini dapat dilihat

dimana prosedurnya tidak begitu kaku dan lebih dapat

menyesuaikan disbanding dengan aturan pada hukum acara perdata

yang dilakukan dalam proses pengadilan. Arbitrase jarang

mengalami penundaan dan prosedurnya lebih sederhana. Arbitrase

juga mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan proses

pengadilan (Garry Goodpaster, 1995:8).

b) Proses Konsensus

(1) Ombudsman

Ombudsman adalah sebutan suatu badan atau institusi yang

tugasnya menginvestigasi keberatan dan mencegah terjadinya

sengketa para pihak atau memfasilitasi pemecahan masalahnya.

(Suyud Margono, 2004:27). Metode yang digunakan dalam

ombusnman adalah investigasi, publikasi, dan rekomendasi.

Institusi model ombudsman ini adalah pihak yang

independen. Hasil kerja dan penelitiannya hanya berupa

Page 32: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

19

rekomendasi terhadap putusan yang akan diambil dan tidak

mengikat pihak-pihak yang bersengketa.

(2) Pencari Fakta Bersifat Netral (Neutral Fact Finding)

Pencari fakta yang bersifat netral adalah pihak netral yang

dipilih untuk mencari fakta. Hal itu dapat membantu proses

negosiasi, mediasi, dan ajudikasi (Riskin dan Westbrook,

1987:250). Perkara yang sering terjadi, para pihak tidak

bersengketa mengenai hukum atau penerapannya pada fakta-fakta.

Para pihak bersengketa mengenai objektifitas fakta-fakta. Hal ini

biasanya terjadi pada persoalan-persoalan yang kompleks.

Untuk menghindari perselisihan dari saksi-saksi ahli yang

dihadirkan masing-masing pihak yang bersengketa, maka

pengadilan dapat menunjuk saksi ahli yang netral untuk

menyelidiki persoalan-persoalan yang ditetapkan dan melaporkan

penemuan-penemuannya. Dengan penemuan ini, pihak ketiga

dapat memperoleh fakta-fakta objektif dan perundingan

dilanjutkan. Apabila para pihak tidak mencapai kata sepakat,

hakim dapat menggunakan penemuan tersebut untuk membantu

penyelesaiannya.

(3) Negosiasi

Negosiasi adalah proses konsensus yang digunakan para

pihak untuk memperoleh kesepakatan antara para pihak yang

bersengketa. Negosiasi menurut Fisher dan Ury seperti dikutip

Suyud Margono (Suyud Margono, 2004:28 ) adalah komunikasi

dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat

kedua belah pihak memilik berbagai kepentingan yang sama

maupun berbeda. Negosiasi dengan kata lain adalah sarana bagi

para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian

sengketa para pihak tanpa melibatkan pihak ketiga.

Negosiasi biasanya dipergunakan dalam sengketa yang

belum terlalu rumit. Para pihak yang bersengketa masih beritikad

Page 33: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

20

baik untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Negosiasi

dilakukan apabila antara kedua belah pihak yang bersengketa

masih terjalin komunikasi yang baik. Adanya komunikasi yang

baik menandakan bahwa kedua belah pihak yang bersengketa

masih memiliki rasa percaya satu sama lain dan adanya keinginan

untuk melanjutkan kesepakatan serta berhubungan baik.

(4) Mediasi

“Mediation is an informal process in which a neutral third

party helps other resolve a dispute plan a transaction but dose not

(and ordinarily does not have the power to) impose a solutio”

(Riskin and Westbrook, 1987:4). Terjemahan bebas oleh penulis

adalah, mediasi adalah proses negosiasi dimana pihak ketiga yang

netral (mediator) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa

untuk membantu mencapai kesepakatan perjanjian tetapi tidak

memiliki kekuasaan untuk menyelesaikan sengketa. Perbedaanya

dengan hakim atau arbiter dengan mediator adalah mediator tidak

berwenang memutuskan sengketa. Mediator hanya memiliki fungsi

untuk membantu menyelesaikan persoalan para pihak yang

dikuasakan kepadanya.

Mediator berfungsi apabila, salah satu pihak lebih kuat dan

tidak seimbang dibanding pihak lain, maka mediator memiliki

peranan pentng untuk menyetarakannya. Tujuan mediasi adalah

untuk berhasil mencapai pengertian dan bersama-sama

merumuskan penyelesaian sengketa antara kedua belah pihak.

(5) Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dimana apabila

para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan maka, pihak keriga

mengajukan usulan jalan keluar. Pada dasarnya, proses konsiliasi

hampir sama dengan mediasi. Konsiliasi mengacu pada proses

penyelesaian sengketa secara konsensus antarpihak, dimana pihak

netral dapat berperan aktif ataupun pasif. Perbedaanya dengan

Page 34: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

21

mediasi adalah pihak ketiga dapat berperan aktif, selain itu, usulan

pihak ketiga harus disetujui oleh pihak-pihak yang bersengketa dan

dijadikan sebagai kesepakatan penyelesaian sengketa (M.Husni,

2008:12).

c) Proses Ajudikasi Semu

(1) Mediasi-Arbitrase

Mediasi-Arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa

campuran yang dilakukan setelah proses mediasi tidak berhasil.

Jadi, apabila dalam proses mediasi tidak diketemukan kesepakatan

antara kedua belah pihak maka, dapat melnjutkan prses

penyelsaian sengketa melalui arbitrase. Dapat dikatakan juga

proses ini merupakan kombinasi dari proses mediasi dan arbitrase.

Para pihak harus berusaha untuk mencapai penyelesaian sengketa

melalui mediasi, namun apabila tidak mungkin diperoleh

penyelesaian maka dapat digunakan proses arbitrase dalam jangka

waktu terntentu yang ditetapkan (Sudargo Gautama, 1996:96).

(2) Pemeriksaan Juri Secara Sumir

Model pemeriksaan ini merupakan adaptasi dari beberapa

konsep persidangan mini. Pemeriksaan juri secara sumir prosesnya

adalah pengacara membuat suatu prestasi ringkas tentang perkara

mereka di hadapan juri penasehat, bukan juri ajudkasi. Juri

memberikan pertimbangan atas informasi-informasi yang

dipresentasikan pengacara. Para pihak mempertahankan hak

pemeriksaan mereka. Apabila mereka tidak memperoleh

penyelesaian, mereka dapat menyidangkan perkaranya.

Pemeriksaan juri secara sumir merupakan suatu sarana

yang dimaksudkan untuk menghemat waktu pengadilan dan

sumber daya. Proses ini mirip dengan proses litigasi penuh karena

para pihak harus mempersiapkan perkara mereka secara utuh

seolah-olah mereka akan menyidangkannya (Suyud Margono,

2004:31)

Page 35: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

22

(3) Persidangan Mini (Mini Trial)

Pemeriksaan mini adalah sama dengan pemeriksaan juri

secara sumir, hanya saja tanpa adanya juri penasihat (advisory

jury). Prosesnya adalah pengacara membuat suatu presentasi

ringkas mengenai perkara pihak masing-masing di hadapan suatu

panel yang terdiri dari wakil masing-masing pihak yang

dikuasakan untuk merundingkan dan menyelesaikan perkara

tersebut.

Para pihak yang memanfaatkan prosedur-prosedur

pemeriksaan juri biasanya telah memulai dengan proses litigasi,

maka pemeriksaan mini lebih fleksibel. Pihak yang berperkara

yang menghadapi pemeriksaan dapat memanfaatkannya, namun

hal tersebut juga memungkinkan bagi para pihak untuk

menggunakan proses pemeriksaan mini sekalipun mereka belum

secara formal mendaftarkan perkaranya di pengadilan.

Pemeriksaan mini memiliki manfaat lebih jauh karena secara

langsung melibatkan para pihak dalam penilaian materi/pokok

perkara-perkara mereka melalui informasi yang diberikan dalam

presentasi ringkas. Alasan memilih pemeriksaan mini adalah

karena lebih cepat prosesnya dibanding pemeriksaan biasa dan

lebih murah (Agnes M.Toar, 1995:10)

(4) Evalusi Netral Secara Dini

Prosedur evaluasi secara dini merupakan upaya lain untuk

mendorong penyelesaian perkara secara damai. Berdasarkan

prosedur ini, setelah suatu pihak mendaftarkan perkaranya,

pengadilan segera menunjuk seorang pengacara yang netral dan

berpengalaman dalam menilai materi atau pokok perkara (on the

merits). Tujuan evaluasi netral secara dini adalah untuk

memberikan para pihak yang berperkara suatu pandangan yang

objektif mengenai perkara masing-masing. (Garry Goodpaster,

1995:10)

Page 36: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

23

Perbedaannya dengan pemeriksaan juri secara sumir

dengan persidangan mini adalah evaluasi netral secara dini terjadi

pada awal proses litigasi sebelum para pihak mengembangkan atau

menunda perkara-perkara mereka karena banyak mengeluarkan

biaya. Prosedur ini dapat menghasilkan keputusan yang baik,

cepat, dan tidak mahal apabila keahlian dan reputasi evaluatornya

serta rancangan penyelesaiannya baik.

2) Tinjauan Umum tentang Arbitrase

a) Sumber Hukum dan Pengertian Arbitrase

(1) Sumber Hukum

Tata Hukum Indonesia memiliki aturan mengenai arbitrase.

Landasan hukumnya dari Pasal 377 HIR atau Pasal 705 RBG, yang

menyatakan :“Jika orang Indonesia dan orang Timur Asing

menghendaki perselisihan mereka diputuskan oleh juru pisah,

maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan perkara yang

berlaku bagi bangsa Eropa.”

Pasal 377 HIR dalam buku M.Yahya Harahap menegaskan

sebagai berikut : (M.Yahya Harahap, 1991:22)

(a) Pihak-pihak yang bersangkutan diperbolehkan

menyelesaikan sengketa melalui juru pisah atau

arbitrase

(b) Arbitrase diberi fungsi dan kewenangan untuk

menyelesaikan dalm benruk keputusan

(c) Untuk itu, baik para pihak maupun arbiter wajib tunduk

menuruti peraturan hukum acara yang berlaku bagi

bangsa atau golongan Eropa.

Aturan dalam HIR ini tidak memuat lebih lanjut tentang

arbitrase. Mengisi kekosongan hukum tentang arbitrase Pasal 377

HIR dan Pasal 705 RBG menunjuk pada pasal yang terdapat dalam

Reglement Hukum Acara Perdata (Reglement op de Bergerlijk

Rechtsvordering, disingkat Rv, S1847-52 jo 1849-63). Sebagai

Page 37: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

24

pedoman umum aturan arbitrase yang diatur dalam Reglemen

Acara Perdata meliputi lima bagian pokok yaitu :

(a) Bagian Pertama (615-623): persetujuan arbitrase dan

pengangkatan arbiter

(b) Bagian Kedua (624-630): pemeriksaan dimuka badan

arbitrase

(c) Bagian Ketiga (631-640): putusan arbitrase

(d) Bagian Keempat (640-647): upaya-upaya terhadap

putusan arbitrase.

(e) Bagian Kelima (647-651): berakhirnya acara-acara

arbitrase

Seiringnya berjalannya waktu penggunaan Pasal 615

sampai Pasal 651 Rv sebagai pedoman arbitrase sudah tidak

memadai lagi dengan kondisi ketentuan dagang yang bersifat

internasional. Pembaharuan pengaturan mengenai arbitrase sudah

merupakan sesuatu yang dianngap perlu perubahan secara

substansif mengenai pengaturan arbitrase. Pada tanggal 12 Agustus

1999 telah disahkan UU Arbitrase. Undang-Undang ini merupakan

perubahan atas pengaturan mengenai arbitrase yang sudah tidak

memadai lagi dengan tuntuaan jaman. Dengan adanya Ketentuan

UU Arbitrase ini maka Pasal 615-651 Rv, Pasal 377 HIR, dan

Pasal 705 RBG sudah tidak berlaku lagi di Indonesia (Gunawan

Widjaja dan Michael Adrian, 2008:2). Pada Pasal 58,59 Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

juga diatur mengenai arbitrase.

(2) Pengertian Arbitrase

Arbitrase berasal dari bahasa latin yaitu arbitare, yang

memiliki arti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut

kebijaksanaan. Terdapat banyak pengertian mengenai arbitrase

oleh para ahli hukum. R.Subekti menyatakan arbitrase sebagai

“Penyelesaian masalah atau pemutusan sengketa oleh seorang

Page 38: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

25

arbiter atau para arbiter yang berdasarkan persetujuan bahwa

mereka akan tunduk kepada atau menaati keputusan yang diberikan

oleh arbiter atau para arbiter yang mereka pilih atau tunjuk.”

(R.Subekti, 1987:1)

Menurut Priyatna Abdurrasyid, arbitrase diartikan sebagai,

“Suatu tindakan hukum dimana ada pihak yang menyerahkan

sengketa atau selisih pendapat antara dua orang atau lebih kepada

seseorang atau beberapa ahli yang disepakati bersama dengan

tujuan memperoleh suatu keputusan final dan mengikat.” (Priyatna

Abdurrasyid, 2002: 55-56)

Menurut Black Law Dictionary sebagaimana dikutip dalam

jurnal “Seputar Arbitrase Institusional dan Arbitrase Ad-Hoc”

arbitrase adalah (H.Jafar Sidik, 2002:2) :

Arbitration. The reference of a dispute to an impartial

(third) person chosen by the parties to the dispute who

agree in advance to abide by the arbitrator's award issued

after hearing at which both parties have an opportunity to

be heard. An arrangement for taking and abiding by the

judgment tof selected persons in some disputed

metter,instead of carrying it to established tribunals of

justice,and its intended to avoid the formalities, the delay,

the expense and vexationof ordinary litigation.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan

diatas dapat ditarik suatu benang merah bahwa arbitrase adalah

cara penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan oleh

arbitrator.

Pengertian arbitrase menurut Pasal 1 angka 1 dan 3 UU

Arbitrase adalah bahwa :"Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu

sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada

perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa." Angka 3, "Perjanjian Arbitrase adalah suatu

kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu

perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa,

Page 39: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

26

atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak

setelah timbul sengketa"

b) Jenis-jenis Arbitrase

Terdapat dua macam arbitrase, yaitu arbitrase ad-hoc dan

arbitrase institusional. Menurut UU Arbitrase baik arbitrase ad-hoc

maupun arbitrase institusional dapat digunakan.

(1) Arbitrase Ad-Hoc

Arbitrase Ad-Hoc disebut juga sebagai arbitrase

volunter. Ketentuan dalam Reglement Rechtvordering (Rv)

mengenal adanya Arbitrase ad-hoc. Menurut Pasal 615 ayat

(1) Rv Arbitrase ad-hoc adalah Arbitrase yang dibentuk

khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan

tertentu, atau dengan kata lain Arbitrase ad-hoc bersifat

insidentil.

Arbitrase ad-hoc bersifat sekali pakai (eenmalig).

Maksud dari sekali pakai adalah setelah para Wasit atau

Arbiter menjalankan tugasnya, maka Arbiter atau Majelis

Arbiter yang memeriksa sengketa itu bubar. Para Arbiter

dari Arbitrase ad-hoc dipilih sendiri oleh para pihak yang

bersengketa dan para Arbiter menyelesaikan sengketa itu

berdasarkan peraturan prosedur yang ditetapkan sendiri

oleh para pihak.

Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) UU Arbitrase

menyebutkan : “dalam hal para pihak tidak dapat mencapai

kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada

ketentuan yang dibuat mengenai pengangkatan arbiter,

Ketua Pengadilan Negeri menunjuk arbiter atau majelis

arbitrase.” Ayat (2) menyebutkan bahwa : “dalam suatu

arbitrase ad-hoc bagi setiap ketidaksepakatan dalam

penunjukan seorang atau beberapa arbiter, para pihak dapat

Page 40: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

27

mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan

Negeri.”

Guna mengetahui dan menentukan Arbitrase jenis

ad-hoc atau Institusional yang disepakati para pihak, dapat

dilihat melalui rumusan Klausula Arbitrase dalam akta

perjanjian yang dibuat sebelum terjadi sengketa pactum de

compromittendo atau pactum de contrahendo atau akta

perjanjian yang dibuat setelah terjadinya sengketa acta van

compromis,yang menyatakan bahwa perselisihan akan

diselesaikan oleh Arbitrase (Sudargo Gautama, 1999:30).

Ciri pokok Arbitrase ad-hoc adalah penunjukkan

para arbiternya secara perorangan oleh masing-masing

pihak yang bersengketa. Antara salah satu dari tiga arbiter

harus ada arbiter yang netral yang tidak ditunjuk oleh para

pihak. Pada prinsipnya Arbiter ad-hoc tidak terikat atau

terkait dengan salah satu lembaga atau Badan Arbitrase.

Jenis arbitrase ini tidak memiliki aturan atau cara tersendiri

mengenai tata cara pemeriksaan sengketa seperti halnya

Arbirase Institusional. Akan tetapi, dalam melaksanakan

acaranya sedapat mungkin mengacu kepada undang-undang

yang berlaku

Arbitrase ad-hoc seringkali menemui kesulitan

dalam prakteknya. Kesulitan pertama adalah sukar untuk

mengangkat arbiter, mengingat para pihak seringkali tidak

menyetujui arbiter secara bersama. Kesulitan kedua adalah

adanya kurang paham dari para pihak pada waktu

merumuskan klausula arbitrase.(H.Jafar Sidik. 2002:29).

(2) Arbitrase Institusional

Arbitrase institusional merupakan suatu badan

arbitrase permanen yang telah mempunyai peraturan

prosedur tersendiri untuk menyelesaikan setiap sengketa

Page 41: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

28

yang diperiksanya. Arbitrase institusional sengaja didirikan

untuk menangani sengketa yang mungkin timbul bagi

mereka yang menghendaki penyelesaian di luar pengadilan.

Arbitrase institusional merupakan satu wadah yang sengaja

didirikan untuk menampung perselisihan yang timbul dari

perjanjian.

Suyud Sugono mengatakan bahwa Arbitrase

Institusional merupakan lembaga atau badan arbitrase yang

bersifat permanen, sehingga disebut Permanent Arbital

Body. Arbitrase institusional bersifat permanen, ia tetap ada

meskipun perselisihan yang ditangani telah selesai diputus.

Arbitrase ad-hoc bersifat insidentil, ia akan berakhir

keberadaannya setelah sengketa yang ditangani selesai

diputus. Selain itu, dalam pendirian Arbitrase institusional

sebagai lembaga atau badan yang bersifat permanen,

didalamnya terdapat susunan organisasi serta ketentuan-

ketentuan tentang tata cara pengangkatan arbiter dan tata

cara pemeriksaan persengketaan secara baku yang mengacu

pada undang-undang yang berlaku (Suyud Margono,

2004:124).

Menurut Gunawan Widjaja faktor kesengajaan dan

permanen ini merupakan ciri pembeda dengan Arbitrase

ad-hoc. Selain itu Arbitrase institusional ini sudah ada

sebelum sengketa timbul yang berbeda dengan Arbitrase

ad-hoc yang baru dibentuk setelah perselisihan timbul.

Selain itu, Arbitrase institusional ini berdiri untuk

selamanya dan tidak bubar meskipun perselisihan yang

ditangani telah selesai(Gunawan Widjaja, 2001:107).

Arbitrase institusional ini dibagi menjadi 2 sifat

yaitu arbitrase institusional yang bersifat nasional dan

arbitrase institusional yang bersifat internasional. Arbitrase

Page 42: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

29

institusional yang bersifat nasional memiliki ruang lingkup

keberadaan dan yurisdiksi meliputi kawasan Negara yang

bersangkutan. Contohnya, Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (selanjutnya disebut BANI). Ruang lingkup

keberadaan dan yurisdiksi BANI hanya meliputi wilayah

Indonesia. BANI bersifat nasional, tetapi bukan berarti

lembaga ini hanya mampu menyelesaikan sengketa-

sengketa yang berkadar nasional. Apabila para pihak

meminta dan menyepakati untuk menyelesaikan sengketa

dengan lembaga BANI, bukan tidak mungkin BANI dapat

menyelesaikan sengketa berkadar internasional.

Disamping arbitrase institusional yang bersifat

nasional, terdapat arbitrase institusional yang bersifat

internasional. Badan-badan arbitrase internasional yang

sudah ada dan sudah lama didirikan antara lain, Court of

Arbitration of The International Chamber of Commerce

(ICC), dan The International Centre for Settlement of

Investment Disputes (ICSID) (Munir Fuady, 2000:62)

c) Putusan Arbitrase

Pasal 631 Rv meletakkan suatu asas bahwa putusan

arbitrase harus berdasarkan peraturan-peraturan hukum

yang berlaku dalam bidang yang disengketakan. Menurut

himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik

Indonesia sebagaimana dikutip M.Yahya Harahap

(M.Yahya Harahap, 1989:670), pasal tersebut menyebutkan

bahwa para wasit menjatuhkan keputusan menurut aturan-

aturan perundang-undangan kecuali, jika menurut

kompromi, mereka diberi wewenang untuk memutus

sebagai manusia-manusia baik berdasar keadilan.

Mahkamah arbitrase dapat menjatuhkan putusan

berdasarkan putusan ex aquo et bono, yang lazim juga

Page 43: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

30

disebut compositeur. Putusan ini dijatuhkan menurut

keadilan atau according to the jurisdiction. Istilah dalam

Hukum Belanda, hal ini disebut dengan memutus sengketa

berdasar naar biljkheid. Cara demikian diperbolehkan

apabila para pihak dalam perjanjian arbitrase memberi

kuasa kepada mahkamah untuk memutuskan sengketa

berdasarkan kebijakan atau keadilan. Tanpa adanya

penegasan yang demikian, mahkamah tidak boleh memutus

sengketa berdasarkan prinsip ex aruo et bono.

UU Arbitrase mengatur di dalamnya, para pihak

berhak memohon pendapat yang mengikat dari lembaga

arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu

perjanjian. Lembaga arbitrase dapat menerima permintaan

yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian dan

memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai

persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut. Persoalan

tersbut misalnya, penafsiran ketetntuan yang kurang jelas

atau penambahan/pengurangan pada ketentuan yang

berhubungan dengan munculnya keadaan yang baru.

Pemberian pendapat ini menyebabkan kedua belah pihak

terikat padanya. Apabila, salah satu pihak melakukan

tindakan yang bertentangan dengan pendapat tersebut,

dapat dianggap sebagai pelanggaran perjanjian.

Pada pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman juga diatur

mengenai putusan arbitrase. Pasal 59 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman berbunyi: “Putusan Arbitrase bersifat final dan

mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para

pihak.”

Page 44: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

31

d) Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Pelaksanaan arbitrase diatur pada Pasal 53 UU

Arbitrase. Pasal 53 menyatakan bahwa:

Pelaksanaan putusan dilakukan dalam waktu paling lama

30 hari terhitung sejak tanggal putusan ditetapkan, lembar

asli atau salinan otentik putusan arbitrase diserahkan dan

didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada panitera

pengadilan negeri dan oleh panitera diberikan catatan yang

merupakan akta pendaftaran.

Pada Pasal 59 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman juga diatur

mengenai pelaksanaan putusan arbitrase. Pasal 59 ayat (3)

menyebutkan: “Dalam hal para pihak tidak melaksanakan

putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan

berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas

permohonan salah satu phak yang bersengketa.”

Ketua pengadilan negeri dalam memberikan

perintah pelaksanaan harus perlu memeriksa dahulu apakah

putusan arbitrase telah memenuhi kriteria sebagai berikut

(Hendy Timex, 2003:80).

(a) Para pihak menyetujui bahwa sengketa di antara

mereka akan diselesaikan melalui arbitrase.

(b) Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa

melalui arbitrase dimuat dalam suatu dokumen

yang ditandatangani para pihak

(c) Sengketa yang dapat diselesaikan melalui

arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan

dan mengenai hak yang menurut hukum dan

peraturan perundang-undangan

(d) Sengketa lain yang dapat diselesaikan melalui

arbitrase adalah yang tidak bertentangan dengan

kesusilaan dan ketertiban umum

Page 45: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

32

Selanjutnya, untuk pelaksanaan putusan arbitrase

internasional dimulai sejak bergabungnya Indonesia dalam

Konvensi New York 1958 pada tahun 1981. Prakteknya,

masih terjadi kekosongan hukum mengenai tata cara

pelaksanaan putusan arbitrase asing. Mahkamah Agung

bersikukuh bahwa putusan arbitrase asing tidak bisa

dilaksanakan berdasarkan asas Hukum Indonesia. Asas ini

adalah asas kedaulatan territorial. Prakteknya, terdapat

kasus dimana pengadilan negeri melaksanakan eksekusi

terhadap putusan arbitrase asing. Hal ini membuat

Mahkamah Agung mengeluarkan Perma Nomor 1 Tahun

1990. Perma ini mengisi kekosongan hukum mengenai tata

cara pelaksanaan putusan arbitrase asing.(Mutiara Hikmah,

2013:85-86)

e) Pembatalan Putusan Arbitrase

Permintaan pembatalan putusan arbitrase yang

pertama diatur oleh Rv dalam pasal 643. Beberapa yang

dibahas berhubungan dengan pembatalan arbitrase. Salah

satunya syarat formal permohonan pembatalan antara lain

sebagai berikut :

(a) Putusan tidak dapat dimintakan banding, dengan

kata lain upaya banding mematikan upaya

pembatalan. Apabila putusan telah disbanding

maka tidak dapat dilawan dengan upaya

pembatalan.

(b) Tenggang waktu permohonan pembatalan

diajukan dalam jangka waktu 6 bulan sejak

putusan diberitahukan kepada para pihak.

(c) Pasal 645 Rv, tuntutan atau perlawanan baru

terbuka setelah ada perintah eksekusi dari ketua

pengadilan negeri.

Page 46: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

33

Selanjutnya alasan pembatalan diatur secara

limitatif pada 643 Rv sebagai alasan atau dasar untuk

mengajukan permohonan pembatalan arbitrase. Alasan

yang dapat diacu adalah sebagai berikut : (Hendy Timex,

2003:83-84)

(a) Putusan melampaui batas-batas persetujuan

(b) Putusan berdasarkan putusan yang batal atau

telah lewat waktu

(c) Putusan telah diambil oleh anggota arbiter yang

tidak berwenang atau tidak dihadiri anggota

arbiter lain, atau diambil oleh arbiter minoritas

(d) Putusan mengabulkan atau memutus hal-hal

yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut

( ultra petita )

(e) Putusan mengandung hal yang saling

bertentangan antara pertimbangan yang satu

dengan yang lain

(f) Mahkamah atau majelis lalai untuk memutus

tentang satu atau beberapa bagian dari

persetujuan padahal telah diajukan untuk

diputus

(g) Majelis melanggar tata cara menurut hukum

yang pelanggarannya diancam dengan batalnya

putusan termasuk pelanggaran atas tata cara

yang disepakati para pihak dalam persetujuan

maupun tata cara hukum acara

(h) Putusan yang dijatuhkan berdasarkan surat-surat

palsu yang kepalsuannya diakui atau dinyatakan

palsu sesudah putusan dijatuhkan

Page 47: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

34

(i) Apabila setelah putusan dijatuhkan ditemukan

surat-surat penting yang menentukan dan selama

proses pemeriksaan disembunyikan para pihak

(j) Putusan didasarkan pada kekurangan atau itikad

buruk dan hal baru diketahui setelah putusan

dijatuhkan.

Dari alasan-alasan yang diungkapkan diatas hanya 3

alasan yang dipertahankan setelah dicabutnya 643 Rv dan

diganti UU Arbitrase. Alasan yang dipertahankan adalah

pada nomor 8,9, dan 10. Alasan pembatalan putusan

arbitrase tersebut diatur pada Pasal 70 UU Arbitrase.

Alasan yang dikemukakan pada poin 1,4,5, dan 6 tercantum

dalam penjelasan Pasal 58 UU Arbitrase sebagai alasan

mengajukan keberatan kepada arbiter atau majelis arbitrase

terhadap putusan yang diajukan (Joni Emirzon, 2001:115).

Pasal 70 UU Arbitrase menyatakan bahwa alasan

mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase

terbatas pada :

(a) Surat atau dokumen yang diajukan dalam

pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan, diakui

palsu atau dinyatakan palsu

(b) Setelah putusan diambil ditemukan dokumen

yang bersifat menentukan yang disembunyikan

oleh pihak lawan

(c) Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang

dilakukan oleh salah satu pihak dalam

pemeriksaan sengketa.

Selanjutnya pada penjelasan Pasal 70 menyatakan

bahwa pembatalan dapat diajukan pada putusan arbitrase

yang sudah didaftarkan di pengadilan. Hal ini diatur pada

Pasal 71 yang berbunyi : “Permohonan pembatalan putusan

Page 48: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

35

harus diajukan arbitrase dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran

putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri.”

Selanjutnya untuk prosedur pengajuan permohonan

pembatalan diatur pada Pasal 72 yang menyatakan bahwa :

(a) Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus

diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri

(b) Apabila permohonan sebagaimana ayat (1)

dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri

menentukan lebih lanjut akibat pembatalan

seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase

(c) Putusan atas permohonan pembatalan ditetapkan

oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak

permohonan sebagaimana ayat (1) diterima

(d) Terhadap Putusan Pengadilan Negeri dapat

diajukan permohonan banding ke Mahkamah

Agung yang memutus pada tingkat pertama dan

terakhir

(e) Mahkamah Agung mempertimbangkan serta

memutuskan permohonan banding sebagaimana

dimaksud dalam ayat (4) dalam waktu paling

lama 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan

banding tersebut diterima oleh Mahkamah

Agung.

Menurut Munir Fuady, berdasarkan UU Arbitrase

permohonan pembatalan terhadap suatu putusan arbitrase

diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri. hal ini menjadi

permasalahan, karenakesulitan untuk menentukan

pengadilan negeri mana yang kompeten untuk itu. UU

Arbitrase tidak memberikan penjelasan tentang pengadilan

Page 49: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

36

negeri yang berkompeten menyelesaikan masalah

pembatalan putusan arbitrase (Munir Fuady, 2003:111).

Konsekuensi hukum berdasarkan penjeleasan Pasal

72 ayat (2) adalah :

Ketua Pengadilan Negeri diberi wewenang untuk

memeriksa tuntutan pembatalan jika diminta oleh

para pihak, dan mengatur akibat dari pembatalan

seluruhnya atau sebagian dari putusan arbitrase

yang bersangkutan. Ketua Pengadilan Negeri dapat

memutuskan bahwa setelah diucapkan pembatalan,

arbiter yang sama atau arbiter lain akan memeriksa

kembali sengketa bersangkutan atau menentukan

bahwa suatu sengketa tidak mugkin diselesaikan

lagi melalui arbitrase.

Page 50: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

37

B. Kerangka Pemikiran

PT. Sea

World

PT. PJA

Sengketa

perjanjian BOT

(Built Operate and

Transfer)

Opsi perpanjangan

oleh PT. Sea World

Klausula

arbitrase

Undang-Undang

Nomor 30 Tahun

1999

BANI ( Badan

Arbitrase

Nasional)

Putusan

arbitrase

PN. Jakarta

Utara

didaftarkan

PN. Jakarta

Utara

Putusan Nomor

305/Pdt.G/BANI/

2014/PN.Jkt.Utr

Pertimbangan

Hakim

Akibat

hukum

ditolak diterima

Page 51: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

38

Keterangan :

Permasalahan dalam sengketa perjanjian Built Operate and Transfer

antara PT. Sea World Indonesia dan PT. Pembangunan Jaya Ancol, para pihak

menempuh penyelesaian sengketa tersebut melalui arbitrase. Penyelesaian

sengketa melalui arbitrase tersebut sudah disepakati oeh para pihak melalui

klausula arbitrase.

Ketentuan Pasal 9 ayat (1) UU Arbitrase, mengenai syarat arbitrase

disebutkan bahwa : “Dalam Hal para pihak memilih penyelesaian sengketa

melalui arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus

dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak”.

Berdasarkan hal sengketa perjanjian BOT para pihak menyepakati untuk

menyelesaikan sengketa melalui BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia).

Majelis Arbiter yang dipilih langsung oleh kedua belah pihak dan BANI

sebagai lembaga yang dipercaya untuk menyelesaikan sengketa ini memiliki

kewajiban untuk mengeluarkan sebuah putusan sebagai wujud akhir dari proses

berperkara. Sesuai Pasal 72 ayat (4) UU Arbitrase, PT. Sea World Indonesia yang

merasa dirugikan oleh putusan dari Majelis Arbiter dirasa tidak netral, berpihak,

tidak berdasarkan ketentuan hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan

mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase kepada ketua Pengadilan

Negeri Jakarta Utara.

UU Arbitrase secara rinci telah menyebutkan tentang pembatalan putusan

arbitrase dan alasan pembatalan putusan arbitrase. mempelajari UU Arbitrase

dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan pengetahuan mengenai

pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam

mengabulkan permohonan pembatalan putusan arbitrase dan akibat hukum dari

dibatalkannya putusan arbitrase tersebut.

Page 52: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka didapat

hasil penelitian sebagai berikut :

1. Nomor Perkara: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR

2. Identitas Para Pihak:

a. Pemohon :

PT. SEA WORLD INDONESIA (d/h PT. Laras Tropika

Nusantara), berkedudukan di Taman Impian Jaya Ancol, Jalan

Lodan Timur Nomor 7 Jakarta Utara, 14430, yang diwakili oleh

EFRIJANTO SALIM selaku Presiden Direktur dan H. SONY

WIBISONO WIDJANARKO selaku direktur, selanjutnya disebut

sebagai PEMOHON.

b. Termohon I dan Termohon II :

a. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk,

berkedudukan di Gedung Econvention Jalan Lodan Timur

Nomor 7 Taman Impian Jaya Ancol Jakarta Utara, yang

diwakili oleh GATOT SETYOWALUYO selaku Direktur

Utama, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON I.

b. BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA

INDONESIA (BANI), beralamat di Gedung Wahana Graha

lantai 1 & 2, Jalan Mampang Prapatan Raya Nomor 2 Jakarta

Selatan 12760, yang diwakili oleh M.HUSSEYN UMAR, S.H.,

FCBArb, selaku Wakil Ketua, selanjutnya disebut sebagai

TERMOHON II

3. Kasus Posisi

Berkaitan dengan putusan 305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.Utr dalam

surat permohonannya tersebut disebutkan duduk perkaranya sebagai

berikut:

Page 53: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

40

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya

tanggal 23 Juli 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Utara pada tanggal 24 Juli 2014, terdaftar dalam register Nomor

305/Pdt.G/BANI/2014/PN.Jkt.Utr, telah mengemukakan sebagai berikut :

Bahwa Majelis Arbiter pada Termohon II telah memutus

Putusan BANI No.513 pada tanggal 5 Juni 2014 dengan amar

putusan sebagai berikut:

MEMUTUSKAN

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Termohon Konvensi untuk seluruhnya

Dalam Pokok Perkara

a. Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi

untuk sebagian.

b. Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan,

dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol

sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan No.81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta, berakhir pada tanggal 06 Juni

2014.

c. Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas

UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian

Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No.81

tanggal 21 September 1992 yang dibuat di hadapan

SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta, adalah tidak

berlaku secara serta merta atau otomatis, melainkan

bersyarat dapat diperpanjang dengan perjanjian baru

Page 54: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

41

yang disepakati Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi.

d. Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan

bangunan UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk

peralatan serta fasilitas dan barang inventaris lainnya

sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan setempat

tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan oleh Majelis

dan Para Pihak kepada Pemohon Konvensi dalam

keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya

pada saat pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni

2014.

e. Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk

selebihnya.

DALAM REKONVENSI

Menolak Permohonan Rekonvensi dari Pemohon

Rekonvensi/Termohon Rekonvensi seluruhnya.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

a. Menghukum Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi

dan Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi

membayar biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan

biaya arbiter dalm Konvensi masing-masing seperdua

bagian.

b. Memerintahkan Termohon Konvensi/Pemohon

Rekonvensi untuk mengembalikan ½ (seperdua) biaya

administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter

dalam Konvensi, yaitu sebesar Rp 261.900.000,- (dua

ratus enam puluh satu juta sembilan ratus ribu rupiah)

kepada Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi.

c. Menghukum Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi

untuk membayar biaya administrasi, biaya

pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Rekonvensi

Page 55: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

42

sebesar Rp 523.800.000,- (lima ratus dua puluh tiga

juta delapan ratus ribu rupiah) untuk seluruhnya.

d. Menghukum Pemohon dan Termohon untuk

melaksanakan putusan ini selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari sejak putusan diucapkan.

e. Menyatakan putusan ini putusan dalam tingkat pertama

dan terakhir serta mengikat kedua belah pihak.

f. Memerintahkan Sekretaris Majelis dalam perkara ini

mendaftarkan Putusan Arbitrase tersebut pada

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada

waktu sesuai yang ditetapkan dalam Undang-Undang

No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

Bahwa Putusan BANI No.513 telah didaftarkan pada

Pengadilan Negeri Jakarta Utara tanggal 1 Juli 2014 di bawah

register No. 02/WASIT/2014/PN.JKT.UTR sebagaimana

dalam surat Termohon II No.14.1148/VII/BANI/ED

tertanggal 2 Juli 2014.

Bahwa atasan Putusan BANI No. 513, Pemohon mengajukan

Permohonan Pembatalan pada tanggal 24 Juli 2014. Dengan

demikian, maka Permohonan Pembatalan Putusan BANI No.

513 ini masih dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

karenanya patut dan berdasar hukum untuk diterima, sesuai

ketentuan Pasal 71 UU Arbitrase yang berbunyi:

“Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan

secaa tertulis dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan

arbitrase kepada panitera pengadilan negeri.”

Bahwa sebelumnya kami sampaikan adapun alasan-alasan

kami mengajukan Permohonan Pembatalan terhadap Putusan

BANI No. 513 adalah sebagai berikut:

Page 56: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

43

a. Pemohon menemukan dokumen maupun fakta yang

disembunyikan baik oleh Termohon I sebagai pihak

maupun salah satu arbiter Termohon II yang ditunjuk oleh

Termohon I yang sifatnya menentukan setelah Putusan

BANI No. 513 diputus. Hal ini sejalan dengan ketentuan

Pasal 70 huruf b UU Arbitrase yang menyebutkan:

“Terhadap putusan para pihak dapat mengajukan

permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

b) Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang

bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak

lawan”.

b. Bahwa Putusan BANI No. 513 terindikasi kuat putus

berdasarkan tipu muslihat yang menunjukkan keberpihakan

Termohon II kepada salah satu pihak sehingga adalah

berdasar hukum Putusan BANI No. 513 untuk dibatalkan.

Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 70 huruf c UU

Arbitrase yang menyebutkan:

“Terhadap putusan para pihak dapat mengajukan

permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

c) Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan

oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa”.

c. Bahwa Majelis Termohon II telah melakukan kekeliruan

nyata dalam memutus perkara terkait penggunaan dasar

hukum pengambilan keputusan, yaitu ketentuan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2008

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6

tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Daerah

(selanjutnya disebut PP No.8/2008).

Page 57: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

44

d. Bahwa Putusan BANI No. 513 telah melanggar azas

kebebasan berkontrak dan hukum perjanjian yang diatur

dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

e. Bahwa Termohon II selaku Majelis Pemutus telah

memberikan putusan yang melebihi tuntutan dalam

permohonan arbitrase (ultra vires) sehingga adalah patut

dan berdasar hukum untuk dibatalkan berdasar ketentuan

Pasal 634 Rv angka 4 yang menyatakan:

“Bila diputuskan tentang sesuatu yang tidak dituntut, atau

dengan itu diberikan lebih dari yang dituntut.”

4. Dasar Permohonan Pembatalan Putusan BANI No. 513/IV/ARB-

BANI/2013

Pemohon Menemukan Dokumen yang Sifatnya Menentukan

Di Mana Dokumen Ini Menunjukkan Adanya Afiliasi Antara

Saksi Ahli yang Diajukan Pemohon Arbitrase dengan Salah

Satu Arbiter yang Mempengaruhi Putusan BANI No.

513/IV/ARB-BANI/2013 Sebagaimana yang Dimaksud dalam

Ketentuan Pasal 70 b UU Arbitrase:

Bahwa dalam pemeriksaan Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013,

pihak Termohon I mengajukan salah satu arbiter yang ada di

Termohon II yaitu HUMPREY R. DJEMAT, S.H., LL.M.,FCBArb

sebagai arbiter

Bahwa dalam persidangan pada tanggal 30 Januari 2014,

Termohon I mengajukan Ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H untuk

didengar keterangannya di hadapan Majelis Arbiter Perkara No.

513/IV/ARB-BANI/2013. Dalam pemeriksaan tersebut, Majelis

Arbiter telah memeriksa dan meminta keterangan dari Ahli M.E

ELIJANA TANSAH S.H.

Bahwa ternyata setelah Putusan BANI No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 dibacakan pada tanggal 5 Juli 2014, Pemohon menemukan

Page 58: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

45

fakta dan bukti berupa berita dalam situs hukumonline.com tertanggal

6 Maret 2009 yang menyebutkan :

“...ELIJANA TANSAH dari kantor advokat GANI DJEMAT &

PARTNERS berpendapat lain...dst”

berita dalam hukumonline.com tersebut menunjukkan bahwa Ahli M.E

ELIJANA TANSAH, S.H terafilliasi dengan salah satu Majelis

Arbiter, yaitu HUMPREY R. DJEMAT, S.H.,LL.M.,FCBArb yang

notabene adalah arbiter yang ditunjuk oleh PT.PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero). Tbk. i.c. Termohon I/ dahulu Pemohon

Arbitrase.

Bahwa dengan demikian maka seharusnya Ahli M.E. ELIJANA

TANSAH, S.H pada saat dimintai keterangannya pada persidangan

tanggal 6 Februari 2014 wajib menolak untuk memberikan keterangan

dengan alasan terdapat benturan kepentingan HUMPREY R.

DJEMAT, S.H.,LL.M.,FCBArb yang merupakan Majelis Arbiter

Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013 yang ditetapkan oleh Termohon

II sebagai Majelis Perkara.

Bahwa demikian juga dengan HUMPREY R. DJEMAT,

S.H.,LL.m.,FCBArb sebagai salah satu Arbiter Perkara

No.513/IV/ARB-BANI/2013 wajib menolak untuk memeriksa

dan/atau meminta keterangan dari Ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H

dengan alasan terdapat benturan kepentingan yang dapat

mempengaruhi independensi keterangan-keterangan ahli M.E

ELIJANA TANSAH, S.H dalam pemeriksaan, termasuk objektifitas

HUMPREY R. DJEMAT, S.H.,LL.M.,FCBArb sebagai salah satu

anggota Majelis Arbiter yang ditetapkan oleh Termohon II.

Bahwa jika keadaan ataupun fakta ini oleh Pemohon pada saat

persidangan, maka tentunya Pemohon akan mengajukan keberatan dan

menolak Ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H untuk diperiksa dan

didengar keterangannya.

Page 59: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

46

Bahwa adanya konspirasi ini semakin ditunjukkan dalam

pertimbangan hukum Putusan BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

halaman 55, paragraf 1 menyebutkan:

“Menimbang bahwa terdapat dua pendapat tersebut, Majelis

menganggap bahwa pendapat Ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H yang

tepat, karena sebagaimana peraturan-peraturan dan doktrin-doktrin

yang telah kita pertimbangkan diatas, perjanjian BOT hanya dapat

dilansungkan selama maksimal 30 tahun. Di samping itu, karena tidak

tercapai kesepakatan sebagai syarat adanya perjanjian baru

sebagaimana ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian

tersebut serta merta otomatis bisa diperpanjang,”

Pertimbangan hukum dimaksud benar-benar mengesampingkan

keterangan Prof. NINDYO PRAMONO, S.H.,M.H. sebagai Ahli

Hukum Perjanjian dan Hukum Bisnis yang diajukan Pemohon dan

justru langsung menyatakan bahwa keterangan Ahli M.E ELIJANA

TANSAH, S.H adalah benar.

Patut Diduga Putusan BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

Diambil Dari Hasil Tipu Muslihat Dari Pihak Pemohon

Arbitrase Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70

Huruf c UU Arbitrase.

Bahwa dengan fakta adanya hubungan antara Majelis Arbiter

Termohon II (HUMPREY R. DJEMAT, S.H.,LL.M.,FCBArb) dengan

ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H yang diajukanoleh Termohon I

sebagai salah satu pihak dalam Perkara Arbitrase No. 513/IV/ARB-

BANI/2013, patut diduga telah terjadi konspirasi sejak awal

didaftarkannya Permohonan Arbitrase yang bertujuan untuk

menghilangkan hak-hak dan kepentingan hukum Pemohon.

Bahwa dalam hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta bahwa:

a. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. ic.

Page 60: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

47

Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase menunjuk

Termohon II sebagai arbiter dari PT. PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero), Tbk.

b. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. ic.

Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase menunjuk Ahli

M.E ELIJANA TANSAH, S.H untuk diperiksa dan

didengar keterangannya dalam persidangan.

c. Ahli M.E ELIJANA TANSAH yang diajukan oleh PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk.

ic.Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase memiliki

hubungan/afiliasi dengan Termohon II.

d. Saat persidangan, baik Ahli M.E ELIJANA TANSAH, S.H

maupun Termohon II menyembunyikan fakta adanya

afiliasi di antara keduannya dan dalam Putusan BANI No.

513/IV/ARB-BANI/2013, keterangan Ahli M.E ELIJANA

TANSAH, S.H dijadikan pedoman dalam

mempertimbangkan putusan yang dimaksud.

Bahwa dengan demikian adalah sangat jelas itikad tidak baik dan

konspirasi dari awal untuk mempecundangi Pemohon dalam perkara

arbitrase ini.

Bahwa hal ini jelas memenuhi persyaratan untuk pembatalan suatu

putusan arbitrase berdasarkan ketentuan Pasal 70 huruf c UU

Arbitrase. Putusan BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013 adalah

berdasar hukum dan sangat beralasan untuk dibatalkan.

Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata dalam

Memutus Perkara Terkait Penggunaan Dasar Hukum

Pengambilan Keputusan.

Bahwa untuk memenangkan dan/atau mengakomodir kepentingan

salah satu pihak, yakni Termohon I, Majelis Arbiter telah dengan

sengaja melakukan kekeliruan nyata dalam pertimbangan hukumnya

yang mengakibatkan Putusan BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

Page 61: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

48

tidak sesuai dengan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang

berlaku di Indonesia.

Bahwa Majelis Arbiter pada Termohon II telah menggunakan

dan/atau mempertimbangkan ketentuan hukum yang tidak tepat, yaitu

penggunaan PP No. 38/2008 sebagaimana pertimbangan hukum

Termohon II dalam Putusan BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

halaman 50 paragraf 4 dan 5 yang menyatakan:

- Menimbang, bahwa objek Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan,

dan Pengalihan No. 81 berupa bangunan UNDERSEA WORLD

INDONESIA dan peralatan serata fasilitas dan barang inventaris

lainnya yang didirikan di atas tanah yang merupakan bagian

Sertifikat Hak Pengelolaan Pemerintah Daerah, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No. I/1987 tanggal 23 Februari 1987 yang terletak

di Taman Impian Jaya Ancol, Kelurahan Ancol, Kecamatan

Penjaringan, Wilayah Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta (Bukti P-14).

- Menimbang, bahwa dikarenakan proyek UNDERSEA WORLD

INDONESIA tersebut didirikan di atas tanah milik Pemerintah

Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam bentuk Hak

Pengelolaan, maka terhadapnya berlaku dan diterapkan ketentuan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Bahwa Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak

Atas Tanah No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat dihadapan

SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta (“Perjanjian Kerja Sama”) yang

menjadi pokok sengketa dalam perkara a quo dibuat pada tahun 1992,

sedangkan Termohon II menggunakan alas dasar hukum yang baru

ditetapkan jauh sesudah Perjanjian Kerja Sama dibuat dan

ditandatangani oleh Para Pihak.

Page 62: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

49

Bahwa Termohon II dengan sengaja mengakomodir ketentuan-

ketentuan dalam PP No. 38/2008 untuk menguatkan dan/atau

menguntungkan dalil-dalil salah satu pihak, yakni PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk.i.c Termohon

I/dahulu Pemohon Arbitrase, padahal hal ini adalah tidak tepat.

Bahwa dalam PP No.38/2008, ditujukan khusus kepada hak-hak

kepemilikan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Faktanya, terkait

dengan Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/1987 tanggal 23 Februari

1987 adalah bukan barang milik negara/daerah maupun dalam

penguasaan i.c Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, melainkan sudah di

inbreng-kan kepada PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero),

Tbk.i.c.

Bahwa berdasarkan Bukti P-14 dijelaskan Sertifikat Hak

Pengelolaan No. 1/1987 tanggal 23 Februari 1987 telah di-inbreng-kan

oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai model ke dalam PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk.i.c. dengan

demikian maka sudah tidak melekat kepemilikan tanah sesuai

Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/1987 tanggal 23 Februari 1987

adalah milik PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk.i.c

Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase dan bukan lagi Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta. Karenanya tidak tepat jika menjustifikasi bahwa

tanah yang digunakan oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL

(Persero), Tbk.i.c Termohon I/dahulu PemohonArbitrase untuk

bekerjasama dengan Pemohon adalah milik negara i.c Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta sehingga dapat dikaitkan dengan PP No. 38/2008

beserta ketentuan teknis lainnya.

Bahwa dengan demikian adalah tidak tepat seluruh pertimbangan

hukum Termohon II yang menggunakan dasar-dasar maupun ketentuan

hukum terkait adanya kepemilikan pemerintah dalam kerja sama antara

Pemohon dan Termohon I sesuai Perjanjian Kerja Sama. Oleh

Page 63: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

50

karenanya terbukti Termohon II telah melakukan kekeliruan nyata

dalam pertimbangan Putusan BANI No.513.

Putusan BANI No. 513 Telah Melanggar Azas Kebebasan

Berkontrak dan Hukum Perjanjian yang Diatur dalam Pasal

1338 KUHPerdata.

Bahwa Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak

atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol

No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat dihadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta (“Perjanjian Kerja Sama”) antara Pemohon dan

Termohon I adalah sah dan mengikat dan berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya.

Bahwa Perjanjian Kerja Sama telah dibuat dan disepakati serta

ditandatangani oleh kedua belah pihak dan telah memenuhi syarat

Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Bahwa seluruh isi Perjanjian Kerja Sama telah dimengerti oleh

para pihak yang membuatnya termasuk tujuan dan maksud-maksud

yang tertuang dan diatur dalam Perjannjian Kerja Sama. Tidak ada lagi

penafsiran-penafsiran yang berbeda antara kedua belah pihak sehingga

kedua belah pihak secara sadar dan itikad baik membuat dan

menandatangani Perjanjian Kerja Sama dimaksud.

Bahwa permohonan arbitrase yang diajukan oleh Termohon I

adalah terkait penafsiran ketentuan yang telah diatur sejak 20 (dua

puluh) tahun lalu di mana pada saat dibuat dan ditandatanganinya

Perjanjian Kerja Sama tidak ada pihak yang berkeberatan maupun

meminta perubahan isi perjanjian dalam hal ini terkait hak opsi yang

mutlak dimiliki oleh Pemohon termasuk tata cara penggunaan hak opsi

yang dimaksud. Hal ini sejalan dengan pertimbangan hukum Majelis

Page 64: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

51

Termohon II yang memberikan pendapat berbeda (dissenting opinion)

dalam Putusan BANI No. 513 bagian perbedaan pendapat halaman 5

paragraf 1 s/d 5 yang menyatakan:

- Menimbang tentang tahapan kedua Ahli M.E. ELIJANA

TANSAH, S.H berpendapat bahwa setelah Termohon

memberitahukan kepada Pemohon, bahwa akan melaksanakan hak

opsinya Pemohon dan Termohon subject to membuat perjanjian

yang baru. Demikian juga Ahli Prof. Dr. NINDYO PRAMONO,

S.H.,M.S berpendapat setelah Termohon melaksanakan hak

opsinya, tahapan selanjutnya Pemohon dan Termohon membuat

perjanjian yang baru yang didasarkan pada Perjanjian Akta 81

kecuali tentang hasil penjualan tiket masih harus dirundingkan

untuk disepakati.

- Menimbang bahwa oleh karenanya yang diperlukan kata sepakat/

persetujuan Pemohon dan Termohon adalah tentang pembuatan

perjanjian yang baru bukan tentang pelaksanaan hak dan opsi

Termohon.

- Menimbang bahwa Pemohon dan Termohon dalam Akta Notaris

No. 81 termaksud telah bersepakat tentang berakhirnya Perjanjian

Akta Notaris No. 81 sebagaimana dicantumkan secara limitatif

dalam pasal 8 ayat (3) Perjanjian Akta No. 81.

- Menimbang dalam pasal 8 ayat (3) Perjanjian Akta Nomor 81

disebutkan bahwa perjanjian ini akan berakhir dengan sendirinya

setelah lewatnya jangka waktu berlakunya perjanjian.

- Menimbang bahwa sesuai dengan azas kebebasan berkontrak

dalam Pasal 8 ayat (6) Perjanjian Akta Nomor 81, Pemohon dan

Termohon bersepakat untuk memberikan hak opsi kepada

Termohon untuk memperpanjang masa pengelolaan selama

maksimal 20 (dua puluh) tahun lagi.

Bahwa dengan mengakomodir kepentingan hukum Pemohon untuk

melakukan penafsiran bukti dan/isi Perjanjian Kerja Sama yang sahdan

Page 65: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

52

mengikat antara Pemohon dan Termohon I, maka sesungguhnya

Termohon I telah melanggar azas kebebasan berkontrak dan

mengesampingkan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata.

Bahwa ketentuan yang diatur dalam Pasal 8 ayat (6) Perjanjian

Kerja Sama mengenai hak opsi yang dimiliki Pemohon adalah tidak

dapat ditafsirkan lain karena sudah jelas maksud dan tujuannya di

mana Pemohon memiliki hak opsi untuk memperpanjang masa

pengelolaan selama maksimal 20 (dua puluh) tahun dan untuk

menggunakan hak opsi tersebut Pemohon cukup memberitahukan

secara tertulis kepada Termohon.

Bahwa ketentuan Pasal 1342 KUHPerdata yang menyatakan kalau

kata-kata suatu perjanjian jelas, tidaklah diperkenankan untuk

menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran.

Bahwa dengan demikian tindakan Termohon II yang

mengakomodir penafisiran Termohon I terhadap suatu undang-undang

i.c isi Perjanjian Kerja Sama yang dimohonkan oleh Termohon I

adalah tindakan pelanggaran undang-undang dan ketentuan hukum

yang berlaku. Oleh karenanya segala pertimbangan hukum dan amar

Putusan BANI No. 513 adalah patut dan berdasarkan hukum untuk

dibatalkan yakni pertimbangan hukum halaman 60 paragraf 1 dan 2

yang berbunyi:

- Menimbang, oleh karena perpanjangan masa pengelolaan

UNDERSEA WORLD INDONESIA sebagaimana dalam

Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81

dengan alasan sebagaimana diuraikan melalui pertimbangan-

pertimbangan diatas baik menurut hukum maupun azas keadilan

dan kepatutan harus dibuat dalam perjanjian yang baru dimana

menurut hukum layaknya sebuah perjanjian harus disepakati oleh

kedua belaj pihak yang membuatnya. (Pemohon dan Termohon),

maka Majelis berpendapat opsi perpanjangan masa pengelolaan

UNDERSEA WORLD INDONESIA dalam Perjanjian

Page 66: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

53

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tidak berlaku

secara serta merta atau otomatis, melainkan bersyarat dengan

adanya kesepakatan antara Pemohon dan Termohon dengan cara

menuangkan dalam perjanjian baru.

- Menimbang bahwa berdasarkan perjanjian yang dibuat para pihak

maka apabila tidak tercapai kesepakatan baru dalam perjanjian

tersebut, maka perjanjian berakhir pada tanggal 6 Juni 2014

sebagaimana yang dinyatakan dalam Permohonan Pemohon

halaman 6 butir 4d yang menyatakan “masa pengelolaan berakhir:

sesuai perjanjian akan berakhir pada tanggal 06 Juni 2014.” Hal

tersebut telah dibenarkan dengan Jawaban Termohon halaman 3

butir 6 yang menyatakan “jangka waktu atau masa pengelolaan

untuk pertama kalinya berlangsung selama 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak dimulai operasi komersil tetapi tidak lebih lama

dari 6 (enam) bulan setelah pembangunan selesai. Sesuai dengan

fakta, jangka waktu pengelolaan SEA WORLD dimulai sejak

tanggal 06 Juni 1994 dan karenanya akan berakhir nanti pada

tanggal 06 Juni 2014.”

Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah Memberikan

Putusan yang Melebihi Tuntutan dalam Permohonan Arbitrase

Bahwa Amar Putusan BANI No. 513 adalah melebihi dari apa

yang dimohonkan oleh Pemohon Arbitrase (ultra vires/ultra petita)

sehingga adalah demi hukum jika suatu putusan yang melanggar azas

ultra petita harus dibatalkan. Hal mana sejalan dengan Ketentuan Pasal

643 RV angka 4 yang menyatakan:

“Bila diputuskan tentnag suatu yang tidak dituntut atau dengan itu

diberikan lebih dari yang dituntut.”

Dan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No. 77K/SIP/1973

tertanggal 19 September 1973 yang menyatakan:

“Putusan hakim yang melanggar ultra petita harus dibatalkan.”

Page 67: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

54

Bahwa dalam petitum Permohonan Arbitrase yang diajukan oleh

PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon

I/dahulu Pemohon Arbitrase, memohon agar Majelis Arbitrase

memutus dengan putusan sebagai berikut:

- Menyatakan jangka waktu berakhirnya Akta Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA

WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81

tanggal 21 September 1992 yang dibuat dihadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta yakni pada pada tanggal 6 Juni 2014.

- Menyatakan hak opsi perpanjangan dan perubahan Akta Perjanjian

Pembagunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA

WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81

Tanggal 21 September 1992 yang dibuat dihadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (6)

perjanjian tersebut diartikan bahwa dapat berlaku setelah para

pihak sepakat untuk memperpanjang dan/atau merubah perjanjian.

- Menyatakan apabila Pemohon tidak sepakat untuk memperpanjang

dan/atau mengubah perjanjian sebagaiman yang dimohonkan

Termohon, maka perjanjian berakhir sesuai dengan jangka waktu

perjanjian, yakni pada tanggal 06 Juni 2014.

- Menyatakan apabila Pemohon tidak sepakat untuk memperpanjang

dan/atau mengubah perjanjian sebagaimana yang dimohonkan

Termohon, Termohon tunduk dan melaksanakan kewajibannya

sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (4) Akta Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat dihadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris

di Jakarta.

- Menyatakan apabila Pemohon tidak memperpanjang dan/atau

mengubah perjanjian sebagaimana yang dimohonkan Termohon,

Termohon tunduk dan melaksanakan kewajibannya sebagaimana

Page 68: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

55

diatur dalam Pasal 8 ayat (5) Akta Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris

di Jakarta.

Seluruh petitum dalam Permohonan Arbitrase Pemohon adalah

petitum yang sifatnya declaratoir yang artinya amar putusan

declaratoir adalah putusan yang menyatakan suatu keadaan yang

sah menurut hukum.

Bahwa ternyata dalam Putusan BANI No. 513 telah melebihi amar

putusan yang dimohonkan oleh Termohon I di mana Termohon II

dalam mengabulkan Permohonan Arbitrase Termohon I menyebutkan

dalam amar putusannya sebagai berikut:

“Dalam Pokok Perkara

- Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi untuk

sebagian.

- Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman

Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 Tanggal 21

September 1992 yang dibuat dihadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris

di Jakarta, berakhir pada tanggal 06 Juni 2014.

- Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian Pembagunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang

dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan

No. 81 Tanggal 21 September 1992 yang dibuat dihadapan

SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta, adalah tidak berlaku secara

serta merta atau otomatis, melainkan bersyarat dapat

diperpanjang dengan perjanjian baru yang disepakati Pemohon

Konvensi dan Termohon Konvensi.

Page 69: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

56

- Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan

UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta

fasilitas dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara

Pemeriksaan Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan

oleh Majelis dan Para Pihak kepada Pemohon Konvensi dalam

keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya pada saat

pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni 2014.

- Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk selebihnya.”

Hal ini jelas-jelas berbeda dengan yang dimohonkan, bahkan melebihi

dari apa yang dimohonkan oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA

ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase

dalam petitumnya di mana amar Putusan BANI No. 513 adalah bersifat

condemnatoir atau putusan yang bersifat menghukum pihak yang kalah

untuk memenuhi prestasi.

Bahwa petitum permohonan yang dimohonkan oleh Termohon I

merupakan petitum amar yang sifatnya declaratoir. Namun, Termohon

II telah bertindak melebihi apa yang dimintakan dengan memutus

dengan amar putusan yang sifatnya menghukum (condemnatoir), maka

jelas amar Putusan BANI No. 513 telah melebihi dari apa yang

dimintakan oleh Pemohon Arbitrase.

Bahwa hal ini jelas melanggar keadilan dan kepatutan dalam

memutus Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013 sebagaimana

disyaratkan dalam Pasal 56 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang berbunyi:

“Arbiter atau Majelis Arbitrase mengambil putusan berdasarkan

ketentuan hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.”

Bahwa dengan Termohon II memutuskan melebihi dari apa yang

dimohonkan (ultra Petita), hal ini jelas menguntungkan PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/

dahulu Pemohon Arbitrase.

Page 70: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

57

5. Tuntutan atau Petitum

Pemohon

Primer

a. Menyatakan menerima dan mengabulkan Permohonan Pemohon.

b. Menyatakan Putusan Arbitrase BANI No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 tidak mencerminkan rasa keadilan

dan kepatutan.

c. Menyatakan Putusan Arbitrase BANI No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 adalah batal demi hukum.

d. Menetapkan semua ongkos perkara yang timbul dari permohonan

ini sepenuhnya ditanggung oleh Pemohon.

Termohon I

Primer

Dalam Eksepsi

a. Menerima dan mengabulkan eksepsi dari Termohon I untuk

seluruhnya.

b. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima (Niet

ontvankelijk verklaard).

c. Menghukum Pemohon untuk membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara ini.

Dalam Pokok Perkara

a. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

b. Menghukum Pemohon untuk membayar segala biaya yang timbul

dalam perkara ini.

Subsider

Apabila Majelis Hakim yang mulia berpendapat lain, Termohon I

mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono) demi keadilan

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Termohon II

Dalam Pokok Perkara

a. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

Page 71: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

58

b. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara.

6. Putusan

Mengutip Amar dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara

tanggal 29 September 2014 Nomor

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR yang berbunyi sebagai berikut:

MENGADILI

a. Mengabulkan permohonan Pemohon

b. Membatalkan Putusan Temrohon II/ Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5

Juni 2014

c. Membebankan biaya perkara ini kepada Pemohon sejumlah Rp

513.000,00 (Lima ratus tiga puluh satu ribu rupiah.

B. PEMBAHASAN

1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara

dalam Membatalkan Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013

Sudikno Mertokusumo menjelaskan, Majelis Hakim dalam

memberikan pertimbangan sebagai alasan dalam mengambil putusan

harus melakukan upaya penemuan hukum, penemuan hukum ini

dimaksudkan untuk menetapkan peraturan hukum umum kepada

peristiwa hukum konkrit suatu peraturan hukum (das sollen) yang

bersifat umum dengan mengingat peristiwa konkrit (das sein)(Sudikno

Mertokusumo, 1996:37).

Pada penerapan hukumnya, hakim akan selalu mempertanyakan,

apakah peristiwa konkrit tersebut dapat dicakup oleh peraturan hukum

yang diterapkan, terutama pada saat hakim berhadapan dengan

peraturan hukum yang mempunyai arti ganda ataupun dengan

peraturan hukum yang mengandung norma kabur (Elisabeth Nuarini

Butar, 2010:349).

Page 72: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

59

Beberapa hal yang menjadi analisis penulis terhadap Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR tentang Permohonan

Pembatalan Putusan Arbitrase yang diajukan oleh PT. Sea World

Indonesia dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Utara, yaitu:

a. Perkara ini merupakan upaya pemohon yaitu, PT. Sea World

Indonesia, untuk membatalkan putusan arbitrase BANI dalam

sengketa perjanjian BOT yang diajukan oleh PT.Pembangunan

Jaya Ancol. Perkara ini bermula pada saat perjanjian BOT antara

PT. Sea World Indonesia dan PT. Pembangunan Jaya Ancol

berakhir pada tangal 16 Juni 2014. Dengan berakhirnya perjanjian

BOT tersebut maka berakhirlah hak pengelolaan PT. Sea World

Indonesia dan sesuai perjanjian beralih ke PT. Pembangunan Jaya

Ancol.

Penyebab dari perselisihan adalah terdapat beberapa poin

yang ditafsirkan berbeda oleh kedua belah pihak dalam kontrak

perjanjian pembangunan, pengelolaan, dan peralihan hak atas

Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol, Akta

No.81/1992 tertanggal 21 September 1992. Pada Pasal 8 tentang

Jangka Waktu Pengelolaan ayat 1 berbunyi pada intinya setelah

pekerjaan pembangunan selesai, pengelolaan akan diserahkan

kepada Sea World dengan berita acara serah terima. Ayat 2

berbunyi pada intinya kedua pihak setuju masa pengelolaan

berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak Sea World

beroperasi. Ayat 3 berbunyi pada intinya perjanjian berakhir

apabila telah berakhir masa berlakunya perjanjian, atau kedua

belah pihak sepakat untuk mengakhiri, atau salah satu pihak lalai

dalam memenuhi perjanjian. Ayat 5 berbunyi pada intinya saat

perjanjian berakhir, Sea World harus menyerahkan tanah dan

bangunan proyek pada Jaya Ancol dengan sarana penunjang dan

Page 73: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

60

hak pengelolaannya. Ayat 6 yang berbunyi pada intinya Sea World

mempunyai opsi memperpanjang masa pengelolaan selama 20

tahun lagi dengan mengajukan secara tertulis setahun sebelum

masa perjanjian selesai.

Sesuai dengan Pasal 23 ayat (2) Akta No.81/1992 yang

menyatakan pada intinya apabila ada sengketa maka diselesaikan

melalui arbitrase, maka PT.Pembangunan Jaya Ancol mengajukan

surat permohonan arbitrase kepada BANI dan menunjuk Humprey

R. Djemat, S.H.,LL.M.,FCBArb sebagai arbiter pilihannya.

Selanjutnya, PT.Sea World Indonesia mengajukan H.Basoeki, S.H.

sebagai arbiter pilihannya. Berdasarkan hal itu dengan kesediaan

dari para arbiter maka BANI mengeluarkan surat keputusan

mengangkat Majelis Arbiter yang terdiri dari Fatimah Achyar,

S.H.,FCBArb selaku Ketua Majelis, Humprey R. Djemat,

S.H.,LL.M.,FCBArb dan H.Basoeki, S.H masing-masing sebagai

Anggota Majelis Arbitrase.

b. Berdasarkan pertimbangan majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Utara, PT. Sea World Indonesia sebagai Pemohon

Pembatalan Putusan Arbitrase dalam mengajukan Permohonan

Pembatalan Putusan Arbitrase BANI Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 telah sesuai dengan Pasal 71 UU Arbitrase yang

menyatakan bahwa Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase

harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran

putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri.

Bahwa Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 telah didaftarkan pada Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara tanggal 1 Juli 2014 dengan

register nomor 02/WASIT/2014/PN.JKT.UTR. Selanjutnya,

Pemohon mengajukan Permohonan Pembatalan Putusan BANI

Page 74: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

61

pada tanggal 24 Juli 2014, sehingga jangka waktu permohonan

sesuai dengan Pasal 71 UU Arbitrase.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Majelis Hakim

menerima Permohonan Pembatalan Putusan BANI yang diajukan

Pemohon. Pertimbangan Majelis Hakim untuk menerima

Permohonan Pembatalan Putusan BANI adalah sesuai dengan UU

Arbitrase.

c. Alasan Permohonan yang diajukan oleh PT. Sea World Indonesia

ada 5 yaitu:

Pemohon Menemukan Dokumen yang Sifatnya Menentukan

di mana Dokumen ini Menunjukkan Adanya Afiliasi antara

Saksi Ahli yang Diajukan Pemohon Arbitrase dengan Salah

Satu Arbiter yang Mempengaruhi Putusan BANI Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 Sebagaimana dimaksud dalam

Ketentuan Pasal 70 Huruf b UU Arbitrase.

Patut Diduga Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

Diambil dari Hasil Tipu Muslihat dari Pihak Termohon I dan

II Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70 UU

Arbitrase.

Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata dalam

Memutus Perkara Terkait Penggunaan Dasar Hukum

Pengambilan Keputusan.

Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 Telah

Melanggar Azas Kebebasan Berkontrak dan Hukum

Perjanjian yang Diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah Memberikan

Putusan yang Melebihi Tuntutan dalam Permohonan

Arbitrase.

Bahwa berdasarkan Pasal 70 UU Arbitrase dinyatakan

terhadap Putusan Arbitrase para pihak dapat mengajukan

Page 75: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

62

Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase apabila Putusan

tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

- Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu

- Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan

- Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh

salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Majelis Hakim menimbang bahwa berdasarkan Pasal 70

UU Arbitrase, hanya ada 2 (dua) permasalahan hukum pokok yang

dapat dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sehubungan dengan

perkara a quo yaitu:

- Apakah ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang

disembunyikan oleh Termohon I setelah adanya Putusan BANI

Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014?

- Apakah Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 diambil dari tipu muslihat yang dilakukan

oleh Termohon I dalam pemeriksaan?

Majelis Hakim menimbang bahwa alasan selebihnya yang

diajukan oleh Pemohon, yaitu:

- Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata dalam

Memutus Perkara Terkait Penggunaan Dasar Hukum

Pengambilan Keputusan.

- Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 Telah

Melanggar Azas Kebebasan Berkontrak dan Hukum Perjanjian

yang Diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

- Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah Memberikan

Putusan yang Melebihi Tuntutan dalam Permohonan Arbitrase.

Alasan-alasan Pemohon diatas Majelis Hakim menyatakan bukan

merupakan alasan-alasan sebagaimana diatur dalam ketentuan

Pasal 70 UU Arbitrase. Bahkan, hal tersebut telah lebih jauh masuk

Page 76: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

63

ke dalam pokok perkara yang bukan menjadi kewenangan dari

Majelis Hakim untuk menilainya. Ketiga alasan Pemohon tersebut

Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkannya lebih lanjut dan

patutlah untuk dikesampingkan.

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim diatas, dapat

dikatakan bahwa pertimbangan Majelis Hakim adalah benar dan

telah sesuai dengan Pasal 70 UU Arbitrase.

d. Majelis Hakim menimbang bahwa akan mempertimbangkan

Permasalahan Hukum pertama yaitu apakah ada ditemukan

dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh

Termohon I setelah adanya Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014?

Majelis Hakim menimbang bahwa, Pemohon di dalam dalil

pokok persoalan pertama dimaksud menyatakan terdapat berita

dalam situs hukumonline.com yang menunjukkan bahwa

ELIJANA TANSAH terafiliasi dengan salah satu Majelis Arbiter,

yaitu HUMPREY R. DJEMAT yang notabene adalah arbiter yang

ditunjuk oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero)

Tbk./Termohon I, sehingga dengan demikian maka seharusnya

Ahli ELIJANA TANSAH pada saat dimintai keterangannya pada

persidangan tanggal 6 Februari 2014 wajib menolak untuk

memberikan keterangan dengan alasan terdapat benturan

kepentingan dengan HUMPREY R. DJEMAT, demikian juga

HUMPREY R. DJEMAT seharusnya wajib menolak untuk

memeriksa dan/atau meminta keterangan dan Ahli ELIJANA

TANSAH dengan alasan terdapat benturan kepentingan yang

mempengaruhi independensi keterangan Ahli ELIJANA TANSAH

dalam pemeriksaan, termasuk objektifitas HUMPREY R.

DJEMAT sebagai salah satu anggota Majelis Arbiter yang

ditetapkan Termohon I.

Page 77: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

64

Majelis Hakim menimbang bahwa, terhadap dalil Pemohon

Termohon I di dalam dalil jawabannya menyatakan tidak mungkin

Termohon I menyembunyikan dokumen yang bersifat menentukan

sedangkan dokumen tersebut adalah berita dari situs

hukumonline.com tertanggal 6 Maret 2009 dimana situs

hukumonline.com adalah situs yang terbuka untuk umum dan

sangat tidak mungkin dapat disembunyikan oleh Termohon II,

bahkan dalam persidangan ini jelas-jelas Termohon I dapat dengan

mudah menemukan informasi tersebut melalui internet.

Majelis Hakim menimbang bahwa, Termohon II dalam

dalil jawabannya menyatakan jika dalil Pemohon tersebut

merupakan hal yang mengada-ada karena tidak ada satupun bukti

bahwa Termohon I telah secara sengaja menyembunyikan

dokumen, apalagi dokumen berupa berita dari situs

hukumonline.com dapat diakses oleh setiap orang, selanjutnya,

Termohon II menyatakan tidak ada satupun Putusan Pengadilan

yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap yang membuktikan adanya

dokumen yang disembunyikan oleh pihak lawan, in casu

Termohon I di dalam proses pemeriksaan perkara Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013.

Majelis Hakim menimbang bahwa, selanjutnya terhadap

permasalahan hukum pertama di muka, Majelis Hakim

memberikan pertimbangan sebagai berikut: bahwa setelah

mempelajari dengan seksama bukti-bukti yang diajukan oleh

pihak-pihak, sehubungan dengan dalil Pemohon perihal dokumen

yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh Termohon I

adalah mengacu kepada bukti P-10 berupa fotokopi berita yang

diambil dari situs hukumonline.com tanggal 6 Maret 2009, yang di

dalamnya terdapat berita dengan kalimat “Sedangkan Elijana

Tansah dari Kantor Advokat Gani Djemat & Partners berpendapat

lain”.

Page 78: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

65

Majelis Hakim menimbang bahwa, akan

mempertimbangkan apakah bukti P-10 dimaksud termasuk dalam

kategori dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan

oleh Termohon I. Bahwa bukti P-10 adalah diambil dari situs

dengan alamat www.hukumonline.com yang merupakan situs

umum, dimana setiap orang dapat dengan mudah untuk

mengaksesnya, utamanya di dalam melihat berita yanggal 6 Maret

2009 yang terdapat kalimat “Sedangkan Elijana Tansah dari

Kantor Advokat Gani Djemat & Partners berpendapat lain”,

dimana Pembaca dapat lansung mengaksesnya tanpa terlebih

dahulu harus mendaftar menjadi anggota situs hukumonline.com.

Majelis Hakim menimbang bahwa, untuk itu sependapat

dengan dalil Termohon I dan Termohon II yang pada pokoknya

menyatakan situs hukumonline.com adalah situs terbuka untuk

umum yang dapat diakses oleh setiap orang sehingga tidak

mungkin dapat disembunyikan oleh Termohon I, sehingga terhadap

bukti P-10 berupa fotokopi berita yang diambil dari situs berita

hukumonline.com tanggal 6 Maret 2009, yang di dalamnya

terdapat berita dengan kalimat “Sedangkan Elijana Tansah dari

Kantor Advokat Gani Djemat & Partners berpendapat lain”,

Majelis Hakim berpendapat bukanlah termasuk sebagai dokumen

yang disembunyikan sebagaimana diatur di dalam Ketentuan Pasal

70 Huruf b UU Arbitrase, Majelis Hakim berpendapat bukti P-10

dimaksud sifatnya tidaklah menentukan, oleh karena hanya

merupakan sebuah berita seperti pada umumnya.

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim diatas, maka

Majelis Hakim Berpendapat bahwa alasan pembatalan Putusan

BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 yang

diajukan oleh Pemohon dengan alasan ada ditemukan dokumen

yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh Termohon I

setelah adanya putusan haruslah untuk ditolak.

Page 79: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

66

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Utara diatas maka benar bahwa untuk alasan

ditemukannya dokumen yang bersifat menentukan haruslah ditolak

karena tidak sesuai dengan Pasal 70 huruf b UU Arbitrase.

Dokumen berita yang merupakan bukti yang diajukan Pemohon (P-

10) bukanlah suatu dokumen yang menentukan karena hanyalah

sebuah kalimat dalam berita yang berada di situs berita

hukumonline.com.

e. Majelis Hakim menimbang Permasalahan Hukum kedua yaitu

apakah Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5

Juni 2014 di ambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh

Termohon I dalam pemeriksaan sengketa?

Majelis Hakim menimbang bahwa Pemohon di dalam dalil

pokok persoalan kedua dimaksud dari awal untuk mempecundangi

Pemohon dalam perkara arbitrase, oleh karena adanya fakta hukum

hubungan antara Majelis Arbiter Termohon II (HUMPREY R

DJEMAT) dengan Ahli ELIJANA TANSAH yang diajukan oleh

Termohon I sebagai salah satu pihak dalam Perkara Arbitrase No.

513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014, sehingga patut di

duga telah terjadi konspirasi sejak awal didaftarkannya

Permohonan Arbitrase yang bertujuan untuk menghilangkan hak-

hak dan kepentingan hukum Pemohon.

Majelis Hakim menimbang bahwa terhadap dalil Pemohon,

Termohon I di dalam dalil jawabannya menyatakan bahwa

mengenai dalil adanya tipu muslihat di mana Termohon I

menunjuk Termohon II untuk menyelesaikan pokok

sengketa/permasalahan adalah memang sudah sesuai dengan

amanat pada Akta No. 81/1992, yaitu Pasal 23 ayat (2) yang

menyatakan dalam hal adanya perselisihan memang harus

diselesaikan melalui Termohon II dan bukan melalui instansi atau

lembaga peradilan yang lain. Hal ini adalah kesepakatan Pemohon

Page 80: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

67

dan Termohon I dan oleh karenanya berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.

Majelis Hakim menimbang bahwa Termohon II di dalam

dalil jawabannya menyatakan jika dalil Pemohon tersebut

merupakan tuduhan yang tendensius dan mengada-ada karena

pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 telah

berjalan-jalan sesuai ketentuan dan mempertimbangkan seluruh

dalil, bukti-bukti serta fakta-fakta yang disampaikan oleh kedua

belah pihak secara seimbang sesuai asas audi et elteram partem

dan tidak ada satupun tipu muslihat yang dilakukan. Termohon II

berdalih bahwa ELIJANA TANSAH tidak pernah bekerja di kantor

hukum GANI DJEMAT & PARTNERS tempat dimana

HUMPREY R DJEMAT tergabung, sehingga menolah tuduhan

Pemohon yang menyatakan adanya afiliasi antara ELIJANA

TANSAH dan HUMPREY R DJEMAT.

Bahwa di dalam Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase

dinyatakan bahwa Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase

alasan-alasannya yang disebut dalam Pasal 70 harus dibuktikan

dengan putusan pengadilan.

Majelis Hakim menimbang bahwa Pembatalan Putusan

Arbitrase berdasarkan tipu muslihat dapat diajukan dengan tanpa

disertai dengan putusan pengadilan yang menyatakan adanya tipu

muslihat tersebut. Majelis Hakim menganggap bahwa hanya

dengan menilai bukti-bukti cukup untuk menilai apakah ada tipu

muslihat yang dilakukan oleh Termohon I. Pertimbangan hakim ini

didasarkan pada putusan yang sebelumnya yaitu Putusan

Mahkamah Agung Nomor 700 PK/Pdt/2008 jo Putusan Mahkamah

Agung Nomor 02/Banding/Wasit/2004 jo Putusan Pengadilan

Negeri Surabaya Nomor 468/Pdt.G/2003/PN.Sby, dimana Majelis

Hakim Mahkamah Agung berpendapat Pemohon telah sengaja

mengajukan bukti yang diketahuinya sudah tidak berlaku serta

Page 81: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

68

bukti yang tidak sah, sehingga mengakibatkan Majelis Arbitrase

menjatuhkan putusan yang mendasarkan kepada bukti tersebut.

Majelis Hakim mendasarkan pertimbangannya pada Alat

Bukti yang diajukan oleh Pemohon yaitu fotokopi berita dalam

hukumonline.com (Bukti P-10) dan Alat Bukti yang diajukan oleh

Termohon II berupa fotokopi email korespondensi dari Sekretariat

BANI dengan Bapak Humprey R. Djemat (T.II-8). Bukti dari

Pemohon ingin menunjukkan bahwa Ahli ELIJANA TANSAH

bekerja di tempat yang sama dengan Arbiter HUMPREY R

DJEMAT yaitu di Kantor Advokat Gani Djemat & Partners.

Sebaliknya Alat Bukti yang diajukan oleh Termohon II ingin

menunjukkan bahwa HUMPREY R DJEMAT dengan ELIJANA

TANSAH tidak ada hubungannya, dengan menunjukkan bahwa

Ahli ELIJANA TANSAH tidak pernah bekerja di Kantor Advokat

Gani Djemat & Partners.

Bahwa ternyata dalam Bukti Termohon II yaitu fotokopi

email korespondensi dari Sekretariat BANI dengan Bapak

Humprey R. Djemat (T.II-8), malah semakin mempertegas bahwa

adanya hubungan antara HUMPREY R. DJEMAT dengan Ahli

ELIJANA TANSAH. Hal ini dikarenakan adanya kalimat yang

mengindikasikan bahwa Ahli ELIJANA TANSAH dan

HUMPREY R DJEMAT ada hubungan komunikasi dan kerjasama

yang cukup erat dan berkesinambungan. Kalimat tersebut adalah

“..mengundang beliau (Elijana Tansah) untuk konsultasi,menjadi

pembicara dalam seminar atau menjadi saksi ahli dalam

persidangan..”.

Bahwa di dalam UU Arbitrase tidak diatur secara tegas

mengenai afiliasi. Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa

peristiwa kongkrit tersebut dapat dicakup oleh Pasal 70 Huruf c

UU Arbitrase. Hal yang mendasari pertimbangan Majelis Hakim

adalah bahwa Termohon I dalam Perkara Nomor 513/IV/ARB-

Page 82: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

69

BANI/2013 telah menunjuk HUMPREY R DJEMAT sebagai

arbiter dan mengajukan ELIJANA TANSAH sebagai ahli untuk

didengar keterangannya. Termohon I dalam dalil jawabannya tidak

menyampaikan bantahan perihal hubungan antara HUMPREY R

DJEMAT dan Ahli ELIJANA TANSAH. Hal tersebut membuat

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Termohon I telah sengaja

mengajukan Ahli ELIJANA TANSAH yang diketahuinya

mempunyai hubungan dengan arbiter HUMPREY R DJEMAT,

sehingga sedemikian rupa mengakibatkan dua Anggota Majelis

Arbitrase menjatuhkan Putusan yang mendasarkan kepada

Keterangan Ahli ELIJANA TANSAH perihal: Perjanjian Nomor

81 Tanggal 21 September 1992 tentang Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas Undersea World Indonesia

di Taman Impian Jaya Ancol, utamanya di dalam menafsirkan

ketentuan Pasal 8 ayat (6) tentang hak opsi, sehingga tindakan

Termohon I tersebut sifatnya mengelabui atau mengecoh dan

digolongkan oleh Majelis Hakim sebagai suatu tipu muslihat yang

dilakukan oleh Termohon I dalam proses pemeriksaan arbitrase.

Majelis Hakim berpendapat alasan Pembatalan Putusan

BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 yang

diajukan oleh Pemohon dengan alasan Putusan Arbitrase diambil

dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh Termohon I dapat

dikabulkan.

Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim diatas maka

Majelis Hakim memperluas pengertian tipu muslihat dalam Pasal

70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 untuk mencakup

persoalan afiliasi antara Ahli Elijana Tansah dan Arbiter Humprey

R Djemat yang diajukan oleh Termohon I. Majelis Hakim juga

mendasarkan pertimbangannya dalam mengabulkan Permohonan

Pembatalan Putusan Arbitrase ini dengan precedent sebelumnya

yang memeriksa perkara yang mirip yaitu Putusan Mahkamah

Page 83: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

70

Agung Nomor 700 PK/Pdt/2008 jo Putusan Mahkamah Agung

Nomor 02/Banding/Wasit/2004 jo Putusan Pengadilan Negeri

Surabaya Nomor 468/Pdt.G/2003/PN.Sby dimana dalam putusan

itu pertimbangan Majelis Hakim adalah pada bukti yang diajukan

salah satu pihak yang mengajukan bukti yang sifatnya mengelabuhi

dan membuat Majelis Arbiter tidak dapat mendudukkan fakta-fakta

hukum pada keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut sama dengan

kasus Pembatalan Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

dimana dengan bukti Keterangan Ahli Elijana Tansah yang

diajukan oleh Termohon I bersifat mengecoh sehingga

menyebabkan dua Anggota Majelis Arbiter mendasarkan Putusan

nya pada Bukti yang mengecoh yang diajukan oleh Termohon I/

dahulu Pemohon perkara arbitrase. Berdasarkan hal tersebut maka

Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara

adalah telah sesuai dengan ketentuan Pasal 70 Huruf (c) UU

Arbitrase yang menyebutkan alasan Permohonan Pembatalan

Putusan Arbitrase dengan adanya tipu muslihat yang dilakukan

oleh pihak lawan dalam pemeriksaan sengketa. Selain itu, Majelis

Hakim juga telah mendasarkan Pertimbangannya pada Putusan

Mahkamah Agung Nomor 700 PK/Pdt/2008 jo Putusan Mahkamah

Agung Nomor 02/Banding/Wasit/2004 jo Putusan Pengadilan

Negeri Surabaya Nomor 468/Pdt.G/2003/PN.Sby, hal tersebut

telah sesuai dengan Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase.

2. Akibat Hukum dari dibatalkannya Putusan Badan Arbitrase

Nasional (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013.

Akibat hukum adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk

memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang

diatur oleh hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan

hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh suatu akibat

yang dikehendaki hukum (R.Soeroso, 2006:294). Akibat hukum

merupakan segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum

Page 84: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

71

yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau

akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu

oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai

akibat hukum. Akibat hukum dapat berwujud (Pipin Syarifin,

1999:71):

- Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.

- Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum

antara dua atau lebih subyek hukum, di mana hak dan

kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan

kewajiban pihak lain.

- Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan

hukum.

- Akibat hukum yang timbul karena adanya kejadian-kejadian

darurat oleh hukum yang bersangkutan telah diakui atau

dianggap sebagai akibat hukum, meskipun dalam keadaan yang

wajar tindakan-tindakan tersebut mungkin terlanrang menurut

hukum.

Menurut Hikmahanto Juwana sebagaimana dikutip oleh

Suleman Batubara terhadap akibat hukum pembatalan putusan

arbitrase adalah (Suleman Batubara, 2003:141), pertama,

Berdasarkan proses dan alasan untuk pembatalan putusan arbitrase

diatur dalam peraturan perundang-undangan suatu negara dan tidak

diatur dalam sebuah perjanjian internasional. Kedua, Berdasarkan

konsekuensi hukumnya, pembatalan putusan arbitrase berakibat

pada dinafikkannya (seolah tidak pernah dibuat) suatu putusan

arbitrase dan pengadilan dapat meminta agar para pihak mengulang

proses arbitrase(re-arbitrate). pembatalan putusan arbitrase tidak

membawa konsekuensi pada pengadilan yang membatalkannya

untuk memiliki wewenang memeriksa dan memutus sengketa.

Mengenai akibat hukum dari pembatalan putusan arbitrase,

lebih lanjut dapat dimengerti mengenai uraian lebih lanjut yaitu:

Page 85: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

72

- Upaya hukum pembatalan diistilahkan dengan annualment/set

aside.

- Pengaturan, syarat-syarat, alasan-alasan antara upaya hukum

pembatalan diatur dalam suatu perundang-undangan suatu

negara yaitu UU Arbitrase.

- Akibat hukum dari diterimanya upaya hukum pembatalan

adalah apabila dikabulkannya permohonan pembatalan putusan

arbitrase mengakibatkan putusan arbitrase tersebut dinafikkan

(dianggap tidak pernah ada putusan arbitrase).

- Dikabulkannya permohonan pembatalan putusan arbitrase

membuat para pihak harus mengulang kembali proses arbitrase

(re-arbitrate).

- Dikabulkannya permohonan pembatalan tidak membuat

pengadilan negeri berwenang memeriksa dan memutus

sengketa tersebut.

Akibat dari pembatalan putusan arbitrase juga diatur oleh

UU Arbitrase. Pengaturannya ada di dalam Pasal 72 ayat (2) UU

Arbitrase yang menyatakan “Apabila permohonan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri

menentukan lebih lanjut akibat pembatalan seluruhnya atau

sebagian putusan arbitrase”.

Selanjutnya, dalam Penjelasan Pasal 72 ayat (2) UU

Arbitrase menyatakan:

Ketua Pengadilan Negeri diberi wewenang untuk

memeriksa tuntutan pembatalan jika diminta para pihak, dan

mengatur akibat dari pembatalan seluruhnya atau sebagian dari

putusan arbitrase bersangkutan. Selanjutnya, Ketua Pengadilan

Negeri dapat memutuskan bahwa setelah diucapkan pembatalan,

arbiter yang sama atau arbiter lain akan memeriksa kembali

sengketa bersangkutan atau menentukan bahwa suatu sengketa

tidak mungkin diselesaikan lagi melalui arbitrase.

Selanjunya, berdasarkan teori diatas penulis terapkan dalam

kasus Permohonan Pembatalan Arbitrase antara PT.Sea World

Indonesia dengan PT. Pembagunan Jaya Ancol. Berdasarkan Amar

Page 86: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

73

Putusan Nomor 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR dimana

dalam amarnya pada intinya mengabulkan permohonan pembatalan

putusan arbitrase dari Pemohon (PT. Sea World Indonesia), maka

akibat hukum yang diterima oleh kedua belah pihak adalah:

- Berdasarkan dalam teori sebelumnya yang menyatakan apabila

permohonan pembatalan putusan arbitrase dikabulkan maka

dinafikkannya putusan arbitrase tersebut atau putusan arbitrase

tersebut dianggap tidak pernah dibuat. Mendasarkan dari amar

putusan yang menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Utara mengabulkan permohonan pembatalan

putusan arbitrase yang diajukan oleh Pemohon PT. Sea World

Indonesia maka berakibat menjadi Putusan BANI Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 dinafikkan atau dianggap tidak

pernah dibuat.

- Akibat Hukum yang seharusnya ditentukan oleh Ketua

Pengadilan Negeri mengenai sengketa yang harusnya diperiksa

oleh arbiter yang sama atau arbiter yang lain atau dinyatakan

tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase sesuai ketentuan

Pasal 72 ayat (2) UU Arbitrase tidak dicantumkan dalam amar

putusannya. Hal tersebut membuat tidak dipenuhinya akibat

hukum sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 72 ayat (2) UU

Arbitrase.

- Apabila Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

dinafikkan maka segala hak yang timbul dari putusan itu seperti

peralihan hak atas Undersea Wold Indonesia di Taman Impian

Jaya Ancol dari PT. Sea World Indonesia kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol dibatalkan. Dengan adanya Putusan

Nomor 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR maka PT.

Pembangunan Jaya Ancol kehilangan hak untuk mengelola

Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol.

Page 87: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

74

- Akibat hukum yang lain adalah kembalinya hak mengelola

kepada PT. Sea World Indonesia. dalam sengketa antara PT.

Sea World Indonesia dan PT. Pembangunan Jaya Ancol.

Berdasarkan analisis penulis Akta Nomor 81 Tahun 1992

tentang Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas

Undersea World Indonesia di Taman Impuan Jaya Ancol telah

berakhir pada tanggal 6 Juni 2014 sehingga sesuai ketentuan

akta masa kepemilikan hak atas Undersea World Indonesia

milik PT. Sea World Indonesia telah berakhir dan harus

dialihkan kepada PT. Pembangunan Jaya Ancol. Pada

prakteknya, terjadi sengketa dan diselesaikan melalui arbitrase

sesuai Pasal 23 ayat (2) Akta Nomor 81 tahun 1992 tentang

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas Undersea

World Indonesia di Taman Impuan Jaya Ancol. Sengketa

tersebut sudah diperiksa dan diputus dengan Putusan BANI

Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013, namun dengan Putusan

Nomor 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR yang

membatalkan Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

membuat hak mengelola tetap pada PT. Sea World Indonesia.

Sehingga dibatalkannya Putusan BANI 513/IV/ARB-

BANI/2013 membuat hak mengelola tidak beralih ke tangan

PT. Pembangunan Jayaa Ancol.

- Putusan Nomor 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR yang

membuat batalnya Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 dinafikkan, juga membuat para pihak yang

bersengketa harus mengulang lagi proses arbitrase untuk

menyelesaikan sengketa yang timbul sebelumnya yaitu masalah

perpanjangan hak opsi secara serta merta yang dilakukan oleh

PT. Sea World Indonesia. Diatur pula dalam Pasal 72 ayat (2)

bahwa Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara berwenang

mengatur akibat dari dibatalkannya putusan arbitrase

Page 88: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

75

seluruhnya atau sebagian, tapi di dalam penjelasan dinyatakan

bahwa Ketua Pengadilan Negeri dapat menentukan arbiter yang

sama atau arbiter yang lain dapat memeriksa sengketa yang

bersangkutan atau dapat menentukan bahwa sengketa tersebut

tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase. Dari hal ini dapat

dilihat bahwa akibat hukum dari dibatalkannya Putusan Nomor

305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR adalah selain hilangnya

hak-hak karena dinafikkannya Putusan BANI Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 adalah bahwa sengketa tersebut harus

diperiksa ulang dan Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang

dalam menentukan dengan arbiter siapa sengketa tersebut

diperiksa dan diputus atau sengketa tersebut diperiksa oleh

Pengadilan Negeri dan menganggap bahwa sengketa tersebut

tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase.

Page 89: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

76

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab

sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Utara mengabulkan permohonan pembatalan putusan arbitrase

yang diajukan oleh PT. Sea World Indonesia adalah Pemohon

dalam mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase

telah sesuai dengan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 yang menyatakan bahwa: “Terhadap Putusan Arbitrase

para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila

putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan,

setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan

palsu.

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau

c. Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh

salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.”

Majelis Hakim dalam pertimbangannya menyatakan bahwa

berdasarkan pemeriksaan perkara dan bukti-bukti yang

diperiksa, bahwa Putusan BANI Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh PT.

Pembangunan Jaya Ancol. Tipu Muslihat sebagaimana yang

dimaksud oleh Majelis Hakim adalah bahwa Termohon I dalam

pemeriksaan perkara melalui Lembaga Arbitrase yaitu BANI,

mengajukan Arbiter dan Ahli yang keduanya saling mengenal

dan memiliki hubungan pekerjaan. Keterangan Ahli yang

diajukan menimbulkan Majelis Arbiter mendasarkan

Page 90: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

77

putusannya pada Keterangan Ahli yang memiliki hubungan dan

kepentingan dengan salah satu Arbiter. Hal tersebut

dipertimbangkan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Utara sebagai tipu muslihat yang dilakukan oleh Pihak

Termohon I atau PT. Pembangunan Jaya Ancol untuk

mengelabui pihak Pemohon atau PT. Sea World Indonesia.

2. Akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 adalah menjadi dinafikkannya

Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 atau putusan tersebut dianggap tidak

pernah ada. Berdasarkan Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 yang menyatakan pada intinya Ketua

Pengadilan Negeri menentukan akibat dari dibatalkannya

putusan arbitrase dan menentukan apakah arbitrase akan

diperiksa oleh arbiter yang sama atau arbiter lain atau

menyatakan bahwa sengketa tidak dapat diselesaikan melalui

arbitrase. Dengan dibatalkannya Putusan Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

menimbulkan hak mengelola Undersea World Indonesia tetap

pada PT. Sea World Indonesia.

B. Saran

Sebagai rekomendasi penulis dalam ilmu hukum maka saran

penulis adalah sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk membuat

Peraturan atau Undang-Undang mengenai Arbitrase ini yang

memberikan definisi mengenai tipu muslihat, pemalsuan, dan

penyembunyian fakta/dokumen. Penulis berpendapat bahwa

terdapat banyak kerancuan dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 dalam hal Pembatalan Putusan Arbitrase. Untuk

mengabulkan Permohonan Pembatalan, Majelis Hakim

memeriksa apakah Putusan Arbitrase yang dibatalkan

Page 91: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

78

memenuhi unsur sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 70

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, yaitu, adanya dugaan

yang sah bahwa Putusan Arbitrase tersebut mengandung unsur

pemalsuan, tipu muslihat, atau penyembunyian fakta atau

dokumen. Kerancuan yang Penulis maksud UU Arbitrase tidak

memberikan penjelasan secara tegas mengenai yang dimaksud

dengan dugaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 70.

Selain itu, UU Arbitrase juga tidak memberikan definisi secara

jelas mengenai apa yang dimaksud dengan tipu muslihat,

pemalsuan dan penyembunyian fakta/dokumen. Hal ini

menimbulkan multitafsir dan dapat ditafsirkan berbeda-beda

bagi Hakim yang memeriksa.

2. Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk membuat

Peraturan atau Undang-Undang yang memuat aturan untuk

memberikan akibat hukum yang jelas bagi para pihak. Penulis

berpendapat terdapat ketentuan yang bertentangan dengan

prakteknya di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999,

yaitu di dalam ketentuan Pasal 72 ayat (2). Penjelasan Pasal 72

ayat (2) menyatakan pada intinya, bahwa Ketua Pengadilan

Negeri dapat memutuskan apakah sengketa diselesaikan oleh

arbiter yang sama atau arbiter lain atau memutuskan bahwa

sengketa tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase, sedangkan

dalam prakteknya banyak Hakim yang memutus tanpa

memberikan akibat yang diatur pada pasal 72 ayat (2).

Page 92: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Adi Sulistiyono. 2006. Mengembangkan Paradigma Non Litigasi di Indonesia.

Surakarta: UNS Press.

Agnes M.Toar,Dkk. 1995. Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi 2 Arbitrase di

Indonesia. Jakarta: Ghalia press.

Elisabeth Nurhaini Butarbutar. 2010. “Arti Pentingnya Pembuktian Dalam Proses

Penemuan Hukum di Peradilan Perdata”. Mimbar Hukum. Volume 22, Nomor 2

Juni 2010.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Erman Radjagukguk. 2000. Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan. Jakarta:

Chandra Pratama.

Garry Goodpaster. 1995. Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Seri Dasar-

dasar Hukum Ekonomi Arbitrase di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Gunawan Widjaja & Michael Adrian. 2008. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis:

Peran Pengadilan Dalam Penyelesaian Sengketa Oleh Arbitrase. Jakarta: Prenada

Media Group.

. 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

H.Jafar Sidik. “Seputar Arbitrase Institusional dan Arbitrase Ad-Hoc”. Jurnal

Ilmu Hukum Wacana Paramarta. Bandung: Universitas Langlangbuana.

Hendhy Timex. 2013.”Pelaksanaan dan Pembatalan Putusan Arbitrase”. Lex

Privatum. Vol I No 2, Apr/Jun 2013. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Huala Adolf. 1991. Arbitrase Komersial Internasional. Jakarta: Rajawali Press.

. 2002. Arbitrase Komersial Internasional Edisi Revisi. Jakarta: Sinar

Grafika.

Joni Emirzon. 2001.Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (

Negosiasi, Mediasi, Arbitrase ). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

M.Husni. 2008. “Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis di

Luar Pengadilan”. Jurnal Equality. Vol 13 No 1 Februari 2008. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

M.Yahya Harahap. 1991. Arbitrase. Jakarta: Pustaka Kartini.

. 1993. Perlawanan Terhadap Eksekusi Grosse Akta serta

Putusan Pengadilan dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Page 93: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

80

Munir Fuady, 2000. Arbitrase Nasional ( Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

). Bandung: Citra Aditya Bakti.

Mutiara Hikmah. “Implementasi Konvensi New York 1958 Dalam Perkara-

Perkara Arbitrase Internasional di Indonesia”. Jurnal Opinio Juris. Vol 13 Mei-

Agustus 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional.

Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Pipin Syarifin. 1999. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Priyatna Abdurrasyid. 2002. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS) Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Fikahati Aneska.

R.Soeroso. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

R.Subekti. 1987. Arbitrase Perdagangan. Bandung: Bina Cipta.

Riskin and Westbrook. 1987. Dispute Resolution and Lawyer, American

Casebook Series. St.Paul: West Publishing Company.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Cetakan ke-3. Jakarta: UI

Press.

& Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

Rajawali pers.

Sudargo Gautama. 2004. Arbitrase Luar Negeri dan Pemakaian Hukum

Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

. 1999, Undang-Undang Arbitrase Baru, 1999. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

. 1996. Aneka Hukum Arbitrase Indonesia. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Sudikno Mertokusumo. 1996. Penemuan Hukum. Yogyakarta: Liberty.

Suleman Batubara. 2003. Arbitrase Internasional. Depok: Raih Asa Sukses.

Suyud Margono. 2000. ADR Alternatif Disputes Resolution dan Arbitrase Proses

Pelembagaan dan Aspek Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia.

Internet

Aldo Rico Geraldi,dkk, Penyelesaian Sengketa Kasus Investasi AMCO vs

Indonesia Melalui ICSID,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=150949&val=907&title=PE

NYELESAIAN%20SENGKETA%20KASUS%20INVESTASI%20AMCO%20V

Page 94: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

81

S%20INDONESIA%20MELALUI%20ICSID (diakses pada tanggal 19

November 2015).

Rahmadi Indra Tektona, Arbitrase Sebagai Alternatif Solusi Penyelesaian

SengketaBisnis di Luar Pengadilan,

http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/pandecta/2327, (diakses pada tanggal 18

November 2015).

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa

HIR, RBG, Rv

Konvensi New York 1958

Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Ratifikasi Konvensi New

York 1958.

Page 95: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang memeriksa dan mengadili

perkara-perkara permohonan pembatalan Putusan Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai

berikut dalam perkara antara:

PT. SEA WORLD INDONESIA (d/h PT. LARAS TROPIKA

NUSANTARA), berkedudukan di Taman Impian

Jaya Ancol, Jalan Lodan Timur Nomor 7

Jakarta Utara 14430, yang diwakili oleh

EFRIJANTO SALIM selaku Presiden Direktur

dan H. SONNY WIBISONO WIDJANARKO

selaku Direktur, selanjutnya disebut sebagai

PEMOHON;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:

1. PETER KURNIAWAN, S.H.;

2. EMI ROSMININGSIH, S.H.;

3. RUDIANTO, S.H.;

4. AGUSTINUS DHIMAS MAKUPRATHOWO,

S.H.;

Masing-masing Advokat pada Kantor Hukum

“CAKRA & CO”, beralamat di Gedung World

Trade Center II Buliding, 18th floor Jalan

Jenderal Sudirman Kav. 29-31 Jakarta 12920

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22

Juli 2014;

L A W A N

1. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk,

berkedudukan di Gedung Ecovention Jalan Lodan Timur Nomor 7

Taman Impian Jaya Ancol Jakarta Utara, yang diwakili oleh GATOT

Halaman 1 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 96: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SETYOWALUYO selaku Direktur Utama, selanjutnya disebut

sebagai TERMOHON I;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:

1. IIM ZOVITO SIMANUNGKALIT, S.H., M.H.;

2. ARIEF NUGROHO S, S.H.;

3. HENDRA K SEMBIRING, S.H.;

Masing-masing Advokat pada Kantor Hukum

“IIM ZOVITO, S.H., M.H. & Rekan”, beralamat

di Gedung Jaya lantai 4, Jalan MH. Thamrin

Nomor 12 Jakarta 10340, berdasarkan Surat

Kuasa Khusus tanggal 18 Agustus 2014;

2. BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI), beralamat

di Gedung Wahana Graha lantai 1 & 2, Jalan Mampang Prapatan

Raya Nomor 2 Jakarta Selatan 12760, yang diwakili oleh M.

HUSSEYN UMAR, S.H., FCBArb. selaku Wakil Ketua, selanjutnya

disebut sebagai TERMOHON II;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:

1. RAHAYU INDRASTUTI, S.H., M.H.;

2. ANITHA DJ PUSPOKUSUMO, S.H., M.H.;

3. SALEH BALFAST, S.H.;

4. ARIADIPURA, S.H.;

Masing-masing Advokat pada Kantor Hukum

“YULWANSYAH, BALFAST & Partners”,

beralamat di Jalan Iskandarsyah I Nomor 4

Kebayoran Baru Jakarta Selatan, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus Nomor 14.161/VIII/SK-

BANI/HU tanggal 25 Agustus 2014;

Pengadilan Negeri tersebut;

Setelah membaca berkas perkara beserta surat-surat yang

bersangkutan;

Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

Halaman 2 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 97: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tanggal 23

Juli 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada

tanggal 24 Juli 2014, terdaftar dalam register Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN

Jkt.Utr, telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Arbiter pada Termohon II telah memutus Putusan BANI

No. 513 pada tanggal 5 Juni 2014 dengan amar putusan sebagai berikut:

MEMUTUSKAN:

DALAM KONVENSI

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Termohon Konvensi untuk seluruhnya.

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi untuk sebagian.

2. Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman

Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di

Jakarta, berakhir pada tanggal 06 Juni 2014.

3. Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang

dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No.

81 tanggal 21 September 1993 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta, adalah tidak berlaku secara serta merta

atau otomatis, melainkan bersyarat dapat diperpanjang dengan

perjanjian baru yang disepakati Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi.

4. Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan

UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta fasilitas

dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara

Pemeriksaan Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan

oleh Majelis dan Para Pihak kepada Pemohon Konvensi dalam

Halaman 3 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 98: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya pada saat

pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni 2014.

5. Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk selebihnya.

DALAM REKONVENSI

Menolak Permohonan Rekonvensi dari Pemohon Rekonvensi/Termohon

Konvensi seluruhnya.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

1. Menghukum Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi dan

Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi membayar biaya

administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi

masing-masing seperdua bagian.

2. Memerintahkan Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk

mengembalikan ½ (seperdua) biaya administrasi, biaya

pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi, yaitu sebesar Rp

261.900.000,- (dua ratus enam puluh satu juta sembilan ratus ribu

rupiah) kepada Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi.

3. Menghukum Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk

membayar biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter

dalam Rekonvensi sebesar Rp 523.800.000,- (lima ratus dua puluh

tiga juta delapan ratus ribu rupiah) untuk seluruhnya.

4. Menghukum Pemohon dan Termohon untuk melaksanakan putusan

ini selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak putusan diucapkan.

5. Menyatakan putusan ini putusan dalam tingkat pertama dan terakhir

serta mengikat kedua belah pihak.

6. Memerintahkan Sekretaris Majelis dalam perkara ini mendaftarkan

Putusan Arbitrase tersebut pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Utara pada waktu sesuai yang ditetapkan dalam Undang-

undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

2. Bahwa Putusan BANI No. 513 telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri

Jakarta Utara tanggal 1 Juli 2014 di bawah register No. 02/WASIT/2014/

PN.JKT.UT sebagaimana dalam surat Termohon II No. 14.1148/VII/

BANI/ED tertanggal 2 Juli 2014 (terlampir).

Halaman 4 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 99: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Bahwa atas Putusan BANI No. 513, Pemohon mengajukan Permohonan

Pembatalan pada tanggal 24 Juli 2014. Dengan demikian, maka

Permohonan Pembatalan Putusan BANI No. 513 ini masih dalam jangka

waktu yang ditentukan dan oleh karenanya patut dan berdasar hukum

utnuk diterima, sesuai ketentuan Pasal 71 Undang-undang No. 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(selanjutnya disebut “UU Arbitrase”) yang berbunyi:

“Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis

dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak hari

penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada panitera pengadilan

negeri.”

4. Bahwa sebelumnya kami sampaikan adapun alasan-alasan kami

mengajukan Permohonan Pembatalan terhadap Putusan BANI No. 513

adalah sebagai berikut:

a. Pemohon menemukan dokumen maupun fakta yang disembunyikan baik

oleh Termohon I sebagai pihak maupun salah satu arbiter Termohon II

yang ditunjuk oleh Termohon I yang sifatnya menentukan setelah

Putusan BANI No. 513 diputus. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal

70 huruf b UU Arbitrase yang menyebutkan:

“Terhadap putusan para pihak dapat mengajukan permohonan

pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau”

b. Bahwa Putusan BANI No. 513 terindikasi kuat putus berdasarkan tipu

muslihat yang menunjukkan keberpihakan Termohon II kepada salah

satu pihak sehingga adalah berdasar hukum Putusan BANI No. 513

untuk dibatalkan. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 70 huruf c UU

Arbitrase yang menyebutkan:

“Terhadap putusan para pihak dapat mengajukan permohonan

pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah

satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.”

Halaman 5 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 100: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c. Bahwa Majelis Termohon II telah melakukan kekeliruan nyata dalam

memutus perkara terkait penggunaan dasar hukum pengambilan

keputusan, yaitu ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 38 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik/Daerah

(selanjutnya disebut “PP No. 38/2008”).

d. Bahwa Putusan BANI No. 513 telah melanggar azas kebebasan

berkontrak dan hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338

KUHPerdata.

e. Bahwa Termohon II selaku Majelis Pemutus telah memberikan putusan

yang melebihi tuntutan dalam permohonan arbitrase (ultra vires)

sehingga adalah patut dan berdasar hukum untuk dibatalkan berdasar

ketentuan Pasal 643 RV angka 4 yang menyatakan:

“4. Bila diputuskan tentang sesuatu yang tidak dituntut, atau dengan itu

diberikan lebih dari yang dituntut.”

Dengan demikian maka Permohonan Pembatalan Putusan BANI No. 513

ini adalah layak dan berdasar hukum untuk diterima dan dikabulkan.

Adapun alasan-alasan maupun dasar hukum Permohonan Pembatalan

Putusan BANI No. 513 adalah sebagai berikut:

Pemohon Menemukan Dokumen yang Sifatnya Menentukan di mana Dokumen

Ini Menunjukkan Adanya Afiliasi antara Saksi Ahli yang Diajukan Pemohon

Arbitrase dengan Salah Satu Arbiter yang Mempengaruhi Putusan BANI No.

513 Sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70 Huruf b UU Arbitrase.

1. Bahwa dalam pemeriksaan Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013, pihak

Termohon I mengajukan salah satu arbiter yang ada di Termohon II,

yaitu HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb. sebagai arbiter.

2. Bahwa dalam persidangan pada tangal 30 Januari 2014, Termohon I

mengajukan Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S. H untuk didengar

keterangannya di hadapan Majelis Arbiter Perkara No. 513/IV/ARB-

BANI/2013. Dalam pemeriksaan tersebut, Majelis Arbiter telah

memeriksa dan meminta keterangan dari Ahli M. E. ELIJANA TANSAH,

S. H.

Halaman 6 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 101: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Bahwa ternyata setelah Putusan BANI No. 513 dibacakan pada tanggal

5 Juni 2014, Pemohon menemukan fakta dan bukti berupa berita dalam

situs hukumonline.com tertanggal 6 Maret 2009 yang menyebutkan:

“... ELIJANA TANSAH dari Kantor Advokat GANI DJEMAT & PARTNERS

berpendapat lain ... dst.”

Berita dalam hukumonline.com ini menunjukkan bahwa Ahli M. E. ELIJANA

TANSAH, S. H terafiliasi dengan salah satu Majelis Arbiter, yaitu

HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb. yang notabene adalah

arbiter yang ditunjuk oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero),

Tbk. i.c. Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase.

4. Bahwa dengan demikian maka seharusnya Ahli M. E. ELIJANA

TANSAH, S.H pada saat dimintai keterangannya pada persidangan

tanggal 6 Februari 2014 wajib menolak untuk memberikan keterangan

dengan alasan terdapat benturan kepentingan HUMPREY R. DJEMAT,

S. H., LL. M., FCBArb. yang merupakan Majelis Arbiter Perkara No. 513/

IV/ARB-BANI/2013 yang ditetapkan oleh Termohon II sebagai Majelis

Perkara.

5. Bahwa demikian juga dengan HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M.,

FCBArb. sebagai salah satu Arbiter Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013,

wajib menolak untuk memeriksa dan/atau meminta keterangan dari Ahli

M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. dengan alasan terdapat benturan

kepentingan yang dapat mempengaruhi independensi keterangan-

keterangan Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. dalam pemeriksaan,

termasuk objektifitas HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb

sebagai slaah satu anggota Majelis Arbiter yang ditetapkan oleh

Termohon II.

6. Bahwa jika keadaan ataupun fakta ini oleh Pemohon pada saat

persidangan, maka tentunya Pemohon akan mengajukan keberatan dan

menolak Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. untuk diperiksa dan

didengar keterangannya.

7. Bahwa adanya konspirasi ini semakin ditunjukkan dalam pertimbangan

hukum Putusan BANI No. 513, halaman 55, paragraf 1 menyebutkan:

“Menimbang bahwa terhadap dua pendapat tersebut, Majelis menganggap

bahwa pendapat Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S. H yang tepat, karena

Halaman 7 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 102: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana peraturan-peraturan dan doktrin-doktrin yang telah kita

pertimbangkan di atas, perjanjian BOT hanya dapat dilangsungkan selama

maksimal 30 tahun. Di samping itu, karena tidak tercapai kesepakatan

sebagai syarat adanya perjanjian baru sebagaimana ketentuan Pasal 1320

KUHPerdata, maka perjanjian tersebut serta merta otomatis bisa

diperpanjang.”

Pertimbangan hukum dimaksud benar-benar mengesampingkan

keterangan Prof. NINDYO PRAMONO, S.H., M.H. sebagai Ahli Hukum

Perjanjian dan Hukum Bisnis yang diajukan Pemohon dan justru langsung

menyatakan bahwa keterangan Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. adalah

benar.

Patut Diduga Putusan Bani No. 513 Diambil dari Hasil Tipu Muslihat dari Pihak

Pemohon Arbitrase Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70 Huruf

c Arbitrase

8. Bahwa dengan fakta adanya hubungan antara Majelis Arbiter Termohon

II (HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb) dengan Ahli M. E.

ELIJANA TANSAH, S.H, yang diajukan oleh Termohon I sebagai salah

satu pihak dalam Perkara Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013, patut

diduga telah terjadi konspirasi sejak awal didaftarkannya Permohonan

Arbitrase yang bertujuan untuk menghilangkan hak-hak dan kepentingan

hukum Pemohon.

9. Bahwa dalam hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta bahwa:

a. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL

(Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu

Pemohon Arbitrase menunjuk Termohon II

sebagai arbiter dari PT. PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero), Tbk.

b. PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL

(Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu

Pemohon Arbitrase mengajukan Ahli M. E.

ELIJANA TANSAH, S.H. untuk diperiksa dan

didengar keterangannya dalam persidangan.

c. Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. yang

diajukan oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA

Halaman 8 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 103: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu

Pemohon Arbitrase memiliki hubungan/afiliasi

dengan Termohon II.

d. Dalam persidanagn, baik Ahli M. E. ELIJANA

TANSAH, S. H maupun Termohon II

menyembunyikan fakta adanya afiliasi di

antara keduanya dan dalam Putusan Bani No.

513, keterangan Ahli M. E. ELIJANA

TANSAH, S.H. dijadikan pedoman dalam

mempertimbangkan putusan dimaksud.

10.Bahwa dengan demikian, adalah sangat jelas itikad tidak baik dan

konspirasi dari awal untuk mempecundangi Pemohon dalam perkara

arbitrase ini.

11.Bahwa hal ini jelas memenuhi persyaratan untuk pembatalan suatu

putusan arbitrase berdasarkan ketentuan Pasal 70 huruf c UU Arbitrase.

Oleh karena itu, Putusan BANI No. 513 adalah berdasar hukum dan

sangat beralasan untuk dibatalkan.

Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata dalam Memutus Perkara

Terkait Penggunaan Dasar Hukum Pengambilan Keputusan

12.Bahwa untuk memenangkan dan/atau mengakomodir kepentingan salah

satu pihak, yakni Termohon I, Majelis Arbiter telah dengan sengaja

melakukan kekeliruan nyata dalam pertimbangan hukumnya yang

mengakibatkan Putusan BANI No. 513 tidak sesuai dengan perundang-

undangan dan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

13.Bahwa Majelis Arbiter pada Termohon II telah menggunakan dan/atau

mempertimbangkan ketentuan hukum yang tidak tepat, yaitu

penggunaan PP No. 38/2008 sebagaimana pertimbangan hukum

Termohon II dalam Putusan BANI No. 513 halaman 50 paragraf 4 dan 5

yang menyatakan:

- “Menimbang, bahwa objek Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan No. 81 berupa bangunan UNDERSEA WORLD INDONESIA

dan peralatan serta fasilitas dan barang inventaris lainnya yang didirikan

di atas tanah yang merupakan bagian Sertifikat Hak Pengelolaan

Pemerintah Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. I/1987 tanggal

Halaman 9 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 104: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

23 Februari 1987 yang terletak di Taman Impian Jaya Ancol, Kelurahan

Ancol, Kecamatan Penjaringan, Wilayah Kota Jakarta Utara, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta (Bukti P-14).

- Menimbang, bahwa dikarenakan proyek UNDERSEA WORLD

INDONESIA tersebut didirikan di atas tanah milik Pemerintah Daerah,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam bentuk Hak Pengelolaan, maka

terhadapnya berlaku dan diterapkan ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik/

Daerah.”

14.Bahwa Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak

Atas Tanah No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat di hadapan

SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta (“Perjanjian Kerja Sama”) yang

menjadi pokok sengketa dalam perkara a quo dibuat pada tahun 1992.

Sedangkan Termohon II menggunakan alas dasar hukum yang baru

ditetapkan jauh sesudah Perjanjian Kerja Sama dibuat dan

ditandatangani oleh para pihak.

15.Bahwa Termohon II dengan sengaja mengakomodir ketentuan-ketentuan

dalam PP No. 38/2008 untuk menguatkan dan/atau menguntungkan

dalil-dalil salah satu pihak, yakni PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL

(Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase, padahal hal ini

adalah tidak tepat.

16.Bahwa dalam PP No. 38/2008, ditujukan khusus kepada hak-hak

kepemilikan Badan Usaha Milik Negara/Daerah. Sedangkan faktanya,

terkait dengan Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/1987 tanggal 23

Februari 1987 adalah bukan barang milik negara/daerah maupun dalam

penguasaan i.c Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, melainkan sudah di-

inbreng-kan kepada PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk.

17.Bahwa berdasarkan Bukti P-14 dijelaskan Sertifikat Hak Pengelolaan No.

1/1987 tanggal 23 Februari 1987 telah di-inbreng-kan oleh Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta sebagai model ke dalam PT. PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero), Tbk. Dengan demikian maka sudah tidak

melekat kepemilikan tanah sesuai Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/1987

tanggal 23 Februari 1987 adalah milik PT. PEMBANGUNAN JAYA

Halaman 10 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 105: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase dan

bukan lagi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Karenanya tidak tepat jika

menjustifikasi bahwa tanah yang digunakan oleh PT. PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase

untuk bekerja sama dengan Pemohon adalah milik negara i.c

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sehingga dapat dikaitkan dengan PP

No. 38/2008 beserta ketentuan teknis lainnya.

18.Bahwa dengan demikian adalah tidak tepat seluruh pertimbangan hukum

Termohon II yang menggunakan dasar-dasar maupun ketentuan hukum

terkait adanya kepemilikan pemerintah dalam kerja sama antara

Pemohon dan Termohon I sesuai Perjanjian Kerja Sama. Oleh

karenanya terbukti Termohon II telah melakukan kekeliruan nyata dalam

pertimbangan hukum Putusan BANI No. 513.

Putusan BANI No. 513 Telah Melanggar Azas Kebebasan Berkontrak dan

Hukum Perjanian yang Diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata

19.Bahwa Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak

Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No.

81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H.,

Notaris di Jakarta (“Perjanjian Kerja Sama”) antara Pemohon dan

Termohon I adalah sah dan mengikat dan berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya.

20.Bahwa Perjanjian Kerja Sama telah dibuat dan disepakati serta

ditandatangani oleh kedua belah pihak dan telah memenuhi syarat Pasal

1320 KUHPerdata, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

21.Bahwa seluruh isi Perjanjian Kerja Sama telah dimengerti oleh para

pihak yang membuatnya termasuk tujuan dan maksud-maksud yang

tertuang dan diatur dalam Perjanjian Kerja Sama. Tidak ada lagi

penafsiran-penafsiran yang berbeda antara kedua belah pihak sehingga

kedua belah pihak secara sadar dan itikad baik membuat dan

menandatangani Perjanjian Kerja Sama dimaksud.

Halaman 11 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 106: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

22.Bahwa permohonan arbitrase yang diajukan oleh Termohon I adalah

terkait penafsiran ketentuan yang telah diatur sejak 20 (dua puluh) tahun

lalu di mana pada saat dibuat dan ditandatanganinya Perjanjian Kerja

Sama tidak ada pihak yang berkeberatan maupun meminta adanya

perubahan isi perjanjian dalam hal ini terkait hak opsi yang mutlak dimiliki

oleh Pemohon termasuk tata cara penggunaan hak opsi dimaksud. Hal

ini sejalan dengan pertimbangan hukum Majelis Termohon II yang

memberikan pendapat berbeda (disenting opinion) dalam Putusan BANI

No. 513 bagian perbedaan pendapat halaman 5 paragraf 1 s/d 5 yang

menyatakan:

“Menimbang tentang tahapan kedua Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H.

berpendapat bahwa setelah Termohon memberitahukan kepada Pemohon,

bahwa akan melaksanakan hak opsinya Pemohon dan Termohon subject to

membuat perjanjian yang baru. Demikian juga Ahli Prof. Dr. NINDYO

PRAMONO, S. H., M. S berpendapat setelah Termohon melaksanakan hak

opsinya, tahapan selanjutnya Pemohon dan Termohon membuat perjanjian

yang baru yang didasarkan pada Perjanjian Akta 81 kecuali tentang hasil

penjualan tiket masih harus dirundingkan untuk disepakati.

Menimbang bahwa oleh karenanya yang diperlukan kata sepakat/

persetujuan Pemohon dan Termohon adalah tentang pembuatan perjanjian

yang baru bukan tentang pelaksanaan hak dan opsi Termohon.

Menimbang bahwa Pemohon dan Termohon dalam Akta Notaris No. 81

termaksud telah bersepakat tentang berakhirnya Perjanjian Akta Nomor 81

sebagaimana dicantumkan secara limitatif dalam Pasal 8 ayat (3) Perjanjian

Akta Nomor 81.

Menimbang dalam Pasal 8 ayat (3) Perjanjian Akta Nomor 81 disebutkan

bahwa perjanjian ini akan berakhir dengan sendirinya setelah lewatnya

jangka waktu berlakunya perjanjian.

Menimbang bahwa sesuai dengan azas kebebasan berkontrak dalam Pasal

8 ayat (6) Perjanjian Akta Nomor 81, Pemohon dan Termohon bersepakat

untuk memberikan hak opsi kepada Termohon untuk memperpanjang masa

pengelolaan selama maksimal 20 (dua puluh) tahun lagi.”

23.Bahwa dengan mengakomodir kepentingan hukum Pemohon untuk

melakukan penafsiran bukti dan/atau isi Perjanjian Kerja Sama yang sah

Halaman 12 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 107: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan mengikat antara Pemohon dan Termohon I, maka sesungguhnya

Termohon I telah melanggar azas kebebasan berkontrak dan

mengesampingkan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata.

24.Bahwa ketentuan yang diatur dalam Pasal 8 ayat (6) Perjanjian Kerja

Sama mengenai hak opsi yang dimiliki Pemohon adalah tidak dapat

ditafsirkan lain karena sudah jelas maksud dan tujuannya di mana

Pemohon memiliki hak opsi untuk memperpanjang masa pengelolaan

selama maksimal 20 (dua puluh) tahun dan untuk menggunakan hal opsi

tersebut Pemohon cukup memberitahukan secara tertulis kepada

Termohon.

25.Bahwa ketentuan Pasal 1342 KUHPerdata yang menyatakan kalau kata-

kata suatu perjanjian jelas, tidaklah diperkenankan untuk menyimpang

daripadanya dengan jalan penafsiran.

26.Bahwa dengan demikian tindakan Termohon II yang mengakomodir

penafsiran Termohon I terhadap suatu undang-undang i.c isi Perjanjian

Kerja Sama yang dimohonkan oleh Termohon I adalah tindakan

pelanggaran undang-undang dan ketentuan hukum yang berlaku. Oleh

karenannya segala pertimbangan hukum dan amar Putusan BANI No.

513 adalah patut dan berdasarkan hukum untuk dibatalkan yakni

pertimbangan hukum halaman 60 paragraf 1 dan 2 yang berbunyi:

“- Menimbang, oleh karena perpanjangan masa pengelolaan UNDERSEA

WORLD INDONESIA sebagaimana dalam Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 dengan alasan sebagaimana

diuraikan melalui pertimbangan-pertimbangan di atas baik menurut

hukum maupun azas keadilan dan kepatutan harus dibuat dalam

perjanjian yang baru di mana menurut hukum layaknya sebuah perjanjian

harus disepakati oleh kedua belah pihak yang membuatnya (Pemohon

dan Termohon), maka Majelis berpendapat opsi perpanjangan masa

pengelolaan UNDERSEA WORLD INDONESIA dalam Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tidak berlaku

secara serta merta atau otomatis, melainkan bersyarat dengan adanya

kesepakatan antara Pemohon dan Termohon dengan cara menuangkan

dalam perjanjian baru.

Halaman 13 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 108: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menimbang bahwa berdasarkan perjanjian yang dibuat para pihak

maka apabila tidak tercapai kesepakatan baru dalam perjanjian

tersebut, maka perjanjian berakhir pada tanggal 6 Juni 2014

sebagaimana yang dinyatakan dalam Permohonan Pemohon

halaman 6 butir 4d yang menyatakan “masa pengelolaan berakhir:

sesuai perjanjian akan berakhir pada tanggal 06 Juni 2014”. Hal

tersebut telah dibenarkan dalam Jawaban Termohon halaman 3

butir 6 yang menyatakan “jangka waktu atau masa pengelolaan

untuk pertama kalinya berlangsung selama 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak dimulai operasi komersil tetapi tidak lebih lama dari

6 (enam) bulan setelah pembangunan seselai. Sesuai dengan

fakta, jangka waktu pengelolaan SEA WORLD dimulai sejak

tanggal 06 Juni 1994 dan karenanya akan berakhir nanti pada

tanggal 06 Juni 2014.”

Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah Memberikan Putusan yang Melebihi

Tuntutan dalam Permohonan Arbitrase

27.Bahwa Amar Putusan BANI NO. 513 adalah melebihi dari apa yang

dimohonkan oleh Pemohon Arbitrase (ultra vires/ultra petita) sehingga

adalah demi hukum jika suatu putusan yang melanggar azas ultra petita

harus dibatalkan. Hal mana sejalan dengan Ketentuan Pasal 643 RV

angka 4 yang menyatakan:

“4. Bila diputuskan tentang sesuatu yang tidak dituntut atau dengan itu

diberikan lebih dari yang dituntut.”

Dan Yurisprudensi Putusan Mahkaah Agung RI No. 77K/SIP/1973

tertanggal 19 September 1973 yang menyatakan:

“Putusan hakim yang melanggar ultra petita harus dibatalkan.”

28.Bahwa dalam Petitum Permohonan Arbitrase yang diajukan oleh PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu

Pemohon Arbitrase, memohon agar Majelis Arbitrase memutus dengan

putusan sebagai berikut:

1. Menyatakan jangka waktu berakhirnya Akta Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21 September

Halaman 14 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 109: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta yakni

pada tanggal 6 Juni 2014.

2. Menyatakan hak opsi perpanjangan dan perubahan Akta Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas UNDERSEA

WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di

Jakarta sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (6) perjanjian tersebut

diartikan bahwa dapat berlaku setelah para pihak sepakat untuk

memperpanjang dan/atau merubah perjanjian.

3. Menyatakan apabila Pemohon tidak sepakat untuk memperpanjang dan/

atau mengubah perjanjian sebagaimana yang dimohonkan Termohon,

maka perjanjian berakhir sesuai dengan jangka waktu perjanjian, yakni

pada tanggal 06 Juni 2014.

4. Menyatakan apabila Pemohon tidak sepakat untuk memperpanjang dan/

atau mengubah perjanjian sebagaimana yang dimohonkan Termohon,

Termohon tunduk dan melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur

dalam Pasal 8 ayat (4) Akta Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman

Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat di

hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta.

5. Menyatakan apabila Pemohon tidak memperpanjang dan/atau

mengubah perjanjian sebagaimana yang dimohonkan Termohon,

Termohon tunduk dan melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur

dalam Pasal 8 ayat (5) Akta Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman

Impian Jaya Ancol No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat di

hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta.

Seluruh petitum dalam Permohonan Arbitrase Pemohon adalah petitum

yang sifatnya declatoir yang artinya amar putusan declatoir adalah putusan

yang menyatakan suatu keadaan yang sah menurut hukum.

29.Bahwa ternyata dalam Putusan BANI No. 513 telah melebihi dari amar

putusan yang dimohonkan oleh Termohon I di mana Termohon II dalam

mengabulkan Permohonan Arbitrase Termohon I menyebutkan dalam

amar putusannya sebagai berikut:

Halaman 15 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 110: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi untuk sebagian.

2. Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan

Hak Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya

Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tanggal 21 September 1992

yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., Notaris di Jakarta, berakhir

pada tanggal 06 Juni 2014.

3. Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang

dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No.

81 tanggal 21 September 1993 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO,

S.H., Notaris di Jakarta, adalah tidak berlaku secara serta merta atau

otomatis, melainkan bersyarat dapat diperpanjang dengan perjanjian

baru yang disepakati Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi.

4. Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan

UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta fasilitas

dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara

Pemeriksaan Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan

oleh Majelis dan Para Pihak kepada Pemohon Konvensi dalam

keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya pada saat

pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni 2014.

5. Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk selebihnya.”

Hal ini jelas-jelas berbeda dengan yang dimohonkan, bahkan melebihi dari

apa yang dimohonkan oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero),

Tbk. i.c Termohon I/dahulu Pemohon Arbitrase dalam Petitumnya di mana

amat Putusan BANI No. 513 adalah bersifat condemnatoir atau putusan

yang bersifat menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi.

30.Bahwa petitum permohonan yang dimohonkan oleh Termohon I

merupakan petitum amar yang sifatnya declatoir. Namun Termohon II

telah bertindak melebihi apa yang dimintakan dengan memutus dengan

amar putusan yang sifatnya menghukum (condemnatoir), maka jelas

Halaman 16 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 111: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

amar Putusan BANI No. 513 adalah melebihi dari apa yang dimintakan

oleh Pemohon Arbitrase.

31.Bahwa hal ini jelas melanggar keadilan dan kepatutan dalam memutus

Perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013 sebagaimana disyaratkan dalam

Pasal 56 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa yang berbunyi:

“(1) Arbiter atau Majelis Arbitrase mengambil putusan berdasarkan

ketentuan hukum atau berdaarkan keadilan dan kepatutan.”

32.Bahwa dengan Termohon II memutuskan melebihi dari apa yang

dimohonkan (ultra petita), hal ini jelas menguntungkan PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. i.c Termohon I/dahulu

Pemohon Arbitrase.

Bahwa dengan demikian besar indikasi pemeriksaan Perkara No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 ini sejak awal telah berlangsung secara tidak independen, memihak,

dan penuh tipu muslihat yang bertujuan untuk merugikan kepentingan hukum

dan hak-hak Pemohon.

Bahwa berdasarkan dalil-dalil Pemohon tersebut di atas, maka kami

mohon kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara untuk

membatalkan Putusan Arbitrase BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5

Juni 2014 dan kiranya memberikan putusan pembatalan dengan amar sebagai

berikut:

1. Menyatakan menerima dan mengabulkan Permohonan Pemohon.

2. Menyatakan Putusan Arbitrase BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 tidak mencerminkan rasa keadilan dan

kepatutan

3. Menyatakan Putusan Arbitrase BANI No. 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 adalah batal demi hukum.

4. Menetapkan semua ongkos perkara yang timbul dari permohonan ini

sepenuhnya ditanggung oleh Pemohon.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, para

pihak berperkara datang menghadap masing-masing kuasa hukumnya tersebut

di atas;

Halaman 17 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 112: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa terhadap permohonan dari Pemohon tersebut,

Termohon I dan Termohon II telah memberikan jawaban yang pada pokoknya

sebagai berikut:

I. JAWABAN TERMOHON I

DALAM EKSEPSI

PEMOHON TIDAK LAGI MEMILIKI KAPASITAS HUKUM ATAU KEDUDUKAN

HUKUM (LEGAL STANDING) DALAM PENGAJUAN PERMOHONAN

PEMBATALAN PUTUSAN BANI DIKARENAKAN AKTA NO. 81 TERTANGGAL

21 SEPTEMBER 1992 TELAH BERAKHIR DEMI HUKUM PADA TANGGAL 16

JUNI 2014

1. Bahwa antara Pemohon dan Termohon I telah ditandatangani

kesepakatan yang dituangkan dalam Akta Nomor 81 tertanggal 21

September 1992 tentang Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak atas Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya

Ancol yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S.H., notaris yang

berkedudukan di Jakarta (untuk selanjutnya disebut dengan “Akta No.

81/1992”). Kesepakatan mana pada intinya berisi mengenai

pembangunan sarana rekreasi yang diberi nama UNDERSEA WORLD

yang terletak di Taman Impian Jaya Ancol. Hal mana ditegaskan dalam

Pasal 1 ayat (1) Akta No. 81/1992 yang berbunyi:

“Objek perjanjian ini ialah Pembangunan Sarana Hiburan/Rekreasi yang

diberi nama “Undersea World”, lengkap dengan fasilitas-fasilitas

penunjangnya, Pengelolaan setelah selesainya Pembangunan, dan

Pengalihan Hak setelah selesainya Pengelolaan selanjutnya dalam

Perjanjian ini cukup disebut Proyek yang akan dibangun di dalam kawasan

Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.”

2. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Akta No. 81/1992 termaksud, jelas

sudah kiranya mengenai unsur-unsur yang termuat di dalam

kesepakatan para pihak, dalam hal ini Pemohon dan Termohon I, yaitu

terkait objek perjanjian para pihak adalah:

a. Pembangunan Sarana Hiburan/Rekreasi yang diberi nama

“Undersea World”, lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya,

b. Pengelolaan setelah selesainya Pembangunan, dan

c. Pengalihan Hak setelah selesainya Pengelolaan.

Halaman 18 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 113: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Bahwa mengenai masa pengelolaan UNDERSEA WORLD menurut

Akta No. 81/1992 adalah tidak berlangsung secara terus menerus atau

selamanya, melainkan dibatasi oleh jangka waktu tertentu, yaitu

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (2) Akta No. 81/1992.

Pasal 8 ayat (2) Akta No. 81/1992 secara tegas menyatakan:

“Jaya Ancol dan LTN sepakat serta setuju bahwa masa pengelolaan ini

berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak dimulai

operasi komersial tetapi tidak lebih lama dari 6 (enam) bulan setelah

pembangunan selesai seperti diuraikan pada Pasal 4 ayat (3).”

4. Bahwa ketentuan mengenai pengelolaan sebagaimana tersebut dalam

angka 4 (enpat) kembali ditegaskan pada Pasal 8 ayat (3) Akta No.

81/1992. Pasal 8 ayat (3) Akta No. 81/1992 termaksud menegaskan

tentang masa pengelolaan oleh PT. SEA WORLD INDONESIA berakhir

dalam hal atau apabila terjadi peristiwa-peristiwa hukum sebagai

berikut:

a. Berakhir dengan sendirinya setelah lewatnya jangka waktu

berlakunya Perjanjian,

b. Jaya Ancol dan LTN telah sepakat dan setuju untuk mengakhiri

Perjanjian, atau

c. Salah satu pihak mengakhirinya sebagai akibat pihak yang lalai tidak

memperbaiki kelalaiannya.

5. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (3) huruf a Akta No. 81/1992

termaksud di atas, semakin tegas kiranya, yaitu adanya pembatasan

masa pengelolaan UNDERSEA WORLD. Masa pengelolaan

UNDERSEA WORLD oleh PT. SEA WORLD INDONESIA (d/h PT.

LARAS TROPIKA NUSANTARA – LTN) tidaklah berlangsung terus-

menerus, apalagi selamanya, melainkan dibatasi untuk jangka waktu 20

(dua puluh) tahun. Dalam hal masa 20 (dua puluh) tahun telah

terpenuhi, maka dengan sendirinya pengelolaan UNDERSEA WORLD

oleh Pemohon telah pula secara otomatis berakhir.

6. Bahwa tanggal berakhirnya jangka waktu atau masa pengelolaan

UNDERSEA WORLD selama 20 (dua puluh) tahun oleh Pemohon

berdasarkan Akta No. 81/1992, adalah berakhir terhitung sejak tanggal

6 Juni 2014. Oleh karena itu, kembali berdasarkan ketentuan Pasal 8

Halaman 19 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 114: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ayat (2) Akta No. 81/1992 jo. Pasal 8 ayat (2) Akta No. 81/1992, masa

pengelolaan UNDERSEA WORLD oleh Pemohon telah berakhir secara

otomatis atau telah berakhir dengan sendirinya dikarenakan telah

lewatnya jangka waktunya perjanjian antara Pemohon dengan

Termohon I.

7. Bahwa dikarenakan telah berakhirnya masa pengelolaan UNDERSEA

WORLD oleh Pemohon, maka berlakulah ketentuan pada Pasal 13 ayat

(14) Akta No. 81/1992, yaitu mengenai kewajiban dari Pemohon untuk

menyerahkan kembali tanah beserta proyek dan fasilitas-fasilitas yang

ada pada UNDERSEA WORLD dalam keadaan lengkap dan berfungsi

baik kepada Termohon I.

8. Bahwa adanya peristiwa hukum telah berakhir demi hukum perjanjian

Akta No. 81/1992 antara Pemohon dan Termohon I pada tanggal 6 Juni

2014, jelas kiranya Pemohon tidak lagi memiliki kedudukan hukum

(legal standing) untuk mengajukan pembatalan Putusan BANI pada

persidangan permohonan perkara perdata ini. pemohon terhitung sejak

tanggal 6 Juni 2014 berkewajiban untuk menyerahkan kembali tanah

beserta proyek dan fasilitas-fasilitas yang ada pada UNDERSEA

WORLD dalam keadaan lengkap dan berfungsi baik kepada Termohon

I sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 13 ayat (14) Akta No.

81/1992, dan bukan lagi mengajukan permohonan pembatalan Putusan

BANI pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

9. Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah kami uraikan di atas dalam

bagian eksepsi ini, kiranya benar dan nyata Pemohon tidak lagi memiliki

kedudukan hukum atau alas hak yang sah untuk mengajukan

Permohonan Pembatalan Putusan BANI di Pengadilan Negeri Jakarta

Utara ini dan tentunya memberikan alasan kepada Termohon I untuk

meminta kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara guna menyatakan

permohonan Pemohon ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak

dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA

10. Bahwa Termohon I menolak, membantah, dan menyangkal seluruh dalil

yang dikemukakan oleh Pemohon dan Surat Permohonan Pembatalan

Halaman 20 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 115: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Putusan Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 sebagaimana yang

diajukan oleh Pemohon dalam suratnya tertanggal 23 Juli 2014 dan

telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Neger Jakarta Utara pada

tanggal 24 Juli 2014 dalam register No. 305/PDT-G/BANI/2014, kecuali

mengenai hal-hal yang diakui secara tegas dan tertulis oleh Termohon

I. hal-hal yang telah diuraikan pada bagian Eksepsi di atas, mohon

dianggap sebagai satu kesatuan dan tidak terpisahkan dari jawaban

dalam pokok perkara.

11. Bahwa yang menjadi pokok permasalahan antara Pemohon dan

Termohon I pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah

mengenai penafsiran perpanjangan masa pengelolaan UNDERSEA

WORLD INDONESIA sebagamana diatur dalam Pasal 8 ayat (6) Akta

No. 81/1992, yang berbunyi:

“LTN mempunyai opsi untuk memperpanjang masa pengelolaan selama

maksimal 20 (dua puluh) tahun lagi dan untuk keperluan itu LTN harus

memberitahukan secara tertulis kepada Jaya Ancol dalam waktu sekurang-

kurangnya 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa perjanjian ini dan

untuk perpanjangan pengelolaan tersebut, akan dibuatkan perjanjian yang

baru dengan ketentuan-ketentuan yang didasarkan atas perjanjian ini,

kecuali mengenai hasil penjualan karcis/tanda masuk proyek akan berlaku

ketentuan Pasal 9 ayat (3) Perjanjian ini.”

12. Bahwa pada tanggal 11 Maret 2011 Termohon I telah menerima surat

dari Pemohon. Surat mana diberi Nomor: 14/SWI-YES/III/2011 perihal

Permohonan Perpanjangan BOT No. 81 tanggal 21 September 1992

(“BOT”). Surat mana pada intinya berisi permintaan perpanjangan

jangka waktu pengelolaan dengan disertai usulan Pemohon untuk:

a. Perpanjangan masa pengelolaan, dari semula 20 (dua puluh) tahun

menjadi 30 (tiga puluh) tahun.

b. Penurunan pembayaran imbalan atas hasil pengelolaan, dari semula

5% (lima persen) menjadi 3% (tiga persen).

c. Penurunan seluruh pendapatan penjualan, dari semula 6% (enam

persen) menjadi 5% (lima persen).

Halaman 21 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 116: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

d. Penyesuaian pemberian bank garansi, dari semula sebesar imbalan

selama 12 (dua belas) bulan berakhir, menjadi 6 (enam) bulan

berakhir.

e. Penggantian lembaga penyelesaian perselisihan, dari semula badan

arbitrase menjadi Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

13. Bahwa kembali diterima oleh Termohon I surat No. 11/SWI-YES/

III/2012 perihal Permohonan Perpanjangan Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas Undersea World Indonesia di

Taman Impian Jaya Ancol No. 81 tertanggal 21 September 1992

(“perjanjian kerja sama”). Surat mana pada intinya berupa penegasan

mengenai keinginan dari Pemohon untuk meminta:

a. Perpanjangan masa pengelolaan, dari semula 20 (dua puluh) tahun

menjadi 30 (tiga puluh) tahun.

b. Penurunan pembayaran imbalan atas hasil pengelolaan, dari semula

5% (lima persen) menjadi 3% (tiga persen).

c. Penurunan seluruh pendapatan penjualan, dari semula 6% (enam

persen) menjadi 5% (lima persen).

d. Penyesuaian pemberian bank garansi, dari semula sebesar imbalan

selama 12 (dua belas) bulan berakhir, menjadi 6 (enam) bulan

berakhir.

e. Penggantian lembaga penyelesaian perselisihan, dari semula badan

arbitrase menjadi Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

14. Bahwa jelas kiranya, Pemohon telah tidak memahami keseluruhan isi

dari Akta No. 81/1992, terutama Pasal 1 ayat (1) Akta No. 81/1992,

yang berbunyi:

“Objek perjanjian ini ialah Pembangunan Sarana Hiburan/Rekreasi yang

diberi nama “Undersea World”, lengkap dengan fasilitas-fasilitas

penunjangnya, Pengelolaan setelah selesainya Pembangunan, dan

Pengalihan Hak setelah selesainya Pengelolaan selanjutnya dalam

Perjanjian ini cukup disebut Proyek yang akan dibangun di dalam kawasan

Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.”

15. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Akta No. 81/1992 termaksud, jelas

sudah kiranya mengenai unsur-unsur yang termuat di dalam

Halaman 22 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 117: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kesepakatan para pihak, dalam hal ini Pemohon dan Termohon I, yaitu

terkait objek perjanjian para pihak adalah:

a. Pembangunan Sarana Hiburan/Rekreasi yang diberi nama

“Undersea World”, lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya,

b. Pengelolaan setelah selesainya Pembangunan, dan

c. Pengalihan Hak setelah selesainya Pengelolaan.

16. Bahwa semakin terlihat jelas adanya ketidakpahaman dari Pemohon

atas Akta No. 81/1992. Akta No. 81/1992 tegas berjudul Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas Undersea World

Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol. Perjanjian jenis ini adalah

perjanjian yang biasa dikenal dengan istilah built, operate, and transfer

atau biasa disingkat BOT yang dalam Bahasa Indonesia sering

diterjemahkan dengan istilah Bangun Guna Serah.

17. Bahwa keinginan dari Pemohon yang ingin secara terus menerus

bahkan meminta jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun untuk tetap

mengelola dengan dasar melanjutkan Akta No. 81/1992 jelas telah

bertentangan dengan maksud dari judul itu sendiri, yaitu Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak atas Undersea World

Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol. Pemohon haruslah

berdasarkan perjanjian membangun, kemudian mengelola, lalu

menyerahkan kepada Tremohon I dan apabila hendak memperpanjang,

maka dibuatlah perjanjian baru yang biasa dikenal dengan nama

perjanjian pengelolaan.

18. Bahwa namun demikian, dikarenakan persidangan ini hanyalah

mengenai pembatalan permohonan Putusan BANI, maka tentu tidak

pada tempatnya Termohon I kemblai mengulang apa yang telah

diperiksa dan diputus oleh BANI sebagaimana dinyatakan dalam

Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/

ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2013.

19. Bahwa mengenai pembatalan putusan arbitrase telah diatur dalam

Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa (untuk selanjutnya disebut “UU No. 30/1999”)

pada Bab VII Pasal 70 yang menyatakan:

BAB VIII

Halaman 23 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 118: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE

Pasal 70

Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan

pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur

senagai berikut:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam peemriksaan, setelah

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau

c. Putusan diambil dari hasil tipu musihat yang dilakukan oleh salah

satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

20. Bahwa selanjutnya, berdasarkan ketentuan pada Paal 70 UU No.

30/1999 termaksud, yang dijadikan dasar oleh Pemohon untuk meminta

pembatalan Putusan BANI adalah terkait Pasal 70 huruf b dan c, yaitu

Pemohon menganggap telah menemukan dokumen yang bersifat

menentukan yang disembunyikan oleh pihak Termohon I dan

selanjutnya Pemohn menganggap telah terjadi tipu muslihat yang

dilakukan oleh Termohon I dalam proses pengambilan keputusan di

BANI.

21. Bahwa kemudian setelah memperhatikan positium dalam surat

permohonan Pemohon, ternyata yang dianggap “dokumen yang bersifat

menentukan yang disembunyikan Termohon I” dan “tipu muslihat yang

dilakukan oleh Termohon I” adalah didasarkan adanya hal-hal sebagai

berikut:

a. Adanya bukti berita dari situs hukumonline.com tertanggal 6 Maret

2009 yang menyebutkan Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H.

dari kantor Advokat Gani Djemat & Partners (vide surat permohonan

Pemohon halaman 7).

b. Adanya tipu muslihat Termohon I (dahulu Pemohon Arbitrase)

menunjuk Termohon II sebagai arbiter Termohon I sedangkan Saksi

Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.H. memiliki hubungan/afiliasi

dengan Termohon II (vide surat permohonan Pemohon halaman 9).

22. Bahwa berdasarkan 2 (dua) dalil yang diajukan oleh Pemohon dalam

permohonannya untuk membatalkan Putusan BANI termaksud, jelas-

Halaman 24 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 119: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

jelas sangat mengada-ada dan terkesan dibuat-buat hanya untuk

memperlambat proses pengalihan hak UNDERSEA WORLD sesuai

dengan kesepakatan dalam Akta No. 81/1992. Tidaklah mungkin

Termohon I menyembunyikan dokumen yang bersifat menentukan

sedangkan dokumen tersebut adalah berita dari situs hukumonline.com

tertanggal 6 Maret 2009 yang menyebutkan Saksi Ahli M. E. ELIJANA

TANSAH, S.H. dari kantor Advokat Gani Djemat & Partners (vide surat

permohonan Pemohon halaman 7).

23. Bahwa cukup dengan melihat unsur Pasal 70 huruf b UU No. 30/1999,

yaitu unsur “yang disembunyikan oleh pihak lawan” dalil dari Pemohon

sudah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Situs

hukumonline.com adalah situs yang terbuka untuk umum dan sangat

tidak mungkin dapat disembunyikan oleh Termohon II bahkan dalam

persidangan ini jelas-jelas Termohon I dapat dengan mudah

menemukan informasi tersebut melalui internet.

24. Bahwa kemudian pun mengenai dalil kedua dari Pemohon yang

menyatakan adanya tipu muslihat di mana Termohon I menunjuk

Termohon II untuk menyelesaikan pokok sengketa/permasalahan

adalah memang sudah sesuai dengan amanat pada Akta No. 81/1992,

yaitu Pasal 23 ayat (2) yang menyatakan:

Pasal 23

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(2) Apabila sengketa, perselisihan, atau perbedaan tidak dapat diselesaikan

dengan musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, maka salah

satu pihak berhak memberitahukan pada pihak lainnya bahwa sengketa

akan diselesaikan melalui arbitrase.

Pemberitahuan dari satu pihak kepada pihak lainnya secara tertulis tersebut

disebut pemberitahuan arbitrase, maka hal tersebut akan diselesaikan

melalui arbitrase dalam Bahasa Indonesia yang diadakan di Jakarta,

Indonesia berdasarkan ketentuan BANI.

Dalam jangka waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal

pemberitahuan arbitrase, masing-masing pihak akan mengangkat 1 (satu)

arbiter. Kedua arbiter yang diangkat secara demikian akan mengangkat

arbiter ketiga dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal

Halaman 25 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 120: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemberitahuan arbitrase. Dan jika kedua arbiter yang diangkat tidak dapat

mencapai persetujuan mengenai pengangkatan arbiter ketiga, maka arbiter

ketiga tersebut akan diangkat oleh Ketua BANI, dan selanjutnya ketiga

arbiter tersebut akan merupakan dewan arbitrase.

25. Bahwa berdasarkan Pasal 23 ayat (2) Akta No. 81/1992 dalam hal

adanya perselisihan memang harus diselesaikan melalui Termohon II

dan bukan melalui instansi atau lembaga peradilan yang lain. Hal ini

adalah kesepakatan Pemohon dan Termohon I dan oleh karenanya

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

26. Bahwa mengenai dalil-dalil lain yang diajukan oleh Pemohon dalam

permohonan pembatalan Putusan BANI a quo, tidaklah perlu untuk

dibahas oleh Termohon I dalam persidangan ini. dikarenakan seluruh

hal terkait pemeriksaan pokok perkara sengketa/permasalahan

mengenai hak opsi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (6)

Akta No. 81/1992, telah dibahas secara mendalam dalam suatu

persidangan arbitrase yang telah dilangsungkan dan telah pula

diberikan putusan. Pun terkait dalil-dalil dari Pemohon yang lain,

bukanlah dalil yang dapat dibenarkan oleh Pasal 70 UU No. 30/1999.

27. Bahwa dengan kerendahan hati, izinkanlah Termohon I menyampaikan

ketentuan dalam Pasal 11 ayat 92) UU No. 30/1999 yang menyatakan

Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di

dalam pembahasan mengenai pokok permasalahan atau sengketa

yang telah ditetapkan melalui arbitrase. Pasal mana berbunyi:

Pasal 11

(2) Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di

dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase,

kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.

28. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka jelas sudah kiranya

dalil-dalil dari Pemohon yang dengan segala upaya berusaha

mengarahkan pemeriksaan kembali atas pokok perkara sengketa atau

permasalahan antara Pemohon dengan Termohon I, tidaklah dapat

dijadikan dasar untuk pembatalan suatu putusan BANI, dalam hal ini

Putusan Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014.

Halaman 26 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 121: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan oleh Termohon I

sebagaimana yang telah dinyatakan dalam surat Jawaban ini, baik pada bagian

Eksepsi maupun dalam Pokok Perkara, maka Termohon I mohon kiranya

kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini berkenan menjatuhkan

putusan dengan amar sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

1. Menerima dan mengabulkan eksepsi dari Termohon I untuk seluruhnya.

2. Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvankelijk

verklaard).

3. Menghukum Pemohon untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini.

DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

2. Menghukum Pemohon untuk membayar segala biaya yang timbul dalam

perkara ini.

ATAU

Apabila Majelis Hakim yang mulia berpendapat lain, Termohon I mohon

putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono) demi keadilan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa)

II. JAWABAN TERMOHON II

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa Termohon II menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Pemohon di

dalam Permohonannya kecuali mengenai dalil-dalil Pemohon yang oleh

Termohon II akui secara tegas akan kebenarannya dalam Jawaban ini.

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

2. Bahwa antara Pemohon dan Termohon I telah mengadakan perjanjian

sebagaimana termuat dalam Perjanjian Pembnagunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak atas Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya

Ancol. Termuat dalam Akta Nomor 81 tanggal 21 September 1992 dibuat

dibuat di hadapan SUTJIPTO, S. H., notaris di Jakarta (“Perjanjian”).

3. Selanjutnya terjadi perselisihan di antara Pemohon dan Termohon I

mengenai pelaksanaan Perjanjian, di mana Pemohon (dahulu Termohon

Arbitrase) berpendapat memiliki hak opsi untuk memperpanjang Perjanjian

Halaman 27 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 122: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan melakukan perubahan Perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 8

ayat (2) jo. Ayat (6) Perjanjian. Terkait hal tersebut, Termohon I (dahulu

Pemohon Arbitrase) kemudian menempuh upaya hukum mengajukan

permohonan arbitrase kepada Pemohon (dahulu Termohon Arbitrase)

melalui BANI dan terdaftar dalam register perkara No: 513/IV/ARB-

BANI/2013.

4. Atas permohonan arbitrase yang diajukan Termohon I (dahulu Pemohon

Arbitrase) tersebut, Majelis Arbitrase perkara No: 5/IV/ARB-BANI/2013

telah memberikan amar putusan sebagai berikut:

MEMUTUSKAN:

DALAM KONVENSI

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Termohon Konvensi untuk seluruhnya.

Dalam Pokok Perkara

Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi untuk sebagian.Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tanggal 21 September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S. H., Notaris di Jakarta, berakhir pada tanggal 06 Juni 2014.Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tanggal 21 September 1993 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S. H., Notaris di Jakarta, adalah tidak berlaku secara serta merta atau otomatis, melainkan bersyarat dapat diperpanjang dengan perjanjian baru yang disepakati Pemohon Konvensi dan Termohon Konvensi.Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta fasilitas dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan oleh Majelis dan Para Phak kepada Pemohon Konvensi dalam keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya pada saat pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni 2014.Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk selebihnya.

DALAM REKONVENSIMenolak Permohonan Rekonvensi dari Pemohon Rekonvensi/Termohon

Konvensi seluruhnya.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

Halaman 28 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 123: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menghukum Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi dan Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi membayar biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi masing-masing seperdua bagian.Memerintahkan Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk mengembalikan ½ (seperdua) biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi, yaitu sebesar Rp 261.900.000,- (dua ratus enam puluh satu juta sembilan ratus ribu rupiah) kepada Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi.Menghukum Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk membayar biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Rekonvensi sebesar Rp 523.800.000,- (lima ratus dua puluh tiga juta delapan ratus ribu rupiah) untuk seluruhnya.Menghukum Pemohon dan Termohon untuk melaksanakan putusan ini selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak putusan diucapkan.Menyatakan putusan ini putusan dalam tingkat pertama dan terakhir serta mengikat kedua belah pihak.Memerintahkan Sekretaris Majelis dalam perkara ini mendaftarkan Putusan Arbitrase tersebut pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada waktu sesuai yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Namun demikian, Pemohon ternyata tidak puas dengan putusan Majelis

Arbitrase No: 513/IV/ARB-BANI/2013 di atas dan kemudian mengajukan

permohonan pembatalan putusan arbitrase tersebut dalam perkara a quo.

ALASAN YANG DIPAKAI PEMOHON UNTUK MEMBATALKAN PUTUSAN

ARBITRASE TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 70 UU

ARBITRASE

5. Setelah memeriksa dan meneliti dalil-dalil yang digunakan Pemohon pada

perkara a quo, terus terang Termohon II sedikit bingung dengan substansi

Permohonan Pemohon karena alasan-alasan yang dipakai Pemohon untuk

mengajukan Permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase No: 513/IV/ARB-

BANI/2013 dengan mendasarkannya kepada alasan-alasan sebagai

berikut:

a. Pemohon menemukan dokumen yang sifatnya menentukan di mana

dokumen ini menunjukan adanya afiliasi antara saksi ahli yang diajukan

Termohon I (dahulu Pemohon Arbitrase) dengan slaah satu arbiter yang

mempengaruhi Putusan BANI No: 513/IV/ARB-BANI/2013 sebagaimana

dimaksud ketentuan Pasal 70 huruf b UUAAPS (vide halaman 6 sampai

8 Permohonan).

Halaman 29 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 124: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b. Putusan Arbitrase No: 513/IV/ARB-BANI/2013 patut diduga diambil dari

tipu muslihat dari pihak Termohon I (dahulu Pemohon Arbitrase)

sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 70 huruf c UUAAPS (vide

halaman 9 sampai 10 Permohonan).

c. Majelis Termohon II telah melakukan kekeliruan nyata dalam memutus

perkara terkait penggunaan dasar hukum pengambilan keputusan (vide

halaman 10 sampai 12 Permohonan).

d. Putusan Arbitrase No: 513/IV/ARB-BANI/2013 telah melanggar azas

kebebasan berkontrak dan hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal

1320 KUHPerdata (vide halaman 25 sampai 26 Permohonan).

e. Termohon II selaku Majelis Pemutus telah memberikan putusan yang

melebihi tuntutan dalam permohonan arbitrase (vide halaman 16 sampai

20 Permohonan).

6. Terkait alasan-alasan yang dipakai Pemohon untuk membatalkan Putusan

Arbitrase No: 513/IV/ARB-BANI/2013 di atas, tampak jelas bahwa

Pemohon memang benar-benar tidak mengerti atau pura-pura tidak

mengerti mengenai persyaratan pembatalan suatu putusan arbitrase

sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 70 UUAAPS. Berikut Termohon II

kutip ketentuan tersebut:

Pasal 70 UUAAPS

Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan

pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam peemriksaan, setelah

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau

c. Putusan diambil dari hasil tipu musihat yang dilakukan oleh salah

satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Berdasarkan ketentuan Pasal 70 UUAAPS di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwasanya alasan-alasan yang dapat digunakan oleh para pihak yang

bersengketa untuk mengajukan permohonan pembatalan arbitrase demi

hukum telah dibatasai secara limitatif. Dengan kata lain, pemohon

pembatalan dapat memilih/memutuskan alasan apa yang hendak dipakai

Halaman 30 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 125: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

untuk membatalkan putusan arbitrase tersebut. Namun alasan-alasan

tersebut hendaknya tidak boleh melenceng daripada yang apa-apa

digariskan dalam ketentuan Pasal 70 (poin a, b, dan c) UUAAPS.

7. Dengan demikian, sangat jelas dan nyata bahwasanya di samping

menggunakan alasan “dokumen yang disembunyikan” dan “tipu muslihat

yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam proses pemeriksaan perkara

No: 513/IV/ARB-BANI/2013 di dalam Permohonannya”, Pemohon dengan

sangat berani telah melakukan asumsi sedemikian jauh tanpa disertai

dasar hukum yang jelas dengan menganggap pembatalan putusan

arbitrase dapat dilakukan di luat alasan sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 70 UUAAPS yang mana seluruh alasan tersebut di atas tidak

satupun merupakan alasan yang sah untuk membatalkan suatu putusan

arbitrase sebagaimana yang diatur dalam Pasal 70 UUAAPS sehingga

Permohonan dalam perkara a quo nyata-nyata adalah tidak berdasarkan

hukum dan tentu saja mengada-ada.

Alasan-alasan sebagaimana yang diuraikan Termohon II di atas diperkuat

oleh putusan-putsan Mahkamah Agung RI sebagai berikut:

1). Putusan Mahkamah Agung RI No. 729K/PDT.SUS/2008 tanggal 30

Maret 2009 dengan susunan Majelis H. Abdul Kadir Mappong, S. H.;

Dirwoto, H., S. H.; Mieke Komar, Prof., Dr., S. H., M. CL yang

menyatakan sebagai berikut:

Bahwa Judex Facti yang membatalkan putusan BANI a quo tanpa

memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 70 Undang-undang

No. 30 Tahun 1999 telah salah menerapkan hukum sebab alasan

pembatalan putusan arbitrase sebagaimana diatur dalam Pasal 70

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa tersebut telah rinci secara limitatif sebagai

berikut:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam peemriksaan, setelah

putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang sengaja disembunyikan oleh pihak lawan; atau

c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah

satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Halaman 31 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 126: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1). Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung RI No.

729K/PDT.SUS/2008 di atas kemudian sejalan dengan Putusan

Mahkamah Agung No. 268K/Pdt.Sus/2012 pada halaman 38 yang

menyatakan:

“Bahwa telah benar bahwa suatu putusan arbitrase hanya dapat

dibatalkan apabila terpenuhi unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Pasal 70 Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase”.

2). Putusan Mahkamah Agung No. 146K/Pdt.Sus/2012 pada halaman 34

yang menyatakan:

“Bahwa alasan-alasan banding tersebut dapat dibenarkan oleh karena

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat salah menerapkan hukum dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa untuk membatalkan putusan arbitrase (Undang-undang No.

30 Tahun 1999 Pasal 70) telah menentukan secara limitatif sedangkan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat membatalkan putusan arbitrase BANI

berdasarkan alasan-alasan di luar ketentuan Pasal 70 tersebut ....

Hal ini juga diperkuat oleh Surat Edaran Mahkamah Agung (“SEMA”) No.

10/BUA.6/HS/SP/IX/2012 tertanggal 12 September 2012 yang merupakan

hasil rapat kamar perdata hakim-hakim agung MARI yang diselenggarakan

pada tanggal 14 s/d 16 Maret 2011 di Hotel Aryaduta Tangerang di mana

pada halaman 81 angka 2 telah disebutkan bahwa ketentuan Pasal 70

(dengan Penjelasan) tentang alasan pembatalan putusan arbitrase

domestik yang bersifat limitatif tidak bisa disimpangi dan tidak bisa tidak,

harus merujuk kepada Pasal 70 UUAAPS beserta Penjelasannya.

Selain dan selebihnya, quodnon apabila dalil Pemohon yang menyatakan

bahwa upaya pembatalan putusan arbitrase dapat ditempuh dengan

menggunakan alasan di luat ketentuan Pasal 70 UUAAPS, maka hal

tersebut justru tidak selaras dengan Penjelasan Pasal 70 UUAAPS yang

mensyaratkan bahwa alasan yang dipakai untuk membatalkan suatu

putusan arbitrase harus (tidak bisa tidak) didasarkan pada suatu putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Berikut isi Penjelasan Pasal 70

UUAAPS tersebut:

Penjelasan Pasal 70 UUAAPS

Halaman 32 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 127: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Permohonan pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan

arbitrase yang sudah didaftarkan di pengadilan. Alasan-alasan

permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan

dengan putusan pengadilan. Apabila pengadilan menyatakan bahwa

alasan-alasan tersebut terbukti atau tidak terbukti, maka putusan

pengadilan ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi hakim

untuk mengabulkan atau menolak permohonan.

Yang mana hal ini telah didukung dengan beberapa ptusan Mahkamah

Agung RI sebagai berikut:

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 21 Januari 2008 No. 855K/

PDT.SUS/2008 yang dengan susunan Majelis DR. Harifin A. Tumpa, S.

H., M. H., sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M. S.;

dan DR. H. Muchsin, S. H., masing-masing sebagai anggota Majelis.

Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena

pertimbangan Pengadilan Negeri telah tepat dan benar;

Bahwa permohonan ini prematur sebab harus dibuktikan lewat putusan

pengadilan terlebih dahulu adanya tipu muslihat/kebohongan (bukan

hanya tafsir dari salah satu pihak) vide bukti Pasal 70 Undang-undang

No. 30 Tahun 1999.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 30 Maret 2009 No. 729K/

PDT.SUS/2008 dengan susunan Majelis H. Abdul Kadir Mappong, S.

H., sebagai Ketua Majelis; Dirwoto, H., S. H. dan Mieke Komar, Prof.,

Dr., S. H.; M. CL masing-masing sebagai anggota Majelis. Kaidah

hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan permohonan pembatalan yang disebut dalam

Pasal 70 tersebut harus dibuktikan dengan putusan pengadilan (dalam

perkara pidana) dan di luar alasan tersebut, permohonan pembatalan

harus dinyatakan tidak dapat diterima.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 25 Mei 2010 No. 16K/

PDT.SUS/2010, dengan susunan Majelis Dr. H. Mohammad Saleh, S.

H., M. H., sebagai Ketua Majelis; H. Mahdi Soroinda Nasution, S. H., M.

Hum. dan Djafni Djamal, S. H., masing-masing sebagai anggota

Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Halaman 33 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 128: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali tidak dapat dibenarkan

karena putusan Judex Juris yang mneguatkan Judex Facti sudah tepat

dan benar dengan pertimbangan sebagai berikut:

Pembatalan putusan arbitrase adalah berdasarkan ketentuan Pasal

70 Undang-undang No. 30 Tahun 1999, yaitu antara lain: dokumen

yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan

dinyatkan palsu atau ditemukan dokumen yang bersifat menentukan

atau putusan diambil dari hasil tipu muslihat.

Untuk membuktikan hal-hal tersebut tentunya pihak lawan yang

bersengketa/pihak lain yang berhubungan dengan surat yang

dianggap palsu tersebut harus diikutkan dengan perkara tersebut.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 24 Februari 2010 No. 109K/

PDT.SUS/2010, dengan susunan Majelis DR. Harifin A. Tumpa, S. H.,

M. H., sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M. S.; dan

DR. H. Muchsin, S. H., masing-masing sebagai anggota Majelis. Kaidah

hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena

Judex Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan

sebagai berikut:

Bahwa permohonan pembatalan yang diajukan oleh pemohon banding

didasarkan pada adanya tipu muslihat yang dilakukan oleh termohon

banding. Akan tetapi ternyata pemohon banding tiak dapat

membuktikan adanya tipu muslihat tersebut dan tidak pula disertai

dengan bukti berupa putusan pidana yang mneyatakan telah terjadi tipu

muslihat yang dilakukan oleh termohon banding sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 70 Undang-undang No. 30 Tahun 1999.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 29 Nopember 2010 No. 126K/

PDT.SUS/2010 dengan susunan Majelis Prof. DR. H. Muchsin, S. H.,

sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M. S.; dan H.

Muhammad Taufik, S. H., M. H., masing-masing sebagai anggota

Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan dan pertimbangan Judex Juris dalam membatalkan

putusan judex facti dengan dasar tidak terpenuhinya ketentuan Pasal

70 Undang-undang tentang Arbitrase sebagai syarat secara limitatif

Halaman 34 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 129: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

secara rinci adalah sudah benar dalam penerapan hukum di mana

permohonan peninjauan kembali sebagai pemohon pengajuan

permohonan pembatalan tidak dapat membuktikan bahwa putusan

BANI telah melangar salah satu ketentuan Pasal 70 Undang-undang

tentang Arbitrase yang dibuktikan oleh adanya putusan pengadilan.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 21 Desember 2011 No. 641K/

PDT.SUS/2011 dengan susunan Majelis Prof. Dr. Mieke Komar, S. H.,

M. CL sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M. S.; dan

H. Syamsul Ma’arif, S. H., LL. M., Ph. D., masing-masing sebagai

anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan pembatalan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI) No. 345/IV/ARB-BANI/2010 tanggal 14 Oktober 2010 yang

diajukan trebanding tidak memenuhi ketentuan Pasal 70 Undang-

undang tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa di

mana di dalam Penjelasannya dengan tegas disebutkan bahwa alasan

harus dikuatkan dengan adanya putusan pengadilan.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 12 Januari 2012, No. 231K/

PDT.SUS/2012 dengan susunan Majelis Prof. Dr. Mieke Komar, S. H.,

M. CL sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M. S.; dan

Dr. H. Abdurrahman, S. H., M. H., masing-masing sebagai anggota

Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 70 Undang-undang No. 30

Tahun 1999 ditegaskan bahwa ketentuan a s/d c harus dibuktikan

dengan putusan pengadilan. Oleh karena alasan pembatalan Pasal 70

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tidak dibuktikan dengan putusan

pengadilan, maka permohonan pembatalan/gugatan tidak terbukti.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 21 Maret 2012 No. 39K/

PDT.SUS/2012 dengan susunan Majelis Prof. Dr. Mieke Komar, S. H.,

M. CL sebagai Ketua Majelis; H. Mahdi Soroinda Nasution, S. H., M.

Hum. dan H. Syamsul Ma’arif, S. H., LL. M., Ph. D., masing-masing

sebagai anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan banding dapat dibenarkan karena judex facti/pengadilan

negeri yang mengabulkan gugatan penggugat dan membatalkan

putusan BANI telah sah dalam menerapkan hukum karena telah

Halaman 35 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 130: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

memeriksa alasan atau pertimbangan BANI sedangkan hal tersebut

bukanlah kewenangan judex facti/pengadilan negeri sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal 62 ayat (4) Undang-undang tentang

Arbitrase.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 21 Februari 2013 No. 307K/

PDT.SUS/2013 dengan susunan Majelis Prof. Dr. Valerine J. L.

Kriefkhoff, S. H., M. A. sebagai Ketua Majelis; H. Mahdi Soroinda

Nasution, S. H., M. Hum. dan Djafni Djamal, S. H., masing-masing

sebagai anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa terkait dengan ketentuan penjelasan Pasal 70 Undang-undang

No. 30 Tahun 1999, maka putusan BANI bersifat final dan untuk

membuktikan adanya tipu muslihat harus dengan putusan pengadilan.

Lagi pula, alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian

yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal tersebut tidak

dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi karena

pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya

kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang

berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan, atau apabila

pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor

14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2009.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 16 April 2013 No. 307K/

PDT.SUS/2013 dengan susunan Majelis Dr. H. Mohammad Saleh, S.

H., M. H., sebagai Ketua Majelis; H. Mahdi Soroinda Nasution, S. H., M.

Hum. dan Dr. Nurul Elmiyah, S. H., M. H., masing-masing sebagai

anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan tersebut (pemohon banding) tidak dapat dibenarkan oleh

karena judex facti/Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak salah

menerapkan hukum dengan pertimbangan bahwa alasan kasasi bukan

alasan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 70 huruf a, b, dan c

Halaman 36 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 131: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang-undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang

dapat membatalkan putusan (Lembaga Arbitrase/BANI)

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,

Mahkamah Agung berpendapat bahwa putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan Nomor 424/PDT.G/2012/PN.JAK.SEL tanggal 04

Oktober 2012 telah tepat dan benar sehingga beralasan untuk

dikuatkan.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 3 Mei 2013 No. 159 K/

Pdt.Sus.Arbitrase/2013 yang dengan susunan Majelis Dr. H.

Muhammad Saleh, S.H., M.H., sebagai Ketua Majelis, I Made Tara,

S.H. dan Prof. Dr. Valerine J.L. Kriefkhoff, S.H., M.A., masing-masing

sebagai anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa bahwa pembatalan putusan arbitrase

apabila mengandung unsur-unsur sebgaimana disebut dalam Pasal 70

dan berdasarkan penjelasan Pasal 70 tersebut, alasan pembatalan

harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. Ternyata pemohon

kasasi tidak dapat membuktikan adanya putusan pengadilan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 tersebut bahkan termohon

kasasi dapat membuktikan bahwa pemohon kasasi telah melakukan

wanprestasi, yaitu tidak melaksanakan isi Perjanjian No. 34. lagi pula

alasan-alasan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang

bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat

dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi karena

pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya

kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan

batalnya putusan yang bersangkutan atau bila pengadilan tidak

berwenang atau melampai batas wewenangnya, sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun

2009.

Halaman 37 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 132: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah

Agung berpendapat bahwa putusan Pengadilan Negeri Surabaya

Nomor 659/Pdt.G/2012/PN.SBY tanggal 17 Oktober 2012 telah tepat

dan benar sehingga beralasan untuk dikuatkan.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 18 Juli 2013 No. 182 K/

Pdt.Sus.Arbt/2013 yang dengan susunan Majelis H. Djafni Djamal, S.H.,

M.H., sebagai Ketua Majelis; H. Mahdi Soroinda Nasution, S.H.,

M.Hum. dan Dr. Nurul Elmiyah, S. H., M. H., masing-masing sebagai

anggota Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 70 Undang-undang No. 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase ditentukan bahwa alasan-alasan pembatalan

putusan arbitrase harus dibuktikan dengan putusan pengadilan.

Dalil Termohon II di atas sekaligus membantah alasan “dokumen yang

disembunyikan” dan “tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak

dalam proses pemeriksaan perkara 513/IV/ARB-BANI/2013” yang

digunakan Pemohon dalam Permohonannya karena pasa faktanya tidak

ada satupun putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap yang

membukikan adanya dokumen yang disembunyikan pihak lawan dan tipu

muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam proses pemeriksaan

perkara 513/IV/ARB-BANI/2013. Padahal yang demikian itu sudah jelas

diamanatkan oleh Penjelasan Pasal 70 UUAAPS dan pertimbangan-

pertimbangan hakim agung MA RI dalam beberapa putusannya.

Dengan demikian, mengingat Permohonan yang diajukan Pemohon

menggunakan alasan-alasan di luar alasan yang dipersyaratkan dalam

Pasal 70 UUAAPS, maka sudah layak dan sepatutnya Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang memeriksa perkara a quo untuk

menolak dalil-dalil yang disampaikan Pemohon dalam Permohonannya.

PENGADILAN NEGERI TIDAK BERWENANG MEMERIKSA POKOK

PERKARA YANG TELAH DIBERIKAN PERTIMBANGAN HUKUMNYA OLEH

MAJELIS ARBITRASE

8. Dengan memperhatikan dengan seksama ketentuan Pasal 70 UUAAPS

tersebut, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa kewenangan pengadilan

negeri dalam memeriksa dan mengadili suatu pembatalan oputusan

arbitrase demi hukum terbatas pada penilaian mengenai unsur-unsur

Halaman 38 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 133: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 70 UUAAPS. Pengadilan negeri

tidak berwenang untuk memeriksa hal-hal yang sebenarnya sudah

diperiksa dan diadili oleh majelis arbitrase dalam pertimbangan hukumnya

pada Putusan Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 11 ayat (2) jo. Pasal 62 ayat (4) UUAAPS berikut ini:

Pasal 11 ayat (2) UUAAPS

Pengadilan negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam

suatu penyelesaian sengketa yang ditetapkan melalui arbitrase kecuali

dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang.

Pasal 62 ayat (4) UUAAPS

Ketua pengadilan negeri tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari

putusan arbitrase

9. Berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (2) jo. Pasal 62 ayat (4) UUAAPS di

atas serta dikaitkan dengan posita dari permohonan Pemohon dalam

perkara a quo, tampak jelas bahwa Pemohon berupaya untuk menguji

kembali apa-apa yang dipertimbangkan oleh Majelis Arbitrase dalam

Putusan Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013, yaitu pada pernyataan

Pemohon yang menyatakan:

• Majelis Arbiter telah melakukan kekeliruan yang nyata dalam memutus

perkara terkait penggunaan dasar hukum pengambilan keputusan (vide

halaman 10 sampai 12 Permohonan).

• Putusan Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013 telah melanggar azas

kebebasan berkontrak dan hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal

1320 KUHPerdata (vide halaman 13 sampai 16 Permohonan).

Padahal yang demikian itu telah jelas bahwa UUAAPS secara limitatif telah

melarang pengadilan negeri untuk memeriksa dan mengadili kembali

apoap-apa yang dipertimbangkan oleh Majelis Arbitrase.

DALIL PEMOHON MENGENAI ADANYA DOKUMEN YANG SIFATNYA

MENENTUKAN DI MANA DOKUMEN INI MENUNJUKAN ADANYA AFILIASI

ANTARA SAKSI AHLI YANG DIAJUKAN TERMOHON (DAHULU PEMOHON

ARBITRASE) DENGAN SALAH SATU ARBITER YANG MEMPENGARUHI

PUTUSAN BANI NO. 513/IV/ARB-BANI/2013 SEBAGAIMANA DIMAKSUD

KETENTUAN PASAL 70 HURUF B UUAAPS ADALAH MENGADA-ADA DAN

TIDAK BERDASARKAN HUKUM

Halaman 39 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 134: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

10. Pokok keberatan pertama Pemohon sebagaimana yang tertuang dalam

halaman 6 sampai 8 Permohonan pada intinya adalah Pemohon

menganggap bahwa di dalam proses pemeriksaan Perkara Arbitrase No.

513/IV/ARB-BANI/2013, terdapat doumen yang sifatnya menentukan yang

mengandung benturan kepentingan sehingga dapat mempengaruhi

independensi keterangan-keterangan Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH,

S. H, termasuk objektifitas dari Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M.,

FCBArb sebagai slaah satu anggota Majelis Arbitrase perkara No. 513/IV/

ARB-BANI/2013 yang ditetapkan Termohon II.

11. Terkait hal tersebut di atas, Termohon II menolak dengan tegas tuduhan

Pemohon tersebut dengan alasan:

• Ketentuan Pasal 70 huruf b UUAAPS menyatakan bahwasanya salah

satu alasan pembatalan putusan arbitrase dapat ditempuh dengan

menggunakan alasan:

Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan.

Dengan menafsirkan ketentuan Pasal 70 huruf b UUAAPS di atas,

kiranya dapat disimpulkan 2 (dua) hal, bahwa:

1). Dokumen sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 70 huruf b

UUAAPS haruslah bersifat menentukan yang dapat mempengaruhi

putusan Majelis Arbitrase perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013.

Pertanyaan terkait yang Termohon II dapat ajukan adalah, apakah

keternagan yang diberikan saksi ahli yang dihadirkan oleh

Termohon I dapat dikualifikasikan sebagai “dokumen yang

menentukan” yang dapat mempengaruhi putusan Majelis Arbitrase

perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013.

Perlu Termohon II ingatkan, berbeda dengan perkara pidana, di

dlaam ketentuan Pasal 1866 KUHPerdata jo. 164 HIR tidak satupun

dicantumkan bahwasanya keterangan yang diberikan saksi ahli

dikualifikasikan sebagai alat bukti. Secara formil, keterangan yang

diberikan saksi ahli sejatinya berada di luar alat bukti sehingga

menurut hukum pembuktian perdata, keterangan tersebut sejatinya

tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian.

Halaman 40 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 135: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dalam hal ini, perlu dicermati ketentuan 154 ayat (2) HIR dan Pasal

229 Rv yang menyatakan bahwa:

• Hakim atau pengadilan negeri tidak wajib mengikuti pendpaat

ahli, jika pendapat tersebut berlawanan dengan keyakinannya.

• Kalau begitu sebaliknya, hakim dapat mengikuti pendpaat ahli,

apabila pendapat ahli tersebut berlawanan dengan

keyakinannya.

Dari acuan di atas, kiranya undang-undang memberikan kebebasan

kepada hakim untuk mengikuti atau tidak mengikuti pendapat ahli, di

mana:

• Kalau hakim mengikuti, dia mengambil alih pendapat tersebut

menjadi pendapatnya sendiri dan dijadikan sebagai alat

pertimbangan dalam putusan.

• Sebaliknya, apabila tidak mengikuti, pendapat itu disingkirkan

dan dianggap tidak ada.

Dalil Termohon II tersebut diperkuat dengan Yurisprudensi Putusan

MA-RI No. 213.K/SIP/1995 tanggal 10 April 1957 yang menyatakan:

“bagi hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, tidak ada

keharusan untuk mendengar seoranmg saksi ahli berdasarkan

Ps. 138 ayat (1) jo. Ps. 164 HIR.”

“penglihatan hakim di sidang tentang adanya perbedaan antara

dua buah tangan-tangan dapat dipakai oleh hakim sebagai

pengetahuannya sendiri dalam usaha pembuktian.”

Serta pendapat YAHYA HARAHAP, S. H dalam bukunya “Hukum

Acara Perdata: tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan” terbitan Sinar Grafika

halaman 795 yang menyatakan sebagai berikut:

Meskipun undang-undang memberi kebebasan kepada hakim

untuk mengikuti pendapat ahli, dari segi hukum pembuktian

pendapat ahli:

• Tidak dapat berdiri sendiri.

• Tempat dan kedudukannya hanya berfungsi menambah atau

memperkuat atau memperjelas permasalahan perkara.

Halaman 41 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 136: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Itulah fungsi pendapat ahli, bukan alat bukti. Oleh karena itu,

pada dirinya tidak pernah terpenuhi batas minimal pembuktian.

Apabila sama sekali tidak ada alat bukti yang sah memenuhi

syarat formil dan materiil, dan yang ada hanya pendapat ahli,

tidak dapat dibenarkan mempergunakannya sebagai alat bukti

tunggal meskipun hakim meyakini kebenaran itu.

Berdasarkan penjelasan di atas di mana keterangan yang diberikan

oleh saksi secara formil bukanlah merupakan alat bukti, maka

apabila dikaitkan dengan perkara a quo, secara jelas dan nyata

dapat disimpulkan bahwa keterangan-keterangan yang diberikan

Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S. H jelas bukan merupakan

alat bukti, melainkan hanya semata-mata untuk menambah nilai

kekuatan pembuktian yang ada sehingga tidak bisa menentukan

putusan perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013. Karena tanpa adanya

pendapat Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S. H pun, Majelis

Arbitrase perkara No. 513/IV/ARB-BANI/2013 tetap dapat

memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan atas

permaslaahan yang ada.

Adapun apabila Majelis Arbitrase mengikuti pendapat saksi ahli

tersebut, tidak lain dan tidak bukan karena Majelis Arbitrase

menganggap pendapat tersebut sejalan dengan keyakinannya.

Dalam hal ini Termohon II meminta Pemohon untuk bersikap

objektif serta berpikir logis dalam melihat permaslaahan yang ada

karena pertimbangan yang diberikan oleh Majelis Arbitrase perkara

No. 513/IV/ARB-BANI/2013 tidak semata-mata hanya bersumber

dari keterangan Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S. H saja,

melainkan pula dari bukti-bukti lainnya yang disampaikan baik oleh

Pemohon (dahulu Termohon Arbitrase) serta Termohon I (dahulu

Pemohon Arbitrase), bahkan keterangan saksi ahli lainnya, yaitu

Prof. NINDYO PRAMONO, S. H., M. H (vide halaman 54 Putusan

Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013) dan keterangan Saksi

Akuntan Publik, Ibu MAURICE GANDA NAINGGOLAN (vide

halaman 55 Putusan Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013).

Dengan kata lain, keterangan Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH,

Halaman 42 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 137: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

S. H bukan merupakan sesuatu yang dapat menentukan hasil

Putusan Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013.

2). Dokumen menentukan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 70

huruf b UUAAPS haruslah disembunyikan oleh pihak lawan (in casu

Termohon II) secara sengaja.

Pertanyaan terkait yang Termohon II berikutnya ajukan adalah,

apakah terdapat dokumen yang membuktikan bahwasanya

ketidaknetralan keterangan Saksi Ahli M. E. ELIJANA TANSAH, S.

H merupakan hal yang secara sengaja disembunyikan oleh

Termohon I.

Termohon II berpendapat bahwasanya apa yang dituduhkan oleh

Pemohon atas adanya dokmen yang secara sengaja disembunyikan

pihak lawan dala perkara a quo jelas merupakan hal yang

mengada-ada karenma tidak ada satupun bukti bahwa Termohon I

telah secara sengaja menyembunyikan dokumen tersebut. Apalagi,

dokumen yang katanya disembunyikan oleh Termohon I tersebut

adalah berikta dari situs hukumonline.com tertanggal 6 Maret 2009.

Pertanyaannya lagi, bagaimana cara Termohon I menyembunyikan

berita yang notabene setiap orang dapat mengakses halaman/

website tersebut. Apakah Termohon I menyembunyikan berita

tersebut dengan cara melakukan blocking pada website

hukumonline.com sampai dengan putusan Putusan Arbitrase No.

513/IV/ARB-BANI/2013 diterbitkan. Hal ini jelas-jelas mengada-ada

dan ngawur sekali. Untuk itu, Termohon II mensomir PEMohon

untuk membuktikan adanya unsur kesengajaan Termohon I dalam

menyembunyikan dokumen tersebut.

• Sebagaimana yang telah Termohon II uraikan sebelumnya, adalah

fakta bahwa tidak ada satpun putusan pengadilan berkekuatan hukum

tetap yang membuktikan adanya dokumen yang disembunyikan oleh

pihak lawan (in cassu Termohon I) di dalam proses pemeriksaan

Perkara Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013. Padahal yang demikian

itu sudah jelas diamanatkan oleh Penjelasan Pasal 70 UUAAPS dan

pertimbangan-pertimbangan hakim agung MA-RI dalam beberapa

putusannya (hal ini tidak perlu Termohon II uraikan lagi).

Halaman 43 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 138: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Di dalam pemeriksaan perkara arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013

tentunya dapat diketahui bahwa Majelis Arbitrase terdiri dari 3 (tiga)

orang arbiter yang telah mempunyai pengalaman dan kecakapan yang

mumpuni untuk memeriksa dan mengadili perkara arbitrase No. 513/IV/

ARB-BANI/2013, yaitu:

1). Ibu FATIMAH ACHYAR, S. H., FCBArb selaku Ketua Majelis.

2). Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb selaku Anggota

Majelis.

3). Bpk. H. BASOEKI, S. H selaku Anggota Majelis.

Terkait hal tersebut, mengingat terdapat 3 (tiga) orang arbiter yang

bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara arbitrase No. 513/IV/

ARB-BANI/2013, maka tentunya pendapat seorang arbiter tidak dapat

menentukan isi putusan kecuali pendapat tersebut disetujui arbiter

lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lampiran putusan perkara arbitrase No.

513/IV/ARB-BANI/2013 mengenai Dissenting Opinion dari Arbiter Bpk.

H. BASOEKI, S. H. Dengan kata lain, pendapat Bpk. HUMPREY R.

DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb seorang, yang (apabila) tidak disetujui

arbiter lainnya, jelas tidak mempengaruhi isi putusan arbitrase No. 513/

IV/ARB-BANI/2013.

• Pemeriksaan perkara arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013 di BANI

dahulu yang dilakukan oleh Majelis Arbitrase telah berjalan sesuai

dengan ketentuan yang ada dan mempertimbangkan seluruh dalil,

bukti-bukti, dan fakta-fakta yang disampaikan kedua belah pihak secara

berimbang sesuai dengan azas audi alteram partem.

• Perlu Termohon II tegaskan bahwa tidak benar Ibu M. E. ELIJANA

TANSAH, S. H bekerja atau pernah bekerja di kantor GANI DJEMAT &

PARTNERS, tempat di mana Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL.

M., FCBArb tergabung sehingga Ibu M. E. ELIJANA TANSAH, S. H

tidak mempunyai hubungan afiliasi atau conflict of interest atau apapun

namanya dengan Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb.

Terkait hal tersebut, maka perlu diperhatikan bahwa informasi Pemohon

yang menyatakan Ibu M. E. ELIJANA TANSAH, S. H memiliki afiliasi

dengan GANI DJEMAT & PARTNERS yang diambil dari website

hukumonline.com adalah berasal dari pihak ketiga yang tidak diketahui

Halaman 44 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 139: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sumbernya pada tahun 2009 sehingga jelas hal tersebut tidak dapat

dijadikan suatu pijakan fakta pembuktian dalam perkara a quo.

• Pemohon telah melakukan tuduhan tanpa dasar bahwa telah terjadi

konspirasi yang dilakukan oleh Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL.

M., FCBArb dan Saksi Ahli Ibu M. E. ELIJANA TANSAH, S. H (vide poin

7 halaman 8 Permohonan). Hal ini jelas merupakan tuduhan yang

serius, sangat tendensius, dan mengada-ada karena di samping

menandakan rasa tidak percaya kepada lembaga arbitrase yang justru

disepakati sendiri oleh para pihak, pernyataan tersebut jelas-jelas telah

menyerang nama baik dan reputasi Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H.,

LL. M., FCBArb karena pernyataan “konspirasi” tersebut dpat diartikan

bahwa Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb tidak

bertindak netral dan memihak slah satu pihak. Untuk itu, Termohon II

mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Jakarta Utara untuk mencatat “tuduhan” tanpa dasar dari Pemohon

tersebut.

DALIL PEMOHON MENGADA-ADA KARENA UNSUR TIPU MUSLIHAT

DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA ARBITRASE NO. 513/IV/ARB-

BANI/2013 TIDAK TERPENUHI DAN MENGADA-ADA

12. Pokok keberatan Pemohon sebagaimana yang tertuang dalam halaman 8

sampai 9 Permohonan pada intinya adalah Pemohon menganggap bahwa

putusan arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013 telah diambil dari tipu

muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan

snegketa sehingga persyaratan pembatalan putusan aribtrase

sebagaimana diatur dalam Pasal 70 UUAAPS terpenuhi.

13. Adapun setelah menemiti dalil serta argumentasi Pemohon di mana

Pemohon kembali mempermasalahkan penunjukkan Ibu M. E. ELIJANA

TANSAH, S. H selaku saksi ahli yang diajukan Termohon I, maka

Termohon II berkesimpulan penunjukkan tersebutlah yang dimaksud

dengan tipu muslihat sebagaimana dimaksud Pasal 70 UUAAPS.

14. Terkait hal tersebut di atas, Termohon II menolak dengan tegas dalil

Pemohon karena:

• Pemohon tidak menguaikan secara rinci bentuk tipu muslihat apa yang

dilakukan Majelis Arbitrase dalam memeriksa dan mengadili perkara

Halaman 45 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 140: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

No. 513/IV/ARB-BANI/2013 sehingga jelas merupakan tuduhan yang

tendensius dan mengada-ada. dan sehubungan hal tersebut, Termohon

II kembali menyatakan bahwa pemeriksaan perkara No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 di BANI dahulu yang dilakukan oleh Majelis Arbitrase telah

berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada dan mempertimbangkan

seluruh dalil, bukti-bukti, dan fakta-fakta yang disampaikan kedua belah

pihak secara berimbang sesuai dengan azas audi alteram partem dan

tidak ada satupun tipu muslihat dilakukan kepada para pihak yang

berperkara.

• Quodnon apabila memang terdapat tipu muslihat yang didalilkan

Pemohon, maka sesuai dengan Penjelasan Pasal 70 UUAAPS dan

pertimbangan-pertimbangan dari pasar hakim agung MA-RI

sebagaimana yang telah diuraikan di atas, haruslah didasarkan pada

suatu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (yang mana

telah Termohon II uraikan sebelumnya, tidak ada satupun putusan

pengadilan dimaksud yang menunjukan adanya tipu muslihat di dalam

proses pemeriksaan perkara arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013).

Sehingga jelaslah bahwa dalil tipu muslihat yang digunakan Pemohon

dalam usahanya membatalkan putusan arbitrase No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 adalah dalil yang mengada-ada dan patut untuk ditolak.

• Berdasarkan ketentuan Pasal 70 UUAAPS berikut Penjelasannya,

sangat terang dan jelas bahwa pengertian tipu muslihat sebagaimana

dimaksud adalah berkenaan dengan sutau delik pidana. Artinya, sutau

putusan arbitrase dapat dibatalkan apabila di dalam proses

pemeriksaannua ternyata salah satu pihak terbukti melakukan tindak

pidana yang dapat mempengaruhi hasil putusan arbitrase yang diambil

oleh Majelis Arbitrase sehingga unsur tpu muslihat tersebut haruslah

dibuktikan dengan putusan pengadilan dan tidak boleh hanya

berdasarkan tafsir salah satu pihak.

Hal ini sesuai dengan pertimbangan beberapa putusan MA RI berikut

ini:

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 21 Januari 2008 No. 855K/

PDT.SUS/2008, dengan susunan Majelis DR. Harifin A. Tumpa, S.

H., M. H., sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M.

Halaman 46 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 141: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

S.; dan DR. H. Muchsin, S. H., masing-masing sebagai anggota

Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena

pertimbangan pengadilan negeri telah tepat dan benar.

Bahwa permohonan ini prematur sebab harus dibuktikan lewat

putusan pengadilan terlebih dahulu adanya tipu muslihat/kebohingan

(bukan hanya tafsir dari salah satu pihak) vide bukti Pasal 70

Undang-undang No. 30 tahun 1999.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 30 Maret 2009 No. 729K/

PDT.SUS/2009, dengan susunan Majelis H. Abdul Kadir Mappong,

S. H., sebagai Ketua Majelis; Dirwoto, H., S. H. dan Mieke Komar,

Prof., Dr., S. H.; M. CL masing-masing sebagai anggota Majelis.

Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan permohonan pembatalan yang disebut dalam

Pasal 70 tersebut harus dibuktikan dengan putusan pengadilan

(dalam perkara pidana) dan di luar alasan tersebut, permohonan

pembatalan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

• Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 24 Februari 2010 No. 109K/

PDT.SUS/2010, dengan susunan Majelis DR. Harifin A. Tumpa, S.

H., M. H., sebagai Ketua Majelis; Prof. Rehngena Purba, S. H., M.

S.; dan DR. H. Muchsin, S. H., masing-masing sebagai anggota

Majelis. Kaidah hukumnya menyatakan:

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena

Judex Facti tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan

sebagai berikut:

Bahwa permohonan pembatalan yang diajukan oleh pemohon

banding didasarkan pada adanya tipu muslihat yang dilakukan oleh

termohon banding. Akan tetapi ternyata pemohon banding tiak

dapat membuktikan adanya tipu muslihat tersebut dan tidak pula

disertai dengan bukti berupa putusan pidana yang mneyatakan

telah terjadi tipu muslihat yang dilakukan oleh termohon banding

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 70 Undang-undang No. 30

Tahun 1999.

Halaman 47 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 142: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Adanya persyaratan putusan pidana untuk dijadikan dasar dalam

perkara pembatalan putusan arbitrase tidak lain dan tidak bukan demi

memberikan kekuatan bukti yang sempurna bagi Pemohon mengingat

dalam perkara a quo hakim pengadilan negeri tidak memeriksa ulang

pertimbangan yang telah diberikan oleh Majelis Arbitrase (vede Pasal

11 ayat (2) jo. Pasal 62 ayat (4) UUAAPS). Hal ini sesuai dengan

Yurisprudensi Putusan MA RI No. 199K/SIP/1973 tanggal 27 Nopember

1975 yang menyatakan:

Suatu putusan hakim pidana mempunyai kekuatan bukti yang

sempurna dalam perkara perdata baik terhadap orang yang dihukum

pada putusan hakim pidana maupun terhadap pihak ketiga, dengan

membolehkan adanya pembuktian perlawanan (bukti balasan).

• Adapun, apabila tipu muslihat yang didalilkan oleh Pemohon adalah

berkenaan dengan tuduhan tanpa dasar Pemohon di mana Ibu M. E.

ELIJANA TANSAH, S. H memiliki afiliasi dengan Bpk. HUMPREY R.

DJEMAT, S. H., LL. M., maka sebagaimana yang telah Termohon II

sampaikan sebelumnya dalam Jawaban ini bahwa Termohon II

menolak dengan tegas dalil Pemohon tersebut karena pada faktanya

Ibu M. E. ELIJANA TANSAH, S. H tidak bekerja dan tidak pernah

bekerja di kantor hukum GANI DJEMAT & PARTNERS, tempat di mana

Bpk. HUMPREY R. DJEMAT, S. H., LL. M., FCBArb tergabung.

Terkait hal tersebut, Termohon II tidak habis pikir dengan tindakan

Pemohon yang mendasarkan dalilnya pada berita yang berasal dari

pihak ketiga yang tidak diketahui sumbernya pada tahun 2009 karena

jelas hal tersebut tidak dapat dijadikan suatu pijakan fakta pembuktian

dalam perkara a quo. Untuk itu Termohon II mensomir Pemohon untuk

melampirkan dokumen otentik yang membuktikan tuduhannya tersebut.

MENGENAI TUDUHAN PEMOHON DI MANA MAJELIS ARBITRASE TELAH

MELAKUKAN KEKELIRUAN YANG NYATA DALAM MEMUTUS PERKARA

TERKAIT DASAR HUKUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

15. Pokok perkara Pemohon berikutnya sebagaimana yang tertuang dalam

halaman 10 sampai dengan 12 Permohonan pada intnya adalah Pemohon

menganggap bahwa Majelis Arbitrase telah keliru dalam memberikan dasar

hukum karena menggunakan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008

Halaman 48 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 143: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (“PP 38/2008”) atas Pelaksanaan

Perjanjian sehingga putusan arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013 dapat

dibatalkan para perkara a quo.

16. Terkait hal tersebut di atas, Termohon II menolak dengan tegas dalil

Pemohon tersebut dengan alasan:

• Pasal 70 UUAAPS jo. No. 10/BUA.6/HS/SP/IX/2012 tertanggal 12

September 2012 serta beberapa putusan MA RI, yakni Putusan MA RI

729K/PDT.SUS/2009 jo. Putusan Mahkamah Agung No. 268K/

Pdt.Sus/2012 ytelah menetapkan bahwasanya alasan-alasan yang

dapat digunakan oleh para pihak yang bersengketa untuk mengajukan

permohonan pembatalan putusan arbitrase demi hukum telah dibatasi

secara limitatif. Dengan kata lain, pemohon pembatalan dapat memilih/

memutuskan alasan-alasan tersebut hendaknya tidak boleh melenceng

daripada yang apa-apa digariskan dalam ketentuan Pasal 70 (poin a, b,

dan c) UUAAPS.

Terkait hal tersebut, maka jelas alasan yang digunakan oleh Pemohon

untuk membatalkan putusan arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013 pada

poin ini, yakni “Majelis Arbitrase telah keliru dalam memberikan dasar

hukum” merupakan alasan diluar ketentuan Pasal 70 UUAAPS

sehingga hal tersebut keliru dan tidak mempunyai dasar hukum.

• Termohon II berpendapat bahwa Majelis Arbitrase perkara No. 513/IV/

ARB-BANI/2013 telah bertindak benar dalam mendasarkan

pertimbangannya kepad PP 38/2008 mengingat objek perjanjian berupa

bangunan UNDERSEA WORLD INDONESIA dan perlatan serta

fasilitas lainnya didirikan di atas tanah yang merupakan bagian dari

Sertifikat Hak Pengelolaan Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta No.

1/1987 tertanggal 23 Februari 1987 yang terletak di Taman Impian Jaya

Ancol, Kelurahan Ancol Kecamatan Penjaringan Wilayah Kota Jakarta

Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (“Objek Tanah”). Quodnon,

apabila pun Objek Tanah tersebut dialihkan kepada PT.

PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk, maka dengan merujuk

kepada bentuk badan hukum PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL

(Persero), Tbk, yang notabene merupakan Badan Usaha Milik Negara

Halaman 49 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 144: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(Persero), maka ketentuan PP 38/2008 yang mengatur tentang

Pengelolaan Banarng Milik Negara/Daerah tetap berlaku pada Objek

Tanah. Dengan demikian, pernyataan Pemohon pada halaman 12

Permohonannya yang menyatakan “berdasarkan Bukti P-14 dijelaskan

Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/1987 tanggal 23 Februari 1987 telah

di-inbreng-kan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai model ke

dalam PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. dan bukan

lagi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Karenanya tidak tepat jika

menjustifikasi bahwa tanah yang digunakan oleh PT. PEMBANGUNAN

JAYA ANCOL (Persero), Tbk. adalah milik negara sehingga dapat

dikaitkan dengan PP No. 38/2008” justru keliru dan tidak mempunyai

dasar hukum.

• Memang benar Perjanjian dibuat dan ditandatangani oleh Pemohon dan

Termohon II pada tanggal 21 September 1992 yang notabene telah ada

sebelum berlakunya PP 38/2008. namun demikian, apabila mencermati

jangka waktu masa pengelolaan berlaku untuk 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak beroperasi komersial dengan syarat seperti diuraikan

dalam Pasal 4 ayat (3) Perjanjian yang notabene pula berakhir pada

masa berlakunya PP 38/2008, maka jelas ketentuan dalam PP 38/2008

tersebut wajib diberlakukan pada Perjanjian.

• Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Majelis

Arbitrase yang memriksa dan mengadili perkara No. 513/IV/ARB-

BANI/2013 telah bertindak tepat dalam memberikan pertimbangan

sebagaimana tertuang dalam halaman 50 sampai 51 yang menyatakan:

Menimbang, bahwa objek Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan No. 81 berupa bangunan UNDERSEA WORLD

INDONESIA dan peralatan serta fasilitas dan barang inventaris lainnya

yang didirikan di atas tanah yang merupakan bagian Sertifikat Hak

Pengelolaan Pemerintah Daerah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.

I/1987 tanggal 23 Februari 1987 yang terletak di Taman Impian Jaya

Ancol, Kelurahan Ancol, Kecamatan Penjaringan, Wilayah Kota Jakarta

Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Bukti P-14).

Menimbang, bahwa dikarenakan proyek UNDERSEA WORLD

INDONESIA tersebut didirikan di atas tanah milik Pemerintah Daerah,

Halaman 50 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 145: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam bentuk Hak Pengelolaan, maka

terhadapnya berlaku dan diterapkan ketentuan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 38 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik/

Daerah.

MENGENAI TUDUHAN PEMOHON DI MANA PUTUSAN BANI NO. 513

TELAH MELANGGAR AZAS KEBEBASAN BERKONTRAK DAN HUKUM

PERJANJIAN YANG DIATUR DALAM PASAL 1338 KUHPERDATA

17. Pokok keberatan Pemohon berikutnya sebagaimana yang tertuang dalam

halaman 13 sampai dengan 16 Permohonan pada intinya adalah Pemohon

menganggap putusan arbitrase No: 513/IV/ARB-BANI/2013 telah

melanggar azas kebebasan berkontrak dan mengesampingkan ketentuan

Pasal 1320 KUHPerdata terhadap hak opsi Pemohon untuk

memperpanjang masa pengelolaan atas Objek Perjanjian selama maksimal

20 (dua puluh) tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (6) Perjanjian

sehingga putusan arbitrase BANI No: 513/IV/ARB-BANI/2013 dapat

dibatalkan pada perkara a quo.

18. Terkait hal tersebut di atas, Termohon II menolak dengan tegas dalil

Pemohon tersebut dengan alasan:

• Atas alasan yang sama sebagai mana Termohon uraikan pada poin 17

(16) di atas di mana pemohon pembatalan dapat memilih/memutuskan

alasan apa yang hendak dipakai untuk membatalkan putusan arbitrase

tersebut. Namun alasan-alasan tersebut hendaknya tidak boleh

melenceng daripada yang apa-apa digariskan dalam ketentuan Pasal

70 (poin a, b, dan c) UUAAPS. Maka jelas alasan yang digunakan oleh

Pemohon untuk membatalkan putusan arbitrase BANI No: 513/IV/ARB-

BANI/2013 pada poin ini yakni “adanya dugaan pelanggaran azas

kebebasan berkontrak terhadap hak opsi Pemohon untuk

memperpanjang masa pengelolaan atas Objek Perjanjian” merupakan

alasan diluar ketentuan Pasal 70 UUAAPS sehingga hal tersebut keliru

dan tidak mempunyai dasar hukum.

• Pertimbangan mengenai hak opsi bagi Pemohon sebagaimana tertuang

dalam Perjanjian telah diberikan pertimbangan yang benar dan cukup

oleh Majelis Arbitrase perkara No: 513/IV/ARB-BANI/2013 sehingga

Halaman 51 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 146: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berdasarklan ketentuan Pasal 11 ayat (2) jo. Pasal 62 ayat (4)

UUAAPS, maka hakim pengadilan negeri tidak memeriksa ulang apa-

apa yang telah dipertimbangkan oleh Majelis Arbitrase tersebut.

• Perlu Termohon II ingatkan bahwasanya apabila meneliti judul maupun

substansi Perjanjian yang disepakati oleh Pemohon dan Termohon I

serta pengakuan Pemohon dahulu pada pemeriksaan perkara No: 513/

IV/ARB-BANI/2013 dahulu (vide bukti T-2a), Perjanjian merupakan jenis

perjanjian yang dikenal dengan istilah Built, Operate, and Transfer

(BOT) atau dalam PP 38/2008 disebut dengan Bangun Guna Serah.

Pasal 1 butir 12 PP 38/2008 menyebutkan bahwa pengertian dari

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah

berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/

atau sarana berikut fasilitasnya kemudian didayagunakan oleh pihak

lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk

selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau

sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

Selanjutnya, ketentuan Pasal 29 ayat (1) 12 PP 38/2008 menyebutkan

bahwa jangka waktu Bangun Guna Serah ditetapkan paling lama 30

(tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani.

Terkait hal tersebut di atas, dengan mencermati bahwa:

1). Jangka waktu masa pengelolaan Perjanjian yang berlaku untuk 20

(dua puluh) tahun terhitung sejak beroperasi komersial dengan

syarat seperti diuraikan dalam Pasal 4 ayat (3) Perjanjian.

2). Objek Perjanjian yang berdiri di atas sebagian tanah milik

Pemerintah/BUMN (persero) sehingga terhadapnya berlaku PP

38/2008.

3). Pemohon yang mempunyai hak opsi untuk memperpanjang

pengelolaan selama maksimal 20 (dua puluh) tahun lagi di aman

apabila dijumlahkan jangka waktu tersebut nyata-nyata telah

melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun yang merupakan batas

jangka waktu suatu perjanjian BOT sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 29 ayat (1) 12 PP 38/2008.

4). Setelah masa 20 (dua puluh) tahun sejak berlakunya Perjanjian

terdapat kenaikan nilai objek tanah serta penyusutan nilai bangunan

Halaman 52 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 147: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sehingga menjadi tidka adil apabila tetap menggunakan ketentuan

Perjanjian yang lama.

5). Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 676K/Pdt/2010 tanggal 18

Juli 2011 yang pada pokok kaidah hukumnya menyatakan bahwa

kelanjutan dalam kerja sama perjanjian BOT hanya dapat

dilaksanakan apabila kedua belah pihak sepakat.

6). Ketentuan Pasal 1321 KUHPerdata yang mengatur bahwa tiada

sepakat yang sah apabila sepakat itu diperoleh dengan paksaan,

yang apabila dikaitkan dengan perkara a quo maka apabila opsi

perpanjangan masa pengelolaan diberlakukan tanpa adanya

kesepakatan maka merupakan suatu paksaan.

Maka menurut hemat Termohon II, Majelis Arbitrase yang memeriksa

dan mengadili perkara No: 513/IV/ARB-BANI/2013 telah bertindak

benar dalam memberikan pertimbangan sebagaimana tertuang dalam

halaman 60 putusan arbitrase BANI No: 513/IV/ARB-BANI/2013, yang

menyatakan:

Menimbang, oleh karena perpanjangan masa pengelolaan UNDERSEA

WORLD INDONESIA sebagaimana dalam Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 dengan alasan sebagaimana

diuraikan melalui pertimbangan-pertimbangan di atas baik menurut

hukum maupun azas keadilan dan kepatutan harus dibuat dalam

perjanjian yang baru di mana menurut hukum layaknya sebuah

perjanjian harus disepakati oleh kedua belah pihak yang membuatnya

(Pemohon dan Termohon), maka Majelis berpendapat opsi

perpanjangan masa pengelolaan UNDERSEA WORLD INDONESIA

dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81

tidak berlaku secara serta merta atau otomatis, melainkan bersyarat

dengan adanya kesepakatan antara Pemohon dan Termohon dengan

cara menuangkan dalam perjanjian baru.

Menimbang bahwa berdasarkan perjanjian yang dibuat para pihak

maka apabila tidak tercapai kesepakatan baru dalam perjanjian

tersebut, maka perjanjian berakhir pada tanggal 6 Juni 2014

sebagaimana yang dinyatakan dalam Permohonan Pemohon halaman

6 butir 4d yang menyatakan “masa pengelolaan berakhir: sesuai

Halaman 53 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 148: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

perjanjian akan berakhir pada tanggal 06 Juni 2014”. Hal tersebut telah

dibenarkan dalam Jawaban Termohon halaman 3 butir 6 yang

menyatakan “jangka waktu atau masa pengelolaan untuk pertama

kalinya berlangsung selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak

dimulai operasi komersil tetapi tidak lebih lama dari 6 (enam) bulan

setelah pembangunan seselai. Sesuai dengan fakta, jangka waktu

pengelolaan SEA WORLD dimulai sejak tanggal 06 Juni 1994 dan

karenanya akan berakhir nanti pada tanggal 06 Juni 2014.

• Tidak benar bahwa Majelis Arbitrase yang memeriksa dan mengadili

perkara No: 513/IV/ARB-BANI/2013 telah melanggar azas kebebasan

berkontrak dan mengesampingkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata.

Sebaliknya, justru dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 1320

KUHPerdata, khususnya mengenai syarat kesepakatan di mana

berdasarkan ketentuan Pasal 1321 KUHPerdata yang menyatakan

“tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diperoleh dengan paksaan”,

yang apabila dikaitkan dengan perkara a quo maka apabila opsi

perpanjangan masa pengelolaan diberlakukan tanpa adanya

kesepakatan maka merupakan suatu paksaan.

MENGENAI TUDUHAN PEMOHON DI MANA TERMOHON II SELAKU

MAJELIS PEMUTUS TELAH MEMBERIKAN PUTUSAN YANG MELEBIHI

TUNTUTAN DALAM PERMOHONAN ARBITRASE

19. Pokok keberatan Pemohon sebagaimana yang tertuang dalam halaman 8

sampai 9 Permohonan pada intinya adalah Pemohon menganggap bahwa

Termohon II selaku majelis pemutus telah memberikan putusan yang

melebihi tuntutan dalam permohonan arbitrase.

20. Terkait hal tersebut di atas, Termohon II menolak dengan tegas tuduhan

Pemohon tersebut dengan alasan:

• Pemohon jelas ngawur dengan menyatakan bahwa Termohon II

merupakan majelis pemutus. Karena faktanya, Termohon II adalah

Badan Arbitrase Nasional Indonesia yang notabene merupakan

lembaga penyelenggara arbitrase di Indonesia sebagaimana

diamanatkan UUAAPS dan tidak pernah sekalipun menjadi majelis

pemutus yang memeriksa perkara arbitrase.

Halaman 54 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 149: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Atas alasan yang sama sebagaimana Termohon uraikan pada poin 17

(16) di atas di mana pemohon pembatalan dapat memilih/memutuskan

alasan apa yang hendak dipakai untuk membatalkan putusan arbitrase

tersebut. Namun alasan-alasan tersebut hendaknya tidak boleh

melenceng daripada yang apa-apa digariskan dalam ketentuan Pasal

70 (poin a, b, dan c) UUAAPS. Maka jelas alasan yang digunakan oleh

Pemohon untuk membatalkan putusan arbitrase BANI No: 513/IV/ARB-

BANI/2013 pada poin ini yakni adanya “ultra petita” metupakan alasan

di luar ketentuan Pasal 70 UUAAPS sehingga hal tersebut keliu dan

tidak mempunyai dasar hukum.

• Pada poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa hakekat dari Perjanjian

merupakan jenis perjanjian yang dikenal dengan istilah Built, Operate,

and Transfer (BOT) terhadapnya berlaku ketentuan PP 38/2008.

Terkait hal tersebut, dengan mengingat:

1). Ketentuan Pasal 29 ayat (1) 12 PP 38/2008 yang menyebutkan

bahwa jangka waktu Bangun Guna Serah ditetapkan paling lama 30

(tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani;

2). Keharusan dilakukan pembaharuan atas perizinan dengan alasan-

alasan sebagaimana Termohon uraikan pada poin 19 (18) angka (1)

sampai (6) di atas; serta

3). Tidak tercapainya kesepakatan baru Perjanjian tersebut sehingga

perjanjian berakhir pada tanggal 6 Juni 2014 (hal mana telah

dibenarkan oleh Pemohon pada halaman 3 butir 6 Jawaban

Arbitrasenya terdahulu serta Termohon I pada halaman 6 butir 4d

Permohonan Arbitrasenya terdahulu).

Selanjutnya dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 8 ayat (5)

Perjanjian mengenai akibat berakhirnya Perjanjian yang menyatakan:

Pada saat Perjanian ini berakhir, maka LTN (in cassu Pemohon)

menjamin untuk menyerahkan kembali tanah tanah beserta bangunan

proyek kepada JAYA ANCOL (in cassu Termohon I) berikut sarana-

sarana penunjang serta hak pengelolaannya termasuk karyawan dalam

keadaan baik dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa

menuntut imbalan pembayaran dalam bentuk apapun dari JAYA

ANCOL dan LTN menjamin dan membebaskan JAYA ANCOL dari

Halaman 55 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 150: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

segala tuntutan dan/atau keberatan dari pihak manapun terhadap JAYA

NACOL atas proyek tertentu.

Maka menurut hemat Termohon II, , Majelis Arbitrase yang memeriksa

dan mengadili perkara No: 513/IV/ARB-BANI/2013 telah bertindak

benar dalam memberikan amar putusan sebagaimana tertuang dalam

poin 4 halaman 64 putusan arbitrase BANI No: 513/IV/ARB-BANI/2013,

sebagai berikut:

Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan

UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta fasilitas

dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan

Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan oleh Majelis dan

Para Phak kepada Pemohon Konvensi dalam keadaan baik dan

berfungsi sebagaimana mestinya pada saat pengelolaan berakhir, yaitu

tanggal 06 Juni 2014.

Selain hal-hal yang telah Termohon II sampaikan di atas, perlu Termohon II

sampaikan bahwa baik Termohon I sebelumnya Pemohon Konvensi/

Termohon Arbitrase dalam perkara arbitrase, pada bagian akhir petitumnya

secara kelas dan tegas menyebutkan “... apabila Majelis Arbiter

berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono)”

bahkan Pemohon sebelumnya Termohon Konvensi/Pemohon Arbitrase

dalam perkara arbitrase pada bagian akhir petitumnya juga menyampaikan

hal yang intinya sama, yaitu “apabila Majelis Arbiter berpendapat lain,

mohon putusan yang seadil-adilnya” sehingga dalil Pemohon yang

menyatakan Termohon II selaku Majelis Pemutus telah memberikan

putusan yang melebihi tuntutan dalam permohonan arbitrase adalah dalil

yang dibuat-buat dan sangat mengada-ada atau memang Pemohon tidak

memahami makna dari kalimat “mohon putusan yang seadil-adilnya”

tersebut tetapi sekedar ikut-ikutan menempatkan kalimat tersebut pada

bagian akhir petitumnya.

PETITUM

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dengan ini Termohon II dan

Turut Termohon mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa

perkara a quo agar memberikan putusan sebagai berikut:

Dalam Pokok Perkara:

Halaman 56 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 151: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

• Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya tersebut,

Pemohon mengajukan bukti surat yang diberi tanda sebagai berikut:

P-1a : Fotokopi Akta Notaris MISAHARDI WILAMARTA, S.H.

Nomor 35 tanggal 15 Oktober 2009 tentang Pernyataan

Keputusan Para Pemegang Saham PT. SEA WORLD

INDONESIA;

P-1b : Fotokopi Akta Notaris Dr. MISAHARDI WILAMARTA, S.H.,

M.H., M.Kn., LL.M. Nomor 38 tanggal 14 April 2010 tentang

Pernyataan Keputusan Rapat PT. SEA WORLD

INDONESIA;

P-2 : Fotokopi Akta Notaris SUJTIPTO, S.H., M.Kn. Nomor 81

tanggal 21 September 1992 tentang Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas

Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol;

P-3a : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 14/SWI-

YES/III/2011 tanggal 11 Maret 2011 perihal Permohonan

Perpanjangan BOT No. 81 Tanggal 21 September 1992

(“BOT”) yang ditujukan kepada PT. Pembangunan Jaya

Ancol;

P-3b : Fotokopi tanda terima No. 084737 tanggal 15 Maret 2011

atas pengiriman surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor:

14/SWI-YES/III/2011 tanggal 11 Maret 2011 perihal

Permohonan Perpanjangan BOT No. 81 Tanggal 21

September 1992 (“BOT”) yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol;

P-4a : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 11/SWI-

YES/III/2012 tanggal 2 Maret 2012 perihal Permohonan

Perpanjangan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan dan

Pengalihan Hak Atas Undersea World Indonesia di Taman

Impian Jaya Ancol No. 81 tertanggal 21 September 1992

Halaman 57 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 152: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(“Perjanjian Kerjasama”) yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol Tbk (“Jaya Ancol”);

P-4b : Fotokopi tanda terima No. 091712 tanggal 6 Maret 2012 atas

pengiriman surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 11/

SWI-YES/III/2012 tanggal 2 Maret 2012 perihal Permohonan

Perpanjangan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan dan

Pengalihan Hak Atas Undersea World Indonesia di Taman

Impian Jaya Ancol No. 81 tertanggal 21 September 1992

(“Perjanjian Kerjasama”) yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol Tbk (“Jaya Ancol”);

P-5 : Fotokopi surat dari PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk

Nomor 778/DIR-PJA/Ext/III/2013 tanggal 25 Maret 2013

perihal pendapat Ancol tentang Perjanjian Kerjasama No. 81

tertanggal 21 September 1992 antara PT. Pembangunan

Jaya Ancol dengan PT. Sea World Indonesia yang ditujukan

kepada PT. Sea World Indonesia;

P-6a : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 30/SWI-

YES/V/2013 tanggal 13 Mei 2013 perihal Pelaksanaan Opsi

Perpanjangan Masa Waktu Pengelolaan Akta No. 81 tanggal

21 September 1992 yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol, Tbk;

P-6b : Fotokopi tanda terima No. 100175 tanggal 14 Mei 2013 atas

pengiriman surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 30/

SWI-YES/V/2013 tanggal 13 Mei 2013 perihal Pelaksanaan

Opsi Perpanjangan Masa Waktu Pengelolaan Akta No. 81

tanggal 21 September 1992 yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol, Tbk;

P-7a : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 31/SWI-

YES/V/2013 tanggal 15 Mei 2013 perihal Pelaksanaan Opsi

Perpanjangan Masa Waktu Pengelolaan Akta No. 81 tanggal

21 September 1992 yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol, Tbk;

P-7b : Fotokopi tanda terima No. 100177 tanggal 16 Mei 2013 atas

pengiriman surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 31/

Halaman 58 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 153: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SWI-YES/V/2013 tanggal 15 Mei 2013 perihal Pelaksanaan

Opsi Perpanjangan Masa Waktu Pengelolaan Akta No. 81

tanggal 21 September 1992 yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol, Tbk;

P-8 : Fotokopi surat dari PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk

Nomor 1016/DIR-PJA/Ext/V/2013 tanggal 20 Mei 2012

perihal Tanggapan yang ditujukan kepada PT. Sea World

Indonesia;

P-9 : Fotokopi Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014;

P-10 : Fotokopi berita yang diambil dari situs hukumonline (

www.hukumonline.com) tanggal 6 Maret 2009;

P-11 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /

Daerah;

Bukti surat P-1a, P-1b, P-2, P-3b, P-4b, P-5, P-6b, P-7b dan P-8,

tersebut di atas setelah dicocokkan ternyata sesuai dengan aslinya dan

telah dibubuhi materai cukup, maka bukti surat tersebut dapat diterima

sebagai alat bukti yang sah untuk dipertimbangkan, sedangkan bukti

surat P-3a, P-4a, P-6a, P-7a dan P-10, tidak dapat ditunjukkan aslinya

di persidangan dan hanya merupakan fotokopi, adapun bukti P-9

sesuai dengan salinan resminya dan bukti P-10 sesuai print out;

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti surat tersebut di atas,

Pemohon juga mengajukan 1 (satu) orang ahli bernama Prof. Dr. RIDWAN

KHAIRANDY, S.H., M.H. yang memberikan keterangan di bawah sumpah yang

pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa ahli tidak kenal dengan Pemohon dan tidak ada hubungan

keluarga dengan Pemohon;

• Bahwa ahli di depan persidangan akan menjelaskan masalah

kontrak;

Halaman 59 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 154: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah kesepakatan yang

dibuat oleh kedua belah pihak dan isi perjanjian tersebut harus

ditaati oleh kedua belah pihak yang membuat perjanjian itu sendiri;

• Bahwa setiap klausul dalam perjanjian yang dibuat harus dimengerti

oleh masing-masing pihak yang membuat perjanjian;

• Bahwa apabila salah satu pihak tidak memenuhi isi dari perjanjian

yang diperjanjikan, maka tindakan tersebut dikatakan wanprestasi;

• Bahwa dalam perjanjian kerjasama telah disepakati tentang adanya

hak opsi, apabila dalam perjanjian hak opsi dipergunakan, berarti

perjanjian memanjang atau berlanjut;

• Bahwa pengertian hak opsi adalah memilih / melanjutkan berjalan

suatu perjanjian sesuai dengan opsi-opsi yang disepakati dalam

perjanjian;

• Bahwa hak opsi itu dilakukan sebelum masa berlakunya perjanjian

berakhir;

• Bahwa jika hak opsi tidak diambil, maka perjanjian yang disepakati

berakhir demi hukum;

• Bahwa bilamana pihak tidak mau melakukan opsi yang disepakati

dalam perjanjian, maka perjanjian dimaksud berakhir dan akan

membuat perjanjian baru;

• Bahwa perjanjian adalah proses kesungguhan dari kedua belah

pihak, ada yang mengatur jangka waktunya 20 tahun;

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1321 KUHPerdata,

penipuan yang dibuat sebelum dibuatnya perjanjian, sehingga salah

satu pihak tergiring untuk sepakat adanya penandatanganan

kesepakatan;

• Bahwa pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan oleh hakim;

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1342 KUHPerdata, jika

kata-kata suatu perjanjian jelas, tidak diperkenankan menyimpang

daripadanya dengan jalan penafsiran, maka yang dimaksud di sini

harus ada kata yang tegas tidak boleh menyimpang daripadanya

dengan adanya penafsiran;

Halaman 60 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 155: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1343 KUHPerdata, jika

kata-kata suatu perjanjian dapat ditafsirkan, maka lebih baik

diselidiki maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian itu,

daripada dipegang teguh arti kata-kata menurut huruf, dengan

demikian di sini hakim wajib menelusuri maksud kedua belah pihak

yang membuat perjanjian tersebut;

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1344 KUHPerdata, jika

suatu janji dapat diberi dua arti, maka janji itu harus dimengerti

menurut arti yang memungkinkan janji itu dilaksanakan, bukan

menurut arti yang tidak memungkinkan janji itu dilaksanakan, di sini

hakim dapat meneliti tafsiran mana perjanjian yang akan

dilaksanakan;

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1345 KUHPerdata, jika

suatu perkataan dapat diberi dua macam pengertian, maka harus

dipilih arti yang paling sesuai dengan sifat perjanjian, maka hakim

dapat melihat keseluruhan kontrak atau substansinya;

• Bahwa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1346 KUHPerdata,

perikatan yang mempunyai arti yang meragu-ragukan, harus

ditafsirkan menurut kebiasaan di dalam negeri atau di tempat

perjanjian dibuat, dengan maksud bahwa perjanjian yang tidak jelas

dalam hal ini hakim dapat melakukan penafsiran melalui kebiasaan;

• Bahwa ada perjanjian berakhir dalam waktu 20 tahun, tetapi dalam

perjanjian dimaksud diatur adanya hak opsi harus mengikuti sampai

selesai, tetapi kalau tidak selesai diserahkan pada hakim;

Bahwa atas keterangan ahli tersebut, para pihak masing-masing menyatakan

akan menanggapinya di dalam kesimpulan;

Menimbang, bahwa adapun untuk membuktikan dalil bantahannya,

Termohon I dan Termohon II telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda

sebagai berikut:

BUKTI TERMOHON I:

T.I-1 : Fotokopi Akta Notaris ARYANTI ARTISARI, S.H., M.Kn.

Nomor 112 tanggal 30 Mei 2013 tentang Berita Acara Rapat

Halaman 61 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 156: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Umum Pemegang Saham Tahunan PT. Pembangunan Jaya

Ancol, Tbk;

T.I-2 : Fotokopi Akta Notaris SUJTIPTO, S.H., M.Kn. Nomor 81

tanggal 21 September 1992 tentang Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas

Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol;

T.I-3 : Fotokopi halaman 31 sampai dengan halaman 33 Akta

Notaris SUJTIPTO, S.H., M.Kn. Nomor 81 tanggal 21

September 1992 tentang Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas Undersea World

Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol;

T.I-4 : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 14/SWI-

YES/III/2011 tanggal 11 Maret 2011 perihal Permohonan

Perpanjangan BOT No. 81 Tanggal 21 September 1992

(“BOT”) yang ditujukan kepada PT. Pembangunan Jaya

Ancol;

T.I-5 : Fotokopi surat dari PT. Sea World Indonesia Nomor: 11/SWI-

YES/III/2012 tanggal 2 Maret 2012 perihal Permohonan

Perpanjangan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan dan

Pengalihan Hak Atas Undersea World Indonesia di Taman

Impian Jaya Ancol No. 81 tertanggal 21 September 1992

(“Perjanjian Kerjasama”) yang ditujukan kepada PT.

Pembangunan Jaya Ancol Tbk (“Jaya Ancol”);

T.I-6 : Fotokopi Salinan Putusan Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5

Juni 2014;

T.I-7 : Fotokopi halaman 1 dan 2 Putusan Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5

Juni 2014;

Bukti surat T.I-1 sampai dengan T.I-7 tersebut di atas setelah

dicocokkan ternyata sesuai dengan aslinya dan telah dibubuhi materai

cukup, maka bukti surat tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang

sah untuk dipertimbangkan;

Halaman 62 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 157: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

BUKTI TERMOHON II:

T.II-1 : Fotokopi Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014;

T.II-2 : Fotokopi Akta Notaris SUJTIPTO, S.H., M.Kn. Nomor 81

tanggal 21 September 1992 tentang Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas

Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol;

T.II-3 : Fotokopi halaman 61 sampai dengan halaman 69 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa;

T.II-4 : Fotokopi Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun

2012 tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar

Mahkamah Agung sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas

Bagi Pengadilan;

T.II-5a : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.729 K/Pdt.Sus/2008

tanggal 30 Maret 2009 yang diunduh dari Direktori Putusan

Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-5b : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.268 K/Pdt.Sus/2012

tanggal 25 Mei 2012 yang diunduh dari Direktori Putusan

Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-5c : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.146 K/Pdt.Sus/2012

tanggal 23 Mei 2012 yang diunduh dari Direktori Putusan

Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-6a : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.855 K/Pdt.Sus/2008

tanggal 21 Januari 2008 yang diunduh dari Direktori Putusan

Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-6b : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.109 K/Pdt.Sus/2010

tanggal 24 Februari 2010 yang diunduh dari Direktori

Halaman 63 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 158: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Putusan Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-6c : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.126 K/Pdt.Sus/2010

tanggal 29 November 2010 yang diunduh dari Direktori

Putusan Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-6d : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No.641 K/Pdt.Sus/2011

tanggal 21 Desember 2011 yang diunduh dari Direktori

Putusan Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-6e : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung No. 231 K/Pdt.Sus/2011

tanggal 12 Januari 2012 yang diunduh dari Direktori Putusan

Mahkamah Agung RI dengan alamat

putusan.mahkamahagung.go.id;

T.II-7a : Fotokopi halaman 475 Pasal 1866 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata;

T.II-7b : Fotokopi HIR Pasal 164 jo Pasal 154 ayat (2) HIR;

T.II-8 : Fotokopi email korespondensi dari Sekretariat BANI (diwakili

oleh Bapak Ismu) dengan Bapak Humprey R. Djemat;

T.II-9 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /

Daerah;

T.II-10 : Fotokopi Sertipikat Tanda Bukti Hak Pengelolaan Nomor 1 /

Ancol seluas 4.779.120 m2 atas nama pemegang hak

Pemda DKI Jakarta tanggal 23 Februari 1987;

Bukti surat T.II-1, T.II-2 dan T.II-3 tersebut di atas setelah dicocokkan

ternyata sesuai dengan aslinya dan telah dibubuhi materai cukup, maka

bukti surat tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang sah untuk

dipertimbangkan, sedangkan bukti surat T.II-4, T.II-6a sampai dengan

T.II-6e, T.II-7a, T.II-7b, T.II-9, T.II-10 tidak dapat ditunjukkan aslinya di

persidangan dan hanya merupakan fotokopi, adapun bukti surat T.II-5a

sampai dengan T.II-5c dan T.II-8 adalah sesuai print out, ;

Halaman 64 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 159: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa kemudian para pihak mengajukan kesimpulan

tanggal 25 September 2014 sebagaimana termuat dalam Berita Acara Sidang,

selanjutnya para pihak menyatakan tidak akan mengajukan sesuatu hal lagi dan

mohon putusan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini maka segala

sesuatu yang terjadi di persidangan sebagaimana tercatat dalam berita acara

sidang perkara ini dianggap pula tercantum di sini sebagai bagian tak

terpisahkan dari putusan ini ;

TENTANG HUKUMNYA

I. DALAM EKSEPSI:

Menimbang, bahwa Termohon I mengajukan eksepsi yaitu Pemohon

tidak lagi memiliki kapasitas hukum atau kedudukan hukum (legal standing)

dalam pengajuan permohonan pembatalan putusan BANI dikarenakan Akta

Nomor 81 tertanggal 21 September 1992 telah berakhir demi hukum pada

tanggal 16 Juni 2014;

Menimbang, bahwa atas eksepsi tersebut Majelis Hakim memberikan

pertimbangan sebagai berikut: bahwa Pemohon di dalam perkara a quo adalah

berkedudukan sebagai pihak yang mengajukan permohonan pembatalan

Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014, sehingga terhadapnya berlaku Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Bahwa Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan permohonan pembatalan

putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan

arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalil Pemohon yang tidak dibantah

oleh Para Termohon, Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 telah didaftarkan pada

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara tanggal 1 Juli 2014 di bawah

register No. 02/WASIT/2014/PN.JKT.UT, selanjutnya Pemohon mengajukan

Permohonan Pembatalan pada tanggal 24 Juli 2014, sehingga dengan

demikian Majelis Hakim berpendapat permohonan pembatalan putusan yang

Halaman 65 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 160: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

diajukan oleh Pemohon adalah masih dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

undang-undang;

Menimbang, bahwa benar adanya jika perjanjian Nomor 81 tanggal 21

September 1992 tentang Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan dan

Pengalihan Hak Atas Undersea World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol

adalah berakhir pada tanggal 16 Juni 2014 (vide bukti P-2 yang sama dengan

bukti T.I-2 dan bukti T.II-2), namun demikian oleh karena terjadi sengketa

antara Pemohon dengan Termohon I perihal isi perjanjian dimaksud, yaitu

adanya perbedaan pandangan antara Pemohon dengan Termohon I dalam

menafsirkan ketentuan Pasal 8 ayat (6) perjanjian Nomor 81 tanggal 21

September 1992, maka sudah selayaknya jika sengketa antara Pemohon

dengan Termohon I diselesaikan terlebih dahulu sebelum perjanjian dimaksud

dinyatakan telah berakhir, in casu adanya putusan yang berkekuatan hukum

tetap terhadap Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/

IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014, sehingga dalam hal ini Majelis Hakim

berpendapat perjanjian Nomor 81 tanggal 21 September 1992 tentang

Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas Undersea

World Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol menjadi status quo;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat klausul berakhirnya

perjanjian dimaksud hanya dapat diterapkan dalam keadaan normal tanpa

adanya suatu permasalahan diantara para pihak. Untuk itu walaupun perjanjian

Nomor 81 tertanggal 21 September 1992 telah berakhir pada tanggal 16 Juni

2014, namun demikian menurut pendapat Majelis Hakim tidaklah menjadikan

Pemohon tidak memiliki kapasitas hukum atau kedudukan hukum (legal

standing), sebab yang utama di dalam perkara a quo adalah legal standing

Pemohon dalam kedudukannya sebagai pihak yang mengajukan pembatalan

putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI);

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat, eksepsi dari Termohon I menurut hukum harus

dinyatakan tidak dapat diterima;

II. DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari Pemohon adalah

sebagaimana diuraikan di atas;

Halaman 66 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 161: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Pemohon mengajukan permohonan pembatalan

Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

DALAM KONVENSI

Dalam Eksepsi

Menolak Eksepsi Termohon Konvensi untuk seluruhnya.

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan permohonan dari Pemohon Konvensi untuk sebagian.

2. Menyatakan Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan

Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD INDONESIA di Taman

Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang dalam Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No. 81 tanggal 21

September 1992 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO, S. H., Notaris

di Jakarta, berakhir pada tanggal 06 Juni 2014.

3. Menyatakan opsi perpanjangan masa Perjanjian Pembangunan,

Pengelolaan, dan Pengalihan Hak Atas UNDERSEA WORLD

INDONESIA di Taman Impian Jaya Ancol sebagaimana tertuang

dalam Perjanjian Pembangunan, Pengelolaan, dan Pengalihan No.

81 tanggal 21 September 1993 yang dibuat di hadapan SUTJIPTO,

S. H., Notaris di Jakarta, adalah tidak berlaku secara serta merta

atau otomatis, melainkan bersyarat dapat diperpanjang dengan

perjanjian baru yang disepakati Pemohon Konvensi dan Termohon

Konvensi.

4. Menghukum Termohon Konvensi untuk menyerahkan bangunan

UNDERSEA WORLD INDONESIA termasuk peralatan serta fasilitas

dan barang inventaris lainnya sesuai dengan Berita Acara

Pemeriksaan Setempat tanggal 20 Februari 2014 yang dilakukan

oleh Majelis dan Para Phak kepada Pemohon Konvensi dalam

keadaan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya pada saat

pengelolaan berakhir, yaitu tanggal 06 Juni 2014.

5. Menolak permohonan Pemohon Konvensi untuk selebihnya.

DALAM REKONVENSI

Menolak Permohonan Rekonvensi dari Pemohon Rekonvensi/Termohon

Konvensi seluruhnya.

Halaman 67 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 162: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

1. Menghukum Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi dan

Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi membayar biaya

administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi

masing-masing seperdua bagian.

2. Memerintahkan Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk

mengembalikan ½ (seperdua) biaya administrasi, biaya

pemeriksaan, dan biaya arbiter dalam Konvensi, yaitu sebesar Rp

261.900.000,- (dua ratus enam puluh satu juta sembilan ratus ribu

rupiah) kepada Pemohon Konvensi/Termohon Rekonvensi.

3. Menghukum Termohon Konvensi/Pemohon Rekonvensi untuk

membayar biaya administrasi, biaya pemeriksaan, dan biaya arbiter

dalam Rekonvensi sebesar Rp 523.800.000,- (lima ratus dua puluh

tiga juta delapan ratus ribu rupiah) untuk seluruhnya.

4. Menghukum Pemohon dan Termohon untuk melaksanakan putusan

ini selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak putusan diucapkan.

5. Menyatakan putusan ini putusan dalam tingkat pertama dan terakhir

serta mengikat kedua belah pihak.

6. Memerintahkan Sekretaris Majelis dalam perkara ini mendaftarkan

Putusan Arbitrase tersebut pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Utara pada waktu sesuai yang ditetapkan dalam Undang-

undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

Menimbang, bahwa permohonan pembatalan putusan arbitrase dari

Pemohon adalah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, oleh

karena itu permohonan dari Pemohon tersebut secara formil dapatlah untuk

diterima;

Menimbang, bahwa Pemohon mengajukan keberatan terhadap Putusan

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 oleh karena besar indikasi pemeriksaan Perkara No. 513/

IV/ARB-BANI/2013 sejak awal telah berlangsung secara tidak independen,

memihak, dan penuh tipu muslihat yang bertujuan untuk merugikan kepentingan

Halaman 68 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 163: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hukum dan hak-hak Pemohon dengan alasan-alasan yang pada pokoknya

sebagai berikut:

1. Pemohon Menemukan Dokumen yang Sifatnya

Menentukan di mana Dokumen Ini Menunjukkan

Adanya Afiliasi antara Saksi Ahli yang Diajukan

Pemohon Arbitrase dengan Salah Satu Arbiter yang

Mempengaruhi Putusan BANI No. 513 Sebagaimana

dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70 Huruf b UU

Arbitrase;

2. Patut Diduga Putusan Bani No. 513 Diambil dari

Hasil Tipu Muslihat dari Pihak Pemohon Arbitrase

Sebagaimana Dimaksud dalam Ketentuan Pasal 70

Huruf c Arbitrase;

3. Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata dalam Memutus

Perkara Terkait Penggunaan Dasar Hukum Pengambilan Keputusan;

4. Putusan BANI No. 513 Telah Melanggar Azas Kebebasan Berkontrak dan

Hukum Perjanjian yang Diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata;

5. Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah Memberikan Putusan yang

Melebihi Tuntutan dalam Permohonan Arbitrase;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan memberikan

pertimbangan sebagai berikut: bahwa Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

menyatakan terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan

permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-

unsur sebagai berikut :

a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan

dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang

disembunyikan oleh pihak lawan ; atau

c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak

dalam pemeriksaan sengketa.

Menimbang, bahwa setelah mempelajari dengan seksama 5 (lima) poin

alasan permohonan pembatalan putusan BANI yang diajukan oleh Pemohon

tersebut di muka, dihubungkan ketentuan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30

Halaman 69 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 164: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa hanya ada 2 (dua) permasalahan hukum pokok

yang dapat dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sehubungan dengan

permohonan perkara a quo yaitu:

1. Apakah ada ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang

disembunyikan oleh Termohon I setelah adanya Putusan Badan

Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014?;

2. Apakah Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 diambil dari hasil tipu

muslihat yang dilakukan oleh Termohon I dalam pemeriksaan

sengketa?;

Menimbang, bahwa adapun alasan selebihnya yang diajukan oleh

Pemohon yaitu:

1. Majelis Arbitrase Telah Melakukan Kekeliruan Nyata

dalam Memutus Perkara Terkait Penggunaan Dasar

Hukum Pengambilan Keputusan;

2. Putusan BANI No. 513 Telah Melanggar Azas

Kebebasan Berkontrak dan Hukum Perjanjian yang

Diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata;

3. Termohon II Selaku Majelis Pemutus Telah

Memberikan Putusan yang Melebihi Tuntutan dalam

Permohonan Arbitrase;

menurut Majelis Hakim adalah bukan merupakan alasan-alasan sebagaimana

diatur di dalam ketentuan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, bahkan lebih jauh

sudah masuk ke dalam pokok perkara yang bukan menjadi kewenangan dari

Majelis Hakim untuk menilainya, untuk itu terhadap ketiga alasan Pemohon

sebagaimana di muka, Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkannya

lebih lanjut dan patutlah untuk dikesampingkan;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya,

Pemohon telah mengajukan alat bukti berupa surat yang diberi tanda P-1

sampai dengan P-11 dan 1 (satu) orang ahli bernama Prof. Dr. RIDWAN

Halaman 70 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 165: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

KHAIRANDY, S.H., M.H., sedangkan untuk menguatkan dalil-dalil jawabannya,

Termohon I mengajukan alat bukti berupa surat yang diberi tanda T.I-1 sampai

dengan T.I-7, adapun Termohon II mengajukan alat bukti berupa surat yang

diberi tanda T.II-1 sampai dengan T.II-10;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan lebih

lanjut, terlebih dahulu akan dipertimbangkan bukti-bukti surat yang diajukan

oleh Para Pihak. Bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari dengan seksama

bukti-bukti yang diajukan oleh Para Pihak, sebagian adalah tidak ada aslinya

dan hanya merupakan fotokopi dari fotokopi, namun demikian Majelis Hakim

berpendapat bukti tersebut sangat relevan dengan perkara a quo, di samping itu

bukti-bukti surat tersebut tidak dibantah oleh Para Pihak, maka bukti surat

tersebut patut untuk dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa disamping itu untuk lebih efektif dalam

pertimbangan hukum perkara a quo, terhadap bukti-bukti surat yang diajukan

oleh Para Pihak, Majelis Hakim akan mendahulukan mempertimbangkan bukti-

bukti surat yang relevan dengan pokok perkara permohonan a quo;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan permasalahan hukum pertama yaitu apakah ada

ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh

Termohon I setelah adanya Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014?;

Menimbang, bahwa Pemohon di dalam dalil pokok persoalan pertama

dimaksud menyatakan terdapat berita dalam situs hukumonline.com yang

menunjukkan bahwa Ahli ELIJANA TANSAH terafiliasi dengan salah satu

Majelis Arbiter, yaitu HUMPREY R. DJEMAT yang notabene adalah arbiter

yang ditunjuk oleh PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL (Persero), Tbk. /

Termohon I, sehingga dengan demikian maka seharusnya Ahli ELIJANA

TANSAH pada saat dimintai keterangannya pada persidangan tanggal 6

Februari 2014 wajib menolak untuk memberikan keterangan dengan alasan

terdapat benturan kepentingan dengan HUMPREY R. DJEMAT, demikian juga

HUMPREY R. DJEMAT seharusnya wajib menolak untuk memeriksa dan/atau

meminta keterangan dari Ahli ELIJANA TANSAH dengan alasan terdapat

benturan kepentingan yang dapat mempengaruhi independensi keterangan-

Halaman 71 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 166: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keterangan Ahli ELIJANA TANSAH dalam pemeriksaan, termasuk objektifitas

HUMPREY R. DJEMAT sebagai salah satu anggota Majelis Arbiter yang

ditetapkan oleh Termohon I;

Menimbang, bahwa terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon I di

dalam dalil jawabannya menyatakan tidak mungkin Termohon I

menyembunyikan dokumen yang bersifat menentukan sedangkan dokumen

tersebut adalah berita dari situs hukumonline.com tertanggal 6 Maret 2009

dimana situs hukumonline.com adalah situs yang terbuka untuk umum dan

sangat tidak mungkin dapat disembunyikan oleh Termohon II, bahkan dalam

persidangan ini jelas-jelas Termohon I dapat dengan mudah menemukan

informasi tersebut melalui internet.

Menimbang, bahwa adapun Termohon II di dalam dalil jawabannya

menyatakan jika dalil Pemohon tersebut merupakan hal yang mengada-ada

karena tidak ada satupun bukti bahwa Termohon I telah secara sengaja

menyembunyikan dokumen, apalagi dokumen berupa berita dari situs

hukumonline.com tanggal 6 Maret 2009, oleh karena situs hukumonline.com

dapat diakses oleh setiap orang, selanjutnya Termohon II menyatakan tidak ada

satupun putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang

membuktikan adanya dokumen yang disembunyikan pihak lawan, in casu

Termohon I di dalam proses pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013;

Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap permasalahan hukum

pertama di muka, Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut:

bahwa setelah mempelajari dengan seksama bukti-bukti yang diajukan oleh

para pihak, sehubungan dengan dalil Pemohon perihal dokumen yang bersifat

menentukan, yang disembunyikan oleh Termohon I adalah mengacu kepada

bukti P-10 berupa fotokopi berita yang diambil dari situs hukumonline (

www.hukumonline.com) tanggal 6 Maret 2009, yang di dalamnya terdapat berita

dengan kalimat “Sedangkan Elijana Tansah dari Kantor Advokat Gani

Djemat & Partners berpendapat lain”;

Menimbang, bahwa untuk itu Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah bukti P-10 dimaksud termasuk dalam kategori dokumen yang bersifat

menentukan yang disembunyikan oleh Termohon I. Bahwa bukti P-10 adalah

Halaman 72 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 167: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

diambil dari situs dengan alamat www.hukumonline.com yang merupakan situs

umum, dimana setiap orang dapat dengan mudah untuk mengaksesnya,

utamanya di dalam melihat berita tanggal 6 Maret 2009 yang terdapat kalimat

“Sedangkan Elijana Tansah dari Kantor Advokat Gani Djemat & Partners

berpendapat lain”, dimana pembaca dapat langsung mengaksesnya tanpa

terlebih dahulu harus mendaftar menjadi anggota situs hukumonline;

Menimbang, bahwa untuk itu Majelis Hakim sependapat dengan dalil

Termohon I dan Termohon II yang pada pokoknya menyatakan situs

hukumonline.com adalah situs yang terbuka untuk umum yang dapat diakses

oleh setiap orang sehingga tidak mungkin dapat disembunyikan oleh Termohon

I, sehingga terhadap bukti P-10 berupa fotokopi berita yang diambil dari situs

hukumonline (www.hukumonline.com) tanggal 6 Maret 2009, yang di dalamnya

terdapat berita dengan kalimat “Sedangkan Elijana Tansah dari Kantor

Advokat Gani Djemat & Partners berpendapat lain”, Majelis Hakim

berpendapat bukanlah termasuk sebagai dokumen yang disembunyikan

sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 70 huruf b Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

pun Majelis Hakim berpendapat bukti P-10 dimaksud sifatnya tidaklah

menentukan, oleh karena hanya merupakan sebuah berita seperti pada

umumnya;

Menimbang, bahwa dengan demikian berdasarkan uraian pertimbangan

tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat alasan pembatalan Putusan

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 yang diajukan oleh Pemohon dengan alasan ada ditemukan

dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh Termohon I

setelah adanya putusan haruslah untuk ditolak;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan

mempertimbangkan permasalahan hukum kedua yaitu apakah Putusan

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

tanggal 5 Juni 2014 diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh

Termohon I dalam pemeriksaan sengketa?;

Menimbang, bahwa Pemohon di dalam dalil pokok persoalan kedua

dimaksud menyatakan ada itikad tidak baik dan konspirasi dari awal untuk

Halaman 73 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 168: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mempecundangi Pemohon dalam perkara arbitrase, oleh karena adanya fakta

hukum hubungan antara Majelis Arbiter Termohon II (HUMPREY R. DJEMAT)

dengan Ahli ELIJANA TANSAH yang diajukan oleh Termohon I sebagai salah

satu pihak dalam Perkara Arbitrase No. 513/IV/ARB-BANI/2013, sehingga patut

diduga telah terjadi konspirasi sejak awal didaftarkannya Permohonan Arbitrase

yang bertujuan untuk menghilangkan hak-hak dan kepentingan hukum

Pemohon;

Menimbang, bahwa terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon I di

dalam dalil jawabannya menyatakan bahwa mengenai dalil adanya tipu muslihat

di mana Termohon I menunjuk Termohon II untuk menyelesaikan pokok

sengketa/permasalahan adalah memang sudah sesuai dengan amanat pada

Akta No. 81/1992, yaitu Pasal 23 ayat (2) yang menyatakan dalam hal adanya

perselisihan memang harus diselesaikan melalui Termohon II dan bukan melalui

instansi atau lembaga peradilan yang lain. Hal ini adalah kesepakatan Pemohon

dan Termohon I dan oleh karenanya berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya;

Menimbang, bahwa adapun Termohon II di dalam dalil jawabannya

menyatakan jika dalil Pemohon tersebut merupakan tuduhan yang tendensius

dan mengada-ada karena pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013

telah berjalan sesuai ketentuan dan mempertimbangkan seluruh dalil, bukti-

bukti serta fakta-fakta yang disampaikan oleh kedua belah secara seimbang

sesuai asas audi alteram partem dan tidak ada satupun tipu muslihat yang

dilakukan. Adapun, apabila tipu muslihat yang didalilkan oleh Pemohon adalah

berkenaan dengan tuduhan di mana ELIJANA TANSAH memiliki afiliasi dengan

HUMPREY R. DJEMAT, maka Termohon II menolaknya dengan tegas karena

pada faktanya ELIJANA TANSAH tidak bekerja dan tidak pernah bekerja di

kantor hukum GANI DJEMAT & PARTNERS, tempat di mana HUMPREY R.

DJEMAT tergabung. Selanjutnya jika memang terdapat tipu muslihat, maka

haruslah didasarkan pada putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum

tetap, sementara di dalam perkara ini tidak ada satupun putusan pengadilan

dimaksud yang menunjukkan adanya tipu muslihat di dalam proses

pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013;

Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap permasalahan hukum kedua

di muka, Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut: bahwa

Halaman 74 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Page 169: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Majelis Hakim sependapat dengan dalil Termohon II yang pada pokoknya

menyatakan dalam hal terdapat tipu muslihat, maka harus didasarkan pada

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, hal ini sejalan dengan

isi penjelasan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang menyatakan permohonan

pembatalan hanya dapat diajukan terhadap putusan arbitrase yang sudah

didaftarkan di pengadilan. Alasan-alasan permohonan pembatalan yang

disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan pengadilan.

Apabila pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut terbukti atau

tidak terbukti, maka putusan pengadilan ini dapat digunakan sebagai dasar

pertimbangan bagi hakim untuk mengabulkan atau menolak permohonan;

Menimbang, bahwa namun demikian di dalam perkembangan keilmuan

dan pemeriksaan perkara di persidangan, pembatalan putusan arbitrase

berdasarkan alasan tipu muslihat dapat diajukan tanpa disertai dengan putusan

pengadilan yang menyatakan adanya tipu muslihat tersebut, dimana Majelis

Hakim yang bersangkutan cukup menilai dari bukti-bukti yang diajukan oleh

Pemohon bahwa terdapat perbuatan tipu muslihat yang dilakukan oleh pihak

lawan sebagaimana ketentuan Pasal 70 huruf c Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, hal mana

sebagaimana tertuang di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 700 PK/

Pdt/2008 jo Putusan Mahkamah Agung Nomor 02/Banding/Wasit/2004 jo

Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 468/Pdt.G/2003/PN.Sby, dimana

Majelis Hakim PK Mahkamah Agung berpendapat Pemohon telah sengaja

mengajukan bukti yang diketahuinya sudah tidak berlaku serta bukti yang tidak

sah, sehingga sedemikian rupa mengakibatkan Majelis Arbitrase menjatuhkan

putusan yang mendasarkan kepada bukti tersebut. Tindakan Pemohon dalam

proses persidangan arbitrase tersebut yang sifatnya “mengelabuhi”, sehingga

arbiter tidak dapat mendudukkan fakta-fakta hukum pada keadaan yang

sebenarnya, sehingga tindakan Pemohon dapat dikategorikan sebagai tipu

muslihat yang membatalkan putusan arbitrase;

Menimbang, bahwa di dalam pokok perkara a quo, Pemohon

mempermasalahkan adanya hubungan hukum antara Majelis Arbiter Termohon

II (HUMPREY R. DJEMAT) dengan Ahli ELIJANA TANSAH, sehingga patut

diduga telah terjadi konspirasi sejak awal didaftarkannya Permohonan Arbitrase

Halaman 75 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

Page 170: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yang bertujuan untuk menghilangkan hak-hak dan kepentingan hukum

Pemohon, yang apabila dihubungkan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh

para pihak, maka bukti yang relevan untuk dipertimbangkan sehubungan

dengan pokok permasalah kedua ini adalah bukti P-10 berupa Fotokopi berita

yang diambil dari situs hukumonline (www.hukumonline.com) tanggal 6 Maret

2009 dan bukti T.II-8 berupa Fotokopi email korespondensi dari Sekretariat

BANI (diwakili oleh Bapak Ismu) dengan Bapak Humprey R. Djemat;

Menimbang, bahwa Pemohon berdasarkan bukti P-10 pada intinya

ingin menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Majelis Arbiter Termohon

II (HUMPREY R. DJEMAT) dengan Ahli ELIJANA TANSAH, sebagaimana isi

berita yang menyatakan jika ELIJANA TANSAH adalah berasal dari Kantor

Advokat Gani Djemat, sebaliknya Termohon II berdasarkan bukti T.II-8 ingin

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Arbiter HUMPREY R. DJEMAT

dengan Ahli ELIJANA TANSAH, oleh karena Ahli ELIJANA TANSAH tidak

pernah bekerja di Kantor GANI DJEMAT & Partners;

Menimbang, bahwa atas perbedaan dimaksud, Majelis Hakim

memberikan pertimbangan sebagai berikut: bahwa berdasarkan bukti T.II-8,

menunjukkan bahwa korespondensi antara ISMUDAKIR dari Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) dengan HUMPHREY R. DJEMAT terjadi pada

tanggal 1 dan tanggal 2 September 2014, dimana pada tanggal 1 September

2014, ISMUDAKIR mengirimkan imel kepada HUMPHREY R. DJEMAT yang

pada pokoknya mengajukan pertanyaan tentang saksi ahli, selanjutnya pada

tanggal 2 September 2014, HUMPHREY R. DJEMAT membalas imel

ISMUDAKIR yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa tidak benar Ibu ELIJANA

TANSAH bekerja, atau pernah

bekerja di GANI DJEMAT &

PARTNERS;

2. Bahwa tidak pernah ada

hubungan kerja antara Ibu

ELIJANA TANSAH dengan

GANI DJEMAT & PARTNERS,

kecuali sebatas mengundang

beliau untuk konsultasi, menjadi

Halaman 76 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76

Page 171: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pembicara dalam seminar atau

menjadi saksi ahli dalam

persidangan, seperti halnya

dilakukan oleh banyak firma

hukum lainnya;

3. Oleh karena tidak ada hubungan

kerja apapun antara Ibu

ELIJANA TANSAH dengan

GANI DJEMAT & PARTNERS,

maka kami tidak memiliki

dokumen apapun terkait dengan

hal tersebut;

Menimbang, bahwa dari bukti imel korespondensi tersebut di atas,

Majelis Hakim berkesimpulan antara HUMPHREY R. DJEMAT dengan

ELIJANA TANSAH walaupun tidak terdapat hubungan kerja, -dalam pengertian

ELIJANA TANSAH bekerja kepada HUMPHREY R. DJEMAT dan mendapat

gaji daripadanya-, namun terjalin hubungan komunikasi dan kerjasama yang

cukup erat dan berkesinambungan yang ditunjukkan pada kalimat

“...mengundang beliau untuk konsultasi, menjadi pembicara dalam

seminar atau menjadi saksi ahli dalam persidangan..”.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat penanganan perkara

arbitrase merupakan hal yang sangat sensitif oleh karena terdapat dua

kepentingan yang saling bertolak belakang, sehingga diharapkan arbiter diisi

oleh orang-orang yang mumpuni dan dapat dipercaya oleh kedua belah pihak

berperkara, kepercayaan tersebut salah satunya adalah arbiter akan bersikap

netral dan tidak memihak atau condong kepada salah satu pihak, pun di dalam

memeriksa saksi maupun ahli yang diajukan oleh para pihak, sudah menjadi

kewajiban bagi arbiter untuk bisa memilah-milah saksi dan atau ahli yang akan

diperiksa;

Menimbang, bahwa Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak secara tegas mengatur

mengenai afiliasi, namun demikian menjadi suatu kepatutan dan etika arbiter

bahwa antara saksi atau ahli yang diperiksa dengan arbiter tidak terdapat

hubungan apapun, baik hubungan kerja ataupun sebatas komunikasi dan

Halaman 77 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77

Page 172: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kerjasama, karena hal tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya dan

kecurigaan dari salah satu pihak seperti halnya perkara a quo;

Menimbang, bahwa HUMPHREY R. DJEMAT sebagai Arbiter dalam

menangani perkara Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 sudah selesai tugasnya

sejak putusan tersebut diucapkan pada tanggal 5 Juni 2014, sehingga menjadi

hal yang tidak etis apabila HUMPHREY R. DJEMAT mengomentari perkara

yang pernah ditanganinya sebagaimana tertuang di dalam bukti T.II-8, yang

menurut Majelis Hakim dari bukti T.II-8 tersebut semakin mempertegas bahwa

antara HUMPHREY R. DJEMAT dengan ELIJANA TANSAH sebelum

pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 adalah sudah saling

mengenal dan memiliki hubungan komunikasi yang erat;

Menimbang, bahwa Termohon I dalam pemeriksaan perkara Nomor

513/IV/ARB-BANI/2013 telah menunjuk HUMPHREY R. DJEMAT sebagai

arbiter dan mengajukan ELIJANA TANSAH sebagai ahli untuk didengar

keterangannya. Bahwa Termohon I di dalam dalil jawabannya tidak

menyampaikan bantahan perihal hubungan antara HUMPHREY R. DJEMAT

dengan ELIJANA TANSAH sebelum pemeriksaan perkara Nomor 513/IV/ARB-

BANI/2013, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan Termohon I telah sengaja

mengajukan ahli ELIJANA TANSAH yang diketahuinya mempunyai hubungan

kerja dan komunikasi yang erat dengan HUMPHREY R. DJEMAT, sehingga

sedemikian rupa mengakibatkan 2 (dua) Anggota Majelis Arbritase menjatuhkan

putusan yang mendasarkan kepada keterangan ahli ELIJANA TANSAH perihal

perjanjian Nomor 81 tanggal 21 September 1992 tentang Perjanjian

Pembangunan, Pengelolaan dan Pengalihan Hak Atas Undersea World

Indonesia di Taman Impian Jaya Ancol, utamanya di dalam menafsirkan

ketentuan Pasal 8 ayat (6) tentang hak opsi, sehingga dengan demikian

tindakan Termohon I dalam proses persidangan Arbritrase tersebut yang

sifatnya “mengelabuhi” atau “mengecoh” Pemohon, sehingga Arbiter tidak

dapat mendudukkan fakta-fakta hukum pada keadaan yang sebenarnya,

sehingga tindakan Termohon I dapat dikategorikan sebagai tipu muslihat yang

apabila hal tersebut diketahui oleh Pemohon pada saat berjalannya

pemeriksaan perkara Nomor. 513/IV/ARB-BANI/2013 sudah dapat dipastikan

Pemohon akan menolak pengajuan ELIJANA TANSAH sebagai Ahli ;

Halaman 78 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78

Page 173: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis

Hakim berpendapat alasan pembatalan Putusan Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014 yang

diajukan oleh Pemohon dengan alasan putusan arbitrase diambil dari hasil tipu

muslihat yang dilakukan oleh Termohon I dalam pemeriksaan sengketa

patutlah untuk dikabulkan;

Menimbang, bahwa dengan demikian dari segala apa yang telah Majelis

Hakim uraikan dan pertimbangkan di muka, maka Putusan Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014

tidak bisa dipertahankan lagi dan harus dibatalkan untuk seluruhnya;

Menimbang, bahwa terhadap bukti-bukti selebihnya yang diajukan oleh

Para Pihak, walaupun masih ada hubungannya dengan perkara a quo, namun

demikian Majelis Hakim menilai oleh karena permasalahan dalam pokok

perkara a quo telah terjawab dengan bukti-bukti yang sudah dipertimbangkan

sebagaimana dimuka, maka bukti selebihnya tidak akan dipertimbangkan lebih

lanjut oleh Majelis Hakim;

Menimbang, bahwa karena permohonan Pemohon dikabulkan, maka

biaya perkara yang timbul akibat dari permohonan ini dibebankan pada

Pemohon;

Mengingat Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 49 Tahun

2009 tentang Peradilan Umum serta peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan perkara ini;

M E N G A D I L I

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Membatalkan Putusan Termohon II / Badan Arbitrase Nasional Indonesia

(BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013 tanggal 5 Juni 2014;

3. Membebankan biaya perkara ini kepada Pemohon sejumlah Rp. 531.000,00

( Lima ratus tiga puluh satu ribu rupiah ) ;

Demikian diputuskan dalam musyawarah Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Utara pada hari Senin tanggal 29 September 2014 dengan

Halaman 79 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79

Page 174: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

susunan Dasma, S.H., M.H. sebagai Hakim Ketua, I.B.N. Oka Diputra, S.H.,

M.H. dan Hj. Tenri Muslinda, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim

Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari Selasa tanggal 30 September

2014 dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dan Hakim-

Hakim Anggota tersebut dengan dibantu oleh Eko Suharjono, S.H., M.H.

selaku Panitera Pengganti, dihadiri oleh Kuasa Hukum Pemohon, Kuasa

Hukum Termohon I dan Kuasa Hukum Termohon II;

Hakim Ketua Majelis,

Dasma, S.H., M.H.

Hakim Anggota I,

I.B.N. Oka Diputra, S.H., M.H.

Hakim Anggota II,

Hj. Tenri Muslinda, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

Eko Suharjono, S.H., M.H.

Perincian biaya perkara :

1. PNBP ................................................Rp 30.000,00

2. ATK …………………......................... Rp 75.000,00

3. Panggilan …...…………………......... Rp400.000,00

Halaman 80 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80

Page 175: STUDI TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN BANI DI … · dikeluarkan merupakan alasan utama forum arbitrase dinikmati. Banyak kelebihan yang didapat dari arbitrase, namun bukan berarti arbitrase

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. PNBP Panggilan … ……………...... Rp 15.000,00

5. Redaksi ........................................... Rp 5.000,00

6 . Meterai ............................................. Rp 6.000,00 +

Jumlah : Rp531.000,00 ( lima ratus tiga puluh

satu ribu rupiah )

Halaman 81 dari 81 Putusan Nomor 305/Pdt.G/BANI/2014/PN Jkt.Utr

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81