Studi Pelaksanaan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan oleh TKPKD Bantul
-
Upload
rusman-r-manik -
Category
Education
-
view
66 -
download
2
Transcript of Studi Pelaksanaan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan oleh TKPKD Bantul
Rusman R. Manikpsekp.ugm.ac.id | swamandiri.wordpress.com | slideshare.net/rusmanik | 081 668 9361 | 0812 100 9361
R I N G K A S A N
Studi Pelaksanaan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan oleh TKPKD di Kabupaten Bantul
“Poverty is the parent of revolution and crime” - Aristoteles
Latar Belakang
• Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan tantangan dan tujuan pokok kebijakan pembangunan.
Karena merupakan tujuan pembentukan NKRI.
Dalam kemiskinan, rakyat tidak dapat mencapai taraf hidup optimalnya, sehingga dapat menghilangkan makna kehidupannya.
Kemiskinan yang dalam dan meluas akan mengancam sistem sosial secara keseluruhan. “Poverty is the parent of revolution and crime” - Aristoteles
• Pertanyaan yang selalu relevan: bagaimana cara percepatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia?
Kondisi Kemiskinan di Indonesia, 1998 - 2016
• Kemiskinan cenderung menurun, tetapi bersifat fluktuatif dan melambat.
• Di tahun 1998, jumlah penduduk miskin sebanyak 49,5 juta jiwa (24,2% dari seluruh jumlah penduduk).
• Di tahun 2016, jumlah penduduk miskin sebanyak 27,76 juta jiwa atau 10,7%.
• Relatif kecil dalam satuan persen (10,7%), tetapi 27,76 juta adalah jumlah jiwa yang banyak.
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS, beberapa penerbitan, diolah
Kondisi Kemiskinan di Provinsi DIY, dari 2012 hingga 2015
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS DIY, beberapa penerbitan, diolah
Jumlah penduduk miskin cenderung menurun, namun fluktuatif dan melambat. Konsistensi penurunan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pun relatif rendah.
Semakin tinggi nilai P2, semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin
Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Bantul Lebih Tinggi di DIY
Antara 2010-2014, rerata jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bantul lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Kota lainnya di DIY.
155.0
3
152.6
1
114.4
9
89.2
7
36.8
6
3.59
1.15
3.524.13
5.10
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Bantul Gunungkidul Sleman Kulonprogo Yogyakarta
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Rerata Jumlah Penduduk Miskin Pertahun (2010-2014) Standar Deviasi
155.030 Jiwa dengan variasi perubahan
yang tertinggi
Respon Pemerintah Pusat untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
• Mengamanatkan Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) melalui Permendagri No. 42 Tahun 2010*.
• Dasar Pertimbangan:
Percepatan penanggulangan kemiskinan di Daerah memerlukan koordinasi antar lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan secara terpadu dan berkesinambungan.
• Mengamanatkan: KDH bertanggung jawab atas pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di Daerahnya.
• TKPK Daerah merupakan instrumen bagi KDH untuk mewujudkan tanggung-jawabnya, yaitu: pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di Daerah.
* PERMENDAGRI No. 42 Tahun 2010 ttg TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan peraturan delegasian dari PP No 15 Tahun 2010 ttg Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
TKPK Kabupaten / Kota
• Tugas TKPK Kabupaten/Kota:
a. Melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota
b. Mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota.
• Pelaksanaan Tugas TKPK Kabupaten / Kota dilaksanakan oleh:
Kelompok Kerja (Pokja) Kelompok Program (Pokgram)
a. Pokja Pendataan dan Sistem Informasi;
b. Pokja Pengembangan Kemitraan; dan
c. Pokja Pengaduan Masyarakat.
a. Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga;
b. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat;
c. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil; dan
d.Kelompok Program Lainnya.
Respon Pemkab Bantul untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Daerah
• Awal Januari 2012, membentuk TKPK Kabupaten Bantul melalui Keputusan Bupati No 01 Tahun 2012*
• Sekretariat TKPKD di Bappeda Kabupaten Bantul
• Tugas TKPK Kabupaten Bantul:
a. Melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul; dan
b. Mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
* Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul
Pertanyaan Penelitian
Apakah TKPK Kabupaten Bantul telah berkontribusi positif dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul?
Dari TUSI-nya, secara normatif, TKPKD Bantul akan berkontribusi positif pada upaya penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Bantul.
Secara empiris: penurunan kemiskinan di Kabupaten yg telah lebih awal membentuk TKPKD adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan Kabupaten yg belum membentuk TKPKD (Sumarto, 2014)
Namun, fakta menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan di Kabupaten Bantul masih lebih tinggi dibandingkan dengan Daerah
Kabupaten/Kota lain yang ada di DIY.
Pertanyaan penelitian:
Bagaimanakah proses pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui TKPKD di Kabupaten Bantul?
Rincian pertanyaan:
1. Bagaimanakah peningkatan hubungan koordinasi yang dibangun oleh TKPKD Bantul?
2. Bagaimanakah sistem kontrol yang dibangun TKPKD terhadap pelaksanaan program nangkis?
3. Bagaimanakah pendampingan oleh TKPKD terhadap pelaksanaan program nangkis?
Tujuan Penelitian
1. Mengekplorasi dan mendeskripsikan proses pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui TKPKD di Kabupaten Bantul.
Fokus kajiannya pada proses:
1.1. Peningkatan hubungan koordinasi,
1.2. Peningkatan sistem kontrol, serta
1.3. Pendampingan dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi TKPKD dalam percepatan penanggulanggan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
3. Mengidentifikasi rencana aksi peningkatan kinerja TKPKD Kab. Bantul.
Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan untuk evaluasi bagi TKPK Kabupaten Bantul dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
b. Bagi peneliti: untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang kebijakan TKPK Kabupaten Bantul dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
c. Menambah bahan pustaka terkait upaya penanggulangan kemiskinan dan dapat sebagai masukan bagi peneliti lain yang ingin menganalisa terhadap permasalahan yang sama atau permasalahan lain yang terkait topik penelitian ini.
Tinjauan Pustaka
• Bab 2 Tinjauan Pustaka menjelaskan 4 (empat) hal:
1. Tentang: Kemiskinan dan Penanggulangannya
2. Kajian Efektivitas dan Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
3. Landasan Kebijakan Pembentukan Tim Koordinasi Pengendalian Kemiskinan di Daerah
4. Determinan Kinerja Lembaga TKPK Daerah
• Ketiganya dikontekstualisasi sebagai dasar untuk memahami: pilihan Kebijakan atau Program Kerja yang telah dan akan dilaksanakan oleh TKPKD.
6 Pendekatan dalam Pendefinisian dan Pengukuran Kemiskinan
Wiman, (2012, ed)
1. Pendekatan moneter (monetary approach): Kemiskinan adalah kekurangan pendapatan atau konsumsi di bawah standar tertentu,
2. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach): kemiskinan adalah kekurangan sarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
3. Pendekatan kapabilitas (capabilities approach): Kemiskinan adalah ketiadaan kapabilitas,
4. Pendekatan kesejahteraan (well-being approach): Kemiskinan adalah kehidupan yang tidak sejahtera,
5. Pendekatan ketimpangan (inequality approach): kemiskinan adalah eksklusi pada dimensi-dimensi kehidupan manusia, serta
6. Pendekatan hak asasi manusia (human rights approach): Kemiskinan adalah pelanggaran hak-hak dasar dan kebebasan fundamental.
Penanggulangan Kemiskinan
Aspek penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan:
A.1. Pengertian dan pengukuran kemiskinan yang digunakan, akan menentukan pilihan program penanggulangan kemiskinan.
A.2. Penyebab kemiskinan tidak bersifat tunggal, tetapi multidimensional yang saling terkait.
Karena itu, solusinya tidak bersifat seragam, tetapi kasuistis.
A.3. Tiga Komponen utama dlm Penanggulangan Kemiskinan: perluasan kesempatan, pemberdayaan, dan sekuriti.
A.4. Kemiskinan bersifat multidimensional; sehingga perlu kemitraan dalam Penanggulangan Kemiskinan.
Kajian Efektivitas dan Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
1. Pendekatan yang dilakukan oleh Program NANGKIS cenderung seragam dan menyederhanakan permasalahan dan karakteristik kemiskinan masyarakat.
2. Minimnya ketersediaan data dan informasi kemiskinan yang digunakan dalam perencanaan program pembangunan.
3. Minimnya koordinasi antar para pemangku kepentingan dan keterlibatan masyarakat miskin secara aktif dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
5 Penyebab Kurang Efektifnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia (sapa.or.id, 2016)
Kajian Efektivitas dan Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
4. Penanggulangan kemiskinan masih dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah.
Dalam beberapa kasus, program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah justru menyebabkan masyarakat menjadi tergantung dan sulit keluar dari kemiskinan.
5. Penanggulangan kemiskinan sesungguhnya merupakan persoalan lintas bidang pembangunan, namun upaya yang dilakukan oleh pemerintah ditengarai masih bersifat sektoral dan belum komprehensif.
5 Penyebab Kurang Efektifnya Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia (sapa.or.id, 2016)
Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
1. Rendahnya dignity warga penerima manfaat; warga penerima manfaat tidak merasa malu untuk selalu dibantu. Bahkan ingin agar terus selalu dibantu.
2. Tingkat ketergantungan warga terhadap program bantuan juga semakin tinggi.
3. Meningkatnya konflik vertikal dan konflik horisontal di lingkungan masyarakat penerima program.
“Tinjauan Terhadap Efektivitas Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia” (UGM, 2013)
Landasan Kebijakan Pembentukan TKPKD Bantul
• Pembentukan TKPKD diatur melalui: Perpres No 15 Tahun 2010*, dan Permendagri No 42 Tahun 2010**.
* Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.** Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
• Substansi:
KDH bertanggung jawab atas pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di Daerahnya.
Dalam rangka pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan tersebut, KDH membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Daerah.
Tugas: koordinasi dan pengendalian penanggulangan kemiskinan di Daerah.
• Pembentukan TKPKD di Bantul: Dibentuk pada awal Januari 2012, melalui Keputusan Bupati Bantul No 01 Tahun
2012***. Diperkuat melalui Perda Nomor 06 Tahun 2013****.
*** Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul.
**** Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 06 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Kemiskinan.
Penentu Kinerja TKPKD
1. Adanya shared values, yang dapat berupa: Visi dan Tata Nilai Inti yang secara bersama-sama diyakini di TKPKD.
2. Adanya strategy , yaitu: rencana kerja yang tepat sesuai shared values TKPKD.
3. Adanya structure , yaitu: distribusi shared values pada tugas dan fungsi pokja dan pokgram, serta adanya pola tatacara kerja antarkelompok di TKPKD.
4. Adanya system, yang dapat berupa: SOP internal dan SOP tiap pelayanan TKPKD.
5. Style, yaitu gaya kepemimpinan yang tepat untuk menjamin tercapainya shared values TKPKD.
6. Adanya staff, yaitu: jumlah staf kompeten yang memadai.
7. Adanya skills, yaitu: Pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sesuai dengan shared values TKPKD.
Metode Penelitian
LINGKUP SUBSTANSI
Eksplorasi & deskripsi secara mendetail: proses koordinasi,
sistem kontrol, & pendampingan oleh TKPKD Bantul
JENIS PENELITIANPenelitian KUALITATIF, yaitu
ekplorasi dan deskripsi PROSES pelaksanaan TUSI TKPKD Bantul
sesuai pertanyaan penelitian
PENGUMPULAN DATAWawancara dengan informan,
pengamatan, dan Studi Dokumen (Laporan)
LINGKUP LOKASILokasi = di Kabupaten Bantul dan unit analisisnya adalah
TKPKD Bantul
INFORMAN
Memahami TUSI TKPKD, aktif di perumusan program TKPKD,
atau pendamping TKPKD
ANALISIS DATAData dan informasi dianalisis
berdasarkan tema pokok pertanyaan penelitian
VALIDITAS dan RELIABILITAS
Perpanjangan pengamatan, wawancara ulang, dan triangulasi
Lokasi Penelitian di Kabupaten Bantul
Alasan pemilihan lokasi penelitian:
• Kompleksitas masalah kemiskinan: antara 2010-2014, variasi perubahan dan rerata jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bantul lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Kota lainnya di DIY.
• Kesiapan Lembaga: TKPK Kabupaten Bantul sudah dibentuk pada awal Januari 2012, melalui melalui Keputusan Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul.
Petunjuk Teknis Operasional TKPK Kabupaten Bantul pun sudah terbit melalui Peraturan Bupati Bantul Nomor 18 Tahun 2013.
Teknik Analisis Data
• Data dan informasi dari hasil wawancara dan pengamatan akan dianalisis dengan mengelompokkannya dalam tema penting sesuai pertanyaan dan tujuan penelitian.
• Tema pokoknya terkait dengan aspek:
Proses peningkatan hubungan koordinasi untuk penanggulangan kemiskinan.
Proses sistem kontrol yang dilakukan TKPKD Bantul terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
Proses pendampingan yang dilakukan TKPKD Bantul terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
Tiga Pertanyaan Utama dalam Wawancara
Menyangkut aspek:
1. Proses pelaksanaan tugas dan fungsi TKPK Kabupaten Bantul yang difokuskan pada:
● Proses peningkatan hubungan koordinasi,
● Proses sistem kontrol, serta
● Proses pendampingan oleh TKPKD.
2. Kendala yang dihadapi TKPKD Kabupaten Bantul, serta
3. Alternatif Rencana Aksi Peningkatan Kinerja TKPKD Kabupaten Bantul
Informan
Kriteria Informan:
• Memahami tugas dan fungsi TKPK Kabupaten Bantul,
• Aktif dalam perumusan Kebijakan / Program Kerja TKPK Kabupaten Bantul, atau
• Pendamping peningkatan kinerja TKPKD
Profil Kabupaten Bantul
• Luas wilayah: 506,85 Km2 (15,91% luas DIY).
• Jarak lurus ibukota ke ibukota DIY = 12 Km.
• Jumlah penduduk 2015 = 971.511 jiwa (26.41% Pddk DIY).
• Terbagi atas 17 kecamatan dan 75 desa.
• Desa perdesaan (rural area) = 28 desa, dan desa perkotaan (urban area) = 47 desa.
• Rerata Lama Sekolah di 2015 = 9,08 tahun.
• Rerata usia harapan hidup di 2015 = 73,24 tahun.
• IPM 2015 = 77,99 (Kategori Tinggi).
• PDRB perkapita 2015 = Rp. 19.750.000 perkapita / tahun.
• Koefisien Gini 2015 = 0.3177.
Terletak antara 110o12'34" - 110o31'08" BT dan 07o44'04" - 08o00'27" LS
Profil Kabupaten Bantul Berdasarkan Capaian IKRAR
Sepanjang 2009-2012:
• Kondisi Keadilan Sosial, Keadilan Ekonomi, serta Demokrasi dan Kepemerintahan di Kab. Bantul berada pada urutan ketiga terendah, yaitu 52,31.
• Kondisi di Kabupaten Bantul sudah relatif lebih baik dibanding Kab. Kulonprogo (50,79) dan Kab. Gunungkidul (49,80).
• Kondisi dimensi Keadilan Ekonomi di Kabupaten Bantul masih lebih rendah dibandingkan Kabupaten Sleman dan Gunungkidul.
IKRAR = Indeks Kesejahteraan Rakyat. Dibangun dari 3 Dimensi: Keadilan Sosial, Keadilan Ekonomi, serta Demokrasi dan Kepemerintahan.
Profil Kemiskinan Kabupaten Bantul
Di tahun 2015:
• Jumlah 40% penduduk dengan status kesejahteraan terendah = 313.731 jiwa atau 32,29%.
• Jumlah penduduk sangat miskin (desil 1) sebanyak 84.906 jiwa.
• Jumlah penduduk sangat miskin (desil 1) dan miskin (desil 2) ada sebanyak 181.911 jiwa.
• Jumlah penduduk yang dapat dikategorikan hampir miskin (desil 3) ada sebanyak 77.054 jiwa.
• Desil 4 = tidak miskin, tapi masuk dlm 40% dng status kesejahteraan terendah = 54.766 jiwa
Tabel 5.1. Jumlah dan Persebaran 40% Penduduk
dengan Status Kesejahteraan Terendah di Kabupaten Bantul Tahun 2015
No Kecamatan Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Jumlah
1 Imogiri 8,494 7,951 4,948 2,941 24,334
2 Pandak 7,152 7,504 6,077 4,344 25,077
3 Kasihan 7,000 7,694 6,094 4,552 25,340
4 Sewon 6,380 8,027 6,839 4,977 26,223
5 Dlingo 6,206 6,150 3,527 2,096 17,979
6 Pajangan 5,989 6,071 4,193 2,788 19,041
7 Banguntapan 5,521 6,502 5,304 3,725 21,052
8 Pleret 5,254 5,733 3,965 2,793 17,745
9 Jetis 5,048 6,007 4,916 3,637 19,608
10 Piyungan 4,939 5,114 3,888 2,882 16,823
11 Sedayu 4,390 4,863 4,387 3,111 16,751
12 Bambanglipuro 3,778 5,127 4,483 3,318 16,706
13 Bantul 3,712 4,894 4,605 3,556 16,767
14 Pundong 3,490 4,705 4,279 3,294 15,768
15 Sanden 2,975 3,891 3,535 2,507 12,908
16 Srandakan 2,703 3,960 3,517 2,426 12,606
17 Kretek 1,875 2,812 2,497 1,819 9,003
Kab. Bantul 84,906 97,005 77,054 54,766 313,731
Sumber: Bappeda Bantul, Laporan Profil Kemiskinan (PBDT 2015), 2016
• Empat wilayah kecamatan prioritas sebagai target wilayah pembangunan adalah: Kecamatan Imogiri, Pandak, Kasihan dan Sanden.
Sebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Profil Kemiskinan Kabupaten Bantul
Di tahun 2015:
• Jumlah yang berusia muda (< 15 tahun) serta berusia tua (> 60 tahun) relatif besar, yaitu 41.36%.
• Upaya pengentasan kemiskinan akan relatif lebih lama dan membutuhkan sumber pembiayaan yang besar.
• Penduduk miskin yang berusia muda masih harus masuk masa sekolah, sementara yang tua membutuhkan pelayanan lanjut usia karena peningkatan usia harapan hidup.
• Kecamatan prioritas untuk peningkatan kualitas pendidikan dan layanan lanjut usia adalah: Kecamatan Sewon, Pandak, Imogiri, dan Kasihan.
Sebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah Berdasarkan Usia
Usia < 6
tahun
Usia 6 –
14 Tahun
Usia 15 –
44 Tahun
Usia 45 –
59 Tahun
Usia > 60
tahun(a) (b) (c) (d) (e)
1 Sewon 1.790 3.741 10.225 5.753 4.714 26.223 10.245
2 Pandak 1.926 3.445 9.703 5.452 4.551 25.077 9.922
3 Imogiri 1.765 3.277 9.235 5.213 4.843 24.333 9.885
4 Kasihan 1.833 3.835 10.340 5.223 4.109 25.340 9.777
5 Banguntapan 1.588 3.345 8.369 4.338 3.412 21.052 8.345
6 Jetis 1.484 2.707 7.494 4.119 3.804 19.608 7.995
7 Pajangan 1.583 2.722 7.913 3.693 3.130 19.041 7.435
8 Dlingo 1.200 2.253 6.880 3.905 3.741 17.979 7.194
9 Bambanglipuro 1.233 2.379 5.905 3.621 3.568 16.706 7.180
10 Pleret 1.466 2.816 7.277 3.295 2.891 17.745 7.173
11 Sedayu 1.260 2.323 6.063 3.527 3.567 16.740 7.150
12 Piyungan 1.245 2.460 6.596 3.314 3.208 16.823 6.913
13 Bantul 1.129 2.463 6.063 3.798 3.314 16.767 6.906
14 Pundong 1.119 2.014 5.794 3.504 3.337 15.768 6.470
15 Sanden 886 1.599 4.374 2.613 3.436 12.908 5.921
16 Srandakan 955 1.688 4.564 2.609 2.790 12.606 5.433
17 Kretek 575 1.145 2.884 1.847 2.552 9.003 4.272
23.037 44.212 119.679 65.824 60.967 313.719 128.216
Sumber: Bappeda, Laporan Profil Kemiskinan (PBDT 2015), 2016
Jumlah
a+b+eNO Kecamatan
Kab. Bantul
Jumlah
Tabel 5.2. Persebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Berdasarkan Usia di Kabupaten Bantul Tahun 2015
Profil Kemiskinan Kabupaten Bantul
Di tahun 2015:
• Jumlah penduduk usia produktif (15-59 tahun) dengan status kesejahteraan terendah tetapi TIDAK BEKERJA = 57.615 jiwa.
• Terutama berdomisili di Kecamatan Sewon (5.948 jiwa), Kasihan (4.893 jiwa), Pandak (4.305 jiwa), dan Imogiri (4.011 jiwa).
• Pekerja anak yang miskin (5-14 tahun) terbanyak berdomisili di Kecamatan Sedayu (56 orang), Pandak (27 orang), Dlingo (27 orang), dan Imogiri (23 orang).
• Kecamatan prioritas untuk perlindungan pekerja anak: Sedayu, Pandak, Dlingo, dan Imogiri.
Sebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah Berdasarkan Status Bekerja – Tidak Bekerja
KERJA TIDAK KERJA TIDAK KERJA TIDAK KERJA TIDAK
1 Sewon 18 4.075 10.030 5.948 1.831 2.883 11.879 12.906
2 Kasihan 14 4.197 10.670 4.893 1.896 2.213 12.580 11.303
3 Pandak 27 3.775 10.850 4.305 2.177 2.374 13.054 10.454
4 Imogiri 23 3.614 10.437 4.011 2.665 2.178 13.125 9.803
5 Banguntapan 8 3.662 8.776 3.931 1.444 1.968 10.228 9.561
6 Jetis 14 2.972 7.894 3.719 1.732 2.072 9.640 8.763
7 Bantul 12 2.683 6.265 3.596 1.229 2.083 7.506 8.362
8 Pleret 10 3.133 7.163 3.409 1.283 1.608 8.456 8.150
9 Pajangan 15 2.993 8.222 3.384 1.634 1.496 9.871 7.873
10 Piyungan 3 2.725 6.645 3.265 1.554 1.653 8.202 7.643
11 Bambanglipuro 10 2.593 6.321 3.205 1.691 1.877 8.022 7.675
12 Pundong 15 2.226 6.314 2.984 1.616 1.721 7.945 6.931
13 Sedayu 56 2.493 6.997 2.593 1.902 1.665 8.955 6.751
14 Dlingo 27 2.476 8.398 2.387 2.718 1.023 11.143 5.886
15 Srandakan 7 1.871 4.863 2.310 1.319 1.471 6.189 5.652
16 Sanden 10 1.768 4.713 2.274 1.616 1.820 6.339 5.862
17 Kretek 2 1.254 3.330 1.401 1.312 1.240 4.644 3.895
271 48.510 127.888 57.615 29.619 31.345 157.778 137.470
Sumber: Bappeda, Laporan Profil Kemiskinan (PBDT 2015), 2016
Tabel 5.3. Persebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah Berdasarkan
Status Bekerja – Tidak Bekerja di Kabupaten Bantul Tahun 2015
Kab. Bantul
TOTALUsia 5 – 14 Tahun Usia 15 – 59 Tahun Usia > 60 TahunNO Kecamatan
• Kecamatan prioritas untuk pengembangan kesempatan kerja adalah: Kecamatan Sewon, Kasihan, Pandak dan Imogiri.
Profil Kemiskinan Kabupaten Bantul
• Terutama bekerja di sektor: industri pengolahan (35.039 jiwa), pertanian tanaman padi dan palawija (28.386 jiwa), bangunan / konstruksi (26.217 jiwa), perdagangan (21.301 jiwa), jasa pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan (16.483 jiwa), serta sektor peternakan (10.442 jiwa).
• Bekerja di sektor industri pengolahanterutama ada di Kecamatan Dlingo (4.103 jiwa), Kasihan (3.568 jiwa), Pandak (3.512 jiwa), dan Banguntapan (2.821 jiwa).
• Bekerja di sektor Pertanian Tanaman Padi dan Palawija terutama ada di
Kecamatan Pundong (2.780 jiwa), Bambanglipuro (2.531 jiwa), Sanden (2.470 jiwa), dan Dlingo (2.343 jiwa)
Sebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah Berdasarkan Subsektor Pekerjaan
Pertama Kedua
1 Industri Pengolahan 35.039 Dlingo (4103) Kasihan (3568)
2Pertanian Tanaman Padi dan
Palawija28.386 Pundong (2780) Bambanglipuro (2531)
3 Bangunan / Konstruksi 26.217 Kasihan (2460) Imogiri (2426)
4 Perdagangan 21.301 Kasihan (2125) Imogiri (1902)
5Jasa Pendidikan, Kesehatan,
Kemasyarakatan16.483 Banguntapan (1888) Sewon (1842)
6 Peternakan 10.442 Dlingo (1885) Pajangan (1216)
7 Hotel dan Rumah Makan 5.474 Sewon (798) Banguntapan (545)
8Transportasi dan
Pengangkutan4.283 Sewon (605) Pandak (590)
9 Lainnya 2.243 Pundong (439) Sewon (410)
10 Hortikultura 2.180 Imogiri (947) Kretek (639)
11 Pertambangan / Penggalian 1.636 Srandakan (409) Pajangan (251)
12 Perkebunan 1.485 Imogiri (614) Piyungan (167)
13 Pemulung 798 Piyungan (130) Banguntapan (125)
14 Kehutanan / Pertanian 455 Imogiri (149) Dlingo (65)
15 Keuangan dan Asuransi 341 Sewon (35) Pajangan (32)
16 Informasi dan Komunikasi 323 Kasihan (45) Sewon (29)
17 Listrik dan Gas 315 Kasihan (49) Pajangan (39)
18 Perikanan Budidaya 208 Srandakan (35) Sanden (30)
19 Perikanan Tangkap 168 Srandakan (24) Pajangan (18)
157.777 *** ***
Sumber: Bappeda, Laporan Profil Kemiskinan (PBDT 2015), 2016
Kabupaten Bantul
KECAMATANNO SUBSEKTOR JUMLAH
Tabel 5.4. Persebaran 40% Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah Berdasarkan
Subsektor Pekerjaan di Kabupaten Bantul Tahun 2015
Proses Peningkatan Hubungan Koordinasi
Temuan penting PERTAMA dari penelitian ini:
• Proses peningkatan hubungan koordinasi percepatan penanggulangan kemiskinan oleh TKPKD dilakukan melalui:
Perencanaan jangka menengah (RPJMD),
Perencanaan tahunan (APBD), serta
Perencanaan operasional pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
• Namun, penyusunan RPJMD harus didahului dengan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
• Selain itu, beberapa indikator penting yang dimandatkan dalam Perda penanggulangan kemiskinan serta indikator penting lainnya belum dimasukkan dalam RPJMD 2016-2021.
• Hal itu merupakan indikasi dari belum optimalnya proses pengkoordinasian dan sinergisasi penanggulangan kemiskinan.
Target Indikator Makro Ekonomi Daerah yang Belum Masuk di RPJMD 2016-2021
• Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional).
• PDRB Perkapita.
• Tingkat inflasi daerah.
• Peningkatan alokasi pinjaman modal lunak dengan bunga maksimal 1% (satu persen) per bulan untuk penduduk miskin melalui program pemerintah.
Keberadaan Target Indikator itu penting untuk:
• memastikan bahwa upaya koordinasi dan sinergisasi kebijakan selalu menjadi agenda kebijakan.
• monitoring dan evaluasi kinerja hasil koordinasi dan sinergisasi kebijakan.
• menjadi dasar penilaian usulan program SKPD agar tetap sinergis.
Target Indikator Pembangunan Sosial yang Diprioritaskan di Perda No 06 Tahun 2013*, Tetapi Belum Masuk di RPJMD 2016-2021
• Pemenuhan kebutuhan pangan untuk peningkatan kualitas pangan keluarga miskin (dapat diukur dengan Desa Berdaulat Pangan).
• Penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.
• Penurunan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk.
• Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular.
• Peningkatan kepesertaan jaminan kesehatan.
• Peningkatan potensi kesejahteraan sosial di masyarakat (dapat diukur dengan indikator Rukun Tetangga \ Pedukuhan \ Desa Berketahanan Sosial.
• Peningkatan peran dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan (dapat diukur dengan: jumlah dan jenis bantuan dana dari dunia usaha).
* Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 06 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Kemiskinan
Penetapan Target Pembangunan untuk “Memaksa” Peningkatan Sinergisasi
Gambar 5.3. Kaitan Target Koefisien Gini dengan Target Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten Bantul 2016-2021
5.10
5.20
5.30
5.40
5.50
5.60
5.70
0.1500
0.2000
0.2500
0.3000
0.3500
0.4000
0.4500
4.80 0.0000
Koef. Gini Tkt Pertmbhn Ek.
Koef. Gini 0.3760 0.4055 0.3297 0.3205 0.3177 0.3149 0.3121 0.3093 0.3065 0.3050 0.3025
Tkt Pertmbhn Ek. 5.07 5.33 5.46 5.15 5.10 5.25 5.30 5.40 5.45 5.50 5.60
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021
Gambar 5.4. Kaitan Target Koefisien Gini dengan Target IPM
di Kabupaten Bantul 2016-2021
75.00
75.50
76.00
76.50
77.00
77.50
78.00
78.50
79.00
0.1500
0.2000
0.2500
0.3000
0.3500
0.4000
0.4500
73.50 0.0000
IPM Koef. Gini
IPM 75.31 75.79 76.13 76.78 77.11 77.36 77.61 77.81 78.01 78.21 78.41
Koef. Gini 0.3760 0.4055 0.3297 0.3205 0.3177 0.3149 0.3121 0.3093 0.3065 0.3050 0.3025
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021
Penetapan Target Pembangunan Sosial untuk “Memaksa” Peningkatan Sinergisasi
Proses Peningkatan Hubungan Koordinasi
Lanjutan temuan penting PERTAMA dari penelitian ini:
• Renstra SKPD adalah penjabaran RPJMD. Tetapi, penyusunan Renstra SKPD itu dilakukan oleh tim teknis selain dari TKPKD.
• Dalam penyusunan Renstra SKPD, TKPKD tidak menyiapkan SOP untuk memastikan Renstra SKPD berorientasi pada penanggulangan kemiskinan.
• Dalam perencanaan tahunan, proses pengkoordinasian oleh TKPK Kabupaten Bantul masih belum optimal.
• Tim pendamping pada proses perumusan RKPD dan Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah tim teknis dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
• TKPK Kabupaten Bantul tidak memiliki tim teknis tersendiri. Karena itu, koordinasi penanggulangan kemiskinan dalam perencanaan tahunan masih belum optimal.
Proses Sistem Kontrol Pelaksanaan Program
Temuan penting KEDUA dari penelitian ini:
• TKPKD dapat melakukan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui 5 (lima) cara, yaitu:
1. Pengendalian langsung ke lapangan,
2. Melalui peningkatan pengendaliannya pada SKPD pelaksana program,
3. Melalui peningkatan peran TKPK Kecamatan dalam pengendalian pelaksanaan program nangkis.
4. Melalui peningkatan peran TKPK Desa dalam pengendalian pelaksanaan program nangkis.
5. Melalui peningkatan peran TKPK Pedukuhan dalam pengendalian pelaksanaan program nangkis.
• Untuk peningkatan sistem kontrol, kelembagaan TKPKD Bantul sudah dibangun hingga ke tingkat pedukuhan. Namun kejelasan tatacara kerja dan penilaian kinerjanya masih belum optimal.
Proses Sistem Kontrol Pelaksanaan Program
Lanjutan temuan penting KEDUA dari penelitian ini:
• Proses sistem kontrol dari TKPKD masih belum optimal; masih bersifat umum.
• Proses pengendalian pelaksanaan program dilakukan oleh tim dari Bagian Administrasi Pembangunan, Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul.
• Selain itu, TKPKD masih belum optimal dalam pemantauan penyelenggaraan:
Sistem akuntabilitas kinerja (SAKIP), dan
Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) di tiap SKPD.
• Pemantauan SAKIP dan SPIP sangat penting untuk menilai kinerja SKPD pada aspek PROSES perencanaan secara keseluruhan.
Penetapan Target Kapasitas SKPD
untuk “Memaksa” Peningkatan Sinergisasi
70.00 0.00
Indeks Kepuasan Masyarakat Angka Kemiskinan (%)
Indeks Kepuasan Masyarakat 75.75 76.14 76.40 77.41 78.13 79.00 80.00 81.00 82.00 83.00 84.00
Angka Kemiskinan (%) 17.28 16.97 16.48 15.89 15.16 14.41 13.66 12.91 12.16 11.41 10.66
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021, diolah
Gambar 5.5. Kaitan Target Indeks Kepuasan Masyarakat
dengan Angka Kemiskinan di Kabupaten Bantul 2016-2021
76.00
78.00
80.00
82.00
84.00
86.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
Proses Pendampingan Pada SKPD
Temuan penting KETIGA dari penelitian ini:
• Pendampingan secara khusus pada SKPD pengampu program penanggulangan kemiskinan masih bersifat parsial dan terbatas hanya pada saat penyusunan RPJMD, dan belum pada proses perencanaan secara keseluruhan.
• Nilai capaian SAKIP, SPIP serta IKM di tiap SKPD belum dijadikan dasar pendampingan pada SKPD yang bersangkutan.
Pemantauan SAKIP, SPIP serta IKM masih dianggap terpisah dari upaya penanggulangan kemiskinan dan dilakukan oleh Inspektorat dan atau Bagian Organisasi Kabupaten Bantul.
• TKPK Kabupaten Bantul tidak memiliki tim teknis yang khusus bertugas melakukan pendampingan pada SKPD.
Rekomendasi
1. Target Indikator Kinerja Daerah pada RPJMD 2016-2021 harus direview untuk mengakomodir beberapa target indikator kinerja yang terkait percepatan penanggulangan kemiskinan.
2. Tim teknis dari TAPD yang melakukan pendampingan dalam proses perencanaan tahunan ditetapkan sebagai tim teknis TKPK Kabupaten Bantul.
3. Kapasitas anggota tim teknis TAPD yang telah ditetapkan sebagai Tim Teknis TKPK Kabupaten Bantul itu, harus ditingkatkan.
4. Standar operasional prosedur perencanaan tahunan harus disiapkan oleh TKPK Kabupaten Bantul untuk memastikan substansi rekomendasi dari pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan telah dimasukkan pada APBD Kabupaten Bantul.
1/4
Rekomendasi
5. Kapasitas SKPD pada proses perencanaan (diukur dengan nilai SAKIP) harus ditingkatkan sehingga kualitas rencana dan pelaksanaan rencana di tingkat SKPD optimal mendukung program penanggulangan kemiskinan.
6. Pemerintah Kabupaten Bantul harus semakin mengoptimalkan Sistem Monitoring dan Evaluasi yang Terpadu.
Selain memuat tentang profil kelompok (individu) sasaran, juga harus memuat tingkat keberhasilan kelompok (individu) sasaran, serta tingkat kapasitas SKPD pengampu program penanggulangan kemiskinan.
7. Untuk mendukung gerakan Desa Membangun, diperlukan penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan Desa (SAKIP Desa).
Adanya SAKIP Desa akan memudahkan TKPK Kabupaten Bantul dalam memantau: kualitas perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, serta capaian kinerja tiap Desa.
2/4
Rekomendasi
8. Bupati Kabupaten Bantul harus menetapkan Sistem Reward and Punishment yang diterapkan pada tingkat SKPD, untuk mendorong kinerjanya dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
9. Inspektorat Daerah Kabupaten Bantul bersama Bagian Organisasi Sekretariat Daerah harus mengoptimalkan perannya dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan publik yang diselenggarakan oleh SKPD Kabupaten Bantul.
10. Kedisiplinan TKPK Kabupaten Bantul dalam penyusunan dan penyampaian Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) kepada TKPK DIY dan pada DPRD Kabupaten Bantul harus ditingkatkan.
11. Ketentuan larangan dan pelanggaran terhadap larangan dalam penanggulangan kemiskinan harus disosialisasikan dengan baik untuk meningkatkan kualitas penetapan kelompok sasaran dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul.
3/4
Rekomendasi
12. Sebaiknya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan/atau Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) merumuskan dan menetapkan “Standar Pelayanan Minimal Percepatan Penanggulangan Kemiskinan” yang harus dicapai oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
13. TKPK DIY harus ikut serta dalam evaluasi Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantul.
14. Saat evaluasi R-APBD Kabupaten Bantul di DIY, TKPK DIY harus ikut memberikan rekomendasi pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah DIY.
15. TKPK DIY secara rutin harus melakukan penilaian kinerja TKPK Kabupaten Bantul dalam rangka peningkatan kinerja TKPKD Bantul dalam percepatan penanggulangan kemiskinan.
4/4
ADB. (2012, December). Handbook on Poverty and Social Analysis: A Working Document. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/33763/files/handbook-poverty-social-analysis.pdf
Aji, P. (2015, Oktober). Summary of Indonesia's Poverty Analysis. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/177017/ino-paper-04-2015.pdf
Analytical Tools for Measuring Poverty Dynamics: An Application Using Panel Data in the Philippines. (2016, March). Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/181581/ewp-477.pdf
Bank, T. W. (2015, September 30). FAQs: Global Poverty Line Update. Retrieved from The World Bank: http://www.worldbank.org/en/topic/poverty/brief/global-poverty-line-faq
Bantul, P. (2011). Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bantul. Bantul: Pemkab Bantul.
Bantul, P. (2012). Keputusan Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Bantul. Bantul: Pemkab Bantul.
Bantul, P. (2013). Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Kemiskinan. Bantul: Pemkab Bantul.
Bappeda. (2016, November 25). Buku Profil Kemiskinan Kabupaten Bantul. Retrieved from TKPK Kabupaten Bantul: http://tkpk.bantulkab.go.id/wp-content/uploads/2016/10/PROFIL-KEMISKINAN-PBDT-2015-KAB.-BANTUL.pdf
Bappenas. (2004). Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Bappenas.
Berenger, V. (2016, December). Measuring Multidimensional Poverty in Three Southeast Asian Countries using Ordinal Variables. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/214871/adbi-wp618.pdf
Daftar Pustaka 1/4
BPS. (2015). Berita Resmi Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS. (2015). Indeks Pembangunan Manusia: Metode Baru. Jakarta: BPS.
BPS. (2015, 2016). Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta. DIY: BPS DIY.
BPS. (2016). Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS.
BPS. (2017). Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS.
BPS. (beberapa penerbitan). Berita Resmi Statistik. DIY: BPS DIY.
Donghyun Park, K. S. (2015, August). Economic Growth, Financial Development, and Income Inequality. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/171843/ewp-441.pdf
Fujii, T. (2016, November). Concepts and Measurement of Vulnerability to Poverty and Other Issues: A Review of Literature. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/210526/adbi-wp611.pdf
goodreads. (2017, February 16). Quotes by Aristotle. Retrieved from Goodreads: http://www.goodreads.com/quotes/63444-poverty-is-the-parent-of-revolution-and-crime
Gradin, C. (2016, December). Poverty and Ethnicity in Asian Countries. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/216026/adbi-wp624.pdf
Interrelation between Growth and Inequality. (2015, August). Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/173116/ewp-447.pdf
Irene Brambilla, G. P. (2016, December). Trade, Poverty Eradication, and the Sustainable Development Goals. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/219576/adbi-wp629.pdf
Daftar Pustaka 2/4
Jacques Silber, G. W. (2016, October). The Asian ‘Poverty Miracle’: Impressive Accomplishments or Incomplete Achievements?Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/218046/adbi-asian-poverty-miracle.pdf
Kang, J. W. (2015, August). Interrelation between Growth and Inequality. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/173116/ewp-447.pdf
Kepmendagri. (2010). Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Jakarta: Kepmendagri.
Kireyev, A. (2017, March). Inclusive Growth: Decomposition, Incidence, and Policies—Lessons for Asia. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/232656/adbi-wp689.pdf
Klasen, S. (2016, November). An Asian Poverty Line? Issues and Options. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/209771/adbi-wp609.pdf
Making It Happen: Technology, Finance and Statistics for Sustainable Development in Asia and the Pacific. (2015, May). Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/159951/asia-pacific-regional-mdg-report-2014-15.pdf
Mark Horridge, A. A. (2016 , August ). ADB Publication. Retrieved from ADB: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/217206/ino-paper-17-2016.pdf
Pasha, H. A. (2002). Pro-Poor Policies. Retrieved from United Nations: http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/un/unpan005788.pdf
Peters, Thomas J. and Waterman, Robert H. 2007. In Search of Excellence (Meraih Keunggulan). Terjemahan Ir. Agus Maulana, M.S.M. Jakarta: Karisma Publishing Group.
PMD, D. (1996). Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: Kepmendagri.
Daftar Pustaka 3/4
RI. (2010). Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Setneg.
RI. (2012). Indeks Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
SAPA. (2016, Maret 29). Tentang SAPA. Retrieved from Penanggulangan Kemiskinan SAPA Indonesia: http://www.sapa.or.id/profil/tentang-sapa-1
SAPA. (2017, Maret Minggu). Tentang SAPA - Fokus SAPA 4. Retrieved from SAPA - Perkumpulan Komite Kemitraan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan: http://www.sapa.or.id/fokus-area-iv-sapa
sapa.or.id. (2016, Maret 29). http://www.sapa.or.id/profil/tentang-sapa-1. Retrieved from http://www.sapa.or.id/: http://www.sapa.or.id/profil/tentang-sapa-1
Sumarto, S. V. (2014). Explaining the Regional Heterogeneity of Poverty: Evidence from Decentralized Indonesia. Jakarta: The SMERU Research Institute.
Tabor, S. R. (2015, December ). Constraints to Indonesia's Economic Growth. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/178041/ino-paper-10-2015.pdf
Thomas, V. (2015, November 17). Asia’s New Roadblock to Prosperity. Retrieved from Asian Development Bank: https://www.adb.org/news/op-ed/asia-s-new-roadblock-prosperity-vinod-thomas
UGM, P. d. (2013, Maret 13). https://www.academia.edu/. Retrieved from https://www.academia.edu/: https://www.academia.edu/6760266/Tinjauan_Terhadap_Efektivitas_Program_Pengentasan_Kemiskinan_di_Indonesia_-_Studi_di_15_Kabupaten_Wilayah_Dampingan_Strategic_Alliance_for_Poverty_Alleviation_PSSAT_PSPK_UGM_and_FORD_FOUNDATION_
Wiman, R. (2012). Poverty and Deprivation of Children as a Challenge for Finland’s Foreign Policy. Finland: National Institute for Health and Welfare.
WorldBank. (2000). World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. New York: Oxford University Press.
Daftar Pustaka 4/4