STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP...

129
STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT PROF. AHMAD TAFSIR DAN PROF. ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: MUHAMMAD ROSIDUL ANWAR NIM : 073111109 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP...

Page 1: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN

AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT PROF. AHMAD

TAFSIR DAN PROF. ZAKIAH DARADJAT

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

MUHAMMAD ROSIDUL ANWAR

NIM : 073111109

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rosidul Anwar

Nim : 073111109

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

.

Semarang, 24 Nopember 2011

Saya yang menyatakan,

Muhammad Rosidul Anwar

NIM. 073111109

Page 3: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

iii

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH JL. Prof. Dr. HAMKA (Kampus ) Ngalian Semarang

Telp. (024) 7601291 Fax.7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41

dengan Pelestarian Lingkungan pada Mapel Biologi

Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Nama : Rini Fauziati

NIM : 063811032

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Biologi

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

Semarang, 15 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Drs. Wahyudi, M.Pd. Lianah, M.Pd

NIP. 19680314 199503 1001 NIP. 19590313 198103 2007

Penguji I, Penguji II,

Nur Khasanah, S.Pd Dr. Ahwan Fanani, M.Ag

NIP. 19751113 200501 2001 NIP. 19780930 200312 1001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs.Listyono, M.Pd Drs Achmad Sudja'i, M.Ag

NIP. 19691016 200801 1 008 NIP. 19511005 197612 1 001

Page 4: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juli 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul Skripsi : STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP

PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

MENURUT PROF. AHMAD TAFSIR DAN PROF.

ZAKIAH DARADJAT

Nama : Muhammad Rosidul Anwar

NIM : 073111109

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing I,

Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd

NIP. 19520208 197612 2 001

Page 5: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juli 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul Skripsi : STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP

PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

MENURUT PROF. AHMAD TAFSIR DAN PROF.

ZAKIAH DARADJAT

Nama : Muhammad Rosidul Anwar

NIM : 073111109

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing II,

Ismail, M.Ag

NIP. 19711021 199703 1 002

Page 6: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

vi

ABSTRAK

Judul: Studi Komparatif Terhadap Konsep Pendidikan Agama dalam

Keluarga Menurut Prof. Ahmad Tafsir dan Prof. Zakiah Daradjat

Penulis: Muhammad Rosidul Anwar

NIM : 073111109

Skripsi ini membahas konsep pendidikan agama dalam keluarga

menurut Prof. Ahmad Tafsir dan Prof. Zakiah Daradjat. Kajiannya

dilatarbelakangi bahwa pendidikan agama dalam keluarga merupakan

pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi awal

dari watak dan pendidikan anak. Yang menjadi masalah dari penelitian ini

yaitu Konsep Pendidikan Agama yang bagaimana yang dapat membangun

keluarga yang islami? Dari masalah ini patut dijawab apa yang menjadi

hambatan bagi keluarga dalam menanamkan pendidikan agama? Berangkat

dari masalah tersebut, maka metode research yang digunakan bersifat

kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan serta analisis bersifat deskriptif.

analisis data induktif dan komparatif.

Kesimpulan dari research ini meliputi (1) persamaan pendapat kedua

tokoh itu yaitu kedua tokoh ini menganggap komponen utama yang dapat

membentuk perilaku anak yaitu pertama, peran pendidikan agama; kedua,

orang tua sebagai benteng utama yang memiliki pengaruh besar dalam

mewarnai sepak terjang anak. (2) Perbedaan pendapat kedua tokoh tersebut

yaitu yaitu Ahmad Tafsir cenderung menggunakan pendekatan filsafat, hal ini

dapat dimengerti karena ia memiliki latar belakang pakar filsafat, sedangkan

Zakiah Daradjat mengarah pada pendekatan psikologi Islam dan kesehatan

mental. (3) Apabila memperhatikan konsep pendidikan agama dalam keluarga

yang dikemukakan Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat, maka tujuan

konsepnya yaitu (a) Agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan

potensi diri, bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat. (b) Membangun

anak yang berakhlak al-karimah. (c) Membangun anak yang cerdas dalam

iman dan taqwa. Apabila tujuan pendidikan agama dalam keluarga, dari kedua

tokoh ini ditinjau dari tujuan pendidikan Islam maka sangat relevan dengan

pendidikan Islam. (4) Aktualisasi konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat

tentang pendidikan agama dalam keluarga sangat relevan dengan keadaan

keluarga masa kini. Apabila memperhatikan kondisi orang tua dan anak pada

masa kini maka dapat dikatakan sangat memprihatinkan karena kenyataan

menunjukkan bahwa salah satu problema yang dihadapi bangsa Indonesia

pada zaman kemajuan ini, terutama di kota-kota besar ialah gejala-gejala yang

menunjukkan hubungan yang agak terlepas antara ibu-bapak dengan anak-

anaknya. Seorang ahli sosiologi menamakannya krisis kewibawaan orang tua.

Page 7: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

vii

TRANSLITERASI ARAB LATIN

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:158 th. 1987, Nomor:1543b/u/1987

.

t ط a ا

Z ظ b ب

' ع t ت

g غ ś ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل D د

m م ż ذ

n ن r ر

w و Z ز

h ه S س

, ء Sy ش

y ي ş ص

d ض

Page 8: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STUDI KOMPARATIF TERHADAP

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT PROF.

AHMAD TAFSIR DAN PROF. ZAKIAH DARADJAT”, skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) dalam

ilmu Tarbiyah pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Dalam Selesainya laporan skripsi ini, tentu saja tidak lepas dari peran serta

dan bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu, melalui pengantar ini,

perkenankanlah penulis untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Suja‟i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Ibu Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd. dan Bapak Ismail, M.Ag. selaku Dosen

pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan tenaga ditengah

kesibukannya. Terimakasih atas nasehat, motivasi, bimbingan yang tiada

ternilai harganya.

3. Semua Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah

mengabdikan ilmu-ilmunya kepada kami.

4. Staf Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, yang telah dengan sabar

melayani segala urusan peneliti dalam mengatasi masalah administrasi

selama penulis belajar.

Akhir kata, penulis berdoa, semoga karya yang sangat sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan bagi para pembaca pada umumnya,

Amin Ya Robbal „Alamin.

Semarang, 24 Nopember 2011

Penulis,

Page 9: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii

PENGESAHAN............................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. vi

TRANSLITERASI ........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Penegasan Istilah ...................................................................... 4

C. Perumusan masalah .................................................................. 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 8

E. Telaah Pustaka .......................................................................... 9

F. Metode Penelitian ..................................................................... 12

G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 14

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN AGAMA DALAM

KELUARGA DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Agama …. .......................................................... 16

1. Pengertian Pendidikan Agama .............................................. 16

2. Landasan Pendidikan Agama ................................................ 20

3. Tujuan Pendidikan Agama .................................................... 23

B. Keluarga .............................................................. 25

1. Pengertian Keluarga .............................................................. 25

2. Perkembangan Anak dalam Keluarga .................................... 28

3. Karakteristik Anak Pada Setiap Perkembangan ..................... 30

C. Orang Tua dan Anak .............................................................. 35

1. Hak Orang Tua dari Anak ..................................................... 35

Page 10: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

x

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua Terhadap anak................... 40

D. Pendidikan Agama dalam Keluarga .......................................... 42

BAB III: KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

MENURUT AHMAD TAFSIR DAN ZAKIAH DARADJAT

A. Biografi Ahmad Tafsir .............................................................. 45

1. Latar Belakang Ahmad Tafsir ............................................... 45

2. Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Ahmad Tafsir ........................................................................ 51

B. Biografi Zakiah Daradjat .......................................................... 62

1. Latar Belakang Zakiah Daradjat ............................................ 62

2. Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Zakiah Daradjat ................................................... 68

BAB IV: ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM

KELUARGA MENURUT AHMAD TAFSIR DAN ZAKIAH

DARADJAT

A. Analisis Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Ahmad Tafsir ....................................................... 80

B. Analisis Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Zakiah Daradjat ....................................................... 87

C. Relevansi Konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

Pendidikan Agama dalam Keluarga dengan Tujuan Pendidikan

Islam ....................................................... 102

D. Aktualisasi Konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

Pendidikan Agama dalam Keluarga Masa Kini ......................... 104

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 110

B. Saran-Saran .............................................................................. 112

C. Penutup .................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan berlangsung terus selama hidup seseorang.1

Menurut Noeng Muhadjir masyarakat awam mengenal adanya aktivitas

pendidikan di sekolah, pesantren, palang merah, dan juga di dalam keluarga.

Banyak lagi aktivitas interaktif antarmanusia yang disebut pendidikan, namun

juga sekaligus banyak daerah-daerah batas yang membingungkan untuk dapat

disebut aktivitas pendidikan.2 Sejalan dengan itu menurut Ahmad Tafsir para

ahli pendidikan menemui kesulitan dalam merumuskan definisi pendidikan.

Kesulitan itu antara lain disebabkan oleh banyaknya jenis kegiatan serta aspek

kepribadian yang dibina dalam kegiatan itu, masing-masing kegiatan tersebut

dapat disebut pendidikan. Dengan perkataan lain kesulitan itu disebabkan oleh

banyaknya jenis kegiatan dan luasnya aspek kepribadian yang harus dibina

oleh pendidikan.3

Pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi

penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Dengan demikian tanpa

pendidikan, generasi manusia sekarang tidak akan berbeda dengan generasi

manusia masa lampau, dan generasi yang akan datang (anak keturunan) tidak

akan berbeda dengan generasi sekarang, bahkan mungkin saja akan lebih

rendah atau lebih jelek kualitasnya.4

Adapun pendidikan itu dapat berlangsung melalui beberapa proses,

sedangkan pendidikan agama dalam keluarga merupakan pendidikan yang

pertama dan utama. Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri atas kepala

1Paul Lengrand, Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Terj. Goenawan

Muhammad, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1981), hlm. 31. 2Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan,

(Yogyakarta: Rake Sarasin, 2005), hlm. 1. 3Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005), hlm. 5. 4Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006),

hlm. 1.

Page 12: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

2

keluarga (ayah), ibu, dan anak. Dengan demikian, keluarga juga dapat

dikatakan sebagai masyarakat dalam lingkup mikro. Dalam keluarga yang

mula-mula terdiri ayah dan ibu akan terjalin interaksi edukatif dan bahkan

meluas ke lingkungan masyarakat.5

Dalam proses pendidikan, anak sebelum mengenal masyarakat yang

lebih luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, terlebih dahulu memperoleh

perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Perawatan dan bimbingan

tersebut dengan dilandasi penuh edukatif yang diberikan kedua orang tua,

kemudian disusul pengaruh yang lain, seiring dengan Sabda Rasul Saw:

Telah mengabarkan Adam kepada kami dari Ibnu Dzi'bu dari az-

Zuhri dari Abi Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a

berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: semua anak dilahirkan suci,

orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.

(H.R. Bukhari).

Hadis di atas pada intinya menyatakan bahwa setiap anak itu lahir

dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang akan menjadikan ia

Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dari kedua orang tua terutama ibu, dan untuk

pertama kali pengaruh dari sesuatu yang dilakukan ibu itu secara tidak

langsung akan membentuk watak atau ciri khas kepada anaknya. Ibu

merupakan orang tua yang pertama kali sebagai tempat pendidikan anak.

Karena ibu ibarat sekolah, jika ibu mempersiapkan anak berarti ibu telah

5Mansur, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2005), hlm. 1 – 2. 6Imam al-Bukhâri, Sahîh al-Bukharî, Juz. I, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1990), hlm. 297.

Page 13: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

3

mempersiapkan generasi yang kokoh dan kuat.7 Dengan generasi yang kuat

berarti telah menginvestasikan sesuatu pada diri anak agar bermanfaat kelak

mengarungi kehidupan yang lebih global bila dibandingkan waktu awal ada di

dalam kandungan yang hidup dalam lingkungan sempit.

Makna pendidikan tidaklah semata-mata menyekolahkan anak ke

sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas daripada itu.

Seorang anak akan tumbuh berkembang dengan baik manakala ia memperoleh

pendidikan yang paripurna (komprehensif), agar ia kelak menjadi manusia

yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Anak yang

demikian ini adalah anak yang sehat dalam arti luas, yaitu sehat fisik, mental-

emosional, mental-intelektual, mental-sosial dan mental-spiritual. Pendidikan

itu sendiri sudah harus dilakukan sedini mungkin di rumah maupun di luar

rumah, formal di institut pendidikan dan non formal di masyarakat.8

Menurut Yunan Nasution, kenyataan menunjukkan bahwa salah satu

problema yang dihadapi bangsa Indonesia pada zaman kemajuan ini, terutama

di kota-kota besar ialah gejala-gejala yang menunjukkan hubungan yang agak

terlepas antara ibu-bapak dengan anak-anaknya. Seorang ahli sosiologi

menamakannya krisis kewibawaan orang tua. Banyak orang tua yang tidak

dapat mengendalikan putera-putrinya, kalau boleh dikatakan sudah seperti

hujan berbalik ke langit, yaitu putra putri itulah dalam prakteknya yang

mengendalikan orang tua mereka. Yang agak membangunkan pikiran dalam

hal ini ialah bahwa peristiwa itu banyak dijumpai di kalangan keluarga-

keluarga yang disebut cabang atas yang mempunyai kedudukan sosial

ekonomi yang baik, dan pada umumnya terdiri dari orang-orang terpelajar dan

berpendidikan tinggi. Bahkan ada pula di antaranya yang memegang fungsi

penting dalam jabatan negara. Hal itu semua disebabkan pendidikan yang

hanya menitikberatkan agama sebagai ilmu pengetahuan, dan bukan

pengamalannya. Selain itu karena pendidikan agama tidak sampai esensinya

7Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, (Kairo: Darul

Qouniyah, 1964), hlm. 116. 8Dadang Hawari, Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2008), hlm. 195 – 196.

Page 14: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

4

melainkan hanya berada pada garis permukaan. Di samping itu tertinggalnya

pemahaman akhlak dibandingkan kemajuan sains dan teknologi.9

Berbeda halnya dengan pendapat Yunan Nasution, Nurcholish Madjid

mempunyai pandangan bahwa jika disimak lebih mendalam petunjuk-petunjuk

ilahi, maka dapat ditarik kesimpulan betapa pentingnya hubungan orang tua

dan anak dalam hidup ini, dan betapa ia terkait erat secara langsung dengan

inti makna hidup itu sendiri. Pendidikan anak tidak harus menggunakan cara-

cara konvensional, anak harus diperkenalkan dinamika perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pemahaman agama yang sempit akan menjadikan

anak bersikap tertutup dan kesulitan menghadapi kenyataan hidup.

Menurutnya, menitikberatkan penanaman akhlak tidak akan berhasil dengan

baik jika anak tidak dibekali ilmu pengetahuan yang dapat bersaing dengan

kemajuan zaman.10

Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa pendidikan agama

sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak.

Sejalan dengan itu menurut Ahmad Tafsir, banyak orang tua mempercayakan

seratus persen pendidikan agama bagi anaknya ke sekolah, karena di sekolah

ada pendidikan agama dan ada guru agama. Orang tua agaknya merasa bahwa

upaya itu telah menukupi, padahal itu sama sekali belum mencukupi, inilah

yang harus dipirkan.11

Demikian tampaknya Ahmad Tafsir melihat dari subjek yang mendidik

tidak cukup hanya guru atau dosen akan tetapi juga orang tua sebagai benteng

pertama yang dapat mewarnai kehidupan keluarga. Menurut Zakiah Daradjat

orang yang tidak pernah mendapatkan didikan agama, tidak akan mengetahui

nilai moral yang dipatuhinya dengan sukarela dan mungkin tidak akan

merasakan apa pentingnya mematuhi nilai moral yang pasti dan dipatuhi

dengan ikhlas. Apabila agama masuk dalam pembinaan pribadi seseorang,

maka dengan sendirinya segala sikap, tindakan, perbuatan dan perkataannya

9M.Yunan Nasution, tth, Pegangan Hidup, jilid 3, (Solo: Ramadhani, 1990), hlm. 50.

10Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 2005), hlm. 81. 11Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), hlm. 4.

Page 15: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

5

akan dikendalikan oleh pribadi, yang terbina di dalamnya nilai agama, yang

akan jadi pengendali bagi moralnya.12

Mencermati uraian di atas, maka sebabnya tema pendidikan agama

dalam keluarga perlu diteliti adalah karena pendidikan agama dalam keluarga

merupakan pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak

fondasi awal dari watak dan pendidikan anak. Yang menjadi masalah dari

penelitian ini yaitu Konsep Pendidikan Agama yang bagaimana yang dapat

membangun keluarga yang islami? Dari masalah ini patut dijawab apa yang

menjadi hambatan bagi keluarga dalam menanamkan pendidikan agama?

Berdasarkan alasan tersebut, peneliti termotivasi memilih judul: Studi

Komparatif terhadap Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut

Prof. Ahmad Tafsir dan Prof. Zakiah Daradjat

B. Penegasan Istilah

Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan

mengena yang dimaksud, maka perlu dikemukakan batasan-batasan judul

yang masih perlu mendapatkan penjelasan secara rinci.

1. Pendidikan

Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari

sudut pandangan masyarakat, dan kedua dari segi pandangan individu.

Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan

kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup

masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat

mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke

generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Dilihat

dengan kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-

potensi yang terpendam dan tersembunyi. Ada lagi pandangan ketiga

tentang pendidikan, yaitu yang sekaligus memandang dari segi masyarakat

atau alam jagat dan dari segi individu. Dengan kata lain pendidikan

12Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,

2005), hlm. 49-50.

Page 16: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

6

dipandang sekaligus sebagai pewarisan kebudayaan dan pengembangan

potensi-potensi.13

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

hidup dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa

pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai

bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan

serta membentuk disiplin hidup.14

Pernyataan ini setidaknya

mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas

manusia, memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum,

kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan di

dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan

hidup manusia.15

2. Agama

Mengenai arti kata "agama" bahwa dalam Oxford Advanced

Leaner's Dictionary of Current English, dinyatakan, bahwa:

"Religion: believe in the existenced of God or gods, Who has/have

created the universe and given man a spiritual nature which

continuous to exist after the dead of the body"16

(agama adalah suatu kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang

Esa, atau Tuhan-Tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, dan

memberikan roh kepada manusia yang akan tetap ada setelah matinya

badan).

Maulana Muhammad Ali dalam bukunya The Religion of Islam

menegaskan bahwa Islam mengandung arti dua macam, yakni (1)

13Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra,

2005), hlm. 1-2 14Zakiah Daradjat, Agama dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006),

hlm. 1. 15

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.

67 16As Hornby, Oxford Student's Dictionary of Current English, (New York: Oxford

University Press, Third Impression, 1984), hlm. 725.

Page 17: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

7

mengucap kalimah syahadat; (2) berserah diri sepenuhnya kepada

kehendak Allah.17

Dengan demikian, pengertian kata "pendidikan" dan kata "agama

Islam" yang masing-masing telah diuraikan, dapat disatukan menjadi suatu

pengertian pendidikan agama Islam secara integral. Mengenai pengertian

pendidikan agama Islam banyak pakar pendidikan yang memberikan

definisi secara berbeda di antaranya: menurut Achmadi, pendidikan agama

Islam ialah "usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan

fitrah keberagamaan (religiousitas) subjek didik agar lebih mampu

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam." Implikasi

dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupakan komponen yang

tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan

kalau dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur

pengintegrasian wawasan agama dengan bidang-bidang studi (pendidikan)

yang lain. Implikasinya lebih lanjut, pendidikan agama harus sudah

dilaksanakan sejak dini melalui pendidikan keluarga, sebelum anak

memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.18

3. Keluarga

Kata keluarga berasal dari bahasa Inggris yaitu familiy. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga adalah ibu dan bapak beserta

anak-anaknya; seisi rumah.19

Abd Al-Ati sebagaimana disitir Ramayulis

membagi macam-macam keluarga yaitu keluarga posisi utama (primary)

dan keluarga posisi tambahan (suplementary), yang keduanya saling

melengkapi bangunan keluarga dalam Islam. Posisi utama (primary)

adalah keluarga dalam tingkatan pertama yang terdiri atas ayah, ibu dan

anak. Posisi tambahan (suplementary) adalah keluarga pada tingkatan

17Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam, (New York: National Publication,

tth), hlm. 4. 18

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 29. 19Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.

536.

Page 18: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

8

kedua, yang terdiri atas anggota dari keturunan ibu baik ke samping

maupun ke atas dan keluarga karena persamaan agama. Bagi setiap

keluarga diperlukan seorang kepala keluarga yang memegang kendali

pimpinan dan penanggung jawab utama, menurut ajaran Islam

penanggung jawab utama ialah suami.20

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan agama dalam keluarga menurut Ahmad

Tafsir dan Zakiah Daradjat serta relevansinya dengan tujuan pendidikan

Islam?

2. Bagaimana aktualisasi konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

pendidikan agama dalam keluarga masa kini?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis konsep pendidikan agama

dalam keluarga menurut Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat serta

relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktualisasi konsep Ahmad

Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang pendidikan agama dalam keluarga

masa kini

b. Manfaat Penelitian

Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penulisan ini sebagai bagian dari usaha untuk

20Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),

hlm. 2.

Page 19: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

9

menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan

agama dalam keluarga.

2. Secara Praktis, dengan meneliti konsep pendidikan agama dalam

keluarga menurut Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat, maka akan

menambah pemahaman yang lebih mendalam melalui studi pemikiran

kedua tokoh tersebut. Hasil dari pengkajian dan pemahaman tentang

konsep pendidikan anak sedikit banyak akan dapat membantu dalam

pencapaian tujuan dalam membentuk anak yang sehat jasmani dan

rohani yaitu yang beriman, berilmu dan beramal shaleh.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan Penelitian di perpustakaan, didapatkan adanya skripsi dan

tesis yang judulnya hampir sama dengan penelitian ini, di antaranya:

Pertama, skripsi yang disusun oleh Suherman (NIM 3197063 Tahun

2003) berjudul: Peranan Keluarga dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

bagi Anak-Anaknya Menurut Konsep Prof. Ramayulis dalam Buku Pendidikan

Islam dalam Rumah Tangga. Kesimpulan dari skripsi itu pada intinya

menyatakan: keluarga mempunyai peranan penting untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak serta menciptakan kesehatan

jasmani yang baik. Begitu juga dalam hal memperoleh pengetahuan seseorang

cara menjaga kesehatan. Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anaknya

sudah dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan

terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan halal selama

mengandung, sebab hal itu berpengaruh pada anak dalam kandungan ibu.

Setelah bayi lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap kesehatan

anak dan ibunya menjadi berlipat ganda, dan dapat menggunakan berbagai

cara untuk melindungi dan memelihara anak-anak agar menjadi sehat. As-

Sayyid menyatakan: “Dalam pendidikan Islam, tuntunan yang baik untuk

melindungi kesehatan badan, adalah dengan cara wiqoyah, yaitu penjagaan

kesehatan (tindakan preventif). Metode ini lebih efektif bila dibandingkan

dengan pengobatan (kuratif). Sungguh merupakan konsepsi pendidikan

Page 20: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

10

kesehatan yang sangat bagus, jauh melampaui pendapat para ahli medis, yang

saat ini juga mengandalkan teori serupa. Itulah sebabnya, apabila Islam

melarang untuk melakukan perzinaan, tidak lain adalah untuk menjauhkan

masyarakat dari penyakit menular. Demikian juga larangan Islam terhadap

minuman keras, dimaksudkan untuk menjaga masyarakat dari kerusakan

(gangguan) akal. Anjurannya yang lain akan kesederhanaan makan dan

minum mengandung maksud untuk menjaga badan dari penyakit pencernaan.

Kedua, tesis yang disusun oleh Makmur (NIM 520148, tahun 2005

IAIN Walisongo Semarang) berjudul: Upaya Pendidikan Agama dalam

Menanggulangi Kenakalan anak Remaja Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat.

Penyusun tesis ini mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya

kenakalan anak sebagai berikut: kurangnya didikan agama; kurang teraturnya

pengisian waktu; tidak stabilnya keadaan sosial politik dan ekonomi;

kemerosotan moral dan mental orang dewasa; banyaknya film dan buku-buku

bacaan yang tidak baik; pendidikan dalam sekolah yang kurang baik dan

perhatian masyarakat yang sangat kurang terhadap pendidikan anak-anak.

Penanggulangan sedini mungkin dari semua pihak, terutama orang tua

dan para pendidik sangat diutamakan karena orang tua merupakan basis

terdepan yang paling dapat mewarnai perilaku anak. Untuk itu orang tua dan

para pendidik harus bekerja sama sebagai mitra dalam menanggulangi

kenakalan anak. Yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut: pertama,

perlu peningkatan pendidikan agama; dan yang kedua, orang tua harus

mengerti dasar-dasar pendidikan.

Ketiga, skripsi yang disusun oleh Aeni Fitriyah (NIM 1103050, tahun

2008 IAIN Walisongo Semarang) berjudul: Studi Komparasi Pendapat

Quraish Shihab dan Nurcholish Madjid tentang Peran Agama dalam

Kehidupan Keluarga (Suatu Kajian dengan Pendekatan Konseling Keluarga

Islami). Kesimpulan dari skripsi itu pada intinya menyatakan: dalam

pandangan Quraish Shihab bahwa setiap orang diberi naluri untuk beragama

karena agama itu merupakan kebutuhan fitri. Allah Swt menciptakan

demikian, karena agama menjadi bagian yang penting dalam kehidupan

Page 21: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

11

manusia. Agama sebagai petunjuk hidup naik untuk kepentingan di dunia

maupun di akherat. Sejalan dengan itu pandangan Nurcholish Madjid

menganggap bahwa dalam kehidupan keluarga yang amat penting yaitu

adanya penghayatan kehidupan keagamaan dalam suasana rumah tangga.

Jika dikomparasikan konsep Quraish Shihab dan Nurcholish Madjid

tentang peran agama dalam kehidupan keluarga ditinjau dari bimbingan dan

konseling keluarga Islami, maka pendapat M. Quraish Shihab dan Nurcholish

Madjid sesuai dengan tujuan konseling keluarga Islami adalah untuk

membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan

dengan pernikahan, antara lain dengan jalan: membantu individu memahami

hakikat pernikahan menurut Islam; membantu individu memahami tujuan

pernikahan menurut Islam; membantu individu memahami persyaratan-

persyaratan pernikahan menurut Islam; membantu individu memahami

kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan; membantu individu

melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan (syariat) Islam.

Keempat, skripsi yang disusun oleh Falihah (NIM 3100176, tahun

2007 IAIN Walisongo Semarang) berjudul: Konsep Dadang Hawari dan

Yunan Nasution tentang Pendidikan Anak. Kesimpulan dari skripsi itu pada

intinya menyatakan: makna pendidikan tidaklah semata-mata kita

menyekolahkan anak ke sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun

lebih luas daripada itu. Seorang anak akan tumbuh berkembang dengan baik

manakala ia memperoleh pendidikan yang paripurna (komprehensif), agar ia

kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan

agama. Anak yang demikian ini adalah anak yang sehat dalam arti luas, yaitu

sehat fisik, mental-emosional, mental-intelektual, mental-sosial dan mental-

spiritual. Pendidikan itu sendiri sudah harus dilakukan sedini mungkin di

rumah maupun di luar rumah, formal di institut pendidikan dan non formal di

masyarakat. Berbicara soal pendidikan anak, menurut Dadang Hawari

menyangkut tiga hal pokok. yaitu: (1) aspek kognitif; (2) aspek afektif dan (3)

aspek psikomotor.

Page 22: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

12

Hubungan konsep Dadang Hawari dan Yunan Nasution tentang

pendidikan anak dengan konsep pendidikan Islam yaitu kedua tokoh

menempatkan pendidikan orang tua dan para guru serta institusi pendidikan

Islam tidak hanya mampu mengembangkan aspek kognitif tapi juga mampu

membangun aspek afektif dan psikomotor. Dalam mendidik anak, tidak cukup

diberi bekal ilmu agama dalam arti sempit melainkan juga ilmu pengetahuan

umum dan teknologi harus dintegrasikan dan tidak dijadikan dikhotomi

keduanya. Dari sini tampak hubungan yang mendasar dari pandangan kedua

tokoh dan konsep pendidikan Islam. Konsep kedua tokoh dan konsep

pendidikan Islam sangat menyadari bahwa tanpa ditunjang oleh pendidikan

Islam maka sangat mustahil dapat membangun anak yang cerrdas dan imam

serta takwa. Pendidikan diakui dapat meningkatkan ranah kognitif tapi belum

tentu dapat membangun potensi afektif dan psikomotor. Maka pendidikan

Islam merupakan alternatif yang paling tepat untuk membangun ranah afektif

dan psikomotor.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat ditegaskan bahwa penelitian

terdahulu berbeda dengan penelitian yang hendak dilakukan. Penelitian

sebelumnya belum membahas pendapat Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat

tentang konsep pendidikan agama dalam keluarga ditinjau dari tujuan

pendidikan Islam. Sedangkan penelitian saat ini menggunakan dua tokoh

tersebut.

F. Metode Penelitian

Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama

dalam menggunakan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang

tepat metode penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak

akan menghasilkan hasil yang baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan

hal ini Winarno Surachmad mengatakan bahwa metode merupakan cara utama

yang digunakan dalam mencapai tujuan.21

21Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar-Dasar Metode dan

Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 2005), hlm.121

Page 23: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

13

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library

Research) dan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif

tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan

perhitungan.22

Analisis ini akan digunakan dalam usaha mencari dan

mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang

sudah ada. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini hendak menguraikan

secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu

menguraikan dan menjelaskan konsep pendidikan agama dalam keluarga

menurut Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat.

2. Data

a. Data Primer yaitu buku Ahmad Tafsir, (1) Ilmu Pendidikan dalam

Perspektif Islam; 2) Pendidikan Agama dalam Keluarga. Zakiah

Daradjat, (1) Peranan Agama dalam Kesehatan Mental; 2) Remaja

Harapan dan Tantangannya.

b. Data Sekunder yaitu sejumlah referensi yang relevan dengan tema

skripsi ini, di antaranya: kitab/buku-buku, skripsi, tesis, buletin/jurnal

dan lain-lain

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah studi dokumen yang menurut

Suharsimi Arikunto yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.23

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 2 23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet.

12,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 206.

Page 24: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

14

5. Metode Analisis Data

Dalam membahas dan menelaah data, penulis menggunakan

pendekatan psikologi dan pendidikan. Atas dasar itu penelitian ini

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Induktif

Metode induktif yaitu berangkat dari pengamatan terhadap

kenyataan khusus tersebut diabstraksikan ke dalam bentuk kesimpulan

yang umum.

b. Metode Komparatif

Metode komparatif yaitu suatu metode yang membandingkan

antara pendapat yang satu dengan yang lain untuk memperoleh suatu

kesimpulan dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

situasi atau fenomena yang diselidiki atau dibandingkan dengan

masalah tersebut.24

Metode ini diaplikasikan dengan cara

membandingkan pendapat Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

konsep pendidikan agama dalam keluarga menurut Ahmad Tafsir dan

Zakiah Daradjat.

Dari keterangan ini maka pesan-pesan ilmiah kedua tokoh

(Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat) dianalisis sesuai dengan cara

kerja metode ini.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-

masing menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan

yang saling mendukung dan melengkapi.

24Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 2004), hlm.

143.

Page 25: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

15

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah

pustaka, metodologi penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi tinjauan umum tentang pendidikan agama dalam

keluarga yang meliputi pendidikan agama (pengertian pendidikan agama,

landasan pendidikan agama, tujuan pendidikan agama), keluarga (pengertian

keluarga, perkembangan anak dalam keluarga, karakteristik anak pada setiap

perkembangan), orang tua dan Anak (hak orang tua dari anak tugas dan

kewajiban orang tua terhadap anak). Pendidikan agama dalam keluarga.

Bab ketiga konsep pendidikan agama dalam keluarga menurut Ahmad

Tafsir dan Zakiah Daradjat yang meliputi biografi Ahmad Tafsir (latar

belakang Ahmad Tafsir, konsep pendidikan agama dalam keluarga menurut

Ahmad Tafsir), biografi Zakiah Daradjat (latar belakang Zakiah Daradjat,

konsep pendidikan agama dalam keluarga menurut Zakiah Daradjat).

Bab keempat berisi analisis konsep pendidikan agama dalam keluarga

menurut Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat yang meliputi analisis konsep

pendidikan agama dalam keluarga menurut Ahmad Tafsir, analisis konsep

pendidikan agama dalam keluarga menurut Zakiah Daradjat, relevansi konsep

Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang Pendidikan Agama dalam

Keluarga Ditinjau dari Tujuan Pendidikan Islam, aktualisasi konsep Ahmad

Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang pendidikan agama dalam keluarga

terhadap keluarga masa kini.

Bab kelima berisi penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran,

penutup.

Page 26: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN AGAMA DALAM

KELUARGA DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Agama

1. Pengertian Pendidikan Agama

Pendidikan agama yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu

pendidikan agama Islam. Zahara Idris telah mengumpulkan definisi

pendidikan menurut para tokoh pendidikan.1 Menurut Ahmad Tafsir,

pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.2

Ahmad D. Marimba memberi pengertian pendidikan sebagai bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.3 Syaiful Bahri Djamarah memberi pengertian juga, pendidikan

adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka

pelaksanaannya berada pada suatu proses yang berkesinambungan setiap

jenis dan jenjang pendidikan.4 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, yang dimaksud dengan

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, inteligensi, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

1Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 2002), hlm. 9. 2Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 6. 3Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT al-Ma‟arif,

1998), hlm. 20. 4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka cipta, 2011), hlm. 22.

Page 27: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

17

Berangkat dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan manusia seutuhnya

dengan selalu mengembangkan potensi yang ada pada setiap anak didik.

Semuanya bermuara kepada manusia, sebagai suatu proses pertumbuhan

dan perkembangan secara wajar pada masyarakat yang berbudaya.

Berdasarkan hal itu, dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah suatu

proses alih generasi, yang mampu mengadakan transformasi nilai-nilai

pengetahuan dan budaya kepada generasi berikutnya agar dapat menatap

hari esok yang lebih baik.

Mengenai arti kata "agama" bahwa dalam Oxford Advanced

Leaner's Dictionary of Current English, dinyatakan, bahwa:

"Religion: believe in the existenced of God or gods, Who has/have

created the universe and given man a spiritual nature which

continuous to exist after the dead of the body"5

(agama adalah suatu kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang

Esa, atau Tuhan-Tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, dan

memberikan roh kepada manusia yang akan tetap ada setelah matinya

badan).

Kata "Islam" biasanya diterjemahkan dengan “penyerahan diri”,

penyerahan diri kepada Tuhan atau bahkan kepasrahan.6 Maulana

Muhammad Ali dalam bukunya The Religion of Islam menegaskan:

"Islam has a two-fold significance: a simple profession of faith — a

declaration that “There is no god but Allah and Muhammad is His

Messenger" (Kalimah) and a complete submission to the Divine will which

is only attainable through spiritual perfection".7

(Islam mengandung dua macam arti, yakni (1) mengucapkan kalimah

Syahadat, yakni “Tak Ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah

utusan-Nya”; (2) berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah yang

ini hanya dapat dicapai melalui penyempurnaan rohani).

5As Hornby, Oxford Student's Dictionary of Current English, (New York: Oxford

University Press, Third Impression, 1984), hlm. 725. 6Mohammad Arkoun, Rethinking Islam, Terj. Yudian W.Asmin, Lathiful Khuluq,

(Yogyakarta: LPMI bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1966), hlm. 17. 7 Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam, (New York: National Publication,

tth), hlm. 4.

Page 28: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

18

Dengan demikian, pengertian kata "pendidikan" dan kata "agama

Islam" yang masing-masing telah diuraikan, dapat disatukan menjadi suatu

pengertian pendidikan agama Islam secara integral. Mengenai pengertian

pendidikan agama Islam banyak pakar pendidikan yang memberikan

definisi secara berbeda di antaranya: menurut Achmadi, pendidikan agama

Islam ialah "usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan

fitrah keberagamaan (religiousitas) subjek didik agar lebih mampu

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam." Implikasi

dari pengertian ini, pendidikan agama Islam merupakan komponen yang

tidak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan

kalau dikatakan bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur

pengintegrasian wawasan agama dengan bidang-bidang studi (pendidikan)

yang lain. Implikasinya lebih lanjut, pendidikan agama harus sudah

dilaksanakan sejak dini melalui pendidikan keluarga, sebelum anak

memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.8

Menurut Muhaimin bahwa pendidikan agama Islam merupakan

salah satu bagian dari pendidikan Islam.9 Sehubungan dengan itu, Zakiah

Daradjat menjelaskan sebagai berikut.

1. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan

berdasarkan ajaran Islam.

3. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik

agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

8Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 29. 9Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 6.

Page 29: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

19

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam

itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di

dunia maupun di akhirat kelak.10

Pengertian pendidikan agama Islam secara formal dalam

kurikulum berbasis kompetensi dikatakan:

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci

Al-Qur'an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga

terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.11

Hal ini sesuai dengan rumusan Pasal 37 penjelasan UUSPN Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Agama Islam bahwa

pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa serta

berakhlak mulia.

Dari sekian banyak pengertian pendidikan agama Islam, pada

dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni

agar peserta didik dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari

pengamalan agama, berakhlak mulia, berkepribadian utama, berwatak

sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan demikian, dapat dipahami

bahwa pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada semua jalur,

jenjang dan jenis pendidikan menekankan bukan hanya pada pengetahuan

terhadap (Islam), tetapi juga terutama pada pelaksanaan dan pengamalan

agama peserta didik dalam seluruh kehidupannya.

10Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 86. 11Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 7

Page 30: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

20

2. Landasan Pendidikan Agama

Dasar pendidikan agama dapat dibedakan kepada; (1) Dasar ideal,

dan (2) Dasar operasional.12

Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran Islam

itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur'an dan

Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama

dalam bentuk :

a. Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam

kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal

dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia

diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk

mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta

membimbing mereka ke jalan yang lurus.13

Semua isi Al-Qur‟an

merupakan syari‟at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan

pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi

dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah

kebenarannya oleh siapa pun.14

b. Sunnah (Hadis)

Dasar yang kedua selain al-Qur'an adalah Sunnah Rasulullah.

Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan

hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah

SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah

SWT.

12Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 54. 13

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973), hlm. 1. 14Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16.

Page 31: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

21

"Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang

baik..." (Q.S.Al-Ahzab:21).15

Muhammad 'Ajaj al-Khatib dalam kitabnya Usul al-Hadis 'Ulumuh

wa Mustalah menjelaskan bahwa as-sunnah dalam terminologi ulama'

hadis adalah segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah SAW., baik yang

berupa sabda, perbuatan taqrir, sifat-sifat fisik dan non fisik atau sepak

terjang beliau sebelum diutus menjadi rasul, seperti tahannuts beliau di

Gua Hira atau sesudahnya.16

c. Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat

Pada masa Khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam

sudah mengalami perkembangan. Selain al-Qur'an dan Sunnah juga

perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat

dipegang karena Allah sendiri di dalam al-Qur'an yang memberikan

pernyataan.

Firman Allah:

"Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam di

antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang

mengikuti mereka dengan baik Allah ridho kepada mereka dan

mereka pun ridho kepada Allah dan Allah menjadikan bagi

mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,

mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (Q.S.

Al-Taubah: 100) 17

15Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1986), hlm. 402. 16

Muhammad 'Ajaj al-Khatib, Usul al-Hadis 'Ulumuh wa Mustalah, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1989), hlm. 19. 17Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, hlm. 532

Page 32: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

22

Dalam Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Ibnu Katsir menerangkan bahwa

Allah Swt. menceritakan tentang rida-Nya kepada orang-orang yang

terdahulu masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin, Ansar, dan orang-

orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah rida kepada

mereka, untuk itu Dia menyediakan bagi mereka surga-surga yang penuh

dengan kenikmatan dan kenikmatan yang kekal lagi abadi.18

Firman Allah SWT:

"Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang benar." (Q.S.

Al-Taubah: 119)19

Ibnu Katsir menerangkan bahwa jujurlah kalian dan tetaplah kalian

pada kejujuran, niscaya kalian akan termasuk orang-orang yang jujur dan

selamat dari kebinasaan serta menjadikan bagi kalian jalan keluar dari

urusan kalian.20

d. Ijtihad

Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Usûl al-Fiqh

mengemukakan bahwa ijtihad artinya adalah upaya mengerahkan seluruh

kemampuan dan potensi untuk sampai pada suatu perkara atau perbuatan.

Ijtihad menurut ulama usul ialah usaha seorang yang ahli fiqh yang

menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang

bersifat amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.21

Sehubungan

dengan itu, Nicolas P.Aghnides dalam bukunya, The Background

Introduction to Muhammedan Law menyatakan sebagai berikut:

18Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, terj. Bahrun

Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), Jilid 11, hlm. 9. 19Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, hlm. 534 20

Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Jilid 11, hlm.

95. 21Muhammad Abu Zahrah, Usûl al-Fiqh, (Cairo: Dâr al-Fikr al-„Arabi, 1958), hlm.

379.

Page 33: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

23

The word ijtihad means literally the exertion of great efforts in order

to do a thing. Technically it is defined as "the putting forth of every

effort in order to determine with a degree of probability a question of

syari'ah."It follows from the definition that a person would not be

exercising ijtihad if he arrived at an 'opinion while he felt that he

could exert himself still more in the investigation he is carrying out.

This restriction, if comformed to, would mean the realization of the

utmost degree of thoroughness. By extension, ijtihad also means the

opinion rendered. The person exercising ijtihad is called mujtahid.

and the question he is considering is called mujtahad-fih.22

Perkataan ijtihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh

melaksanakan sesuatu. Secara teknis diartikan mengerahkan setiap

usaha untuk mendapatkan kemungkinan kesimpulan tentang suatu

masalah syari'ah". Dari definisi ini maka seseorang tidak akan

melakukan ijtihad apabila dia telah mendapat suatu kesimpulan

sedangkan dia merasa bahwa dia dapat menyelidiki lebih dalam

tentang apa yang dikemukakannya. Pembatasan ini akan berarti suatu

penjelmaan bagi suatu penyelidikan yang sedalam-dalamnya. Jika

diperluas artinya maka ijtihad berarti juga pendapat yang

dikemukakan. Orang yang melakukan ijtihad dinamai mujtahid dan

persoalan yang dipertimbangkannya dinamai mujtahad-fih.

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ijtihad adalah

berusaha sungguh-sungguh dengan mempergunakan daya kemampuan

intelektual serta menyelidiki dalil-dalil hukum dari sumbernya yang resmi,

yaitu al-Qur'an dan hadis.

3. Tujuan Pendidikan Agama

Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

22Nicolas P. Aghnides, The Background Introduction To Muhammedan Law, New

York: Published by The Ab. "Sitti Sjamsijah" Publishing Coy Solo, Java, with the authority –

license of Columbia University Press, hlm. 95

Page 34: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

24

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.23

Dalam konteksnya dengan pendidikan Islam, menurut Arifin,

tujuan pendidikan Islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai

islami yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku

"khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut.

a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.24

Para pakar pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi telah

sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah

memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka

ketahui, melainkan: a. Mendidik akhlak dan jiwa mereka; b. Menanamkan

rasa keutamaan (fadhilah); c. Membiasakan mereka dengan kesopanan

yang tinggi; d. Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian,

tujuan pokok dari pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi ialah

mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Semua mata pelajaran

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik haruslah

memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang

23Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003), hlm. 7. 24Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 121.

Page 35: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

25

lain-lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

sedangkan, akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.25

B. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Kata keluarga berasal dari bahasa Inggris yaitu familiy. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga adalah ibu dan bapak beserta

anak-anaknya; seisi rumah.26

Abd Al-Ati sebagaimana disitir Ramayulis

membagi macam-macam keluarga yaitu keluarga posisi utama (primary)

dan keluarga posisi tambahan (suplementary), yang keduanya saling

melengkapi bangunan keluarga dalam Islam. Posisi utama (primary)

adalah keluarga dalam tingkatan pertama yang terdiri atas ayah, ibu dan

anak. Posisi tambahan (suplementary) adalah keluarga pada tingkatan

kedua, yang terdiri atas anggota dari keturunan ibu baik ke samping

maupun ke atas dan keluarga karena persamaan agama. Bagi setiap

keluarga diperlukan seorang kepala keluarga yang memegang kendali

pimpinan dan penanggung jawab utama, menurut ajaran Islam

penanggung jawab utama ialah suami.27

Adapun unsur-unsur keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak.

Keluarga mempunyai peranan penting untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani anak serta menciptakan kesehatan jasmani dan

rohani yang baik.28

Keluarga merupakan kelembagaan (institusi) primer

yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu

maupun masyarakat.29

Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak

hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan,

25Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah Zakiy

al-Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 13. 26Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.

536. 27Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia2001),

hlm. 2. 28Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, hlm. 81. 29Hendi Suhendi dan Ramdani Wahyu, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga,

(Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 5.

Page 36: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

26

keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan

dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua

dan anggota keluarganya.30

Menurut Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun bahwa tata cara

kehidupan keluarga akan memberikan suatu sikap serta perkembangan

kepribadian anak yang tertentu pula. Dalam hubungan ini Moeljono

Notosoedirdjo dan Latipun meninjau tiga jenis tata cara kehidupan

keluarga, yaitu tata cara kehidupan keluarga yang (1) demokratis, (2)

membiarkan dan (3) otoriter. Anak yang dibesarkan dalam susunan

keluarga yang demokratis, membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah

tamah. Anak belajar menerima pandangan-pandangan orang lain, belajar

dengan bebas mengemukakan pandangannya sendiri dan mengemukakan

alasan-alasannya. Hal ini bukan berarti bahwa anak bebas melakukan

segala-galanya, bimbingan kepada anak tentu harus diberikan. Anak yang

mempunyai sikap agresif atau dominasi, kadang-kadang tampak tetapi hal

ini kelak akan mudah hilang bila dia dibesarkan dalam keluarga yang

demokratis. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap sifat-sifatnya

yang tak disukai oleh masyarakat. Anak yang dibesarkan dalam. susunan

keluarga yang demokratis merasakan akan kehangatan pergaulan.31

Adapun keluarga yang sering membiarkan tindakan anak, maka

anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demikian ini akan membuat

anak tidak aktif dalam kehidupan sosial, dan dapat dikatakan anak

menarik diri dari kehidupan sosial. Perkembangan fisik anak yang

dibesarkan dalam keluarga ini menunjukkan terhambat. Anak mengalami

banyak frustrasi dan mempunyai kecenderungan untuk mudah membenci

seseorang. Dalam lingkungan keluarga anak tidak menunjukkan

agresivitasnya tetapi dalam pergaulan sosialnya kelak anak banyak

mendapatkan kesukaran. Dalam kehidupan sosialnya, anak tidak dapat

30

NY.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986),

hlm. 1 31Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,

(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm. 175.

Page 37: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

27

mengendalikan agresivitasnya dan selalu mengambil sikap ingin menang

dan benar, tidak seperti halnya dengan anak yang dibesarkan dalam

susunan keluarga yang demokratis. Hal ini terjadi karena anak tidak dapat

mendapatkan tingkat interaksi sosial yang baik di keluarganya. Sedangkan

anak yang dibesarkan dalam keluarga yang otoriter, biasanya akan bersifat

tenang, tidak melawan, tidak agresif dan mempunyai tingkah laku yang

baik. Anak akan selalu berusaha menyesuaikan pendiriannya dengan

kehendak orang lain (yang berkuasa, orang tua). Dengan demikian

kreativitas anak akan berkurang, daya fantasinya kurang, dengan demikian

mengurangi kemampuan anak untuk berpikir abstrak. Sementara itu, pada

keluarga yang demokratis anak dapat melakukan banyak eksplorasi. 32

Tipe kepemimpinan orang tua yang otoriter, meski tidak disukai

oleh kebanyakan orang, karena menganggap dirinya sebagai orang tua

paling berkuasa, paling mengetahui dalam segala hal, tetapi dalam etnik

keluarga tertentu masih terlihat dipraktikkan. Dalam praktiknya tipe

kepemimpinan orang tua yang otoriter cenderung ingin menguasai anak.

Perintahnya harus selalu dituruti dan tidak boleh dibantah. Anak kurang

diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dalam bentuk

penjelasan, pandangan, pendapat atau saran-saran. Tanpa melihat

kepentingan pribadi anak, yang penting instruksi orang tua harus dituruti.

Tipe kepemimpinan orang tua yang otoriter selain ada keuntungannya,

juga ada kelemahannya. Anak yang selalu taat perintah adalah di antara

keuntungannya. Sedangkan kelemahannya adalah kehidupan anak statis,

hanya menunggu perintah, kurang kreatif, pasif, miskin inisiatif, tidak

percaya diri, dan sebagainya. 33

Dari tiga jenis tersebut di atas Baldwin yang dikutip Moeljono

Notosoedirdjo dan Latipun mengatakan bahwa lingkungan keluarga yang

demokratis merupakan tata cara yang terbaik bagi anak untuk memberikan

kemampuan menyesuaikan diri. Namun demikian, tata cara susunan

32Ibid, hlm. 176 33Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 70.

Page 38: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

28

keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara tajam berdasarkan ciri-ciri

keluarga dalam tiga jenis tersebut. Yang terbanyak ialah campuran dari

tiga jenis tersebut, dan dalam hal yang demikian ini akan ditentukan oleh

mana yang paling menonjol atau yang paling kuat yang ada dalam

susunan suatu keluarga.34

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa peranan

keluarga sangat besar pengaruhnya dalam mewarnai perilaku anak, karena

itu keluarga merupakan benteng utama dalam membangun pribadi anak.

2. Perkembangan Anak dalam Keluarga

Menurut Elisabeth B. Hurlock, Istilah perkembangan berarti

serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses

kematangan dan pengalaman.35

Selanjutnya Elisabeth B. Hurlock dengan

mengutip perkataan Van den Daele menyatakan:

Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif, ini berarti

bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa

sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan

kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari

banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Pada dasarnya ada dua

proses perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara

serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan atau evolusi dan

kemunduran atau involusi.36

Menurut Andi Mappiare sebagaimana mengutip Elizabeth

B.Hurlock bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan

dan pola-pola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka

rentangan kehidupan terdiri atas sebelas masa yaitu :

Prenatal : Saat konsepsi sampai lahir.

Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.

34Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,

hlm. 176 35Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, edisi kelima, alih bahasa, Istiwidayanti, Soedjarwo, (Jakarta: Erlangga,

tth), hlm. 2 36Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, hlm. 2

Page 39: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

29

Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun.

Masa kanak-kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun.

Pubertas/preadolescence : Sepuluh atau dua belas tahun sampai tiga belas

atau empat belas tahun

Masa remaja awal : Tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh

belas tahun.

Masa remaja akhir :Tujuh belas tahun sampai Dua puluh satu tahun.

Masa dewasa awal : Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun.

Masa setengah baya : Empat puluh sampai enam puluh tahun

Masa tua : Enam puluh tahun sampai meninggal dunia.37

Dalam pembagian rentangan usia menurut Hurlock di atas, terlihat

jelas masa kanak-kanak awal: dua tahun sampai enam tahun, dan masa

kanak-kanak akhir: enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun.

Y. Byl yang dikutip Abu Ahmadi membagi fase anak sebagai

berikut:

a. Fase bayi 0,0 - 0,2.

b. Fase tetek 0,2 - 1,0.

c. Fase pencoba 1,0 - 4,0.

d. Fase menentang 2,0 - 4,0.

e. Fase bermain 4,0 - 7,0.

f. Fase sekolah 7,0 - 12,0.

g. Fase pueral 11,0 - 14,0.

h. Fase pubertas 15,0 - 18,0.38

Dengan melihat pembagian yang berbeda-beda antara ahli satu

dengan lainnya, Asnely mengambil kesimpulan dengan melakukan

pembagian:

37Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 24 –25.

Penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan,

Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, hlm. 27, 51, 75, 107, 145, 183, 205, dan

seterusnya. 38Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 47

Page 40: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

30

1. Fase pranatal;

2. fase awal masa kanak-kanak, umur 0-5 tahun;

3. fase akhir masa kanak-kanak, umur 6-12 tahun;

4. fase remaja dan dewasa, umur 13-18 tahun.39

Pembagian perkembangan ke dalam masa-masa perkembangan

hanyalah untuk memudahkan mempelajari dan memahami jiwa anak-

anak. Walaupun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa

perkembangan, namun tetap merupakan kesatuan yang hanya dapat

dipahami dalam hubungan keseluruhan.40

3. Karakteristik Anak Pada Setiap Perkembangan

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak,

tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam

keluarga, umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim.

Segala sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya dan

sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah-laku,

watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam

keluarga akan menentukan pula pola tingkah-laku anak terhadap orang

lain dalam masyarakat.41

Sebenarnya sejak anak masih dalam kandungan telah banyak

pengaruh-pengaruh yang di dapat dari orang tuanya. Misalnya situasi

kejiwaan orang tua (terutama ibu) bila mengalami kesulitan, kekecewaan,

ketakutan, penyesalan, terhadap kehamilan tentu saja memberi pengaruh.

Juga kesehatan tubuh, gizi makanan ibu akan memberi pengaruh terhadap

bayi tentu saja mengakibatkan kurangnya perhatian, pemeliharaan, kasih

sayang. Padahal segala perlakuan sikap sekitar itu akan memberi andil

terhadap pembentukan pribadi anak, bila bayi sering mengalami

kekurangan, kekecewaan, tak terpenuhinya kebutuhan secara wajar tentu

39

Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hlm. 48. 40Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Remaja Karya, 1986), hlm. 23. 41A.L.S. Soesilo, dalam Kartini Kartono (penyunting), Seri Psikologi Terapan 1,

Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: CV Rajawali, 1985), hlm. 19.

Page 41: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

31

saja akan memberi pengaruh yang tidak sedikit dalam penyesuaian

selanjutnya. Pada masa anak sangat sensitif apa yang dirasakan orang

tuanya. Dengan kedatangan kelahiran adiknya sering perhatian orang tua

berkurang, hal ini akan dirasakan oleh anak dan mempengaruhi

perkembangan.42

Seirama dengan perkembangan ini, anak tersebut membutuhkan

beberapa hal yang sering dilupakan oleh orang tua. Kebutuhan ini

mencakup rasa aman, dihargai, disayangi, dan menyatakan diri. Rasa

aman ini dimaksudkan rasa aman secara material dan mental. Aman

secara material berarti orang tuanya memberikan kebutuhannya seperti

pakaian, makanan dan lainnya. Aman secara mental berarti harus

memberikan perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan-

ketegangan, membantu dalam menyelesaikan problem mental

emosional.43

Pada tulisan ini sesuai dengan tema skripsi bahwa penulis hanya

akan mengetengahkan fase ketiga dari perkembangan anak yaitu fase

akhir masa kanak-kanak. Fase ini adalah permulaan anak bersekolah yang

berkisar antara umur 6 sampai 12 tahun. Pada fase ini pendidikan anak

tidak hanya terfokus pada keluarga, tetapi lebih luas lagi yaitu

mempersiapkan anak untuk mengikuti kewajiban bersekolah.

Yang menjadi fokus pembahasan pada pasal ini adalah

perkembangan anak dari aspek jasmani, intelektual, dan akhlak

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang, dimana

apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan

berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya.44

42Siti Sundari, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),

hlm. 65 43

B. Simanjuntak dan I.L. Pasaribu, Pengantar Pesikologi Perkembangan, CV

(Bandung: Tarsito, 1984), hlm. 282. 44Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak

dan Remaja, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, tth.), hlm. 13.

Page 42: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

32

1. Perkembangan Jasmani

Anak umur 5-7 tahun perkembangan jasmaninya cepat,

badannya bertambah tinggi, meski beratnya berkurang sehingga ia

kelihatan lebih tinggi dan kurus dari masa-masa sebelumnya, tampak

sekali terlihat pada wajahnya.45

Menurut FJ.Monks, A.M.P.Knoers,

dan Siti Rahayu Haditomo bahwa sampai umur 12 tahun anak

bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10

tahun dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit

daripada anak wanita, sesudah itu maka wanita lebih unggul dalam

panjang badan, tetapi sesudah 15 tahun anak laki-laki mengejarnya

dan tetap unggul daripada anak wanita.46

Kekuatan badan dan tangan anak laki-laki bertambah cepat

pada umur 6-12 tahun. Dalam masa ini juga ada perubahan dalam sifat

dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa kecakapan-

kecakapan motorik ini mulai disesuaikan dengan keleluasaan

lingkungan. Gerakan motorik sekarang makin tergantung dari aturan

formal atau yang telah ditetapkan.47

Bermain merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak

terhadap pekerjaan-pekerjaannya di masa, datang, sebab dengan

bermain, anak dididik dalam berbagai segi seperti jasmani, akal-

perasaan, dan sosial-kemasyarakatan. Kemudian bermain dapat

menguatkan otot-otot tubuh anak dan melatih panca inderanya untuk

mengetahui hubungan sesuatu dengan yang lainnya. Pada fase ini anak

juga cenderung berpindah dari permainan sandiwara kepada

permainan sesungguhnya seperti bola kaki, bulu tangkis, dan lain-lain.

45Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, hlm. 57 46FJ.Monks, A.M.P.Knoers, Siti Rahayu Haditomo. Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002),

hlm. 177 47FJ.Monks, A.M.P.Knoers, Siti Rahayu Haditomo. Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, hlm. 177.

Page 43: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

33

2. Perkembangan Intelektual, Fantasi, dan Perasaan.

Dalam keadaan normal, pikiran anak pada masa ini

berkembang secara berangsur-angsur dan tenang. Anak betul-betul

berada dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah

memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal-

budi anak. Pengetahuannya bertambah secara pesat. Banyak

ketrampilan mulai dikuasainya, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu

mulai dikembangkannya. Dari keadaan egosentris anak memasuki

dunia objektivitas dan dunia pikiran orang lain. Hasrat untuk

mengetahui realitas benda dan peristiwa-peristiwa mendorong anak

untuk meneliti dan melakukan eksperimen.

Kartini Kartono menjelaskan:

Minat anak pada periode tersebut terutama sekali tercurah

pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Anak pada usia ini

sangat aktif dan dinamis. Segala sesuatu yang aktif dan

bergerak akan sangat menarik minat perhatian anak. Lagi pula

minatnya banyak tertuju pada macam-macam aktivitas. Dan

semakin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas

tersebut bagi proses pengembangan kepribadiannya.48

Tentang ingatan anak pada usia ini, ia juga menjelaskan:

Ingatan anak pada usia ini mencapai intensitas paling besar

dan paling kuat. Daya menghafal dan memorisasi (dengan

sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam.

ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah

materi ingatan paling banyak.49

3. Perkembangan akhlak

Konsep moral pada akhir masa kanak-kanak sudah jauh

berbeda, tidak lagi sesempit pada masa sebelumnya. Menurut Piaget,

anak usia 5-12 tahun konsepnya tentang keadilan sudah berubah.

Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang dipelajari dari

orang-tua menjadi berubah. Anak mulai memperhitungkan keadaan

48Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 138 49Kartini Kartono, Psikologi Anak, hlm. 138.

Page 44: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

34

khusus di sekitar pelanggaran moral. Relativisme moral meringankan

nilai moral yang kaku. Misalnya bagi anak umur 5 tahun berbohong

selalu buruk, sedang anak yang lebih besar sadar bahwa dalam

beberapa situasi berbohong dibenarkan dan tidak selalu buruk.50

Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa anak yang masih

berada pada fase awal masa kanak-kanak melakukan pelanggaran

disebabkan ketidaktahuan terhadap peraturan. Dengan meningkatnya

usia anak, ia cenderung lebih banyak melanggar peraturan-peraturan

di rumah dan di sekolah ketimbang perilakunya waktu ia masih lebih

muda. Pelanggaran di rumah sebagian, karena anak ingin menegakkan

kemandiriannya, dan sebagian lagi karena anak sering menganggap

peraturan tidak adil, terutama apabila berbeda dengan peraturan-

peraturan rumah yang diharapkan dipatuhi oleh semua teman.

Meningkatnya. pelanggaran di sekolah disebabkan oleh kenyataan

bahwa anak yang lebih besar tidak lagi menyenangi sekolah seperti

ketika masih kecil, dan tidak lagi menyukai guru seperti ketika masih

duduk di kelas yang lebih rendah. Menjelang akhir masa kanak-kanak

pelanggaran semakin berkurang. Menurunnya pelanggaran adalah

karena adanya kematangan fisik dan psikhis, tetapi lebih sering karena

kurangnya tenaga yang merupakan ciri pertumbuhan pesat yang

mengiringi bagian awal dari masa puber. Banyak anak prapuber yang

sama sekali tidak mempunyai tenaga untuk nakal.51

Dari uraian di atas, tentang perkembangan akhlak anak pada

akhir masa kanak-kanak, jelaslah bahwa anak berusaha untuk

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial di sekitarnya yang

apabila terjadi sesuatu pelanggaran akan mengakibatkan adanya

sanksi. Sebagai salah satu usaha untuk mengatasi pelanggaran,

diterapkan suatu disiplin yang disesuaikan dengan tingkat

50

Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, hlm. 163 51Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, hlm. 163 – 164.

Page 45: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

35

perkembangan anak. Di samping itu, orang-tua perlu memberikan

pengertian tentang nilai-nilai kepada anak, dan membiasakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pada saatnya anak perlu diberi

ganjaran seperti pujian atas perlakuannya melaksanakan nilai-nilai

tersebut, yang sudah barang tentu pujian tersebut disesuaikan dengan

tingkat perkembangan anak.

Dengan demikian nyatalah bahwa perkembangan anak pada

fase ini baik perkembangan jasmani, intelektual, fantasi maupun

perasaan dan akhlak sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak

pada fase-fase berikutnya.

C. Orang Tua dan Anak

1. Hak Orang Tua dari Anak

Orang tua mempunyai kewajiban memelihara anak dengan penuh

tanggung jawab sebagai amanah Allah. Namun sebaliknya, orang tua pun

mempunyai hak terhadap anak sebagai berikut

Pertama, anak-anak harus melayani orang tuanya dengan baik,

lemah-lembut menyayanginya, selalu menghormati, dan syukur atas jasa-

jasa mereka terhadapnya. Anak-anak juga harus mematuhi perintah-

perintahnya kecuali kalau menyuruh kepada maksiat.52

Firman Allah

SWT:

Allah telah memastikan bahwa janganlah kamu menyembah kecuali

Allah, dan berbuat baiklah kepada orang tua. Jika salah satunya atau

52Ramayulis, Pendidikan Islam Dalam rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),

hlm. 62

Page 46: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

36

keduanya telah tua, janganlah engkau menghardiknya. Katakan

kepadanya kata-kata yang mulia. Curahkanlah kepada mereka kasih

sayang dan katakanlah: Wahai Tuhanku sayangilah keduanya

sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil. (Q.S. Al Israa' :23-

24).

Dalam Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Ibnu Katsir menerangkan bahwa

Allah Swt. memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) untuk

menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kata qada dalam ayat ini

mengandung makna perintah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan

makna firman-Nya, "waqada," bahwa makna yang dimaksud ialah

memerintahkan. Hal yang sama dikatakan oleh Ubay ibnu Ka'b, Ibnu

Mas'ud, dan Ad-Dahhak ibnu Muzahim; mereka mengartikannya, "Dan

Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain

Dia." Selanjutnya disebutkan perintah berbakti kepada kedua orang tua.

Allah memerintahkan kepadamu untuk berbuat baik kepada ibu bapakmu,

janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya,

sehingga kata 'ah' pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan

tidak diperbolehkan.53

Kami telah mewasiatkan manusia akan kedua orang tuanya. Dia

dikandung oleh ibunya dalam keadaan lemah kemudian disusukan

selama dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kedua ibu bapakmu,

hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14).

Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah Swt. menyebutkan kisah

Luqman dengan sebutan yang baik, bahwa Dia telah menganugerahinya

hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah hatinya,

maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya

sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hai

53Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, terj. Bahrun

Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), Jilid 15, hlm. 174-175.

Page 47: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

37

pertama yang dia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia

menyembah Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu

pun. Kemudian Luqman memperingatkan anaknya, sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.54

Ingatlah ketika kami membuat perjanjian dengan Bani Israil bahwa

janganlah kamu menyembah kecuali kepada Allah dan berbuat baiklah

kepada kedua ibu bapak… (Q.S. Al Baqarah: 83).

Ibnu Katsir menerangkan bahwa melalui ayat ini Allah

mengingatkan kaum Bani Israil terhadap apa yang telah Dia perintahkan

kepada mereka dan pengambilan janji oleh-Nya atas hal tersebut dari

mereka, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu dan menentang secara

disengaja dan direncanakan, sedangkan mereka mengetahui dan

mengingat hal tersebut. Maka Allah Swt. memerintahkan mereka agar

menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal

yang sama diperintahkan pula kepada semua makhluk-Nya, dan untuk

tujuan tersebutlah Allah menciptakan mereka. Dan berkatalah kepada

mereka (kedua orang tua) dengan baik dan lemah lembut; termasuk dalam

hal ini amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang makruf.

Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini, bahwa

perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma'ruf dan nahi

munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta

berkata baik kepada manusia; seperti yang telah dijelaskan oleh Allah

Swt., yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah Swt.55

54

Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Jilid 21, hlm.

175-176. 55Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, Jilid 1, hlm.

642-845.

Page 48: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

38

Kami telah wasiatkan manusia aga berbuat baik pada kedua orang

tuanya. Dia dikandung oleh ibu secara terpaksa dan dilahirkan juga

secara terpaksa, mengandung dan menyusukannya tiga puluh bulan…

(Q.S Al-Ahqaf: 15).

Dalam Tafsîr al-Marâgî, Ahmad Mustafâ Al-Marâgî menyatakan

bahwa Kami (Allah Swt) memerintahkan manusia supaya berbuat baik

kepada kedua ibu bapaknya serta mengasihi keduanya dan berbakti

kepada keduanya semasa hidup mereka maupun sesudah kematian

mereka. Dan Kami jadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai amal

yang paling utama, sedang durhaka terhadap keduanya termasuk dosa

besar. 56

Kedua, anak-anak memelihara, membiayai serta memelihara

kehormatan ibu-bapak tanpa pamrih. Pemeliharaan ibu-bapak ketika

dalam keadaan lemah dan uzur adalah termasuk kewajiban utama dalam

Islam. Sebenarnya memberi nafkah itu bukanlah tujuan Islam dalam

memelihara orang tua, tetapi yang terpenting adalah memelihara

silaturrahmi. Walau si anak berbuat kebaikan dan ihsan kepada orang

tuanya belum dapat ia membalas segala kebaikannya.57

Ketiga, bahwa anak-anak menyuruh orang tuanya untuk

menunaikan ibadah haji yang tidak sanggup mereka mengerjakannya

dengan harta milik mereka sendiri.

Keempat, mendoakan orang tuanya semasa masih hidup dan

sesudah matinya dan selalu melanjutkan kebaikannya dengan orang-orang

yang menjadi sahabat ibu-bapaknya.58

56

Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, Terj. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer

Ally, Anshari Umar Sitanggal, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1993), Jilid. 26, hlm. 30. 57Ramayulis, Pendidikan Islam Dalam rumah Tangga, hlm. 64. 58Ramayulis, Pendidikan Islam Dalam rumah Tangga, hlm. 64.

Page 49: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

39

Dalam sistem ajaran Islam yang menyeluruh barangkali tidak ada

perkara yang sedemikian pentingnya seperti hubungan antara anak dan

orang-tua. Yaitu hubungan dalam bentuk perbuatan baik dari pihak anak

kepada ayah-ibunya.59

Penilaian ini bisa disimpulkan dari firman-firman

Allah:

( Dan Tuhanmu telah memutuskan bahwa hendaknya kamu sekalian

tidak beribadat kecuali kepada-Nya saja, dan bahwa hendaknya kamu

berbuat baik kepada kedua orang-tua... (QS. al-Isra: 23).

Dan Kami berpesan kepada manusia hendaknya berbuat baik kepada

kedua orang-tua…(QS. al-Ankabut: 8).

Dan Kami berpesan kepada manusia tentang kedua orang tuanya

ibunya mengandungnya dalam kesusahan demi kesusahan, berpisah

setelah dua tahun maka hendaknya engkau (manusia) bersyukur

kepada-Ku dan kepada orang-tuamu. Kepada-Ku-lah tempat

kembalimu. (QS. Luqman: 14).

Keputusan" dan "pesan" Tuhan agar orang berbuat baik kepada

ibu-bapaknya adalah mutlak, tanpa syarat, bahkan sekalipun ibu-bapaknya

itu jahat, sampai-sampai sekalipun ibu-bapaknya itu secara sadar melawan

kebenaran (kafir). Begitulah ditegaskan dalam ajaran agama, seperti dalam

ayat suci kelanjutan kutipan di atas.

Dan jika keduanya (orang-tuamu) itu berusaha mendorongmu agar

engkau memperserikatkan Aku (Tuhan) dengan sesuatu yang engkau

tidak berpengetahuan mengenainya (sebagai hal yang benar), maka

59Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000),

hlm. 81.

Page 50: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

40

janganlah kau taati mereka namun tetaplah bergaul dengan mereka

berdua itu di duniawi dengan cara yang baik...(QS. Luqman: 15).

Juga terhadap keseluruhan keluarga dan kaum kerabat yang

menyimpang pun seorang anak tetap diperintahkan Allah untuk

menunjukkan sikap hormat dan sopan santun, meskipun anak itu dengan

jelas tidak dapat menerima jalan hidup mereka:

Dan bahkan jika engkau harus berpaling dari mereka demi

memperoleh rahmat Tuhanmu yang kau harapkan, namun bertuturlah

dengan mereka dengan penuturan penuh kasih sayang. (QS. al-Isra:

28).

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua Terhadap anak

Hak yang dimiliki oleh seorang anak terhadap orang tuanya itu

sangatlah banyak. Namun di antara mereka tidaklah sadar kalau semua

yang telah dilakukan adalah sebuah hak dan atau kewajiban. Di antara hak

tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam hadits (dho'if) yang

diriwayatkan dari Abi Rofi' di bawah:

"Dari Rofi' berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Saw:

apakah seorang anak itu memiliki hak terhadap kita sebagaimana

hak kita terhadap mereka? Rasul bersabda: Iya, hak seorang

60Imam Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ala al-Baihaqy, al-Sunan al-Kubra, Juz

10, (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth), hlm. 26.

Page 51: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

41

anak terhadap orang tua itu adalah mengajarkannya menulis,

berenang, memanah dan memberi warisan yang baik ".

Dari hadits di atas dapat disimpulkan, bahwasannya di antara hak-

hak anak adalah:

1. Mengajarkannya menulis

Pada masa abad permulaan berdirinya sistem pendidikan

klasikal, tugas kependidikan adalah mencerdaskan daya pikir (intelek)

manusia dengan melalui mata pelajaran menulis, membaca dan

berhitung. Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan tuntutan hidup

manusia maka tugas tersebut semakin bertambah dan luas, yaitu selain

mencerdaskan otak yang terdapat di dalam kepala (head) juga

mendidik akhlak atau moralitas yang berkembang di dalam hati atau

dada (heart). Oleh karena itu, semakin meningkatnya rising demand

(kebutuhan yang meningkat) maka akhirnya manusia mendidik

kecekatan atau ketrampilan untuk bekerja terampil.

Ketrampilan tersebut pada prinsipnya terletak pada

kemampuan tangan manusia (hand). Pada akhirnya proses pendidikan

atau berlangsung pada titik kemampuan berkembangnya tiga hal, yaitu

head, heart and hand. Mungkin pada masa selanjutnya, sasaran pokok

proses pendidikan tersebut masih mengalami perubahan atau

penambahan lagi.61

2. Berenang dan memanah

Begitu pula berenang dan memanah, selain sebagai

keterampilan, berenang dan memanah itu mengisyaratkan kepada

seorang muslim untuk menjadi seorang patriot yang tangguh.

Sehingga selain untuk sebagai olah raga, juga sebagai cara untuk

menjaga diri sendiri dari musuh agama, bangsa dan juga Negara.

3. Memberikan rizki yang baik kepada anak

61Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 33

Page 52: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

42

Dalam hadits ini, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

"memberikan rizqi yang baik kepada anak", memberikan pendidikan

ekonomi agar supaya anak tidak lemah dalam segi ekonomi.

Rasulullah saw bersabda: "Semua manusia itu fakir karena ketakutan

mereka kepada kefakiran". Para pelajar pada masa lalu lebih dahulu

mempelajari cara bekerja kemudian baru mencari ilmu sehingga

mereka tidak tamak terhadap harta orang lain, kata orang bijak

"Barang siapa merasa cukup dengan harta orang lain berarti dia

melarat".

Bila orang berilmu itu tamak maka ia tidak 'mendapat

kehormatan ilmu dan tidak berkata kepada kebenaran. Oleh karena itu

Rasulallah saw bersabda: "Aku berlindung kepada Allah dari

ketamakan yang mendekatkan diri kepada aib".

D. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak-anak

mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan

apa yang baik dan yang tidak baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-

perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang

lain. Harapan-harapan ini kiranya akan lebih mudah terwujud apabila sejak

semula, orang tua telah menyadari akan peranan mereka sebagai orang tua

yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak.62

Seorang anak, sulit diharapkan untuk dengan sendirinya bertingkah

laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, mengerti apa yang dituntut

lingkungan terhadap dirinya, dan sebagainya. Aspek moral seorang anak

merupakan sesuatu yang berkembang dan diperkembangkan. Artinya,

bagaimana anak itu kelak akan bertingkah laku sesuai atau tidak sesuai

dengan nilai-nilai moral yang berlaku, semua itu banyak dipengaruhi oleh

lingkungan kehidupan anak yang ikut memperkembangkan secara langsung

62Singgih D Gunarsa dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 60.

Page 53: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

43

ataupun tak langsung, aspek moral ini. Karena itu faktor lingkungan besar

sekali pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak, namun karena

lingkungan pertama yang dikenal anak dalam kehidupannya adalah orang

tuanya, maka peranan orang tualah yang dirasa paling besar pengaruhnya;

terhadap perkembangan moral anak, di samping pengaruh lingkungan lainnya

seperti sekolah dan masyarakat.63

Sejalan dengan itu menurut Kartini Kartono, situasi pergaulan antara

orang tua dengan anak tidak bisa dilepaskan dari situasi pendidikan. Dari

situasi pergaulan secara sengaja bisa tercipta situasi pendidikan. Dari hasil

penyelidikan diketahui, bahwa kebanyakan anak yang mempunyai perilaku

kriminal adalah karena meniru dari orang tuanya di rumah, yaitu ibu dan

ayahnya yang sering melakukan perbuatan kriminal.64

Demikian pula perlakuan kasar terhadap anak akan menimbulkan

perlawanan dan pembalasan. Mungkin anak hanya berdiam diri saja ketika

ayah atau ibunya membentak-bentaki dirinya; tetapi sebenarnya ia sedang

menirukan perbuatan serta perkataan kasar itu. Cepat atau lambat ia akan

menirukan perbuatan dan perkataan tersebut. Orang tua heran melihat sikap

dan tingkah laku anaknya yang sebenarnya merupakan hasil identifikasi

dirinya.65

Menyikapi keterangan tersebut, jelaslah bahwa sangat penting

ditanamkan pendidikan agama dalam kehidupan keluarga. Pendidikan agama

yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam

rangka :

1. Memelihara dan membesarkan anak ini adalah bentuk yang paling

sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan

alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah,

dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari

63

Ibid., hlm. 60. 64Kartini Kartono, Seri Psikologi Terapan 1, Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta:

CV Rajawali, 1985, hlm. 49. 65Ibid

Page 54: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

44

tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang

dianutnya.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh

peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi

mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan

pandangan dan tujuan hidup muslim.66

Dari identifikasi di atas, maka keluarga merupakan benteng pertama

yang sangat mudah mewarnai pribadi anak. Dalam keluarga, anak harus

mendapat perhatian dan kasih sayang. Pengaruh ibu dan bapak kepada anak

dalam pertumbuhan selama sosialisasi tak terhingga pentingnya untuk

menetapkan tabiat anak itu. Cinta kasih seorang ibu dan bapak memberi dasar

yang kokoh untuk menanam kepercayaan pada diri sendiri dalam kehidupan

anak itu selanjutnya. Keluarga yang aman dan tentram mendatangkan tabiat

yang tenang bagi anak itu sekarang dan di kemudian hari. Lambat-laun

pengaruh si ayah pun sebagai sumber kekuasaan akan lebih kuat, suatu

pengaruh yang akan menanam bibit penghargaan terhadap kekuasaan di luar

rumah bilamana ayah itu tahu cara memimpin keluarganya. Rumah itu harus

menjadi tempat di mana persatuan antara anggota-anggota keluarga itu

dipelihara baik-baik.

66Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 36

Page 55: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

45

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT

AHMAD TAFSIR DAN ZAKIAH DARADJAT

A. Biografi Ahmad Tafsir

1. Latar Belakang Ahmad Tafsir

Ahmad Tafsir, lahir di Bengkulu 19 April 1942. Pendidikannya

diawali di Sekolah Rakyat (sekarang SD) di Bengkulu, melanjutkan

sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama) 6 tahun di Yogyakarta.

Selanjutnya belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Yogyakarta, dan

menyelesaikan Jurusan Pendidikan Umum tahun 1969. Tahun 1975-1976

(selama 9 bulan) mengambil Kursus Filsafat di IAIN Yogyakarta. Tahun

1982 mengambil Program S2 di IAIN Jakarta. Tahun 1987 sudah

menyelesaikan S3 di IAIN Jakarta juga. Sejak tahun 1970, Tafsir

mengajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung, sampai sekarang. Tahun

1993, Guru Besar Ilmu Pendidikan ini mempelopori berdirinya Asosiasi

Sarjana Pendidikan Islam. (ASPI). Sejak Januari 1997 diangkat menjadi

Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung.1

Pada dasarnya Ahmad Tafsir adalah insan pendidikan dan dakwah.

Pengalaman pendidikan, pekerjaan, dan pergaulannya menempatkannya

sebagai sosok yang kaya pengalaman dengan lingkungan pergaulan yang

luas menembus batas. Latar belakang pendidikannya berangkat dari

Pesantren Salafi, tetapi selanjutnya mengikuti pendidikan formal hingga

S3. Ia banyak diundang seminar dan berani mengetengahkan persoalan di

luar disiplin ilmunya yaitu masalah tasawuf dalam konteksnya

membangun insan kamil. Tidak heran jika makalahnya dimuat dalam

bentuk buku, misalnya dalam tasawuf menuju terbentuknya insan kamil,

ia menyatakan perkembangan tasawuf mempunyai makna yang khusus

ketika muncul guru-guru sufi. Jadi, menurut Ahmad Tafsir bahwa pada

1Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 343.

Page 56: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

46

tahap pertama, berjalanlah tasawuf dalam arti zuhud dan ibadah-ibadah

sunnah. Hal ini terjadi kira-kira sejak zaman Nabi Saw. Pada tahap kedua,

muncul guru-guru sufi yang sudah mencapai tingkatan tinggi. Mereka

mengajarkan wirid dan tarekatnya. Sebelum Al-Ghazali pun jenis-jenis

tarekat itu sudah ada. Lalu ada perkembangan sangat berarti di zaman Al-

Ghazali yang berjalan cukup panjang". Pada masa ini, tasawuf sudah

berbeda dari sebelumnya. Sebab, tasawuf sudah bercampur dengan

filsafat.2

Menurut Ahmad Tafsir, di kalangan orang Syi'ah, tradisi tasawuf

kuat sekali, dibarengi dengan filsafat dan fikih ortodoks yang juga kuat.

Pikiran Syi'ah memang agak ganjil. Fikih Syi'ah kadang-kadang tampak

rasional dan kadang-kadang tampak sangat kaku. Filsafat mereka juga

kadang-kadang rasional sekali dan kadang-kadang sudah bercampur

dengan 'irfan sehingga tidak tampak lagi ciri rasionalnya. Sementara itu,

menurut Ahmad Tafsir bahwa yang ia saksikan selama ini di Indonesia,

ketiga-tiganya saling terpisah. Jarang sekali, seorang ahli fikih adalah juga

seorang filosof atau seorang sufi. Demikian juga sebaliknya. Padahal,

warna tasawuf yang sudah dicampur dengan filsafat dan fikih sudah ada

pada zaman Mulla Shadra yang dimulai sejak Al-Ghazali. Pernah ada

orang bertanya kepada Ahmad Tafsir,: mungkinkah Syi'ah Iran masuk ke

Indonesia? Dulu, di zaman Imam Khomeini, hal itu bisa mungkin dan bisa

mustahil. Salah satu kemungkinannya disebabkan tarekat demikian kuat di

Indonesia. Karena Syi'ah adalah tarekat, ia mungkin bisa masuk ke

Indonesia tanpa orang harus menjadi Syi'ah. Akan tetapi, hal itu bisa juga

mustahil kalau Syi'ah dilihat sebagai mazhab yang ekstrem secara politik.

Sebab, watak orang Indonesia tidaklah ekstrem, tetapi damai. Jika Syi'ah

Iran bisa berubah sifat ekstremnya menjadi moderat, besar kemungkinan

2Sukardi (editor), Kuliah-Kuliah Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 200), hlm.

19.

Page 57: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

47

watak Islam seperti itu akan tersebar luas di Indonesia, tanpa orang harus

menjadi Syi'ah.3

Menurut Ahmad Tafsir bahwa bagian-bagian keislaman dan

keluasan bidang kajiannya memang terdapat di Syi'ah, bukan di Sunni.

Agak berat sebetulnya mempertanggungjawabkan pernyataan ini, tetapi

memang demikianlah kenyataannya. Mereka mempunyai kajian yang

lebih luas ketimbang orang Sunni. Penggabungan antara filsafat yang

rasional, tasawuf yang emosional, dan fikih yang ada di tengah-tengah,

dilakukan oleh Al-Ghazali yang Sunni. Namun, ternyata, selanjutnya

adalah orang Syi'ah semua. Mengapa orang-orang Sunni tidak tertarik?

Mereka hanya mengatakan bahwa filsafat Islam sudah berakhir setelah Al-

Ghazali. Akan tetapi, ada filsafat setelah Ibn Rusyd, dan itulah filsafat

yang telah disintesiskan dengan tasawuf. Bagaimana bentuknya, masih

merupakan masalah yang sulit dijawab. Hanya saja menurut Ahmad

Tafsir, sekalipun sedikit bahwa gabungan filosof dan sufi tercermin dari

orang yang senang berpikir; senang berzikir; dan juga senang berpuasa.4

Menurut Ahmad Tafsir, manusia mëmpunvai tiga "antena."

Pertama indera. Indera harus dilatih agar mampu memperoleh

pengetahuan tingkat tinggi. Indera harus dibantu dengan metode sains agar

mampu menghasilkan sains yang berguna dan baik. Kedua, akal. Akal

juga harus dilatih, jangan dirusak. Akal bisa dilatih dengan selalu berpikir

agar mampu menghasilkan pemikiran yang logis tatkala manusia

menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Ketiga, hati. Hati juga harus

dilatih, Namun demikian, dalam kenyataannya, sekarang ada

kekurangseimbangan di antara ketiga "antena" itu. Sains dan filsafat kita

tinggi, tetapi pengetahuan tentang yang gaib acapkali rendah.

Karya tulis yang sudah dipublikasikan antara lain:

a. Filsafat Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).

Buku ini berisi sepuluh bab, dan diantara bab tersebut yang diletakkan

3 Sukardi (editor), Kuliah-Kuliah Tasawuf, hlm. 20. 4 Sukardi (editor), Kuliah-Kuliah Tasawuf, hlm. 20.

Page 58: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

48

sebagai bab pertama adalah tentang hakikat manusia. Sebabnya

dijadikan bab pertama adalah karena menurut Ahmad Tafsir harus

dibicarakan lebih dahulu tentang siapa manusia itu sebenarnya. Yang

berarti pula harus berbicara tentang hakikat manusia. Pendidikan yang

baik harus didesain sesuai dengan pengertian kita tentang hakikat

manusia. Apa hakikat manusia? Penjelasan yang terbaik tentang

hakikat manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu. Penjelasan

oleh rasio manusia mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas

kemampuannya. Bukti terbaik tentang keterbatasan akal ialah akal itu

tidak mengetahui apa akal itu sebenarnya.5

b. Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002). Buku ini terdiri dari sepuluh bab. Dalam buku ini

diuraikan pengertian "metodologi" yang dihubungkan dengan

"pengajaran agama Islam." Menurut Ahmad Tafsir bahwa dari

pengalamannya, banyak orang menerjemahkan atau menyamakan

pengertian "metode" dengan "cara." Ini tidak seluruhnya salah.

Memang metode dapat juga diartikan cara. Untuk mengetahui

pengertian metode secara tepat, dapat melihat penggunaan kata

metode dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris ada kata way dan

ada kata method. Dua kata ini sering diterjemahkan cara dalam bahasa

Indonesia. Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah

kata way itu, bukan kata method.6

c. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Pengetahuan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). Buku ini

berjumlah empat bab. Dalam buku ini diuraikan Ahmad Tafsir bahwa

orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit

kebingungan tatkala menghadapi kata "ilmu". Dalam bahasa Arab kata

al-'ilm berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata "ilmu" dalam

bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam

5Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, hlm. 14 6Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 9.

Page 59: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

49

arti science itu hanya sebagian dari al-'ilm dalam bahasa Arab. Karena

itu kata science seharusnya diterjemahkan sain saja. Maksudnya agar

orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata

ilmu (sain) dengan kata al-'ilm yang berarti knowledge.

Dalam buku ini yang diuraikan tidak hanya pengetahuan sain

(science), diuraikan juga seluruh yang disebut pengetahuan termasuk

pengetahuan yang "aneh-aneh" seperti pelet, kebal, santet, saefi, dan

lain-lain. Apa sih pengetahuan itu? Menurut Ahmad Tafsir,

pengetahuan ialah semua yang diketahui. Menurut al-Quran, tatkala

manusia dalam perut ibunya, ia tidak tahu apa-apa. Tatkala ia baru

lahir pun barangkali ia belum juga tahu apa-apa. Kalaupun bayi yang

baru lahir itu menangis, barangkali karena kaget saja, mungkin

matanya merasakan silau, atau badannya merasa dingin. Dalam rahim

tidak silau dan tidak dingin, lantas ia menangis.

Tatkala bayi itu menjadi orang dewasa, katakanlah ketika ia

telah berumur 40 tahunan, pengetahuannya sudah banyak sekali.

Begitu banyaknya, sampai-sampai ia tidak tahu lagi berapa banyak

pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya,

bahkan kadang-kadang ia juga tidak tahu apa sebenarnya pengetahuan

itu. Semakin bertambah umur manusia itu semakin banyak

pengetahuannya. Dilihat dari segi motif, pengetahuan itu diperoleh

melalui dua cara. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja,

tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa

ingin tahu lantas ia tahu-tahu, tahu. Seorang sedang berjalan, tiba-tiba

tertabrak becak. Tanpa rasa ingin tahu ia tahu-tahu, tahu bahwa

ditabrak becak, sakit. Kedua, pengetahuan yang didasari motif ingin

tahu. Pengetahuan diperoleh karena diusahakan, biasanya karena

belajar.7

7Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Pengetahuan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 3

Page 60: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

50

d. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2004). Buku ini berjumlah lima bab. Dalam

buku ini diuraikan bahwa manusia membawa sejak lahir (innate) kata

hati (suara hati) yang bersifat imperatif. Suara hati itu ialah suara yang

selalu mengajak menjadi orang yang baik. Puncak kebaikan itu adalah

Tuhan. Jadi, orang harus ber-Tuhan. Sebagian filosof menganggap

teori ini lemah, perasaan wajib yang oleh Kant disebut suara hati itu,

yang kata Kant bersifat imperative itu, bukanlah bawaan sejak lahir.

Rasa mora1 itu bukan ciptaan Tuhan yang ditanamkan dalam diri

manusia. Rasa moral yang imperatif itu sebenarnya produk suatu

evolusi. Moral tidak absolut. Moral itu adalah aturan berbuat yang

bervariasi sesuai dengan variasi kelompok masyarakat. Dengan kata

lain, mereka ingin mengatakan bahwa moral yang imperative itu

sesungguhnya muncul setelah manusia bergaul dengan masyarakat

(lingkungannya). Moral itu dibentuk oleh pengaruh lingkungan.

Demikian kata mereka. Persoalan ini dapat dilihat dengan cara lain.

Suara hati itu merupakan antena ketiga manusia. Manusia

memiliki tiga antena: indera, akal, dan hati atau rasa. Daerah ketiga ini

tidak dapat dimasuki oleh antena kedua (akal), apalagi oleh antena

pertama (indera). Bila sains masuk ke daerah itu, ia akan hilang di

dalam antinomi. Bila filsafat masuk, ia akan hilang di dalam

paralogisme. Ini kata Kant. Itu benar. Akan tetapi, bukan Kant yang

mula-mula menyatakan demikian. Al-Ghazali yang hidup pada tahun

1100-an telah menyatakan hal yang sama. Bahkan Al-Ghazali telah

menyatakan lebih jauh. Kant baru sampai pada pernyataan bahwa ada

daerah suprarasional, yang tidak dapat dimasuki oleh filsafat dan

sains, yang hanya dapat dipahami oleh hati. Al-Ghazali telah

menyatakan lebih jauh tatkala ia membicarakan cara menghidupkan

suara hati agar ia mampu memahami rahasia daerah gaib tersebut.

Cara menghidupkan suara hati itu, menurut Al-Ghazali, ialah dengan

menghentikan dosa (tobat), berbuat baik, perenungan, dan

Page 61: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

51

menghentikan kerja logika. Inilah yang disebut thariqah atau metode

Al-Ghazali.8

2. Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Ahmad Tafsir

a. Orang Tua sebagai Pendidik Utama

Siapa sebenarnya yang paling berkepentingan terhadap

keberhasilan pendidikan anak? Apakah pemerintah, Sekolah, guru

atau orang tua anak itu? Jawabnya menurut Ahmad Tafsir ialah orang

tua anak.9

Menurut Ahmad Tafsir, orang tua adalah pendidik utama dan

pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut

pendidik utama, karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidik

pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah,

pesantren, dan guru agama yang diundang ke rumah adalah institusi

pendidikan dan orang yang sekadar membantu orang tua.

Menyerahkan seratus persen pendidikan keimanan bagi anak-anak ke

sekolah, ke pesantren, dan atau kepada guru agama yang diundang ke

rumah merupakan tindakan yang berbahaya. Sebab, sekolah,

pesantren, dan guru agama yang diundang itu tidak akan mampu

melakukan pendidikan keimanan tersebut.10

Selain itu, menurut Ahmad Tafsir bahwa keimanan sangat

diperlukan oleh anak-anak untuk menjadi landasan bagi akhlak mulia.

Keimanan diperlukan agar akhlak anak remaja tidak merosot,

sedangkan keberimanan diperlukan agar anak-anak itu mampu hidup

tenteram serta konstruktif pada zaman global nanti. Jadi, pendidikan

agama di dalam keluarga sangatlah perlu, karena keluargalah satu-

satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan pendidikan

8Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 249. 9 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 128 10 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 8.

Page 62: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

52

keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama dalam

keluarga, berarti ikut berusaha menyelamatkan generasi muda.

Dengan demikian, berarti keluarga itu ikut berusaha menyelamatkan

bangsa. Dengan cara ini diharapkan generasi muda kelak menjadi

warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Keimanan dan ketakwaan itulah yang akan menerangi kehidupan

mereka pada zaman global. Keimanan dan ketakwaan itulah yang akan

menjadi landasan hidup mereka, menunjukkan tujuan hidup mereka,

serta menjadi filter dalam menilai mana yang baik dan mana yang

buruk pada zaman global itu.11

b. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Menurut Ahmad Tafsir, tatkala berbicara tentang metode

pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan penting ialah

bahwa kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan

terutama terletak pada metode pendidikan agama yang digunakan dan

penguasaan bahan; kunci pendidikan agama di sekolah sebenarnya

terletak pada pendidikan agama dalam keluarga. Inti pendidikan

agama dalam keluarga itu ialah hormat kepada Tuhan, kepada orang

tua, kepada guru. Di sekolah, hormat kepada guru inilah kuncinya.

Bila anak didik tidak hormat kepada guru, berarti ia juga tidak akan

menghormati agama. Bila agama Islam dan guru agama tidak

dihormati, maka metode pendidikan agama yang baik pun tidak akan

ada artinya. Itulah yang umumnya terlihat sekarang, terutama di

sekolah umum. Oleh karena itu, pendidikan agama dalam keluarga

sebenarnya (ini betul-betul sebenarnya) tidak boleh terpisah dari

pendidikan agama di sekolah; mula-mula adalah pendidikan agama

dalam keluarga sebagai fondasi, kemudian dilanjutkan di sekolah

11Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, hlm. 8-9.

Page 63: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

53

sebagai pengembangan rinciannya. Berdasarkan itu semua maka di

sini dibicarakan prinsip-prinsip pendidikan agama dalam keluarga.12

Karya sarjana Muslim tentang pendidikan agama dalam rumah

tangga ternyata cukup banyak dan cukup mendalam. Mereka itu

semuanya mengetahui bahwa pendidikan agama dalam rumah tangga

itu amat penting bagi perkembangan keagamaan anak selanjutnya.

Karena memahami pentingnya pembinaan kesejahteraan anak,

pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan undang-undang

tentang itu pada tahun 1979, bertepatan dengan Tahun Anak

Internasional. Undang-undang itu menjadi landasan hukum bagi

pembinaan anak Indonesia, yaitu Undang-undang nomor 4 tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak. Hal ini amat penting untuk Indonesia

karena sejak semula, dengan pandangan hidup Pancasila,

pembangunan Indonesia selalu memandang manusia sebagai titik

sentral. Pembangunan itu berawal dari pembinaan anak, dan itu

tentulah dalam rumah tangga.

Jumlah anak di bawah 15 tahun di Indonesia ternyata cukup

besar, saat ini kurang-lebih 65 juta, suatu jumlah yang amat berarti

bagi modal pembangunan bangsa bila dikembangkan dengan baik.

Sebaliknya, mereka itu akan menjadi hambatan yang besar dalam

kehidupan bangsa bila tidak dikembangkan dengan baik.

Pengertian kesejahteraan anak dalam Undang-undang nomor 4

tahun 1979 itu, sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal 1 (a), ialah

sebagai berikut: "Kesejahteraan anak ialah suatu tata kehidupan dan

penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangan dengan wajar baik segi rohani, jasmani, dan sosial."

Jadi, pembinaan itu harus mencakup agama, kesehatan dan gizi,

pendidikan, kependudukan, kehidupan berbangsa dan bernegara,

ketenagakerjaan, kemampuan dan kesempatan kerja, lingkungan

12Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004), hlm. 158.

Page 64: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

54

hidup, pangan, kesetiakawanan sosial, cinta tanah air, pertahanan-

keamanan, dan lain-lain. Dengan demikian, pembinaan kesejahteraan

anak menyangkut usaha bangsa yang sangat strategis dan mendasar.13

Berdasarkan uraian itu maka menurut Ahmad Tafsir bahwa

pembangunan sumber daya manusia, termasuk pembinaan anak, erat

sekali kaitannya dengan penumbuhan nilai-nilai seperti takwa kepada

Tuhan Yang Mahaesa, jujur, berdisiplin, dan memiliki etos kerja yang

tinggi. Hal ini bukanlah merupakan suatu proses sesaat, melainkan

suatu proses yang panjang yang harus dimulai sedini mungkin, yaitu

sejak masa anak-anak. Itu adalah pendidikan dalam rumah tangga.

Dengan menumbuhkan anak-anak sejak dini, akan lahirlah

generasi anak Indonesia yang berkualitas.

Menurut Ahmad Tafsir bahwa pendidikan untuk menghasilkan

manusia yang berkualitas itu sangat penting bagi Indonesia pada

zaman kemajuan yang serba cepat ini, lebih-lebih pada abad ke-21

nanti. Dari sekarang telah terasa kuatnya persaingan antara orang per

orang, antarkelompok, juga antarbangsa agar mampu bertahan dalam

kehidupan yang serba dinamis itu. Hidup pada zaman seperti itu

tidaklah mudah. Anak-anak harus disiapkan sedini mungkin, terarah,

teratur, dan berdisiplin. Dalam kehidupan seperti itu, tingkat godaan

dan hal-hal yang dapat merusak mental serta moral manusia sungguh

amat dahsyat. Sekarang pun hal itu sudah terasa. Dalam menghadapi

zaman itu agama akan terasa pentingnya.

Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat

wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua

terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu

ialah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah

tangga.14

Tuhan memerintahkan agar setiap orang tua menjaga

keluarganya dari siksa neraka:

13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hlm. 159. 14 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hlm. 160.

Page 65: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

55

....

Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka Jadi,

tanggung jawab itu pertama-tama adalah sebagai suatu

kewajiban dari Allah; kewajiban harus d ilaksanakan (QS.

At-Tahriim: 6).

Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar

karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat

manusia yang dibawanya sejak lahir. Manusia mempunyai sifat

mencintai anaknya. Ini terlihat dalam surat al-Kahfi ayat 46:

Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia

(QS. al-Kahfi: 46).

c. Tujuan Pendidikan Agama dalam Keluarga

Menurut Ahmad Tafsir, orang tua mendidik anaknya karena

kewajaran, karena kodratnya; selain itu karena cinta. Secara sederhana

tujuan pendidikan anak di dalam keluarga ialah agar anak itu menjadi

anak yang saleh. Anak yang saleh itulah anak yang wajar

dibanggakan. Tujuan lain ialah sebaliknya, yaitu agar anak itu kelak

tidak menjadi musuh orang tuanya, yang akan mencelakakan orang

tuanya.15

Anak yang saleh dapat mengangkat nama baik orang tuanya.

Anak adalah dekorasi keluarga. Anak yang saleh tentu mendoakan

orang tuanya. Bila tidak mendoakan orang tuanya, kesalehannya itu

telah cukup merupakan bukti amal baik orang tuanya. Pokoknya,

setiap orang senang mempunyai anak yang saleh. Oleh karena itu,

orang tua mendidik anaknya agar menjadi anak yang saleh.

Anak dapat juga menjadi musuh orang tuanya. Itu dapat saja

terjadi bila anak tidak dididik dengan benar. Sering kali orang tua

amat susah karena anaknya nakal. Orang tua yang menduduki posisi

15 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hlm. 163.

Page 66: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

56

yang terhormat di dalam masyarakat, sebagai pemimpin formal atau

informal, akan jatuh wibawanya karena anaknya nakal. Seorang

pemimpin, bila anaknya terlibat dalam kenakalan, terlibat dalam jual-

beli obat terlarang, misalnya akan jatuh martabatnya di mata

masyarakat, bahkan mungkin saja orang tua itu dipecat dari

kedudukannya karena kenakalan anaknya itu. Ini pun salah satu

bentuk permusuhan anak terhadap orang tuanya.16

d. Kerja Sama Guru Sekolah dengan Orang Tua Murid

Menurut Ahmad Tafsr bahwa orang tua menginginkan

anaknya menjadi orang yang baik, lahir batin. Ini keinginan yang

wajar. Karena itu, orang tualah sebenarnya yang berkewajiban

mendidik anaknya. Keterbatasan kemampuan (intelektual, biaya,

waktu) orang tua menyebabkan ia mengirim anaknya ke sekolah.

Orang tua meminta tolong agar sekolah membantunya mendidik

(mendewasakan) anaknya. Inilah dasar kerja sama antara orang tua

dan sekolah dalam pendidikan. Dasar ini telah disadari sejak dahulu

hingga sekarang. Hanya saja, sekarang ini kesadaran sebagian orang

tua akan prinsip itu semakin berkurang. Orang tua cenderung, biaya

sekolah anaknya semurah mungkin, jika mungkin gratis. Bila anaknya

nakal atau prestasinya jelek, orang tua cenderung menyalahkan guru di

sekolah. Padahal sekolah itu tadinya memang hanya membantu orang

tua. Sekarang dibalik, orang tua malahan merasa membantu sekolah.

Sekali lagi orang tua adalah pendidik utama dan pertama, sekolah

hanyalah pendidik kedua dan hanya membantu. Ini perlu benar

disadari kembali oleh orang tua zaman sekarang.17

Prinsip itu lebih penting lagi dalam pelaksanaan pendidikan

keimanan. Usaha pendidikan keimanan memang hanya sedikit sekali

yang dapat dilakukan di sekolah. Padahal penanaman iman itu adalah

inti pendidikan agama dan iman memang inti agama. Maka jelaslah

16 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hlm. 163-164. 17 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 128.

Page 67: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

57

bahwa orang tua harus menyelenggarakan pendidikan keimanan di

rumah tangga. Dalam hal penanaman iman ini, sekalipun guru ingin

berperan banyak, ia tidak mungkin mampu memainkan peran itu. Ini

pun menjadi dasar yang kuat perlunya kerja sama antara orang tua di

rumah dan guru di sekolah. Yang memerlukan sebenarnya bukan

terutama guru atau sekolah, melainkan orang tuanya.

Kadang-kadang orang tua terlambat menyadari perlunya kerja

sama ini. Maka sekolah diharapkan mengambil inisiatif untuk

menjalin kerja sama itu. Setelah kerja sama terjalin, selanjutnya

mengenai apa yang mesti dilakukan dapat dirancang bersama orang

tua dan guru agama. Mungkin saja programnya tidak berlaku umum;

untuk siswa tertentu mungkin sedikit berbeda dengan program untuk

siswa yang lain. Pokoknya kerja sama orang tua dan guru agama

(sekolah) dalam penanaman iman amat penting, terutama bagi orang

tua itu sendiri. Guru agama amat dianjurkan merintis kerja sama ini

dengan berkonsultasi dahulu kepada kepala sekolah. Mungkin langkah

pertama adalah rapat orang tua siswa dengan guru agama dan dihadiri

oleh kepala sekolah.

Tidak semua orang tua mengetahui apa yang sebaiknya

dilakukan di rumah dalam rangka menanamkan iman di hati putra-

putrinya. Melalui kerja sama itu guru agama (sekolah) dapat

memberikan saran-sarannya.18

e. Usaha Penanaman Iman di Rumah Tangga

Menurut Ahmad Tafsir bahwa ada beberapa prinsip yang

sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman iman di hati

anak-anaknya di rumah tangga. Yang pertama, membina hubungan

harmonis dan akrab antara suami dan istri (ayah dan ibu anak); kedua,

membina hubungan harmonis dan akrab antara orang tua dengan anak;

dan ketiga, mendidik (membiasakan, memberi contoh dan lain-lain

tadi) sesuai dengan tuntunan Islam. Setiap anak, terutama pada

18 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 128.

Page 68: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

58

periode awal pertumbuhannya, senang meniru orang tuanya. Anak

laki-laki biasanya meniru ayahnya, anak perempuan meniru ibunya.

Kedua orang tua itu selalu menjadi objek yang diperhatikan oleh

anaknya, objek yang juga menjadi kebanggaannya, menjadi figur

idealnya. Jika orang tuanya terlihat selalu rukun, damai, harmonis

maka keadaan itu akan menyenangkan anaknya, membawa rasa

tenang dalam jiwanya. Ketenangan jiwa anak tersebut akan

memberikan pengaruh pada tingkah lakunya, baik di rumah maupun di

luar rumah. Selanjutnya ketenangan itu akan memberikan pengaruh

pada keteguhan jiwa anak itu dalam menghadapi berbagai persoalan

kelak. Hal itu pula kelak akan memberikan pengaruh positif tatkala ia

membina rumah tangga.

Menurut Ahmad Tafsir, kewajiban orang tua dalam hal ini

sudah jelas, yaitu memperlihatkan ketenangan, kedamaian di depan

anak-anaknya. Ada juga saat-saat tertentu orang tua bertikai paham.

Lakukan itu di luar pengetahuan anak-anak; upayakan sungguh-

sungguh menyembunyikannya. Keterangan di atas kadang-kadang

perlu disampaikan kepada orang tua anak, oleh guru atau oleh kepala

sekolah. Tidak ada salahnya, sekurang-kurangnya untuk

mengingatkan. Orang tua mestinya akan menerima dengan senang

hati, demi keberhasilan pendidikan anak mereka.19

Yang pertama dan utama dalam membina hubungan akrab

antara orang tua dan anak (anak-anaknya) ialah adanya kasih sayang

kepada orang tua. Kasih sayang adalah gabungan antara kasih dan

sayang. Setiap orang tua mengetahui hal ini, dan sering melakukannya

dengan menuruti caranya masing-masing. Inilah masalahnya: Apa

yang mesti dilakukan orang tua supaya anak merasa bahwa ia benar-

benar dikasihsayangi? Persoalan ini muncul karena banyak orang tua

merasa telah melakukan banyak hal dalam mengasihsayangi anaknya,

tetapi anaknya tidak merasa dikasihsayangi oleh orang tuanya.

19 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 129.

Page 69: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

59

Melakukan kasih sayang itu memang bukan pekerjaan mudah; orang

tua sebaiknya mengetahui teorinya. Bila tidak, maka itulah hasilnya.

Bisa saja yang diberikan susu, yang dirasakan tuba.20

Anak yang kurang memperoleh kasih sayang biasanya nakal di

luar rumah, jiwanya tidak merasa aman, selanjutnya keadaan ini akan

memberikan dampak negatif pada segi-segi lainnya, termasuk prestasi

belajarnya. Sebagian orang tua menganggap kasih sayang harus

dengan memarahi atau memukul; menurut mereka anak tidak boleh

dimanja, supaya lekas dewasa. Yang lain mengatakan kasih sayang

diberikan dalam bentuk banyak diam, tidak banyak bicara, bicara

seperlunya saja supaya orang tua berwibawa. Yang lain mengira kasih

sayang dapat berupa memberikan banyak uang jajan, pakaian yang

mahal, atau mobil mewah.

Sebenarnya kasih sayang dapat diwujudkan dalam bentuk

antara lain pandangan lembut ke mata anak kita, bicara tenang ke

telinganya, memberikan uang jajan ke tangannya (bukan dilemparkan

atau diberikan lewat pembantu), mengantarkannya ke pintu tatkala

pergi sekolah, menyambutnya dengan ramah tatkala pulang,

melarangnya ke luar rumah malam hari, memerintahkan salat,

menyuruh belajar tekun dan lain-lain. Untuk membina keakraban anak

dan orang tua, bukan hanya kasih sayang yang diperlukan anak.

Mereka memerlukan juga adanya rasa aman, terutama tatkala ia

sedang dalam pertumbuhan, yaitu sejak kecil, remaja sampai dewasa.

la harus merasa aman di rumah, di luar rumah dan di sekolah. Bila di

rumah tidak aman, maka anak akan mencari rasa aman itu di tempat

lain. Jika tidak aman di sekolah, maka ia akan malas ke sekolah. Ini

pun menjadi alasan perlunya kerja sama sekolah dan rumah tangga

anak.

20 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 129.

Page 70: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

60

Selain itu untuk menjaga keakraban, anak memerlukan

penghargaan. Ini dapat dilakukan tatkala ia berhasil dalam suatu

pekerjaan atau tugas. Penghargaan terbaik ialah yang bersifat

psikologis, seperti pujian; berupa benda boleh juga tetapi jangan lupa

hadiah psikologisnya.

Anak juga memerlukan keberhasilan. Ini dapat menambah

keakraban orang tua dan anak. Orang tua mesti membantu anaknya

agar ia berhasil. Anak yang terlalu sering merasa gagal akan kecewa;

jika berulang-ulang, maka ia akan frustrasi, muncul rasa tidak percaya,

ini amat berbahaya bagi perkembangannya.

Sebagian orang tua beranggapan anak tidak boleh dipuji bila ia

berhasil, malahan kita harus memperlihatkan kekecewaan, agar anak

berusaha meningkatkan prestasinya. Sikap semacam itu sudah jelas

salah; itu mengecewakan anak. Berilah pujian. Anak juga memerlukan

kebebasan; bermain, berpendapat, dan lain-lain. Di sinilah banyak

orang tua mendapat kesulitan.21

Seringkali kebebasan yang diminta anak berlawanan dengan

nilai yang diyakini orang tuanya. Contoh klasik ialah kisah Siti

Nurbaya. Tuntutan kebebasan seperti ini biasanya muncul setelah anak

menjelang remaja. Itu adalah hal yang wajar.

Menghadapi gejala seperti itu orang tua hendaknya men

diskusikan akibat-akibatnya. Coba dengarkan pendapat mereka, lantas

kemukakan pendapat kita bersama argumennya. Anak remaja

mestinya menyadari kebebasan bukanlah berarti bebas tanpa batas.

Jelaskan apa bahayanya bebas tanpa batas. Bebas tanpa batas akan

mencelakakan. Kebebasan yang benar adalah kebebasan yang terbatas.

Diskusikan itu. Bila anak sudah dididik benar sejak kecil, biasanya

akan menyadari kebebasan yang terbatas itu. Penyulit diskusi dengan

anak remaja kita ialah karena mereka tidak lagi menyegani orang

21 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 130.

Page 71: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

61

tuanya. Ini mungkin disebabkan kesalahan pendidikan di masa

kecilnya.

Prinsip memberi kebebasan itu mesti diikuti dengan

pengawasan atau kontrol orang tua. Apakah anak tidak akan

tersinggung bila merasa diawasi? Tidak, jika prinsip-prinsip

sebelumnya telah dilakukan dengan benar. Seharusnya anak-anak

remaja memahami dan dapat menerima adanya pengawasan itu,

mereka sebaiknya berpendapat bahwa pengawasan itu wajar saja,

bahkan perlu. Konsep-konsep di atas, yaitu kasih sayang, rasa aman,

rasa dihargai, rasa berhasil, rasa bebas, dan pengawasan, akan lebih

sempurna hasilnya bila dibarengi dengan penerapan ajaran Islam

dalam mendewasakan anak.

Membiasakan salat berjamaah, membangunkan dengan kasih

sayang bila anak kesiangan, makan secara Islam, berdiskusi tentang

hal-hal yang terjadi di rumah tangga, adalah sebagian dari cara

menanamkan iman di rumah tangga. Berdoa setelah salat, zikir

bersama, tentu saja cara yang amat baik dilakukan. Mendoakan anak

secara terus menerus adalah cara mendidik yang amat baik juga.

Doanya dalam bahasa Indonesia, "Ya Allah jadikanlah anak-anakku

anak yang saleh." Sekali-sekali doa ini ada baiknya didengar oleh

anak-anak, dan lebih baik lagi jika mereka turut mengamininya.

Bila kerja sama antara sekolah dan rumah tangga telah terjalin

dengan baik, maka konsep-konsep itu dapat disampaikan oleh sekolah

kepada orang tua. Jadi, kerja sama itu tidak terbatas pada bantuan

keuangan dari orang tua murid seperti banyak dilakukan sekarang ini

oleh Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG).22

22 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 131.

Page 72: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

62

B. Biografi Zakiah Daradjat

1. Latar Belakang Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat, lahir di Kampung Kotamerapak, Kecamatan

Ampek Angket, Kotamadya Bukit Tinggi pada tanggal 6 November 1929.

Ayahnya bernama H. Daradjat Husain memiliki dua istri. Dari istrinya

yang pertama, Rafi'ah, ia memiliki enam anak, dan Zakiah adalah anak

pertama dari keenam bersaudara.23

Zakiah adalah guru besar psikoterapi

(perawatan jiwa), ahli pendidikan Islam, dan intelektual muslim yang

banyak memperhatikan problematik remaja muslim Indonesia.24

Pendidikan dasarnya dimulai di Bukit Tinggi (tahun 1942) sambil

belajar di Madrasah Ibtidaiyah. Selanjutnya ia meneruskan studinya

langsung ke kuliah Al Muballighat (setingkat SLTA) di Padang Panjang

pada tahun 1947. SLTPnya ia peroleh secara extranei pada tahun 1947.

Selanjutnya Zakiah Daradjat meneruskan studinya di sekolah

asisten apoteker (SAA), namun baru duduk ditingkat II, studinya terhenti

karena terjadi clash kedua antara Indonesia dan Belanda, yang

menyebabkan Zakiah Daradjat bersama keluarganya mengungsi ke

pedalaman.

Di saat keadaan mulai aman, Zakiah Daradjat ingin kembali

meneruskan studinya di SAA, namun tidak terlaksana mengingat sekolah

ini telah bubar sehingga ia masuk SMA/B. Pada masa selanjutnya ia

melanjutkan studinya di Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi Agama

Islam Negeri (PTAIN) sekaligus di Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia (1955).

Ketika memasuki tingkat III Prof. Zakiah Daradjat dihadapkan

pada dua pilihan, meneruskan di PTAIN atau di Fakultas UII. Ternyata ia

memilih untuk melanjutkan studi di PTAIN. Ketika sedang mengikuti

perkuliahan ditingkat IV ia mendapat beasiswa dari Departemen Agama

23

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 233 24 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, (Jakarta: PT. Ichtiar

Baru van Hoeve, 1994), hlm. 285.

Page 73: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

63

untuk melanjutkan studi di Cairo. Ia mengambil spesialisasi Diploma

Faculty of Education, Ein Shams University, Cairo dan memperoleh gelar

Magister pada bulan oktober 1959 dengan tesis The Problems of

Adolescence in Indonesia.25 Tesis ini banyak mendapat sambutan dari

kalangan terpelajar dan masyarakat umum di Cairo waktu itu, sehingga

seringkali menjadi bahan berita para wartawan.

Zakiah Daradjat sendiri tidak tahu dengan pasti, apa yang

menyebabkan masyarakat terpelajar Mesir tertarik akan isi tesisnya itu

entah karena masalah yang dibahas itu cukup menarik bagi mereka,

karena menyangkut Indonesia, yang belum banyak mereka kenal,

sedangkan hubungan antara Republik Persatuan Arab dan Republik

Indonesia waktu itu sedang erat-eratnya. Akan tetapi, besar kemungkinan

yang menyebabkan mereka tertarik, adalah objek masalah yang diteliti dan

diuraikan oleh tesis itu, yaitu problema remaja, yang bagi orang Mesir

waktu itu, memang sedang menjadi perhatian karena mereka sedang giat

membangun, bahkan dalam kabinet Mesir waktu itu ada Kementrian

Pemuda.26

Masa-masa berikutnya adalah masa berkiprah baginya baik dalam

bidang pendidikan maupun dalam bidang birokrasi yang masih berkaitan

dengan pendidikan sambil belajar di Program doktoral, ia sempat menjadi

kepala Jurusan Bahasa Indonesia pada Higher School for Language di

Cairo (1960-1963).

Setelah kembali ke Tanah Air ia diangkat menjadi pegawai tinggi

Departemen Agama pusat pada Biro Perguruan Tinggi Agama (1964-

1967). Selanjutnya ia menjadi Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum

pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama RI (1972-

1977).

Pada masa berikutnya ia menjadi Direktur Pembinaan Perguruan

Tinggi Agam Islam Departemen Agama RI (1977-1984) dan anggota

25 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, hlm. 285 26 Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),

hlm. 5.

Page 74: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

64

Dewan Pertimbangan Agung (DPA), 1983-1988. Tahun 1984-1992 ia

dipercayakan menjadi dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Di samping itu, ia menjadi pengajar tidak tetap di berbagai

Perguruan Tinggi di Jakarta dan Yogyakarta. Ia aktif mengikuti seminar-

seminar di dalam dan luar negeri serta aktif pula menjadi penceramah

dalam berbagai lembaga pendidikan, di RRI, dan di TVRI. Ia juga menjadi

ketua umum Perhimpunan Wanita Alumni Timur Tengah (1993-1998).

Sebagai pendidik dan ahli psikologi Islam, ia mempunyai sejumlah

pemikiran dan ide menyangkut masalah remaja di Indonesia. Bahkan, ia

tercatat sebagai guru besar yang paling banyak memperhatikan

problematik remaja, sehingga sebagian besar karyanya mengetengahkan

obsesinya untuk pembinaan remaja di Indonesia.

Menurutnya, sekarang ini anak manusia sedang menghadapi suatu

persoalan yang cukup mencemaskan kalau mereka tidak memperhatikan

dengan sungguh-sungguh masalah akhlak atau moral dalam masyarakat.

Ketenteraman telah banyak terganggu, kecemasan dan kegelisahan orang

telah banyak terasa, apabila mereka yang mempunyai anak remaja yang

mulai menampakkan gejala kenakalan dan kekurang acuhan terhadap nilai

moral yang dianut dan di pakai orang tua mereka.

Di samping itu ia melihat kegelisahan dan kegoncangan dalam

banyak keluarga karena antara lain kehilangan keharmonisan dan kasih

sayang. Banyak remaja yang enggan tinggal di rumah, senang berkeliaran

di jalanan, tidak memiliki semangat belajar, bahkan tidak sedikit yang

telah sesat.27

Menurutnya, sebab-sebab kemerosotan moral di Indonesia

adalah: kurangnya pembinaan mental, dan orang tua tidak memahami

perkembangan remaja; kurangnya pengenalan terhadap nilai-nilai

pancasila; kegoncangan suasana dalam masyarakat; kurang jelasnya masa

depan di mata anak muda dan pengaruh budaya asing.28

27 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,hlm. 286. 28 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Cet. 4, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1977), hlm. 48.

Page 75: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

65

Untuk mengatasinya ia mengajukan jalan keluar, antara lain :

melibatkan semua pihak (ulama, guru, orang tua, pemerintah, keamanan

dan tokoh masyarakat); mengadakan penyaringan terhadap kebudayaan

asing; meningkatkan pembinaan mental; meningkatkan pendidikan agama

di sekolah, keluarga dan di masyarakat; menciptakan rasa aman dalam

masyarakat; meningkatkan pembinaan sistem pendidikan nasional; dan

memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan agama.29

Pada tindakan nyata ia merealisasi obsesinya itu dalam bentuk

antara lain kegiatan sosial dengan melakukan perawatan jiwa (konsultasi).

Setiap hari ia melayani empat sampai lima pasien. Masalah yang ditangani

mulai dari kenakalan anak sampai gangguan rumah tangga. Ia aktif

memberi bimbingan agama dan berbagai pertemuan pada remaja dan

orang tua, giat mempersiapkan remaja yang baik dengan mendirikan

Yayasan Pendidikan Islam Ruhama di Cireundeu Ciputat. Sementara

dalam pengembangan ilmu ia aktif memberi kuliah; di samping sebagai

dekan di Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan

membimbing penulisan disertasi tentang pendidikan.

Sebagai guru besar ilmu pendidikan, Zakiah Daradjat tergolong

produktif dalam menulis buku di antaranya:

a. Problema Remaja di Indonesia

b. Pembinaan Remaja.

c. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia.

d. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak.

e. Islam dan Kesehatan Mental.

f. Kesehatan (untuk SD, empat Jilid).

g. Salat Menjadikan Hidup Bermakna.

h. Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental.

i. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah

j. Haji Ibadah yang Unik.

k. Kebahagiaan, Remaja, Harapan dan Tantangan.

29 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, hlm. 60 – 78.

Page 76: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

66

l. Doa Meningkatkan Semangat Hidup

m. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa.

Dari sekian banyak karya tulisnya, maka yang ada di tangan

peneliti dan sekaligus akan diberi komentar singkat antara lain :

a. Buku yang berjudul : Problema Remaja di Indonesia.

Buku ini merupakan terjemahan dari tesis yang diajukan olehnya

untuk mencapai gelar M.A dalam bidang pendidikan, dengan spesialisasi

tentang kesehatan mental. Tesis ini telah dipertahankan dalam sidang

munaqasah umum, Fakultas Pendidikan, Universitas Ein Shams, Cairo,

Mesir, pada bulan Oktober tahun 1959.

Salah satu yang menarik dari buku tersebut, ia telah mampu

mendeskripsikan problema remaja yang ada di Indonesia. Terlihat dalam

pernyataanya, bahwa menurutnya problema terbesar pada umur remaja itu

ialah kurangnya pengertian orang tua terhadap problema remaja. Pada

halaman lain ia menyampaikan nasehat kepada para ibu agar berupaya

memahami jiwa remaja, karena remaja adalah suatu masa dari umur

manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga

membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.

b. Perawatan Jiwa untuk Anak-anak

Di antara uraian buku tersebut yang dipandang sangat menarik oleh

peneliti adalah pernyataannya tentang orang tua. Menurutnya: orang tua

seringkali menyangka bahwa mereka cukup sayang kepada anaknya akan

tetapi banyak sekali anak-anak yang menderita, karena mereka merasa

tidak disayangi. Di manakah letak perbedaan ini? Pada umumnya, orang

tua menyayangi anak dengan cara masing-masing. Ada yang membelikan

segala macam permainan berharga, mencukupkan makan dan pakaian serta

mengabulkan segala permintaannya. Sementara, orang tua lainnya merasa

cukup sayang apabila ia mengkhususkan seorang pembantu untuk

anaknya.

Menurut Zakiah Daradjat, sebenarnya yang sangat dibutuhkan

anak, bukanlah benda-benda atau hal-hal lahir itu, melainkan jauh lebih

Page 77: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

67

penting dari itu adalah kepuasan batin, merasa dapat tempat yang wajar

dalam hati kedua ibu bapaknya. Mungkin saja kebutuhan materiil kurang

terpenuhi, karena orang tuanya tidak mampu, namun ia cukup merasakan

kasih sayang dari kedua orang tuanya itu

c. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia

Dalam buku ini, Zakiah Daradjat sangat memberi perhatian yang

sangat besar pada aspek moral. Hal ini sebagaimana tampak dalam

uraiannya memberi porsi yang banyak pada kajian moral anak-anak. Ia

menawarkan suatu solusi guna mencapai perbaikan moral yaitu :

1) Penyaringan terhadap kebudayaan asing.

2) Pembinaan mental harus ditingkatkan.

3) Menciptakan rasa aman dalam masyarakat.

4) Perbaikan sistem pendidikan nasional.

5) Peningkatan perhatian terhadap pendidikan.

6) Memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan.

7) Bimbingan dalam pengisian waktu senggang.

d. Remaja, Harapan dan Tantangan.

Buku ini merupakan rangkaian dari berbagai bahan yang pernah

disajikannya selama beberapa tahun yang silam, baik lewat radio, televisi,

konferensi, seminar, diskusi, ceramah umum dan sebagainya. Setelah

mengupas panjang lebar tentang remaja, ia kemudian melontarkan ide

pembinaan dan penanggulangan masalah remaja lewat peranan agama;

peranan keluarga; peranan sekolah; dan peranan pramuka. Dalam bagian

penutup buku itu ia mengemukakan: kita seharusnya mengerti dan

menyadari, bahwa masa remaja itu penuh tantangan dan permasalahan

baik yang timbul dari dalam dirinya maupun yang datang dari keluarga,

lingkungan sosial, dan terutama sekali dari berbagai alat dan media massa

yang selalu datang silih berganti.

e. Kesehatan Mental

Buku ini telah mengalami beberapa cetak ulang, dan yang

kebetulan peneliti miliki telah mencapai cetakan ke-10. menariknya dari

Page 78: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

68

buku ini adalah penjelasannya ringkas namun padat. Ia menyatakan yang

menyebabkan timbulnya kenakalan anak remaja adalah kurangnya

didikkan agama; kurang pengertian orang tua tentang pendidikan; kurang

teraturnya pengisian waktu; tidak stabilnya keadaan sosial politik dan

ekonomi; kemerosotan moral dan mental orang dewasa, banyaknya film

dan buku-buku bacaan yang tidak baik; pendidikan dalam sekolah yang

kurang baik; dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan

anak-anak. Maka sebagai usaha untuk menghadapi kenakalan anak-anak

Zakiah Daradjat memberikan enam butir pemecahan yaitu melalui

pendidikan agama; orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan;

pengisian waktu terluang dengan teratur; membentuk markas-markas

bimbingan dan penyuluhan; pengertian dan pengamalan ajaran agama;

penyaringan buku-buku cerita, komik dan sebagainya.

2. Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Zakiah

Daradjat

a. Pengertian Pendidikan Agama

Menurut Zakiah Daradjat bahwa yang dimaksud dengan

didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara

sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting

adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumahtangga, sejak

si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-

sifat dan kebiasaan yang baik, misalnya dibiasakan menghargai hak

milik orang lain, dibiasakan berkata terus-terang, benar dan jujur,

diajar mengatasi kesukaran-kesukaran yang ringan dengan tenang,

diperlakukan adil dan baik, diajar suka menolong, mau memaafkan

kesalahan orang, ditanamkan rasa kasih sayang sesama saudara dan

sebagainya.30

Kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan jiwa ajaran

agama itu, akan dapat tertanam dengan mudah pada jiwa si anak,

apabila orang dewasa di sekitarnya (terutama ibu-bapak) memberikan

30 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), hlm. 113.

Page 79: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

69

contoh-contoh dari sifat yang baik itu dalam kehidupan mereka sehari-

hari, karena anak-anak lebih cepat meniru dari pada mengerti kata-

kata yang abstrak itu.

Akan tetapi amat disayangkan menurut Zakiah Daradjat yaitu

melihat kenyataan banyaknya orangtua yang tidak mengerti ajaran

agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang rendah

ajaran agama itu, sehingga didikan agama itu praktis tidak pernah

dilaksanakan dalam banyak keluarga. Disamping didikan agama yang

tidak diterima si anak pada masa kanak-kanak di rumah, maka di

sekolah pun pendidikan agama itu pada masa yang lalu belum

mendapat perhatian. Pelajaran agama dianggap kurang penting, tidak

mempengaruhi kenaikan kelas kanak-kanak. Disamping itu guru-guru

agama seringkali dianggap rendah sehingga akhirnya anak-anak tidak

mendapat didikan agama yang benar-benar, baik dari orangtuanya,

maupun dari guru sekolahnya.

Dengan tidak kenalnya si anak akan jiwa agama yang benar,

akan lemahlah hati nuraninya {super-ego), karena tidak terbentuk dari

nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu ia masih

kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si

anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan

mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan yang tidak

baik dan menurutkan apa yang menyenangkannya waktu itu saja,

tanpa memikirkan akibat selanjutnya.31

Kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama,

yang dibentuk sejak si anak lahir, akan menjadi dasar pokok dalam

pembentukan kepribadian si anak. Apabila kepribadiannya dipenuhi

nilai-nilai agama, maka akan terhindarlah dia dari kelakuan-kelakuan

yang tidak baik.

31 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, hlm. 114.

Page 80: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

70

b. Pentingnya Pendidikan Agama

Menurut Zakiah Daradjat seperti diketahui pembinaan mental

tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dari rumahtangga. Sejak si

anak dilahirkan ke dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan

perlakuan-perlakuan, mula-mula dari ibu-bapaknya kemudian dari

anggota keluarga yang lain, semuanya itu ikut memberikan dasar-

dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan dan pertumbuhan

kepribadian itu kemudian ditambah dan disempurnakan oleh

sekolah.32

Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, seharusnya

dilakukan oleh orangtua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada

tingkah laku dan akhlaq yang diajarkan oleh agama. Dalam

menumbuhkan kebiasaan berakhlaq baik seperti kejujuran, adil dan

sebagainya, orangtua harus memberikan contoh, karena si anak dalam

umur ini belum dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila si

anak telah terbiasa menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula

berbuat adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan itu kepada jiwanya

dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula

dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit

demi sedikit harus masuk dalam pembinaan mental anak.

Apabila pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak

sejak ia kecil, maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti

kalau ia sudah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk

sejak kecil itu, tidak terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam

kepribadian itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang

melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya

tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia selalu didesak

oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada

dasarnya tidak mengenal batas-batas, hukum dan norma-norma. Tetapi

jika dalam kepribadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur

32Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, hlm. 127.

Page 81: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

71

agama, maka segala keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi

dengan cara yang tidak melanggar hukum-hukum agama, karena

dengan melanggar itu ia akan mengalami kegoncangan jiwa, sebab

tindakannya tidak sesuai dengan kepribadiannya.33

Menurut Zakiah Daradjat sesuai dengan dasar negara

Pancasila, di mana sila pertama adalah kepercayaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, maka kepribadian tiap warga negara harus berisi

kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan. Kepercayaan yang menjadi

bagian dari kepribadian, bukan kepercayaan yang hanya diucapkan

oleh lisan saja. Karena penyelewengan-penyelewengan yang terjadi

dari orang-orang yang mengaku ber-Tuhan itu, datangnya adalah

karena tidak tertanamnya jiwa ke-Tuhanan dalam kepribadiannya.

Pengakuannya berlawanan dengan keadaan yang sesungguhnya, yang

akan mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya, dan dapat

mempengaruhi kelakuan dan sikapnya dalam hidup, bahkan akan

mempengaruhi kesehatan badannya.

Realisasi dari Ketuhanan Yang Maha Esa itu hanya mungkin

dalam agama, karena kepercayaan bahwa Tuhan itu ada harus disertai

dengan kepercayaan kepada ajaran, hukum dan peraturan-peraturan

yang ditentukan oleh Tuhan. Jika kepercayaan kepada Tuhan itu tidak

disertai dengan kepercayaan kepada ajaran-ajaran Tuhan, maka

kepercayaan itu tidak akan mempunyai arti dalam pembinaan mental

dan pembentukan kepribadian yang akan mengatur sikap, tingkah laku

dan cara menghadapi segala persoalan dalam hidup nanti.

Untuk mengetahui hukum, ajaran dan peraturan-peraturan

Tuhan itu tidak dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah atau

analisa-analisa ilmiah saja, tetapi haruslah dengan petunjuk langsung

dari Tuhan, yang diturunkanNya melalui para Nabi dan para RasulNya

yang diajarkan dalam agama. Jadi pendidikan agama, tidak mungkin

terlepas dari pengajaran agama. Jika penanaman jiwa agama tak

33 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, hlm. 128.

Page 82: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

72

mungkin dilakukan oleh orangtua di rumah, maka pengajaran agama

harus dilakukan dengan bimbingan seorang guru yang mengetahui

agama.

Karena sangat pentingnya pendidikan agama bagi pembinaan

mental dan akhlak anak-anak, maka pendidikan agama harus

dilanjutkan di sekolah, tidak cukup oleh orangtua saja. Apalagi dalam

masyarakat di mana masih banyak orangtua yang tidak mengerti

agama, bahkan kepercayaan kepada Tuhan mungkin belum menjadi

bagian dari kepribadiannya, sehingga pendidikan agama tidak

mungkin didapat dalam keluarga yang seperti itu.34

c. Pendidikan Agama Perlu Dilaksanakan Sebaik-baiknya

Menurut Zakiah Daradjat sesungguhnya untuk menyelamatkan

generasi yang akan datang, pembangunan mental harus sangat

diperhatikan dan dilaksanakan dengan intensif. Disamping itu juga

tidak boleh melupakan anak-anak yang sekarang telah terganggu

kesehatan mentalnya, dan telah terlanjur kosong dadanya dari jiwa

agama, demikian pula keadaan masyarakat umum yang tidak sedikit

pengaruhnya dalam pembangunan mental anak-anak.35

Pekerjaan menyelamatkan dan pembangunan generasi yang

sekarang dan yang akan datang itu tidak ringan, semua kalangan harus

ikut memperhatikan, terutama keluarga, sekolah (lembaga-lembaga

pendidikan), pimpinan-pimpinan dan orang-orang berwenang dalam

masyarakat, khususnya pemerintah. Usaha-usaha yang dapat

dilakukan untuk menyelamatkan generasi yang akan datang itu harus

serentak dilakukan rumah tangga (keluarga), sekolah dan masyarakat

maka pendidikan di rumah tangga (keluarga) hendaklah:

1) Perbaikan dan penyelamatan hubungan suami-isteri, harus segera

dipikirkan dan pedoman-pedoman serta petunjuk-petunjuk yang

diajarkan oleh agama diolah dan dikembangkan secara luas dalam

34 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 129. 35 Zakiah Daradjat Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1975), hlm. 39

Page 83: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

73

masyarakat, sehingga betul-betul dapat tercipta keluarga bahagia

dalam arti yang sesungguhnya sesuai dengan ajaran (agama)

Islam.

2) Orang-tua, hendaklah dapat menjadi contoh yang baik. Dalam

segala aspek kehidupannya bagi si anak, karena anak-anak,

terutama yang berusia dibawah 6 tahun, belum dapat memahami

sesuatu pengertian (kata-kata) yang abstrak, seperti: (benar, salah,

baik dan buruk) misalnya, belum dapat digambarkan oleh anak-

anak, kecuali dalam rangka pengalaman-pengalamannya se-hari-

hari dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

3) Penanaman jiwa taqwa, harus dimulai sejak si anak lahir

sebagaimana diajarkan oleh agama Islam, yang memerintahkan

supaya, setiap bayi lahir harus diazankan demi supaya pengalaman

pertama yang diterimanya, adalah kalimah suci yang membawa

kepada taqwa. Penanaman jiwa taqwa, perlu dilakukan, yaitu

taqwa seperti yang disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 177,

yang dimana ditegaskan bahwa taqwa itu adalah:36

a) Iman kepada Allah SWT, Hari-kemudian, Malaikat, Kitab-

kitab dan Nabi-nabi.

b) Memberikan harta yang dicintai kepada kaum kerabat; anak

yatim, orang miskin, musafir yang kekurangan, orang minta-

minta dan memerdekakan budak.

c) Mendirikan sembahyang.

d) Mengeluarkan. zakat.

e) Menepati janji yang telah dibuat.

f) Sabar dalam kesempitan. penderitaan dan peperangan.

Penanaman dasar-dasar taqwa, itu harus sejak si anak kecil.

Yang dalam hal ini pada usia-usia permulaan ditanamkan

dengan contoh-contoh dan latihan yang terus-menerus dan

tetap, yang dilakukan dengan lemah lembut, jauh dari

36 Zakiah Daradjat Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, hlm. 40

Page 84: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

74

kekerasan dan paksaan, sesuai dengan pertumbuhan si anak

dari segi psychis.

4) Cara menanamkan jiwa taqwa dan iman yang akan menjadi

pengendali dalam kehidupan si anak dikemudian hari, hendaklah

sesuai dengan perkembangan dan cita-cita khas usia si anak, maka

untuk itu, perlulah tiap-tiap orang tua, baik ibu maupun bapak,

mengetahui pokok-pokok terpenting tentang Ilmu jiwa Praktis dan

Ilmu Pendidikan, serta mengerti dan menjalankan ajaran agama.

5) Orang tua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya, justru

pendidikan yang diterima dari orang tualah yang akan menjadi

dasar dari pembinaan kepribadian si anak. Dengan kata lain orang

tua jangan sampai membiarkan pertumbuhan si anak berjalan

tanpa bimbingan, atau diserahkan kepada guru-guru di sekolah

saja. Inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam masyarakat kita.

6) Haruslah disadari bahwa pendidikan yang diterima oleh si anak

seharusnya sejalan antara rumah dan sekolah. Apabila umpamanya

anak-anak bersekolah di-sekolah-sekolah yang mempunyai

keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinan orang tuanya,

akan terjadilah kegoncangan pada jiwa si anak, terutama pada usia

pertumbuhan, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama.

7) Orang-orang tua harus menyadari bahwa anak-anak selalu

membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya sampai umur

± 21 tahun (masa-masa pembinaan kepribadian berakhir). Untuk

dapat memberikan pendidikan dan bimbingan itu, orang tua perlu

mengerti betul-betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak

pada tiap-tiap umur.37

d. Pendidikan Agama dalam arti Pembinaan Kepribadian

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama, dalam arti

pembinaan kepribadian, sebenarnya telah mulai sejak si anak lahir,

37 Zakiah Daradjat Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, hlm. 41.

Page 85: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

75

bahkan sejak dalam kandungan. Keadaan orang tua, ketika si anak

dalam kandungan, mempengaruhi jiwa anak yang akan lahir nanti, hal

ini banyak terbukti dalam perawatan jiwa. Memang diakui bahwa

penelitian terhadap mental janin yang dalam kandungan,

mempengaruhi jiwa anak yang akan lahir nanti, hal ini banyak terbukti

dalam perawatan jiwa. Memang diakui bahwa penelitian terhadap

mental janin yang dalam kandungan itu tidak mudah dilaksanakan.

Pendidikan agama dalam keluarga, sebelum si anak masuk

sekolah, terjadi secara tidak formal. Pendidikan agama pada umur ini

melalui semua pengalaman anak, baik melalui ucapan yang

didengarnya, tindakan, perbuatan dan sikap yang dilihatnya, maupun

perlakuan yang dirasakannya. Oleh karena itu, keadaan orang tua

dalam kehidupan mereka sehari-hari mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam pembinaan kepribadian anak. Karena pada tahun-

tahun pertama dari pertumbuhan itu, si anak belum mampu berpikir

dan perbendaharaan kata-kata yang mereka kuasai masih sangat

terbatas, serta mereka belum mampu memahami kata-kata yang

abstrak. Akan tetapi mereka dapat merasakan sikap, tindakan dan

perasaan orang tua. Mereka merasa disayangi atau dibenci oleh orang

tua mereka, mereka senang kalau orang tua mereka rukun dan

sebaliknya mereka akan sedih, kalau orang tua mereka cekcok. Gerak-

gerik orang tua, menjadi perhatian mereka.38

Si anak mulai mengenal Tuhan dan agama, melalui orang-

orang dalam lingkungan tempat mereka hidup. Jika mereka lahir dan

dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang beragama, mereka akan

mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan, tindakan dan

perlakuan. Mereka mendengar nama Tuhan disebut oleh orang tua

atau orang lain dalam keluarganya. Kata Tuhan yang pada mulanya

mungkin tidak menjadi perhatiannya, tapi lama kelamaan akan

38 Zakiah Daradjat, I1mu Jiwa Agama, cet. 16, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm.

126

Page 86: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

76

menjadi perhatiannya dan ia akan ikut mengucapkannya setelah ia

mendengar kata Tuhan itu berulang kali dalam berbagai keadaan.

tempat dan situasi, apalagi ia melihat mimik muka yang

membayangkan kesungguh-sungguhan, ketika kata itu diucapkan,

maka perhatiannya akan bertambah, yang lama kelamaan

menimbulkan pertanyaan dalam hatinya, siapa Tuhan itu? Karena itu

maka anak pada umur 3 atau 4 tahun telah mulai menanyakan kepada

orang tuanya siapa Tuhan itu?

Apapun jawaban orang tuanya ketika itu, menurut Zakiah

Daradjat akan diterimanya dan itulah yang benar baginya. Andai kata

orang tuanya tersalah dalam menjawab pertanyaannya itu, maka yang

akan bertumbuh dalam jiwanya itu adalah yang salah itu, kecuali jika

diperbaiki nanti oleh guru agama setelah ia masuk sekolah.

Demikianlah seterusnya tentang doa-doa singkat yang dapat

diikutinya.39

Tindakan dan perlakuan orang tua terhadap dirinya dan

saudara-saudaranya merupakan unsur-unsur yang akan menjadi bagian

pribadinya pula di kemudian hari. Tindakan dan perlakuan orang tua

yang sesuai dengan ajaran agama, akan menimbulkan pada si anak

pengalaman-pengalaman hidup yang sesuai dengan agama, yang

kemudian akan bertumbuh menjadi unsur-unsur, yang merupakan

bagian dalam pribadinya nanti. Sikap orang tua terhadap agama, akan

memantul kepada si anak. Jika orang tua menghormati ketentuan-

ketentuan agama, maka akan bertumbuhlah pada anak sikap

menghargai agama, demikian pula sebaliknya, jika sikap orang tua

terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh, atau meremehkan, maka itu

pulalah sikap yang akan bertumbuh pada anak.

Di samping itu semua, perlu pula diingat bahwa hubungan

anak dan orang tua, mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap

pertumbuhan jiwa agama pada anak. Andaikata hubungan anak

39 Zakiah Daradjat, I1mu Jiwa Agama, hlm. 127.

Page 87: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

77

dengan orang tuanya tidak baik, misalnya ia merasa tidak disayang

dan diperlakukan kejam, keras atau tidak adil, maka besar

kemungkinan sikap si anak terhadap Tuhan akan memantulkan

sikapnya terhadap orang tuanya, mungkin ia akan menolak

kepercayaan terhadap Tuhan, atau menjadi acuh tak acuh terhadap

ketentuan agama. Sebabnya adalah, karena sumber pembinaan rohani

anak adalah orang tuanya sendiri.

Dengan ringkas dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan rasa

agama pada anak telah mulai sejak si anak lahir dan bekal itulah yang

dibawanya ketika masuk sekolah untuk pertama sekali.40

Menurut Zakiah Daradjat andaikata si anak berkesempatan

masuk taman kanak-kanak, sebelum ia masuk sekolah dasar, maka

guru taman kanak-kanak itulah orang pertama diluar keluarga yang

ikut membina kepribadian anak. Kepercayaan dan sikap guru taman

kanak-kanak terhadap agama, akan memantul dalam cara ia mendidik

anak-anak, yang buat pertama kali mereka berpindah dari alam

keluarga yang bebas, penuh perlindungan, perhatian dan kasih sayang,

kepada alam baru, di mana ia belajar bergaul dengan teman sebaya,

belajar memberi, di samping menerima, belajar hidup dalam aturan

atau disiplin. Jiwa agama yang sudah mulai tumbuh dalam keluarga,

akan bertambah subur jika guru taman kanak-kanak mempunyai sikap

yang positif terhadap agama, dan sebaliknya akan menjadi lemah, jika

gurunya tidak percaya kepada agama atau mempunyai sikap yang

negatif atau berlawanan dengan sikap dan kepercayaan orang tuanya.

Umur taman kanak-kanak itu, adalah umur yang paling subur untuk

menanamkan rasa agama pada anak, umur penumbuhan kebiasaan-

kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama, melalui permainan dan

perlakuan dari orang tua dan guru. Keyakinan dan kepercayaan guru

40 Zakiah Daradjat, I1mu Jiwa Agama, hlm. 128

Page 88: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

78

taman kanak-kanak itu akan mewarnai pertumbuhan agama pada

anak.41

e. Peningkatan Pendidikan Agama

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama harus dimulai dari

rumah tangga, sejak si anak masih kecil.42

Kadang-kadang orang

menyangka bahwa pendidikan agama itu terbatas pada ibadah,

sembahyang, puasa, mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan

agama harus mencakup keseluruhan hidup dan menjadi pengendali

dalam segala tindakan.43

Dengan agama, manusia dilatih dan diberi

jalan bagaimana menguasai musuh-musuh dirinya yang jahat. Karena

itulah agama menjadi sumber moral dan sumber akhlak. Islam sendiri

diturunkan dan Nabi Muhammad SAW diutus, tidak lain untuk

menjadi suri tauladan bagi umat manusia sebagaimana firman Allah

SWT Surat al-Ahzab ayat 21.

Orang yang tidak pernah mendapatkan didikan agama, tidak

akan mengetahui nilai moral yang dipatuhinya dengan sukarela dan

mungkin tidak akan merasakan apa pentingnya mematuhi nilai moral

yang pasti dan dipatuhi dengan ikhlas. Apabila agama masuk dalam

pembinaan pribadi seseorang, maka dengan sendirinya segala sikap,

tindakan, perbuatan dan perkataannya akan dikendalikan oleh pribadi,

yang terbina di dalamnya nilai agama, yang akan jadi pengendali bagi

moralnya.

Inilah di antara sebab yang menurut Zakiah Daradjat sangat

penting namun kurang disadari orang. Bahkan banyak di antara orang

yang tergolong pendidik atau bertugas sebagai pendidik, sampai

sekarang masih belum menyadari kesalahan yang telah terjadi di

bidang pendidikan itu.44

41 Zakiah Daradjat, I1mu Jiwa Agama, hlm. 129. 42

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, hlm.101 43 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral Indonesia, cet 4, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1977), hlm 48. 44 Hj. Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, hlm. 49-50.

Page 89: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

79

Menurut Zakiah Daradjat yang dimaksud dengan didikan

agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan

teratur oleh guru sekolah saja akan tetapi yang terpenting adalah

penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak

masih kecil dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan

kebiasaan yang baik, misalnya dibiasakan menghargai hak milik orang

lain, dibiasakan berkata terus terang, benar dan jujur, diajari mengatasi

kesukaran-kesukaran yang ringan dengan tenang, diperlakukan adil

dan baik, diajari suka menolong, mau memaafkan kesalahan orang,

ditanamkan rasa kasih sayang sesama saudara dan sebagainya.45

Alangkah banyaknya orang tua yang tidak mengerti bagaimana

cara mendidik anak. Mereka menyangka bahwa apabila telah

memberikan makanan, pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup

kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Ada pula yang menyangka

bahwa mendidik anak dengan keras, akan menjadikannya orang baik

dan sebagainya. Maka banyak di antara anak-anak yang menjadi nakal

itu akibat dari perasaan tertekan karena tidak adanya perhatian orang

tua maka kenakalannya dalam hal ini, sebagai hukuman atau

pembalasan bagi orang tua.46

45 Hj. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, hlm 113-114 46 Hj. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,hlm,115

Page 90: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

80

BAB IV

ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA

MENURUT AHMAD TAFSIR DAN ZAKIAH DARADJAT

A. Analisis Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Ahmad

Tafsir

Dalam bab empat ini, penulis hendak menganalisis pendapat Ahmad

Tafsir. Pendapatnya secara terurai telah diungkapkan dalam bab tiga, karena

itu dalam bab empat ini hendak dikemukakan inti pokok atau substansi

pendapatnya sebagai berikut:

Menurut Ahmad Tafsir:

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman

keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali

pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang

pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang

diundang ke rumah adalah institusi pendidikan dan orang yang

sekadar membantu orang tua. Menyerahkan seratus persen pendidikan

keimanan bagi anak-anak ke sekolah, ke pesantren, dan atau kepada

guru agama yang diundang ke rumah merupakan tindakan yang

berbahaya. Sebab, sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang

itu tidak akan mampu melakukan pendidikan keimanan tersebut.1

Pendidikan agama di dalam keluarga sangatlah perlu, karena

keluargalah satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan

pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya.2

Pendapat Ahmad Tafsir di atas mengisaratkan bahwa peran keluarga

sangat penting dan merupakan garda terdepan dalam mewarnai corak perilaku

anak. Di sinilah barangkali perlunya setiap orang tua memahami haknya.

Orang tua yang mengabaikan haknya akan menghasilkan anak-anak yang

berprilaku menyimpang bahkan menjurus pada tindakan kriminal. Orang tua

yang kurang mampu menerapkan haknya akan memunculkan anak yang

frustasi dan sebagai pelariannya maka melakukan sejumlah penyimpangan

seperti kenakalan dan kejahatan.

1Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 8. 2Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, hlm. 8-9.

Page 91: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

81

Apa yang penulis ungkapkan ini sesuai dengan pendapat M.Arifin

yang menyatakan, bahwa salah satu faktor yang sangat dominan dan menjadi

pemicu kenakalan anak adalah kegagalan pendidikan pada lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, disebabkan terutama antara

lain: kurangnya perhatian terhadap pendidikan agama, pendidikan mental dan

pendidikan budi pekerti/akhlak.3 Demikian pula pendapat Sudarsono bahwa

menurutnya, jika dikaji lebih lanjut tentang peran keluarga yang berkaitan

dengan kenakalan anak, maka dalam hal ini dapat dijumpai adanya beberapa

penyebab kenakalan anak, salah satu yang menonjol adalah kurangnya didikan

agama di dalamnya.4 Sejalan dengan itu, menurut Kartini Kartono kejahatan

anak-anak merupakan produk sampingan dari kurangnya usaha orang tua dan

orang dewasa menanamkan moralitas dan keyakinan beragama pada anak-

anak muda.5

Menurut Ahmad Tafsir:

Ada beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua

dalam penanaman iman di hati anak-anaknya di rumah tangga. Yang

pertama, membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan

istri (ayah dan ibu anak); kedua, membina hubungan harmonis dan

akrab antara orang tua dengan anak; dan ketiga, mendidik

(membiasakan, memberi contoh dan lain-lain tadi) sesuai dengan

tuntunan Islam. Setiap anak, terutama pada periode awal

pertumbuhannya, senang meniru orang tuanya. Anak laki-laki

biasanya meniru ayahnya, anak perempuan meniru ibunya. Kedua

orang tua itu selalu menjadi objek yang diperhatikan oleh anaknya,

objek yang juga menjadi kebanggaannya, menjadi figur idealnya. Jika

orang tuanya terlihat selalu rukun, damai, harmonis maka keadaan itu

akan menyenangkan anaknya, membawa rasa tenang dalam jiwanya.

Ketenangan jiwa anak tersebut akan memberikan pengaruh pada

tingkah lakunya, baik di rumah maupun di luar rumah. Selanjutnya

ketenangan itu akan memberikan pengaruh pada keteguhan jiwa anak

itu dalam menghadapi berbagai persoalan kelak. Hal itu pula kelak

akan memberikan pengaruh positif tatkala ia membina rumah tangga.

Kewajiban orang tua dalam hal ini sudah jelas, yaitu memperlihatkan

3M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

PT.Golden Trayon Press, 1994), hlm. 83-84. 4Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,

1990), hlm. 21-22 5 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2003), hlm. 8.

Page 92: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

82

ketenangan, kedamaian di depan anak-anaknya. Ada juga saat-saat

tertentu orang tua bertikai paham. Lakukan itu di luar pengetahuan

anak-anak; upayakan sungguh-sungguh menyembunyikannya.

Keterangan di atas kadang-kadang perlu disampaikan kepada orang

tua anak, oleh guru atau oleh kepala sekolah. Tidak ada salahnya,

sekurang-kurangnya untuk mengingatkan. Orang tua mestinya akan

menerima dengan senang hati, demi keberhasilan pendidikan anak

mereka.6 Tatkala berbicara tentang metode pendidikan agama di

sekolah, salah satu kesimpulan penting ialah bahwa kunci

keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan terutama terletak

pada metode pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan

bahan; kunci pendidikan agama di sekolah sebenarnya terletak pada

pendidikan agama dalam keluarga.7

Apa yang dikemukakan Ahmad Tafsir di atas, tampaknya tidak jauh

dengan fenomena di masyarakat, karena dalam kenyataannya ada bapak yang

terlalu keras dan mengekang si anak dalam segala gerak-geriknya. Ia menuntut

kapatuhan dari anak-anaknya, dengan cara menakut-nakuti atau mengancam,

tanpa memperhatikan perasaan dan kebutuhan si anak. Bapak yang seperti ini

dianggap tidak wajar. Tidak jarang anak-anaknya menjauh dan tidak mau

mematuhinya, hal tersebut dapat berakibat kepada semangat belajar si anak,

kadang-kadang ia gagal dalam belajar.

Pendapat Ahmad Tafsir di atas dapat dimengerti, karena kurangnya

didikan agama terhadap anak maka anak tidak akan memiliki pegangan hidup.

Agama sebagai sebuah ajaran, khususnya Islam sebagai sebuah agama telah

memberi petunjuk yang jelas kepada umat manusia dalam menempuh

kehidupan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Meskipun

seorang anak memiliki kepandaian yang luar biasa dengan dibekali sejumlah

ilmu pengetahuan, namun bila ia tidak memahami masalah agama maka ilmu

pengetahuan yang telah dimilikinya hanya akan bersifat merusak, artinya

pemanfaatan ilmunya hanya untuk pribadinya dan bukan untuk kepentingan

umat manusia. Kenyataan membuktikan tidak sedikit orang yang memiliki

kepandaian tetapi bersamaan dengan itu perilakunya menyimpang dan

6Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 129. 7Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004), hlm. 158.

Page 93: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

83

merugikan orang lain. Demikian pula seorang anak yang tumbuh dan

berkembang dari keluarga yang tidak memperdulikan masalah agama, ia akan

terombang-ambing ketika menghadapi persoalan-persoalan kehidupan yang

demikian rumit. Ia bagaikan jalan di malam hari tanpa lampu penerang.

Karena itu orang tua yang memahami hakikat hidup, maka akan terus menerus

menanamkan didikan agama kepada anaknya. Didikan agama yang dimaksud

menurut peneliti bukan hanya sebatas ritualitas atau ibadah mahdoh melainkan

juga hubungan horisontal ditanamkan sejak dini. Bukankah kita tahu bahwa

tidak sedikit ayat-ayat al-Qur‟an yang menggambarkan penekanan pada

hubungan sosial. Jadi agama Islam merupakan suatu ajaran yang

mengutamakan keseimbangan dalam mewujudkan hablum minallah dan

hablum minannas.

Di samping pendidikan yang didapat oleh anak-anak dalam keluarga

dan sekolah, amat penting juga peranan yang dimainkan oleh masyarakat yang

merupakan lapangan tempat anak mencoba melahirkan dirinya, menunjukkan

harga diri dan kebutuhan untuk dapat merasakan bahwa dirinya berguna dan

berharga dalam masyarakat. Di samping itu masyarakat jangan memandang

remeh atau enteng saja perasaan dan pendapat-pendapat yang diajukan oleh

anak-anak remaja, supaya semua yang terasa dalam hati mereka mendapat

saluran yang wajar dan sekaligus mendapat perhatian.

Kembali pada hak orang tua, bahwa orang-tua, hendaklah dapat

menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupannya bagi si anak,

karena anak-anak, terutama yang berusia di bawah 6 tahun, belum dapat

memahami sesuatu pengertian (kata-kata) yang abstrak, seperti: (benar, salah,

baik dan buruk) misalnya, belum dapat digambarkan oleh anak-anak, kecuali

dalam rangka pengalaman-pengalamannya sehari-hari dengan orang tua dan

saudara-saudaranya.

Dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga.

Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri

beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga, lazimnya juga disebut

rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah

Page 94: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

84

dan proses pergaulan hidup.8 Keluarga merupakan kelompok sosial yang

pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri

sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.9

Menurut pandangan sosiologis, keluarga dalam arti luas meliputi

semua pihak yang mempunyai hubungan darah dan atau keturunan;

sedangkan dalam arti sempit, keluarga meliputi orang tua dengan anak. Ke

dalam pengertian yang disebut terakhir masuk keluarga kandung (biologis)

yang hubungannya bersifat tetap, yang disebut family of procreation.

Keluarga merupakan tempat berlindung, bertanya, dan mengarahkan diri bagi

anggotanya (family of orientation) yang sifat hubungannya bisa berubah dari

waktu ke waktu.10

Lima ciri khas yang dimiliki keluarga, yaitu (1) adanya

hubungan berpasangan antara kedua jenis kelamin; (2) adanya perkawinan

yang mengokohkan hubungan tersebut; (3) pengakuan terhadap keturunan,

(4) kehidupan ekonomi bersama; dan (5) kehidupan berumah tangga.11

Orang tua mempunyai kewajiban memelihara anak dengan penuh

tanggung jawab sebagai amanah Allah. Namun sebaliknya, orang tua pun

mempunyai hak terhadap anak. Anak harus melayani orang tuanya dengan

baik, lemah-lembut menyayanginya, selalu menghormati, dan syukur atas

jasa-jasa mereka terhadapnya. Anak-anak juga harus mematuhi perintah-

perintahnya kecuali kalau menyuruh kepada maksiat. Anak hendaknya

membiayai dan memelihara kehormatan ibu-bapak tanpa pamrih.

Pemeliharaan ibu-bapak ketika dalam keadaan lemah dan uzur adalah

termasuk kewajiban utama dalam Islam.

Sebenarnya memberi nafkah itu bukanlah tujuan Islam dalam

memelihara orang tua, tetapi yang terpenting adalah memelihara silaturrahmi.

Walau si anak berbuat kebaikan atau ihsan kepada orang tuanya belum dapat

8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga tentang hal Ikhwal Keluarga, Remaja dan

Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.1. 9 W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung: PT.al-Maarif, 1978), hlm. 180 10

Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam

Masyarakat Modern, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 20. 11 Syahrin Harahap, Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-Qur’an Dalam

Kehidupan Modern di Indonesia, (Yogya: PT.Tiara Wacana, 1997), hlm. 35.

Page 95: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

85

ia membalas segala kebaikannya. Suatu kemuliaan bagi seorang anak

menyuruh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji yang tidak sanggup

mereka mengerjakannya dengan harta milik mereka sendiri. Selain itu, anak

hendaknya mendoakan orang tuanya semasa masih hidup dan sesudah matinya

dan selalu melanjutkan kebaikannya dengan orang-orang yang menjadi

sahabat ibu-bapaknya.

Menurut Ahmad Tafsir:

Pembangunan sumber daya manusia, termasuk pembinaan anak, erat

sekali kaitannya dengan penumbuhan nilai-nilai seperti takwa kepada

Tuhan Yang Mahaesa, jujur, berdisiplin, dan memiliki etos kerja yang

tinggi. Hal ini bukanlah merupakan suatu proses sesaat, melainkan

suatu proses yang panjang yang harus dimulai sedini mungkin, yaitu

sejak masa anak-anak. Itu adalah pendidikan dalam rumah tangga.

Dengan menumbuhkan anak-anak sejak dini, akan lahirlah generasi

anak Indonesia yang berkualitas. Menurut Ahmad Tafsir bahwa

pendidikan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas itu sangat

penting bagi Indonesia pada zaman kemajuan yang serba cepat ini,

lebih-lebih pada abad ke-21 nanti. Dari sekarang telah terasa kuatnya

persaingan antara orang per orang, antarkelompok, juga antarbangsa

agar mampu bertahan dalam kehidupan yang serba dinamis itu. Hidup

pada zaman seperti itu tidaklah mudah. Anak-anak harus disiapkan

sedini mungkin, terarah, teratur, dan berdisiplin. Dalam kehidupan

seperti itu, tingkat godaan dan hal-hal yang dapat merusak mental

serta moral manusia sungguh amat dahsyat. Sekarang pun hal itu

sudah terasa. Dalam menghadapi zaman itu agama akan terasa

pentingnya. Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat Allah.

Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang

tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu

ialah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah

tangga.12

Pendapat Ahmad Tafsir menunjukkan pentingnya keluarga dan

pendidikan agama. Dalam konteksnya dengan keluarga, bahwa sebagian besar

anak dibesarkan oleh keluarga, di samping itu kenyataan menunjukkan bahwa

di dalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang

pertama kali. Pada dasarnya keluarga merupakan lingkungan kelompok sosial

yang paling kecil, akan tetapi juga merupakan lingkungan paling dekat dan

12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, hlm. 160.

Page 96: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

86

terkuat di dalam mendidik anak terutama bagi anak-anak yang belum

memasuki bangku sekolah. Dengan demikian berarti seluk beluk kehidupan

keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan anak.

Agus Suyanto menjelaskan: "oleh karena sejak kecil anak dibesarkan

oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam

keluarga, maka sepantasnyalah kalau kemungkinan timbulnya perilaku

menyimpang itu sebagian besar juga berasal dari keluarga."13

Sedangkan

menurut ahli-ahli kriminologi baik dari mazhab psikoanalitik maupun mazhab

sosiologik, kedua mazhab tersebut sependapat bahwa lingkungan kehidupan

keluarga merupakan faktor pembentuk dan paling berpengaruh bagi

perkembangan mental, pisik dan penyesuaian sosial anak atau remaja.

Pada hakikatnya, kondisi keluarga yang menyebabkan timbulnya

perilaku menyimpang bersifat kompleks. Kondisi tersebut dapat terjadi karena

kelahiran anak di luar perkawinan yang sah menurut hukum atau agama. Di

samping itu, perilaku menyimpang anak juga disebabkan keadaan keluarga

yang tidak normal; yang mencakup "broken home",14

dan "quasi broken

home" atau broken home semu.

"Dalam broken home semu sebenarnya struktur keluarga masih

lengkap artinya kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena masing-masing

anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan sehingga orang tua

tidak sempat untuk memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-

anaknya. Tidak jarang orang tua tidak dapat bertemu dengan anak-anaknya.

Coba bayangkan orang tua kembali dari kerja anak-anak sudah pergi bermain

di luar, anak pulang orang tua sudah pergi lagi, orang tua datang anak sudah

tidur dan seterusnya. Keadaan yang semacam ini jelas tidak menguntungkan

perkembangan anak. Dalam situasi keluarga yang demikian anak mudah

13Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996, hlm.

226. 14

"Broken home" : yaitu keluarga yang sudah tidak lengkap strukturnya, dapat

dikarenakan antara lain: orang tua cerai, kematian salah satu orang tua atau kedua-duanya

(ayah dan atau ibu meninggal), ketidakhadiran dalam tenggang waktu yang lama secara

kontinyu dari salah satu atau kedua-duanya orang tua (ibu atau ayah atau kedua-duanya).

Page 97: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

87

mengalami frustasi, mengalami konflik-konflik psikologis, sehingga keadaan

ini juga dapat mudah mendorong anak menjadi berprilaku menyimpang.15

Keadaan ekonomi keluarga, terutama menyangkut keluarga miskin

atau keluarga yang menderita kekurangan jika dibandingkan dengan keadaan

ekonomi penduduk pada umumnya menjadi faktor pula. Fenomena ini sering

terjadi pada keluarga kelas bawah yang tergolong orang yang hanya dapat

membiayai hidupnya dalam batas sangat minim yang biasa ditandai dengan

kerja keras kepala keluarga; bahkan dalam keadaan mendesak seluruh anggota

keluarga pun ikut mencari nafkah untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi

keluarga seperti ini biasanya memiliki konsekuensi lebih lanjut dan kompleks

terhadap anak-anak antara lain: hampir setiap hari anak terlantar, biaya

sekolah anak-anak tidak tercukupi. Akibatnya akan kompleks pula, dalam

kondisi yang serba sulit dapat mendorong anak-anak menjadi delinkuen.

B. Analisis Konsep Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Zakiah

Daradjat

Menurut Zakiah Daradjat:

Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, seharusnya dilakukan oleh

orangtua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah laku

dan akhlaq yang diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan

kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya,

orangtua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini

belum dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila si anak

telah terbiasa menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat

adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan itu kepada jiwanya dan

menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula dengan

nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi

sedikit harus masuk dalam pembinaan mental anak. Apabila

pendidikan agama (akhlak) itu tidak diberikan kepada si anak sejak ia

kecil, maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia

sudah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak

kecil itu, tidak terdapat unsur-unsur agama (akhlak). Jika dalam

kepribadian itu tidak ada nilai-nilai akhlak, akan mudahlah orang

melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya

tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia selalu didesak

15Bimo Walgito, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency), Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982, hlm. 11

Page 98: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

88

oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada

dasarnya tidak mengenal batas-batas, hukum dan norma-norma. Tetapi

jika dalam kepribadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur

agama, maka segala keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi

dengan cara yang tidak melanggar hukum-hukum agama, karena

dengan melanggar itu ia akan mengalami kegoncangan jiwa, sebab

tindakannya tidak sesuai dengan kepribadiannya.16

Pendapat Zakiah tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama yang

harus ditanamkan pada anak adalah masalah pendidikan akhlak. Pendidikan

agama berkaitan rapat dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebih-lebihan

kalau kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik

adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang

dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan-

keutamaan dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang

diajarkan oleh agama. Sehingga seorang Muslim tidak sempurna agamanya

sehingga akhlaknya menjadi baik. Hampir-hampir sepakat filosof-filosof

pendidikan Islam, bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

Sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak-

Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk

anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya

oleh sebab mereka mendapat pengaruh daripadanya atas segala tingkah

lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil berat tentang

pendidikan ini, mengajar mereka akhlak yang mulia yang diajarkan Islam

seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta

kebaikan, pemurah, berani dan lain-lain sebagainya, dia juga mengajarkan

nilai dan faedahnya berpegang teguh pada akhlak di dalam hidup;

membiasakan mereka berpegang kepada akhlak semenjak kecil.17

Manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasihat jika

datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika

16Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), hlm. 128. 17Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002),

hlm.169.

Page 99: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

89

disertai dengan kekasaran dan biadab. Oleh sebab itu di antara kewajiban

keluarga dalam hal ini adalah:

a. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang. teguh

kepada akhlak mulia. Sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai

dirinya tentulah tidak sanggup meyakinkan anak-anaknya untuk

memegang akhlak yang diajarkannya. Di antara kata-kata mutiara yang

terkenal dari Ali R-A. adalah: "Medan perang pertama adalah dirimu

sendiri, jika kamu telah mengalahkannya, tentu kamu akan mengalahkan

yang lain. Jika kalah di situ, niscaya di tempat lain kamu akan lebih kalah.

Jadi berjuanglah di situ lebih dahulu".18

b. Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis di

mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang

tuanya.

c. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya

mereka merasa bebas memilih dalam tindak-tanduknya.

d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan

bijaksana.

e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat

kerusakan, dan lain-lain lagi cara di mana keluarga dapat mendidik akhlak

anak-anaknya.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Pendidikan agama

sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak.19

Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang

harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya.

Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan

kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui

bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan

upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan kanak-kanak dengan

pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai dengan

18Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada, 2002), hlm.

185. 19Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm.93.

Page 100: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

90

umumnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat dan sejarah. Begitu

juga dengan mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaikan

syiar-syiar dan kewajiban-kewajiban agama, dan menolongnya

mengembangkan sikap agama yang betul, yang termasuk mula-mula sekali

adalah iman yang kuat kepada Allah, malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-

rasulnya, hari akhirat, kepercayaan agama yang kuat, takut kepada Allah, dan

selalu mendapat pengawasan daripadanya dalam segala perbuatan dan

perkataan.

Menurut Zakiah Daradjat:

Sesuai dengan dasar negara Pancasila, di mana sila pertama adalah

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka kepribadian tiap

warga negara harus berisi kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan.

Kepercayaan yang menjadi bagian dari kepribadian, bukan

kepercayaan yang hanya diucapkan oleh lisan saja. Karena

penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dari orang-orang yang

mengaku ber-Tuhan itu, datangnya adalah karena tidak tertanamnya

jiwa ke-Tuhanan dalam kepribadiannya. Pengakuannya berlawanan

dengan keadaan yang sesungguhnya, yang akan mengakibatkan

terganggunya kesehatan mentalnya, dan dapat mempengaruhi

kelakuan dan sikapnya dalam hidup, bahkan akan mempengaruhi

kesehatan badannya. Realisasi dari Ketuhanan Yang Maha Esa itu

hanya mungkin dalam agama, karena kepercayaan bahwa Tuhan itu

ada harus disertai dengan kepercayaan kepada ajaran, hukum dan

peraturan-peraturan yang ditentukan oleh Tuhan. Jika kepercayaan

kepada Tuhan itu tidak disertai dengan kepercayaan kepada ajaran-

ajaran Tuhan, maka kepercayaan itu tidak akan mempunyai arti dalam

pembinaan mental dan pembentukan kepribadian yang akan mengatur

sikap, tingkah laku dan cara menghadapi segala persoalan dalam hidup

nanti.20

Pendapat Zakiah Daradjat di atas mengisyaratkan pentingnya

pendidikan agama berupa menanamkan kepercayaan atau keyakinan pada

Allah SWT yang tentunya menyangkut persoalan akidah.

Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Secara harfiyah berarti

“yang terpaut di hati”. Dengan kata lain secara etimologis, akidah adalah

ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis makna akidah adalah iman,

20 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 129.

Page 101: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

91

keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam. Akidah

karena itu, selalu ditautkan dengan rukun iman atau arkanul iman yang

merupakan asas seluruh ajaran Islam.21

Ia tidak lain dari apa yang diyakini

oleh hati, atau ide yang diterima dengan rasa yakin dan pasti oleh hati sebagai

ide yang benar (sesuai dengan kenyataan) atau ide yang baik (manusia

menghasilkan kebaikan, bila diamalkan). Rasa yakin atau rasa pasti pada hati

tidaklah menjadi jaminan tentang benar atau baiknya suatu akidah, karena

dalam masalah akidah banyak sekali terdapat pertentangan antara suatu kaidah

dengan kaidah yang lain. Sebagai contoh, akidah orang beragama bahwa alam

ini diciptakan Tuhan bertentangan dengan akidah kaum materialis bahwa alam

ini tidak diciptakan. Mustahil bahwa dua akidah yang bertentangan itu sama-

sama benar. Mestilah salah satunya benar dan lawannya salah. Jadi ada akidah

yang sungguh-sungguh benar, kendati ditolak oleh sebagian manusia, dan ada

pula akidah yang sungguh-sungguh salah, kendati diterima dengan rasa yakin

dan pasti oleh sebagian orang.22

Kata aqidah telah melalui tiga tahap perkembangan makna. Tahap

pertama, aqidah diartikan dengan tekad yang bulat (al-azm al-muakkad),

mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-niyah), menguatkan perjanjian (at-tautsiq

lil uqud), sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau

batil. Tahap kedua, akidah diartikan sebagai “perbuatan hati”. Tahap ketiga, di

sini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur

sebagai disiplin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri.23

Inilah

tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai Ilmu tentang hukum-

hukum syari‟at dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil yaqiniyah

(mutlak) dan menolak syubhat dan dalil-dalil khilafiyah yang cacat.

Meminjam sistematika Hasan al-Bana sebagaimana dikutip oleh

Yunahar Ilyas maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:

21Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 29 22

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Anggota

IKAPI, 1992), hlm. 98. 23Ibrahim Muhammad ibn Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam, alih

bahasa, Muhammad Anis Matta, (Jakarta: Robbani Press, 1998), hlm. 4-5.

Page 102: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

92

Pertama, ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan

sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain-lain lain. Kedua, nubuwat, yaitu

pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul,

termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu‟jizat, kermat dan

sebagainya. Ketiga, ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh,

dan lain sebagainya. Keempat, sam’iyat yaitu pembahasan tentang segala

sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur‟an

dan Sunnah) seperti alam barzah, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat,

surga neraka dan lain sebagainya.24

Term akidah sering dipakai oleh para ulama dengan artinya yang lebih

sempit, yakni terbatas pada hal-hal yang abstrak (tentang kenyataan) saja,

tidak mencakup hal-hal praktis (tentang apa yang seharusnya diperbuat

manusia). Dengan arti itu pula dipakai term “Ilm al-‘Aqaid al-Islamiyyat”

(ilmu tentang akidah-akidah Islam) yakni ilmu yang membicarakan

seperangkat akidah, yang rumusannya didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits

nabi, seperti akidah tentang keesaan Allah, kerasulan para rasul-Nya

(termasuk kerasulan Nabi Muhammad), kewahyuan kitab-kitab-Nya (termasuk

kewahyuan Kitab Al-Qur‟an), adanya para malaikat, adanya hari akherat dan

adanya ketentuan-ketentuan yang sudah ditakdirkan-Nya. Akidah-akidah

dalam Islam dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu akidah-akidah

dasar, yang rumusannya dapat diterima dengan sepakat oleh segenap ulama,

dan akidah-akidah cabang, yang rumusannya tidak bisa mereka terima dengan

sepakat. Contoh akidah dasar dalam Islam adalah “Tuhan menciptakan alam

ini”, sedang akidah cabangnya adalah “ia menciptakannya dari tidak ada

menjadi ada” atau Ia menciptakannya secara emanasi”. Contoh lain akidah

dasar dalam Islam adalah “Tuhan mengetahui segala sesuatu”, sedang akidah

24Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah

2002), cet, 7, hlm. 5-7

Page 103: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

93

cabangnya adalah “pengetahuan-Nya itu tidak lain dari esensi (Zat)-Nya”, atau

pengetahuan-Nya tersebut bukanlah esensi-Nya tetapi sifat-Nya.

Jumlah akidah-akidah dasar, yang disepakati itu cukup banyak dan

pada masing-masing akidah dasar itulah tumbuh akidah-akidah cabang yang

berbeda, seperti tumbuhnya banyak cabang dari setiap pohon yang ada.

Siapapun akan dipandang kafir, bila menolak salah satu dari akidah-akidah

dasar dalam Islam tapi tidak akan menjadi kafir manakala meyakini atau

menolak suatu akidah cabang, yang tidak pernah disepakati itu. Status kafir

hanya boleh diberikan kepada orang yang menolak akidah dasar dalam Islam.

Term akidah dalam arti luas dapat dipakai dan memang kadang-kadang

dipakai orang. Ia tidak terbatas pada hal-hal abstrak di atas, tapi juga

mencakup hal-hal praktis, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap anak

haruslah memiliki akidah yang benar tentang apa yang wajib, yang terlarang

dan yang boleh ia lakukan (dalam lapangan ibadat dan muamalat). Dalam

lapangan praktis ini, juga terdapat akidah-akidah dasar, yang disepakati dan

akidah-akidah cabang, yang tidak disepakati. Akidah tentang wajibnya salat

lima waktu, zakat, puasa Ramadan, dan naik haji, misalnya, disepakati dan

siapa yang menolak apa yang disepakati itu, tentu jatuh menjadi kafir.25

Sebagai contoh yang lain dapat dikatakan bahwa semua ulama

memiliki akidah atau (keyakinan) yang sama bahwa Allah telah

mengharamkan riba. Siapa yang menolak akidah yang disepakati itu, tentu

dipandang kafir. Tapi harus diingat bahwa ulama tidak memiliki akidah yang

sama tentang berapa besarnya riba yang diharamkan; mereka juga tidak

memiliki aqidah yang sama tentang masuknya bunga bank, besar atau kecil,

dalam kategori riba yang diharamkan. Dalam bidang ini, menerima atau

menolak akidah yang tidak disepakati oleh ulama, tidaklah menyebabkan

jatuhnya seseorang kepada kekafiran. Akidah baik dalam arti terbatas, dan

lebih-lebih dalam arti yang lebih luas tadi, jelas merupakan pendirian batin,

yang menjadi dasar bagi tumbuhnya sikap dan amal perbuatan lahiriyah.

25Tim Penulis I AIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:

Anggota IKAPI, 1992), hlm. 99

Page 104: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

94

Akidah yang benar akan melahirkan perbuatan yang benar dan akidah yang

tidak benar, akan melahirkan perbuatan yang tidak benar pula. Atas dasar

itulah dipahami bahwa problema akidah merupakan problema paling penting

dan primer dalam kehidupan manusia. Islam datang tidak lain untuk

mengembalikan manusia kepada akidah-akidah yang benar, yang bila terpaut

kuat dalam hati seorang anak, niscaya menggerakkan mereka untuk

mengaktualkan amal-amal saleh dan akhlak-akhlak yang terpuji, demi

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Menurut Endang Saifuddin Anshari, pada garis besarnya Agama Islam

itu terdiri atas tiga bagian besar: (1) „Aqidah, (2) Syariah, dan (3) Akhlak26

.

Aqidah secara etimologis berarti ikatan, sangkutan; secara terminologis

berarti: credo, creed, keyakinan hidup, iman dalam arti khas, yakni peng-

ikrar-an yang bertolak dari hati. Bentuk jama‟ dari Aqidah ialah ‘Aqaid. Ilmu

yang mempelajari „aqidah disebut ilmu „Aqaid (Ilmu Tauhid, Ilmu Ma‟rifat,

Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam, Ilmu Haqiqat).27

Yang menjadi obyek materi pembahasan mengenai „aqidah pada

umumnya, terutama sekali, ialah arkanul-iman (rukun iman yang enam),

yaitu: Iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-

Nya, kepada hari akhirat dan kepada Qadha dan Qadar. „Aqidah Islam adalah

merupakan Ushulu-ddin, akar dan pokok agama Islam .

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang penting bagi

kehidupan manusia. Dengan pendidikan dan pengajaran itulah umat manusia

dapat maju dan berkembang baik, melahirkan kebudayaan dan peradaban

positif yang membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup mereka.

Makin tinggi tingkat pendidikan mereka makin tinggi pula tingkat kebudayaan

dan peradabannya.

Apabila pendidikan dan pengajaran secara umum sangat penting bagi

manusia, pendidikan dan pengajaran tauhid lebih penting lagi, demikian pula

pembinaannya. Sebab, pendidikan, pengajaran dan pembinaan tauhid tidak

26Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992), hlm. 90. 27Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam, hlm. 90.

Page 105: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

95

hanya untuk kepentingan kehidupan di dunia, tapi juga untuk kepentingan

kehidupan di akhirat.28

Yang dimaksud dengan pembinaan tauhid di sini ialah pemberian

bimbingan kepada anak didik agar ia memiliki jiwa tauhid yang kuat, mantap

dan memiliki tauhid yang baik dan benar. Bimbingan itu dilakukan tidak

hanya dengan lisan dan tulisan, tetapi juga, bahkan ini yang terpenting dengan

sikap, tingkah laku, dan perbuatan.29

Sedangkan yang dimaksud dengan

pengajaran tauhid ialah pemberian pengertian tentang ketauhidan, baik sebagai

akidah yang wajib diyakini maupun sebagai filsafat hidup yang membawa

kepada kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.

Pendidikan dan pengajaran tauhid, baik yang berhubungan dengan

akidah maupun dalam kaitan dengan ibadah, akan menanamkan keikhlasan

pada diri seseorang dalam setiap tindakan atau perbuatan pengabdiannya.

Keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah inilah yang membuat tauhid

bagaikan pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat, sisi lainnya

untuk kehidupan di dunia.

Pendidikan pengajaran dan pembinaan tauhid kepada anak harus

dilakukan sejak anak itu masih kecil. Tanggung jawab dalam pembinaan

tersebut terletak pada kedua orang tuanya, sebab anak adalah amanah Tuhan

kepada orang tuanya untuk dipelihara dan dibina. Fitrah anak yang memiliki

keimanan kepada Tuhan sejak sebelum ia lahir ke dunia, harus disalurkan

secara wajar dan dibina terus sehingga perkembangan akidahnya semakin

lama semakin sempurna. Ia menjadi manusia bertauhid yang betul-betul

mencintai Allah SWT di atas segala-galanya.

Islam mengajarkan bahwa proses pembinaan ketauhidan dimulai sejak

anak itu lahir ke dunia. Ketika seorang anak dilahirkan, Islam mengajarkan

agar orang tuanya mendengungkan azan ke telinga anak tersebut. Dengungan

azan ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pembinaan tauhid sudah

dimulai, sebab azan berisi ajaran ketauhidan. Dengan kata lain, Islam

28Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 51 29Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, hlm. 51

Page 106: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

96

mengajarkan agar suara pertama yang didengar anak begitu ia lahir ke dunia

adalah suara yang mengandung pembinaan ketauhidan.30

Usaha-usaha pemupukan rasa keimanan sebagai fitrah manusia harus

sungguh-sungguh mendapat perhatian setiap orang tua atau pengasuh anak

agar keimanan tumbuh dan berkembang secara wajar. Usaha tersebut dapat

dilakukan melalui tiga proses: pembiasaan, pembentukan pengertian, dan

akhirnya, pembentukan budi luhur. Dalam taraf pembiasaan, pembinaan rasa

keimanan dilakukan kepada anak di masa-masa awal kehidupannya, masa

kanak-kanak dan usia sekolah. Dalam taraf ini aktivitas yang dilakukan hanya

memberikan pengenalan secara umum dan membiasakan anak untuk ingat

bahwa Tuhan itu ada. Pada taraf anak dapat diumpamakan seperti tanaman

yang baru tumbuh. Ia memerlukan pemeliharaan yang serius dari gangguan-

gangguan yang dapat membahayakan atau mematikan tanaman itu. Ia perlu

siraman dan perlindungan dari panas matahari, dan sebagainya.

Seorang anak mengenal Tuhan dengan perantaraan apa yang dilihat

dan didengar dari lingkungannya. Mula-mula ia menerimanya secara acuh tak

acuh, tetapi ketika ia melihat atau mendengar lingkungan keluarganya

mengagumi Tuhan, banyak menyebut nama Tuhan, bercerita tentang Tuhan

dan ciptaan-ciptaan-Nya, dan sebagainya, ia akan tertarik dan rasa keimanan

itu mulai tertanam dalam dirinya lebih mendalam dari sebelumnya. Proses

pengalaman agamis pun berinteraksi dalam dirinya. Karena itulah, pada masa

seperti ini, apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga di rumahnya sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan akidahnya. Jika sikap dan

perilaku keluarga di dalam rumah itu jauh dari nilai-nilai ketauhidan, disadari

atau tidak, hal itu akan membawa kepada jauhnya anak itu dari nilai

ketauhidan pula. Segala sesuatu yang muncul dan mentradisi di rumah dan

bahkan pekerjaan apapun yang dilakukan oleh suatu anggota keluarga akan

berpengaruh terhadap anak. Karena itu, nyanyian-nyanyian keagamaan untuk

anak dalam buaian, yang kini di kota-kota besar sudah hampir tak terdengar

lagi, perlu digalakkan kembali.

30Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, hlm. 52

Page 107: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

97

Pembiasaan untuk anak pada permulaan usia sekolah sebaiknya

dilakukan dengan peragaan-peragaan yang dapat membawanya bisa mengenal

Tuhan. Peragaan-peragaan tersebut berbentuk sesuatu yang dapat didengar

atau dilihat oleh anak, seperti salat, mengucap basmalah, mengucap hamdalah,

mengucap salam, berdo‟a dan sebagainya. Demikian pula hiasan-hiasan yang

dipajang di dalam rumah, gambar-gambar, foto-foto, lukisan-lukisan, tulisan-

tulisan tertentu, semuanya memberikan kesan bagi anak.

Pada permulaan masa sekolah, anak belum dapat menyerap pemikiran

maknawi. Pemikirannya masih terbatas pada hal-hal yang konkrit dan

inderawi, ia suka meniru. Oleh karena itu jika kebiasaan meniru ini disalurkan

kepada pengenalan Tuhan, tentu akan memberikan pengaruh positif bagi

perkembangan akidahnya. Tahap pembentukan pengertian meliputi masa

sekolah sampai menjelang remaja. Ada hal yang perlu diperhatikan pada anak

menjelang usia sekolah, yaitu suka berkhayal. Karena itu, kesukaan seperti ini

hendaknya dimanfaatkan oleh orang tua sebaik mungkin untuk menanamkan

tauhid seperti cerita tentang kehebatan Allah dalam menciptakan makhluk-

Nya, kehebatan para nabi dan rasul dengan berbagai mukjizatnya, malaikat

dan sebagainya.

Masa remaja adalah masa peralihan dan persiapan untuk dewasa. Pada

masa ini seorang anak banyak mengalami pancaroba. Karena itu, ia perlu

mendapatkan bimbingan intensif dalam ketauhidan agar tidak terombang-

ambing oleh problema yang dihadapinya. Bimbingan dilakukan dengan cara

memberikan keinsafan dan kesadaran bahwa segala apa yang ada adalah

makhluk (ciptaan) Tuhan dan semuanya milik Tuhan.

Karena semua yang ada adalah ciptaan Tuhan dan akan kembali

kepada Tuhan, maka setiap manusia sudah seharusnya bersyukur, mengabdi,

dan berbakti kepada-Nya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan

pengenalan kepada Allah SWT berjalan dengan baik dan lancar, dan kebiasaan

baik yang berhubungan dengan tauhid sudah menjadi aktivitas keseharian

seseorang, maka dalam usia remaja sudah terbentuk rasa iman kepada Allah

yang cukup mendalam bagi dirinya. Kondisi ini dengan mudah dapat

Page 108: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

98

disempurnakan dan dimatangkan di usia dewasa melalui pendidikan dan

pengajaran dan pembinaan yang efektif.

Uraian di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa perkembangan

akidah seorang manusia sangat tergantung dengan kondisi lingkungannya

serta pendidikan dan pengajaran ketauhidan yang diterimanya. Untuk itu

peranan orang tua dan keluarga sangat besar, terutama peranan ibu, karena

ibulah manusia terdekat dengan anaknya.

Kedudukan ibu sebagai pendidik utama dalam lingkungan keluarga

tidak dapat digantikan oleh orang lain, khususnya yang berhubungan dengan

kebutuhan rohani seorang anak, sebab hubungan kerohanian yang rapat antara

ibu dan anak tidak terdapat pada yang lain. Di zaman modern ini memang

banyak lembaga atau perorangan yang menawarkan jasa untuk memelihara

dan mendidik anak, namun pemeliharaan dan pembinaan itu tidak akan sama

dengan pemeliharaan dan pendidikan yang diberikan oleh si ibu.

Pembinaan yang diberikan seorang ibu kepada anaknya bukan

didasarkan atas imbalan jasa, tetapi semata-mata didorong oleh cinta kasih

yang mendalam. Nilai susu ibu sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan fisik dan mental seorang anak. Hubungan ibu dan anak dalam

menyusui, pelukan dan belaian dinyatakan dengan mimik dan sikap

melindungi akan memberikan rasa aman dalam diri anak. Karena itu

seyogyanya setiap wanita calon ibu hendaknya mempersiapkan diri dengan

bekal dan pengetahuan akidah, khususnya membaca dan menulis Al- Qur‟an

dengan baik dan benar sebelum ia memasuki jenjang perkawinan. Dengan

begitu, peranannya yang besar dalam pendidikan dapat dimainkan dengan baik

untuk pembinaan akidah (tauhid) anaknya.

Apabila pendapat kedua ahli tersebut dibandingkan (Ahmad Tafsir dan

Zakiah Daradjat), maka persamaannya, kedua tokoh ini menganggap

komponen utama yang dapat membentuk perilaku anak yaitu pertama, peran

pendidikan agama; kedua, orang tua sebagai benteng utama yang memiliki

pengaruh besar dalam mewarnai sepak terjang anak.

Page 109: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

99

1. Peran pendidikan agama

Banyak orang tua mempercayakan seratus persen pendidikan

agama bagi anaknya ke sekolah, karena di sekolah ada pendidikan agama

dan ada guru agama. Orang tua agaknya merasa bahwa upaya itu telah

menukupi, padahal itu sama sekali belum mencukupi, inilah yang harus

dipirkan. Jika seorang anak kurang menpat pendidikan agama atau apalagi

jika sama sekalu kosong dari pendidikan maka anak cenderung menjadi

kurang bermoral.

Orang yang tidak pernah mendapatkan didikan agama, tidak akan

mengetahui nilai moral yang dipatuhinya dengan sukarela dan mungkin

tidak akan merasakan apa pentingnya mematuhi nilai moral yang pasti dan

dipatuhi dengan ikhlas. Apabila agama masuk dalam pembinaan pribadi

seseorang, maka dengan sendirinya segala sikap, tindakan, perbuatan dan

perkataannya akan dikendalikan oleh pribadi, yang terbina di dalamnya

nilai agama, yang akan jadi pengendali bagi moralnya.

2. Orang tua sebagai benteng utama yang memiliki pengaruh besar dalam

mewarnai sepak terjang anak

Tindakan dan perlakuan orang tua terhadap dirinya dan saudara-

saudaranya merupakan unsur-unsur yang akan menjadi bagian pribadinya

anak di kemudian hari. Tindakan dan perlakuan orang tua yang sesuai

dengan ajaran agama, akan menimbulkan pada si anak pengalaman-

pengalaman hidup yang sesuai dengan agama, yang kemudian akan

bertumbuh menjadi unsur-unsur, yang merupakan bagian dalam

pribadinya nanti. Sikap orang tua terhadap agama, akan memantul kepada

si anak. Jika orang tua menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka

akan bertumbuhlah pada anak sikap menghargai agama, demikian pula

sebaliknya, jika sikap orang tua terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh,

atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang akan bertumbuh pada

anak.

Page 110: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

100

Adapun perbedaan konsep kedua tokoh ini yaitu pertama, Ahmad

Tafsir cenderung menggunakan pendekatan filsafat, hal ini dapat dimengerti

karena ia memiliki latar belakang pakar filsafat. Oleh karena itu tidak heran

jika di program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Jati Bandung memberi

mata kuliah filsafat. Sedangkan Zakiah Daradjat mengarah pada pendekatan

psikologi Islam dan kesehatan mental. Oleh karena itu pendapatnya tentang

pendidikan agama dalam keluarga sangat mudah dicerna dengan bahasa

sederhana dan memang ditujukan secara umum termasuk kalangan lapisan

bawah.

Perbedaan yang kedua, bahwa Ahmad Tafsir mengedepankan

pendidikan agama berupa esensinya atau substansinya dengan

mengetengahkan hikmah dibalik ajaran agama itu. Sedangkan hal-hal yang

menyangkut ritual atau seremonial dalam pandangan Ahmad Tafsir meskipun

sangat penting tetapi tidak boleh pemahaman agama sampai di situ. Jika

pendidikan agama hanya mencapai target ritual maka peran dan fungsi agama

menjadi kabur tidak membekas pada anak. Sedangkan Zakiah Daradjat tidak

mempermasalahkan ajaran yang hanya menyangkut ritual atau esensi agama,

tetapi yang penting bahwa pendidikan agama harus mencakup tiga dimensi

yaitu akidah, syari'ah dan akhlak.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan kedua tokoh ini, namun inti

yang utama bahwa kedua tokoh ini sependapat dalam mendidik anak harus

memperhatikan dan menanamkan dua hal yaitu (1) pendidikan agama; dan (2)

pentingnya peranan orang tua.

Pendidikan yang dalam istilah al-Qur'annya disebut "tarbiyah" itu

mengandung arti "penumbuhan" atau "peningkatan." Pertama-tama ialah

penumbuhan dan peningkatan segi jasmani anak, dengan terutama si ibu tanpa

pamrih dan atas rasa cinta kasih yang semurni-murninya mencurahkan diri

dan perhatiannya kepada pertumbuhan anaknya. Hubungan emosional yang

amat pekat dan penuh kemesraan si ibu itu menjadi taruhan perjuangan si anak

memasuki dunia kehidupan. Bahkan hubungan itu telah terbentuk sejak dalam

kandungan. Sedemikian rupa pekatnya unsur cinta kasih itu, sehingga tempat

Page 111: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

101

janin dalam bahasa Arab, disebut rahm (rahim, secara etimologis berarti cinta

kasih). Lebih dari itu, hubungan cinta kasih antar anggota keluarga dan antara

sesama manusia disebut shilat al-rahm (silaturrahmi, jalinan cinta kasih),

salah satu perintah Ilahi yang amat penting kepada manusia. Setingkat dengan

ketulusan ibu dan ayah yang mendampinginya itulah seorang anak

diisyaratkan memohonkan rahmat Tuhan bagi keduanya.

Sudah tentu usaha penumbuhan dan peningkatan oleh orang-tua bagi

anaknya tidak terbatas hanya kepada segi fisik semata-mata. Justru tidak

kurang pentingnya ialah usaha penumbuhan dan peningkatan yang tidak

bersifat fisik. Yaitu, penumbuhan dan peningkatan potensi positif seorang

anak agar menjadi manusia dengan tingkat kualitas yang setinggi-tingginya.

Orang-tua tidaklah berkuasa untuk membuat anaknya "baik," sebab potensi

kebaikan itu sebenarnya justru sudah ada pada si anak. Tetapi orang-tua dapat,

dan berkewajiban, berbuat sesuatu guna mengembangkan apa yang secara

primordial sudah ada pada si anak, yaitu nature kebaikannya sendiri sesuai

dengan fitrahnya. Sementara itu, di pihak lain, orang-tua mempunyai peranan

menentukan dan memikul beban tanggung jawab utama jika sampai terjadi si

anak menyimpang dari nature dan potensi kebaikannya itu sehingga menjadi

manusia dengan ciri-ciri kualitas rendah. Inilah salah satu makna sebuah

Hadis yang amat terkenal, yang menegaskan betapa setiap anak dilahirkan

dalam fitrah (nature kesucian), kemudian ibu-bapaknyalah yang

berkemungkinan membuatnya menyimpang dari fithrah itu.

Dalam kaitannya dengan pendidikan agama anak dalam keluarga,

bahwa peran pendidikan agama sangat besar pengaruhnya dalam mewarnai

kehidupan anak. Akan tetapi perlu direnungkan tentang apa yang dimaksud

pendidikan agama? Karena agama tidak terbatas hanya kepada "pengajaran"

tentang ritus-ritus dan segi-segi formalistiknya belaka. Ritus dan dan

formalitas – yang dalam hal ini terwujud dalam apa yang biasa disebut "rukun

Islam" – baru mempunyai makna yang hakiki jika menghantarkan orang yang

Page 112: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

102

bersangkutan kepada tujuannya yang hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub)

kepada Allah dan kebaikan kepada sesama manusia (akhlaq karimah).31

Pendidikan agama tidak dapat dipahami secara terbatas hanya kepada

pengajaran agama. Karena itu keberhasilan pendidikan agama bagi anak-anak

tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal

yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang ajaran agama atau ritus-ritus

keagamaan semata. Justru yang lebih penting, berdasarkan ajaran Kitab dan

Sunnah sendiri, ialah seberapa jauh tertanam nilai-nilai keagamaan tersebut

dalam jiwa anak, dan seberapa jauh pula nilai-nilai itu mewujud-nyata dalam

tingkah laku dan budi pekertinya sehari-hari. Perwujudan nyata nilai-nilai

tersebut dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari akan melahirkan budi

luhur atau al-akhlaq al-karimah.

C. Relevansi Konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

Pendidikan Agama dalam Keluarga dengan Tujuan Pendidikan Islam

Apabila memperhatikan konsep pendidikan agama dalam keluarga

yang dikemukakan Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat, maka tujuan

konsepnya yaitu (1) Agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan

potensi diri, bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat. (2) Membangun

anak yang berakhlak al-karimah. (3) Membangun anak yang cerdas dalam

iman dan taqwa.

1. Agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri,

bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat.

Tujuan ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam sebagaimana

dikatakan oleh M. Arifin bahwa tujuan pendidikan Islam secara filosofis

berorientasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi

hubungan manusia selaku "khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut.

a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

31Ibid., hlm. 92.

Page 113: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

103

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang

dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan

memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan

kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan

ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.32

2. Membangun anak yang berakhlak al-karimah

Tujuan yang kedua ini sesuai dengan penegasan Athiyah al-

Abrasyi. Para pakar pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi telah

sepakat bahwa tujuan dari pendidikan serta pengajaran bukanlah

memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka

ketahui, melainkan: a. Mendidik akhlak dan jiwa mereka; b. Menanamkan

rasa keutamaan (fadhilah); c. Membiasakan mereka dengan kesopanan

yang tinggi; d. Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Dengan demikian,

tujuan pokok dari pendidikan Islam menurut Athiyah al-Abrasyi ialah

mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa. Semua mata pelajaran

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap pendidik haruslah

memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang

lain-lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi,

sedangkan, akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.33

3. Membangun anak yang cerdas dalam iman dan taqwa

Butir yang ketiga yang menjadi tujuan dari konsep pendidikan

agama dalam keluarga ini senafas dengan pendapat Ahmad Tafsir.

menurutnya, tujuan umum pendidikan Islam ialah a. Muslim yang

sempurna, atau manusia yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia

yang beribadah kepada Allah; b. muslim yang sempurna itu ialah manusia

yang memiliki: (1) Akalnya cerdas serta pandai; (2) jasmaninya kuat; (3)

32Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 121. 33Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah Zakiy al-

Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 13.

Page 114: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

104

hatinya takwa kepada Allah; (4) berketerampilan; (4) mampu

menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis; (5) memiliki dan

mengembangkan sains; (6) memiliki dan mengembangkan filsafat; (7) hati

yang berkemampuan berhubungan dengan alam gaib.34

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah untuk membangun dan membentuk manusia

yang berkepribadian Islam dengan selalu mempertebal iman dan takwa

sehingga bisa berguna bagi bangsa dan agama.

D. Aktualisasi Konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang

Pendidikan Agama dalam Keluarga Masa Kini

Tugas paling berat bagi ibu ialah menciptakan kesatuan yang harmonis

di antara diri sendiri dengan anaknya. Dengan kata lain, ibu harus mampu

"memanunggalkan diri" atau mengidentifikasikan diri secara selaras dengan

anaknya.

Jika ibu tersebut mengabdikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas

pelanggengan jenis manusia saja, dan segenap aspek kehidupan jiwaninya

dipenuhi tugas-tugas memelihara species manusia secara eksklusif, maka pasti

dia akan kehilangan individualitasnya. Oleh karena itu, pada zaman

kebudayaan modern sekarang, wanita lebih leluasa untuk mengadakan

kompromi di antara melaksanakan fungsi keibuannya dengan pengembangan

ego sendiri. Sehingga dia lebih bebas dalam memuaskan kebutuhan-

kebutuhan anaknya, serta lebih giat mengembangkan interest dan kepribadian

sendiri. Kompromi tersebut tercapai oleh adanya kenyataan, bahwa fungsi

dirinya itu tidak melulu sebagai pengemban speciesnya saja, akan tetapi

feminitasnya baru bisa berkembang dalam satu konteks-kultural yang

memberikan kebebasan kepada dirinya untuk memekarkan kepribadiannya

(sebagai ibu dan sebagai pribadi/individu).

34Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004), hm. 50 – 51.

Page 115: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

105

Tugas-tugas keibuan untuk mengabdi pada proses pelestarian species

itu berlangsung sejajar dengan usia serta perkembangan anaknya. Misalnya

saja, semua kegiatan ibu pada periode pertama dari bayinya akan terpusat

pada pemeliharaan jasmani bayinya: khususnya pada kegiatan menyusui. Pada

saat tersebut, dorongan untuk mempertahankan unitas dengan bayinya

ternyata sangat kuat; dan usaha untuk melindungi bayinya mencapai titik

kulminasi. Sebab ketidakberdayaan anaknya justru mengundang satu appel

terhadap ibunya, dan memperkuat unitas ibu-anak selama periode menyusui

ini.

Tugas selanjutnya dari ibu ialah mendidik anaknya. Sebab di samping

pemeliharaan fisik, kini ia harus melibatkan diri dalam menjamin kesejah

teraan psikis anaknya, agar anaknya bisa mengadakan adaptasi terhadap

lingkungan sosialnya. Ibu harus terus-menerus melatih anaknya. agar anak

mampu mengendalikan instink-instinknya. untuk bisa menjadi manusia

beradab. Sebab, jika si anak terlalu "diloskan" atau dibiarkan lepas bebas serta

dikuasai oleh dorongan-dorongan instinktifnya yang primitif, maka ia bisa

menjadi liar, tidak terkendali, dan tidak berdisiplin.

Namun sebaliknya, apabila ibu tadi terlalu banyak melarang anaknya

dengan macam-macam tabu dan pantangan, maka oleh inhibisi-inhibisi

tersebut mungkin akan terhambat perkembangan si anak: atau pada kasus lain

anak lain mengembangkan pola yang neurotis. Maka tidak mudahlah

mengasuh dan mendidik anak itu. Bahkan ilmu pengetahuan modern pada

zaman sekarang inipun tidak atau belum mampu memberikan resep-resep

ampuh untuk mempersiapkan ibu-ibu muda menjadi pengasuh dan pendidik

yang sempurna.

Dalam kaitannya dengan peran seorang ibu, maka tidak diragukan lagi

bahwa ayah itu berperan penting dalam perkembangan anaknya secara

langsung. Mereka dapat membelai, mengadakan kontak bahasa, berbicara,

atau bercanda dengan anaknya. Semuanya itu akan sangat mempengaruhi

perkembangan anak selanjutnya. Ayah juga dapat mengatur serta

mengarahkan aktivitas anak. Misalnya menyadarkan anak bagaimana

Page 116: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

106

menghadapi lingkungannya dan situasi di luar rumah. la memberi dorongan,

membiarkan anak mengenal lebih banyak, melangkah lebih jauh,

menyediakan perlengkapan permainan yang menarik, mengajar mereka

membaca, mengajak anak untuk memperhatikan kejadian-kejadian dan hal-hal

yang menarik di luar rumah, serta mengajak anak berdiskusi. Semua tindakan

ini adalah cara ayah (orang tua) untuk memperkenalkan anak dengan

lingkungan hidupnya dan dapat mempengaruhi anak dalam menghadapi

perubahan sosial dan membantu perkembangan kognitifnya di kemudian hari.

Pengaruh ayah ini tentu saja tidak diterima begitu saja secara pasif

oleh anak. Suatu interaksi pasti terjadi. Sifat hubungan ayah-anak selalu

timbal balik. Anak juga dapat mempengaruhi ayahnya. Misalnya kalau anak

menangis di waktu malam, ayah terpaksa bangun. Hubungan timbal-balik

aktivitas ini memunculkan suatu proses sosialisasi antara ayah dengan anak.14

Ayah akan cepat memahami tingkah laku anaknya yang berusia 4 tahun yang

cenderung bertingkah macam-macam. Anak misalnya merengek-rengek

meminta naik. pesawat atau gajah. Semua tindakan anak ini jelas

mempengaruhi perilaku ayah.

Seorang ayah itu penting, tidak hanya melalui pengaruh yang bersifat

langsung tetapi juga tidak langsung. Misalnya melalui interaksi dengan

istrinya. Dengan mendukung istrinya, sang ayah secara tidak langsung

mempengaruhi anaknya. Istri yang merasa disayangi suaminya dengan

sendirinya akan mempengaruhi sikapnya terhadap anak.

Berpijak pada paparan di atas, maka aktualisasi konsep Ahmad Tafsir

dan Zakiah Daradjat tentang pendidikan agama dalam keluarga sangat relevan

dengan keadaan keluarga masa kini. Apabila memperhatikan kondisi orang tua

dan anak pada masa kini maka dapat dikatakan sangat memprihatinkan karena

kenyataan menunjukkan bahwa salah satu problema yang dihadapi bangsa

Indonesia pada zaman kemajuan ini, terutama di kota-kota besar ialah gejala-

gejala yang menunjukkan hubungan yang agak terlepas antara ibu-bapak

dengan anak-anaknya. Seorang ahli sosiologi menamakannya krisis

kewibawaan orang tua.

Page 117: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

107

Banyak orang tua yang tidak dapat mengendalikan putera-putrinya,

kalau tidak boleh dikatakan sudah seperti hujan berbalik ke langit, yaitu putra

putri itulah dalam prakteknya yang mengendalikan orang tua mereka. Yang

agak membangunkan pikiran dalam hal ini ialah bahwa peristiwa itu banyak

dijumpai di kalangan keluarga-keluarga yang disebut cabang atas yang

mempunyai kedudukan sosial ekonomi yang baik, dan pada umumnya terdiri

dari orang-orang terpelajar dan berpendidikan tinggi. Bahkan ada pula di

antaranya yang memegang fungsi penting dalam jabatan negara. Hal itu semua

disebabkan pendidikan yang hanya menitikberatkan agama sebagai ilmu

pengetahuan, dan bukan pengamalannya. Selain itu karena pendidikan agama

tidak sampai esensinya melainkan hanya berada pada garis permukaan. Di

samping itu tertinggalnya pemahaman akhlak dibandingkan kemajuan sains

dan teknologi.

Berdasarkan keterangan di atas, menurut penulis bahwa orang tua

merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari

merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk

pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal

tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik,

melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan

kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu

terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi

secara timbal balik antara orang tua dan anak.

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan

amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,

ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai

ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu

menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula

dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula

dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali

apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di

Page 118: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

108

dalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai agak besar, disertai kasih

sayang, dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia

seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang

dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh

pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih

bagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau

mendekati dan dapat memahami hati anaknya.

Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas itu

berlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yang

bagaimanapun juga keadaannya. Hal itu menunjukkan ciri-ciri dari watak rasa

tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anak mereka untuk

masa kini dan mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa

bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak mereka.

Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab pendidikan secara

mendasar terpikul kepada orang tua.

Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau

tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan

"fitrah" yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua. Mereka

tidak bisa mengelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakan amanah

Allah SWT yang dibebankan kepada mereka. Di samping itu pangkal

ketenteraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat

pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga

bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebih dari itu,

yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para

anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunia dan akhirat. Pertama-tama

yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam mengembangkan

agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, baru

kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti di dalamnya terkandung

makna bahwa keselamatan keluarga harus lebih dahulu mendapat perhatian

atau harus didahulukan ketimbang keselamatan masyarakat. Karena

Page 119: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

109

keselamatan masyarakat pada hakekatnya bertumpu pada keselamatan

keluarga.

No Ahmad Tafsir Zakiah Daradjat

1. 1. Persamaan

Komponen utama yang dapat

membentuk perilaku anak yaitu

pertama, peran pendidikan

agama; kedua, orang tua sebagai

benteng utama yang memiliki

pengaruh besar dalam mewarnai

sepak terjang anak.

Komponen utama yang dapat

membentuk perilaku anak yaitu

pertama, agama yang dtanamkan

sejak kecil dalam keluarga; kedua,

orang yang paling besar

pengaruhnya dalam proses imitasi

anak adalah orang tua.

2. Perbedaan

Pertama, cenderung

menggunakan pendekatan filsafat,

hal ini dapat dimengerti karena ia

memiliki latar belakang pakar

filsafat.

Kedua, mengedepankan

pendidikan agama berupa

esensinya atau substansinya

dengan mengetengahkan hikmah

dibalik ajaran agama itu.

Sedangkan hal-hal yang

menyangkut ritual atau

seremonial dalam pandangan

Ahmad Tafsir meskipun sangat

penting tetapi tidak boleh

pemahaman agama sampai di situ.

Jika pendidikan agama hanya

mencapai target ritual maka peran

dan fungsi agama menjadi kabur

tidak membekas pada anak.

Pertama, mengarah pada

pendekatan psikologi Islam dan

kesehatan mental.

Kedua, tidak mempermasalahkan

ajaran yang hanya menyangkut

ritual atau esensi agama, tetapi

yang penting bahwa pendidikan

agama harus mencakup tiga

dimensi yaitu akidah, syari'ah dan

akhlak.

Terlepas dari kelebihan dan

kekurangan kedua tokoh ini,

namun inti yang utama bahwa

kedua tokoh ini sependapat dalam

mendidik anak harus

memperhatikan dan menanamkan

dua hal yaitu (1) pendidikan

agama; dan (2) pentingnya

peranan orang tua.

Page 120: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

110

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dalam bab pertama sampai keempat, maka dapat

diambil kesimpulan:

1. Persamaan pendapat kedua tokoh itu yaitu kedua tokoh ini menganggap

komponen utama yang dapat membentuk perilaku anak yaitu pertama,

peran pendidikan agama; kedua, orang tua sebagai benteng utama yang

memiliki pengaruh besar dalam mewarnai sepak terjang anak.

Perbedaan pendapat kedua tokoh tersebut yaitu yaitu Ahmad Tafsir

cenderung menggunakan pendekatan filsafat, hal ini dapat dimengerti

karena ia memiliki latar belakang pakar filsafat, sedangkan Zakiah

Daradjat mengarah pada pendekatan psikologi Islam dan kesehatan

mental.

2. Apabila memperhatikan konsep pendidikan agama dalam keluarga yang

dikemukakan Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat, maka tujuan konsepnya

yaitu (1) Agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi

diri, bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat. (2) Membangun anak

yang berakhlak al-karimah. (3) Membangun anak yang cerdas dalam iman

dan taqwa. Apabila tujuan pendidikan agama dalam keluarga, dari kedua

tokoh ini ditinjau dari tujuan pendidikan Islam maka sangat relevan

dengan pendidikan Islam.

3. Aktualisasi konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat tentang pendidikan

agama dalam keluarga sangat relevan dengan keadaan keluarga masa kini.

Apabila memperhatikan kondisi orang tua dan anak pada masa kini maka

dapat dikatakan sangat memprihatinkan karena kenyataan menunjukkan

bahwa salah satu problema yang dihadapi bangsa Indonesia pada zaman

kemajuan ini, terutama di kota-kota besar ialah gejala-gejala yang

menunjukkan hubungan yang agak terlepas antara ibu-bapak dengan anak-

Page 121: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

111

anaknya. Seorang ahli sosiologi menamakannya krisis kewibawaan orang

tua.

4. Banyak orang tua yang tidak dapat mengendalikan putera-putrinya, kalau

tidak boleh dikatakan sudah seperti hujan berbalik ke langit, yaitu putra

putri itulah dalam prakteknya yang mengendalikan orang tua mereka.

Yang agak membangunkan pikiran dalam hal ini ialah bahwa peristiwa itu

banyak dijumpai di kalangan keluarga-keluarga yang disebut cabang atas

yang mempunyai kedudukan sosial ekonomi yang baik, dan pada

umumnya terdiri dari orang-orang terpelajar dan berpendidikan tinggi.

Bahkan ada pula di antaranya yang memegang fungsi penting dalam

jabatan negara. Hal itu semua disebabkan pendidikan yang hanya

menitikberatkan agama sebagai ilmu pengetahuan, dan bukan

pengamalannya. Selain itu karena pendidikan agama tidak sampai

esensinya melainkan hanya berada pada garis permukaan. Di samping itu

tertinggalnya pemahaman akhlak dibandingkan kemajuan sains dan

teknologi.

B. Saran-saran

Meskipun konsep Ahmad Tafsir dan Zakiah Daradjat kurang

memuaskan atau mungkin masih dianggap kurang memadai dalam mendidik

anak, namun setidaknya dapat dijadikan masukan bagi masyarakat terutama

orang tua dan para pendidik. Konsep kedua tokoh ini dapat dijadikan studi

banding oleh peneliti lainnya dalam mewujudkan anak yang cerdas, iman dan

taqwa.

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat

dan ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Peneliti

menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam

paparan maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada

Page 122: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

112

gading yang tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca

menjadi harapan peneliti. Semoga Allah SWT meridhainya. Wallahu a'lam.

Page 123: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Aghnides, Nicolas P., The Background Introduction To Muhammedan Law, New

York: Published by The Ab. "Sitti Sjamsijah" Publishing Coy Solo, Java,

with the authority – license of Columbia University Press.

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

Al-Abrasyi, Muhammad 'Athiyyah, al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, Terj. Abdullah

Zakiy al-Kaaf, "Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam", (Bandung:

Pustaka Setia, 2003).

Al-Baihaqy, Imam Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ala, al-Sunan al-Kubra,

Juz 10, (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth).

Al-Bukhâri, Imam, Sahîh al-Bukharî, Juz. I, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1990).

Al-Buraikan, Ibrahim Muhammad ibn Abdullah, Pengantar Studi Aqidah Islam,

alih bahasa, Muhammad Anis Matta, (Jakarta: Robbani Press, 1998).

Al-Dimasyqî, Ismâ'îl ibn Katsîr al-Qurasyî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, terj. Bahrun

Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), Jilid 11 dan Jilid

15.

Ali, Maulana Muhammad, The Religion of Islam, (New York: National

Publication, tth).

Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002).

Al-Khatib, Muhammad 'Ajaj, Usul al-Hadis 'Ulumuh wa Mustalah, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1989).

Al-Marâgî, Ahmad Mustafâ, Tafsîr al-Marâgî, Terj. Bahrun Abu Bakar, Hery

Noer Ally, Anshari Umar Sitanggal, (Semarang: Toha Putra Semarang,

1993), Jilid. 26.

Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis,

1973).

Anshari, Endang Saifuddin, Kuliah al-Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992).

Page 124: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

Arifin, M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

PT.Golden Trayon Press, 1994).

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet.

12,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008).

Arkoun, Mohammad, Rethinking Islam, Terj. Yudian W.Asmin, Lathiful Khuluq,

(Yogyakarta: LPMI bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1966).

Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada,

2002).

Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2000).

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan

Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996).

Daradjat, Zakiah I1mu Jiwa Agama, cet. 16, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003).

--------, Agama dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006).

--------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

--------, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1979).

---------, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005).

---------, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,

1975).

---------, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974).

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, (Jakarta: PT. Ichtiar

Baru van Hoeve, 1994).

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta: Rineka cipta, 2011).

--------, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2004).

Gerungan, W.A., Psikologi Sosial, (Bandung: PT.al-Maarif, 1978).

Gunarsa, NY.Singgih D., Psikologi Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1986).

Page 125: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

--------, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT BPK Gunung

Mulia, tth.).

Harahap, Syahrin, Islam Dinamis Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-Qur’an

Dalam Kehidupan Modern di Indonesia, (Yogya: PT.Tiara Wacana,

1997).

Hawari, Dadang, Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2008).

Hornby, As, Oxford Student's Dictionary of Current English, (New York: Oxford

University Press, Third Impression, 1984).

Hurlock, Elisabeth B., Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, edisi kelima, alih bahasa, Istiwidayanti, Soedjarwo,

(Jakarta: Erlangga, tth).

Idris, Zahara, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 2002).

Ilyas, Asnelly, Mendambakan Anak Saleh, (Bandung: Al-Bayan, 1997).

Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI Universitas

Muhammadiyah 2002), cet, 7.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006).

Kartono, Kartini (penyunting), Seri Psikologi Terapan 1, Peranan Keluarga

Memandu Anak, (Jakarta: CV Rajawali, 1985).

Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada, 2003).

--------, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995).

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra,

2005).

Lengrand, Paul, Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Terj. Goenawan

Muhammad, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1981).

Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 2000).

Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006).

--------, Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2005).

Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982).

Page 126: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT al-Ma’arif,

1998).

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010).

Monks, FJ., A.M.P.Knoers, Siti Rahayu Haditomo. Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2002).

Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori

Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2005).

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005)

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Nasution, M.Yunan, tth, Pegangan Hidup, jilid 3, (Solo: Ramadhani, 1990).

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002).

--------, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005).

Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,

(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002).

Rakhmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam

Masyarakat Modern, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001).

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: Kalam Mulia, 1994).

Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,

2005).

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)

Simanjuntak, B., dan I.L. Pasaribu, Pengantar Pesikologi Perkembangan, CV

(Bandung: Tarsito, 1984).

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Keluarga tentang hal Ikhwal Keluarga, Remaja

dan Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,

1990).

Page 127: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga,

(Bandung: Pustaka Setia, 2001).

Sukardi (editor), Kuliah-Kuliah Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 200).

Sundari, Siti, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).

Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar-Dasar Metode dan

Teknik, (Bandung: Tarsito Rimbuan, 2005).

Suyanto, Agus, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996)

Tafsir, Ahmad, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Pengetahuan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004).

---------, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004).

---------, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2005).

---------, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006).

Tim Penulis I AIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:

Anggota IKAPI, 1992).

Undang-Undang RI No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

BP. Cipta Jaya, 2003).

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Pendidikan Alternatif Masa Depan,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2006).

Walgito, Bimo, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency), (Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982).

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1986).

Zahrah, Muhammad Abu, Usûl al-Fiqh, (Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958).

Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Remaja Karya, 1986).

Page 128: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rosidul Anwar

Tempat / Tanggal Lahir : Kendal, 15 September 1989

Alamat Asal : Ngadipiro Rt 01 RW 12 Kertosari Singorejo Kan.

Kendal

Pendidikan : - MI Kertosari lulus th. 2001

- MTs. NU 017 Kyai Jogoreso lulus th. 2004

- MAN Kendal lulus th. 2007

- Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Angkatan 2007

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Muhammad Rosidul Anwar

Page 129: STUDI KOMPARATIF TERHADAP KONSEP …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Judul : Relevansi Kandungan Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41 dengan Pelestarian

BIODATA DIRI DAN ORANG TUA

Nama : Muhammad Rosidul Anwar

NIM : 073111109

Alamat : Ngadipiro Rt 01 RW 12 Kertosari Singorejo Kan. Kendal

Nama orang tua : Bapak Qodri Syarif dan Ibu Khuzaimah

Alamat : Ngadipiro Rt 01 RW 12 Kertosari Singorejo Kan. Kendal