STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

110
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) DISTRIK BIRI DAN DISTRIK KORAGI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA STUDI PERENCANAAN PROTARIH

Transcript of STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Page 1: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro(PLTMH)

DISTRIK BIRI DAN DISTRIK KORAGIKABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

STUDI PERENCANAAN

PROTARIH

Page 2: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab I - 1

PENDAHULUAN

BBAABB II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1 LATAR BELAKANG Ketersediaan listrik di Kabupaten Jaya Wijaya saat ini belum optimal dan merata, hal ini disebabkan oleh susunan letak antar distrik yang cenderung tidak merata dan tersebar, sehingga pencapaian listrik oleh PLN sangat terbatas.

Namun secara potensi khususnya untuk potensi pengembangan PLTMH di Kabupaten Jaya Wijaya sangatlah besar, hal ini didukung oleh melimpahnya sumber daya air berupa sungai sungai yang cukup besar dengan tinggi jatuh yang mencukupi.

Studi ini dilaksanakan di Distrik Biri dan Koragi, dimana di lokasi tersebut sama sekali belum tersentuh listrik, untuk itu diperlukan suatu kajian potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) dengan melihat kondisi sungai disekitar.

Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik di Indonesia serta dalam usaha mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa air sungai yang banyak terdapat di seluruh Indonesia.

Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) merupakan sejenis pembangkit tenaga listrik yang mirip dengan PLTA, hanya sekalanya lebih kecil. Air dari sungai menggerakan pemutar kincir secara alami dan disambung ke generator untuk menghasilkan listrik. Untuk itu telah diadakan survai lapangan yang dilanjutkan dengan penyusunan studi kelayakan dan rancang dasar (basic design) pada lokasi pekerjaan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat, baik untuk komersial maupun non-komersial, sementara ini sebagian suplai listrik di Indonesia menggunakan energi fosil, yang tentunya sangat mahal dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu diupayakan utnuk pemenuhan kebutuhan listrik menggunakan energi terbarukan, dalam hal ini adalah pemanfaatan energi air yang sangat melimpah di Indonesia.

Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua, mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air, khusunya untuk minihidro. Untuk itu diperlukan survey yang lebih lanjut untuk melihat potensi tenaga air di Kabupaten Jaya Wijaya khususnya utuk Distrik

Page 3: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab I - 2

PENDAHULUAN

Biri dan Koragi yang sangat membutuhkan pasokan tenaga listrik agar dapat mendukung laju perkembangan wilayah serta perekonomian diwilayah sekitarnya.

1.3 GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN Lokasi pekerjaan adalah di Distrik Biri dan Koragi Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua. Keadaan saat ini masih belum ada listrik terpasang secara permanen, untuk pemenuhuan kebutuhan listrik masyarakat mengandalkan tenaga matahari dari solar cell, tentunya akan sangat terbatasa dari segi pemenuhan listrik sehari hari.

Sungai yang cukup berpotensi di sekitar lokasi Studi adalah Sungai Nagi yang lokasinya memang cukup dekat dengan pusat keramaian. Kondisi debit air berkisar antara 300 liter/detik sampai 500 liter/ detik.

Page 4: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab I - 3

PENDAHULUAN

1.4 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup Pekerjaan studi ini adalah sebagai berikut :

a. Melakukan survai dan pengumpulan data (primer dan sekunder) dari berbagai aspek, antara lain teknis, ekonomi/bisnis, keuangan dan lingkungan;

b. Melakukan evaluasi dan analisa data;

c. Membuat Basic Design Engineering (sipil, elektrikal, mekanikal), termasuk pemilihan dan penentuan letak lokasi pembangkit, kapasitas dan jenis pembangkit, sistem instalasi pembangkit, serta kemungkinan interkoneksi dengan jaringan PLN Distribusi;

d. Menghitung dan Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Proyek berdasarkan real price saat ini di lokasi pekerjaan.

e. Melakukan beberapa Analisa Kelayakan berikut kesimpulannya, yang ditinjau dari masing-masing aspek yaitu:

- Analisa kelayakan teknis,

- Analisa kelayakan ekonomi,

- Analisa kelayakan keuangan, dan

- Analisa kelayakan lingkungan.

LOKASI RENCANA PLTMH DISTRIK BIRI DAN KORAGI

KOORDINAT 3°51'7.86"S

138°46'15.18"E

Page 5: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab I - 4

PENDAHULUAN

1.5 PENCAPAIAN LOKASI PEKERJAAN Lokasi rencana PLTM Biri Koragi dari Kota Wamena adalah sekitar 60 km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, namun jika sudah mulai masuk ke Distrik harus memeperhatikan jenis kendaraan yang dipakai dan cuaca pada saat perjalanan, karena kondisi jalan masih berupa jalan tanah yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan jika hujan.

Page 6: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 12

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

BBAABB IIII.. DDEESSKKRRIIPPSSII LLOOKKAASSII DDAANN SSUURRVVEEYY LLAAPPAANNGGAANN

2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN JAYAWIJAYA Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1500-2000 m di atas permukaan laut. Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara lain: Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).

Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut.

Orang Dani di lembah Baliem biasa disebut sebagai "Orang Dani Lembah". Rata-rata kenaikan populasi orang Dani sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah keengganan pada ibu untuk mempunyai anak lebih daripada dua yang menyebabkan rendahnya populasi orang Dani di Lembah Baliem. Sikap berpantang pada ibu selama masih ada anak yang masih disusui, membuat jarak kelahiran menjadi jarang. Hal ini

Page 7: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 22

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

selain tentu saja karena adat istiadat mereka, mendorong terjadinya poligami. Poligami terjadi terutama pada laki-laki yang kaya, mempunyai banyak babi. Babi merupakan mas kawin utama yang diberikan laki-laki kepada keluarga wanita. Selain sebagai mas kawin, babi juga digunaklan sebagai lambang kegembiraan maupun kedukaan. Babi juga menjadi alat pembayaran denda terhadap berbagai jenis pelanggaraan adat. Dalam pesta adat besar babi tidak pernah terlupakan bahkan menjadi bahan konsumsi utama.

Sebelum tahun 1954, penduduk Kabupaten Jayawijaya merupakan masyarakat yang homogen dan hidup berkelompok menurut wilayah adat, sosial dan konfederasi suku masing-masing. Pada saat sekarang ini penduduk Jayawijaya sudah heterogen yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang sosial, budaya dan agama yang berbeda namun hidup berbaur dan saling menghormati.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (2012)

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Wamena 26.514 22.126 48.64

Trikora 3.453 2.783 6.235

Napua 1.512 1.438 2.95

Walaik 1.98 2.02 3.999

Wouma 1.901 1.736 3.636

Hubikosi 4.281 3.75 8.031

Hubikiak 4.174 3.444 7.618

Pelebaga 3.752 3.305 7.057

Ibele 4.286 4.142 8.428

Tailarek 1.774 1.444 3.218

Walelagama 998 1.015 2.013

Itlay Hisage 3.307 3.574 6.881

Siepkosi 1.938 1.909 3.874

Kurulu 4.919 5.161 10.08

Usilimo 2.885 3.17 6.055

Wita Waya 1.384 1.626 3.01

Libarek 1.134 1.16 2.294

Wadangku 1.211 1.113 2.325

Pisugi 1.978 2.44 4.418

Yalengga 865 835 1.7

Koragi 455 420 857

Bolakme 1.239 1.298 2.536

Tagime 1.137 1.127 2.264

Molagalome 669 692 1.361

Tagineri 1.035 980 2.015

Asologaima 4.371 4.714 9.085

Silo Karno Doga 5.585 5.957 11.543

Pyramid 6.841 6.62 13.462

Page 8: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 32

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Muliama 4.278 4.404 8.682

Wollo 632 681 1.314

Bugi 472 440 912

Bpiri 646 624 1.270

Asolokobal 1.825 1.776 3.602

Walesi 1.468 1.46 2.927

Asotipo 2.607 2.638 5.246

Maima 2.879 2.828 5.716

Musatfak 4.18 4.035 8.215

Wame - - -

Popugoba - - -

Wesaput - - -

JAYAWIJAYA 114.566 108.877 223.443

Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini.

Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berusaha memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti berbagai jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah. Begitupun komoditas perkebunan lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.

Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) Wamena 249,31 1,79

Trikora 190,07 1,36

Napua 246,64 1,77

Walaik 176,33 1,27

Wouma 243,09 1,75

Hubikosi 547,90 3,93

Hubikiak 541,70 3,89

Pelebaga 514,18 3,69

Ibele 333,13 2,39

Tailarek 320,79 2,30

Walelagama 412,33 2,96

Itlay Hisage 498,95 3,58

Page 9: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 42

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Siepkosi 354,72 2,55

Kurulu 292,33 3,54

Usilimo 321,58 2,31

Wita Waya 217,24 1,56

Libarek 213,23 1,53

Wadangku 219,90 1,58

Pisugi 336,03 2,41

Yalengga 689,06 4,95

Koragi 465,94 3,35

Bolakme 429,07 3,08

Tagime 406,26 3,08

Molagalome 228,67 1,64

Tagineri 291,59 2,09

Asologaima 182,37 1,31

Silo Karno Doga 309,75 2,22

Pyramid 297,18 2,13

Muliama 337,83 2,43

Wollo 339,67 2,44

Bugi 463,83 3,33

Bpiri 348,12 2,50

Asolokobal 375,51 2,70

Walesi 250,21 1,80

Asotipo 319,57 2,29

Maima 188,61 1,35

Musatfak 994,85 7,14

Wame 168,16 1,21

Popugoba 160,30 1,15

Wesaput 249,31 1,79

JAYAWIJAYA 13.925,31 100,00

Transportasi Kabupaten Jayawijaya hingga saat ini masih mengandalkan perhubungan udara, trayek komersil Wamena-Jayapura yang (pada tahun 2011) dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Trigana dan Nusantara Air Charter. Dahulu trayek ini pernah dilayani oleh antara lain oleh Merpati Nusantara, Manunggal Air, dan Aviastar. Trayek Wamena-Biak maupun Wamena-Merauke biasanya dilayani oleh penerbangan TNI AURI dengan pesawat Hercules C130 nya.

Semua jenis barang, baik barang kebutuhan pokok masyarakat, bahan bangunan seperti semen, besi beton, kendaraan seperti mobil, truk, bus hingga alat berat seperti buldozer maupun excavator serta kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) diangkut ke Wamena menggunakan pesawat terbang.

Page 10: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 52

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Sedangkan transportasi darat yang menghubungkan Wamena dengan empat puluh distrik (hasil pemekaran distrik tahun 2011) di kabupaten Jayawijaya, sudah dapat dijangkau dengan kendaraan beroda empat atau setidaknya dengan kendaraan roda dua. Jalan darat menghubungkan Wamena dengan ibu kota kabupaten hasil pemekaran yaitu ke Tiom (kabupaten Kabupaten Lanny Jaya), Karubaga (Kabupaten Tolikara), Elelim (Kabupaten Yalimo). Jalan darat hingga ke Distrik Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada, namun kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat bagian jalan ini tidak selalu dapat dilalui dengan kendaraat beroda empat.

Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan Wamena dengan Kenyam (Kabupaten Nduga) sedang dibangun, namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman Nasional Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda menunggu kajian lebih lanjut.

2.2 DESKRIPSI LOKASI STUDI Lokasi pekerjaan adalah di Distrik Bpiri dan Koragi Kabupaten Jaya Wijaya Provinsi Papua. Dari data diatas disebutkan bahwa jumlah penduduk di Distrik Koragi adalah 857 jiwa dan Distrik Bpiri adalah 1270 jiwa.

Luas wilayah untuk Distrik Koragi adalah 465,94 km2 dan Distrik Bpiri adalah 348,12 km2.

Dari pengamatan lapangan diperkirakan terdapat Kepala Keluarga (KK) sebanyak 400 sampai dengan 500 KK.

2.3 PELAKSANAAN SURVEY Pelaksanaan survey dilaksanakan dengan penelusuran Sunga Nagi dengan didampingi oleh masyarakat setempat. Antusias masyarakat sangat tinggi dengan besar harapan bisa dibangunnya prasarana listrik di kampung mereka.

Page 11: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 62

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Penyambutan oleh aparat dan warga setempat

Antusiasme masyrakat

Kondisi Sungai Nagi

Page 12: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 72

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Tracking GPS

Penunjukan banjir tertinggi sungai

Peran serta masyarakat

Page 13: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 82

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Salah satu terjunan di Sungai Nagi

Pendampingan survey dengan masyarakat

Penelusuran Sungai

Page 14: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 92

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Penelusuran Sungai

Penelusuran Sungai

Lokasi potensi pembangunan bendung

Page 15: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 102

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Tracking GPS

2.4 HASIL PENGAMATAN LAPANGAN Sungai yang cukup berpotensi di sekitar lokasi Studi adalah Sungai Nagi yang lokasinya memang cukup dekat dengan pusat keramaian. Kondisi debit air berkisar antara 300 liter/detik sampai 500 liter/ detik.

Hasil Cotour Generated Sungai Nagi

Page 16: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 112

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Hasil Tracking alur Sungai Nagi

Dari hasil pengamatan lapangan didapat potensi tinggi jatuh total adalah 56 meter, yang dibagi mencadi dua tingkatan (casecade), masing-masing adalah 36 meter dan 20 meter. Penerapan PLTMH bertingkat direkomendasikan untuk lokasi ini mengingat kondisi topografi yang bervariasi sehingga lebih ekonomis untuk membuat dua tingkatan PLTMH untuk mengurangi biaya konstruksi pembangunan saluran hantar (waterway) yang cukup panjang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bab Desain PLTMH.

Page 17: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab II - 12

DESKRIPSI LOKASI DAN SURVEY LAPANGAN

Profil elevasi Sungai Nagi

Page 18: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 1

PENGENALAN PLTMH

BBAABB IIIIII.. PPEENNGGEENNAALLAANN PPLLTTMMHH

3.1. APAKAH PLTMH PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro atau dalam bahasa Inggrisnya Micro Hydro Power (MHP). PLTMH adalah suatu sistem pembangkit listrik dengan menggunakan sumber energi dari tenaga air. Mikro menunjukan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 500 Watt – 100 kilo Watt (menurut UNIDO, sedangkan menurut Permen ESDM tahun 2002 berkapasitas < 1 MW).

PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin di kopel (dihubungkan) dengan generator sehingga generator berputar dan menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumah- rumah penduduk atau konsumen lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan tepat dan menghasilkan energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan yang baik.

Tinggi jatuh (head) pada PLTMH

Tenaga air merupakan salah satu cara untuk membangkitkan listrik yang telah dimanfaatkan sejak jaman dulu oleh penduduk Indonesia, dan dikenal dengan istilah kincir. Secara prinsip kerja, kincir dengan PLTMH adalah sama, tetapi secara teknologi PLTMH jauh lebih modern dan lebih efisien. Adapun beberapa keunggulan pemanfaatan PLTMH dibandingkan dengan teknologi lain adalah :

Page 19: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 2

PENGENALAN PLTMH

Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan yang memadai sepanjang tahun merupakan potensi yang luar bisa untuk pengembangan PLTMH.

PLTMH tidak menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan, bahkan masyarakat sekitar akan diajak turut serta menjaga hutan sebagai sumber air.

PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang atau malam.

Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industri-industri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.

PLTMH dapat lebih panjang umur dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya jika dipelihara dengan baik.

PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan daerah terpencil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat desa.

Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat, air sebagai sumber energi berubah secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya angin.

Pengoperasian dan perawatan PLTMH sangat mudah dan murah dibandingkan dengan generator diesel atau pembangkit lainnya.

Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.

Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan yang harus dipertimbangkan ketika membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik dengan :

Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya operasinya rendah.

Memerlukan penguasaan pengetahuan khusus yang kadang tidak tersedia dimasyarakat setempat. Perlu diperhatikan bahwa PLTMH bukan merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dikecilkan, tetapi sebuah pembangkit yang memerlukan perencanaan dan pembangunan yang unik dan berbeda dengan PLTA.

Meskipun PLTMH memerlukan perhatian yang sederhana, tetapi harus dilakukan secara terus menerus, terutama dalam operasional dan perawatannya. Kadang-kadang masyarakat desa tidak dipersiapkan untuk melakukannya, sehingga mereka kurang terorganisir, kurang sadar dan kurang rasa memiliki. Akibatnya PLTMH kurang mampu bertahan lama. Hal ini merupakan aspek yang harus diperhatikan dengan teliti dalam merencanakan sebuah PLTMH.

Page 20: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 3

PENGENALAN PLTMH

Terlepas dari sejumlah klasifikasi teknis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, pembangkit listrik tenaga air di kelompokan berdasarkan ukuran kapasitasnya. Walaupun ada sejumlah definisi yang berbeda, dalam hal ini kita akan memakai klasifikasi berdasarkan standard UNIDO dan Permen ESDM tahun 2002.

Definisi tenaga air berdasarkan kapasitas daya

Istilah Power Output Permen ESDM Tahun 2002 Pico Hydro < 500 W -

Micro Hydro 500 W hingga 100 kW

< 1 MW M ini Hydro 100 kW hingga 1

MW 1 MW – 10 MW

Small Hydro 1 MW to 10 MW Full -scale (large) hydro

> 10 MW

3.2. PEMANFAATAN PLTMH Mikrohidro dapat digunakan langsung sebagai tenaga mekanik poros untuk kebanyakan aplikasi industri kecil, seperti penggilingan padi, jagung dan kopi. PLTMH biasanya diaplikasikan untuk penyediaan energi listrik dengan mengkonversikan daya poros menjadi energi listrik dengan menggunakan generator biasa atau motor listrik.

Di beberapa wilayah miskin di dunia, seperti Afrika PLTMH lebih banyak digunakan sebagai penggilingan bahan makanan dari pada digunakan sebagai pembangkit listrik.

Gambar 2. Pemanfaatan listrik untuk mesin perkakas kayu.

Page 21: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 4

PENGENALAN PLTMH

Gambar 3. Pemanfaatan PLTMH untuk penggilingan kopi

3.3. KOMPONEN CIVIL Kondisi topografi dan hidrologi lokasi aliran sungai yang berpotensi minihidro, secara alami sangat mempengaruhi skema sistem PLTMH, dan memberikan beberapa alternatif lokasi konstruksi bangunan sipil PLTMH sebagai komponen skema sistem PLTMH. Dengan demikian pemilihan lokasi bangunan sipil berdasarkan kondisi topografi dan hidrologi menentukan skema sistem PLTMH. Perlu dipahami bahwa dari banyak kasus pembangunan pembangkit listrik skala kecil (PLTMH) memiliki hambatan antara lain adalah biaya pembangunan yang relatif tinggi karena kondisi topografi dan mempengaruhi tingkat keekonomisan. Bab ini akan membantu menjelaskan prinsip teknologi konstruksi bangunan sipil yang tepat, berkualitas dan diharapkan dengan biaya pembangunan yang efisien.

1. Skema Sistem PLTMH

Dalam suatu lokasi potensi pembangin energi minihidro dapat dipetakan sebagai suatu skema sistem (gambar) yang terdiri dari bererapa komponen bangunan sipil seperti bendungan (weir), saluran pengambil (intake), saluran pembawa, bak pengendap, saluran pembawa, bak penenang, pipa pesat (penstock), rumah pembangkit dan saluran pembuang.

Page 22: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 5

PENGENALAN PLTMH

Skema Sistem PLTMH

Lokasi Bendungan dan Intake

Tujuan dari bendungan adalah untuk menaikkan/mengontrol tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga memiliki jumlah air yang cukup untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit minihidro.

Lokasi bendungan, bendung dan intake yang berfungsi untuk menaikkan dan mengontrol aliran air sungai untuk instalasi PLTMH terdiri dari berbagai variasi tipe. Tipe tersebut dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan atas pertimbangan tingkat keekonomisan PLTMH. Disamping itu pemilihan lokasi bendungan (weir) dan intake juga bergantung dari kelayakan daerah aliran sungainya.

Sebuah bendungan dilengkapi dengan pintu air untuk membuang kotoran/lumpur yang mengendap. Perlengkapan lainnya adalah : penjebak/saringan sampah. PLTMH umumnya merupakan pembangkit tipe run off river sehingga bangunan bendungan dan intake dibangun berdekatan. Dengan pertimbangan dasar stabilitas sungai dan aman terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendungan (weir) dan intake.

Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai atau kolam untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak penampungan. Tantangan utama dari bangunan intake adalah ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan kerikil atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa aliran sungai.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi bendungan (weir) dan intake, antara lain :

Page 23: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 6

PENGENALAN PLTMH

a. Jalur daerah aliran sungai.

Lokasi bendungan (weir) dan intake dipilih pada daerah aliran sungai dimana terjamin ketersediaan airnya, alirannya stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.

b. Stabilitas lereng yang curam.

Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat mempertimbangkan head, sudah tentu pada lokasi lereng atau bukit yang curam. Dalam mempertimbangkan lokasi bangunan bendung (weir) dan intake hendaknya mempertimbangkan stabilitas sedimen atau stuktur tanahnya yang stabil.

c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang tersedia di pedesaan.

Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi biaya konstruksi, karena sudah banyak sungai di pedesaan telah dibangun konstruksi sipil untuk saluran irigas.

d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain.

Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat meemberikan keefektifan yang cukup tinggi untuk mengurangi biaya, disamping itu juga membantu menjaga kelestarian alam tata ruang sungai dan ekosistem sungai. Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan kolam dan pergerakan sedimen.

e. Level volume yang diambil (tinggi dam) dan level banjir.

Karena pebangunan bendung/dam intake pada bagian yang sempit dekat sungai, maka level banjir pada daerah itu lebih tinggi sehingga diperlukan daerah bagian melintang dam yang diperbesar untuk kestabilan.

f. Peletakan intake selalu pada sisi terluar dari lengkungan sungai.

Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen di dalam saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air intake untuk melakukan pembilasan sedimen yang terendap dari intake.

g. Keberadaan penggunaan air sungai yang mempengarungi keluaran/ debit air.

Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang mengambil air maka akan mempengaruhi debit air.

2. Rute Saluran Air

Tujuan bangunan saluran pembawa air (headcare/canal) adalah untuk mengalirkan air dari intake/settling basin ke bak penenang, dan untuk memelihara volume air.

Saluran air untuk sebuah pembangkit skala kecil, cenderung untuk memiliki bangunan yang terbuka. Ketika sebuah saluran terbuka dibangun pada sebuah lereng bukit maka beberapa hal penting yang perlu diperhatikan :

Page 24: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 7

PENGENALAN PLTMH

a. Topografi dari rute

Rute saluran air yang melewati daerah kemiringan yang curam, perlu diperhatikan gradient kemiringannya, tingkat potensi longsornya. Gradient aliran yang dilewati tidak tinggi sehingga dapat mengalirkan kecepatan air melebihi kecepatan maksimal yang dapat mengakibatkan erosi pada dinding saluran.

b. Kesetabilan tanah pada daerah yang dilewati

Terdapat banyak kejadian penimbunan saluran air karena longsornya lereng bukit sehingga perlu diteliti/diperiksa kestabilan tanahnya.

c. Penggunaan struktur yang telah tersedia, termasuk jalan dan saluran irigasi

Pemilihan saluran air sepanjang jalan yang telah tersedia dan saluran irigasi yang tersedia memberikan banyak keuntungan disamping mengurangi biaya, juga untuk pemeliharaan dan pengawasan kualitas dan penggunaan air.

d. Geometri saluran yang baik adalah seperti setengah lingkaran

3. Bak Penenang (Forebay) dan Fasilitas Pendukung

Tujuan bangunan bak penenang (forebay) adalah sebagai penyaring terakhir seperti settling basin untuk menyaring benda-benda yang masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat permulaan pipa pesat (penstock) yang mengendalikan aliran menjadi minimum sebagai antisipasi aliran yang cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan dan menyebabkan arus baik pada saluran.

Pemilihan lokasi bak penenang untuk pembangkit listrik skala kecil seringkali berada pada punggung yang lebih tinggi, beberapa yang dapat dipertim-bangkan antara lain :

a. Keadaan topografi dan geologi lokasi.

b. Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya relatif stabil. Dan jika umumnya terdiri dari batuan keras maka sedapat mungkin dapat mengurangi jumlah pekerjaan penggalian.

c. Walaupun ditempatkan pada punggung, dipilih tempat yang relatif datar.

d. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yang lebih tinggi.

4. Rute Pipa Pesat (Penstock)

Tujuan bangunan pipa pesat (penstock) adalah sebagai saluran tertutup (pipa) aliran air yang menuju turbin yang ditempatkan di rumah pembangkit. Saluran ini yang berhubungan dengan peralatan mekanik seperti turbin.

Kondisi topografi dan pemilihan skema sistem PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang secara benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH.

Page 25: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 8

PENGENALAN PLTMH

Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema sistem PLTMH, beberapa pertimbangan pemilihan lokasi pipa pesat (penstock) antara lain adalah :

a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang memenuhi persyaratan dimana rute pipa pesat harus berada di bawah minimum garis kemiringan hidraulic, seperti digambarkan berikut.

b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati

c. Penmanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia.

5. Rumah Pembangkit (Power House)

Tujuan bangunan rumah pembangkit (power house) adalah sebagai bangunan yang berfungsi untuk melindungi peralatan elektro mekanikal seperti : turbin, generator, panel kontrol, dan lainnya dari segala cuaca dan juga mencegah dari orang yang tidak berkepentingan dan pencurian peralatan barang tersebut.

Beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi dan membangun rumah pembangkit ini, antara lain :

a. Konstruksi harus berada di atas struktur tanah yang sangat stabil, tidak di lereng yang curam, dan umumnya di pinggir daerah aliran sungai yang relatif rendah dan datar.

b. Memiliki akses jalan yang cukup lebar untuk transportasi peralatan elektriral-mekanikal yang akan dipasang.

c. Di lokasi yang relatif rata dan kering, sedikit luas sehingga dapat digunakan untuk tempat kerja seperti pada saat perbaikan dan perawatan peralatan.

d. Elevasi lantai rumah pembangkit ini harus berada di atas elevasi muka air saat banjir yang paling besar dalam beberapa tahun terakhir.

e. Karena berupa bangunan, harus memiliki ventilasi udara, jendela untuk cahaya masuk tetapi diberikan seperti kasa untuk melindungi serangga masuk.

f. Ruangan yang dibangun juga cukup untuk digunakan seperti penyimpanan peralatan dan atau suku cadang peralatan elektrikal dan mekanikal.

Page 26: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 9

PENGENALAN PLTMH

g. Kondisi pondasi harus cukup kuat untuk menahan pemasangan beberapa peralatan yang memiliki berat yang cukup.

6. Saluran Pembuang

Tujuan saluran pembuang ini adalah sebagai saluran pembuang aliran air yang masuk kedalam rumah pembangkit dan menggerakkan turbin. Saluran ini bersatu dengan rumah pembangkit dan aliran sungai.

Dalam hal penempatan rute saluran pembuang ini, beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain :

a. Perkiraan tinggi genangan air pada rumah pembangkit ketika terjadi banjir besar.

b. Menghindari penggenangan bantaran sungai dan permukaan tanah di sekitar rumah pembangkit.

c. Fluktuasi dasar sungai pada daerah saluran pembuang.

d. Saluran pembuang harus diarahkan sesuai arah aliran sungai.

3.4. KOMPONEN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Panel kontrol

Turbin

Generator

Komponen mekanikal elektrikal pada PLTMH

Peralatan elektro-mekanikal adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk merubah energi potensial air menjadi energi listrik. Peralatan utamanya terdiri dari :

Page 27: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 10

PENGENALAN PLTMH

1. Turbin

Merupakan peralatan mekanik yang mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik (putaran). Air yang memiliki tekanan dan kecepatan tertentu menumbuk sudu sudu turbin dan memutar runner turbin sehingga berputar dengan daya yang sebanding dengan daya dari potensi air.

Gambar 5. Turbin crossflow

Turbin crossflow

Turbin propeller

Ada beberapa jenis turbin yang digunakan dalam pemanfaatan PLTMH yang disesuaikan dengan besarnya debit air dan tinggi jatuh. Turbin yang paling banyak digunakan untuk PLTMH di Indonesia adalah :

Turbin crossflow : cocok untuk aplikasi tinggi jatuh medium 10 – 100 meter, daya 1 kW – 250 kW.

Turbin propeler (open flume) : cocok untuk tinggi jatuh yang rendah 2 – 10 meter dengan debit air yang besar.

Turbin Pelton : cocok untuk tinggi jatuh yang tinggi lebih dari 80 meter.

Page 28: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 11

PENGENALAN PLTMH

2. Generator

Contoh generator sinkron

Generator induksi / motor sebagai generator

Generator merupakan komponen yang berfungsi merubah energi mekanik berupa putaran menjadi energi listrik. Generator yang digunakan biasanya jenis arus bolak balik (AC) dengan frekuensi 50 hz pada putaran 1500 rpm. Energi listrik yang dihasilkan dapat berupa 1 fasa (2 kabel) atau 3 fasa (4 kabel) dengan tegangan 220/380 Volt. Generator diputar oleh turbin melalui kopel langsung atau melalui puley dan sabuk (belt). Ada dua jenis generator yang banyak digunakan untuk PLTMH yaitu generator sinkron dan motor induksi sebagai generator (generator induksi).

3. Panel Listrik dan Alat Kontrol

Panel listrik merupakan tempat dimana sambungan kabel (terminal) dan peralatan pengaman listrik (MCB) serta meter listrik ditempatkan. Berikut fungsi panel listrik dan alat kontrol :

Memonitor parameter dan besaran listrik seperti tegangan generator, arus beban, frekuensi, indikator lampu, jam operasional dan lain lain.

Sebagai alat pengaman generator dan peralatan listrik dari hubung singkat, arus beban lebih, tegangan lebih/kurang (over/under voltage), frekuensi lebih/kurang (over/under frequency) dan lain- lain.

Sebagai alat pengendali/kontrol generator supaya tegangan dan frekuensi generator stabil pada saat terjadi perubahaan beban di konsumen. Ada dua jenis kontrol yaitu ELC (electronic load controller) untuk generator sinkron dan IGC (induction generator controller) untuk generator induksi/motor. Pada prinsipnya kedua jenis kontrol ini adalah sama, hanya berbeda parameter yang di

Page 29: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 12

PENGENALAN PLTMH

Panel Kontrol ELC (elektronic load controller) Panel kontrol IGC dengan kapasitor

kontrol, dimana frekuensi pada ELC dan tegangan pada IGC. Cara paling mudah untuk membedakannya adalah adanya kapasitor pada IGC dan sedangkan pada ELC tidak ada.

4. Beban Ballast (Ballast Load)

Beban ballast hanya digunakan pada PLTMH dengan pemakaian kontrol beban (ELC/IGC) sedangkan pada PLTMH tanpa kontrol tidak menggunakan beban ballast. Pada PLTMH tanpa menggunakan kontrol, tegangan dan frekuensi akan naik dan turun sesuai dengan perubahan beban konsumen, hal ini akan mengakibatkan lampu dan peralatan elektronik akan cepat rusak.

Beban ballast digunakan untuk membuang energi listrik yang dibangkitkan oleh generator tetapi tidak terpakai oleh konsumen. Sehingga daya yang dihasilkan generator dengan daya yang dipakai akan seimbang, hal ini dimaksudkan untuk menjaga tegangan dan frekuensi generator tetap stabil.

Beban ballast berupa elemen pemanas udara

Page 30: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHH Bpiri Koragi Bab III - 13

PENGENALAN PLTMH

3.5. JARINGAN DISTRIBUSI DAN INSTALASI RUMAH 1. Kabel Penghantar

Kabel penghantar digunakan untuk mentransmisikan daya listrik yang dibangkitkan di generator kepada konsumen dirumah-rumah dan pusat beban lainnya. Pada PLTMH transmisi listrik dilakukan pada tegangan rendah (220/380 Volt). Kabel transmisi yang digunakan biasanya adalah kabel jenis twisted (NFA2X) dengan diameter penghantar 70 mm2 atau 50 mm2 atau lebih kecil sesuai dengan panjang transmisi dan besarnya beban yang ditransmisikan.

Perlu diperhatikan bahwa transmisi daya listrik 3 fasa menggunakan kabel 4 penghantar dengan salah satu penghantar lebih kecil dari yang lainnya. Kabel yang lebih kecil ini digunakan sebagai penghantar NETRAL. Contohnya kabel ukuran 70 mm2 jumlah kabelnya adalah 3x70+50 mm2. Ukuran 70 mm2 sebagi penghantar fasa (R, S, T) dan 50 mm2 sebagai

penghantar netral/nol.

Kabel twisted untuk jaringan

2. Tiang Listrik

Tiang listrik digunakan untuk menyangga dan menarik kabel penghantar supaya menjaga jarak aman dari tanah dan tidak mengganggu lalulintas manusia dan barang dibawahnya. Tiang listrik yang dipakai harus kuat menyangga beban kabel, beban karena angin dan hujan dan beban tarikan kabel. Untuk itu digunakan material yang kuat dan ditanam di dalam tanah, seperti beton dan besi. Tetapi karena beton dan besi di anggap cukup mahal sering juga digunakan kayu dan bahkan bambu. Untuk transmisi tegangan rendah, tiang listrik yang digunakan memiliki ketinggian minimum 7 meter.

3. Instalasi Rumah

Instalasi rumah biasanya terdiri dari tiga titik lampu dan satu stop kontak. Pembatas arus menggunakan MCB 1 Ampere untuk daya 220 Watt dan 0,5 Ampere untuk daya 110 Watt.

Page 31: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 1

DESAIN PLTMH

BBAABB IIVV.. DDEESSAAIINN PPLLTTMMHH

4.1. TEORI DASAR Ada beberapa pertimbangan suatu proyek mikro hidro dianggap layak dan menarik, tidak hanya secara teknis tetapi aspek aspek lain yang juga berperan penting dalam suksesnya suatu proyek. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian suatu proyek mikrohidro adalah sebagai berikut :

A. Faktor Utama / primer :

a. Adanya tinggi jatuh (Head)

Untuk PLTMH idealnya tinggi jatuh adalah 10 – 50 meter, hal ini mengingat untuk daya yang sama konstruksi sipil dan peralatan elektromekanik akan lebih kecil dan sederhana dibandingkan lokasi dengan head rendah. Bukan berarti head reah tidak memungkinkan, tetapi dari sisi teknis dan biaya, head medium lebih menarik.

b. Debit / aliran air yang cukup

Ketersediaan aliran air sepanjang tahun sangat penting untuk menjaga kelanjutan penyediaan listrik, untuk itu sebaiknya dipilih lokasi yang memiliki aliran air yang relatif stabil sepanjang tahun dan cukup untuk melayani kebutuhan beban konsumen.

c. Jarak beban dengan pembangkit

Semakin jauh jarak pembangkit dengan konsumen maka semakin besar tegangan jatuh dijalan, semakin besar rugi daya, semakin panjang kabel penghantar yang dibutuhkan dan semakin banyak tiang yang digunakan. Secara ekonomis hal ini akan lebih mahal juga, oleh karena itu pilihlah lokasi pembangkit yang dekat dengan konsumen jika memungkinkan.

d. Daya terbangkit Vs kebutuhan beban

Sebaiknya diperhitungkan dengan matang sebelum benar benar memulai sebuah proyek jika ternyata daya terbangkit dari PLTMH yang direncanakan dibawah standar minimum kebutuhan konsumen. Hal ini dikemudian hari akan menjadi persoalan teknis dengan kondisi beban lebih (overal) dengan kondisi beban lebih kemungkinan konflik sosial antara masyarakat karena masalah rebutan listrik. Idealnya daya terbangkit adalah 30% lebih besar dari kebutuhan konsumen untuk kemungkinan pertumbuhan beban, musim kemarau, pemanfaatan produktif dan juga factor keamanan peralatan (derating).

Page 32: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 2

DESAIN PLTMH

B. Faktor sekunder

a. Kondisi geografis dan resiko teknis

idak dapat dihindari bahwa kebanyakan lokasi PLTMH adalah didaerah terpencil dengan akses transport terbatas dan kondisi geografis yang biasanya ekstrim. hal ini meningkatkan resiko teknis dari suatu PLTMH, oleh karena itu sebaiknya dipilih lokasi dengan tingkat resiko teknis yang lebih minim terutama terhadap kondisi bencana seperti tanah longsor dan banjir atau dengan tindakan pencegahan (preventif) dari kondisi alam yang ekstrem.

b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat

Setiap wilayah memiliki karakter sosial dan kondisi ekonomi yang berbeda, sehingga hendaknya dalam pembangunan suatu proyek PLTMH juga dipertimbangkan hal ini mengingat pendekatan yang berbeda diperlukan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Misalnya dalam tahap keterlibatan masyarakat selama pembangunan, tahap pengoperasian, pengeloaan dan besaran tarif listrik. Jangan sampai dengan adanya PLTMH dapat menimbulkan konflik sosial dalam masyarakat.

c. Jenis konsumen/ kepadatan

Tipe konsumen dan peralatan yang digunakan juga memerlukan pertimbangan dalam perencanaan awal suatu PLTMH, misalnya jika PLTMH akan digunakan untuk penerangan saja atau digunakan untuk mesin - mesin produksi akan memerlukan spesifikasi generator dan sistem kontrol yang berbeda. Selain itu kepadatan konsumen memperngaruhi dalam hal faktor beban pembangkit dan biaya untuk jaringan dan sambungan rumah.

d. Status pemilikan lahan

Dalam tahap studi kelayakan seharusnya dilakukan penelitian mengenai kepemilikan lahan dan bagaimana mengatasinya. Tentunya hal ini akan mempengaruhi komponen biaya proyek jika lahan harus mendapatkan ganti rugi atau di hibahkan. Selain itu untuk menghindari konflik dimasa yang akan datang mengenai status lahan dan kepemilikannya yang akan mengggangu operasional PLTMH.

e. Pemanfaatan air

Apakah air yang akan dipakai untuk PLTMH menggangu kepentingan pemakain air yang lain misalnya pertanian, perikanan, air bersih dan lain lain? Ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, dibeberapa tempat PLTMH hanya dapat dipergunakan pada malam hari karena siang hari air dipakai untuk irigasi sawah. Pertimbangan semacam ini mempengaruhi pola operasi dan pemanfatan PLTMH.

f. Lingkungan

Apakah keberadaan PLTMH kan menggangu habitat ekologi sungai dan

Page 33: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 3

DESAIN PLTMH

lingkungan? bisa saja PLTMH yang direncanakan berada dalam disuatu lokasi konservasi yang dapat mengganggu hewan dilindungi atau dimungkinkan untuk merusak lingkungan, sehingga sebaiknya perlu dilakukan penelitian sebelum proyek dilaksanakan.

Optimasi tata letak PLTMH dilakukan untuk menganalisa beberapa alternatif lokasi bendung, waterway, penstock dan power house yang dibuat, dengan menggunakan debit potensi Pembangkit PLTMH yang kemudian akan dipilih lokasi yang paling baik ditinjau dari segi teknis dan ekonomi. Dengan membandingkan beberapa alternatif tata sehingga diharapkan akan mendapatkan desain dengan harga yang ekonomis dengan tingkat pelaksanaan yang paling mudah.

Adapun tahapan pembuatan alternatif tata letak adalah :

1. Pembuatan potongan memanjang sungai utama

Potongan memanjang sungai dibuat untuk mengetahui selisih beda tinggi terbesar untuk menentukan lokasi bendung, waterway dan power house.

2. Pemilihan lokasi bendung

Lokasi bendung dipilih pada bentang sungai yang tersempit, pada alinyemen sungai yang lurus, tidak terletak pada belokan sungai, atau jika dia berada pada belokan sungai, bendung terletak pada belokan sisi luar sungai, sesuai dengan Kriteria Perencanaan (KP 02), dan juga memperhatikan kondisi topografi dan geologi yang baik dan stabil.

3. Penentuan lokasi sand trap

Penempatan sand trap dipilih pada lokasi dengan kondisi topografi yang memungkinkan tidak terjadi belokan pada bangunan sand trap, sehingga tidak menggangu proses pembilasan sedimen pada sand trap.

4. Penentuan lokasi dan alinyemen saluran hantar (waterway)

Alinyemen waterway dipilih dengan meminimalisasi halangan topografi ekstrim seperti bukit terjal maupun lembah anak sungai/ alur drainase.

Waterway ditentukan dengan metode hidrolika saluran terbuka dengan aliran gravitasi, sedangkan bangunan waterway ini ditentukan dari :

Pasangan batu untuk daerah datar dan terbuka, serta memiliki stabilitas daya dukung yang baik. Untuk ketinggian tertentu yang disyaratkan akan menggunakan pasangan beton beton bertulang.

Box culvert, bila melalui tebing curam dan apabila diperlukan diurug. Talang, apabila melintasi lembah atau aliran drainase bukit. Sedapat mungkin dihindari konstruksi waterway diatas timbunan.

5. Menentukan lokasi kolam penenang (head pond) dan jalur pipa pesat (penstock)

Page 34: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 4

DESAIN PLTMH

Kolam penenang dibuat di daerah datar dengan aksesibilitas dan kemudahan dalam konstruksi serta tidak diperbolehkan dibuat diatas tanah urugan. Kolam ini merupakan peralihan aliran terbuka dengan aliran bertekanan ketika air mengalir melalui pipa pesat.

Penentuan jalur pipa pesat dibuat dengan sebisa mungkin menghindari belokan sudut horisontal, untuk mendapatkan panjang pipa yang paling pendek dengan tujuan untuk meminimalisasi kehilangan tinggi, serta berada pada struktur tanah yang baik dan stabil.

6. Penentuan lokasi powerhouse dan elevasi tailrace

Lokasi powerhouse direncanakan di area dengan aksesibilitas dan stabilitas lokasi yang baik, dengan mempertimbangkan juga panjang penstock, serta berada tidak jauh dari outlet tailrace.

Elevasi powerhouse sangat tergantung dari elevasi tailrace, dan tinggi muka air banjir serta tipe turbin yang digunakan.

Elevasi lantai powerhouse dan ruang peralatan ditentukan dengan elevasi banjir kala ulang Q50 tahun. Adapun elevasi tail race di sungai adalah muka air pada aliran normal dan rata-rata.

7. Kondisi lingkungan, topografi, geologi dan jalan akses.

Lokasi penempatan bangunan utama PLTMH (bendung, sand trap, waterway, head pond, penstock & powerhouse) memperhatikan kondisi topografi, geologi dan jarak terdekat dari jalan akses dan jalur transmisi 20 kV terdekat.

PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin di kopel (dihubungkan) dengan generator sehingga generator berputar dan menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumah- rumah penduduk atau konsumen lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan tepat dan menghasilkan energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan yang baik.

Page 35: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 5

DESAIN PLTMH

Tinggi Jatuh (head)

Tinggi jatuh (head) pada PLTMH

Tenaga air merupakan salah satu cara untuk membangkitkan listrik yang telah dimanfaatkan sejak jaman dulu oleh penduduk Indonesia, dan dikenal dengan istilah kincir. Secara prinsip kerja, kincir dengan PLTMH adalah sama, tetapi secara teknologi PLTMH jauh lebih modern dan lebih efisien. Adapun beberapa keunggulan pemanfaatan PLTMH dibandingkan dengan teknologi lain adalah :

Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan yang memadai sepanjang tahun merupakan potensi yang luar bisa untuk pengembangan PLTMH.

PLTMH tidak menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan, bahkan masyarakat sekitar akan diajak turut serta menjaga hutan sebagai sumber air.

PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang atau malam.

Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industri-industri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.

PLTMH dapat lebih panjang umur dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya jika dipelihara dengan baik.

PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan daerah terpencil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat desa.

Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat, air sebagai sumber energi berubah secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya angin.

Penstock

Anchor block (beton)

Saddle support (beton)

Power House

Page 36: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 6

DESAIN PLTMH

Pengoperasian dan perawatan PLTMH sangat mudah dan murah dibandingkan dengan generator diesel atau pembangkit lainnya.

Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.

Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan yang harus dipertimbangkan ketika membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik dengan :

Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya operasinya rendah.

Memerlukan penguasaan pengetahuan khusus yang kadang tidak tersedia dimasyarakat setempat. Perlu diperhatikan bahwa PLTMH bukan merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dikecilkan, tetapi sebuah pembangkit yang memerlukan perencanaan dan pembangunan yang unik dan berbeda dengan PLTA.

Meskipun PLTMH memerlukan perhatian yang sederhana, tetapi harus dilakukan secara terus menerus, terutama dalam operasional dan perawatannya. Kadang-kadang masyarakat desa tidak dipersiapkan untuk melakukannya, sehingga mereka kurang terorganisir, kurang sadar dan kurang rasa memiliki. Akibatnya PLTMH kurang mampu bertahan lama. Hal ini merupakan aspek yang harus diperhatikan dengan teliti dalam merencanakan sebuah PLTMH.

4.2. OPTIMASI KAPASITAS Kapasitas terpasang dan energi listrik yang dihasilkan dihitung sebagai berikut :

Page 37: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 7

DESAIN PLTMH

dimana:

P = daya yang dihasilkan = kW

ρ = masa jenis air = 1,0 kg/m3

t = efisiensi turbin = %

g = percepatan gravitasi = 9.81 m/det2

Q = debit pembangkit = m3/det

Hnetto = tinggi jatuh bersih = meter

Dari hasil survey didapat potensi elevasi tertinggi untuk PLTMH adalah di elevasi +1935, sedangkan elevasi terndah adalah + 1874 sehingga ada potensi tinggi jatuh (head) sebesar 61 meter.

Namun karena pertimbangan panjangnya saluran hantar diakibatkan oleh kondisi topografi, maka diusulkan membangun 2 unit PLTMH di Sungai Nagi dengan susunan sebagai berikut :

A. PLTMH Nagi 1 dengan data sebagai berikut :

- Elevasi rencana bendung = + 1935

- Elevasi rencana powerhouse = + 1905

- Tinggi Jatuh = 30 m

- Tinggi jatuh Nett = 27 m

- Debit air = 220 liter/detik

- Dari persamaan diatas didapat Kapasitas (P) = 40 kilowatt

B. PLTMH Nagi 2 dengan data sebagai berikut :

- Elevasi rencana bendung = + 1894

- Elevasi rencana powerhouse = + 1874

- Tinggi Jatuh = 20 m

- Tinggi jatuh Nett = 19.5 m

- Debit air = 300 liter/detik

- Dari persamaan diatas didapat Kapasitas (P) = 40 kilowatt

Page 38: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 8

DESAIN PLTMH

4.3. DESAIN PLTMH Dengan melihat kondisi lokasi PLTMH di Distrik Bpiri dan Koragi maka direncanakan suatu bangunan PLTMH yang tidak terlalu rumit dengan material dasar yang mudah diperoleh di lapangan mengingat kondisi lapangan yang jauh dari pusat keramaian.

Untuk itu dapat dilihat kriteria banguna PLTMH sebagai berikut :

Bendung

Tipe bendung yang biasa digunakan dalam pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:

Page 39: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 9

DESAIN PLTMH

Dengan melihat kondisi lapangan dan sulit dan mahalnya harga semen, maka tipe bendung yang sesuai adalah tipe nomor 4 dan nomor 6 yaitu bendung urugan batu atau bendung batu bronjong. Tipe ini sangat sesuai dengan keadaan lokasi karena material dasarnya berupa batu yang dapat diperoleh dari sekitar sungai dan tidak memerlukan semen sebagai campuran konstruksi. Kelemahan dari konstruksi ini adalah kestabilan struktur dalam menerima aliran air disaat banjir besar, namun proses perbaikan juga sangat sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat.

Untuk lebih lengkapnya gambar desain PLTMH Bpiri Koragi dapat melihat gambar berikut.

Page 40: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 10

DESAIN PLTMH

0.80

0.15

4.00

18.0

0

0.8

0

0.15

0.75

1.00

0.5

0

0.40

0.8

01.

00

Mab +269.90

8.1

5

B

C

D

D

E E

27.

50

+26

4.5

0+

267.

00

1:3

1 :

2

+26

3.50

+26

6.5

0+2

64.5

0

+26

6.50

+266

.50

AA

B

F F

+26

5.70

+26

4.00

+26

2.00

G G

C

10.

002

0.00

0.40

0.4

0

DE

NA

HS

kala

1 :

35

0

+26

6.50

20.

00

3.0

0

+258

.00

0.3

00.

80

262.70

Box

Cul

vert

5.0

0

Page 41: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 11

DESAIN PLTMH

Page 42: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 12

DESAIN PLTMH

C C

B B

AA

+ 19

6.80

2.20

1.601

.00

0.30

0.30

0.30

0.30

1.00

0.25

3.25

0.25

3.75

3.62

0.40

2.24

0.20

0.12

2.04

0.30

0.30

12.9

41.

0013

.94

Page 43: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab IV - 13

DESAIN PLTMH

GENE

RATO

R

TURB

IN

Pipa

. Pem

buan

g

PIP

A PE

SAT

Ø 35

cm

PANE

L

+ 19

8.00

+ 19

6.50

PENA

NGKA

L PE

TIR

2.00

0.80

1.00

4.20

1.00

1.03

3.09

5.50

5.31

3.23

0.45

5.27

0.08

0.70

0.20

1.00

1.00

0.50

0.60

0.40

0.40

2.00

1.70

0.20

1.200.2

5

0.45 0.2

0

0.90 0.4

01.1

7

0.25

0.60

0.05

0.60

0.05

1.03

1.03

1.00

0.20

1.00

0.50

+ 196

.800.3

0

+ 191

.80

+ 192

.30

+ 197

.80

+ 201

.48

Page 44: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 1

RAB

BBAABB VV.. RREENNCCAANNAA AANNGGGGAARRAANN BBIIAAYYAA ((RRAABB)) Pemanfaatan sumber pembiayaan yang tercakup dalam bab ini dengan tepat sasaran dan fungsinya maka harus diketahui jenis pembiayaan yang dapat dilihat berdasarkan sasaran penerima, bentuk pembiayaan dan cakupan bidang pembiayaan yang disediakan.

5.1. SASARAN PENERIMA Sasaran penerima adalah pihak yang dapat mengajukan permohonan dan mendapatkan pembiayaan, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan masing-masing sumber pembiayaan. Sasaran penerima sumber pembiayaan ini adalah :

a. Pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun daerah.

b. Organisasi masyarakat madani, baik yang besar atau kecil, di tingkat nasional atau daerah. Organisasi masyarakat madani ini mencakup lembaga swadaya masyarakat, kelompok swadaya masyarakat, yayasan, paguyuban, organisasi keagamaan, organisasi sosial dan budaya, organisasi perempuan, asosiasi profesional, lembaga penelitian, kelompok tenaga ahli, organisasi jasa sukarelawan, koperasi, organisasi yang dibentuk masyarakat setempat dan lainnya.

c. Sektor swasta, yaitu para pelaku usaha dan investor yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan moneter.

d. Masyarakat umum, yaitu masyarakat yang tidak diwakilkan oleh suatu organisasi atau lembaga apapun, termasuk individu.

Sasaran penerima dari masing-masing sumber pembiayaan perlu diketahui sebelum mengajukan proposal pembiayaan agar tiap pemohon dapat memilih sumber pembiayaan yang tepat sesuai dengan kondisinya. Terkait dengan sasaran penerima ini yang juga harus diperhatikan adalah daerah sasaran, yaitu lokasi dimana kegiatan yang diajukan untuk dibiayai akan dilangsungkan. Beberapa sumber pembiayaan memiliki batasan lokasi tertentu untuk menyalurkan pembiayaannya.

5.2. BENTUK PEMBIAYAAN Ada berbagai jenis pembiayaan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan energi mikrohidro. Mohon diperhatikan bahwa pembiayaan yang dimaksud dalam buku ini tidak terbatas dalam bentuk dana yang diberikan secara langsung, namun termasuk juga segala bentuk dana yang diwujudkan dalam bentuk barang, kegiatan atau

Page 45: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 2

RAB

upaya untuk mendukung pengembangan mikrohidro, baik secara langsung ataupun tidak.

Bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diantaranya adalah :

a. Pemberian dana secara langsung, bisa dalam bentuk :

Hibah yaitu pemberian dana tanpa kewajiban untuk mengembalikan.

Pinjaman yaitu pemberian dana dengan kewajiban untuk mengembalikan berdasarkan kesepakatan yang disetujui sebelumnya.

Investasi yaitu pemberian dana dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu, termasuk penyertaan modal.

Bentuk pembiayaan ini umumnya diberikan oleh lembaga pemerintah, lembaga donor, organisasi nirlaba/non-pemerintah dan lembaga keuangan.

b. Penyediaan perlengkapan fisik, mencakup pemberian secara langsung alat dan bahan untuk membangun PLTMH dan berbagai teknologi yang mendukung.

c. Pendampingan, termasuk di dalamnya fasilitasi, advokasi kebijakan, pembentukan jaringan, kerjasama atau asosiasi. Bentuk pembiayaan ini banyak diberikan oleh lembaga donor dan organisasi nirlaba/non-pemerintah dalam hal pembentukan organisasi masyarakat, pembuatan atau perbaikan kebijakan, pengembangan jaringan pemasaran hasil industri rumah tangga, dan lainnya.

d. Peningkatan kapasitas, yaitu peningkatan kemampuan dan sumberdaya individu, organisasi dan komunitas dalam mengatasi perubahan pembangunan, termasuk di dalamnya adalah pembentukan kesadaran, keterampilan, pengetahuan, motivasi, komitmen dan kepercayaan diri.

e. Pengkajian, dalam bentuk studi atau saran di bidang mikrohidro dan energi baru terbarukan. Bentuk pembiayaan ini terutama dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga donor serta beberapa organisasi nirlaba/non-pemerintah.

Bentuk pembiayaan yang disediakan setiap sumber pembiayaan perlu diketahui pemohon agar dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya masing-masing, baik pemohon secara kelompok ataupun individu. Pemilihan tersebut termasuk juga melihat kemungkinan kerjasama pembiayaan dari berbagai sumber dengan bentuk pembiayaannya masing-masing.

Sebagai contoh sumber pembiayaan A diminta untuk memberikan pinjaman dalam pembelian bahan-bahan instalasi PLTMH, sedangkan sumber pembiayaan B diminta untuk memberikan penguatan masyarakat sejak perencanaan hingga paska pembangunan PLTMH dan sumber pembiayaan C diminta untuk membantu proses pembuatan regulasi yang mendukung di lokasi terkait, dan seterusnya.

Page 46: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 3

RAB

5.3. BIDANG CAKUPAN Sumber pembiayaan mikrohidro yang tersedia sebenarnya tidak terbatas pada bidang teknik atau infrastruktur, namun juga bisa memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan di bidang lainnya, sehingga perlu dilihat keterkaitan pengembangan mikrohidro dengan bidang-bidang lain tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal dan pembangunan yang dilakukan bisa menyeluruh dan berkesinambungan.

Berikut adalah beberapa bidang cakupan pembiayaan yang dirangkum dari sumber-sumber pembiayaan di buku ini yang memiliki atau berpotensi memiliki keterkaitan dengan program-program mikrohidro.

a. Infrastruktur dan teknologi, yaitu pembangunan fisik serta penyediaan, pembuatan dan penelitian mengenai teknologi pendukung. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya bisa ikut membantu pembiayaan dalam penyediaan dana instalasi PLTMH, penyediaan teknologi tepat guna pendukung usaha produktif berbasis mikrohidro, dan lainnya.

b. Lingkungan hidup, yaitu berbagai upaya untuk menjaga kelestarian alam pada dan di sekitar wilayah PLTMH, serta memberikan penyadaran serta pendidikan kepada masyarakat mengenai manajemen sumberdaya alam. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan tentang penjagaan daerah tangkapan air, penyadaran masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang ramah lingkungan, dan lainnya.

c. Ekonomi, yaitu segala kegiatan yang ber tujuan untuk menyediakan modal, menciptakan mata pencarian dan meningkatkan pendapatan masyarakat, termasuk juga penyediaan layanan finansial. Sumber pembiayaan di bidang ini dapat membantu program-program mikrohidro untuk penyediaan modal, penyiapan dan pengelolaan usaha produktif berbasis mikrohidro; pembukaan akses masyarakat terhadap lembaga keuangan; dan lainnya.

d. Sosial, yaitu segala hal yang berkaitan dengan hubungan masyarakat, gejala dan perilakunya. Contohnya adalah pembangunan PLTMH di daerah-daerah tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan, pendampingan masyarakat dalam menyerap teknologi PLTMH, fasilitasi pembentukan organisasi pengelola listrik, pembentukan dan penguatan jaringan masyarakat dan pengusaha, dan lainnya.

e. Pemerintahan dan kebijakan, yaitu berbagai upaya advokasi dan penyusunan peraturan serta anggaran negara (tingkat pusat dan lokal) yang dapat mewakili kebutuhan pengembangan energi mikrohidro. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan untuk membantu penyediaan kebijakan yang mendukung di suatu daerah, pengalokasian dana pembangunan PLTMH oleh pemerintah, penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam melakukan studi kelayakan, dan lainnya.

f. Pendidikan, yaitu memberikan bantuan pendidikan formal atau informal, baik kepada masyarakat, organisasi atau individu, yang berkaitan dengan pengembangan energi mikrohidro, termasuk di dalamnya beasiswa dan pelatihan. Sumber pembiayaan di bidang

Page 47: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 4

RAB

ini contohnya dapat dimanfaatkan oleh individu-individu untuk mendapatkan pendidikan khusus mengenai mikrohidro atau dimanfaatkan oleh kelompok untuk pelatihan operator PLTMH, dan lainnya.

g. Jender, yaitu memastikan adanya kesetaraan antara peran laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan pembangunan PLTMH dan penentuan tarif yang mengedepankan keseimbangan jender, ser ta pengembangan usaha perempuan berbasis mikrohidro.

Bidang cakupan dari masing-masing sumber pembiayaan perlu diketahui sebelum mengajukan permohonan pembiayaan agar pemohon dapat memilih sumber pembiayaan yang sesuai dengan arah program yang akan dikembangkan. Selain itu, dengan mengetahui cakupan sumber pembiayaan ini pemohon juga dapat menggabungkan berbagai sumber pembiayaan berdasarkan spesifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga pembangunan dapat direncanakan dan dilakukan secara menyeluruh mulai dari persiapan hingga paska pembangunan PLTMH.

5.4. LANGKAH PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBIAYAAN Berikut ini dijabarkan langkah pengajuan permohonan pembiayaan dalam pembangunan PLTMH. Langkah-langkah tersebut bukanlah langkah yang baku harus diikuti. Langkah-langkah tersebut dapat diikuti sesuai dengan kondisi masing-masing, baik dari urutan ataupun isinya. Apabila pemohon mengalami kesulitan sebaiknya dikonsultasikan ke sumber pembiayaan terkait. Beberapa sumber pembiayaan ada yang menyediakan bantuan sejak pembuatan proposal.

a. Perumusan Kegiatan dan Pemetaan Potensi

Ide awal suatu program atau kegiatan harus mulai disusun secara sistematis dan informasi yang diperlukan mulai dikumpulkan untuk nantinya diartikulasikan ke dalam proposal. Ide awal ini mencakup tujuan program atau kegiatan yang diajukan; latar belakang, alasan dan manfaat dilaksanakannya program atau kegiatan tersebut; penjelasan singkat tentang bentuk, waktu, lokasi, bagaimana dan siapa yang akan melaksanakan program atau kegiatan tersebut; serta gambaran kasar biaya yang diperlukan. Selain itu perlu juga dilihat potensi atau modal yang dimiliki, baik dalam bentuk dana, sumber daya manusia, sumber daya alam, atau lainnya. Pemetaan tersebut nantinya akan sangat membantu dalam menentukan skema pembiayaan yang diperlukan, apakah hibah, pinjaman, investasi, swadaya atau gabungan.

b. Identifikasi Sumber Pembiayaan

Identifikasi dapat dimulai dengan mempelajari visi-misi atau tujuan sumber pembiayaan. Jika sudah terdapat kesesuaian maka bisa dilanjutkan dengan mengkaji program yang terkait dan pihak yang pernah diberikan pembiayaan. Terkait hal ini, pemohon harus memperhatikan kriteria atau syarat yang diminta sumber pembiayaan, seperti sasaran

Page 48: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 5

RAB

penerima, daerah sasaran, bidang cakupan atau prioritas sektoral, termasuk keterkaitan dengan pengembangan energi mikrohidro, jumlah dan bentuk pembiayaan yang diberikan, waktu dan proses pengajuan proposal permohonan pembiayaan.

Beberapa contoh sumber pembiayaan, antara lain :

Pemerintah Daerah maupun Provinsi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE)

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan (P3TKEBT)

Departemen Pekerjaan Umum – Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair)

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KKUKM)

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)

Strengthening Scheme (ACCESS)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

c. Menjalin Hubungan dengan Sumber Pembiayaan

Apabila dimungkinkan, pemohon membuka hubungan dengan wakil sumber pembiayaan sebelum mengajukan proposal permohonan pembiayaan. Hal ini diperlu kan untuk mengklarifikasi keakuratan informasi sumber pembiayaan tersebut. Hal yang perlu dikatahui antara lain alamat, program yang dijalankan, syarat atau kriteria yang diperlukan hingga waktu dan proses pengajuan proposal. Komunikasi dengan sumber pembiayaan ini juga ditujukan untuk melihat peluang dari sumber pembiayaan dimaksud untuk membuka diri dan memberikan pembiayaan bagi program-program pengembangan energi mikrohidro.

d. Penyusunan Proposal

Proposal Permohonan Pembiayaan

Sebelum menuliskan proposal secara resmi sebaiknya pemohon mengecek ke masing-masing sumber pembiayaan yang dipilih apakah mereka menyediakan formulir atau format tertentu untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Apabila memang disediakan, maka gunakanlah formulir atau format tersebut. Apabila tidak disediakan, maka pemohon harus membuatnya sendiri, tentu saja disesuaikan dengan jenis pembiayaan yang diajukan. Secara umum, proposal pengajuan permohonan pembiayaan mencakup :

i. Penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan, urgensi kegiatan atau program yang diajukan, jika mungkin dilengkapi dengan fakta atau data yang

Page 49: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 6

RAB

akurat.

ii. Penjelasan singkat dan padat mengenai kegiatan atau program yang diajukan, mencakup judul usulan, lokasi pelaksanaan, waktu pelaksanaan, pihak yang akan melaksanakan, cara-cara pelaksanaan dan evaluasinya.

iii. Penjelasan singkat dan padat mengenai dampak dan pihak- pihak yang akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan atau program tersebut.

iv. Penjelasan singkat dan padat mengenai keberlanjutan kegiatan atau program yang diajukan, termasuk masalah pembiayaan, seperti potensi untuk mandiri jika pembiayaan berakhir dan peran masyarakat lokal untuk mengelola kegiatan atau program tersebut.

v. Anggaran biaya yang diperlukan dan disediakan pihak lain (jika ada). Anggaran ini disusun secara rinci berdasarkan kegiatan atau program yang diajukan. Penjelasan detil mengenai anggaran dapat dimasukkan dalam lampiran proposal.

vi. Penjelasan singkat dan padat mengenai lembaga atau organisasi pemohon yang dapat menunjukkan kapasitasnya untuk melaksanakan kegiatan atau program yang diajukan.

Bentuk laporan pendukung dijabarkan secara lengkap pada Pedoman PenyusunanLaporan Studi Kelayakan Teknis – Buku 3.

Proposal Bisnis

Pembangunan PLTMH di Indonesia umumnya masih dibiayai dengan dana hibah, namun penggunaan dana pinjaman atau dana investasi dapat digunakan untuk membiayai program- program pengembangan energi mikrohidro. Proposal untuk mengajukan investasi pendirian PLTMH atau pengembangan usaha berbasis mikrohidro biasa disebut dengan proposal bisnis (business plan).

Proposal ini menggambarkan secara sistematis suatu usulan usaha sehingga setiap tahapan kegiatan usaha dapat dilakukan secara teratur dan terjadual dengan baik. Selain menjadi salah satu alat untuk mencari pembiayaan, baik dari investor ataupun lembaga keuangan, adanya proposal ini akan mempertajam rencana-rencana usaha yang diharapkan. Secara umum, proposal ini mencakup hal :

i. Penjelasan singkat dan padat mengenai latar belakang permasalahan untuk mendapatkan pembiayaan, serta kemendesakkannya.

ii. Penjelasan singkat dan padat mengenai perusahaan yang akan menjalankan usaha yang diajukan, mencakup nama perusahaan, bentuk usaha, visi-misi dan tujuan, susunan pengurus dan pelaksana, ukuran dan lokasi usaha, perkiraan waktu usaha dimulai, serta legalitas perusahaan.

iii. Penjelasan singkat dan padat mengenai produk yang dihasilkan, baik dalam bentuk barang ataupun jasa, mencakup penyediaan bahan baku, proses

Page 50: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 7

RAB

produksi, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan pembiayaannya. Penjelasan ini sebaiknya juga menunjukkan kelebihan dan kekhususan dari produk yang dihasilkan.

iv. Penjelasan singkat dan padat mengenai situasi pasar, mencakup target atau potensi pelanggan, proses distribusi, peluang dan prospek pertumbuhan pasar, kondisi persaingan pasar, serta cara-cara promosi.

v. Penjelasan rinci tentang situasi keuangan perusahaan yang mencakup dana yang dikumpulkan, berkaitan dengan jumlah penanam modal, asal pendanaan dan daftar pemegangsaham rencana keuangan yaitu cash flow y a n g memproyeksikan untung dan rugi perusahaan idealnya untuk 3–5 tahun ke depan. Penjelasan ini pada akhirnya akan menunjukkan nilai investasi usaha yang diajukan.

vi. Penjelasan rinci mengenai jumlah pembiayaan yang diminta, jangka waktu pengembalian, tenggat waktu (gross periode) dan apabila ada, alternatif jaminan beserta nilai taksirannya. Mengenai bentuk dan nilai jaminan bisa dikonsultasikan kepada sumber pembiayaan terkait.

Bentuk laporan pendukung dijabarkan secara lengkap pada Pedoman Penyusunan Laporan Studi Kelayakan Teknis – Buku 3. e.

e. Kelengkapan Dokumen

Setiap sumber pembiayaan umumnya meminta pemohon untuk melengkapi proposalnya dengan dokumen terkait. Dokumen yang diminta bisa berbeda antar sumber pembiayaan dan harus dicek kembali kepada sumber pembiayaan yang dipilih. Dokumen yang umumnya diminta sumber pembiayaan sebagai kelengkapan permohonan adalah

Khusus untuk pembiayaan pembangunan atau instalasi PLTMH, sumber pembiayaan akan meminta laporan studi potensi atau pra studi kelayakan dan studi kelayakan. Studi kelayakan yang ditujukan untuk menilai kelayakan investasi atau mengetahui tingkat keberhasilan proyek dalam berbagai aspek ini terutama diperlukan oleh sumber pembiayaan seperti investor selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit dan pemerintah selaku pemberi fasilitas. Studi kelayakan perlu menghasilkan beberapa opsi pembangunan dan penjelasan tentang konsekuensi dari setiap opsi. Hasilnya kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan konsultasi kepada masyarakat dan sumber pembiayaan terkait untuk menyepakati opsi yang akan digunakan.

Perencanaan rinci (detailed engineering design) juga umumnya diminta untuk dilampirkan dalam pengajuan pembiayaan instalasi PLTMH. Perencanaan rinci dibuat berdasarkan opsi yang dipilih dari studi kelayakan. Perencanaan rinci tersebut mencakup rencanan bangunan sipil, sistem mekanikal elektrikal, sistem kendali, sistem transmisi dan distribusi, serta biaya yang dibutuhkan.

Page 51: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 8

RAB

Pembuatan studi potensi atau pra studi kelayakan, studi kelayakan dan rencana rinci ini dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak lain sebelum mengajukan proposal atau diajukan sebagai salah satu bentuk pembiayaan.

Permohonan pembiayaan yang ditujukan kepada pemerintah ada baiknya dilengkapi dengan surat pengantar dari pemerintah daerah setempat.

Kepastian keberadaan lembaga atau organisasi pemohon biasanya sumber pembiayaan meminta dokumen pendukung seperti fotokopi tanda pengenal, akta pendirian, nomor pokok wajib pajak (NPWP), susunan organisasi dan daftar pengurus, serta neraca keuangan.

Gambar atau foto pendukung juga dapat dilampirkan dalam proposal.

f. Pengiriman Proposal

Proposal yang sudah selesai dan dilengkapi dengan dokumen- dokumen yang diminta dapat dikirimkan melalui pos, internet atau diserahkan langsung, tergantung ketentuan dari sumber pembiayaan yang dipilih. Sebelum dikirim, mohon diperhatikan kembali batasan waktu pengiriman proposal, proses penyeleksian dan pengumuman penerimaan proposal. Pemohon dapat mengirimkan proposal kepada beberapa sumber pembiayaan. Mengingat besarnya jumlah biaya dan beragamnya kegiatan yang diperlukan untuk mengembangkan energi mikrohidro secara berkesinambungan maka pemohon bisa membagi pengajuan permohonan dana atas beberapa kegiatan ke beberapa sumber pembiayaan.

g. Kegiatan

Setelah melakukan penilaian kelayakan, sumber pembiayaan umumnya akan menginformasikan secara langsung proposal yang diterima, namun demikian ada baiknya pemohon juga mengecek proses penerimaan tersebut. Jika proposal diterima, maka segera koordinasikan langkah-langkah yang harus dilakukan dengan sumber pembiayaan terkait. Jika proposal tidak diterima, ada baiknya pemohon menanyakan sebab atau alasan penolakan tersebut sebagai bahan perbaikan pembuatan proposal kembali

Page 52: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 9

RAB

5.5. RENCANA BIAYA KONSTRUKSI PLTMH BPIRI KORAGI Dari hasil desain yang sudah dilakukan dapat disusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk konstruksi PLTMH Bpiri Koragi sesuai dengan harga satuan material dan upah setempat. Uraian lengkap RAB dapat melihat uraian berikut.

Page 53: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 10

RAB

Dari perhitungan di atas pembangunan PLTMH Bpiri Koragi 40 Kw memerlukan biaya konstruksi 1,24 Milyar Rupiah sebelum PPN.

Biaya diatas hanya untuk konstruksi PLTMH saja, sedangkan untuk biaya pemasangan jaringan listrik baik jaringan Transmisi, Distribusi dan Sambungan Rumah diperlukan perhitungan terpisah karena konstruksinya tidak bersambungan, artinya bisa dibangun sesudah maupun sebelum pelaksanaan konstruksi PLTMH.

Untuk Perhitungan kebutuhan jaringan untuk pemenuhan listrik di sekitar Distrik Bpiri dan Koragi dapat melihat perhitungan sebagai berikut.

Page 54: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMHHHHH Bpiri Koragi Bab V - 11

RAB

Perkiraan anggaran biaya untuk pemasangan jaringan listrik di Distrik Bpiri dan Koragi Secara optimal adalah sekitar 1,57 Milyar Rupiah belum termasuk PPN. Tentunya tidak semua KK akan teraliri listrik mengingat penyebaran penduduk di kedua Distrik kurang merata, diutamakan untuk desa - desa dengan keramaian terpusat.

Page 55: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 1

KAJIAN LINGKUNGAN

BBAABB VVII.. KKAAJJIIAANN LLIINNGGKKUUNNGGAANN

6.1 KEMUNGKINAN DAMPAK LINGKUNGAN Informasi kemungkinan dampak yang akan terjadi dilakukan secara analisis hipotesis/teoritis. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagai langkah awal didasarkan terhadap dampak hipotesis/teoritis yang diperkirakan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap komponen/parameter lingkungan baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pascakonstruksi.

a. Tahap Prakonstruksi

Dampak yang akan terjadi pada tahap prakonstruksi cenderung terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Dampak tersebut terjadi dengan adanya kegiatan survai lapangan, pengadaan dan pembebasan lahan untuk bangunan air dan daerah penyangganya. Melalui kegiatan survai lapangan dan rencana kegiatan pengadaan dan pembebasan lahan diperkirakan akan timbul beberapa dampak mendasar yaitu :

Keberatan penduduk pemilik lahan untuk menyediakan pembebasan lahan untuk tapak bangunan yang mungkin diperlukan.

Apabila penduduk tidak keberatan dengan kegiatan pembebasan lahan, maka dampak yang diprakirakan akan terjadi yaitu dalam menentukan besarnya nilai ganti rugi.

Apabila tidak terjadi kesepakatan yang baik antara pihak pemilik konstruksi dan penduduk pemilik/penggarap lahan yang diperlukan konstruksi maka akan menimbulkan ketidakpuasan penduduk yang pada gilirannnya akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dan masyarakat terhadap pembangunan pembangkit tenaga listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).

b. Tahap Konstruksi

Dampak yang akan terjadi pada tahap konstruksi dengan adanya kegiatan konstruksi yang diperkirakan akan dilaksanakan yaitu mobilisasi peralatan berat dan material, rekrutmen tenaga kerja, pengadaan material dan pekerjaan sipil lainnya. Dampak terhadap komponen Iingkungan yang diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi, yaitu

Dampak Terhadap Sumberdaya Alam

i. Dampak Kelestarian Alam

Page 56: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 2

KAJIAN LINGKUNGAN

ii. Dampak Terhadap Sumberdaya Biologi

Dampak Terhadap Komponen Fisik-Kimia

i. Perubahan iklim mikro

ii. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

iii. Kerusakan top soil tanah

iv. Dampak terhadap hidrologi

Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Fisiologi

i. Terganggunya biota darat

ii. Terganggu biota perairan

Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya

i. Terganggunya estetika dan kenyamanan lingkungan ii. Terbukanya kesempatan kerja

c. Tahap Pascakonstruksi

Tahap pascakonstruksi, dampak diperkirakan akan terjadi terhadap komponen lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya. Kegiatan yang menjadi sumber dampak yaitu pemeliharaan bangunan sipil PLTMH dan di sekitarnya.

Dampak terhadap sumberdaya alam

Tahap pascakonstruksi, bangunan yang akan dibangun diperkirakan akan menimbulkan dampak terjaganya kelestarian sumberdaya alam. Hal ini akan terjadi apabila konstruksi bangunan yang akan dibangun mempertimbangkan kondisi lingkungan yang ada, sehingga dengan adanya bangunan tersebut akan menghilangkan pengaruh banjir dan genangan.

Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Kegiatan pendayagunaan sumber air di daerah tersebut akan meningkatkan intensitas kegiatan masyarakat di sekitarnya.

Mengacu pada semua potensi yang dimiliki, terutama dan aspek sumberdaya lahan, penduduk serta areal pertanian dan ketersediaan sarana, maka daerah studi dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan daerah yang dimaksudkan adalah meningkatkan perekonomian lainnya. Dampak ini lebih bersifat positif terhadap peningkatan kualitas daerah tersebut, serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Prakiraan dampak-dampak lingkungan yang diprakirakan akan terjadi akibat kegiatan pengembangan daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 57: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 3

KAJIAN LINGKUNGAN

Tabel 6 -1. Prakiraan Dampak Pembangunan Konstruksi No Tahapan Kegiatan

Konstruksi dan Komponen Kegiatan Sumber Dampak

Komponen Lingkungan dan Perkiraan Prediksi

Dampak Terjadi

Sebaran Dampak

A Prakonstruksi 1 Pengadaan/Pembebas an

Lahan

Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya a. Keberatan

penduduk untuk menyediakan lahan sempadan sungai

b. masalah nilai ganti rugi untuk pembebasan lahan sungai

c. Persepsi masyarakat terhadap konstruksi

Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan s umber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk

B Konstruksi 1. 2. 3.

Mobilisasi peralatan berat dan material Rekrutmen tenaga kerja Penerimaan tenaga kerja Penerimaan tenaga kerja dari luar daerah Pekerjaan Sipil Pembukaan lahan lahan ( land clearing ) yang menyebabkan hilangnya vegetasi sempadan sungai

Dampak terhadap komponen lingkungan fisika - kimia Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ekonomi dan sosial Terbukanya kesempatan kerja bagi penduduk setempat Kesempatan kerja bagi pendu duk dari luar daerah Interaksi tenaga

pendatang penduduk. Konflik sosial

Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak yang akan terjadi di sekitar bangunan sumber air yang berada di

Page 58: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 4

KAJIAN LINGKUNGAN

Pembukaan lahan untuk tapak bangunan PLTMH Pengerukan dasar bangunan Pembangunan/ penimbunan

tanah galian

Pembangunan bangunan PLTMH

Pembangunan bangunan PLTMH yang mengganggu sistem irigasi dan atau drainase Pekerjaan pembangunan bangunan PLTMH

Pembukaan lahan (land clearing ) tapak bangunan Penggalian pondasi tapak bangunan yang menyebabkan kekeruhan ekosistem perairan di sekitar tapak

Pekerjaan pem - bangunan bangunan yang menimbulkan permukiman penduduk Ceramah dan gang - guan kegiatan pem - bangunan bangunan

Dampak terhadap komponen lingkungan fisika – kimia a. Perubahan iklim mikro

(temperatur dan arah/kecepat - an angin)

b. Dampak terhadap

fisiologi dan geologi Perubahan sempadan sungai Kerusakan top soil tanah a. Dampak terhadap

hidrologi Terganggunya sistem aliran sungai/ saluran dan pembuangan air Peluang terjadi genangan/banjir di bagian darat dari bangunan Penurunan kualitas air sungai Komponen Lingkungan Biologi a. Terganggunya

vegetasi b. terganggunya biota

perairan di sekitar tapak konstruksi

Dampak terhadap Komponen Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya a. Tergang gunya

estetika kenyamanan lingkungan

b. terganggunya kesehatan

lingkungan kota/pemukiman penduduk Dampak akan terjadi pada bangunan pendayaguna sumber air Dampak akan terjadi di seluruh bangunan pendayaguna sumber air Dampak akan terjadi di seluruh bangunan pendayaguna sumber air Dampak akan terjadi di seluruh bangunan pendayaguna sumber air Dampak akan terjadi di sekitar bangunan yang melintas drainase , saluran irigasi dan atau sungai

Dampak yang terjadi di sekitar lokasi bangunan yang berbatasan langsung/dekat dengan lingkungan perairan Dampak yang terjadi di sekitar bangunan PLTMH yang curam

Page 59: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 5

KAJIAN LINGKUNGAN

penduduk c. konflik sosial

antara tenaga kerja konstruksi dengan penduduk

C Pascakonstruksi Pemeliharaan bangun - an dan

sempadan sungai/saluran Aktivitas pembangunan perumahan penduduk Penggunaan daerah sempadan sungai/ saluran menjadi prasarana pembangun- an kebersihan sampah dan sarana sanitasi lainnya

Dampak terhadap komponen lingkungan sosial, ek onomi dan budaya a. Terbentuknya

lingkungan yang kumuh di sekitar bangunan pendayaguna sumber air

b.Penurunan sanitasi lingkungan dan kesehatan masyarakat

c. Konflik sosial antara petugas pemeliharaan bangunan dan sempadan sungai/saluran dengan penduduk sektiar

6.2 PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Program secara singkat dan jelas menguraikan sebagai berikut.

a. Langkah yang dilakukan untuk mencegah dan mengelola dampak termasuk upaya untuk menangani dan menanggulangi keadaan darurat, misalnya upaya untuk mencegah terjadinya potensi longsor dan banjir.

b. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup, misalnya dengan pembangunan terasiring untuk pengamanan aliran air yang dimanfaatkan.

Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan lingkungan hidup dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup, contohnya baku mutu kebisingan

6.3 STATUS LINGKUNGAN DAN KEMAJUAN MANUSIA Menggeser status desa dari desa terbelakang menjadi desa berkembang merupakan tugas yang diemban oleh pembangkit mikrohidro. Dari desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi

Page 60: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 6

KAJIAN LINGKUNGAN

yang ada di desanya; desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi, berubah menjadi desa sedang berkembang yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana; belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa dan masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong. Tahapan akhir yang diharapkan menuju desa maju yaitu desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber daya manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Atau yang dikenal sebagai kehidupan desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju. Mengoptimalkan sustainabilitas pemantaatan sumber daya energi lokal sebagai faktor input bagi keunggulan wilayah perdesaan ini salah satu jalan yang harus ditempuh.

Jumlah desa tertinggal masih banyak, tersebar dari timur hingga barat Indonesia. Untuk meningkatkan status desa tertinggal itu menjadi desa maju, melalui penanganan terpadu antara departemen, pemda, dan swasta, maka desa tertinggal itu cepat berubah bentuknya menjadi daerah maju sehingga dijadikanlah desa model. Desa model itu yang sebelumnya selalu gelap gulita jika malam hari, kini sudah terang benderang. Listrik tidak saja menerangi rumah-rumah penduduk, tetapi juga melancarkan roda industri kecil yang bermunculan. Akibatnya, terjadilah mobilitas yang tinggi dan tumbuhnya semangat masyarakat untuk berlomba meningkatkan derajat kesejahteraan mereka dengan cara memberdayakan potensi daerahnya. Kini keseharian kegiatan masyarakat desa model itu tidak saja bertani, tetapi juga membudidayakan ternak unggulan yang bernilai ekonomis.

Prototipe Desa tertinggal di kabupaten yang tidak memiliki jaringan listrik, tidak memiliki akses transportasi yang memungkinkan kendaraan umum keluar masuk untuk membeli hasil peternakan, pertanian, dan perkebunan. Juga memiliki banyak keterbatasan lain. Setelah ditangani secara terpadu, dalam lima tahun kemudian jumlah kabupaten yang punya desa tertinggal berkurang. Jika sinergi lintas kementerian, pemda, dan swasta berjalan lancar, maka pada 2015 sudah tidak ada lagi desa tertinggal di Indonesia. Untuk melancarkan target itu, departemen dan desa dapat merancang program pembentukan lembaga Kader Penggerak Pembangun.

Melalui lembaga itu para kader pembangunan desa tidak saja mengkoordinasi masyarakat desa tertinggal agar bersatu meningkatkan kualitas desanya, tetapi juga memberi pengetahuan secukupnya tentang syarat yang distandarkan untuk memiliki desa maju. Departemen sendiri sejak pencanangan desa model diberlakukan, terus-menerus mengusulkan dana alokasi khusus dalam bentuk peningkatan sarana dan prasarana pedesaan tertinggal.

Upaya bersama antara masyarakat desa dan pemerintah atau stake holder lainnya dalam memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan mikrohidro adalah dimensi

Page 61: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 7

KAJIAN LINGKUNGAN

kualitas yang dijadikan pertimbangan terkait dengan bahwa keberhasilan sebuah mikrohidro relevan dengan keterlibatan banyak pemangku kepentingan.

Keterlibatan banyak pemangku kepentingan terkait dengan sharing pengetahuan, aktivitas monitoring, kegiatan kepelatihan, dan sebagainya. Impak jelas mengenai kemampuan masyarakat terhadap bagaimana mengelola mikrohidro dan perhatian pada aspek lainnya secara tidak langsung memberikan pengaruh pada mikrohidro.

Ini dapat kita nilai bagaimana peresapan antara pengetahuan masyarakat dengan pembelajaran lain yang didapat secara eksternal. Kita dapat memulai dari pengetahuan antropologi-ekologi sering memperlihatkan adanya sistem pengetahuan, teknologi, kepercayaan, dan kelembagaan yang dipraktikkan dan dikembangkan oleh masyarakat lokal selama bertahun-tahun dalam mengelola sumber daya alam (resource management) mereka. Kumpulan pengetahuan, kepercayaan, dan kelembagaan masyarakat lokal ini biasa disebut dengan istilah kearifan lingkungan (environmental wisdom) dan bagaimana pemangku kepentingan lain masuk dalam cara pikir tersebut dengan mempengaruhinya melalui pengetahuan lain.

Pemangku kepentingan harus masuk melalui pengetahuan ratusan dan bahkan ribuan kearifan lingkungan yang tersebar pada masyarakat etnik yang memberikan relevansi terhadap keberlanjutan mikrohidro. Bentuk kearifan yang dimiliki tersebut senantiasa berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidup mereka berbeda-beda; atau dengan kata lain, pengalaman mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan, baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial, yang tidak lain dimaksudkan untuk melindungi dirinya dan alam sekitarnya secara spesifik. Mereka memahami dan merasakan secara mendalam bagaimana makna dan pengaruh lingkungan terhadap kehidupannya. Tentu saja sistem pengetahuan ini tumbuh dalam sejarah panjang perjalanan hidup masyarakat lokal tersebut.

Pengetahuan yang kita sebut dengan kearifan lingkungan di atas, menjadi ruang bagi pemangku kepentingan lain dalam memasukkan pengetahuan lainnya dalam melahirkan sebuah kebijakan. Kesadaran ini penting bagi pemangku kepentingan lainnya karena semakin terdesaknya eksistensi sistem kelembagaan masyarakat lokal, yang merupakan konsekuensi logis dari laju kemajuan masyarakat industri. Pada saat yang bersamaan berlangsung pula eksploitasi sumber daya alam secara tak terkendali yang mengakibatkan kerusakan atau degradasi lingkungan hidup.

Bukan hanya itu, akibat lain yang ditimbulkan secara langsung oleh kerusakan ini adalah semakin berkurangnya penghasilan masyarakat dan untuk keberlangsungan mikrohidro besar pengaruhnya. Keadaan ini pulalah yang mewajibkan pemangku kepentingan lainnya dan pengambil kebijakan untuk menggali kembali kearifan tradisi masyarakat lokal sebagai salah satu langkah untuk masuk dalam diskusi tentang penyelamatan lingkungan terkait dengan mikrohidro, terutama perihal kerusakan lingkungan tersebut. Dalam konteks ini muncul kesadaran bahwa masyarakat lokal adalah pelaku dalam mewariskan pengetahuan, dan karena itu dibutuhkan pemahaman tentang tradisi sebagai sasaran

Page 62: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 8

KAJIAN LINGKUNGAN

pemberdayaan pengetahuan dan potensi masyarakat. Dengan demikian, pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah yang sesuai dengan karakter masyarakat lokal, dan bukannya melakukan pembaharuan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan pencangkokan sistem baru.

Kearifan lingkungan masyarakat yang seringkali dirujuk adalah yang terdapat pada masyarakat tersebut. Masyarakat ini memiliki bentuk perilaku positif dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitar, yang bersumber dari nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan petuah-petuah baik yang diwariskan secara lisan maupun bukan lisan. Sumber nilai berupa pesan leluhur (teks lisan) mengenai sistem pengelolaan lingkungan. Misalnya ada kearifan yang muncul melalui adagium hutan tidak boleh dirusak, jika engkau merusaknya, maka sama halnya engkau merusak dirimu sendiri. Selain itu, ada juga petuah hutan bisa lestari karena dijaga oleh adat. Bila bumi hancur, maka hancur pula adat. Masyarakat dalam kearifan lokalnya suka membagi kawasan tertentu untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Ini dikenal adanya pembagian kawasan, yaitu pertama, kawasan untuk budidaya untuk dinikmati bersama; kedua, kawasan hutan kemasyarakatan yang setiap warga diperbolehkan menebang pohon, tetapi harus terlebih dahulu menanam pohon pengganti; dan ketiga, kawasan hutan adat yang sama sekali tidak.

boleh dirambah. Kearifan masyarakat dalam mengelola sumber daya alamnya memang diartikulasikan lewat media-media tradisional seperti mitos, ritual, dan pesan-pesan leluhur, tetapi sesungguhnya mengandung pengetahuan ekologis, yaitu sistem pengetahuan mengenai fungsi hutan sebagai penyeimbang ekosistem. Bahkan uraian di atas memperlihatkan empat elemen kearifan lingkungan, yaitu sistem nilai (value system), pengetahuan (knowledge), teknologi (technology), dan lembaga adat (institution).

Para pemangku kepentingan yang mempunyai perhatian terhadap masalah lingkungan terkait dengan keberlangsungan mikrohidro harus menyamakan bahasa intervensi terkait dengan bahasa tradisi yang sering masyarakat desa gunakan. Ini yang dikenal dengan sebuah intervensi dalam kebijakan publik, bahwa kebijakan publik harus bersifat historis terkait dengan masa lalu kelompok atau ruang yang akan diintervensi. Kebijakan publik tidak dapat dilakukan tanpa dasar atau tanpa tanda- tanda itu sinkron dengan apa selama ini dilakukan oleh masyarakat. Sehingga para pemangku kepentingan yang masuk ke sebuah desa dapat dinilai bagaimana daya adaptif mereka terhadap masyarakat dan cara stimulasi masyarakat terkait dengan budaya atau perilaku yang lazim dalam masyarakat.

Kita akan diuji misalnya yaitu pemangku kepentingan melihat cara kearifan masyarakat yang menyimpan pengetahuan tentang cara memotong pohon untuk tiang rumah, dan perlunya mengganti pohon yang ditebang dengan pohon baru; peran lembaga masyarakat dalam mengontrol pemanfaatan sumber daya alam; peran ritual dan aluk yang

berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang Pemangku kepentingan mungkin ini melihat dalam respon peraturan dan sertifikasi yang biasa menjadi acuan mereka. Dalam kaitan dengan upaya konservasi atau pengembangan sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, bentuk-bentuk kearifan lingkungan sebagaimana dikemukakan ini menjadi penting dan dapat disinergikan dengan sistem pengetahuan modern. Hal ini juga telah

Page 63: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 9

KAJIAN LINGKUNGAN

ditegaskan dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa aspek perilaku manusia merupakan bagian yang integral dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bentuk pengintegrasian konservasi yang menarik dikemukakan adalah inisiatif masyarakat suatu daerah dalam penghijauan. Penanaman ini dimaksudkan untuk melindungi kampung dan bukit masyarakat setempat dari longsor. Mereka membuat aturan penebangan pohon yang dilakukan dalam siklus tujuh tahunan. Usaha ini melahirkan dampak ekonomis, di mana penduduk dapat memperoleh tambahan pendapatan ekonomi keluarga dengan mengumpulkan kayu yang sudah mati untuk kebutuhan kayu bakar rumah tangga. Namun, belakangan usaha ini melahirkan konflik yang melibatkan masyarakat menyangkut status kepemilikan antar Dinas kehutanan yang memiliki otoritas untuk mengatur penebangan, dan Dinas Pertanian yang memiliki wewenang menebang kayu lalu ditanam untuk dijadikan lahan pertanian.

Contoh yang dikemukakan terakhir ini menegaskan kembali kepada kita tentang perlunya penguatan kearifan lingkungan. Sebuah upaya yang secara konseptual memerlukan adanya sinergi antara religi, pengetahuan, dan teknologi, dan secara praktikal membutuhkan kesepahaman antara pemerintah pusat dan daerah serta antarsektoral, perguruan tinggi, LSM, tokoh-tokoh agama, dan pelaku di masyarakat. Tujuannya adalah membangun agenda rencana aksi yang bermuara pada pelaku pembangunan yang arif lingkungan.

6.4 KONSERVASI Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat

Page 64: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 10

KAJIAN LINGKUNGAN

termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

6.5 DEFINISI HUTAN Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

6.6 DEFORESTASI Deforestasi merupakan suatu kondisi saat tingkat luas area hutan yang menunjukkan penurunan secara kualitas dan kuantitas. Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per

Page 65: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 11

KAJIAN LINGKUNGAN

tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]. Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir tahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan. Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpa izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.

6.7 FAKTOR PENYEBAB DEFORESTASI HUTAN Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama ber tahun-tahun, dan keuntungannya digunakan oleh rejim Soeharto sebagai alat untuk memberikan penghargaan dan mengontrol teman-teman, keluarga dan mitra potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara

Page 66: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 12

KAJIAN LINGKUNGAN

dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal. Untuk saat ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya penegakan hukum yang terjadi saat ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak langsung pada semakin berkurangnya habitat orangutan secara signifikan. Penyebab kerusakan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Hak Penguasaan Hutan Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah terdegradasi". Areal konsesi HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tanaman industri atau perkebunan.

2. Hutan tanaman industri Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besar-besaran dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar adalah hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang terlantar dan tidak produktif.

3. Perkebunan Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun 1997 dan hutan ini hampir dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha, sementara perkebunan baru untuk tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup berkembang, dimana para pengusaha mengajukan permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis hutan dan menggunakan kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.

Page 67: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 13

KAJIAN LINGKUNGAN

4. llegal logging - Illegal logging adalah merupakan praktek langsung pada penebangan pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang lingkup illegal logging terdiri dari :

5. Rencana penebangan, meliputi semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan akses ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan prasarana untuk melakukan penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal.

6. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi sekarang merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.

7. Konvensi Lahan Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang besar. Tidak ada perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan yang dapat dipercaya pada tahun 1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.

8. Program Transmigrasi Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999, yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka lahan hutan hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Disamping itu, para petani kecil dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang dapat dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat.

9. Kebakaran Hutan Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98.

Page 68: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VI - 14

KAJIAN LINGKUNGAN

Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif. Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu. Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan, baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.

Deforestasi yang disebabkan oleh Illegal loging

Page 69: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 1

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

BBAABB VVIIII.. IIMMPPLLEEMMEENNTTAASSII PPLLTTMMHH BBEERRBBAASSIISS

MMAASSYYAARRAAKKAATT

7.1. KAJIAN KEADAAN PEDESAAN PARTISIPATIF /PARTICIPATORY RURAL

APPRAISAL ( P R A ) Kajian Keadaan Pedesaan secara Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu, Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan Kelompok, Pembangunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring dan Evaluasi Kajian Keadaan Pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan pendekatan ‘Topdown’ yang sering di pakai oleh lembaga-lembaga yang kumpul informasi untuk kelancaran program mereka. Dalam program ini, lembaga menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan. Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil kajian sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan mandiri.

Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah gambaran tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini merupakan dasar untuk tahapan proses Pember da ya an Masyarakat berikut, yaitu pembentukan dan pengembangan kelompok serta penyusunan dan pelaksanaan rencana kegiatan oleh masyarakat. Hasil Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif juga dapat digunakan oleh Dinas serta instansi lain untuk mengembangkan pelayanan serta program yang lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

7.2.1. Pengertian & Tujuan

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau Pemberdayaan Masyarakat (PM) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat

2. Pengembangan Kelompok.

3. Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan.

4. Monitoring dan Evaluasi.

Page 70: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 2

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan pendekatan 'top-down' yang sering dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi untuk kelancaran program mereka. Dalam program demikian, lembaga menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan apapun.

Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil analisa sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan mandiri. Dalam hal ini juga diharapkan masyarakat mampu menyampaikan hasil perencanaannya kepada instansi terkait yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah tahap pertama dalam siklus pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kajian, masyarakat akan masuk tahap perencanaan kemudian pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Setelah itu, mereka lanjutkan dengan ulang mengkaji sebagai dasar untuk rencana baru.

Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan adalah gambaran tentang:

1. Potensi sumber daya alam yang dimiliki masyarakat, termasuk system usaha tani;

2. Potensi sosial masyarakat;

3. Potensi perekonomian masyarakat;

4. Potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar belakangnya, strukturnya, kegiatannya dan lain-lain (termasuk lembaga pelayanan, baik pemerintah maupun non-pemerintah);

5. Masalah-masalah masyarakat;

6. Prioritas dan penyebab masalah;

7. Peluang-peluang pengembangan.

7.2.2. Konsep Dasar PRA

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi atau didampingi oleh Tim PM. Dalam Kajian Partisipatif diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pengetahuannya. Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan secara partisipatif, adalah 'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat

Page 71: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 3

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

dalam kegiatan program pengembangan.

Pendekatan-pendekatan lain: PALM, PLA dan RRA .Selain PRA, sering dipakai istilah-istilah lain untuk proses pembelajaran partisipatif.

Beberapa istilah yang trekenal meliputi:

PALM (Participatory Learning Methods). Metode-metode Belajar secara Partisipatif.

PLA (Participatory Learning and Action). Belajar dan Bertindak secara Partisipatif.

Walaupun tidak persis sama, inti pendekatan-pendekatan tersebut dengan PRA sama, yaitu suatu proses pembelajaran partisipatif. Satu pendekatan yang memang berbeda dengan PRA adalah RRA (Rapid Rural Appraisal / Pemahaman Desa secara Cepat).

Perbedaan-perbedaan utama meliputi:

Sifat Proses PRA PRA

Cara Melakukan Penggalian/Pe Saling Berbagi Ngumpulan Informasi Pemberdayaan

PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan mereka sendiri serta lingkungannya. Beberapa teknik yang terkenal meliputi:

Pemetaan desa;

Kalender musim;

Transek (penelusuran desa);

Peran orang luar

Peran orang dalam

Info rmasi dimiliki, dianalisa dan digunakan oleh

Hasil jangka panjang

Penyelidik Sumber Info rmasi/Obyek Orang luar Perencanaan Proyek Publikasi

Fasilitator Pelaku/Subyek Masyarakat setempat Kelembagaan dan tindakan masyarakat lokal yang berkelanjutan

Page 72: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 4

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan);

Bagan perubahan dan kecenderungan;

Diagram alur.

Teknik-teknik PRA sudah lebih banyak dari pada yang disebut di atas. PR biasanya sudah diawali dengan proses sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat. Penting sekali bahwa masyarakat serta aparat desa telah memiliki pengertian yang baik terhadap pendekatan partisipatif ini. Kualitas informasi yang digali dengan PRA biasanya tinggi, namun kuantitatif kadang-kadang kurang tepat. Walaupun kita tidak tahu apakah informasi seratus persen benar, yang penting bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran. Untuk itu, dimanfaatkan prinsip triangulasi atau pengecekan kembali dan pemeriksaan ulang.

TRIANGULASI

Dalam kajian informasi tidak semua sumber informasi senantiasa bisa dipercaya ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang benar bisa diandalkan dengan menggunakan prinsip 'triangulasi' informasi, yaitu pemeriksaan dan periksa ulang, melalui:

a. Keragaman Teknik PRA

Setiap teknik PRA punya kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam satu teknik PRA dapat dipercaya. Melalui teknikteknik lain, informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat. Karenanya kami perlu melihat bagaimana teknik-teknik PRA dapat saling melengkapi, sesuai proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan.

b. Keragaman Sumber Informasi

Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh kepentingan pribadi. Karena itu sangat perlu mengkaji silang informasi dari sumber informasi yang berbeda. Dalam melaksanakan PRA perlu diperhatikan bahwa tidak didominasi oleh beberapa orang atau elit desa saja tetapi melibatkan semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita. Sumber Informasi lain juga dapat dimanfaatkan seperti sumber sekunder yang berada di desa.

c. Keragaman Latar belakang Tim Fasilitator

Fasilitator PRA biasanya punya latar belakang atau keahlian khusus. Selalu ada resiko

Page 73: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 5

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

bahwa dia mengutamakan 'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun sering kali kami tidak sadar. Untuk menghindari bahwa kepentingan fasilitator akan menentukan temuan PRA, lebih baik membentuk Tim 'multi-disiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang terdiri dari orang dengan latar belakang, keahlian, jenis kelamin yang berbeda.

Prinsip-prinsip PRA

a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)

b. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator

d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

e. Prinsip santai dan informal

f. Prinsip triangulasi

g. Prinsip mengoptimalkan hasil

h. Prinsip orientasi praktis

i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu

j. Prinsip belajar dari kesalahan

k. Prinsip terbuka

Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau instansi, terbatas sebagai fasilitator proses PRA. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai pelaksana dan nara sumber utama dalam memahami keadaannya.

Kelemahan dan Bahaya dalam penerapan PRA

1. Sangat tergantung ketrampilan dan sikap fasilitator;

2. Keterpakuan pada kegiatan menerapkan teknik dan lupa bahwa sebenarnya teknik PRA hanyalah alat dalam proses pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat;

3. Kehilangan arah dan dangkal (banjir informasi);

4. Kembali melakukan penyuluhan satu arah (kebiasaan dahulu);

5. Karena sifat PRA terbuka, muncul beda pendapat dan bisa menyebabkan konflik;

6. Menanggpa PRA sebagai 'resep' (pendekatan fleksibel dan terbuka).;

7. Terpatok pada waktu (perlu waktu, jangan berburu-buru);

8. Merancang PRA dengan biaya mahal (walaupun teknik-teknik sederhana);

Page 74: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 6

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

9. Masih mengutamakan target;

10. Partisipasi menjadi semu;

11. PRA menjadi rutinitas;

12. Masyarakat masih sebagai obyek;

13. Mengatasnamakan PRA (walaupun melakukan RRA);

14. Mengecewakan Masyarakat.

7.2.3. Tahapan Dalam Proses Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif

Persiapan Desa bersama wakil masyarakat (pimpinan, tokoh-tokoh dan / atau koordinator setempat):

- Menentukan tempat;

- Menentukan waktu;

- Mengumumkan kepada masyarakat;

- Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang diperlu;

Persiapan dalam tim :

- Menentukan informasi yang akan dikaji;

- Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;

- Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;

- Membagi peran dalam Tim PM;

Melakukan kajian keadaan Kegiatan PRA:

- Ulang menjelaskan maksud dan tujuan PRA;

- Menyepakati waktu dan kegiatan / teknik yang akan dilakukan;

- Membina suasana;

- Menjelaskan teknik PRA dalam sub kelompok;

- Melalukan teknik PRA;

- Diskusi umum (pembahasan keadaan);

- Pembuatan gambar (visualisasi);

- Diskusi lebih lanjut (analisa masalah dan potensi);

- Presentasi dan diskusi.

Page 75: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 7

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

7.2.4. Perumusan Hasil Pra

Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua hasil PRA perlu dirumuskan pada suatu laporan. Kemudian suatu presentasi perlu disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama beberapa wakil masyarakat, misalnya yang aktif dalam pelaksanaan PRA. Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas besar sebagai bahan presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat memiliki informasi tersebut. Isu-isu yang penting dalam laporan dan presentasi meliputi:

Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik maupun sosial);

Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat;

Potensi yang ada di desa serta peluang pembangunan.

7.2.5. Lokakarya / Musyawarah Masyarakat :

Mempresentasi semua hasil PRA;

Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk mempertajam temuan;

Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi, kesempatan, masalah dan kemungkinan pengembangan program oleh masyarakat.

7.2.6. Perumusan Hasil Pra

Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua hasil PRA perlu dirumuskan pada suatu laporan. Kemudian suatu presentasi perlu disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama beberapa wakil masyarakat, misalnya yang aktif dalam pelaksanaan PRA. Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas besar sebagai bahan presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat memiliki informasi tersebut. Isu-isu yang penting dalam laporan dan presentasi meliputi:

- Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik maupun sosial);

- Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat;

- Potensi yang ada di desa serta peluang pembangunan.

Page 76: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 8

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

7.2. KEBERLANJUTAN PLTMH ASPEK TEKNIS 7.2.1. Reliabilitas Mikrohidro

Reliabilitas teknologi mikrohidro sangat bergantung pada reabilitas masing-masing subsistem : Weir, Intake, Headrace, Forebay, penstock Power House, turbin, generator, panel, controller, ballast, transmission system, tailrace. Reliabiltas yang baik untuk setiap subsistem mencerminkan reliabilitas keseluruhan sistem. Dari sudut pandang engineering ada dua elemen dalam upaya mengelola komponen- komponen sub sistem tersebut. Pertama sifat robust komponen yang dipasang, yang kedua perawatan yang dilakukan pada komponen tersebut ketika sistem itu berjalan. Melihat kualitas komponen yang sesuai pada pembangkit mikrohidro adalah melihat sejauh mana perawatan dan kualitas komponen berjalan sebagaimana mestinya untuk memenuhi fungsi setiap komponen.

Dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro untuk pelistrikan desa banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia- sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan pada studi kelayakan sebagai kelanjutan studi terhadap potensi alam dan sumber daya setempat. Keakuratan kajian data hasil studi kelayakan akan menentukan keberhasilan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro.

Study kelayakan dan engineering Design ini meliputi desain teknis bangunan sipil dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi hingga analisis finansial dan desain penyiapan kelembagaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro. Desain teknis ini harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan teknologi yang telah teruji agar pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang baik. Setelah tahapan tersebut selesai dilakukan, mengingat potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro sangat besar dan manfaat dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro dapat dijadikan salah sebagai satu faktor pemicu bagi pengembangan masyarakat setempat, maka teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro beserta seluruh aspek sosial ekonominya perlu difahami dengan baik oleh sumber daya lokal di daerah. Dengan demikian pasca implementasi fisik PLTMH perlu dilakukan alih teknologi dan transfer pengalaman berbagai aspek yang berkaitan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro.

Untuk itu dimensi kualitas sistem pembangkit mikrohidro dari hasil pengamatan fisik merupakan salah satu cara untuk menentukan apakah sebuah pembangkit itu memenuhi fungsinya secara baik atau malah tidak sesuai. Hasi pengamatan setiap subsistem akan memberikan kita sebuah kesimpulan: 1) proses studi kelayakan, konstruksi pembangkit mikrohidro dalam hal sesuai dan memenuhi aspek-aspek rekayasa teknologi; 2) proses perawatan memenuhi teknik yang sesuai dengan ancaman yang mungkin terkait dengan proses kegagalan, efektivitas pembiayaan komponen, dan dukungan aktif operator dalam perawatan dalam upaya menjamin aset fisik pembangkit mikrohidro sehingga dapat memenuhi fungsi yang diemban secara terus-menerus. Perawatan yang handal akan terpusat pada sifat reliabilitas perawatan yang sangat

Page 77: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 9

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

dipengaruhi oleh konteks perawatannya. Sebuah proses yang digunakan untuk menentukan apa yang mesti dilakukan untuk menjamin aset fisik pembangkit mikrohidro terus dapat memenuhi fungsinya. Misalnya komponen pembangkit dan distribusi sangat dipengaruhi kapabilitas kemampuan memasang dan melepas bantalan, penyebarisan pembawa mekanik, pelumas dan pelumasan, instalasi kelistrikan pada mesin, perawatan pencegahan, perawatan prediktif, dan perawatan korektif merupakan sesuatu yang pasti dilakukan untuk memenuhi tujuan awalnya sebagai menjalankan fungsinya. Maka oleh karenanya bongkar pasang mesin, rekondisi mesin, perbaikan dan penyiapan suku cadang, pembersihan headrace, intake, forebay, intake gate, melamak, memeriksa saluran air menuju penstock merupakan sebuah kemampuan dalam membangun sistem perawatan mandiri yang dilakukan oleh operator. Termasuk dalam hal ini mampu membangun sistem perawatan terencana yang meliputi sistem perawatan preventif, korektif, prediktif dan produktif untuk komponen pembangkit mikrohidro dengan teknologi konvensional. Dalam melakukan perawatan pembangkit mikrohidro mengoptimalkan efisiensi aset dengan cara menentukan proses-proses, teknologi dan perubahan metode yang diperlukan di dalam sub-sub sistem, dan memberikan cara untuk meningkatkan kualitasnya adalah sesuatu yang penting untuk dimensi kualitas. Disamping itu, Operator dapat mengandalkan peningkatan waktu operasional subsistem untuk meningkatkan utilitas. Ini akan memberikan alternatif terhadap praktik perawatan yang ada. Dengan terus mengacu pada konsep realibilitas, ini akan meningkatkan efisiensi aset dengan menyediakan keahlian teknis dalam bidang perawatan terutama terkait dengan mesin rotasi. Perawatan pembangkit mikrohidro memberikan pengetahuan tentang konsep perancangan mesin dan teknik diagnostik, untuk memberikan keandalan dan kemampuan prediksi pada mesin. Pendayagunaan aset yang ditingkatkan dan operator akan mendapatkan efisiensi yang maksimal dari pembangkit mikrohidro.

7.2.2. Menilai Kinerja Mikrohidro

Proses ini dapat dimulai dengan penilaian terperinci terhadap perilaku atau mekanisme kerja turbin, transmisi mekanik dan generator, termasuk biaya komponen dan praktik perawatan. Ini akan menentukan masalah- masalah utama dalam sistem pembangkit, dan memungkinkan pembuatan sebuah program perbaikan perawatan sehingga kinerjanya bisa bagus. Proses perawatan dilakukan secara aktif sehingga keandalan sistem makin terjaga. Analisa strategi perawatan perlu dilakukan di sini pada seluruh subsistem pembangkit mikrohidro dan di setiap sub sistem pembangkit, akan memungkinkan pembangkit untuk berfungsi kembali ke tugas-tugas utamanya, sehingga memastikan bahwa aktivitas perawatan dapat menambah nilai kepada realibilitas pembangkit sebagai kualitas yang dituju. Itu adalah sebuah sistem perawatan yang dilakukan dengan kemampuan mengamati subsistem secara prediktif dan terencana dengan efektif.

Melalui proses yang telah ditetapkan, termasuk aktivitas pemantauan kondisi praktik kerja terbaik dalam perawatan, akar masalah dapat didiagnosa dan diambil tindakan

Page 78: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 10

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

perbaikan, sehingga kejadian itu tidak terulang. Proses yang secara bertahap dapat mengurangi masalah dan bergerak maju menuju praktik terbaik sebagai aktivitas yang berkelanjutan dalam mengadopsi pengembangan teknologi mikrohidro untuk sedapat mungkin meningkatkan kinerja sistem pembangkit. Antara lain mencakup:

Rekayasa ulang di masing-masing subsistem, dengan solusi perancangan komponen; sistem kebersihan minyak untuk memperlama usia pelumasan, dan meminimalkan dampak kontaminasi; penggunaan alat bantu pemantauan kondisi.

Sebenarnya penilaian tampak fisik, weir, intake, headrace, forebay , penstock, power house, turbin, generator, panel, controller, ballast, transmission system, tailrace dapat dijadikan ukuran kualitas dari standar komponen yang dipakai dan bagaimana mekanisme perawatan yang telah dilakukan selama ini. Kehandalan ini terlihat dari pengamatan di lapangan terutama terkait dengan dokumentasi kerusakan yang terjadi dan tingkat kerusakan apakah bersifat fatal atau minor. Sistem penilaian yang diambil berdasarkan pandangan subsistem dan komponen itu baik selama ia melakukan fungsinya (berfungsi) dan tidak ada indikasi bahwa itu akan mengalami kerusakan. Penilaian ini dapat ditelusuri dari masing- masing subsistem atau menggunakan output yang diharapakan dari sistem itu secara keseluruhan. Dari hal tersebut kita dapat menilai bahwa sistem itu berjalan baik dengan kualitas baik.

Perawatan berkala dilakukan untuk menjamin keberlanjutan PLTMH aspek teknis

7.3. NILAI EKONOMIS PLTMH Ada aktivitas untuk penyediaan energi yang kompetitif untuk kebutuhan industri di perdesaan atau industri rumah tangga adalah indikator berikutnya yang dinilai. Ini adalah tindak lanjut dari usaha produktif dimana telah mencapai posisi pada skala industri. Ini dinilai dari sifat kompetisi dibandingkan dengan produksi yang dilakukan di lokasi lain, maka produksi di lokasi ini lebih kompetitif, karena faktor denominator dari penyediaan energi yang murah dan lokasi yang dekat antara bahan mentah dengan

Page 79: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 11

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

tempat produksi yang dilakukan akibat adanya sistem pembangkit mikrohidro yang menghasilkan energi.

Ini terkait dengan uraian tentang teori pembangunan seimbang (Balanced growth) dan tidak seimbang (unbalanced growth). Dalam hubungannya dengan pembangunan daerah, yang dimaksudkan dengan pembangunan seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara merata di berbagai daerah, sehingga setiap daerah mencapai tingkat kelajuan pembangunan yang sama. Ada pula pendapat yang berbeda yang memaksudkan pembangunan seimbang itu sebagai usaha pembangunan yang menumpahkan perhatian yang seimbang terhadap sektor usaha maupun sektor pertanian, sehingga kedua sektor tersebut bukan saja dapat berkembang dengan baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan lainnya. Pembangunan seimbang adakalanya diartikan pula sebagai pembangunan yang bukan saja menitik beratkan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi juga menumpahkan perhatian yang sama pentingnya kepada pengembangan berbagai aspek dari kehidupan pendidikan, kesehatan, dan sosial.

Kalau berbagai pandangan yang mengemukakan tentang perlunya pembangunan seimbang diperhatikan, maka pada hakekatnya alasan utama yang menimbulkan perlunya pembangunan seimbang adalah menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi hambatan- hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga manusia, sumber tenaga (air dan listrik), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar maupun (ii) memperoleh pasaran untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksikan. Dengan demikian pembangunan seimbang itu dapatlah didefinisikan sebagai usaha pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman modal secara sedemikian rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan-hambatan yang bersumber dari penawaran maupun permintaan. Keadaan yang sebaliknya merupakan definisi dari pembangunan tidak seimbang. Istilah tersebut digunakan untuk menyatakan bahwa program pembangunan disusun secara sedemikian rupa sehingga dalam perekonomian tersebut akan timbul kelebihan dan kekurangan dalam berbagai keperluan di berbagai sektor sehingga menimbulkan distorsi-distorsi dan ketidakstabilan dalam perekonomian. Kalau perekonomian ingin dipertahankan supaya terus maju ke depan, tugas dari kebijaksanaan pembangunan adalah untuk mempertahankan kestabilan terhadap goncangan-goncangan, disproporsi dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan.

Page 80: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 12

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Keterampilan Sumber Daya

manusia

Peningkatan Modal Publik

Respon Teknologi

Prioritas Program

Prioritas Fiskal

Instrumen Pengungkit Pertumbuhan Pembangunan

Pengembangan Teknologi

Penambahan Modal

Kerangka Pikir tentang Peran Teknologi terhadap Pembangunan

Tesis ini relevan dengan pengembangan tenaga mikrohidro. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini dalam upaya mempertinggi tingkat penanaman modal dan peningkatan kualitas teknologi untuk dapat melepaskan diri dari belenggu perangkap tingkat keseimbangan rendah (the low level equiblirium trap). Mikrohidro akan mendorong tingkat keseimbangan ini, untuk mengatasi asumsi-asumsi pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah, tingkat penanaman modal juga rendah dan penyebabkan pertumbuhan dalam pendapatan lebih rendah. Dalam keadaan demikian tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung untuk kembali ke tingkat subsisten. Oleh sebab itu diperlukan penanaman modal yang lebih besar dan pengembangan kemampuan teknologi, yang dapat menjamin agar dalam jangka panjang tingkat per tumbuhan ekonomi menciptakan perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga dalam hal ini, pengembangan mikrohidro menjadi relevan.

Mikrohidro mempunyai fungsi ekstens secara ekonomi. Pertama dengan adanya energi yang cukup di perdesaan akan memberikan akses pengetahuan terutama terkait dengan alat-alat telekomunikasi dan media broadcasting. Sehingga sumber daya manusia pun kualitasnya meningkat. Mikrohidro juga dapat dijadikan atau mempunyai peran teknologi dalam peningkatan kualitas pengolahan hasil-hasil pertanian, sehingga nilai tambahnya naik. Dan terakhir mikrohidro akan meningkatkan kemampuan institusional masyarakat terutama terkait dengan perlunya manajemen modern dalam melakukan kegiatan operasional, ekonomi maupun sosial.

Upaya ini telah dilakukan untuk mikrohidro yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ini dikarenakan potensi energinya cukup besar dan tersebar. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro dapat dilakukan melalui dua pola, yaitu off-grid dan on-grid. Pola off-grid dilakukan di desa - desa yang belum terjangkau jaringan listrik PLN.

Page 81: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 13

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Pola on-grid dilakukan di desa-desa atau daerah-daerah yang sudah terjangkau oleh jaringan PLN sehingga listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN. Penjualan listrik Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro ke PLN telah ditentukan oleh Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

1122K/30/MEM/2002 tanggal 12 Juni 2002, yaitu hal Pembangkit Skala Kecil Terbesar / PSK Tersebar. Masyarakat, baik itu perorangan, perusahaan kecil dan koperasi, dapat berpartisipasi membangun pembangkit listrik skala kecil energi terbarukan (termasuk energi air) dengan kapasitas maksimum 1 MW.

Sektor energi, khususnya penyediaan listrik, memiliki kedudukan strategis dalam mendukung percepatan pembangunan di wilayah perdesaan, terutama dalam upaya melakukan transformasi atau perubahan dari masyarakat yang bersifat agraris menjadi masyarakat yang lebih bersifat agroindustri. Ketersediaan listrik di perdesaan sebagai salah satu bentuk energi yang siap pakai akan mendorong:

Peningkatan produktivitas dan kegiatan ekonomi baru (seperti di bidang agroindustri).

Peningkatan sarana pendidikan dan kesehatan.

Peningkatan lapangan kerja baru.

Permasalahannya saat ini, kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai ujung tombak pelayanan kebutuhan listrik memiliki keterbatasan. Besarnya investasi pengembangan jaringan, terbatasnya kapasitas pembangkitan tenaga listrik dan terbatasnya kemampuan berinvestasi menjadi kendala utama. Dengan kesadaran adanya keterbatasan Perusahaan Listrik Negara (PLN), kegiatan promosi pengembangan listrik perdesaan telah meluas melibatkan banyak pihak, baik departemen pemerintahan, pemerintah daerah, swasta bahkan kelompok swadaya masyarakat. Salah satu sumber energi yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik adalah tenaga air skala kecil yang lebih dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro merupakan bentuk pemanfaatan tenaga air dalam skala kecil, yang biasanya dibangun di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik nasional.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro memasok kebutuhan untuk keperluan penerangan masyarakat perdesaan dan juga melayani kebutuhan industri kecil perdesaan dalam hal penyediaan energi listrik. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro, lebih dikenal dengan Mikrohidro, beranjak dari pemanfaatan energi air yang melimpah agar dapat dilakukan penghematan sumber energi lain seperti minyak bumi dan kayu bakar. Penggunaan listrik yang dihasilkan diarahkan untuk pemakaian yang bersifat produktif agar dapat mendorong aktivitas ekonomi perdesaan. Penggunaan dan pengelolaan khususnya Mikrohidro oleh masyarakat perdesaan merupakan media bagi usaha pengembangan masyarakat.

Page 82: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 14

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi permanen pasokan listrik bagi suatu lokasi seyogyanya dipandang dengan dua cara :

7.3.1. Keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya dan Keberlanjutan layanan listrik setelah itu.

Keberlanjutan operasi suatu PLTMH sampai berakhir umur pakainya sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat pengguna untuk membiayai operasional dan perawatan. Selanjutnya jika diinginkan layanan listrik tetap berlanjut setelah berakhirnya umur pakai PLTMH tersebut, maka harus ada mekanisme yang memungkinkan masyarakat pengguna mampu membangun PLTMH baru. Akan lebih baik lagi jika dalam pembangunan berikutnya juga memperhitungkan peningkatan kebutuhan listrik di masa mendatang.

Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PLTMH harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya bersumber dari iuran listrik yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh karena itu besarnya iuran atau tarif listrik seharusnya ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

Pada akhirnya, keberlanjutan PLTMH akan bergantung pada kemampuan bayar masyarakat pengguna. Untuk dapat meningkatkan kemampuan bayar, adanya layanan listrik PLTMH seharusnya dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.

7.3.2. Aspek Ekonomi Yang Mempengaruhi Keberlanjutan Pltmh :

A. Pembiayaan Pembangunan

Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar. Pada umumnya biaya pembangunan berasal dari luar masyarakat pengguna karena terbatasnya kemampuan pembiayaan oleh masyarakat. Tetapi kontribusi masyarakat juga tetap diperlukan untuk menekan kebutuhan biaya.

Biaya dari luar dapat berbentuk:

(1) Hibah,

(2) Pinjaman,

(3) Investasi.

Sedangkan kontribusi dari masyarakat bisa berbentuk:

(1) Materi,

(2) Tenaga,

(3) Uang.

Sampai saat ini, sebagian besar dana dari luar untuk pembangunan PLTMH berbentuk hibah. Artinya masyarakat pengguna tidak perlu mengembalikan dana pembangunan. Meskipun demikian, bukan berarti masyarakat tidak perlu membayar

Page 83: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 15

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

biaya penyusutan nilai asset. Demi keberlanjutan PLTMH, biaya penyusutan perlu diperhitungkan dalam penetapan iuran listrik sehingga pada saat PLTMH selesai umur pakainya telah tersedia dana yang cukup untuk membangun PLTMH baru sebagai pengganti.

Pada kasus dana pembangunan berasal dari pinjaman, kemampuan masyarakat dalam mengembalikan pinjaman dapat menjadi indikasi untuk diperolehnya lagi pinjaman serupa di waktu mendatang. Begitu juga jika dana pembangunan merupakan investasi, kembalian investasi yang diperoleh dapat menjadi indikasi kelayakan investasi serupa. Persoalannya, pembiayaan pembangunan PLTMH menggunakan dana- dana komersial cenderung tidak layak secara ekonomis. Untuk itu perlu diupayakan skema-skema khusus agar PLTMH dapat dibangun menggunakan dana pinjaman atau investasi.

Berkaitan dengan program pembangunan perdesaan, pengembangan PLTMH seharusnya dapat mendorong pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini perlu diupayakan agar muncul swadaya masyarakat di dalam komponen pembiayaan. Bantuan bersubsidi penuh idealnya hanya digunakan pada kondisi tertentu. Besarnya kontribusi masyarakat dalam pembangunan PLTMH juga akan semakin meningkatkan rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun. Rasa memiliki ini pada akhirnya dapat meningkatkan partisipasi dari masyarakat.

B. Pembiayaan Pengelolaan

Selintas biaya operasional PLTMH terkesan murah karena energi primernya adalah air yang praktis tidak perlu dibeli. Tetapi biaya perawatan instalasi pembangkit (bangunan sipil maupun pembangkit listrik) dan jaringan transmisi/distribusi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika terjadi kerusakan yang mengharuskan perbaikan besar.

Biaya operasional dan perawatan meliputi:

a. Biaya operasional rutin (gaji pengelola, biaya administrasi, dsb).

b. Pemeliharaan dan perbaikan terjadwal yang besar biayanya seharusnya sudah dapat diperkirakan sejak awal.

c. Perbaikan kerusakan-kerusakan tidak terduga.

Komponen-komponen biaya tersebut harus diperhitungkan secara seksama.

C. Penetapan Tarif Listrik

Keberlanjutan PLTMH akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan yang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu tarif listrik perlu ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total

Page 84: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 16

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

pendapatan yang diharapkan. Tarif listrik yang terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.

Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PLTMH secara garis besar yaitu:

a. Biaya modal,

b. Biaya operasional dan pemeliharaan.

Jika PLTMH dibangun menggunakan dana pinjaman, maka biaya modal yang harus dibayar berupa angsuran dan bunga pinjaman. Jika PLTMH dibangun menggunakan dana investasi, maka biaya modal yang harus dibayar berupa penyusutan dan kembalian (return) untuk investasi Sedangkan PLTMH yang dibangun menggunakan dana hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna, sehingga biaya penyusutan dan kembalian investasi tersebut menjadi milik masyarakat. Akumulasi uang dari penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk investasi kembali ketika PLTMH yang ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah habis umur pakainya.

Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin, biaya pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan- perbaikan yang tidak terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu dijelaskan kepada masyarakat pengguna agar masyarakat bisa bersikap lebih bijaksana pada pada saat musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat, pemerataan dan rasa keadilan.

Penetapan iuran dengan melakukan musyawarah bersama seluruh masyarakat

D. Pemanfaatan Untuk Kegiatan Ekonomi Produktif

Pada umumnya pemanfaatan listrik PLTMH oleh masyarakat perdesaan adalah untuk penerangan dan hiburan (televisi, radio, dsb) di malam hari. Sedangkan penggunaan pada siang hari hampir tidak ada. Bahkan kebanyakan PLTMH hanya dioperasikan pada malam hari.

Page 85: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 17

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Penggunaan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya bukan berarti tidak memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Setidaknya masyarakat bisa menghemat pengeluaran jika dibandingkan dengan penggunaan lampu minyak tanah atau generator diesel untuk penerangan. Namun dampak positif PLTMH akan semakin meningkat jika adanya layanan listrik juga mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan energi listrik pada siang hari. Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga iuran listrik juga lebih lancar. Bagi pengelola PLTMH sendiri, termanfaatkannya energi pada siang hari akan semakin meningkatkan peluang untuk memperoleh pendapatan.

Penggunaan energi untuk kegiatan produktif

7.4. PEMANFAATAN ENERGI UNTUK UTILITAS PUBLIK Pemanfaatan energi untuk utilitas publik, misalkan pompa air untuk penyediaan air bersih atau pengairan lahan pertanian, dan sebagainya adalah indikator yang harus dinilai terhadap akibat adanya pembangkit mikrohidro. Ini juga menjadi kunci dari keberhasilan pengembangan mikrohidro terkait dengan fungsinya di masyarakat.

Penggunaan energi akan menjadi tulang punggung untuk pengoperasian beberapa fasilitas publik. Penggunaan beberapa alat kesehatan di puskesmas pembantu adalah salah satu contoh. Begitu juga dengan penyelenggaraan sekolah pada malam hari untuk pemberantasan buta huruf untuk warga dewasa juga dapat dijadikan contoh lain. Warga bekerja di siang hari, dan belajar membaca di malam hari. Penggunaan pompa air untuk keperluan air pada lokasi lahan pertanian yang tidak dilalui irigasi termasuk peran yang diemban oleh pembangkit mikrohidro dalam utilitas publik. Termasuk juga dengan pembuatan sistem pengelolaan air bersih dengan penggunaan alat sterilisasi, sehingga air langsung dapat diminum.

Banyak hal yang dapat dibuat dengan adanya penyediaan energi bidang- bidang yang dapat dijadikan sebagai alat bantu utilitas publik misalnya untuk kesehatan: alat

Page 86: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 18

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

kesehatan di puskesmas, sterilisasi susu yang dikelola secara komunitas menggunakan pemanas listrik, kegiatan posyandu terkait dengan alat peraga kesehatan ibu dan anak lewat multimedia, senam pagi lansia dengan media pengeras suara, kulkas pendingin untuk melindungi vaksin dari kerusakan, dan memberikan rasa nyaman untuk perawat, bidan, dan dokter untuk bertugas di desa tersebut. Untuk utilitas lain misalnya pendidikan antara lain: penggunaan komputer di sekolah, penggunaan internet, laboratorium bahasa, laboratorium keterampilan, laboratorium IPA, laboratorium multimedia, dan kegiatan- kegiatan sekolah lainnya yang dilakukan pada malam hari. Kegiatan ini bersumber pada cara mempermudah anak didik untuk memahami pelajaran tertentu dengan menggunakan alat non verbal maupun non literer. Ini membuktikan bahwa mikrohidro akan merubah banyak terhadap utilitas publik.

Inilah peran mikrohidro paling utama adalah percepatan peningkatan ulilitas publik sebagai upaya peningkatan standar hidup. Penerapan mikrohidro berarti bahwa rencana peningkatan utilitas publik terkait dengan sumber energi akan memicu untuk tujuan-tujuan besar utilitas publik terkait dengan pengentasan kemiskinan dan perbaikan penyediaan layanan-layanan umum. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, kesenjangan ekonomi dan sosial lintas daerah dapat diatasi dengan menggunakan pembangkit mikrohidro.

Desa tempat mikrohidro dibangun dapat memperkuat budaya lokal dan juga dapat merubah perilaku orang desa menjadi perilaku urban. Karena ada masalah pergeseran nilai ini maka mikrohidro juga diharapkan untuk dapat melestarikan perilaku orang desa seperti yang telah diatur dalam lingkup sosialnya denga mengandalkan kearifan budaya lokal dalam mengembangkan semua potensi desa termasuk pengembangan sektor industri kecil. Meski desa memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, masyarakatnya tetap mengutamakan kearifan budaya lokal dalam membangun desa ini. Masyarakat diharapkan memegang tradisi dan mempertahankan kearifan budaya lokal, melestarikan kesenian tradisional serta menjaga tata dan perilaku hidup untuk dipegang teguh oleh masyarakat setempat.

Tata kehidupan yang baik dan potensi daerah yang mendukungan akan mendorong perekonomian masyarakat akan berjalan dan tumbuh dengan baik. Ini akan memudahkan pemberdayaan masyarakat sebagai faktor utama pengerak pembangunan. Ini disebabkan oleh masuknya pertimbangan tentang menerapkan kearifan budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari. Budaya lokal masih dirasakan dalam kehidupan warga masyarakat masih bergotong-royong, bahkan sikap empati dan simpati selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan budaya lokal dalam membangun desa perlu dipelihara sehingga bangsa ini tetap memiliki kepribadian dan jati diri yang kuat.

Bentuk-bentuk kearifan lokal selain kesenian, budaya, dan tata kehidupan, terdapat satu bentuk kearifan lokal yang patut mendapatkankan apresiasi diantaranya pelestarian hutan. Masyarakat desa yang berpola hidup sangat sederhana, yang memiliki pandangan berdasarkan nilai agama dan nilai adat biasanya sangat arif dan bijaksana dalam menjaga memelihara serta melindungi kelestarian hutan belantaranya. Karena adat istiadat

Page 87: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 19

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

mengajarkan hutan adalah asal usul kehidupan yang kadang kadang dikeramatkan, dengan tata cara ziarah sangat khusus sehingga seluruh kawasan hutan tidak bisa sembarang dijamah siapapun. Ini akan menjadikan wilayah perdesaan di Indonesia sebagai wilayah pemukiman yang lebih berkualitas dengan tetap menjunjung kearifan budaya lokal.

Penggunaan energi untuk utilitas publik

7.5. KELEMBAGAAN OLEH MASYARAKAT Keberhasilan dan keberlanjutan sistem pembangkit PLTMH bergantung pada kesiapan lembaga dalam pengoperasian dan perawatan. Faktor kelembagaan sangat menentukan bagaimana sistem pembangkit terus berfungsi. Faktor ini dikenal faktor manusia yang menggunakan dan menggerakkan sistem tersebut dimana faktor tersebut sangat menentukan keberlanjutan dan usia sistem pembangkit. Bagian ini akan menjabarkan tentang dimensi kualitas kelembagaan.

Kelembagaaan PLTMH, telah menjadi perhatian dengan anggapan bahwa titik kritis keberlanjutan mikrohidro selama ini ada pada aspek tersebut. Dimensi kualitas dari kelembagaan fokus dalam memberikan akses penyediaan listrik di perdesaan terkait dengan: penyediaan energi listrik untuk penerangan keluarga; penyediaan energi listrik untuk Fasilitas Publik dan Masyarakat; dan penyediaan energi listrik untuk Kegiatan Ekonomi Produktif. Peran kelembagaan sangat menentukan keberlangsungan dan sistem umpan balik untuk pengembangan mikrohidro terhadap utilitasnya. Terdapat kelembagaan di tingkat masyarakat desa terkait pengoperasian, pemeliharaan, dan pengelolaan kegiatan produksi dan distribusi energi lokal tenaga mikrohidro dapat menjadi ukuran tingkat keberhasilan

Page 88: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 20

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

mikrohidro. Diantaranya, ada sebuah kegiatan rutin administrasi dan pembukuan/keuangan pengelola yang melibatkan masyarakat desa.

Oleh karena itu, keberhasilan pengembangan listrik perdesaan berbasis mikrohidro akan sangat ditentukan oleh aspek kelembagaan yang dapat menjadi pedoman dan panduan bagi masyarakat dalam beraktivitas. Penyiapan dan penguatan kelembagaan pengelola PLTMH sangat diperlukan guna mendukung keberhasilan program listrik di perdesaan dan menjamin keberlanjutannya. Lembaga pengelola PLTMH yang kuat secara langsung akan memperkuat masyarakat perdesaan yang diharapkan mampu memanfaatan listrik secara arif dan bijaksana serta berkelanjutan. Pemanfaatan listrik yang berkelanjutan akan menggerakkan ekonomi perdesaan melalui berbagai usaha produktif, sehingga dengan lembaga pengelola yang kuat, secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan.

Kelembagaan akan memberikan pendayagunaan PLTMH untuk pengembangan potensi ekonomi masyarakat setempat yang berbasis sumber daya lokal. Upaya itu memerlukan peningkatan kesadaran masyarakat perdesaan dalam pemanfaatan dan pengelolaan PLTMH memperkuat kelembagaan pengelola PLTMH di perdesaan.

Kelembagaan juga akan memberikan peningkatan kegiatan usaha produktif di perdesaan yang mendorong perekonomian perdesaan. Sekaligus, peningkatan kemampuan masyarakat baik teknis maupun non teknis dalam memelihara dan mengelola PLTMH sehingga PLTMH dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan . Ini adalah awal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui program pembangunan PLTMH dan upaya pengelolaan lingkungan untuk menjaga ketersediaan sumberdaya air.

Kelembagaan yang baik akan menopang budaya masyarakat perdesaan berkaitan dengan program listrik perdesaan. Masyarakat akan terbiasa berorganisasi dalam mendukung program PLTMH sebagai kelembagaan yang ada di masyarakat perdesaan. Sehingga untuk itu diperlukan upaya mempersiapkan dan membentuk lembaga pengelola PLTMH sekaligus mengidentifikasi kondisi perekonomian masyarakat perdesaan sebagai bentuk usaha produktif yang dapat memanfaatkan energi bersumber dari PLTMH.

Kegiatan kelembagaan akan mengutamakan pada upaya membangun rasa memiliki dan membentuk lembaga pengelola. Upaya yang harus dilakukan dalam bentuk sosialisasi program di masyarakat melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh masyarakat. Serta penyebaran informasi PLTMH dengan penyebaran media (pemutaran film, leaflet, poster serta media lainnya). Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintahan lokal dalam pembentukan lembaga pengelola PLTMH, membangun kesepakatan dan komitmen sehingga terbentuk dan adanya pengukuhan lembaga pengelola PLTMH.

Selain itu perlu dilakukan memperkuat kelembagaan dalam bentuk pelatihan keorganisasian bagi lembaga pengelola PLTMH sehingga terbentuk komitmen diantara personal lembaga pengelola. Pembentukan komitmen itu diuraikan lagi dalam menentukan tarif bagi pelanggan dan pembuatan mekanisme kerja dalam mengelola PLTMH dan membuat deskripsi kerja para personal pengelola. Untuk sampai pada tahap tersebut maka perlu kegiatan penopang lainnya, misalnya pelatihan operator dan pengelolaan keuangan berupa

Page 89: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 21

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

pemberian panduan administratif (form, buku kas, kartu langganan, log book) dan panduan penyusunan.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga Pengelola. Kelembagaan akan memberikan impak pada kegiatan assessment usaha produktif di perdesaan sehingga dimungkinkan pengkajian potensi kegiatan produktif berupa pengumpulan data dan identifikasi usaha produktif yang dapat dikembangkan. Dan juga, identifikasi teknologi/peralatan dengan input energi PLTMH yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif secara efisien dan ekonomis. Menilai dimensi kualitas kelembagaan adalah faktor penting dalam upaya pemilihan demosite untuk pembangkit mikrohidro. Kualitas kelembagaan yang baik tercermin dari proses kelembagaan yang sesuai dan fungsional seperti penjelasan di atas.

7.6. PELAKSANAN PELATIHAN Membangun kemandirian desa membutuhkan keahlian dalam mengelola dan mengolah potensi dari desa tersebut. Membangun dan merawat sebuah pembangkit energi berasal dari pengetahuan tentang potensi daerah masing-masing untuk dikelola sebagai sumber-sumber energi berkelanjutan bagi daerah itu sendiri. Dengan variasi kondisi alam dan keragaman hayati di Indonesia, potensi masing-masing daerah pun akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola sumber tersebut yang terlihat dari kemampuan memahami secara komprehensif tentang sumber energi yang berkelanjutan dan strategi pemanfaatan serta pengelolaannya, disesuaikan dengan kondisi dan potensi sosial-ekonomi daerah tersebut. Pengetahuan yang parsial saja dapat menyebabkan suatu daerah memaksakan diri menerapkan sistem pembangkit energi dengan sumber- sumber yang sebetulnya tidak sesuai untuk daerah itu.

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka ada upaya untuk membangun kemampuan masyarakat perdesaan (capacity building) untuk menyediakan kebutuhan energi dari sumber daya energi lokal, melalui pelatihan, pendampingan, atau bimbingan teknis. Bimbingan dan pelatihan itu tidak sekedar hanya terikat pada topik energi semata, juga menyentuh topik yang lebih luas, misalnya bimbingan keorganisasian dan pengembangan usaha produktif. Lalu juga ditambahkan dengan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan pemukiman, upaya memajukan pendidikan, kegiatan-kegiatan yang mendukung kesehatan masyarakat, dan pengembangan adat istiadat dan kesenian.

Tujuan akhir dari kepelatihan tersebut adalah bagaimana masyarakat desa dapat melakukan perencanaan desa secara mandiri. Misalnya masyarakat diberikan bekal bagaimana dalam melakukan perencanaan pembangunan di tingkat desa. Hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah potensi desa, baik berupa sumber daya alam desa, maupun analisis lingkungan di dalam dan luar desa. Ini mungkin salah satu materi yang menjadikan desa bisa merencanakan dirinya sendiri diawali dengan kemampuan pengelolaan mikrohidro secara mandiri.

Bimbingan dan pengetahuan itu harus memasukkan sebuah kemampuan analisis dalam

Page 90: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 22

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

melakukan perencanaan pembangunan di desa. Dalam analisis tersebut, masyarakat desa memahami masalah-masalah yang timbul di dalam desa. Misalnya, masalah tanah yang akan digunakan untuk pembangunan harus diketahui terlebih dahulu status kepemilikannya. Jika tanah tersebut merupakan tanah ulayat, maka harus ada izin dari kepala suku ulayat yang bersangkutan, sehingga setelah diadakan pembangunan infrastruktur tidak akan terjadi tuntutan di tengah masyarakat, sedangkan jika tanah itu miliki pribadi, maka harus ada bukti penyerahan tanah secara tertulis. Ini adalah salah satu contoh bagaimana masalah desa harus terinternalisasi lewat bimbingan dan pelatihan pada masyarakat desa sendiri.

Kemampuan perencanaan desa lewat bimbingan dan pelatihan berdampak kepada adanya efisien dan efektif terhadap program desa, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan sumbar daya alam, terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, terwujudnya kemandirian dan kemampuan pembiayaan desa, serta tersedianya sarana dan prasarana desa sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemampuan ini akan mendorong masyarakat desa tidak sekedar menjadi salah satu unsur pembangunan pemerintah. Misalnya setelah proyek pembangkit mikrohidro selesai, masyarakat desa mengetahui cara pengelolaan dan perawatannya. Ini hanya bagian kecil dari ide besar kepelatihan untuk desa. Banyak hal lain dapat dilakukan dalam bimbingan dan kepelatihan masyarakat desa. Dapat secara luas diharapkan pelatihan itu meliputi pengetahuan masyarakat mengenai penyediaan tanah untuk pembangunan demi kebutuhan umum, peningkatan mutu pendidikan di tingkat desa, peningkatan infrastruktur jalan desa, penataan wilayah dan struktur pemerintah desa, penetapan ruang wilayah desa, peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan desa.

Pembangunan PLTMH dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan energi (listrik) perdesaan. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. Social preparation dalam pengembangan program listrik perdesaan perlu dilaksanakan mengingat masyarakat memiliki ‘kekuatan’ yang bila digali dan dikembangkan akan dapat menjadi kekuatan yang besar untuk pengentasan kemiskinan. Masyarakat yang tentunya lebih memahami kebutuhannya sendiri perlu difasilitasi agar lebih mampu mengenali permasalahan-permasalahannya sendiri dan merumuskan rencana- rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya.

Dalam kaitannya dengan pengembangan listrik perdesaan, pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam (dalam hal ini adalah sumber daya air) oleh masyarakat lokal merupakan media pengembangan rasa percaya diri masyarakat, yang akan menjadi dasar utama kemampuan kemandirian masyarakat tersebut. Pengalaman program listrik perdesaan di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat lokal merupakan unsur penting dalam keberlanjutan program. Dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangkitan kemandirian, partisipasi merupakan komponen yang sangat penting. Tumbuhnya partisipasi masyarakat akan menjadi jaminan berlangsungnya pembangunan energi perdesaan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu strategi

Page 91: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 23

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

pendampingan masyarakat yang dapat memaksimalkan tingkat partisipasi.

Pelatihan Administrasi untuk pengurus PLTMH

Pelatihan Teknis untuk Operator

7.7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSIAPAN SOSIAL DARI

OPERASIONAL PLTMH A. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program PLTMH harus selalu ditumbuhkan, didorong dan dikembangkan secara bertahap, konsisten dan berkelanjutan. Jiwa partisipasi masyarakat adalah semangat solidaritas sosial, yaitu hubungan sosial yang selalu didasarkan pada perasaan moral bersama, kepercayaan bersama dan cita-cita bersama. Partisipasi masyarakat sejak awal program akan lebih menjamin kesuksesan dan keberlanjutan program.

Berdasarkan pengalaman dalam program PLTMH, pola partisipasi masyarakat sangat ditentukan bagaimana mekanisme proyek tersebut dilaksanakan. Partisipasi masyarakat tidak akan terjadi begitu saja, tetapi perlu pendekatan-pendekatan yang tepat dan

Page 92: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 24

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

mekansime proyek yang mendukung pola partisipatif. Untuk itu perlu perencanaan yang matang dan panduan proses yang tepat sesuai konteks lokal. Adanya fasilitator dari luar desa juga direkomendasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Pola partisipatif akan berjalan baik jika ada dukungan dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dan institusi lokal.

Partisipasi masyarakat dalam suatu program PLTMH meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan proyek. Keberhasilan suatu proyek PLTMH sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan, mobilisasi sumberdaya, pemanfaatan bersama dan evaluasi.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan PLTMH

B. Pemanfaatan Listrik dan Manajemen Energi

Listrik sangat dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan dalam memenuhi energi perdesaan untuk menunjang kegiatan pembangunan perdesaan. Listrik diharapkan tidak saja memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, tetapi juga mampu memberikan keuntungan ekonomi melalui pemanfaatan untuk kegiatan usaha ekonomi produktif yang dapat memberikan peningkatan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin.

Perencanaan energi listrik oleh masyarakat sendiri perlu dilakukan agar energi listrik yang tersedia bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Untuk itu perlu dirancang suatu kerangka kerja dalam rangka penyusunan kesepakatan yang memungkinkan masyarakat perdesaan mengemukakan kebutuhan mereka dan memutuskan bagaimana jalan terbaik untuk memenuhinya sesuai dengan kapasitas pasokan listrik PLTMH yang ada.

Permintaan daya listrik oleh konsumen akan cenderung meningkat seiring dengan semakin membaiknya kesejahteraan masyarakat. Sedangkan potensi pasokan daya listrik

Page 93: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 25

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

cenderung tetap, kecuali ada investasi tambahan pembangkit. Agar pasokan daya listrik tetap terjaga, maka pola perencanaan penggunaan listrik yang sesuai dengan kebutuhan (bukan keinginan) masyarakat perlu disosialisasikan secara matang. Peningkatan permintaan daya listrik perlu dikendalikan misalnya dengan menerapkan tarif listrik yang lebih tinggi untuk konsumen yang menggunakan lebih banyak.

Pengalaman juga menunjukkan bahwa setelah adanya PLTMH masyarakat perdesaan cenderung memanfaatkan listrik untuk kebutuhan konsumtif (seperti membeli TV, parabola, stereo set dan lain-lain), dan bukan untuk kegiatan produktif yang menghasilkan peningkatan pendapatan. Untuk itu, sejak awal perlu dilakukan peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan listrik untuk peningkatan pelayanan sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan usaha ekonomi produktif.

C. Pengembangan Kelembagaan

PLTMH dalam konteks pembangunan perdesaan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat umumnya dikelola oleh masyarakat desa secara mandiri. Berkaitan dengan kepemilikan dan pengelolaan PLTMH tersebut, maka perlu ditelaah kebijakan pemerintah yang terkait erat dengan masalah ini. Kebijakan yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengelolaan PLTMH adalah Peraturan Pemerintah/PP No. 3 Tahun 2005 dan Undang-Undang/UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (yang menggantikan UU No. 22 Tahun 1999).

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pada pasal 212 maka PLTMH yang merupakan bantuan pemerintah, baik pusat maupun daerah dapat dianggap merupakan milik pemerintahan desa, yang digunakan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan PLTMH sebagai asset desa, diserahkan pada mekanisme kesepakatan masyarakat dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Mekanisme pengelolaan dan bentuk kelembagaan pengelola PLTMH itu sendiri, secara teknis belum ada peraturan lain yang mengatur secara tegas.

Akan tetapi, UU No. 32 Tahun 2004 mengakomodir bentuk kelembagaan milik masyarakat yang ada di desa, yaitu dalam bentuk kelembagaan informal (pasal 211) dan berbadan hukum (pasal 213). Pasal 213 secara khusus memberikan kewenangan kepada kepala desa untuk membentuk badan usaha milik desa (BUMD) yang berbadan hukum sesuai peratuan perundang-undangan. Aspek legal dari kelembagaan informal pada pasal 211 diberikan melalui peraturan desa yang dikeluarkan oleh kepala desa. Konsekuensi dari pasal 211 pada UU No. 32 Tahun 2004 adalah kelembagaan informal bertujuan sosial dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini sebenarnya sejalan dengan program PLTMH yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan perdesaan.

Akan tetapi, karena keberlanjutan PLTMH sangat ditentukan oleh kelangsungan finansial dari hasil pembayaran iuran listrik, maka pengelolaan PLTMH harus berorientasi pada manajemen usaha yang baik.

Jika pengelolaan PLTMH oleh masyarakat desa telah berjalan dengan manajemen usaha yang baik, maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkannya menjadi

Page 94: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 26

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

badan usaha milik desa berbadan hukum yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pasal 213 dalam UU No. 32 Tahun 2004. Keputusan menjadi BUMD harus sesuai kesepakatan dan aspirasi masyarakat desa itu sendiri dengan tetap memperhatikan aspek peningkatan keswadayaan masyarakat.

Secara teknis, kemampuan masyarakat dalam mengelola PLTMH ditentukan oleh kapasitas SDM yang ada di daerah tersebut. Selain itu, sejarah pengelolaan listrik desa yang pernah ada juga ternyata menjadi bahan pelajaran penting bagi masyarakat dalam mengelola listrik secara mandiri. Dalam hal ini, karakteristik sosial budaya masyarakat akan sangat mempengaruhi pola kepemilikan dan manajemen PLTMH. Beragam pilihan kelembagaan pengelola dan manajemen dapat dipertimbangkan disesuaikan dengan konteks program dan kesepakatan dengan masyarakat.

Keberlanjutan ekonomi dari PLTMH juga ditentukan oleh rancangan pola manajemen PLTMH dan kemampuan sumber daya manusia/SDM. Bentuk kelembagaan badan pengelola dalam hal ini tidaklah terlalu penting akan tetapi harus ditunjang oleh manajemen yang berorientasi

bisnis.

D. Dukungan Kelembagaan

Kesuksesan listrik perdesaan pola desentralisasi, dalam hal ini PLTMH mensyaratkan pendekatan kelembagaan yang terkoordinasi antara kebijakan pemerintah yang kondusif dengan organisasi di tingkat lokal yang didukung oleh kelembagaan fasilitasi di tingkat regional maupun nasional (intermediasi) yang memiliki kemampuan beragam fungsi yang terkoordinasi. Dukungan kelembagaan tersebut terbagi atas tiga tingkat, yaitu:

a. Tingkat nasional (pusat), yang merumuskan kebijakan dan perencanaan listrik perdesaan untuk memberikan dasar hukum dan pengaturan kerangka kerja pengembangan sektor ketenagalistrikan perdesaan.

b. Tingkat lokal, yaitu desa tempat pembangkit listrik tersebut berada.

c. Tingkat intermediasi, yang memfasilitasi keterkaitan antara institusi nasional dan institusi lokal yang akan menjamin bahwa perencanaan dan kebijakan yang ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan. Intermediasi bisa jadi dilakukan oleh LSM lokal, aparat pemerintah atau perusahaan swasta (konsultan) yang dikontrak oleh pemerintah. Dalam banyak kasus, lembaga intermediasi akan memberikan bantuan teknis dalam hal penerangan, fasilitasi dan perencanaan bagi masyarakat perdesaan.

Gagalnya keberlanjutan PLTMH oleh masyarakat perdesaan lebih banyak karena faktor non teknis yaitu lemahnya dukungan institusi. Kegagalan institusi tersebut terutama karena fungsi intermediasi yang memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat yang menekankan aspek Social preparation berjalan kurang baik.

Page 95: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 27

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

E. Dukungan Pemerintah

Pemerintah merupakan aktor utama pembangunan dalam memberikan dukungan secara kelembagaan, melalui kebijakan-kebijakan baik di tingkat nasional dan regional maupun fungsi intermediasi yang berpihak kepada kepentingan masyarakat perdesaan. Program listrik perdesaan harus dikaitkan dengan pembangunan perdesaan yang terintegrasi. Listrik perdesaan membutuhkan dukungan pembangunan lintas sektoral menyangkut pertanian, ekonomi, teknologi tepat guna, pendidikan dan konservasi sumberdaya alam. Pembangunan perdesaan yang terintegrasi membutuhkan koordinasi antar instansi teknis dalam bentuk sinergi pada proyek maupun agenda kegiatan rutin.

Dengan tujuan program PLTMH dapat berkelanjutan dan memberikan nilai tambah dalam peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat perdesaan, maka pemerintah diharapkan dapat melakukan:

Dorongan kepada instansi teknis yang menangani program PLTMH agar memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek social engineering yang melibatkan konsultan teknis bidang pemberdayaan masyarakat maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal.

Pemanfaatan listrik untuk kegiatan usaha ekonomi produktif yang membutuhkan dukungan intermediasi di bidang pertanian, ekonomi dan teknologi tepat guna.

Perencanaan PLTMH yang diintegrasikan dengan program pembangunan perdesaan pada instansi teknis yang terkait. Dalam hal ini dibutuhkan komitmen dari para pengambil kebijakan sehingga kegiatan fasilitasi masyarakat dapat disinergikan dengan proyek-proyek lain pada desa-desa sasaran program.

F. Dukungan Kelembagaan Lokal

Dukungan kelembagaan lokal pada masyarakat sangat penting dalam menentukan keberlanjutan pengelolaan PLTMH secara mandiri. Dukungan di tingkat lokal ditentukan oleh peranan para pemimpin formal (kepala desa dan perangkat desa) dan pemimpin informal (tokoh-tokoh masyarakat) yang ada, baik di tingkat desa maupun di tingkat yang lebih tinggi.

Pengalaman dalam pengelolaan PLTMH memperlihatkan bahwa badan pengelola akan berjalan optimal jika didukung oleh seluruh unsur kepemimpinan yang ada di desa. Kegagalan PLTMH seringkali diakibatkan lemahnya kapasitas badan pengelola akibat kurangnya dukungan para tokoh-tokoh pemimpin di desa. Lemahnya posisi badan pengelola ini menjadikan partisipasi masyarakat juga rendah terutama dalam hal realisasi pembayaran iuran listrik yang sangat penting dalam keberlanjutan PLTMH.

Peranan kelembagaan lokal juga dipengaruhi oleh faktor kapasitas SDM dan kondisi sosial budaya masyarakat desa. Masyarakat di perdesaan umumnya masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan sosok pemimpin dan cenderung menjadikan figur pemimpin sebagai tokoh yang dijadikan panutan dalam semua kegiatan pembangunan.

Page 96: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VII - 28

IMPLEMENTASI PLTMH BERBASIS MASYARAKAT

Kelembagaan lokal yang ada pada masyarakat perdesaan dapat dipandang sebagai:

Seperangkat aturan atau sistem nilai yang menjadi pedoman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di perdesaaan.

Dukungan kelembagaan lokal yang didapatkan di sini berbentuk sistem sosial budaya dan pola kepemimpinan di desa yang kondusif bagi proses pemberdayaan masyarakat dalam rangka persiapan sosial pengembangan PLTMH.

Lembaga/organisasi di perdesaan. Dukungan kelembagaan yang didapatkan disini berbentuk adanya kerjasama atau sinergi yang baik dengan organisasi/kelembagaan baik formal maupun informal yang ada di perdesaan.

G. Fungsi Intermediasi

Dukungan institusi melalui fungsi intermediasi diberikan melalui kegiatan pendampingan dan bantuan teknis. Masyarakat perdesaan sangat membutuhkan dukungan intermediasi, karena lemahnya kapasitas SDM dan akses terhadap sumberdaya (informasi, teknologi, permodalan, dan lain-lain). Fungsi intermediasi ini dapat dilakukan oleh aparat pemerintah (instansi terkait), LSM lokal atau konsultan dalam bentuk bantuan teknis sebagai persiapan sosial.

Peran LSM dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah akan sangat membantu proses pemberdayaan masyarakat. Pada penguatan kapasitas kelembagaan lokal diperlukan pihak luar yang mampu memerankan diri sebagai katalisator. Pihak luar itu bisa berupa orang-orang atau institusi ‘sektor ketiga’ yang tidak berkaitan langsung dengan sektor publik dan sektor swasta. Pihak yang berada di sektor ketiga adalah koperasi, LSM atau lembaga adat.

Pengalaman menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat ditinggalkan begitu saja mengelola PLTMH tanpa bantuan kelembagaan lain di luar masyarakat desa yang bertindak sebagai fasilitator. Perlu adanya suatu kelembagaan pendamping untuk melakukan penguatan kelembagaan sosial di tingkat lokal.

Page 97: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 1

O & M

BBAABB VVIIIIII.. OOPPEERRAASSIIOONNAALL DDAANN PPEEMMEELLIIHHAARRAAAANN

Untuk menjaga keandalan dan kesinambungan operasional pembangkit maka perlu dilakukan prosedur operasional dan perawatan yang standar dan teratur. Manual petunjuk operasi dan perawatan untuk setiap pembangkit mikro hidro harus disiapkan sebelum pembangkit mulai beroperasi. Selain itu training untuk operator juga perlu dilaksanakan sehingga mereka benar-benar siap untuk diserahi segala kewajiban dan tanggungjawab dalam mengoperasikan dan merawat pembangkit.

Pihak manajemen maupun operator harus mengerti hal-hal berikut :

Operator harus melaksanakan operasi dan perawatan pembangkit sesuai dengan manual dan standard yang diberlakukan. Baik itu oleh pihak pabrikan maupun pengelola.

Operator harus terbiasa dan mengenali semua komponen pembangkit beserta fungsi – fungsinya.

Operator harus selalu memeriksa kondisi fasilitas dan alat-alat pembangkit. Ketika dia menemukan suatu kerusakan atau keganjilan dia harus melaporkan kepada orang yang bertanggungjawab dan mengatasinya jika dianggap mampu.

Operator harus mencoba untuk mencegah segala macam kerusakan dan kecelakaan. Dilakukan dengan tindakan pencegahan berupa perawatan dan penyediaan fasilitas pencegah kecelakaan.

8.1. OPERASI PEMBANGKIT A. Pemeriksaan Sebelum Operasi

Sebelum pembangkit dijalankan operator harus memeriksa dan menjamin komponen dan fasilitas pembangkit berada pada kondisi aman dan siap beroperasi terutama setelah pembangkit berhenti lama, overal atau perbaikan. Bagian-bagian yang harus diperiksa pada umumnya adalah sebagai berikut :

a. sistem penyediaan dan pembawa air (konstruksi sipil)

pastikan tidak ada struktur yang retak atau roboh.

tidak ada sediment atau lumpur yang berlebihan sehingga menghambat aliran air.

aman dari longsor dan banjir.

tidak terjadi kebocoran pada saluran air (headrace dan penstock).

Page 98: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 2

O & M

b. peralatan electro-mechanic

pastikan turbin pada posisi yang benar, periksa dan kencangkan kembali baut-baut pada Angkor.

periksa ketegangan sabuk belt dan pulley.

periksa sambungan generator, grounding dan system pengaman.

periksa kembali pengkabelan controller, ballast load dan sistem proteksi.

c. transmisi dan distribusi

periksa kabel jaringan trasnmisi dalam keadaan baik (tidak ada yang putus atau tertimpa pohon, dll).

periksa tiang penyangga kabel masih dalam kondisi bagus, tidak miring, roboh atau keropos

periksa sambungan kabel ke cabang jaringan dari kemungkinanhubung singkat dan salah sambung.

B. Pengoperasian

Berikut ini adalah langkah-langkah pengoperasian PLTMH (pada umumnya) :

1. Pastikan kondisi berikut ini (Persiapan)

buka pintu intake sehingga air mengalir melalui saluran pembawa.

semua MCB pada panel control pada posisi off.

katup utama turbin telah dibuka sampai pressure gauge menunjukan angka optimalnya (sesuai dengan head yang tersedia).

2. Buka guide vane / katup turbin perlahan lahan, sampai kondisi berikut ini :

tegangan pada posisi 220 – 230 V.

arus ke ballast load mencapai kira-kira 1/3 dari beban nominal (jika pakai kontrol).

frekuensi meter menunjukan angka pada range 48 – 52 Hz.

3. tambahkan bukaan guide vane turbin sampai pada posisi optimalnya dan arus ke ballast menunjukan 80 % dari arus maksimum.

4. pada panel nyalakan MCB ke beban (posisi ON), maka kondisi berikut seharusnya tercapai

ampere meter beban menunjukan sesuai dengan beban yang tersambung.

ampere meter ballast load berkurang dari posisi semula

Page 99: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 3

O & M

C. Peran Operator Selama Operasi Normal

Setelah pembangkit di hidupkan dan beban ke konsumen menyala, operator harus menunggu beberapa saat sampai kondisi pembangkit benar-benar aman dan normal. Pada kondis beban puncak operator diharapkan ada di lokasi untuk mencegah overload sehingga bisa membuka turbin lebih besar lagi. Untuk PLTMH yang tidak menggunakan kontrol peran operator sangat penting untuk menjaga tegangan dan frekuensi generator stabil pada saat beban naik turun, sehingga operator harus mengunggui rumah pembangkit jika memungkinkan.

Tindakan yang harus dilakukan operator selama operasional pembangkit diantaranya sebagai berikut :

Periksa struktur sipil dan saluran pembawa air dalam kondisi baik Bersihkan sampah pada trashrack yang menghalangi aliran air masuk penstock

Periksa katup utama turbin dan bukaan guide vane turbin sesuai dengan besarnya beban sehingga tegangan dan frekuensi listrik pada batasan nilai yang ditetapkan.

Periksa getaran dan suara dari generator dan turbin, jika getaran dan suaranya melebihi ambang batas normal, hentikan pembangkit dan perbaiki kerusakan/kejanggalan.

Periksa temperature bearing generator dan turbin, body generator dan control panel pada range yang normal dan aman.

Periksa setiap kondisi yang tidak normal, lakukan tindakan penanggulangan dan perbaikan, hentikan pembangkit jika dirasa perlu.

D. Menghentikan Pembangkit

Untuk mencegah kondisi yang berbahaya bagi peralatan pembangkit dan konsumen, diperlukan prosedur penghentian pembangkit yang benar. Kondisi berbahaya dapat berupa pelepasan beban secara tiba-tiba yang mengakibatkan overspeed pada turbin dan generator. Berikut prosedur penghentian pembangkit :

1. Tempatkan semua circuit breaker beban pada posisi OFF

Arus beban (ampere meter) menunjukan angka nol

Arus ke ballast load akan naik sesuai kapasitas nominal pembangkit

2. Tutup guide vane turbin pelan-pelan sampai pada posisi tutup maksimum.

3. Tutup kembali pintu air intake dan buka pintu air penguras. Hal ini dilakukan terutama jika pembangkit akan dihentikan cukup lama atau saluran air (sungai) akan digunakan untuk keperluan lain, seperti irigasi dan keperluan rumah tangga.

Page 100: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 4

O & M

8.2. OPERASI PEMBANGKIT Selama keadaan tertentu, operasional pembangkit harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati atau bahkan harus dihentikan untuk sementara waktu. Adapun keadaan darurat dapat berupa;

A. Banjir

Hampir semua pembangkit mikro hidro pada kebanyakan lokasi dapat dioperasikan pada keadaan banjir. Bagaimanapun pada saat banjir dimana banyak lumpur dan sampah yang terbawa mungkin dapat masuk waktu dengan menutup pintu masuk intake. Setelah banjir mereda, operator harus mengecek kondisi saluran, pintu air dan membersihkan sampah dan lumpur yang masuk ke saringan dan saluran pembawa.

B. Gempa bumi

Gempa bumi dapat mempengaruhi hampir semua komponen pembangkit. Dari mulai struktur sipil, elektro mekanik dan jaringan transmisi. Oleh karena itu setelah terjadi gempa bumi operator harus melakukan tindakan berikut ini :

1. Tutup pintu utama intake menuju saluran.

2. Periksa kemungkinan kerusakan pada struktur sipil dari retak, longsor, bocor dan kerusakan lainnya, segera perbaiki jika ada kerusakan!

3. Periksa kesejajaran shaft turbin dan generator dari kemungkinan pergeseran.

4. Periksa baut-baut dari kemungkinan longgar.

5. Periksa peralatan listrik dari kemungkinan kerusakan.

6. Periksa tiang listrik dan kabel dari kemungkinan roboh atau miring.

7. Lakukan perbaikan dan penanggulangan jika dianggap perlu dan dapat mengganggu operasional pembangkit.

C. Kekeringan

Turbin air dirancang untuk dapat beroperasi pada daerah range debit tertentu. Debit minimum yang dijinkan untuk operasional turbin telah ditentukan sehingga turbin masih dapat beroperasi dengan baik. Pada tahap perencanaan seharusnya telah ditetapkan debit minimum air yang tersedia sepanjang tahun (musim kemarau), dimana dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan dan pemilihan turbin dan komponen lainnya. Bagaimanapun jika pada keadaan dimana air yang tersedia sangat kurang dan melebihi batas minimum yang diijinkan, sebaiknya operator menghentikan operasi pembangkit. Karena operasional terus menerus pada kondisi tersebut efisiensi turbin akan jatuh dan bahkan dapat merusak turbin.

Page 101: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 5

O & M

D. Kecelakaan

Jika terjadi kecelakaan selama operasional pembangkit, misalnya ada bagian yang lepas atau konsleting listrik dll. Operator sebaiknya segera menghentikan pembangkit. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya adalah:

1. Hentikan pembangkit dengan segera.

2. Berikan bantuan atau pertolongan jika kecelakaan menimpa orang.

3. Laporkan kejadian kepada orang yang bersangkutan (ketua, lurah,dll).

4. Selidiki penyebab kecelakaan dengan teliti.

5. Kembali operasikan pembangkit jika operator dapat menangani dan memperbaiki penyebab kecelakaan dan kerusakan.

6. Hubungi pembuat peralatan jika operator tidak dapat menemukan dan memperbaiki kerusakan, minta petunjuk dan jika tidak yakin minta mereka untuk memperbaikinya

8.3. PERAWATAN Dalam operasional sebuah PLTMH sangat perlu untuk diketahui mengenai hal-hal dasar yang terkait dengan tata cara pengoperasian, perawatan dan perbaikan sistem secara menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi masalah yang mungkin timbul serta perawatan sistem PLTMH secara mandiri oleh operator yang ditugaskan maupun masyarakat secara umum sebagai pengguna. Adapun hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam opersional dan perawatan sebuah PLTMH adalah sebagai berikut :

A. Bangunan Sipil

Bangunan sipil mempunyai beberapa bagian penting yang perlu diperhatikan pemeliharaannya untuk memastikan lancarnya operasional dan kesinambungan suplai air ke pembangkit. Adapun bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan adalah :

Bendungan dan Intake

Periksa sisi bendungan dan intake dari gerusan air, terutama pada musim hujan untuk menghindari kebocoran dan retaknya bendungan.

Pastikan level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak berlebihan ataupun kurang terisi).

Tambahkan pelumas pada roda gigi dan ulir pintu air sebulan sekali.

Gunakan kunci pengaman pada pemutar pintu air jika sedang tidak digunakan untuk mencegah orang yang iseng.

Page 102: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 6

O & M

Kuras bendungan 1-2 bulan sekali untuk menghindari penumpukan sedimen dan kotoran.

Bersihkan sampah dan kotoran yang menyumbat saringan untuk memperlancar jalan masuk air secara rutin (minimal 1 hari sekali).

Lakukan pengurasan intake untuk menghindari terjadinya penumpukan sedimen dan penyumbatan

Bak Pengendap Pasir

Dalam bak pengendap terjadi perlambatan laju air sehingga par tikel-par tikel dengan ukuran kecil akan mengalami pengendapan didasar kolam sehingga sangat penting untuk melakukan pengurasan secara teratur, untuk menghindari pendangkalan dan penumpukan sedimen yang nantinya dapat menghambat aliran air dan merusak turbin jika sampai masuk pipa pesat.

Saluran Pembawa

Pemeriksaan akan terjadinya kebocoran sepanjang saluran pembawa.

Periksa kondisi tanah disekitar saluran pembawa dari kemungkinan longsor terutama pada musim hujan.

Pembersihan saluran dari rumput dan tumbuhan yang menghalangi laju aliran air sepanjang saluran.

Lakukan penyemenan ulang jika ditemukan kebocoran dan keretakan pada badan saluran.

Bak Penenang

Periksa level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak melebihi batas minimum dan maksimum yang diperbolehkan).

Pastikan tidak ada sampah dan kotoran dalam bak penenang yang dapat terbawa masuk kedalam pipa pesat dan turbin.

Bersihkan saringan secara rutin.

Periksa akan adanya kebocoran dan keretakan pada bak penenang. Segera lakukan perbaikan jika diperlukan!

Bersihkan bak penenang secara berkala, terutama untuk menghindari penumpukan sedimen didasar kolam.

Page 103: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 7

O & M

Pipa Pesat (Penstock)

Periksa penstock akan kemungkinan terjadinya kebocoran pada sambungan maupun maupun pada badan pipa.

Periksa baut dan sekrup pada sambungan dan dudukan penstock (anchor) untuk menghindari kelonggaran dan pergeseran posisi.

Periksa kondisi tanah, pastikan tidak terjadi longsor atau pergerakan disekitar penstock dan dudukannya.

Lakukan pengecatan pada penstock paling lama tiga tahun untuk menghindari kerusakan akibat perkaratan.

Rumah Pembangkit

Bersihkan lantai dan dinding power house dari sampah dan Bersihkan peralatan dan perlengkapan dalam power house seperti turbin, generator dan panel. (hati-hati jangan menyentuh bagian yang ada tegangan!!! matikan pembangkit jika perlu).

Periksa tebing sekitar dan potong rumput sekitar power house.

Periksa saluran pembuangan turbin (tailrace) bersihkan jika ada lumpur dan sampah.

Periksa atap power house dari kebocoran, terutama pada musim hujan dimana air dapat berbahaya jika membasahi panel dan peralatan listrik lainnya.

Turbin dan Kelengkapannya

Turbin dan kelengkapannya harus dijaga dan dirawat untuk dapat menjamin kelancaran operasional PLTMH. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah :

Periksa mur dan baut yang ada pada turbin! Pastikan dalam keadaan kencang.

Berikan pelumas grease secara teratur (2-3 minggu sekali) pada bagian-bagian yang berputar dan ulir, terutama bearing dan guide vane dengan spesifikasi yang dianjurkan oleh pembuat/manufaktur Cek dan bersihkan bagian dalam turbin secara berkala 3-6 bulan sekali. Pastikan tidak ada benda padat yang masuk ke dalam turbin.

Bersihkan bagian luar turbin dari kotoran dan air untuk mencegah perkaratan.

Periksa kondisi bagian-bagian turbin apakah terjadi pemanasan berlebihan, posisi yang janggal atau suara bising yang berlebihan.

Periksa baut pengunci pulley (transmisi mekanik) kencangkan jika terasa longgar, jaga belt agar tidak terkena grease atau air.

Kontrol tingkat ketegangan belt tiga bulan sekali, kencangkan atau kembalikan kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor terasa longgar, jaga belt agar tidak terkena grease atau air.

Page 104: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 8

O & M

Kontrol tingkat ketegangan belt tiga bulan sekali, kencangkan atau kembalikan kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor belt yang terlalu kencang akan menyebabkan bearing generator cepat rusak

Generator

Generator merupakan alat yang merubah energi mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Generator dapat dihubungkan langsung dengan turbin atau melalui perantara sabuk transmisi (belt). Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan generator adalah sebagai berikut :

Periksa baut dan mur, pastikan dalam keadaan kencang.

Kontrol generator setiap hari untuk tingkat pemanasan yang berlebihan. Badan generator boleh hangat, tetapi jika telapak tangan tidak dapat diletakan dengan santai diatas permukaan hal itu sudah di luar kewajaran.

Periksa akan adanya kebisingan, getaran yang berlebihan dari generator dan bau yang tidak normal

Bersihkan ventilasi dan kipas generator dari kotoran dan debu (pada saat sistem berhenti).

Periksa tingkat ketegangan sabuk transmisi (belt), kencangkan jika terasa kendor dengan menggeser posisi roda gila.

Generator menghasilkan tegangan dan arus listrik yang berbahaya bagi keselamatan manusia. Jangan menyentuh atau mengubah hubungan listrik pada saat generator bekerja.

Panel Kontrol dan Switch

Kontrol elektrik merupakan bagian yang mengontrol energi listrik dari generator dan beban untuk memastikan bahwa listrik tersebut memenuhi standar yang diharapkan (tegangan, frekuensi arus, dll) serta mendistribusikannya dengan aman ke konsumen melalui kabel transmisi dan distribusi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani dan merawat kontrol elektrik ini adalah sebagai berikut :

Pada saat pemeriksaan pastikan pembangkit dalam keadaan berhenti!

Periksa sambungan dan ikatan kabel, kencangkan bila longgar dan perbaiki/ganti jika terjadi kerusakan.

Bersihkan panel dari kotoran dan debu. Pastikan tidak ada air yang dapat masuk kedalam rangkaian panel.

Bersihkan tangki ballast, pastikan air tersedia dengan cukup.

Page 105: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 9

O & M

Kontrol kabel pentanahan apakah masih tersambung dengan baik pada kotak metal, badan generator, penstok dan komponen logam lainnya.

Jaringan Transmisi dan Distribusi

Jaringan transmisi dan distribusi digunakan untuk menghantarkan energi listrik ke konsumen yang biasanya pada tegangan rendah (220/380 V). Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari empat kabel, 1 netral dan 3 line yang masing mempunyai tegangan sama (jika beban seimbang). Hal- hal yang dapat dilakukan untuk memelihara jaringan distribusi adalah :

Pemeriksaan sepanjang jaringan dari gangguan yang diakibatkan

No Gangguan /

Kerusakan

Penyebab

Penanggulangan

1 Suara atau getaran berlebihan dari dalam turbin

Dudukan bearing turbin longgar

Kencangkan baut pada dudukannya

Turbin terhambat kotoran

Bersihkan bagian dalam turbin dan periksa saringan pada bak penenang

2 Putaran pulley tidak seimbang

Baut pada chasis/base frame ada yang longgar

Kencangkan mur dan baut

3 Putaran turbin dan generator tidak stabil (menyentak nyentak) atau belt berbunyi lebih keras dari biasanya

Baut penarik belt longgar Terjadi pergeseran pada dudukan turbin atau generator

Kencangkan pulley dan cek kelurusannya dengan benang dan kencangkan kembali baut yang longgar

Masalah dengan sistem kontroler

Konsultasikan dengan pembuat alat kontrol mengenai penanganan masalah

4 Temperatur bearing melebihi biasanya (tidak tahan dipegang oleh tangan)

Stempet/pelumasan kurang

Beri tambahan stempet/pelumas secukupnya

Banyak kotoran/stempet lama yang menumpuk pada bearing

Buka rumah bearing, buang stempet lama, bersihkan dengan minyak tanah dan isi dengan stempet baru

5

Laher poros generator pulley

Dudukan laher terlepas

Kontrol kedudukan baut dan kencangkan

Page 106: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 10

O & M

terlalu panas Suara atau getaran dari laher turbin

Laher sudah aus

Ganti laher

Tegangan flat belt terlalu kencang

Kendurkan tegangan flat belt

oleh tumbuhan. Seperti pohon roboh dan ranting yang menghalangi jaringan distribusi terutama jika menggunakan kabel telanjang.

Periksa kerusakan yang mungkin terjadi pada tiang penyangga kabel akan adanya kemungkinan roboh, keropos dll.

Periksa kabel-kabel penghantar terhadap kemungkinan kendor atau putus. Ganti jika dianggap perlu dengan jenis yang sama

Kontrol secara berkala sambungan keperumahan/konsumen.

Pastikan masih bagus, tidak ada pencurian daya dan instalasi ilegal.

8.4. PENGENALAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN

(TROUBLESHOOTING) A. Peralatan Mekanik

No Gangguan/

Kerusakan

Penyebab

Penanggulangan

1 Turbin tidak berputar atau kecepatannya rendah

Kelebihan beban Baca meter beban dan hitung beban terpasang kurangi pemakaian beban

bagian yang berputar tidak bebas

Periksa apakah ada penghalang yang membebani putaran lepaskan/longgarkan jika ada

Tidak cukup air

Periksa sakuran air dan intake ! Bersihkan jika ada sampah atau penghalang tambah air yang masuk ke intake

2

Kecepatan turbin tinggi

Beban konsumen terlalu kecil

Kurangi bukaan guide vane turbin, pastikan tegangan dipanel pada 220 volt dan frekuensi 50 hz.

Beberapa elemen diballast rusak

Cek dengan multimeter dan ganti elemen atau sekering yang rusak

Page 107: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 11

O & M

8 Pada rumah bearing keluar air

Baut penjebak air terlepas

Buka runner turbin, kencangkan/ganti baut yang longgar

"O" ring penjebak air rusak

Buka O ring dan ganti dengan yang baru

9

Getaran/bunyi coupling melebihi biasanya

Baut coupling lepas/longgar

Matikan pembangkit dan kencangkan baut yang longgar

Karet fleksible bearing rusak

Ganti dengan yang baru

B. Peralatan Elektrikal

Dalam hal ini diasumsikan bahwa pembangkit menggunakan peralatan load controller (ELC atau IGC)

No Gangguan/

Kerusakan

Penyebab

Penanggulangan

1 Saat dinyalakan lampu fuse ada yang menyala

Fuse gelas ada yang putus

Segera matikan pembangkit. Ganti fuse gelas dengan yang sesuai dan cek wiring dari kemungkinan hubung singkat

2

Saat dinyalakan tidak keluar tegangan • V-PH tetap

pada nol • Suara

generator terdengar lebih keras

AVR rusak

Ganti AVR dengan tipe yang sama

Jalur generator ada yang konslet

Lakukan test resistansi untuk masing-masing fasa dan fasa netral pada jalur generator

Sikat arang generator (brush) habis

Periksa sikat arang dan ganti jika habis

3 Saat dinyalakan Ampere ballast tidak mau naik • Freq.

lebih dari 52 Hz

• Ballast/HRC fuse konslet/putus

• ELC perlu waktu

untuk start

• Matikan pembangkit, test resistansi pada HRC fuse ganti jika rusak

• Jalankan turbin lebih cepat tegangan 220-230 V, tahan

4

Saat dinyalakan control tidak berfungsi • Freq >53 Hz • V-PH > 230V

Module controller (mainboard) rusak atau kabel pada mainboard kendor

Matikan pembangkit. Kencangkan baut pada mainboard, jika kesulitan hubungi manufaktur pembuat

Page 108: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 12

O & M

5

Saat dinyalakan lampu PL ready menyala, tetapi kontaktor tidak mau dinyalakan

Kabel PUSH BUTTON kendor/putus

Matikan pembangkit, kencangkan baut yang kendor

Coil kontaktor putus

Ukur resistansi coil, ganti coil jika rusak

6

Saat dinyalakan kontrol dan kontaktor normal, saat MCB beban dinyalakan kontaktor selalu lepas

Beban konsumen terlalu banyak

Matikan pembangkit, kurangi/tertibkan beban dikonsumen

Daya turbin tidak maksimal

Tambah bukaan katup turbin

Konslet di jaringan

Lakukan pengukuran resisitansi masing2 fasa dan fasa netral. Temukan konslet sebelum dinyalakan kembali

7 Saat dinyalakan kontrol dan kontaktor normal, saat MCB beban dinyalakan MCB selalu jatuh kontaktor tidak lepas

Konslet di jaringan Matikan pembangkit. Lakukan pengukuran resisitansi masing2 fasa dan fasa netral. Temukan konslet sebelum dinyalakan kembali

8

Saat pembangkit dinyalakan, beban konsumen padam

Terjadi overvoltage MCB pada AVR jatuh pada posisi OFF. Turbin runaway speed

Matikan pembangkit. Tutup katup turbin. ON kan kembali MCB AVR, nyalakan pembangkit

Ballast konslet

Matikan pembangkit. Test resistansi ballast. Catat jumlah dan daya ballast yang konslet. Ganti dengan ballast baru

9

Kotak panel kontrol (IGC/ELC) panas

Ventilasi terhalangi

Buka dan bersihkan

Kipas tidak berfungsi

perbaiki/ganti

10

Arus pada ballast tidak seimbang

SCR mati sebelah

Periksa sambungan pada modul control, kencangkan konektor gate SCR

Page 109: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 13

O & M

Komponen pemanas pada ballast terbakar

Ukur dengan multimeter dan ganti

Modul kontrol rusak

Hubungi pembuat untuk diganti

Beban tidak seimbang

Periksa ampere meter R,S,T pada panel

8.5. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Pembangkit listrik tenaga mikro hidro merupakan suatu system pembangkitan yang cukup sederhana, tetapi dari mulai saluran masuk air hingga ke rumah penduduk terkandung resiko yang dapat membahayakan keselamatan manusia maupun peralatan lainnya, untuk itu perlu diperhatikan langkah langkah dalam menanggulangi dan mengatasi bahaya. Berikut ini diberikan panduan hal-hal yang harus diperhatikan oleh operator maupun masyarakat setempat untuk mencegah kecelakaan kerja

A. Struktur Sipil

1. Pastikan saluran air dan kolam penenang tidak dijadikan arena bermain anak-anak karena sangat berbahaya jika sampai terjadi kecelakaan.

2. Pastikan pintu-pintu air dikunci untuk mencegah orang yang iseng membuka atau menutup pintu air sehingga dapat menggangu atau membahayakan fasilitas PLTMH.

B. Rumah Pembangkit

1. Kunci rumah pembangkit dan pastikan hanya orang yang berkepentingan yang memasuki rumah pembangkit, jangan sampai ada anak-anak yang masuk tanpa diketahui.

2. Pastikan semua bagian yang berputar seperti pulley, shaft turbine dan generator dilindungi oleh sangkar/pagar pengaman.

3. Pastikan semua bahan bahan metal/logam seperti panel listrik, turbin, generator telah di tanahkan (di grounding) untuk mencegah sengatan listrik (ke setrum) jika terjadi kebocoran arus listrik.

4. Rumah pembangkit harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan dan pastikan rumah pembangkit selalu dalam keadaan bersih.

5. Simpanlah sampah atau sisa-sisa oli, stempet/gemuk, plastik dan lain lain pada tempat yang telah disediakan dan buang ditempat pembuangan yang aman. Jangan dibuang

Page 110: STUDI-PERENCANAAN-PLTMH-BPIRI-KORAGI-DRAFT.pdf

Desain PLTMH Bpiri Koragi Bab VIII - 14

O & M

sembarangan ke sungai atau tanah!. Hal ini akan mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.

6. Pasang tanda-tanda atau peringatan keselamatan pada tempat- tempat atau komponen yang dianggap berbahaya.

C. Instalasi Rumah

1. Pastikan bahwa hanya kabel yang standar yang digunakan untuk instalasi di rumah, jangan biarkan kabel sembarangan yang digunakan oleh konsumen.

2. Pastikan konsumen tidak mengganti MCB tanpa diketahui pengelola/operator, dan hanya MCB dengan kapasitas dan merk standar bersertifikat yang boleh digunakan.

3. Periksa instalasi rumah rumah setiap bulannya untuk memastikan tidak ada instalasi illegal dan perubahan dari instalasi standar.